Anda di halaman 1dari 19

1

Seminar Nasional Sains dan Teknologi (Senastek),Denpasar Bali 2016

PENGEMBANGAN PARIWISATA HIJAU SEBAGAI UPAYA


PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI DESA PEMUTERAN
KABUPATEN BULELENG BALI

I Ketut Suwenaa1e1, Ni Ketut Arismayantia2e2


Fakultas Pariwisata Universitas Udayanaa1
Fakultas Pariwisata Universitas Udayanaa2
suwena_ketut@yahoo.co.ide1; arismayanti_pariwisata@unud.ac.ide2

Abstrak
Desa Pemuteran memiliki potensi wisata dan keindahan alam yang mempesona. Masyarakat Desa Pemuteran belum
terlibat maksimal dalam aktivitas kepariwisataan disebabkan belum tergarap secara maksimal potensi wisata,
keterbatasan kesempatan masyarakat terlibat dalam pembangunan pariwisata, dan kurang tergalinya kreatifitas
dalam pariwisata di desa tersebut. Tujuan penelitian untuk memaksimalkan peran masyarakat dalam berbagai aspek
pembangunan pariwisata. Pengembangan pariwisata diharapkan mampu: (1) memberdayakan masyarakat lokal; (2)
diversifikasi produk desa wisata; (3) model percontohan untuk mengembangkan pariwisata hijau; (4) menghasilkan
produk wisata yang berkualitas dan berdaya saing tinggi; (5) pembangunan pariwisata lebih bertanggungjawab dan
berkelanjutan. Data dikumpulkan dengan observasi, wawancara mendalam, penyebaran kuesioner, studi
kepustakaan, dan teknik dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan deskriptif kualitatif, analisis IFAS, EFAS,
dan SWOT. Strategi yang dihasilkan dalam pengembangan pariwisata hijau sebagai upaya peningkatan
pemberdayaan masyarakat dalam aktivitas ekonomi di Desa Pemuteran adalah Strategi pemasaran pariwisata hijau;
Strategi penciptaan dan pengembangan produk pariwisata hijau; Strategi komitmen dan pengembangan
pembangunan pariwisata berbasis masyarakat di Bali Utara; Strategi peningkatan kualitas SDM melalui penguasaan
teknologi informasi dan kewirausahaan; Strategi manajemen sampah bersinergi dan mandiri; Strategi pembangunan
prasarana dan sarana pariwisata berbasis pariwisata hijau; Strategi pengkemasan paket wisata hijau di Kabupaten
Buleleng. Saran yang dapat diberikan adalah pentingnya komitmen dalam pengembangan pembangunan pariwisata
di Bali Utara yang berbasis pariwisata hijau; perlunya manajemen pengelolaan sampah; perlu adanya identifikasi
dan pengembangan daya tarik wisata; pentingnya peningkatan kualitas SDM yang berdaya saing tinggi; pentingnya
peningkatan partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan pariwisata di
daerahnya.

Kata Kunci: pengembangan, pariwisata hijau, pemberdayaan masyarakat, Desa Pemuteran.

Abstract
Pemuteran has tourism potential and stunning natural beauty. Pemuteran village communities have not been
involved in tourism activities resulting maximum untapped tourist potential to the maximum, limited opportunity
society are involved in tourism development, and less tergalinya creativity in tourism in the village. This research
objective to maximize the role of the community in various aspects of tourism development. The development of
tourism is expected to: (1) empowering local communities; (2) diversification of rural tourism products; (3)
demonstration model to develop green tourism; (4) produce a tourism product of high quality and competitiveness;
(5) the development of a more responsible and sustainable tourism. Data were collected through observation,
interviews, questionnaires, literature studies, and technical documentation. Data were analyzed using qualitative
descriptive analysis of IFAS, EFAS, and SWOT. The strategy resulted in the development of green tourism as an
effort to increase community empowerment in economic activity in the village of Pemuteran is green tourism
marketing strategy; Strategy creation and development of green tourism products; Strategy commitment and
development of community-based tourism development in North Bali; The strategy for improving the quality of
human resources through the mastery of information technology and entrepreneurship; Waste management strategy
together and independently; Infrastructure development strategy based tourism green tourism; Strategy
2
Seminar Nasional Sains dan Teknologi (Senastek),Denpasar Bali 2016

pengkemasan green travel packages in Buleleng. Advice can be given is the importance of the commitment in the
development of tourism development in North Bali-based green tourism; the need for management of solid waste
management; the need for the identification and development of a tourist attraction; importance of improving the
quality of human resources that are highly competitive; the importance of increasing public participation in the
planning, implementation and monitoring of tourism development in the region.

Keywords: development, green tourism, community development, Pemuteran village.

1. PENDAHULUAN

Pariwisata dikembangkan untuk berbagai tujuan, antara lain: sebagai pemacu pertumbuhan ekonomi,
sumber devisa negara, pembuka lapangan kerja dan pembangkit pertumbuhan pada sektor-sektor terkait,
yaitu sektor pertanian, perikanan dan industri manufaktur. Pariwisata juga dapat meningkatkan
pendidikan, menghidupkan kesenian dan kebudayaan yang hampir punah dan pelestarian atau konservasi
lingkungan. Negara-negara yang mengandalkan pada sektor pariwisata mendapatkan bahwa pariwisata
membawa manfaat ekonomi maupun berbagai masalah yang berkaitan dengan pengrusakan lingkungan
hidup dan beban bagi masyarakat setempat yang disebabkan oleh biaya hidup yang tinggi dan lain-lain.
Pembangunan berkelanjutan patut diupayakan, terutama untuk mengentaskan masyarakat yang miskin.
Tujuan pembangunan berkelanjutan adalah pelaksanaan pembangunan ekonomi secara terpadu dengan
pembangunan lingkungan hidup. Pembangunan yang berkelanjutan dengan demikian diharapkan dapat
mengurangi kesenjangan antara orang yang kaya dengan yang miskin. Kerusakan lingkungan yang
terjadi, antara lain adalah hancurnya bentang alam, rusaknya jenis vegetasi, satwa liar, terumbu karang,
dan menumpuknya sampah.

Bali merupakan barometer kemajuan pariwisata di Indonesia, yang memiliki luas wilayah hanya
5.632.086 km2 atau sama dengan 0,29 % dari luas seluruh kepulauan Indonesia, ternyata memiliki daya
tarik yang luar biasa. Bali sebagai Island Tourism merupakan pulau yang memiliki ukuran yang kecil,
penduduknya yang padat, pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dari daerah tetangganya, keterbatasan
sumber daya alam dan air, dan memiliki keterbatasan ruang. Sebagai island tourism seharusnya
pemanfaatan lahan di Bali benar-benar direncanakan dengan baik dan laju pembangunan harus
dikendalikan. Persentase luas wilayah Propinsi Bali pada tahun 2003 menurut kabupaten dan kota,
tercatat (BPS, 2004): Kabupaten Badung 7 %, Gianyar 7 %, Tabanan 15 %, Jembrana 15 %, Buleleng 24
%, Klungkung 6 %, Bangli 9 %, dan Karangasem 15 %) dan satu Kota (Denpasar 2 %) dari luas daerah
Bali. Kabupaten Buleleng merupakan kabupaten yang terletak di bagian paling utara Pulau Bali yang
mempunyai wilayah terluas diantara 9 kabupaten dan kota di Bali, yaitu hampir 1/3 luas Pulau Bali (±
1.365,88 hektar) dengan batas sebelah barat Kabupaten Negara; sebelah selatan Kabupaten Tabanan,
Badung, dan Bangli; sebelah timur Kabupaten Karangasem dan sebelah utara Laut Jawa dan Bali.
Kabupaten Buleleng beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata 1.365 mm pertahun, musim hujan
berkisar antara bulan Oktober s/d April sedangkan kemarau antara bulan April s/d Oktober. Kabupaten
Buleleng yang meliputi area 1.370 km2 terbagi atas 9 kecamatan, yaitu Kecamatan Tejakula,
Kubutambahan, Sawan, Buleleng, Sukasada, Banjar, Busungbiu, Seririt dan Gerokgak yang terdiri atas
127 desa, 19 kelurahan dan 166 buah desa adat. Sesuai dengan Perda Propinsi Bali Nomor 4 tahun 1999
bahwa di Kabupaten Buleleng telah ditetapkan menjadi 2 buah kawasan Pariwisata, yaitu Kawasan
Pariwisata Kalibukbuk yang lebih terkenal dengan sebutan Kawasan Lovina yang mempunyai luas
pengembangan 3.542 Ha yang meliputi 7 buah desa yaitu : Desa Pemaron, Tukad Mungga, Anturan,
Kalibukbuk, Kaliasem, Temukus, Tigawasa dan Kawasan Pariwisata Batu Ampar yang terletak di sebelah
barat Bali Utara dengan luas pengembangan 14.124 Ha, yang meliputi 5 buah desa yaitu : Desa
Penyabangan, Bonyupoh, Pemuteran, Semberkima, dan Pejarakan.
3
Seminar Nasional Sains dan Teknologi (Senastek),Denpasar Bali 2016

Desa Pemuteran merupakan salah satu desa di Kecamatan Gerogak yang memiliki potensi wisata yang
sangat menarik dengan keindahan alam yang mempesona. Desa Pemuteran terletak di pesisir barat Pulau
Bali atau sekitar 55 km arah barat kota Singaraja dan 30 km dari Gilimanuk. Letaknya berada di antara
perbukitan dan laut, sehingga membuat tempat ini begitu indah dan tenang, jauh dari keramaian. Pantai di
Pemuteran adalah salah satu pantai yang banyak dikunjungi wisatawan di kawasan Bali Utara. Pasir
berwarna hitam membentang sekitar 6 kilometer dengan potensi laut dan terumbu karang terjaga dengan
baik. Terumbu karang di kawasan Pantai Pemuteran dapat dinikmati dengan snorkeling tak jauh dari tepi
pantai. Pemuteran memiliki area terumbu karang dangkal terluas di Bali yang mudah dinikmati
keindahannya mengingat arus lautnya terbilang aman dan tenang. Pemuteran juga terkenal sebagai
kawasan dengan semangat konservasi laut yang tinggi untuk projek terumbu karang artifisal Biorock
terbesar di dunia. Terdapat beberapa yayasan yang bergerak secara aktif dalam usaha pelestarian terumbu
karang di kawasan ini termasuk beberapa hotel, dive shops, dan masyarakat lokal.

