Anda di halaman 1dari 8

JURNAL HUTAN LESTARI (2017)

Vol. 5 (2) : 209 - 216

PENGELOLAAN MADU HUTAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL


MASYARAKAT DI DESA SEMALAH DAN DESA MELEMBA KAWASAN
DANAU SENTARUM KABUPATEN KAPUAS HULU

(Forest Honey Management Based On Local Wisdom In Semalah and Melemba Village Of
Danau Sentarum Area Of Kapuas Hulu Regency)

Sofia, Sofyan Zainal dan Emi Roslinda


Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura Jalan Imam Bonjol Pontianak 78124
Email: Fiasofia73@yahoo.com

ABSTRACT
Honey is one of the non-timber forest products (NTFPs). The management of forest honey can
be done in a modern and traditional way. The purpose of this study to determine the processes
of management of forest honey and the application of local wisdom values in the two villages
and different farmer groups. The method used in this study is a survey by interview and
questionnaire tools. Analysis of the data used is descriptive qualitative. Management of forest
honey maintain sustainable forests as the availability of honey nest and bees feed. The local
wisdom is still maintained that the use of honey nest derived from ancestral heritage in the form
of tikung, repak and lalau.

Keyword: Danau Sentarum Region, Honey Forest, NTFPs, Traditional Wisdom

PENDAHULUAN (Kurniawan dkk, 2015). Produksi


Madu merupakan salah satu madu hutan di kabupaten Kapuas
produk perlebahan yang telah dikenal Hulu merupakan salah satu sumber
oleh masyarakat luas di seluruh dunia mata pencaharian dan menjadi
termasuk Indonesia (Bapedda pemasukan perekonomian bagi
NTB,2015). Madu Indonesia terdiri kehidupan masyarakat, terutama yang
dari dua jenis yaitu madu hutan dan berada di dalam dan sekitar danau.
madu ternak. Pembuatan sarang lebah Masyarakat desa Semalah dan desa
madu selama ini dilakukan dengan Melemba yang berada di kawasan
berbagai cara dengan tujuan Danau Sentarum yang sejak lama
menghasilkan jumlah lebah madu mengelola dan memanfaatkan madu
yang lebih banyak. Di Indonesia pada hutan sebagai salah satu produk hasil
dasarnya terdapat dua cara yaitu cara hutan bukan kayu.
tradisional yang menggunakan tikung Kawasan Danau Sentarum
(sarang buatan), lalau (lebah terdapat kelompok petani madu
bersarang di kayu besar), dan repak berupa Asosiasi Periau Danau
(lebah yang bersarang di sembarang Sentarum (APDS). Masyarakat yang
tempat), dan cara modern dengan termasuk kedalam kelompok APDS
menggunakan stup dari kayu yang yaitu masyarakat periau Semalah, dan
berisi bingkai sisiran atau kotak kayu masyarakat yang belum termasuk

