Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Taman Nasional Betung Kerihun merupakan kawasan konservasi terluas di
Propinsi Kalimantan Barat yang terletak di Kabupaten Kapuas Hulu dengan luas
total area sekitar 800.000 hektar. Kawasan Taman Nasional Betung Kerihun
dikelola oleh Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun yang merupakan Unit
Pelaksana Teknis (UPT) dibawah Direktorat Jenderal Hutan dan Konservasi Alam.
Kawasan Taman Nasional Betung Kerihun terdiri dari 4 Daerah Aliran Sungai
(DAS) yang terdiri dari DAS Sibau, DAS Kapuas, DAS Mendalam dan DAS
Embaloh. DAS Embaloh merupakan kawasan paling barat dari Taman Nasional
Betung Kerihun yang memiliki satwa endemik berupa Orangutan dan Burung
Rangkong. DAS Embaloh terdiri dari dua desa yaitu Desa Pulau Manak dan Desa
Menua Sadap. (Dephut, Taman Nasional Betung Kerihun, 15/09/2015)
Desa Menua Sadap merupakan desa yang relatif dekat dengan Taman Nasional
Betung Kerihun yang dapat ditempuh dalam waktu tiga jam. Desa Menua Sadap
terdiri dari Dusun Kelayam, Dusun Kerangan Bunut, dan Dusun Sadap. Menurut
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kapuas Hulu tahun 2014 pasal
5 penataan ruang daerah bertujuan untuk mewujudkan daerah di Beranda Depan
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang aman, nyaman, produktif melalui
pengembangan ekowisata yang harmonis dengan agropolitan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat dan mengentaskan daerah tertinggal dengan pola


pembangunan berkelanjutan yang berwawasan konservasi.
Desa Menua Sadap belum memiliki legalitas sebagai desa ekowisata, namun
Dusun Sadap yang merupakan salah satu dusun di desa tersebut sudah diresmikan
sebagai dusun wisata pada bulan Oktober tahun 2011. (Kepala Desa Menua
Sadap 02/10/2015) Pihak Desa Menua Sadap menginginkan desa mereka
dijadikan sebagai desa ekowisata dengan tujuan untuk menciptakan alternatif
pendapatan bagi masyarakat sehingga mengurangi aktivitas warga yang dilakukan
di Taman Nasional Betung Kerihun untuk meminimalisir kerusakan lingkungan
(Kepala

Desa

Menua

Sadap,

16/09/2015).

Berdasarkan

hal

tersebut

pengembangan Desa Menua Sadap sebagai Desa Ekowisata harus melibatkan


masyarakat dalam pengembangan maupun pengelolaan. Menurut Murphy dalam
Muallisin (2007: 7) produk pariwisata harus melibatkan masyarakat lokal karena
masyarakat lokal yang akan menanggung dampak kumulatif dari perkembangan
tersebut, sehingga pengembangan ekowisata menggunakan prinsip Community
Based Tourism (CBT). Community Based Tourism digunakan sebagai tool of
community development bagi masyarakat lokal. Masyarakat Desa Menua Sadap
belum sepenuhnya memahami mengenai pengelolaan sebuah Desa Ekowisata.
Masyarakat Desa Menua Sadap belum pernah mendata kunjungan wisatawan
yang berkunjung ke Desa Menua Sadap untuk menikmati paket wisata yang sudah
ada di Desa Menu Sadap (Kepala Desa Menua Sadap, 02/10/2015)
Setiap dusun di Desa Menua Sadap memiliki sumber daya yang dapat
dikembangkan menjadi menjadi daya tarik wisata. Dusun Kelayam memiliki
potensi wisata sejarah seperti kuburan tua yang memiliki nilai sejarah bagi
masyarakat setempat. Dusun Kerangan Bunut memiliki potensi wisata alam

berupa 30 air terjun dan hutan desa yang dapat dijadikan jalur trekking bagi
wisatawan. Dusun Sadap memiliki potensi wisata budaya diantaranya kain tenun
tradisional serta fauna yaitu Orangutan. Dusun Sadap ini merupakan satu-satunya
dusun wisata yang terdapat di Desa Menua Sadap. Potensi yang terdapat di Desa
Menua Sadap memungkinkan untuk dikembangkan menjadi desa ekowisata
dengan mengikuti prinsip ekowisata. Menurut Morrison (2013: 4) atraksi menjadi
salah satu komponen yang menjadi magnet dari kedatangan wisatawan ke suatu
destinasi, untuk mencapai destinasi tersebut haruslah tersedia akses yang mudah
dicapai dan dilalui oleh wisatawan serta infrastruktur dan fasilitas yang lengkap
sehingga dapat menambah nilai positif destinasi tersebut di mata wisatawan.
Desa Menua Sadap juga menyiapkan fasilitas wisata berupa homestay yang
berbentuk Rumah Betang yang telah dilengkapi furniture sederhana dan telah
disediakan toilet untuk wisatawan. (Kepala Desa Menua Sadap, 16/09/2015) Desa
Menua Sadap dapat dijangkau melalui jalur darat dari Kota Pontianak menuju
Putussibau dengan waktu tempuh 12 hingga 15 jam. Sesampainya di Putussibau
dapat melanjutkan perjalanan dengan menggunakan kendaraan darat selama 2 jam
ke Desa Menua Sadap.
Dalam mewujudkan produk wisata yang berkelanjutan diperlukan pengelolaan
yang terpadu dalam pengembangannya. Dalam pengelolaan Desa Menua Sadap,
stakeholderss (pemangku kepentingan) yang terkait saat ini selain masyarakat
adalah pemerintah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kapuas Hulu, terbukti
dengan adanya surat keputusan pemerintah Nomor 29/KEP/DPDP/I/2013 tentang
bantuan desa wisata kepada kelompok masyarakat penerima PNPM mandiri
bidang pariwisata di Desa Menua Sadap. Selain keterlibatan pemerintah, terdapat
juga lembaga LSM KOMPAKH yang turut terlibat dalam mengembangkan Desa

