Anda di halaman 1dari 12

RENCANA USAHA KEMITRAAN

PILOT INKUBASI INOVASI DESA-PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

PENGEMBANGAN MADU HUTAN


DESA UJUNGJAYA KECAMATAN SUMUR KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

PENGUSUL:
Nama : TPKK Desa Ujung Jaya
Alamat :Jl. Taman Nasional Ujung Kulon, Kp. Cikawung RT 001/001
Desa Ujungjaya Kec. Sumur, Kab. Pandeglang-Banten 42283
No.Telepon : (0253) 5554183 (sekretariat di Pandeglang)
E-mail : tpkk.ujungjaya@gmail.com

PANDEGLANG TAHUN 2018


LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul : Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Desa Penyangga Kawasan Taman


Nasional Ujung Kulon (TNUK) melalui Pengembangan Usaha Madu Hutan,
pertanian dan wisata.

2. Produk yang dikembangkan : 1. Madu Hutan Ujung Kulon


2. Produk turunan madu hutan; lilin lebah, sabun, wisata minat khusus, dan
3. Pertanian

3. Lokasi Kegiatan
a. Wilayah (Desa/Kec) : Desa Ujung jaya, Kecamatan Sumur
b. Kabupaten / Kota : Pandeglang
c. Provinsi : Banten

4. Kelompok Kemitraan
a. Nama Kelompok : TPKK Desa Ujung Jaya
b. Ketua : Juhendi
c. Pengurus : 6 orang
c. Anggota : Bumdes Tunas Jaya, Koperasi Hanjuang, PT. Rumah Madu Nusantara,
Perhimpunan Mahardika/PHMN
5. Total Biaya : Rp. 400.000.000 (Empat Ratus Juta Rupiah) Angaran Tahun 2018
Rp. 1.100.000.000 (Satu Milyar Seratus Juta Rupiah) Anggaran Tahun 2019

Pandeglang, November 2018

Ketua Kelompok Usaha Ekonomi Desa Pimpinan Pelaku Bisnis Profesional


Koperasi Hanjuang PT. Rumah Madu Nusantara

( Eman Sulaeman ) ( Rifki Rizal )

Pimpinan BUMDES

( Juhendi )

Mengetahui, Menyetujui,
Kepala Desa Ujungjaya Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintahan Desa (POKJA PIID-PEL)

(Sardan) Drs. H.Taufik Hidayat,M.Si


NIP. 19630421 198903 1012
I. Ringkasan

Salah satu produk Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) di Kabupaten Pandeglang adalah
madu hutan dari jenis lebah Apis Dorsata atau dalam bahasa lokal disebut Odeng, menjadi
sumber pendapatan alternatif petani Ujung Kulon disaat musim kemarau dimana petani
tidak menggarap sawah dan bunga-bunga hutan bermekaran menghasilkan madu. Panen
madu hutan di Ujung Kulon 1 tahun sekali dengan durasi 3-4 bulan, madu Odeng biasanya
mulai musim pada bulan Juli atau Agustus hingga November dengan potensi produksi
dapat mencapai 15 hingga 25 ton/tahun.

Potensi madu hutan yang diusahakan oleh petani Ujung Kulon saat ini telah diterima
oleh pasar nasional melalui kerjasama usaha antara Koperasi Hanjuang dengan PT.
Orindo Alam Ayu (Oriflame Indonesia) yang bersedia memasarkan madu hutan Ujung
Kulon sebanyak 5.000 botol/bulan. Saat ini telah bersedia juga untuk menampung produksi
madu, yaitu PT. Rumah Madu Nusantara untuk pemasaran di lokal dan akan berencana
untuk membentuk Lembaga Keuangan Mikro (LKM), inovasi ini patut diterapkan di Ujung
Kulon.

Balai TNUK memberikan dukungan kebijakan atas akses wilayah pemanfaatan madu
hutan dikawasan TNUK, melalui Perjanjian Kerjasama Nomor: PKS.04/T.12/TU/K3/10/2016
Tentang Pengelolaan Madu Hutan di Zona Tradisional TN. Ujung Kulon. Pada level
kebijakan Pemerintah Kabupaten Pandeglang, sebenarnya telah memposisikan
pengarusutamaan pembangunan dikawasan desa penyangga TNUK, melalui Peraturan
Daerah Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Daerah Penyangga Taman Nasional
Ujung Kulon.