209
JURNAL HUTAN LESTARI (2017)
Vol. 5 (2) : 209 - 216

kedalam anggota APDS yaitu kelompok petani madu (Kaban Madu


masyarakat desa Melemba. Perlu Meliau) yang bukan termasuk
adanya suatu penelitian jika dilihat anggota APDS. Pemilihan informan
dari proses-proses pengelolaan madu dilakukan dengan teknik sensus.
hutan berbasis kearifan lokal antara Penelitian ini menggunakan metode
anggota APDS dan masyarakat yang survey dengan teknik wawancara dan
bukan APDS, serta melihat penerapan alat bantu kuisioner. Analisa data
nilai kearifan lokal masyarakat dalam yang digunakan secara deskriptif
proses pengelolaan madu hutan. kualitatif. Analisis data yang
Tujuan penelitian ini untuk diuraikan dalam bentuk narasi, hasil
mengetahui proses-proses wawancara diuraikan sebagai upaya
pengelolaan madu hutan dan untuk lebih memiliki makna dalam
penerapan nilai kearifan lokal dalam mengkaji dan merekontruksi masalah
pengelolaan madu hutan di desa penelitian (Supranto (2000). Data
Semalah dan desa Melemba. Manfaat primer yang dikumpulkan dalam
dari penelitian ini adalah untuk penelitian ini adalah melalui
mengungkapkan dan wawancara langsung dengan
mendokumentasikan proses-proses responden melalui alat bantu
pengelolaan madu hutan di dua desa kuesioner. Data sekunder berupa
yang berbeda yaitu desa Semalah kondisi umum wilayah diperoleh
yang termasuk anggota Asosiasi melalui data-data di kantor WWF
Periau Danau Sentarum (APDS) dan program Kalimantan Barat, yang
desa Melemba termasuk Kaban Madu meliputi keadaan umum lokasi serta
Meliau yang bukan merupakan literatur-literatur yang diperoleh dari
anggota APDS serta penerapan sumber lainnya yang berkaitan
kearifan lokal yang masih dengan penelitian.
dipertahankan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
METODOLOGI PENELITIAN Berdasarkan hasil penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di terhadap pengelolaan madu hutan
Desa Melemba Kecamatan Batang (Apis dorsata) berbasis kearifan lokal
Lupar dan Desa Semalah Kecamatan masyarakat di dua desa yang terletak
Selimbau Kabupaten Kapuas Hulu, di kawasan Danau Sentarum, yaitu
pada bulan April 2016. Alat dan desa Semalah dan desa Melemba
bahan yang digunakan dalam dalam mengelola dan melestarikan
penelitian ini daftar kuesioner, pohon tempat lebah bersarang yang
kamera, peta lokasi, recorder dan dilaksanakan melalui wawancara
Alat tulis menulis. Objek penelitian dengan anggota petani madu APDS
ini adalah anggota petani madu yaitu Semalah sebanyak 38 orang dan
anggota petani Asosiasi Periau Kaban Madu Meliau sebanyak 20
Danau Sentarum (APDS) dan orang anggota. Petani madu APDS

210
JURNAL HUTAN LESTARI (2017)
Vol. 5 (2) : 209 - 216

Semalah dimayoritaskan oleh suku generasi muda yang ikut menjadi


Melayu dan menganut agama Islam petani madu.
sedangkan kelompok petani madu Pengelolaan Madu Hutan di desa
Meliau mayoritas suku Dayak Iban Semalah telah memperoleh
menganut agama Kristen Protestan. pendampingan dari Lembaga
Tingkat pendidikan masyarakat petani Swadaya Masyarakat (LSM)
di Kaban Madu Meliau yaitu tingkat mengenai pengelolaan madu hutan
SMU, sedangkan petani madu APDS dari tahap pemanenan hingga tahap
Semalah masih banyak yang tidak pemasaran. Sarang lebah yang
mengenyam pendidikan di bangku dimanfaatkan APDS adalah sarang
sekolah. Berdasarkan tingkat umur, tikung, yang nantinya akan diproses
sebagian besar kelompok Kaban baik menggunakan alat tradisional
Madu Meliau berusia 50 tahun keatas maupun alat modern, contohnya
sedangkan kelompok petani APDS adalah penggunaan alat modern
Semalah berusia 31 tahun keatas dan pengurangan kandungan kadar air
masih banyak yang merupakan madu (dehumidifying).

Gambar I. Tikung yang di pasang di sela ranting pohon (Tikung that mounted in
between the branches of trees)
Proses-proses pengelolaan madu actutangula) sekaligus sebagai pakan
hutan yang diterapkan oleh periau lebah. Hasil madu yang didapat dari
APDS Semalah yaitu penentuan satu sarang tikung sebanyak 1-20 kg.
kawasan hutan yang mengutamakan Pemanenan madu di APDS Semalah
tersedianya jenis pohon penghasil madu sudah menerapkan teknik panen lestari
serta kawasan hutan yang terhindar dari yaitu pemanenanan dilakukan di siang
kerusakan. Tikung merupakan sarang hari, pada saat panen hanya kepala
buatan yang dapat membantu sarang lebah yang di potong dan
meningkatkan jumlah produksi madu. diambil, serta pemisahan antara sarang
Jenis pohon untuk pemasangan tikung dengan madu dilakukan secara tiris.
seperti bunga Putat (Barringtonia Petani APDS Semalah sudah

