Anda di halaman 1dari 17

BIOSINTESIS AUKSIN

OLEH : PUAN HABIBAH


BP : 1920242005
PENDAHULUAN
Dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman, terdapat suatu mekanisme kerja
dalam tubuh tanaman yang berfungsi untuk mengatur kadar hormon tanaman pada
tingkat yang efektif pada jaringan-jaringan tertentu dari tanaman. Pengaturan itu
melalui proses biosintesa, pengangkutan, degradasi, inaktivasi dan lokalisasi atau
kompartemensasi

Biosintesa berarti membuat hormon tanaman (senyawa-


senyawa yang lebih kompleks) dari senyawa senyawa
sederhana yang merupakan hasil-hasil dari proses-proses
metabolisme
Pendahuluan
Bahan Dasar (prekursor)

Biosintesis Hormon
Senyawa intermediet (senyawa
antara)

Senyawa kompleks

Bahan Dasar : Sakarida, lipid, asam amino, asam nukleat, senyawa


intermediet : Asetil KOA, Triosa fosfat, hasil glikolisis pada siklus krebs
Mekanisme terbentuknya IAA
Ada 3 mekanisme terbentuknya IAA yaitu: gugus asam amino dan gugus karboksil dari cincin samping
Triptofan :
1. Reaksi Indole piruvat
Asam amino triptofan dalam bentuk D-triptofan melalui reaksi transminasi menjadi asam indolpiruvat, kemudian
mengalami dekarboksilasi membentuk indolasetaldehida, akhirnya indolasetaldehida dioksidasi menjadi IAA.
(Gambar 1).
2. Reaksi Indoleacetaldoxim
Reaksi ini, merupakan reaksi yang khas pada tanaman Brassicaceae dan Resedaceae. Reaksi ini diawali dengan
pembentukan Indoleacetaldoxim dari triptofan oleh enzim Monooksigenase, kemudian dirubah menjadi
Indolacetonitrill. Oleh enzim Nitrilase, kemudian dirubah menjadi IAA (indole acetic acid).
3. Reaksi Triptamin
Reaksi ini diawali dengan dekarboksilasi Trp menjadi Triptamin oleh enzim Dekarboksilase. Triptamin kemudian
dioksidasi dan deaminisassi untuk menghasilkan Indolasetaldehid. Molekul ini akan mengalami oksidasi lebih
lanjut untuk menghasilkan IAA (Gambar 3).
Hasil-hasil intermediate yang terdapat antara triptofan dan IAA adalah :
asam indol purivat, triptoamin dan indol asetaldehida. Triptofan
sendiri terbentuk dari PEP (fosfo enol purivat) dan eritrosa-4-fosfat.
Jalur biosintesa IAA mulai dari PEP sampai dengan triptofan juga
merupakan jalur biosintesa dari senyawa-senyawa fenolik. IAA juga
dapat dibentuk secara langsung dari asam amino serine dengan indol.
Jalur mana yang penting tergantung dari lingkungan dan spesies
tanaman.
Triptopan Asam indolphyrupic Terminasi

Asam indolphyrupic Indolasetaldehida Dekarboksilasi

Indolasetaldehida IAA
Mekanisme IAA

Gambar 1.
Mekanisme IAA

Gambar 3.
Dimana Auksin “DISINTESIS”?
 Ujung koleoptil dan Pucuk Tumbuhan Mempunyai Enzim
Mengubah “Triptofan” menjadi IAA.
 Maka Auksin banyak disintersis pada : Jaringan Meristem
(Pucuk) tumbuhan > Tunas, Kuncup bunga, Kuncup Daun, dan
ujung akar.
 Auksin dibuat pada bagian pucuk dan kuncup >Didistribusikan
ke daerah lain ke seluruh bagian tumbuhan.
 Tidak semua bagian tumbuhan mendapat distribusi yang sama.
1.Pada saat auksin menemui lingkungan
yang asam dari dinding sel, molekulnya
akanmengikat ion hydrogen (H+)
sehingga menjadi bermuatan netral.
2. Sebagai suatu molekul netral yang
berukuran relatif kecil, auksin melintas
melaluimembran plasma.
3. Pada bagian sebelah dalam sel, pH
lingkungan sebesar 7, menyebabkan
auksinberionisasi menjadi auksin
bermuatan negatif dan ion H+. Pada
waktu yang singkatini, hormon berada
di dalam sel, karena membran plasma
lebih permeabel terhadapion, daripada
terhadap molekul yang netral, dengan
ukuran yang sama.
4.Pemompaan proton yang dikendalikan
ATP, mengatur perbedaan pH antara di
sebelah dalam sel dengan di sebelah
luar sel.
5. Auksin dapat ke luar dari sel, hanya
pada bagian basal sel, tempat protein
karierspesifik terpasang di dalam
membran (protein pembawa)
Bakteri Azospirillum selain dapat menambat nitrogen, juga dapat memproduksi IAA dengan
triptopan sebagai precursor melalui jalur indole-3-pyruvate (1) dan Tryptamine (2)
Faktor yang mempengaruhi terbentuknya IAA:
1. Produksi IAA meningkat dalam kondisi pH media yang rendah
2. Pemberian nitrogen dapat meningkatkan produksi IAA
3. Lingkungan aerobic mengakibatkan produksi IAA menjadi lebih rendah
4. Semakian lama masa inkubasi bakteri tersebut maka auksin yang di hasilkan semakin berkurang