Meskipun telah dikembangkan sebagai kawasan wisata, Desa Pemuteran masih terjaga kealamian alam
dan masyarakatnya yang hidup dengan cara tradisional. Hal ini dapat dilihat dari peralatan tradisional
yang digunakan, seperti perahu dan jaring untuk melakukan aktivitas penangkapan ikan. Desa Pemuteran
terbilang daerah yang rendah curah hujannya, sehingga kurang cocok sebagai lahan pertanian. Oleh
karenanya, sebagian besar penduduk menggantungkan hidupnya sebagai nelayan tradisional. Dengan
menggali potensi wisata yang berbasis masyarakat dan berkelanjutan, diharapkan masyarakat terlibat
lebih aktif dan mendapat manfaat dari berkembangnya pariwisata di daerahnya. Salah satu yang dapat
dikembangkan dalam pembangunan pariwisata agar daerah tetap eksis adalah mengembangkan pariwisata
hijau (green tourism) yang ramah dan peduli lingkungan, sesuai dengan potensi dan kecenderungan trend
pariwisata dunia saat ini. Pariwisata hijau merupakan istilah yang dipergunakan untuk praktek pariwisata
berkelanjutan yang secara substantive di dalamnya tercakup berkelanjutan secara lingkungan, ekonomi
dan sosial budaya.

Suatu kenyataan bahwa program pembangunan apapun, keberlanjutannya sangat ditentukan oleh
masyarakat pendukungnya. Ini berarti partisipasi aktif masyarakatnya mutlak diperlukan. Upaya
pengembangan pariwisata hijau di Desa Pemuteran perlu dilakukan dengan memanfaatkan potensi alam
dan budaya serta membenahi kekurangan-kekurangan yang ada serta memanfaatkan berbagai peluang
untuk mengatasi berbagai kelemahan. Terlebih masyarakat Desa Pemuteran sangat mengharapkan
desanya bisa dikembangkan sebagai desa wisata berbasis masyarakat, sehingga mereka bisa ikut berperan
aktif di dalamnya dan dapat meningkatkan kesejahteraannya. Belum banyaknya masyarakat terlibat dalam
aktivitas kepariwisataan di desanya, ini disebabkan karena potensi desa belum tergarap secara maksimal,
keterbatasan kesempatan masyarakat untuk ikut serta dalam pembangunan pariwisata dan kurang
tergalinya kreatifitas dengan berkembangnya kegiatan pariwisata di desa tersebut. Selain itu dalam rangka
mempersiapkan masyarakat lokal menghadapi persaingan menjelang Masyarakat Ekonomi ASEAN tahun
2015, ternyata terdapat banyak kendala dan belum siapnya masyarakat dalam mengenali potensi
daerahnya dan belum mampu mengkolaborasi pemanfaatan potensi wisata yang ada di daerahnya serta
belum optimalnya pelibatan masyarakat lokal dalam pembangunan pariwisata. Hal ini menyebabkan
adanya kesan masyarakat tergerus oleh pembangunan pariwisata. Kedepan diperlukan suatu kemandirian
dalam pengelolaan, inovasi, kreatifitas serta kolaborasi antara keunikan desa dengan pemberdayaan
masyarakat lokal, sehingga pembangunan pariwisata yang berkelanjutan dan ramah lingkungan dapat
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengidentifikasi potensi wisata dalam pengembangan pariwisata hijau
sebagai upaya peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam aktivitas ekonomi di Desa Pemuteran; 2)
Menganalisis faktor-faktor internal serta faktor-faktor ekternal dari pengembangan pariwisata hijau
sebagai upaya peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam aktivitas ekonomi di Desa Pemuteran; dan
3) Menyusun strategi pengembangan pariwisata hijau sebagai upaya peningkatan pemberdayaan
masyarakat dalam aktivitas ekonomi di Desa Pemuteran.
4
Seminar Nasional Sains dan Teknologi (Senastek),Denpasar Bali 2016

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan kuantitatif, yang bermaksud memahami fenomena atau
subjek penelitian secara emik dengan cara deskripsi kualitatif. Pendekatan yang dipergunakan bersifat
multidimensional atau holistik untuk dapat secara menyeluruh menemukan permasalahan yang harus
dicarikan solusinya dalam mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal dalam
merumuskan suatu pengembangan daerah wisata sesuai dengan potensi dan lingkungan yang
mempengaruhinya. Penelitian dilaksanakan di Desa Pemuteran, Kecamatan Gerogak, Kabupaten
Buleleng Bali. Desa Pemuteran terletak di pesisir barat Pulau Bali atau sekitar 55 km arah barat kota
Singaraja dan 30 km dari Gilimanuk. Letaknya berada di antara perbukitan dan laut, sehingga membuat
tempat ini begitu indah dan tenang, jauh dari keramaian. Pantai di Pemuteran adalah salah satu pantai
yang banyak dikunjungi wisatawan di kawasan Bali Utara. Pasir berwarna hitam membentang sekitar 6
kilometer dengan potensi laut dan terumbu karang terjaga dengan baik. Instrumen penelitian yang
digunakan untuk mengumpulkan data adalah berupa panduan wawancara dan panduan pengamatan, serta
kuesioner. Panduan wawancara berisi pedoman wawancara untuk mendapatkan data yang mendalam dari
masyarakat, pihak-pihak terkait, dan wisatawan, serta memberikan kesempatan kepada masyarakat,
pihak-pihak terkait, dan wisatawan untuk menjawab secara bebas sesuai dengan pemahaman dan
pengalaman mereka, sehingga akan diperoleh jawaban yang variatif. Panduan pengamatan digunakan saat
melakukan observasi di lapangan, sehingga informasi yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara: observasi, wawancara mendalam
(guide interview), penyebaran kuesioner, studi kepustakaan, dan studi dokumentasi. Informan kunci (key
informan) dalam penelitian ini adalah tokoh-tokoh yang dianggap mengetahui mengenai objek penelitian
yang dilakukan. Tokoh-tokoh tersebut, yaitu: Kepala Desa, Bendesa Adat, Tokoh Masyarakat, Yayasan
Pengelola Potensi Wisata, Industri Pariwisata, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Buleleng, dan wisatawan yang berkunjung ke Desa Pemuteran. Teknik yang digunakan dalam penentuan
informan adalah dengan teknik purposive. Informan diambil secara purposive terdiri dari tiga pilar insan
pariwisata, yakni masyarakat, pelaku bisnis pariwisata (swasta) dan pemerintah untuk mengisi kuesioner
yang terkait dengan penentuan indikator peluang dan ancaman dari faktor eksternal. Indikator kekuatan
dan kelemahan dari faktor internal terhadap pengembangan Desa Pemuteran ditetapkan sampel sebanyak
100 orang wisatawan. Sampel diberikan kuesioner dengan cara accidental sampling yang berkunjung ke
Desa Pemuteran, baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara. Analisis data adalah proses
mengorganisasikan dan mengurutkan ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar, sehingga dapat
ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja, seperti yang disarankan oleh data. Penelitian ini
menggunakan analisis deskriptif kualitatif; analisis Matriks Internal Eksternal dipergunakan untuk
membantu merumuskan grand strategy yang akan diterapkan, setelah mengetahui posisi dari Desa
Pemuteran dalam Matrik Internal Eksternal; dan analisis SWOT.
5
Seminar Nasional Sains dan Teknologi (Senastek),Denpasar Bali 2016

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kabupaten Buleleng merupakan salah satu dari 9 kabupaten dan kota di Bali. Perkembangan
kepariwisataan Kabupaten Buleleng secara umum dipengaruhi oleh jumlah kunjungan wisatawan yang
datang ke Bali. Peningkatan jumlah wisatawan ke Bali selain karena daya tarik wisata budaya dan
keindahan alamnya, juga didorong oleh penyelenggaraan event-event internasional yang diselenggarakan
di Bali, seperti Miss World 2013, APEC 2013, WTO (World Trade Organization) 2013 dan lainnya.
Pembangunan pariwisata di Bali yang terkesan sudah sesak di Bali bagian selatan, kini mulai merambah
Bali bagian utara. Kabupaten Buleleng yang terletak dibagian utara Pulau Bali memiliki daya tarik wisata
alam yang memukau, kini mulai ramai dikunjungi wisatawan. Kepariwisataan Kabupaten Buleleng
khususnya tidak saja didukung dari kunjungan wisatawan nusantara namun juga wisatawan mancanegara.
Wisatawan nusantara yang berkunjung ke Kabupaten Buleleng dalam kurun waktu 5 (lima) tahun
terakhir mengalami peningkatan yang signifikan dari jumlah kunjungan 349.981 orang (2013) menjadi
372.814 orang (2014). Karakteristik wisatawan nusantara yang berkunjung ke Kabupaten Buleleng di
dominasi oleh wisatawan yang berasal dari kota-kota di Pulau Jawa, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya,
dan Yogyakarta. Usia wisatawan nusantara di dominasi berumur muda dan masih produktif,
berpendidikan tinggi dan sebagian besar bekerja sebagai wiraswasta. Rata-rata lama tinggal wisatawan
nusantara berkisar 2-3 hari dan pada umumnya menginap di berbagai jenis akomodasi komersial di
sepanjang Pantai Lovina. Sumber informasi selain dari rekomendasi keluarga ataupun kolega, 55%
diperoleh dari internet.
Pergerakan wisatawan nusantara semakin meningkat sejalan dengan kian berkembangnya sektor
transportasi serta adanya kecenderungan motivasi berwisata sebagai pemenuhan kebutuhan rekreasi
kearah gaya hidup. Sedangkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Kabupaten
Buleleng di dominasi oleh wisatawan Eropa, seperti Belanda (19,54%), Perancis (17,34%), Jerman
(15,77%). Kemudian disusul dengan kunjungan wisatawan Australia (11,23%), Denmark (9,34%),
Amerika (8,45%), Kanada (7,12%), Inggris (4,90%), Malaysia (3,98%), dan Belgia (2,33%) dengan
sebagian besar bertujuan berlibur. Karakteristik wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Kabupaten
Buleleng adalah berumur muda dan masih produktif, berpendidikan tinggi, pekerjaan sebagai besar
sebagai profesional. Wisatawan mancanegara yang berkunjung memiliki penghasilan 5-14 juta per bulan
dengan pengeluaran selama berkunjung di Kabupaten Buleleng berkisar 1-5 juta rupiah. Lama tinggal
wisatawan berkisar 2-3 hari dan sebagai besar menginap di hotel berbintang di sepanjang Pantai Lovina
(Disbudpar, 2014). Wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Kabupaten Buleleng mencapai 288.166
orang (2013) meningkat menjadi 291.012 orang (2014).
Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Kabupaten Buleleng Bali