211
JURNAL HUTAN LESTARI (2017)
Vol. 5 (2) : 209 - 216

menggunakan botol dan label khusus petaninya masih sedikit dan desa
untuk produk madu yang akan di Melemba juga tidak termasuk kedalam
pasarkan, serta pemasaran produk madu kelompok anggota APDS. Kaban Madu
langsung disetor ke koperasi APDS dan Meliau yang memanfaatkan pohon
Mitra Jaringan Madu Hutan Indonesia penghasil madu hutan secara turun
(JMHI) serta ke lembaga yang temurun dengan sarang lalau dan Kaban
mengontrak hasil madu. Madu juga mengembangkan
Kaban Madu Meliau merupakan pengelolaan madu hutan dengan sarang
kelompok petani madu yang ada di desa tikung.
Melemba yang jumlah anggota

Gambar 2. Sarang lebah lalau (Bee nest of lalau)

Pengelolaan madu hutan yang panen yang digunakan berupa akar


dilakukan oleh Kaban Madu Meliau pohon jabai untuk pembuatan sempun
yaitu penentuan kawasan hutan yang (alat pengasapan). Kaban Madu Meliau
mengutamakan terhindarnya dari dapat memproduksi madu dari sarang
kerusakan secara buatan dan alami. tikung 5-20 Kg dan satu pohon lalau
Sarang lebah tikung dan lalau dimiliki menghasilkan 180 kg – 500 kg. Dalam
secara individu dan dipasang pada pengemasan produk madu untuk
pohon warisan nenek moyang. Adanya kelompok Kaban Madu Meliau hanya
proses panen yang dilakukan Kaban menggunakan jerigen dengan berbagai
Madu, dengan menerapkan panen lestari ukuran tanpa ada label khusus.
dengan mencontoh kelompok APDS, Pemasaran dilakukan dengan sistem
tujuannya meningkatkan jumlah curah, serta adanya pelanggan khusus
produksi madu dan menghasilkan madu dan penjualan di Rumah Panjang.
yang bersih. Pengolahan madu Berikut jenis pohon yang merupakan
dilakukan secara tradisional dengan pakan lebah, tempat sarang lebah buatan
melakukan pengurangan kadar air dan sebagai tempat lebah bersarang
menggunakan alat kain kasa. Adanya secara alami:
penggunaan bahan alami sebagai alat

212
JURNAL HUTAN LESTARI (2017)
Vol. 5 (2) : 209 - 216

Tabel 1. Jenis pohon penghasil madu hutan (The kinds of trees the produce honey
forest)
No Lokal Nama ilmiah / latin
1 2 3
1 Ubah Syzygium leptostemon
2 Rengas Gluta aptera
3 Tempurau Dipterocarpus spp
4 Samak Syzygium sp.
5 Kawi Shorea balangeran
6 Tembesu Fagrarea fagrans
7 Kayu tahun Garcinia sp
8 Putat Barringtonia actutangula
9 Medang Litsea resinosa
10 Kamsiak Mesua sp.
11 Kebesi Memecylon edule
12 Embasung Syzygium clariflora
13 Kerminit Timonius flavescens
14 Mentangis Ixora mentagis
15 Tapang Melicope lunu-ankenda
16 Kebaca Gluta pubescens

Kearifan lokal masyarakat periau Sementara kearifan lokal kaban


APDS dalam pengelolaan madu hutan, Madu Meliau berupa, Peraturan adat
yaitu peraturan adat yang berlaku di yang diterakan dengan cara memberi
petani dengan cara pergi bersama pada hasil madu kepada yang tidak memiliki
saat melakukan panen madu, melakukan pohon sarang lebah. Melakukan upacara
doa bersama ketika mengalami gagal adat atau syukuran serta merawat pohon
panen dan membersihkan pohon sarang sarang lebah. Nilai leluhur yang masih
tikung. Adanya nilai leluhur yang masih dipertahankan adalah timang lalau dan
dipertahankan yaitu penggunaan timang merawat pohon penghasil madu hutan
lalau, sebagai doa atau nyanyian saat yang diwariskan oleh nenek moyang.
panen berlangsung. Larangan terhadap Larangan dalam pengelolaan madu
pengelolaan madu yaitu tidak menebang yaitu melarang menebang pohon sarang
pohon sarang lebah dan lokasi lebah dan membuka lahan pertanian
pembukaan ladang harus jauh dari dengan membakar hutan secara
pohon sarang lebah. Penentuan berlebihan. Penentuan kepemilikan
kepemilikan pohon sarang lebah dengan pohon sarang lebah dengan cara
melakukan pembagian pohon mempertahankan dari sepeninggalan
berdasarkan batas kampung dan turun temurun serta adanya penentuan
pembagian dikelompok periau serta kepemilikan pohon dengan cara
pemberian kode dimasing-masing menemukan pohon sarang lebah tanpa
sarang. Sanksi – sanksi di kelompok sengaja di hutan, sehingga petani
APDS diterapkan jika ada pelanggaran tersebut berhak memberi kode terhadap
terhadap peraturan yang berlaku, sanksi pohon sarang lebah. Sanksi yang
yang berlaku seperti peringatan, denda berlaku seperti terjadinya pencurian
dan pengeluaran anggota. madu, tersangka akan mengganti jumlah