Menua Sadap sebagai desa ekowisata yang telah melakukan sosialisasi ekowisata
pada masyarakat Desa Menua Sadap. Perhaps the greatest challenge is the
effective planning and management of tourism development to ensure that the
benefits of travel and tourism are optimized (or the costs minimized) for all
stakeholderss (Sharpley, 2006: 9). Sharpley menjelaskan bahwa tantangan
terbesar dalam perencanaan dan pengelolaan dalam pengembangan pariwisata
adalah tercapainya manfaat bagi seluruh stakeholderss atau pemangku
kepentingan pariwisata. Dalam pengembangan Desa Ekowisata Menua Sadap
peran stakeholderss adalah meminimalkan biaya operasional dan memaksimalkan
manfaat bagi seluruh stakeholderss terutama masyarakat. Untuk itu peran dan
fungsi stakeholderss sangat penting dalam pengembangan dan pengelolaan
ekowisata.
Untuk itu peran dan fungsi stakeholders sangat penting dalam pencapaian tujuan
pengembangan dan pengelolaan ekowisata, karena para stakeholders tersebut
yang akan menjalankan pengembangan dan akan berpotensi terkena dampak dari
pengembangan

tersebut

dengan

meminimalkan

biaya

operasional

dan

memaksimalkan manfaat bagi stakeholders terutama masyarakat.


Oleh karena itu penelitian ini mengambil judul PENGEMBANGAN DESA
EKOWISATA

MENUA

SADAP

KABUPATEN

KAPUAS

HULU

KALIMANTAN BARAT.

B.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, tim peneliti menguraikan rumusan
masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi dan pengelolaan produk ekowisata di Desa Menua Sadap?

2. Bagaimana keterlibatan stakeholderss dalam pengelolaan ekowisata Desa


Menua Sadap?

C.Tujuan dan Sasaran Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah terwujudnya produk Desa Ekowisata Menua
Sadap yang dikelola dengan memaksimalkan manfaat bagi masyarakat.
Adapun sasaran dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Terkajinya produk wisata dan pengelolaan yang sesuai dengan kegiatan
ekowisata Desa Menua Sadap.
2. Terkajinya stakeholders terkait dengan pengembangan Desa Ekowisata Menua
Sadap.

D.Ruang Lingkup Penelitian


1. Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah penelitian ini adalah Desa Menua Sadap yang meliputi
Dusun Sadap, Dusun Kelayam, dan Dusun Kerangan Bunut.
2. Ruang Lingkup Substansi
Ruang lingkup substansi dalam penelitian ini antara lain:
a. Produk ekowisata
1) Atraksi ekowisata alam
2) Atraksi ekowisata budaya
3) Aktivitas ekowisata
4) Amenitas ekowisata
5) Akomodasi ekowisata
6) Aksesibilitas
b. Keterlibatan stakeholderss ekowisata
1) Pemerintah
2) Sektor swasta
3) Wisatawan
4) Penduduk lokal
5) Lembaga swadaya masyarakat

E.Sistematika Penulisan
Berikut adalah sistematika penulisan penelitian:
Bab 1 Pendahuluan: Pada bab ini peneliti menjelaskan latar belakang,
rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian dan
ruang lingkup penelitian, serta sistematika penulisan penelitian.
Bab 2 Landasan Teori dan Konsep: Pada bab ini peneliti menjelaskan
tentang landasan teori dan konsep produk ekowisata dan keterlibatan
stakeholderss ekowisata.
Bab 3 Metodologi Penelitian: Pada bab ini peneliti menjelaskan metode
penelitian, objek penelitian, teknik dan alat kumpul data, teknik analisis,
populasi , sampel, kerangka penelitian dan pedoman observasi.
Bab 4 Data Hasil Penelitian: Pada bab ini peneliti menjelaskan mengenai
gambaran umum Kabupaten Kapuas Hulu dan Desa Menua Sadap serta data
hasil penelitian.
Bab 5 Pembahasan : Pada bab ini peneliti menjelaskan perbandingan
antara kondisi ideal dengan kondisi aktual.
Bab 6 Kesimpulan dan Rekomendasi : Pada bab ini peneliti memaparkan
kesimpulan dari hasil analisis dan pembahasan serta rekomendasi dari peneliti
untuk pengembangan Desa Ekowisata Menua Sadap.

Anda mungkin juga menyukai