Tahun Wisatawan Nusantara Wisatawan Mancanegara Total Kunjungan


(orang) (orang) Wisatawan (orang)
2010 94.902 187.980 282.882
2011 101.652 196.699 298.351
2012 268.794 266.053 534.847
2013 349.981 288.166 638.147
2014 372.814 291.012 663.826
Total 1.188.143 1.229.910 2.418.053
Rerata 237.628,60 245.982 483.610,60
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Buleleng, 2015.
6
Seminar Nasional Sains dan Teknologi (Senastek),Denpasar Bali 2016

Kabupaten Buleleng salah satu daerah pariwisata yang cukup diminati oleh wisatawan karena wisata
bahari yang terbentang disepanjang wilayahnya. Daya tarik wisata yang ramai dikunjungi wisatawan ke
Kabupaten Buleleng meliputi Desa Pemuteran, Pura Maduwe Karang, Pura Beji, Gedong Kertya,
Museum Buleleng, Wihara Budha, Pura Pulaki, Makam Jaya Prana, Air Terjun Les, Air Sanih, Air Terjun
Gitgit, Danau Tamblingan, Lovina, Air Panas Banjar, Taman Nasional Bali Barat dan Air Terjun
Melanting. Berdasarkan hasil analisis pasar pariwisata Kabupaten Buleleng diketahui lokasi favorit
tempat berkunjung wisatawan ke Kabupaten Buleleng sebagai berikut: Wisatawan nusantara menjadikan
Air Panas Banjar sebagai tempat favorit dan Pemuteran berada di peringkat kedua, sedangkan wisatawan
mancanegara menjadikan Lovina sebagai daya tarik wisata favorit di Kabupaten Buleleng. Desa
Pemuteran merupakan salah satu daya tarik wisata yang menjadi pilihan wisatawan berkunjung karena
keindahan alam berupa pantai dan wisata lautnya.

Lokasi Favorit Kunjungan Wisatawan ke Kabupaten Buleleng


Wisatawan Nusantara Wisatawan Mancanegara
Daya Tarik Wisata Prosentase (%) Daya Tarik Wisata Prosentase (%)
Air Panas Banjar 36,22 Lovina 47,09
Pemuteran Gerogak 19,66 Air Terjun Gitgit 17,41
Lovina 15,88 Pemuteran Gerogak 15,19
Air Terjun Gitgit 15,88 Air Panas Banjar 11,94
Kota Singaraja 3,19 Air Terjun Sanih 1,78
Lainnya 9,17 Kota Singaraja 0,56
Lainnya 6,03
Total 100,00 Total 100,00
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Buleleng, 2015.

Pemuteran adalah sebuah desa dengan potensi wisata yang menarik dengan keindahan alam yang tenang
dan alami. Desa Pemuteran terletak di pesisir barat Pulau Bali atau sekitar 55 km arah barat Kota
Singaraja dan 30 km dari Gilimanuk. Letaknya berada di antara gugusan perbukitan dan hamparan laut,
sehingga membuat tempat ini begitu indah dan tenang, jauh dari keramaian. Berdirinya Desa Pemuteran
secara pasti tidak ada yang tahu tentang tanggal, bulan serta tahun. Tetapi menurut cerita
Penglingsir/Tokoh Mayarakat Desa Pemuteran yang dapat dipercaya mengatakan bahwa Desa Pemuteran
yang dulunya adalah merupakan suatu wilayah Banjar Dinas yang disebut Banjar Dinas Pemuteran, Desa
Sumberkima, Kedistrikan Pengastulan. Kisah Banjar Dinas Pemuteran berpisah dengan Desa
Sumberkima terjadi pada 16 Agustus 1967 yang selanjutnya disebut Desa Pemuteran. Terpilihnya Kata
“Pemuteran” menjadi nama Desa adalah karena adanya Gunung Pulaki yang merupakan batas ujung
timur antara Desa Banyupoh yang keberadaannya agak menonjol ke pantai / kepermukaan laut, sehingga
menyebabkan orang-orang yang hendak lewat Pulaki, baik dari arah barat dan dari timur yang
menggunakan kendaraan bermotor harus rela berjalan kaki dan para sopir kala itu harus memutar
kendaraan cukup sampai Gunung Pulaki. Karena Pemuteran adalah tempat memutar, maka disebutlah
Desa Pemuteran, akan tetapi ada pula para Penglingsir mengatakan bahwa istilah Desa Pemuteran diambil
untuk nama desa tidak lepas dari keberadaan Pura Pemuteran yang merupakan pesanakan Pura Pulaki
Desa Banyupoh yang disebut dengan Pura Muttering Jagat. Pada pura tersebut terdapat sumber air mata
panas yang merupakan tempat pesucian sebelum melaksanakan persembahyangan yang sangat dipercaya
7
Seminar Nasional Sains dan Teknologi (Senastek),Denpasar Bali 2016

oleh umat Hindu sebagai Pura Kahyangan Jagat, sehingga sampai saat ini disebut Desa Pemuteran. Desa
Pemuteran memiliki keadaan geografis membujur dari barat ke timur yang diapit oleh gunung sebelah
selatan dan laut (segara) di utara, sehingga Desa Pemuteran disebut dengan desa Nyegara Gunung.

Visi Desa Pemuteran 2011-2016 adalah “terwujudnya Desa Pemuteran yang sejahtera berbasis pariwisata
budaya yang dijiwai Tri Hita Karana”. Selanjutnya berdasarkan visi pembangunan desa, maka Desa
Pemuteran menetapkan dua misi Pembangunan tahun 2011-2016 sebagai berikut:
1) Mewujudkan masyarakat yang sejahtera, melalui peningkatan akses terhadap kesehatan yang
berkualitas serta pemberdayaan usaha mikro dan kecil serta percepatan pembangunan
infrastruktur dan pelestarian lingkungan hidup.
2) Mewujudkan Desa Pemuteran sebagai kawasan wisata yang berbudaya melalui
pembangunan/penguatan nilai-nilai seni budaya serta peningkatan kesadaran dalam fungsi
terhadap lingkungan hidup.
Desa Pemuteran memiliki batas-batas wilayah, yaitu: sebelah utara berbatasan dengan Laut Bali; sebelah
selatan berbatasan dengan Hutan Negara; sebelah timur berbatasan dengan Desa Banyupoh; sebelah barat
berbatasan dengan Desa Sumberkima. Desa Pemuteran Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng
memiliki luas wilayah 33,03 km2 yang terdiri atas 9 (sembilan) dusun, yaitu: Dusun Kembang Sari, Dusun
Pala Sari, Dusun Loka Segara, Dusun Yeh Panes, Dusun Sendang Lapang, Dusun Pengumbahan, Dusun
Sari Mekar, Dusun Sumber Wangi, dan Dusun Sendang Pasir.

3.1. Potensi Wisata Desa Pemuteran Pengembangan Pariwisata Hijau Sebagai Upaya Peningkatan
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Aktivitas Ekonomi

Desa Pemuteran memiliki berbagai potensi wisata yang masih sangat alami dan menarik. Potensi wisata
yang ada di Desa Pemuteran harus terus digali dan diasah, sehingga masyarakat menyadari bahwa
daerahnya menyimpan berbagai jenis potensi yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat setempat. Adapun potensi wisata yang dimiliki Desa Pemuteran antara lain:
1) Konservasi terumbu karang
Desa Pemuteran dengan program konservasi terumbu karang yang dipadukan dengan aktivitas
pariwisata oleh Yayasan Karang Lestari bekerjasama dengan masyarakat lokal Desa Pemuteran
mampu menarik minat wisatawan untuk datang berkunjung dan ikut serta dalam konservasi
lingkungan hayati tersebut. Konservasi terumbu karang di Desa Pemuteran sudah diinisiasi pada
tahun 1989 hingga sekarang. Program konservasi tersebut telah mendapatkan pengakuan tidak saja di
tingkat lokal, namun juga di tingkat nasional dan internasional. Desa Pemuteran memiliki berbagai
potensi wisata yang dapat dikembangkan berada diantara gugusan perbukitan dan pegunungan,
didukung oleh hamparan pantai yang membentang dari timur ke barat, serta terkenal dengan air
panasnya yang membuat tempat ini sangat indah dan eksotis. Desa Pemuteran juga memiliki
kekayaan alam berupa gugusan terumbu karang yang sangat beragam dengan pemandangan laut yang
sangat indah dengan kondisi ombak yang tidak terlalu besar, sehingga cukup tenang dan nyaman
ketika melakukan aktivitas wisata bahari. Masyarakat Desa Pemuteran juga termasuk masyarakat
tradisional yang masih kental memegang adat istiadat serta budaya yang dimiliki. Pengembangan
pariwisata di daerah ini diharapkan mampu memajukan desa dan sekaligus konservasi terumbu
karang, hal ini dikemukakan oleh Bapak I Gusti Agung Prana yang merupakan perintis Yayasan
Karang Lestari yang konsen terhadap konservasi terumbu karang dan biorock di Desa Pemuteran.
Beliau mengungkapkan bahwa melalui kegiatan pariwisata diharapkan kesejahteraan masyarakat
meningkat, serta kelestarian alam dan sosial budaya masyarakat terjaga. Melalui yayasan tersebut
beliau berupaya mengembalikan potensi alam dan menumbuhkan kesadaran masyarakat lokal akan
8
Seminar Nasional Sains dan Teknologi (Senastek),Denpasar Bali 2016

pentingnya penyelamatan ekosistem terumbu karang guna menyelamatkan ekosistem biota bawah
laut.