213
JURNAL HUTAN LESTARI (2017)
Vol. 5 (2) : 209 - 216

madu yang dicuri ± Rp. 250.000,-. hutan, tersnagka harus mengganti rugi
Terjadinya pembakaran dan penebangan sejumlah uang yang disepakati bersama.

Tabel 2. Bentuk kearifan lokal masyarakat dalam pengelolaan madu hutan di desa
Semalah dan desa Melemba (Form The Management Of Honey Based On
Local Wisdom In Semalah and Melemba Village)

Bentuk kearifan
No APDS Semalah Kaban madu Meliau
lokal
1 2 3 4
 Pergi bersama pada
saat melakukan panen
1 Peraturan Adat  Memberi hasil madu kepada
madu.
masyarakat yang tidak memiliki pohon
 Melakukan doa
sarang lebah
bersama ketika gagal
 Upacara adat atau syukuran
panen.
 Merawat pohon sarang lebah
 Membersihkan pohon
sarang tikung
 Timang lalau
 Timang lalau  Merawat pohon penghasil madu hutan
2 Nilai Leluhur yang diwariskan oleh nenek moyang
 Tidak menjual madu  Melarang menebang pohon sarang
ke koprasi lebah
 Tidak menebang  Membuka lahan pertanian dengan
3 Larangan pohon sarang lebah membakar hutan secara berlebihan
 Membuka ladang jauh  Memanen sarang lebah yang bukan
dari pohon sarang milik sendiri
lebah  Tidak membuang sampah di sungai
4 Alat Panen  Sempun yaitu bara api
Tebaok yaitu bara api
 Sendok kayu medang
Pembagian pohon sarang Sepeninggalan turun temurun dan
lebah berdasarkan batas menemukan pohon yang ada sarang
5 Kepemilikan Pohon kampung dan adanya lebah tanpa sengaja serta pemberian
Sarang Lebah pembagian dikelompok kode dimasing-masing sarang.
periau serta pemberian
kode dimasing-masing
sarang.
Pencurian madu, perahu  Pencurian madu membayar denda
yang digunakan akan Rp. 250.000,-
diambil. Pelanggaran  Pembakaran dan penebangan hutan
aturan kelompok mengganti rugi sejumlah uang yang
6 Sanksi periau,akan diberi disepakati bersama.
peringatan 3 kali bahkan
dikeluarkan dari
kelompok dan membayar
denda.