IAA yang dihasilkan oleh Azospirillum dapat merangsang perkembangan perakaran gandum (Akbari
et.al,. 2007), perbaikan perakaran padi (Lestari, et.al., 2007) dan merangsang pertubuhan mikroalga
Chorella vulgari (de-Bashan et.al., 2008)
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BIOSINTESIS IAA OLEH AZOSPIRILLUM
Kemampuan Azospirillum dalam menghasilkan IAA, salah satunya hasil penelitian Crozier et.al.
(1988) menunjukkan bahwa Azospirillum barasilense dan Azopsirillum lipoferum dengan berbagai
strain mampu menghasilkan IAA. Hasil penelitian lainnya yang dilakukan oleh Lestari et.al. (2007)
menunjukkan bahwa beberapa isolat Azospirillum indigen Indonesia yang digunakan mampu
mensekresikan IAA dan juga terlihat bahwa semakin lama inkubasi terjadi penurunan produki IAA
(Tabel 1.).

Jurnal Ilmiah Solusi Vol. 1 No. 2 April-Juni 2014: 82-88


• Bakteri azospirillum selain dapat menambat Nitrogen , juga bisa memproduksi IAA dengan tryptophan sebagai
prekursor melalui jalur Indole-3-pyruvate dan Tryptamine,Sintesis IAA oleh Azospirillum melibatkan gen ipdC.
• Faktor yg mempengaruhi terbentuknya IAA antara lain ialah Produksi IAA meningkat dalam kondisi pH media
yang rendah, Pemberian nitrogen dapat meningkatkan produksi IAA, Lingkungan aerobik mengakibatkan
produksi IAA menjadi lebih rendah, Semakin lama masa inkubasi bakteri tsb, maka auksin yang dihasilkan
semakin berkurang

Biosisntesis IAA oleh bakteri; (Tryptophan), ipdC (indole-3-pyruvate decarboxylase) ( (Normanly, et.al,
1995, dimodifikasi)
Proses biosisntesis IAA dari keempat jalur bakteri Azospirilum dijelaskan oleh Spaepen,
et.al., (2007a) dan Normanly, et.al., (1999) sebagai berikut :
1. Jalur Indole-3-acetamide (IAM) adalah ciri jalur terbaik dari bakteri. Jalur ini terdiri dari
dua tahap, pertama tryptophan dikonversikan menjadi IAM oleh enzim tryptophan-2-
monooxygenase (IaaM), di-encode oleh gen iaaM. Tahap kedua adalah mengkonversi
IAM menjadi IAA dengan bantuan enzim IAM hydrolase (IaaH), diencode oleh gen IAA.
2. Jalur Indole-3-pyruvate (IPyA) adalah jalur utama untuk biosintesis IAA dalam
tanaman. Produksi IAA melalui jalur IPyA terjadi pula secara meluas pada bakteri.
Tahap pertama dalam jalur ini adalah konversi dari tryptophan menjadi IPyA oleh
aminotransferase (transamination). Dalam tahap berikutnya, IPyA mengalami
dekarboksilasi menjadi indole-3-acetaldehyde (IAAld) oleh indole-3-pyruvate
decarboxylase (ipdC). Langkah terakhir adalah IAAld dioksidasi menadi IAA.
3. Jalur Tryptamine pada bakteri dimulai dengan proses dekrboksilasi tryptophan
menjadi tryptamine (TAM). Langkah terakhir adalah TAM secara langsung dikonversi
menjadi IAA oleh amine oxidase.
4. Tahap terakhir dalam jalur Indole-3-acetonitrile adalah konversi dari IAN menjadi IAA.
Pada bakteri, nitrilase dideteksi dengan jelas untuk pembentukan indole-3acetonitrile.
Aktivitas nitrile hydratase dan amidase yang teridentifikasi pada bakteri menandakan
terjadinya konversi dari IAN ke IAA melalui IAM.