Terumbu karang adalah salah satu ekosistem tertua yang secara ekonomis dan biologi sangat penting
di dunia. Meskipun demikian, terumbu karang menghadapi sejumlah ancaman serius, termasuk polusi
dari daratan, dampak pemancingan, perubahan iklim, dan penipisan terumbu, peningkatan keasaman
laut, serta kurangnya kesadaran masyarakat. Terumbu karang dan segala kehidupan yang terdapat di
dalamnya merupakan pada satu kekayaan bernilai tinggi. Manfaat yang terkandung di dalam
ekosistem terumbu karang sangat besar dan beragam, baik manfaat langsung dan tidak langsung.
Terumbu karang memiliki peranan sebagai sumber makanan habitat biota-biota laut yang bernilai
ekonomi tinggi. Terumbu karang memiliki nilai estetika yang dapat dimanfaatkan sebagai kawasan
pariwisata dan memiliki pegangan sumber plasma nutva yang tinggi. Selain itu juga dapat berperan
dalam menyediakan pasir pantai, dan sebagai penghalang terjangan ombak erosi pantai.

Biorock teknologi adalah suatu proses deposit elektro mineral yang berlangsung di dalam laut,
biasanya disebut juga dengan teknologi akresi mineral. Teknologi ini dikembangkan oleh Prof. Wolf
H. Hilbetz seorang ilmuan kelautan dari Jerman pada tahun 1974. Selanjutnya sejak tahun 1988, Prof.
Wolf H. Hilbetz bersama Dr. Thomas J. Goreau (AS) seorang ahli ekologi karang melakukan
penelitian untuk mengembangkan lagi biorock teknologi dengan fokus pada pengembiakan,
pemeliharaan dan restorasi terumbu karang serta struktur proteksi pesisir. Penelitian ilmuan tersebut
telah dilakukan di berbagai dunia termasuk Indonesia. Biorock memiliki struktur yang di bentuk dari
besi dialiri listrik tegangan rendah, mekananisme kimiawi terjadi ketika aliran listrik tadi
menimbulkan reaksi electrolityc yang mendorong pembentukan mineral alami pada air laut, seperti
kalsium karbonat, dan magnesium hidroxyde. Pada saat bersamaan perubahan elektro kimia
mendorong pertumbuhan organisme disekitar struktur. Akibatnya ketika bibit karang di tempelkan
pada struktur besi tersebut, pertumbuhannnya akan lebih cepat terjadi.

Jejak rintisan restorasi terumbu karang di Desa Pemuteran dimulai sejak tahun 1990 oleh Yayasan
Karang Lestari. Kala itu upaya pengembangan destinasi pariwisata tersebut dimulai dari usaha
restorasi terumbu karang yang telah dirusak dan dihancurkan masyarakat. Bapak I Gusti Agung Prana
beserta beberapa perintis lingkungan yang berdedikasi terhadap penyelamatan lingkungan di Desa
Pemuteran. Yayasan Karang Lestari menempatkan Bupati Buleleng sebagai Pelindung, sedangkan
beberapa tokoh nasional menjadi dewan Pembina, yaitu I Gde Ardika (Mantan Menteri Kebudayaan
dan Pariwisata), Drs. Dewa Made Beratha (Mantan Gubernur Bali), Kwik Kian Gie (Mantan Menteri
Koordinator Perekonomian) dan Robi Johan. Dewan Pengawas diisi oleh tokoh-tokoh lokal, meliputi
Kelihan Desa Pekraman Pemuteran dan Kepala Desa Pemuteran. Ketua Yayasan dijabat oleh I Gusti
Agung Prana dengan sekretarisnya I Nyoman Wina, SH, dan Bendahara I Gusti Agung Mantra serta
Ibu Rani (seorang warga Jerman) (Pitana dkk, 2013).

Upaya menjadikan terumbu karang seperti sediakala menjadi tujuan utama agar menjadi daya tarik
wisata bawah laut. Usaha pertama dan paling berat yang dirasakan oleh pelopor penyelamat
lingkungan yang tergabung dalam Yayasan Karang Lestari adalah menumbuhkan dan
menstransformasi budaya masyarakat dari penghancur ekosistem menjadi penyelamat ekosistem
terumbu karang. Pendekatan yang dipergunakan oleh Yayasan Karang Lestari dalam upaya
pelestarian terumbu karang di Desa Pemuteran yaitu melalui pendekatan adat, budaya, dan
keagamaan. Pendekatan adat, budaya dan keagamaan sangat mengikat dan sangat dipatuhi oleh
masyarakat. Dengan adanya partisipasi masyarakat lokal ikut menjaga dan memelihara keberadaan
terumbu karang sangat menjamin keberhasilan restorasi terumbu karang dan penyelamatan ekosistem
laut tersebut.
9
Seminar Nasional Sains dan Teknologi (Senastek),Denpasar Bali 2016

Usaha awal Yayasan Karang Lestari dalam merestorasi terumbu karang di Desa Pemuteran mulai
menampakkan hasilnya yaitu ikan-ikan kecil mulai berpindah dari lautan lepas yang dalam ke pusat
pertumbuhan karang buatan yang dibuat Yayasan Karang Lestari. Tahun 1996 pertumbuhan terumbu
karang secara alami sudah cukup bagus yang mencerminkan bahwa usaha yang dilakukan cukup
berhasil. Bahkan, terumbu karang yang tumbuh sangat kaya ragamnya, sehingga ada yang
mengatakan sebagai salah satu lokasi terumbu karang yang terkaya di dunia. Menginjak tahun 2001,
setahun sejak dikenalkannya teknologi biorock di Desa Pemuteran, kawasan teluk Pemuteran lahir
kembali dan berubah menjadi taman laut dengan terumbu karang yang kaya. Penumbuhan terumbu
karang dengan teknologi biorock ternyata dapat mempercepat pertumbuhan terumbu karang tiga
hingga enam kali lebih cepat serta menghasilkan terumbu karang yang lebih tahan terhadap pengaruh
perubahan cuaca dan kontaminasi berbagai polusi air, jika dibandingkan dengan terumbu karang yang
tumbuh alami. Kehidupan biota laut yang kembali seperti sediakala mengundang koloni ikan datang
dan menjadikan terumbu karang sebagai rumahnya.

Kondisi ini semakin menggembirakan dengan mulai datangnya wisatawan. Pada umumnya wisatawan
yang datang adalah wisatawan minat khusus dengan tujuan menikmati wisata bahari, melakukan
diving, snorkeling, pariwisata spiritual dan ekowisata. Dengan semakin meningkatnya jumlah
kunjungan wisatawan, hal tersebut mengundang peluang usaha dan menarik beberapa orang untuk
berinvestasi di Desa Pemuteran. Beberapa hotel dan fasilitas pariwisata mulai dikembangkan. Melihat
berbagai karakteristik wisatawan yang datang, hal ini berimplikasi pada upaya pemenuhan kebutuhan
wisatawan yang sangat beragam tersebut, sehingga kebutuhan wisatawan tidak saja dipenuhi oleh
pengusaha pariwisata, namun juga hal ini mampu meningkatkan jiwa kewirausahaan masyarakat
dengan membangun jasa penginapan, homestay, warung makan, penjual minuman, jasa pijat
(massage), instrutur selam bagi penyelam amatir, penyewaan alat selam, penyewaan perahu, ataupun
menjadi pemandu wisata lokal.

2) Potensi Wisata Spiritual


Di Desa Pemuteran terdapat pura-pura yang berpotensi sebagai wisata spiritual meski belum
keseluruhan dikembangkan saat ini. Kegiatan spiritual yang bisa dilakukan adalah persembahyang
bagi umat Agama Hindu dan wisatawan lainnya bisa menikmati keindahan alam yang dipadukan
dengan bangunan-bangunan pura. Nama pura-pura yang berada di Desa Pemuteran, antara lain: Pura
Pemuteran, Pura Batu Korsi, Pura Wed Pemuteran, Puri Bukit Ser, Pura Teledu, Pura Beratan, Pura
Batu, Pura Bukit Saab, Pura Bukit Udeng-Udengan, Pura Taman, Pura Mas Pahit, Pura Majapahit,
Pura Goa Giri Putri, dan Pura Bukit Encahan Taluh.

3) Pura Agung Pulaki


Pura Agung Pulaki adalah salah satu pura dengan aura religious dengan keindahan alam di
sekitarnya yang sangat memukau. Lokasinya berada di atas tebing berbatu menghadap langsung ke
laut dengan pemandangan sekitarnya menawan dan berlatar belakang bukit berbatu terjal. Pura ini
terletak di Desa Banyupoh, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, tempatnya cukup strategis sebab berada
di pinggir jalan raya Singaraja-Gilimanuk. Selain berfungsi sebagai tempat pemujaan kepada Sang
Hyang Widhi, Pura Pulaki juga menjadi tempat pemujaan bagi keagungan jiwa Sri Patni Kaniten
yang telah mencapai moksa. Sri Patni Kaniten mencapai moksa berkat ajaran ilmu keparamarthan
yang dapat dengan mudah ia pelajari dari Danghyang Nirartha. Karena mampu menguasai ilmu
tersebut hingga mencapai moksa, Sri Patni Kaniten dipuja sebagai Dewa dan dianggap sebagai
Bhatari Dalem Ketut. Berdasarkan tinjauan sejarahnya, pendirian Pura Pulaki terkait juga dengan
Pura Dalem Melanting dalam hal tirta yatra dari Danghyang Nirartha. Pendirian pura yang tergolong
sebagai Pura Kahyangan Jagat dan Dang Kahyangan tersebut diperkirakan pada masa pemerintahan
Raja Gelgel, Dalem Waturenggong (1460-1552 M). Selain itu, Pura Pulaki yang letaknya tidak
10
Seminar Nasional Sains dan Teknologi (Senastek),Denpasar Bali 2016

begitu jauh dengan Pura Melanting dianggap sebagai predana-purusa atau sebagai tempat pemujaan
untuk memohon kemakmuran ekonomi. Tak jarang orang yang datang ke pura ini adalah pedagang
atau pengusaha.