Sasaran dalam program ini berjumlah 137 orang terdiri dari 114 orang laki-laki petani
madu, 20 orang perempuan dan 3 orang tenaga produksi di Unit Pengolahan Hasil (UPH).
Sedangkan produk yang akan dikembangkan adalah Lebah Madu Ujung Kulon, produk
turunan madu (lilin lebah, sabun-pelembab bibir dan wisata minat khusus), serta pertanian
dan wisata minat khusus. Produk lebah madu akan diproduksi dengan beberapa jenis;
madu hutan gift (harga ekslusif), madu hutan sachet, dan madu hutan botol plastik. Untuk
produk turunan lebah madu yaitu; lilin lebah (bahan setengah jadi), sabun-pelembab bibir,
dan wisata minat khusus paket panen madu.

Dampak ekonomi yang diharapkan diantaranya; omset penjualan produk madu hutan
Ujung Kulon senilai Rp. 200.729.250, dengan proyeksi keuntungan Rp. 24.091.650 (12%
dari omset), dan akan bertambah saat puncak musim panen (September-oktober) melalui
jasa ekowisata “paket madu”, dengan asumsi 5 kunjungan dalam 2 bulan dapat senilai Rp.
50.000.000. Pelaku kemitraan yang terlibat adalah Petani madu anggota Koperasi
Hanjuang Desa Ujung Jaya, Bumdes dan PT. Rumah Madu Nusantara sebagai offtaker
yang akan menyerap dan memasarkan produk tersebut diatas kepada konsumen/mitra
pasar.

Secara sosial, program ini akan secara langsung menjadi pengungkit ekonomi desa
yang digerakan secara kolektif oleh petani madu dan kaum perempuan desa. Program ini
juga akan mendorong kesadaran menjaga kelestarian lingkungan, tanpa hutan yang sehat
tidak akan ada madu hutan di Ujung Kulon.
II. Gambaran Lokasi/Desa

Desa Ujung jaya, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang berada di ujung


barat Pulau Jawa, berbatasan langsung dengan kawasan Taman Nasional Ujung
Kulon (TNUK). Luas desa 864,5 Ha dengan penduduk 4.323 jiwa, Ujung Jaya
berada pada bentang alam diantara pegunungan dan Lautan. Hal unik dari desa
Ujung jaya beririsan langsung dengan kawasan TNUK yang berstatus World
Heritage satu-satunya didunia yang masih terdapat Badak Jawa (Rhinoceros
sondaicus). Dari keunggulan geografis ini terdapat potensi besar untuk
dikembangkan berbagai produk unggulan desa yang bermanfaat secara ekonomi,
lingkungan dan sosial, diantaranya; madu hutan, wisata, pertanian dan hasil laut.

Pemanfaatan madu hutan sudah berlangsung sejak lama, secara turun


temurun dijadikan sumber pendapatan alternative keluarga petani disaat musim
kemarau, tidak menggarap sawah. Potensi madu hutan dalam 1 tahun mencapai 15
s/d 25 ton dalam waktu 3 bulan masa panen. Koperasi Hanjuang sebagai wadah
usaha petani madu hutan Ujung Kulon telah bekerjasama dengan Balai TNUK
dalam pemanfaatan madu hutan dikawasan TNUK dengan luas areal 1.224,95 Ha
pada zona tradisional di Pulau Panitan dan Gn. Honje.

Potensi lainnya adalah produk pertanian, hal ini dapat dilihat dari luasan sawah
504 Ha, rata-rata hasil panen ± 300 ton gabah kering per-tahun, dengan nilai jual
Rp. 6.000/Kg (harga Oktober 2018). Sumber daya laut pun potensial untuk dikelola,
baik dalam produk ikan laut atau wisata minat khusus panen madu + mancing.
Program usaha madu hutan ini akan menyerap tenaga kerja sebanyak 6 orang
pengurus, 20 orang perempuan pengolah lilin lebah (beeswax), 3 orang laki-laki di
unit pengolahan madu, dan 114 orang petani madu yang tersebar di 10 kampung.
III. Gambaran Usaha