Jurnal Ilmiah Solusi Vol. 1 No. 2 April-Juni 2014: 82-88


Tryptophan (Trp) secara umum dipertimbangkan sebagai prekursor dalam pembentukan
IAA. Hal ini karena penambahan Trp pada kultur bakteri pengahsil IAA merangsang
terjadinya peningkatan sintesis IAA.
• Bakteri Azospirillum dalam memproduksi IAA menggunakan tryptophan sebagai
prekursor. Hasil penelitian Zakharova et.al. (1999) menunjukkan bahwa kultur dari
Azospirillum brailense yang diberi tryptophan (Trp) sebagai prekursor menghasilkan IAA
(Gambar 2.). Pembentukan IAA selama masa inkubasi dari kultur Azospirillum brasilense
8, 24, 48 dan 72 jam setelah pemberian Trp berturut-turut adalah 0.3, 1.3, 12 dan 15 mg
L-1.

Pembentukan IAA oleh Azospirillum brasilense yang ditumbuhkan pada media dengan Trp.
berdasarkan waktu inkubasi (Zakharova et.al., 1999)
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BIOSINTESIS IAA OLEH AZOSPIRILLUM

Kemampuan Azospirillum dalam biosintesis IAA dicirikan dengan adanya gen ipdC dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan (Broek et.al,
2005; Somers et.al., 2005; Spaepen et.al., 2007b). Menurut Spaepen, et.al. (2007a) beberapa peneliti mengungkapkan bahwa
Azospirillum yang mempunyai gen ipdC dalam melakukan sintesis IAA akan meningkat hasil produksinya jika berada dalam kondisi
karbon terbatas dan pH yang rendah (masam). Hasil penelitian Ona, et.al. (2005) memperlihatkan bahwa status karbon berpengaruh
terhadap produksi IAA oleh Azospirillum brasilense. Status karbon (konsentrasi malat) yang tinggi menurunkan produksi IAA oleh
Azospirillum brasilense (Tabel 3.).

Kesimpulan :
Azospirillum dapat memproduksi IAA dengan tryptophan sebagai prekursor melalui jalur Indole-3-pyruvate dan
Tryptamine. Sintesis IAA oleh Azospirillum melibatkan gen ipdC dan produksi IAA meningkat dalam kondisi ketersediaan
karbon terbatas dan pH media yang rendah. Pemberian nitrogen dapat meningkatkan produksi IAA. Kondisi lingkungan
aerobik mengakibatkan produksi IAA oleh Azospirillum menjadi lebih rendah dibandingkan dengan kondisi anaerobik.

Jurnal Ilmiah Solusi Vol. 1 No. 2 April-Juni 2014: 82-88


Khamir Penghasil Indole-3-Acetic Acid dari Rhizosfer
Anggrek Tanah Pecteilis susannae(L.) Rafin

Hormon IAA di lingkungan dapat berasal dari mikroorganisme penghasil IAA terutama
adalah mikroorganisme yang berasosiasi dengan permukaan akar atau daerah rhizosfer
(Manulis et al, 1994).
Beberapa jenis khamir telah diketahui mampu menghasilkan IAA, diantaranya adalah
spesies khamir Rhodotorula minuta yang berasosiasi dengan cemara dan Williopsis
saturnus yang berasosiasi dengan akar jagung (Nassar et al.,) Pichia spartinae yang
berasosiasi dengan Spartina alterniflora(Nakamuraet al., 1991). Beberapa genus kamir
seperti Rhodotorula, Cryptococcus, Candida, dan Saccharomyces merupakan komponen
utama dalam tanah rhizosfer Nassar et al. (2005).
Aktivitas hormon IAA pada tanaman dipengaruhi oleh adanya triptofan. Eksudat akar
tanaman adalah sumber triptofan alami bagi mikroorganisme tanah rhizosfer, yang dapat
meningkatkan biosintesis auksin pada daerah rhizosfer (Kamilova et al., 2006). Pemberian
L-triptofan ke dalam kultur in vitro bakteri, fungi, maupun khamir penghasil IAA.

Jurnal Biologi Biogenesis Solusi Vol. 1 No. 2 April-Juni 2014: 82-88

Anda mungkin juga menyukai