4) Pura Dalem Melanting


Pura Melanting terletak cukup dekat dengan Pura Pulaki, itu karena Pura Melanting merupakan salah
satu stana “Pesanekan Ida Batara Sami” yang termasuk pesanekan dari Ida Batara Pulaki, Ida Batara
Kertaning Jagat (di Desa Banyu Poh), Ida Batara Mutering Jagat (di dusun Yeh Panes Pemuteran),
dan Ida Batara Pabean. Kata Melanting diambil dari dua kata yang berbeda yakni “mel” dan
“anting”, mel berarti kebun atau hasil bumi dan anting berarti bergantung pada tali. Melanting adalah
suatu tempat persembahan hasil bumi yang dipersembahkan kehadapan Ida Ayu Swabawa sebagai
Bhatari Melanting. Pura ini sangat penting kedudukannya dalam kehidupan masyarakat Bali
khususnya para pedagang. Pura Melanting adalah pura yang sangat megah dan berada di tengah
hutan, suasananya begitu asri, alam sekelilingnya sangat indah dan bangunan pura terlihat kokoh
berdiri dengan megahnya.

Potensi lainnya yang dimiliki Desa Pemuteran berupa: perkebunan anggur, wisata hutan, kesenian
gamelan, Pantai Sendang Pasir atau Pantai Pandan Wangi, musik hadrah adalah kebudayaan dan
kesenian di Desa Sendang Pasir. Atraksi buatan yang ada di Dusun Sendang Pasir adalah
pengelolaan batok kelapa menjadi bahan baku pembuatan souvenir karena disini banyak terdapat
pohon kelapa. Limbahnya dapat dipergunakan sebagai bahan baku souvenir batok kelapa dan diolah
langsung oleh masyarakat Sendang Pasir sendiri.

3.2. Aktivitas Wisata di Desa Pemuteran Dalam Pengembangan Pariwisata Hijau Sebagai Upaya
Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Aktivitas Ekonomi

Berdasarkan potensi wisata yang terdapat di Desa Pemuteran, adapun beberapa aktivitas wisata
yang dapat dilakukan oleh wisatawan adalah:

1) Snorkeling
Snorkeling merupakan salah astu kegiatan wisata bahari yang paling diminati oleh wisatawan
yang berkunjung ke Desa Pemuteran. Berbeda dengan diving yang menuntut keahlian dan
perlengkapan khusus yang kompleks dan mahal juga, kegiatan snorkeling ini hanya menggunakan
perlengkapan yang sederhana. Biasanya aktivitas snorkeling ini dilakukan pada pagi hari sampai
siang hari di saat intentitas cahaya matahari sedang tinggi sehingga, para snorkler dapat melihat
objek bawah laut dengan baik. Kedalaman untuk snorkeling umumnya tidak melebihi 5 meter.
Perlengkapan dasar snorkeling yang disiapkan di tempat ini yaitu: jaket pelampung yang berguna
untuk mengapungkan tubuh dipermukaan air; snorkel/ pipa untuk bernafas dari mulut; masker/
kacamata selam sekaligus menutup hidung; dan fin/ sirip kaki untuk membantu berenang.
2) Diving
Selain kegiatan snorkeling, kegiatan diving pun ada dan tidak kalah peminatnya. Diving
merupakan kegiatan menyelam dengan menggunakan alat bantu pernafasan dengan menggunakan
udara dari tabung udara. Untuk melakukan diving, penyelam tidak bisa sembarangan, harus ada
sertifikat menyelam. Salah satu data yang kami dapat dari tempat penyewaan alat diving atau dive
center ini mempunyai latar belakang didirikan dive center ini karena untuk membuka lapangan
kerja bagi masyarakat lokal di Desa Pemuteran. Penghasilan yang didapat dari usaha ini sebesar
15 juta. Dive center ini juga menyediakan paket diving termasuk dengan alat selam, makan,
transportasi, dan tiket masuk Taman Nasional Bali Barat, serta menyediakan jasa pelayanan
guide. Untuk guide lokal berjumlah 8 orang, sedangkan guide asing 5 orang. Jumlah kunjungan
wisatawan Perancis, Jerman dan Belanda paling tinggi ada bulan Juni hingga Agustus. Adapun
11
Seminar Nasional Sains dan Teknologi (Senastek),Denpasar Bali 2016

aturan-aturan dari Dive Center, yaitu: alat selam diganti setiap 5 tahun sekali; wisatawan lokal
dapat menyewa alat selam; dan wisatawan menyewa alat selam tetapi dengan guide. Sedangkan
syarat mengikuti kegiataan ini adalah: harus memiliki sertifikat diving; dan jika belum memiliki
sertifikat diving, hanya diperbolehkan menyelam 10-12 meter.

3) Atraksi wisata buatan


Selain atraksi wisata alam (nature), ada juga atraksi wisata buatan manusia, seperti bangunan atau
infrastuktur pariwisata termasuk arsitektur bersejarah dan modern, monumen, taman, kebun,
tempat bersejarah, lapangan golf dan masih banyak lagi. Di Dusun Palasari hanya terdapat sebuah
pura yang digunakan sebagai tempat untuk melakukan persembayangan, seperti yang biasanya
dilakukan umat Hindu pada umumnya, tetapi pura tersebut belum dikembangkan sebagai atraksi
wisata.

4) Atraksi wisata budaya (cultural)


Atraksi wisata budaya pada umumnya biasa dikenal dengan tari-tarian, festival, pertunjukan
cerita rakyat dan seni. Umumnya sering dipentaskan tari-tarian di hotel kepada wisatawan.

3.3. Faktor-Faktor Lingkungan Internal dan Eksternal Dalam Pengembangan Pariwisata Hijau Sebagai
Upaya Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Aktivitas Ekonomi di Desa Pemuteran

Faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal dalam pengembangan pariwisata hijau sebagai
upaya peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam aktifitas ekonomi di Desa Pemuteran dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Faktor lingkungan internal terdiri dari faktor kekuatan dan kelemahan dengan variabel pariwisata hijau
dan pemberdayaan masyarakat. Adapun faktor kekuatan yang dimiliki Desa Pemuteran adalah sebagai
berikut:
1) Tingginya kesadaran masyarakat dalam mengurangi emisi karbon, konservasi keanekaragaman hayati,
dan menjaga ketersediaan secara berkelanjutan sumber daya air. Hal ini telah digambarkan dalam
gambaran umum Desa Pemuteran, pada mulanya masyarakat yang mencari ikan cenderung melakukan
tindakan merusak habitat laut dengan bahan peledak, yang kemudian akibat peran dari Bapak I Gusti
Agung Prana mampu merubah mindset masyarakat yang mengajak masyarakat untuk berperan aktif
dalam melindungi potensi, habitat dan ekosistem laut, sehingga masyarakat mendapatkan manfaat
ekonomi dengan aktivitas tersebut. Ekosistem laut yang terlindungi dengan potensi wisata bahari yang
dimiliki oleh Desa Pemuteran mengakibatkan pariwisata berkembang pesat dan masyarakat
mendapatkan manfaat ekonomi dengan berkembangnya pariwisata di daerahnya.
2) Terdapatnya manajemen pengelolaan sampah dan limbah yang baik. Pengembangan pariwisata di
Desa Pemuteran dan berkembangnya berbagai aktivitas wisata, stakeholder terkait lebih aware
terhadap keberadaan sampah dan pengelolaannya. Namun demikian menurut wisatawan yang
berkunjung, sampah masih menjadi ancaman dan masalah di Desa Pemuteran, mulai dari sampah yang
berserakan dijalan, dipantai, maupun sampah yang tersangkut pada coral di tengah laut. Sampah
ditengah laut, jika tidak segera diatasi dapat mengakibatkan ancaman bagi habitat dan ekosistem laut
Desa Pemuteran.
3) Terdapat pemasaran dan hubungan masyarakat. Perkembangan pariwisata mengakibatkan banyaknya
bermunculan industri pariwisata penyedia berbagai layanan untuk wisatawan. Masing-masing industri
paiwisata berkontribusi dalam memasarkan dan memberikan informasi mengenai produknya sendiri
maupun Desa Pemuteran dan potensi wisatanya yang berimplikasi pada semakin meningkatnya jumlah
kunjungan wisatawan ke Desa Pemuteran.
4) Adanya upaya pencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap alam dan
budaya. Desa Pemuteran tidak hanya memiliki kekayaan alam berupa gugusan terumbu karang yang
sangat beragam dengan pemandangan laut yang sangat indah namun juga memiliki potensi budaya
12
Seminar Nasional Sains dan Teknologi (Senastek),Denpasar Bali 2016

yang sebagai kearifan lokal dalam menjaga alam yang dimilikinya. Masyarakat Desa Pemuteran juga
termasuk masyarakat tradisional yang masih kental memegang adat istiadat serta budaya yang dimiliki.
Pengembangan pariwisata di daerah ini diharapkan mampu memajukan desa dan sekaligus konservasi
terumbu karang, hal ini dikemukakan oleh Bapak I Gusti Agung Prana yang merupakan perintis
Yayasan Karang Lestari yang konsen terhadap konservasi terumbu karang dan biorock di Desa
Pemuteran. Beliau mengungkapkan bahwa melalui kegiatan pariwisata diharapkan kesejahteraan
masyarakat meningkat, serta kelestarian alam dan sosial budaya masyarakat terjaga. Melalui yayasan
tersebut beliau berupaya mengembalikan potensi alam dan menumbuhkan kesadaran masyarakat lokal
akan pentingnya penyelamatan ekosistem terumbu karang guna menyelamatkan ekosistem biota bawah
laut. Jejak rintisan restorasi terumbu karang di Desa Pemuteran dimulai sejak tahun 1990 oleh Yayasan
Karang Lestari. Kala itu upaya pengembangan destinasi pariwisata tersebut dimulai dari usaha
restorasi terumbu karang yang telah dirusak dan dihancurkan masyarakat. Bapak I Gusti Agung Prana
beserta beberapa perintis lingkungan yang berdedikasi terhadap penyelamatan lingkungan di Desa
Pemuteran.
5) Mulai adanya partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan partisipasi semua pemangku kepentingan,
regulasi dan tata kelola yang baik dalam pengembangan pariwisata di Desa Pemuteran. Keterlibatan
masyarakat tidak hanya pada saat pelaksanaan, namun juga dalam merencanakan dan usaha konservasi
terumbu karang di Desa Pemuteran.
6) Peningkatan penghasilan masyarakat di sektor pariwisata dan pendapatan langsung untuk kawasan
dengan berkembangnya pariwisata di Desa Pemuteran.
7) Masyarakat memiliki kemampuan menjaga keharmonisan dengan alam, daya dukung lingkungan
melalui pendidikan konservasi lingkungan, pengembangan kapasitas dan pendidikan, serta kearifan
lokal budaya yang dijalaninya.