214
JURNAL HUTAN LESTARI (2017)
Vol. 5 (2) : 209 - 216

KESIMPULAN DAN SARAN Kementerian Negara Lingkungan


Pengelolaan madu hutan yang Hidup RI dan Masagena Press,
dilakukan oleh kelompok Asosiasi Periau Makasar.
Danau Sentarum (APDS) dan Kaban Arianto, Rachmam I, Toknok B. 2014.
Madu Meliau memiliki perbedaan dan Kearifan Masyarakat Lokal Dalam
persamaan antara kedua desa yang Pengelolaan Hutan Di desa Rano
berbeda. Persamaan dapat dilihat dari Kecamatan Balaesang Tanjung
penggunaan sarang lebah tikung yang Kabupaten Donggala. Jurnal Warta
merupakan sarang buatan untuk lebah Rimba Vol. 2 (2) : 84 – 91.
hinggap, yang terbuat dari jenis kayu
tertentu yaitu tembesuk (Fagrarea Bahtiar M. 2004. Pengelolaan Sumber
fagrans), kawi (Shorea balangeran) dan Daya Madu Hutan:Studi kasus Desa
medang (Litsea resinosa). Perbedaan Keliling Semulung,Kapuas Hulu,
antara kelompok APDS dan Kaban Madu Riak Bumi, KALBAR.
yaitu pemilihan waktu panen madu, APDS Bakti Setiawan. 2006. Kajian Kearifan
melakukan panen madu di siang hari Lokal Masyarakat Dalam
sedangkan Kaban Madu melakukan panen Pengelolaan Sumber Daya Alam
madu di malam hari. Kearifan tradisional Dan Lingkungan. Pedidikan Biologi
yang masih di terapkan di kedua kelompok FMIPA Universitas Negeri
tani madu yaitu penggunaan sarang lebah Yogyakarta.
yang di wariskan secara turun temurun.
Bapedda NTB,2015. Hasil Hutan Bukan
Kawasan Danau Sentarum
Kayu (HHBK):Salah Satu solusi
merupakan daerah yang terkenal dengan
Peningkatan Kesejahteraan,
produksi madu hutan yang unggul serta
Mataram,NTB.
proses pengelolaan madu hutan yang baik
dapat menjadi contoh untuk daerah lain Darmawan, S. & Agustarini, R. 2014.
sebagai penghasil madu hutan. Untuk itu Pemanenan Madu Hutan. Buku Seri
perlu kesadaran masyarakat dan petani Iptek V Kehutanan.Pusat Litbang
madu dalam melestarikan kearifan lokal Konservasi dan Rehabilitasi
dengan tidak menebang pohon secara (Puskonser). BPTHHBK. Mataram.
berlebihan, tidak membakar hutan atau Effendy O.f. Bangsa G.P. Martien. 2014.
membuka lahan pertanian sembarangan, Perancangan Kemasan Madu Beun
guna sebagai upaya pelestarian habitat Kalimantan Timur Beserta Media
lebah madu dan produksi madu hutan. Pendukungnya. Institut Seni
Indonesia. Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Andi M. Akhmar dan Syarifuddin, 2007. Giesen, W. & J. Agloinby (2000).
Mengungkap Kearifan Lingkungan Introduction to Danau Sentarum
Sulawesi Selatan, PPLH Regional National Park, West Kalimantan.
Sulawesi, Maluku dan Papua, Borneo Research Bulletin 31: 5-
28.

215
JURNAL HUTAN LESTARI (2017)
Vol. 5 (2) : 209 - 216

Hadisoesilo S, Kuntadi. 2014. Faktor Mikael, Hardiansyah G, Iskandar. 2015.


Penyebab Kegagalan Panen Madu Kearifan Lokal Masyarakat Desa
Hutan Di Taman Nasional Danau Tunggul Boyok Dalam Pengelolaan
sentarum Pada Musim Panen Madu Alam Di Kecamatan Bonti
Tahun 2009-2012. JMHI. Kabupaten Sanggau. Jurnal Lestari
KALBAR. Vol. 3 (1): 80 – 87.
Julmansyah 2010. Madu Hutan Menekan Oldroyd, B.P. and S. Wongsiri. 2006.
Deforestasi. Jalan Lain Konservasi Asian Honey Bees; Biology,
DAS dan Adaptasi Perubahan Iklim. Conservation,and Human
Jaringan Madu Hutan Sumbawa ( Interaction. Harvard University
JMHS). Pondok Madu Rakyat Desa Press, Cambridge, Massachusetts,
Batudulang, Kecamatan Batulanteh. and London, England.
Keraf. 2010. Etika Lingkungan Hidup. Roslinda E. Modal Sosial dalam
Kompas, Jakarta. Pengelolaan Sumberdaya Hutan
Pada Masyarakat Periau Kapuas
Kuntandi. 2007. Kearifan Tradisional
Hulu Kalimantan Barat.
Dalam “Budidaya” (Lebah Hutan
Procecoding Seminar Agroforestri
Apis dorsata). Badan Penelitian dan
IV, Banjarbaru 2013.
Pengembangan Kehutanan. Jakarta.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
Kurniawan TA, Rafiq A, 2015. Beda
Kuantitatif, Kualitatif dan R.D,
Madu Hutan dan Madu Ternak.
Alfabeta. Bandung.
Tempo, Jakarta.

216

Anda mungkin juga menyukai