PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Taman Nasional Betung Kerihun merupakan kawasan konservasi terluas di
Propinsi Kalimantan Barat yang terletak di Kabupaten Kapuas Hulu dengan luas
total area sekitar 800.000 hektar. Kawasan Taman Nasional Betung Kerihun
dikelola oleh Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun yang merupakan Unit
Pelaksana Teknis (UPT) dibawah Direktorat Jenderal Hutan dan Konservasi Alam.
Kawasan Taman Nasional Betung Kerihun terdiri dari 4 Daerah Aliran Sungai
(DAS) yang terdiri dari DAS Sibau, DAS Kapuas, DAS Mendalam dan DAS
Embaloh. DAS Embaloh merupakan kawasan paling barat dari Taman Nasional
Betung Kerihun yang memiliki satwa endemik berupa Orangutan dan Burung
Rangkong. DAS Embaloh terdiri dari dua desa yaitu Desa Pulau Manak dan Desa
Menua Sadap. (Dephut, Taman Nasional Betung Kerihun, 15/09/2015)
Desa Menua Sadap merupakan desa yang relatif dekat dengan Taman Nasional
Betung Kerihun yang dapat ditempuh dalam waktu tiga jam. Desa Menua Sadap
terdiri dari Dusun Kelayam, Dusun Kerangan Bunut, dan Dusun Sadap. Menurut
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kapuas Hulu tahun 2014 pasal
5 penataan ruang daerah bertujuan untuk mewujudkan daerah di Beranda Depan
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang aman, nyaman, produktif melalui
pengembangan ekowisata yang harmonis dengan agropolitan untuk meningkatkan
Desa
Menua
Sadap,
16/09/2015).
Berdasarkan
hal
tersebut
berupa 30 air terjun dan hutan desa yang dapat dijadikan jalur trekking bagi
wisatawan. Dusun Sadap memiliki potensi wisata budaya diantaranya kain tenun
tradisional serta fauna yaitu Orangutan. Dusun Sadap ini merupakan satu-satunya
dusun wisata yang terdapat di Desa Menua Sadap. Potensi yang terdapat di Desa
Menua Sadap memungkinkan untuk dikembangkan menjadi desa ekowisata
dengan mengikuti prinsip ekowisata. Menurut Morrison (2013: 4) atraksi menjadi
salah satu komponen yang menjadi magnet dari kedatangan wisatawan ke suatu
destinasi, untuk mencapai destinasi tersebut haruslah tersedia akses yang mudah
dicapai dan dilalui oleh wisatawan serta infrastruktur dan fasilitas yang lengkap
sehingga dapat menambah nilai positif destinasi tersebut di mata wisatawan.
Desa Menua Sadap juga menyiapkan fasilitas wisata berupa homestay yang
berbentuk Rumah Betang yang telah dilengkapi furniture sederhana dan telah
disediakan toilet untuk wisatawan. (Kepala Desa Menua Sadap, 16/09/2015) Desa
Menua Sadap dapat dijangkau melalui jalur darat dari Kota Pontianak menuju
Putussibau dengan waktu tempuh 12 hingga 15 jam. Sesampainya di Putussibau
dapat melanjutkan perjalanan dengan menggunakan kendaraan darat selama 2 jam
ke Desa Menua Sadap.
Dalam mewujudkan produk wisata yang berkelanjutan diperlukan pengelolaan
yang terpadu dalam pengembangannya. Dalam pengelolaan Desa Menua Sadap,
stakeholderss (pemangku kepentingan) yang terkait saat ini selain masyarakat
adalah pemerintah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kapuas Hulu, terbukti
dengan adanya surat keputusan pemerintah Nomor 29/KEP/DPDP/I/2013 tentang
bantuan desa wisata kepada kelompok masyarakat penerima PNPM mandiri
bidang pariwisata di Desa Menua Sadap. Selain keterlibatan pemerintah, terdapat
juga lembaga LSM KOMPAKH yang turut terlibat dalam mengembangkan Desa
Menua Sadap sebagai desa ekowisata yang telah melakukan sosialisasi ekowisata
pada masyarakat Desa Menua Sadap. Perhaps the greatest challenge is the
effective planning and management of tourism development to ensure that the
benefits of travel and tourism are optimized (or the costs minimized) for all
stakeholderss (Sharpley, 2006: 9). Sharpley menjelaskan bahwa tantangan
terbesar dalam perencanaan dan pengelolaan dalam pengembangan pariwisata
adalah tercapainya manfaat bagi seluruh stakeholderss atau pemangku
kepentingan pariwisata. Dalam pengembangan Desa Ekowisata Menua Sadap
peran stakeholderss adalah meminimalkan biaya operasional dan memaksimalkan
manfaat bagi seluruh stakeholderss terutama masyarakat. Untuk itu peran dan
fungsi stakeholderss sangat penting dalam pengembangan dan pengelolaan
ekowisata.
Untuk itu peran dan fungsi stakeholders sangat penting dalam pencapaian tujuan
pengembangan dan pengelolaan ekowisata, karena para stakeholders tersebut
yang akan menjalankan pengembangan dan akan berpotensi terkena dampak dari
pengembangan
tersebut
dengan
meminimalkan
biaya
operasional
dan
MENUA
SADAP
KABUPATEN
KAPUAS
HULU
KALIMANTAN BARAT.
B.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, tim peneliti menguraikan rumusan
masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi dan pengelolaan produk ekowisata di Desa Menua Sadap?
E.Sistematika Penulisan
Berikut adalah sistematika penulisan penelitian:
Bab 1 Pendahuluan: Pada bab ini peneliti menjelaskan latar belakang,
rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian dan
ruang lingkup penelitian, serta sistematika penulisan penelitian.
Bab 2 Landasan Teori dan Konsep: Pada bab ini peneliti menjelaskan
tentang landasan teori dan konsep produk ekowisata dan keterlibatan
stakeholderss ekowisata.
Bab 3 Metodologi Penelitian: Pada bab ini peneliti menjelaskan metode
penelitian, objek penelitian, teknik dan alat kumpul data, teknik analisis,
populasi , sampel, kerangka penelitian dan pedoman observasi.
Bab 4 Data Hasil Penelitian: Pada bab ini peneliti menjelaskan mengenai
gambaran umum Kabupaten Kapuas Hulu dan Desa Menua Sadap serta data
hasil penelitian.
Bab 5 Pembahasan : Pada bab ini peneliti menjelaskan perbandingan
antara kondisi ideal dengan kondisi aktual.
Bab 6 Kesimpulan dan Rekomendasi : Pada bab ini peneliti memaparkan
kesimpulan dari hasil analisis dan pembahasan serta rekomendasi dari peneliti
untuk pengembangan Desa Ekowisata Menua Sadap.