Sedangkan faktor-faktor kelemahan yang dimiliki Desa Pemuteran sebagai berikut:


1) Terbatasnya ketersediaan modal dan pembiayaan masyarakat lokal. Adanya keterbatasan modal dan
pembiayaan masyarakat lokal dalam pengelolaan usaha mengakibatkan dan kedepannya modal akan
dikuasai oleh modal asing/luar masyarakat lokal.
2) Perlunya pendidikan konservasi lingkungan. Untuk mengelola, menjaga, serta konservasi terumbu
karang di Desa Pemuteran, sangat pentingnya pemberian pendidikan bagi masyarakat lokal,
masyarakat yang berkecimpung dalam pariwisata di Desa Pemuteran, maupun wisatawan yang
berkunjung ke Desa Pemuteran, sehingga memiliki tingkat kesadaran akan pentingnya menjaga
ekosistem laut di Desa Pemuteran.
3) Perlu keselarasan arah pembangunan prasarana di Kabupaten Buleleng. Masih terbatasnya
aksesibilitas menuju Desa Pemuteran maupun daya tarik wisata lainnya di Kabupaten Buleleng.
Aksesibilitas sangat penting bagi wisatawan menuju daya tarik wisata yang dikunjungi. Semakin
bervariasinya daya tarik wisata pada suatu daerah/wilayah mampu menarik minat wisatawan untuk
datang berkunjung dan lebih lama tinggal di daerah tersebut.
4) Kurangnya akses internet di Desa Pemuteran untuk memudahkan wisatawan maupun masyarakat
dalam memberikan informasi dan pemasaran. Dengan semakin canggihnya teknologi yang banyak
dimanfaatkan untuk berbagi informasi dan teknologi transportasi, akses akan internet merupakan
kebutuhan pokok bagi suatu destinasi dan peningkatan pemasaran destinasi tersebut. Demikian juga
perkembangan media sosial yang sangat massive mampu membantu pemasaran destinasi jika dapat
tercapainya kepuasan wisatawan akan suatu destinasi yang akan menghasilkan pemasaran yang
positif.
5) Masih terbatasnya aksesibilitas menuju Desa Pemuteran maupun daya tarik wisata yang ada di Desa
Pemuteran.
13
Seminar Nasional Sains dan Teknologi (Senastek),Denpasar Bali 2016

Faktor Lingkungan Eksternal


Faktor lingkungan eksternal terdiri dari faktor peluang dan ancaman dengan variabel politik,
ekonomi, sosial, dan teknologi. Adapun faktor peluang yang dimiliki Desa Pemuteran adalah sebagai
berikut:
1) Kondusifnya situasi keamanan Bali. Hal ini terbukti dengan diberlangsungkannya berbagai even
nasional dan internasional di Bali. Selain karena keamanannya juga karena keindahan pulau Bali,
sehingga banyak juga even MICE diselenggarakan di Bali.
2) Bali meraih kembali penghargaan sebagai the best destination dan Best Overseas Tourism City. Bali
mampu mempertahankan predikat the best destination dan Best Overseas Tourism City.
3) Arah pembangunan prasarana di Bali Utara masih dalam proses perencanaan. Jika pembangunan di
Bali utara termasuk Kabupaten Buleleng maka dapat mengurangi kemacetan dan kepadatan
pembangunan dan kunjungan wisata di Bali Selatan. Hal ini juga berimplikasi pada peningkatan
pembangunan sarana dan prasaran di Bali Utara serta kemudahan akses dan semakin singkatnya
waktu dan jarak tempuh menuju Kabupaten Buleleng.
4) Tren pariwisata hijau dan ramah lingkungan. Tren dewasa ini adalah pengembangan pariwisata hijau
(green tourism) yang merupakan kelanjutan dari pariwisata berkelanjutan namun lebih spesifik dan
lebih mudah diukur. Pariwisata hijau merupakan istilah yang dipergunakan untuk praktek pariwisata
berkelanjutan yang secara substantif di dalamnya tercakup berkelanjutan secara lingkungan, ekonomi,
dan sosial budaya. Pariwisata hijau haruslah menerapkan empat pilar, yaitu: mengurangi emisi karbon
yang dihasilkan dari kegiatan kepariwisataan yang dilakukan; konservasi keanekaragaman hayati;
manajemen pengelolaan sampah dan limbah yang baik; dan menjaga ketersediaan secara
berkelanjutan sumber daya air. Pada prinsipnya keempat pilar pariwisata hijau tersebut dapat
diimplementasikan jika di dukung oleh faktor-faktor sebagai berikut: regulasi dan tata kelola yang
baik; partisipasi semua pemangku kepentingan; ketersediaan modal dan pembiayaan; pengembangan
kapasitas dan pendidikan.
5) Meningkatnya usaha di bidang pariwisata. Semakin meningkatnya jumlah kunjungan ke Bali dan
Kabupaten Buleleng, baik kunjungan wisatawan nusantara maupun mancanegara berimplikasi pada
peningkatan supply produk pariwisata oleh industri pariwisata.
6) Dukungan organisasi masyarakat setempat, Lembaga Desa Adat dan Lembaga Pemberdayaan Desa
Adat.
7) Konservasi ekosistem laut dan lingkungan alam. Perkembangan wisata bahari di dunia mengarah
pada peningkatan kesadaran stakeholder dan konservasi ekosistem laut dan lingkungan alam.
8) Teknologi internet dalam penyediaan informasi dan promosi. Kemudahan informasi melalui internet
dapat meningkatkan dan memperluas segmentasi pasar suatu destinasi dan membantu pemasaran serta
promosi suatu destinasi wisata.

Sedangkan faktor-faktor ancaman yang dimiliki Desa Pemuteran sebagai berikut:


1) Masih terbatasnya akses dan teknologi transportasi. Keterbatasan akses dan transportasi ke Kabupaten
Buleleng karena pembangunan masih terpusat di Bali Selatan dan masih terbatasnya pembangunan
prasarana jalan dan transportasi ke Kabupaten Buleleng yang menyebabkan lamanya waktu dan jarak
tempuh dari titik kedatangan wisatawan (bandara).
2) Tidak meratanya pembangunan Bali Utara dan Bali Selatan. Perlu adanya suatu kebijakan sebagai
upaya pemerataan pembangunan pariwisata antara Bali Selatan dengan Bali Utara.
3) Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Dengan diberlakukannya MEA pada akhir 2015, dituntut
kesiapan dan semakin tingginya kualitas SDM agar mampu bersaing dengan SDM dari Negara
ASEAN lainnya.
4) Peliknya masalah manajemen sampah. Sampah di Bali belum termanajemen dengan baik, demikian
juga pemanfaatan kembali sampah yang dihasilkan oleh suatu rumah tangga maupun suatu industri
belum dilakukan dengan maksimal.
14
Seminar Nasional Sains dan Teknologi (Senastek),Denpasar Bali 2016

5) Kurangnya daya tarik wisata yang mendukung keberadaan daya tarik wisata yang terdapat di Desa
Pemuteran. Semakin bervariasi daya tarik wisata di suatu kawasan atau destinasi, maka mampu
meningkatkan jumlah kunjungan dan lama tinggal wisatawan pada destinasi tersebut.

3.4. Strategi Dalam Pengembangan Pariwisata Hijau Sebagai Upaya Peningkatan Pemberdayaan
Masyarakat Dalam Aktivitas Ekonomi di Desa Pemuteran

Berdasarkan faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor-faktor eksternal (peluang
dan ancaman), maka disusun strategi melalui matrik analisis SWOT (Strengths, weaknesses,
Opportunities, dan Threats), maka dapat dilihat strategi yang dihasilkan sebagai berikut:

Matrik Analisis SWOT Pengembangan Pariwisata Hijau Sebagai Upaya Peningkatan Pemberdayaan
Masyarakat Dalam Aktivitas Ekonomi di Desa Pemuteran

Kekuatan/Strengths (S) Kelemahan/Weaknesses (W)


IFAS
1) Tingginya kesadaran masyarakat dalam mengurangi emisi 1) Terbatasnya ketersediaan modal dan
karbon, konservasi keanekaragaman hayati, dan menjaga pembiayaan masyarakat lokal
ketersediaan secara berkelanjutan sumber daya air 2) Perlunya pendidikan konservasi
2) Terdapatnya manajemen pengelolaan sampah dan limbah lingkungan
yang baik 3) Perlu keselarasan arah pembangunan
3) Terdapat pemasaran dan hubungan masyarakat prasarana di Kabupaten Buleleng
4) Terdapat pencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas 4) Kurangnya akses internet di Desa
wisatawan terhadap alam dan budaya Pemuteran untuk memudahkan
5) Adanya upaya pencegah dan menanggulangi dampak dari wisatawan maupun masyarakat dalam
aktivitas wisatawan terhadap alam dan budaya memberikan informasi dan pemasaran
6) Mulai adanya partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan 5) Masih terbatasnya aksesibilitas menuju
partisipasi semua pemangku kepentingan, regulasi dan tata Desa Pemuteran maupun daya tarik
kelola yang baik wisata yang ada di Desa Pemuteran
7) Peningkatan penghasilan masyarakat di sektor pariwisata dan
pendapatan langsung untuk kawasan
8) Masyarakat memiliki kemampuan menjaga keharmonisan
dengan alam, daya dukung lingkungan melalui pendidikan
konservasi lingkungan dan pengembangan kapasitas dan
EFAS
pendidikan
Peluang/Opportunities (O) Strategi SO Strategi WO

1) Kondusifnya situasi keamanan Bali Strategi Pemasaran Pariwisata Hijau Strategi Komitmen dan Pengembangan
Pembangunan Pariwisata Berbasis
2) Bali meraih kembali penghargaan sebagai the best
Masyarakat di Bali Utara
destination dan Best Overseas Tourism City Strategi Penciptaan dan Pengembangan Produk Pariwisata
Hijau
3) Arah pembangunan prasarana di Bali Utara
4) Trend pariwisata hijau dan ramah lingkungan
5) Meningkatnya usaha di bidang pariwisata
6) Dukungan organisasi masyarakat setempat, Lembaga
Desa Adat dan Lembaga Pemberdayaan Desa Adat
7) Konservasi ekosistem laut dan lingkungan alam
8) Teknologi internet dalam penyediaan informasi dan
promosi
15
Seminar Nasional Sains dan Teknologi (Senastek),Denpasar Bali 2016

Ancaman/Threats(T) Strategi ST Strategi WT

1) Masih terbatasnya akses dan teknologi transportasi Strategi Peningkatan Kualitas SDM melalui Penguasaan Strategi Pembangunan Prasarana dan
Teknologi Informasi dan Kewirausahaan Sarana Pariwisata Berbasis Pariwisata
2) Tidak meratanya pembangunan Bali Utara dan Bali
Hijau
Selatan Strategi Manajemen Sampah Bersinergi dan Mandiri
Strategi Pengkemasan Paket Wisata Hijau
3) Era Masyarakat Ekonomi ASEAN
di Kabupaten Buleleng
4) Peliknya masalah manajemen sampah
5) Kurangnya daya tarik wisata yang mendukung
keberadaan daya tarik wisata yang terdapat di Desa
Pemuteran

Sumber: Hasil Penelitian, 2016.