Madu Hutan Ujung Kulon, dihasilkan dari jenis lebah Apis Dosata atau dalam
Bahasa lokal dinamakan Odeng. Madu hutan bersumber dari berbagai jenis nectar
tanaman endemik hutan Ujung Kulon. Petani biasa mencari madu hutan disaat
musim kemarau saat bunga-bunga tanaman hutan bermekaran, menjadi
pendapatan alternative keluarga petani saat tidak menggarap sawah (tadah hujan).
Potensi kapasitas produksi per tahun mencapai 15 s/d 25 ton, musim panen tahun
2018 ini sudah petani madu anggota Koperasi Hanjuang telah menghasilkan 12 ton
dari Agustus sampai bulan Oktober.
Potensi pemasaran madu hutan cukup besar, sudah berjalan 3 tahun Koperasi
Hanjuang bekerjasama dengan Oriflame Indonesia memenuhi permintaan madu
hutan 3.000 s/d 5.000 botol per-bulan, quantity tersebut memperlihatkan besarnya
peluang pasar madu hutan. Pemasaran di lokal tidak kalah besarnya dengan pasar
nasional, keberadaan objek wisata sekitar wilayah Ujung Kulon merupakan sasaran
pasar bagus, seperti; KEK Tanjung
Lesung, Pulau Peucang, Pulau Panaitan,
Pulau Umang dan beberapa hotel. Dalam
hal ini PT. Rumah Madu Nusantara akan
berperan menjadi ujung tombak
pemasaran kepada beberapa objek
sasaran tersebut. Program ini akan
memperluas jejaring pemasaran, yang secara langsung dapat mendongkrak angka
serapan madu dari Petani madu anggota Koperasi.

Pengolahan Lanjutan di UPH Madu Pemasaran, Pendidikan dan pelayanan Konsumen


Bumdes TPKK Desa Ujung Jaya

PT. Rumah Madu Nusantara

UPH Bumdes

Petani madu Anggota Koperasi Hanjuang Proses Pengurangan kadar air, filter, bottling dan packaging, sesuai
Mengumpulkan madu dari hutan permintaan dari Offtaker (PT. Rumah Madu Nusanatara)
IV. Gambaran Pelaku Kemitraan

Pelaku kemitraan yang akan terlibat dalam program ini adalah:


a) TPKK Bumdes Tunas Jaya Desa Ujung jaya, sebagai pengelola program
dan produksi lanjutan (UPH).
b) Koperasi Hanjuang, menghimpun petani dalam melakukan pemanenan dan
mengumpulkan madu dari Kawasan TNUK (produsen).
c) Perhimpunan Mahardika/PHMN, berperan sebagai inkubator untuk
peningkatan kapasitas pengelola dan penerima manfaat program, juga
sebagai fasilitator kepada para pihak.
d) PT. Rumah Madu Nusantara yang akan menampung dan memasarkan
produk yang dihasilkan (Offtaker).
Program madu hutan Ujung Kulon ini akan melibatkan pula setidaknya
beberapa pihak sebagai berikut :
a) Balai Taman Nasional Ujung Kulon / KLHK, sebagai pemangku hutan
kawasan TNUK sumber populasi lebah madu Apis Dorsata.
b) Pemerintah Kabupaten Pandeglang, yang juga telah mengeluarkan Perda
No 2 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Daerah Penyangga Taman Nasional
Ujung Kulon.
c) Pengusaha objek wisata, yang akan menjadi salah satu sasaran pemasaran
produk unggulan madu hutan Ujung Kulon.
d) Bank / Lembaga keuangan,
e) Akademisi, lembaga riset, NGO dan pihak-pihak lain yang mendukung
program pengembangan produk madu hutan Ujung Kulon.

Kesehatan Hutan

Sustainability Peningkatan
Kesehatan Masy Ekonomi Masyarakat
(Konsumen Madu) Desa Sekitar Hutan
V. Rencana Usaha dan Kegiatan Inkubasi

Rencana usaha dan kegiatan inkubasi yang akan dilakukan dalam waktu 2
bulan dari durasi selama 14 bulan ini adalah sebagai berikut :

