Anda di halaman 1dari 6

Bandingkan setidaknya 2 artikel yang topiknya hampir sama, yang satu pada jurnal

internasional bereputasi dan yang lainnya pada jurnal nasional. Fokus pada
“Kerangka berpikir” pada bab pendahuluan dan bahan dan metode. Ulas dengan
analisis yang baik. Kirimkan copy artikel tersebut dan ulasan anda dengan font 12
Times New Roman ke aswaldianwar@yahoo.com Paling lambat 28 maret 2020.

Jurnal 1
Physicochemical characteristics of west Sumatera's forest honey

1. Pendahuluan
Lebah madu raksasa Asia (Apis dorsata) memiliki kunci penting untuk
mendukung sektor ekonomi orang-orang yang tinggal di sekitar hutan. Sebagian
besar penduduk lokal yang tinggal di sekitar hutan berburu madu mereka mata
pencaharian dan kebutuhan sehari-hari mereka. Studi ini mengungkapkan bahwa
dalam satu pohon dapat dihuni lebih dari 50 pohon koloni A. dorsata dan dapat
menghasilkan hingga 10 kg madu. Namun, sebagian besar penduduk setempat ini
menggunakan teknik yang tidak berkelanjutan untuk mendapatkan madu. Akibatnya,
itu menghancurkan sarang mereka dan pindah ke pohon lain. Selain itu, mereka tidak
ingin menghambat pohon lagi. Karena itu, semakin baik dan teknik berkelanjutan
untuk mengumpulkan madu harus dipromosikan untuk menjaga produktivitas dan
kualitas madu.
Deforestasi yang terjadi pada pohon sialang (istilah lokal yang didefinisikan
oleh masyarakat lokal untuk menyebut pohon dihambat oleh A. dorsata dan
fragmentasi lanskap dan konversi menjadi perkebunan adalah faktor utama yang
sangat mengganggu keberadaan dan habitat A. dorsata. Lingkungan yang baik
menyimpan kunci penting untuk keberlanjutan produksi madu. Salah satu parameter
yang digunakan untuk menghitung kualitas lingkungan adalah kondisi hutan
kepungan di sekitar pohon sialang dan sekitarnya ketersediaan tanaman nektar. Faktor
utama yang membuat populasi lebah madu menurun di Indonesia India barat adalah
penurunan populasi pohon Dalbergia sissoo. Jadi, itu menunjukkan bahwa lebah
madu bergantung pada hutan sebagai habitat dan sumber makanan mereka. Selain itu,
pohon membutuhkan A. Dorsata salah satu penyerbuk. Oleh karena itu, strategi
konservasi perlu dikembangkan untuk menjaga keberlanjutan produksi madu dan
habitatnya.
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki potensi besar dalam
memproduksi madu di dunia. Produksi madu di Indonesia mencapai 492,60 ton
didistribusikan di lima pulau terbesar. Namun, penelitian ini melaporkan bahwa total
permintaan madu di Indonesia mencapai hingga 3600 - 4000 ton per tahun. Ini berarti
bahwa Indonesia masih dalam masalah defisit madu atau sekitar 80% permintaan
madu tidak tercakup oleh produksi kami. Kondisi ini seharusnya mengarah pada
tantangan dan peluang bagi banyak peternak lebah di Indonesia untuk meningkatkan
produktivitas mereka. Terkait dengan itu, kurangnya produksi madu dapat memicu
banyak penipuan madu. Berdasarkan masalah ini, diperlukan cara yang lebih baik dan
efektif untuk mendeteksi potensi penipuan terhadap produk madu.
Provinsi Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang
memiliki produksi madu yang luar biasa. Provinsi Sumatera Barat dapat
menghasilkan hingga 680 kg / tahun. Jumlah ini lebih kecil dari produksi madu yang
hanya mencapai 26,25 ton / tahun pada tahun 2002. Banyak kabupaten yang dikenal
sebagai pusat produksi madu, yaitu Solok, Dharmasraya, Sijunjung, dan Pesisir
Selatan. Kabupaten-kabupaten tersebut memiliki bentang alam yang unik dan
berpengaruh pada struktur vegetasi dataran rendah hingga dataran tinggi. Variasi ini
dianggap memberikan efek signifikan pada karakteristik madu. Dengan kata lain,
perbedaan antara vegetasi dan lingkungan di setiap lanskap atau bioregion mungkin
mempengaruhi karakteristik fisiokimia dari bio-region asal.
Penelitian ini menggunakan beberapa parameter pada SNI 3545: 2013 sebagai
referensi untuk menguji karakteristik madu yang dikumpulkan dari provinsi Sumatera
Barat. SNI 3545: 2013 digunakan sebagai referensi karena mengakomodasi semua
parameter fisika dan kimia dan secara resmi digunakan untuk menstandarisasi semua
produk madu di Indonesia. Selain itu, tidak ada jaminan dan jaminan orisinalitas dan
kualitas madu di provinsi Sumatera Barat. Oleh karena itu, prasangka terhadap
orisinalitas madu Sumatera Barat akan selalu dipertanyakan. Dengan demikian,
tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menentukan beberapa parameter
fisik dan kimia madu provinsi Sumatera Barat berdasarkan SNI.
2. Bahan dan Metode
2.1. Lokasi
Studi ini dilakukan di provinsi Sumatera Barat dari Maret 2016 hingga November
2016. Enam lokasi diwakili oleh karakteristik struktur lanskap, yaitu (1) hutan alam,
(2) perkebunan Acacia mangium, (3) perkebunan karet, (4) perkebunan kelapa sawit,
(5) hutan bakau, dan (6) perkebunan hortikultura heterogenik campuran.
2.2. Metode
Penelitian ini menggunakan metode observasi. Survei dilakukan untuk memilih
koloni A. dorsata yang sesuai yang mewakili bioregionnya. Untuk setiap bioregion,
sampel dikumpulkan menggunakan tiga replikasi dari koloni A. dorsata yang berbeda
yang mendiami pohon sialang yang berbeda pada bioregion yang sama. Sampel
diproses dan dianalisis berdasarkan prosedur kerja yang tercantum dalam SNI 3545:
2013. Parameter yang diamati dalam penelitian ini yaitu Hydroxsimetilfurfural
(HMF), kadar air, kadar gula reduksi, kadar sukrosa dan warna.
2.3. Analisis Data
Analisis data Data yang dikumpulkan disusun dan ditabulasi menggunakan Ms.
Excel. Kuantitatif deskriptif digunakan untuk menguji dan menentukan perbedaan
karakteristik berdasarkan beberapa parameter yang dinyatakan dalam SNI 3545:
2013, seperti kadar HMF, kadar abu, kadar gula reduksi, dan kadar sukrosa. ANOVA
(Analisis varian) juga dijalankan untuk mengetahui apakah ada perbedaan signifikan
dari parameter-parameter tersebut di antara bioregion.
Jurnal 2
Pola Pengelolaan Pohon Sialang Oleh Masyarakat
Desa Betung Kecamatan Pangkalan Kuras Kabupaten Pelalawan