Berdasarkan matrik analisis SWOT maka dihasilkan strategi sebagai berikut:


1. Strategi SO (Strengths Opportunities)
1) Strategi pemasaran pariwisata hijau.
Strategi ini melalui beberapa tahapan kegiatan, antara lain:
- Segmentasi pasar yang mengarah pada konsep pariwisata hijau, yaitu pemilahan
pasar/konsumen yang memiliki kesadaran dan kepedulian yang tinggi akan kondisi lingkungan,
ekonomi dan sosial budaya. Pasar/konsumen memiliki pengetahuan dan melakukan praktik
yang mengacu pada prinsip pariwisata hijau, seperti: mengurangi aktivitas yang menghasilkan
emisi karbon; melakukan kegiatan wisata yang mengarah pada konservasi keanekaragaman
hayati; tidak menggunakan atau membatasi produk sampah plastik; melakukan praktik hemat
energi dan hemat air; memilih akomodasi dan industri pariwisata yang menerapkan praktik
hemat energi dan hemat air, serta memberdayakan masyarakat lokal maupun produk yang
dihasilkan oleh masyarakat lokal.
- Target pasar yang mengarah pada pemilihan segmen pasar yang dipilih. Menurut karakteristik
wisatawan, yang mengarah pada segmen yang dimaksud adalah wisatawan Eropa. Wisatawan
Eropa memiliki karakter bepergian secara individu, sehingga tekanan pada lingkungan tidak
sebesar wisatawan masal, kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan dan sosial budaya
masyarakat lokal (host), serta kecenderungan menjaga (tidak merusak) hal-hal yang dinikmati
di daerah tujuan wisata.
- Positioning mengarah pada penanaman image di benak konsumen, sehingga pasar/konsumen
selalu ingat dengan produk host. Positioning yang dipilih hendaknya selaras dan sesuai dengan
target pasar yang dipilih. Hal ini akan mempermudah pembentukan reputasi dan branding suatu
destinasi maupun daya tarik wisata.
- Bauran Pemasaran yang mengarah pada penciptaan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan pasar, budget atau harga yang sesuai dengan kemampuan pasar, saluran distribusi
yang mudah dijangkau oleh pasar/konsumen, fokus promosi yang dilihat dari media yang biasa
dijadikan referensi oleh pasar/konsumen, pelayanan yang diharapkan oleh host, bukti fisik yang
memudahkan pasar/konsumen menemukan produk maupun menikmati produk, serta fokus pada
proses pembuatan produk yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pengalaman
pasar/konsumen dan kepuasan pasar/konsumen.

2) Strategi penciptaan dan pengembangan produk pariwisata hijau.


Strategi ini melalui beberapa tahapan langkah, yaitu:
- Penciptaan produk pariwisata hijau. Penciptaan produk pariwisata hijau memiliki fokus dan
detail produk (barang dan jasa) yang mengacu pada tingkat kesadaran dan kepedulian yang
tinggi akan keberlangsungan produk wisata tersebut, serta memerlukan provider jasa/pemberi
layanan yang memiliki pengetahuan dan melakukan praktek tentang pariwisata hijau.
Pariwisata hijau akan lebih dihargai jika tercermin dari awal sebelum kedatangan, pada saat
16
Seminar Nasional Sains dan Teknologi (Senastek),Denpasar Bali 2016

kunjungan, maupun setelah kunjungan konsumen pada suatu destinasi atau daya tarik wisata.
Hal tersebut juga harus tercermin pada nilai yang diyakini host dan praktik sehari-harinya.
- Pengembangan produk pariwisata hijau. Pengembangan produk wisata harus memiliki spirit
yang sama dengan produk inti. Pengembangan produk pariwisata hijau dapat dilakukan
dengan penambahan produk fasilitas, penunjang, dan pelengkap produk inti yang gunanya
meningkatkan value/nilai dari produk inti.
- Pembeda dengan pesaing. Pada era terbuka saat ini, produk sangat mudah ditiru dengan
pesaing. Asal saja produk yang dikembangkan sarat akan nilai budaya dan memiliki ciri khas
yang tidak dimiki oleh pesaing/daerah lain, serta pelayanan dan atmosphere yang berbeda,
maka hal tersebut tidak akan menjadi ancaman.

2. Strategi WO (Weaknesses Opportunities)


Strategi komitmen dan pengembangan pembangunan pariwisata berbasis masyarakat di Bali
Utara.
Pada strategi ini sangat diperlukan komitmen yang tinggi dari para pengambil kebijakan untuk
pengembangan pembangunan pariwisata berbasis masyarakat di Bali Utara. Pariwisata tidak hanya
dirasakan langsung oleh masyarakat yang berkecimpung dalam pariwisata, namun juga multiflier
effect yang ditimbulkan oleh pariwisata, dapat menggerakkan hampir semua sektor ekonomi pada
suatu wilayah/daerah. Dalam pengembangan pembangunan pariwisata sebaiknya dari awal
direncanakan yang berbasis masyarakat, sehingga dalam pembangunan pariwisata tersebut lebih
banyak masyarakat yang terlibat dan mendapatkan manfaat ekonomi dengan berkembangnya
pariwisata di daerahnya.

3. Strategi ST (Strengths Threats)


1) Strategi peningkatan kualitas SDM melalui penguasaan teknologi informasi dan
kewirausahaan.
Hal penting dalam pengembangan pariwisata hijau adalah pemberdayaan masyarakat lokal, baik
dari segi tenaga kerja, pemilik modal usaha, supplier kebutuhan industri pariwisata yang ada di
daerahnya, maupun pengelola destinasi dan daya tarik wisata. Hal tersebut tidak akan tercapai
jika masyarakat lokal tidak memiliki kualitas dan kualifikasi yang dibutuhkan oleh aktivitas
pariwisata yang berkembang di daerahnya. Sehingga sangat penting terus diupayakan
peningkatan kualitas SDM yang ada di Desa Pemuteran dan Kabupaten Buleleng, agar mampu
bersaing dengan SDM dari luar daerah maupun SDM dari luar negeri. Peningkatan kualitas SDM
utamanya dalam penguasaan teknologi informasi dan peningkatan semangat kewirausahaan
masyarakat.
2) Strategi manajemen sampah bersinergi dan mandiri.
Sampah tidak akan ada habisnya dan kerap menimbulkan berbagai persoalan yang sulit untuk
diatasi. Kebijakan dalam hal pengelolaan sampah yang masing-masing anggota keluarga, industri,
ataupun wilayah desa untuk mampu mengelola sampahnya secara mandiri maupun melakukan
daur ulang sampah yang dihasilkan dan dimanfaatkan kembali pada skup wilayahnya masing-
masing tentu akan dapat mengatasi permasalahan sampah tersebut. Stakeholder terkait yang
difasilitasi oleh pemerintah, bersinergi dan memilih suatu metode pengelolaan sampah yang
terbaik, serta pemberian reward terhadap industri dan wilayah yang berhasil tentu mampu
menjawab persoalan tersebut. Apalagi upaya itu nantinya menjadi kebiasaan, suatu waktu tanpa
diberikan reward, industri dan masyarakat akan memiliki suatu kesadaran dengan sendirinya
dalam pengelolaan sampah di daerahnya.

4. Strategi WT (Weaknesses Threats)


1) Strategi pembangunan prasarana dan sarana pariwisata berbasis pariwisata hijau.
17
Seminar Nasional Sains dan Teknologi (Senastek),Denpasar Bali 2016

Pembangunan prasarana tidak hanya diperuntukkan untuk wisatawan maupun aktivitas


pariwisata, namun diperuntukkan untuk masyarakat lokal. Pembangunan prasarana diharapkan
dapat membantu dan memudahkan masyarakat dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari.
Terbatasnya prasarana jalan dapat menghambat perekonomian masyarakat dan dapat
menimbulkan harga yang tinggi. Sedangkan sarana pariwisata terdiri dari sarana pokok,
pelengkap dan penunjang pariwisata. Pembangunan sarana pariwisata hendaknya berbasis
pariwisata hijau. Dalam arti sarana yang dibangun berskala kecil dan kepemilikannya oleh
masyarakat lokal. Karena idealnya pembangunan pariwisata memberikan manfaat setinggi-
tingginya untuk kesejahteraan masyarakat lokal. Jika tidak, masyarakat lokal akan terpinggir di
daerahnya sendiri, dikalahkan oleh pemodal kapitalis. Sesuai dengan target pasar yang dituju,
wisatawan Eropa lebih menyukai produk wisata yang alami yang tersedia sesuai dengan potensi
wisata yang terdapat di daerah tersebut.
2) Strategi pengkemasan paket wisata hijau di Kabupaten Buleleng.
Variasi produk (bukan produk sejenis) penting bagi keberlanjutan suatu destinasi, dimana antara
satu daya tarik wisata dengan lainnya dapat saling melengkapi. Hal ini dapat meningkatkan length
of stay wisatawan yang berkunjung. Mengkemas beberapa daya tarik wisata menjadi satu paket
wisata, dapat menarik wisatawan untuk berkunjung. Paket wisata yang dikemas disesuaikan
potensi wisata di daerah tersebut dan berbasis pariwisata hijau.

4. SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Potensi wisata Desa Pemuteran pengembangan pariwisata hijau sebagai upaya peningkatan
pemberdayaan masyarakat dalam aktivitas ekonomi, antara lain: konservasi terumbu karang; potensi
wisata spiritual; Pura Agung Pulaki; Pura Dalem Melanting. Adapun dusun di Desa Pemuteran yang
memiliki potensi wisata dan mulai tersedianya sarana kepariwisataan untuk menunjang berbagai
aktivitas wisatawan yang datang berkunjung, antara lain: Dusun/Banjar Dinas Kembang Sari;
Dusun/Banjar Dinas Sendang Lapang; Dusun/Banjar Dinas Sari Mekar; Dusun/Banjar Dinas Sendang
Pasir. Berdasarkan potensi wisata yang terdapat di Desa Pemuteran, adapun beberapa aktivitas wisata
yang dapat dilakukan oleh wisatawan adalah: snorkeling; diving; atraksi wisata buatan; atraksi wisata
budaya (cultural). Selain menikmati alam, kebutuhan wisatawan yang datang tidak dapat dilepaskan
dari adanya something to eat (adanya sesuatu yang dikonsumsi oleh wisatawan). Adanya restoran
merupakan potensi wisata yang dapat dikembangkan untuk menambah daya tarik wisata dengan
tujuan wisata kuliner untuk wisatawan yang berkunjung ke Desa Pemuteran.
2) Faktor lingkungan internal terdiri dari faktor kekuatan dan kelemahan. Adapun faktor kekuatan yang
dimiliki Desa Pemuteran sebagai berikut: tingginya kesadaran masyarakat dalam mengurangi emisi
karbon, konservasi keanekaragaman hayati, dan menjaga ketersediaan secara berkelanjutan sumber
daya air; terdapatnya manajemen pengelolaan sampah dan limbah yang baik; terdapat pemasaran dan
hubungan masyarakat; adanya upaya pencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan
terhadap alam dan budaya; mulai adanya partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan partisipasi
semua pemangku kepentingan, regulasi dan tata kelola yang baik dalam pengembangan pariwisata di
Desa Pemuteran; peningkatan penghasilan masyarakat di sektor pariwisata dan pendapatan langsung
untuk kawasan dengan berkembangnya pariwisata di Desa Pemuteran; masyarakat memiliki
kemampuan menjaga keharmonisan dengan alam, daya dukung lingkungan melalui pendidikan
konservasi lingkungan, pengembangan kapasitas dan pendidikan, serta kearifan lokal budaya yang
dijalaninya. Sedangkan faktor-faktor kelemahan yang dimiliki Desa Pemuteran sebagai berikut:
terbatasnya ketersediaan modal dan pembiayaan masyarakat lokal; perlunya pendidikan konservasi
lingkungan; perlu keselarasan arah pembangunan prasarana di Kabupaten Buleleng; kurangnya akses
internet di Desa Pemuteran untuk memudahkan wisatawan maupun masyarakat dalam memberikan
informasi dan pemasaran; masih terbatasnya aksesibilitas menuju Desa Pemuteran maupun daya tarik
18
Seminar Nasional Sains dan Teknologi (Senastek),Denpasar Bali 2016

wisata yang ada di Desa Pemuteran. Adapun faktor peluang yang dimiliki Desa Pemuteran adalah
sebagai berikut: kondusifnya situasi keamanan Bali; Bali meraih kembali penghargaan sebagai the
best destination dan Best Overseas Tourism City; arah pembangunan prasarana di Bali Utara masih
dalam proses perencanaan; tren pariwisata hijau dan ramah lingkungan; meningkatnya usaha di
bidang pariwisata; semakin meningkatnya jumlah kunjungan ke Bali dan Kabupaten Buleleng, baik
kunjungan wisatawan nusantara maupun mancanegara berimplikasi pada peningkatan supply produk
pariwisata oleh industri pariwisata; dukungan organisasi masyarakat setempat, Lembaga Desa Adat
dan Lembaga Pemberdayaan Desa Adat; konservasi ekosistem laut dan lingkungan alam; teknologi
internet dalam penyediaan informasi dan promosi. Sedangkan faktor-faktor ancaman yang dimiliki
Desa Pemuteran sebagai berikut: masih terbatasnya akses dan teknologi transportasi; tidak meratanya
pembangunan Bali Utara dan Bali Selatan; era Masyarakat Ekonomi ASEAN; peliknya masalah
manajemen sampah; kurangnya daya tarik wisata yang mendukung keberadaan daya tarik wisata yang
terdapat di Desa Pemuteran.
3) Strategi dalam pengembangan pariwisata hijau sebagai upaya peningkatan pemberdayaan masyarakat
dalam aktivitas ekonomi di Desa Pemuteran sebagai berikut: Strategi pemasaran pariwisata hijau;
Strategi penciptaan dan pengembangan produk pariwisata hijau; Strategi komitmen dan
pengembangan pembangunan pariwisata berbasis masyarakat di Bali Utara; Strategi peningkatan
kualitas SDM melalui penguasaan teknologi informasi dan kewirausahaan; Strategi manajemen
sampah bersinergi dan mandiri; Strategi pembangunan prasarana dan sarana pariwisata berbasis
pariwisata hijau; Strategi pengkemasan paket wisata hijau di Kabupaten Buleleng.

Adapun saran yang dapat diberikan adalaah:

1) Pentingnya komitmen dalam pengembangan pembangunan pariwisata di Bali Utara yang berbasis
pariwisata hijau, sehingga dampak negatif dalam pengembangan pariwisata dapat dimininalisir dan
dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat.
2) Perlunya manajemen pengelolaan sampah di Desa Pemuteran.
3) Perlu adanya identifikasi dan pengembangan daya tarik wisata di Desa Pemuteran, mengingat Desa
Pemuteran memiliki banyak potensi wisata, baik alam maupun budaya.
4) Pentingnya peningkatan kualitas SDM yang berdaya saing tinggi.
5) Pentingnya peningkatan partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan
pembangunan pariwisata di daerahnya.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penelitian ini dapat terlaksana, tidak terlepas dari dukungan semua pihak, oleh karena itu pada
kesempatan ini kami Tim Peneliti menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Rektor Universitas Udayana; Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Udayana; Bapak Kepala Desa Pemuteran beserta staff pegawai; Bapak I Gusti Agung Prana;
Bendesa Adat Desa Pemuteran, tokoh masyarakat; masyarakat dan wisatawan yang berkunjung ke Desa
Pemuteran terimakasih atas segala bantuannya dalam pemberian informasi, data, dan partisipasinya dalam
pengisian kuesioner dan FGD yang telah dilakukan di Desa Pemuteran. Terimakasih juga kami sampaikan
kepada para mahasiswa yang telah ikut berpartisipasi dalam kegiatan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.


Alma, Buchari. 2004. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.
19
Seminar Nasional Sains dan Teknologi (Senastek),Denpasar Bali 2016

Ardika, I Wayan. 2003. Pariwisata Budaya Berkelanjutan: Refleksi dan Harapan di Tengah
Perkembangan Global. Denpasar: Universitas Udayana.
Azam, Mehdi dan Tapan Sarker. 2011. Green Tourism in The Context of Climate Change Towards
Sustainable Economic Development in The South Asian Region. Journal of Enviromental
Management and Tourism. Vol 2(3), pp.6-15.
Biro Pusat Statistik (BPS). 2004. Produk Domestik Regional Bruto Propinsi Bali Tahun 1999-2003. Biro
Pusat Statistik Propinsi Bali.
Cooper, Chris and Stephen Jackson. 1997. Destination Life Cycle: The Isle of Man Case Study. Dalam the
Earthscan Reader in Sustainable Tourism. United Kingdom: Earthscan Publications Limited.
Cooper, Chris, Jhon Flecher, David Gilbert and Stephen Wainhill. 1993. Tourism Principle and Practice.
London: Pitman Publishing.
Inskeep, Edward. 1991. Tourism Plannning “An Integrated and Sustainable Development Approach”.
New York: Van Nostrand Reinhold.
Ismayanti. 2010. Pengantar Pariwisata. Jakarta: Grasindo.
Kodyat, H. 1997. “Hakekat dan Perkembangan Wisata Alternatif”. Dalam Prosiding Pelatihan dan
Lokakarya Perencanaan Pariwisata Berkelanjutan, ed. Myra P. Gunawan. Bandung: Penerbit ITB.
Korten, David. 1987. Community Management. New Delhi: Kumarian Press.
Kusmayadi dan Sugiarto. 2002. Metodelogi Penelitian di Bidang Kepariwisataan. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Marpaung, Happy. 2000. Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung: Alfabeta.
Mathieson, A dan Wall, G. 1982. Tourism: Economic, Physical and Social Impact. Pitman Publishing,
Oxport.
McIntyre, George. 1993. Sustainable Tourism Development: Guide for Local Planners. Spain: World
Tourism Organization.
Middleton, Victor T.C. 1998. Sustainable Tourism: A Marketing Perspective. Oxford: Butterworth
Heinemann.
Nasir.1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia Jakarta.
Natori, Nasahiko (ed). 2001. A Guide Book for Tourism Based Community Development. Publisher
APTE.
Nelson, J.G, R. Butler, and G. Wall. 1993. “Tourism and Sustainable Development: Monitoring,
Planning, Managing”. University of Waterloo: Heritage Resources Culture.
Pitana, I Gde. 1999. Pelangi Pariwisata Bali. Denpasar: Bali Post.
-----------------. 2006. Kepariwisataan Bali Dalam Wacana Otonomi Daerah. Jakarta: Puslitbang
Kepariwisataan.
Rangkuti, Freddy. 2004. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Ringbeck, Jurgen., Amira El-Adawi, and Amit Gautam. 2010. Green Tourism: a Road Map for
Transformation. Booz & Company.
Soekadijo, R.G. 1997. Anatomi Pariwisata (Memahami Pariwisata Sebagai Systemic Linkage). Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Sukarsa, I Made. 1999. Pengantar Pariwisata. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia
Timur.
Swarbrooke, John. 1998. Sustainable Tourism Management. New York: CABI Publishing.
Yoeti, Oka A. 1996. Pengantar Pariwisata. Edisi Revisi. Bandung: Angkasa.
www.propoortourism.org.uk

Anda mungkin juga menyukai