No Kegiatan Usaha Inkubasi Output Waktu


Belanja pengadaan Asessment potensi a) Tersedianya bahan baku dan November s/d
1 barang/jasa sarana desa-desa Kawasan sarana produksi. Desember 2018
produksi, dan TNUK dan jejaring b) Dokumentasi dan analisa
operasional. pasar. potensi kawasan pedesaan
Ujung Kulon.
c) Rencana strategis
pengembangan program.
d) Jejaring pemasaran produk,
kontrak usaha.
Proses produksi madu; a) Pelatihan pengolahan a) Keterampilan tim produksi
2 kemasan gift, sachet madu (magang). sesuai SOP/SNI. November 2018
dan botol plastik. b) Pelatihan b) Tersedianya produk siap jual.
pengemasan produk.
Proses produksi madu a) Pelatihan manajemen a) Keterampilan kelompok
dan produk turunan; lilin usaha kelompok perempuan mengolah beeswax.
perempuan b) Promosi dan pengembangan
Desember 2018
(beeswax). pemasaran produk kepada
b) Launching produk. pengusaha objek wisata dan
3 c) Inisiasi mendorong masyarakat umum.
festival pasar desa- c) Terbangunnya pemahaman dan
desa Kawasan TNUK kerjasama antar desa-desa
dengan banyak pihak kawasan penyangga dlm
pengembangan produk
unggulan desa.
d) Rencana bersama antar desa
menyelenggarakan festival
pasar desa.
Monitoring, Evaluasi kontrol, pengendalian dan Desember 2018
4 dan Pelaporan pelaporan program.
Proses produksi, Keberlanjutan usaha Desember 2018 s/d
5 promosi dan Pemasaran pengembangan produk unggulan. 2019, dst

V.1. Target Produksi dan Penjualan

a) Target produk
Target produksi dan penjualan adalah berupa produk madu hutan
dalam 3 jenis kemasan dengan ukuran dan harga yang berbeda, yaitu;
kemasan gift, sachet dan botol plastik. Karena produk madu hutan yang
musiman 1 tahun sekali, maka disaat tidak musim madu, akan dikelola
pula sektor pertanian dan hasil laut, atau wisata minat khusus mancing
+ panen madu. Berikut target produksi dan penjualan selama 2 bulan :
i. Madu hutan paket gift 350 gram 1.000 botol
ii. Madu hutan botol plastik fliptop 250 gram 2.000 botol
iii. Madu hutan sachet 15 gram 10.000 pcs

b) Rantai pasok kemitraan


Rantai pasok dalam kegiatan usaha ini adalah sebagai berikut;
Bumdes Tunas Jaya Desa Ujung jaya, sebagai pengelola program dan
produksi lanjutan. Koperasi
Hanjuang, menghimpun petani
madu (produsen) memanen
dan mengumpulkan madu dari
Kawasan TNUK. Perhimpunan
Mahardika/PHMN, berperan sebagai inkubator untuk peningkatan
kapasitas pengelola dan penerima manfaat program, juga sebagai
fasilitator kepada banyak pihak. Dan PT. Rumah Madu Nusantara
sebagai Offtaker yang akan menampung, memasarkan produk yang
dihasilkan.

c) Nilai tambah
Produk unggulan desa yang akan dikembangkan berupa madu
hutan, sektor pertanian, hasil laut dan wisata minat khusus. Akan
memberikan nilai tambah bagi masyarakat desa, berupa profit dan
benefit yaitu keuntungan secara ekonomis dan manfaat sosial-
lingkungan secara berkelanjutan.
Secara ekonomis yaitu, omset petani madu Desa Ujung Jaya
bertambah dari pembelian madu curah dan SHU Koperasi. Selain itu,
juga mendorong peningkatan Pendapatan Asli Desa dari keuntungan
penjualan produk dan jasa dari produk unggulan yang dikembangkan.
Manfaat sosial dan lingkungan yaitu meningkatnya partisipasi
masyarakat dalam menjaga kelestarian hutan sebagai sumber
produksi, bahkan Koperasi Hanjuang memberikan kontribusi PNBP 6%
dari madu hutan kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLHK).
Omset penjualan dari Produk Madu Hutan Ujung Kulon yang
dikelola oleh Bumdes/TPKK Desa Ujung Jaya dapat mencapai
Rp.200.729.250 dengan proyeksi keuntungan Rp. 24.091.650.
V.2. Kebutuhan Modal/Investasi
Untuk memenuhi target produksi/penjualan produk madu hutan,
memerlukan modal/investasi sebagai berikut :
a. Modal bahan baku, packaging dan sarana produksi berupa mesin,
peralatan & galeri, sebesar Rp. 310.000.000.
b. Investasi penguatan SDM dan lembaga pengelola kemitraan serta
perizinan produk dan promosi, sebesar Rp. 60.000.000.
c. Operasional Tim Pengelola Kegiatan Kemitraan sebesar Rp.
30.000.000.
Rincian pembiayaan terlampir.