Keberadaan hutan merupakan ekosistem yang memiliki arti dan peran penting
dalam sistem penyangga kehidupan. Hutan merupakan penyedia berbagai sumber
daya yang dibutuhkan demi kelangsungan hidup. Secara tradisional, masyarakat
sekitar hutan mengembangkan sistem pengelolaan dan pemanfaatan hasil hutan
secara lestari dan bijaksana. Salah satu hasil hutan yang dimiliki oleh Masyarakat
Desa Betung Kecamatan Pangkalan Kuras Kabupaten Pelalawan adalah lebah madu.
Di dalam kawasan hutan biasanya lebah madu bersarang pada setiap pohon yang
disebut dengan pohon sialang. Menurut WWF (2004) dalam Mujid (2010), sialang
adalah jenis pohon yang besar dan tinggi batangnya, garis tengah batang pohonnya
bisa mencapai 100 cm atau lebih, dan tingginya bisa mencapai 26 sampai 30 meter.
Lebah-lebah membangun sarangnya di dahan-dahan pohon. Satu pohon bisa berisi
sampai 50 sarang bahkan lebih, tiap sarang bisa berisi sampai kira-kira 10 kilogram
madu asli alamiah.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan sewaktu pra-penelitian, kawasan
Hutan Kepungan Sialang milik masyarakat Desa Betung Kecamatan Pangkalan Kuras
Kabupaten Pelalawan memiliki berbagai jenis pohon sialang. Adapun jenis pohon
sialang tersebut antara lain : sulur batang, rumah keluang, cempedak air, kedundung,
kempas dan rengas. Namun, pohon-pohon sialang yang ada di kawasan Hutan
Kepungan Sialang ini tidak dikelola lagi dan dibiarkan begitu saja oleh masyarakat.
Masyarakat lebih mementingkan mengelola kebun kelapa sawit dibandingkan
mengelola pohon sialang.
Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian “Pola Pengelolaan Pohon Sialang
oleh Masyarakat Desa Betung Kecamatan Pangkalan Kuras Kabupaten Pelalawan”
yang nantinya dapat menyajikan data tentang pola pengelolaan pohon sialang.
Sehingga didapat perbandingan alasan masyarakat mengapa lebih memilih mengelola
kebun kelapa sawit dibandingkan dengan mengelola pohon sialang. Muda dan
masyarakat yang mengelola kelapa sawit. Jumlah sampel yang diambil dalam
penelitian ini sebanyak 23 reponden.
Bahan dan metode
Penelitian ini dilakukan di Desa Betung Kecamatan Pangkalan Kuras
Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan
Februari – April 2014. Penelitian ini menggunakan teknik Purpossive sampling,
subjek yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu. Subjek dalam penelitian ini adalah
Pengelola Lembaga Adat Suku Palubuk, Pengelola Lembaga Adat Suku Pamatan ,
Juragan Tua, Juragan .
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan
analisis AHP (Analitycal Hierarchy Procces). Analisis AHP (Analitycal Hierarchy
Procces) dilakukan dalam 7 langkah. Langkah pertama, mendefinisikan masalah dan
menentukan solusi. Langkah kedua, membuat struktur hirarki yang diawali dengan
tujuan utama. Langkah ketiga, membuat matriks perbandingan berpasangan. Langkah
keempat, melakukan mendefinisikan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh
jumlah penilaian seluruhnya. Langkah kelima, menghitung nilai eigen dan menguji
konsistensinya. Langkah keenam, mengulangi langkah 3, 4, dan 5 untuk seluruh
tingkat hirarki. Langkah ketujuh, menghitung eigen dari setiap matriks perbandingan
berpasangan.
Daftar Pustaka

Wiratmoko, Pribadi. (2020). Physicochemical characteristics of west Sumatera's


forest honey. IOP Conf. Series: Earth and Environmental Science Sci. 415 012015.
doi:10.1088/1755-1315/415/1/012015.

Anda mungkin juga menyukai