V.3. Analisis Keuangan

Berikut analisa keuangan dalam mengelola produk madu hutan


Ujung Kulon :
a. Investasi mesin, peralatan produksi dan galeri Rp. 95.275.000
b. Pembelian bahan baku dan packaging Rp. 202.431.000, (masih
tersisa label sachet 120 roll / 1.190.00 pcs).
c. Operasional Produksi Rp. 12.294.000
d. Omset penjualan Rp. 200.729.250
e. Proyeksi keuntungan minimum (12%), yaitu Rp. 24.091.650
Rincian perhitungan usaha terlampir.
Beberapa hal resiko yang mungkin akan dihadapi dan strategi
dalam mengelola resiko tersebut, yaitu :

Resiko Strategi
Produk yang dihasilkan tidak habis Kontrak usaha dengan Offtaker
terjual Perluasan jaringan pasar
Penguatan promosi
Simpan produk (tahan lama)
Mutu produk kurang Penguatan SDM dan SOP
produksi
Konflik kepentingan Kesepakatan aturan/hukum dan
pembagian keuntungan yang
merata-berkeadilan

V.4. Analisis Dampak

Dampak ekonomi yang diharapkan diantaranya;

a) Pendapatan petani madu anggota Koperasi Hanjuang dari serapan


madu dan lilin lebah (bahan baku) Rp. 106.871.000.
b) Omset penjualan produk senilai Rp. 200.729.250, dengan proyeksi
keuntungan Rp. 24.091.650 (12% dari omset), dan akan bertambah
saat puncak musim panen (September-oktober) melalui jasa
ekowisata “paket madu”, dengan asumsi 5 kunjungan dalam 2 bulan
dapat senilai Rp. 50.000.000.

Pelaku kemitraan yang terlibat adalah Petani madu anggota


Koperasi Hanjuang Desa Ujung Jaya, Bumdes dan PT. Rumah Madu
Nusantara sebagai offtaker yang akan menyerap dan memasarkan
produk tersebut diatas kepada konsumen/mitra pasar. Selain pelaku
kemitraan tersebut, setidaknya ada beberapa pihak yang akan turut
terlibat, diantaranya; Balai Taman Nasional Ujung Kulon / KL,
Pemerintah Kabupaten Pandeglang, Pengusaha objek wisata,
Akademisi, lembaga riset, NGO dan pihak-pihak lain yang mendukung
program pengembangan produk madu hutan Ujung Kulon.

Secara sosial, program ini akan secara langsung menjadi


pengungkit ekonomi desa yang digerakan secara kolektif oleh petani
madu dan kaum perempuan desa. Program ini juga akan mendorong
kesadaran menjaga kelestarian lingkungan, tanpa hutan yang sehat
tidak akan ada madu hutan di Ujung Kulon.

Kesehatan Hutan

Peningkatan
Kesehatan Masy Ekonomi Masyarakat
(Konsumen Madu) Desa Sekitar Hutan
VI. Rencana/ Kebutuhan Fasilitasi Inkubasi

Proses inkubasi akan dilakukan oleh lembaga inckubator yaitu Perhimpunan


Mahardika/PHMN, dengan rencana kegiatan dalam 2 bulan ini sebagai berikut :

a) Asessment Potensi/Pasar dan inisiasi kerjasama festival pasar desa


b) Pelatihan pengolahan madu (magang)
c) Pelatihan pengemasan produk
d) Pelatihan Manajemen Usaha Komunitas Perempuan (Pelatihan sabun +
Lilin )
e) Perijinan produk
f) Launching dan promosi produk

VII. Rencana Kegiatan Operasional

( terlampir )

VIII. Rencana kerja (12-15 Bulan)

( terlampir )

IX. Penutup
Demikian Rencana Usaha Kemitraan (RUK) ini kami buat, semoga apa yang
diharapkan dapat tercapai tanpa kendala yang berarti, dapat bermanfaat untuk
mendorong kesejahteraan masyarakat desa Ujung Kulon. Amin…
Pandeglang, 7 November 2018
TPKK Desa Ujung Jaya
Sekretaris Ketua

Rifki Rizal Juhendi


Lampiran ( Dokumen Kemitraan (MOU dan Berita Acara dan SK TPKK), Dokumen Pencairan,
Dokumentasi foto lokasi dan produk yang akan dikembangkan, )

Anda mungkin juga menyukai