Anda di halaman 1dari 24

ANALISIS TERHADAP KEBIJAKAN PEMERINTAH DESA DALAM

PENGEMBANGAN DESA WISATA KARANGSALAM KECAMATAN


BATURADEN KABUPATEN BANYUMAS

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti seminar proposal pada jurusan


Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah UIN Prof. KH. Saifuddin
Zuhri Purwokerto

Oleh:
FAICHATUL JANNAH
NIM. 1817104015

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM


FAKULTAS DAKWAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
PROF. KH SAIFUDDIN ZUHRI
PURWOKERTO
2022
BABI

PENGANTAR

1. Asal usul masalahnya


Indonesia adalah tanah alam yang paling kuat di darat dan laut.
Keanekaragaman hayati, flora, fauna dan lingkungan manusia memiliki nilai
pasar yang harus dikembangkan menjadi usaha di bidang pariwisata.
Ekosistem Indonesia yang meliputi hutan, danau, dan sungai menghasilkan
potensi wisata alam yang luar biasa. Oleh karena itu, masyarakat sekitar harus
mewaspadai potensi besar di sektor pariwisata Indonesia karena begitu
banyak tempat dengan begitu banyak keindahan alam dan keajaiban, sektor
pariwisata ini jika dikembangkan dengan baik akan berdampak positif bagi
masyarakat sekitar.1
Desa Wisata merupakan bentuk lain dari pelaksanaan pembangunan
pariwisata berbasis masyarakat dan berkelanjutan yang banyak dimanfaatkan
sebagai peluang untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Dengan
memutus mata rantai kemiskinan, mereka diharapkan mampu membebaskan
diri dari ketidakberdayaan dan terbebas dari kemiskinan, tumbuh kuat dan
menjadi mandiri.
Dengan pengembangan desa wisata diharapkan terjadi pemerataan
yang sejalan dengan visi pembangunan pariwisata berkelanjutan. Pendekatan
pengembangan lokal adalah pandangan terhadap akomodasi, makanan dan
minuman dan kebutuhan wisata lainnya. Pengembangan desa wisata juga
diharapkan dapat mendorong pembangunan lokal, pengentasan kemiskinan
dan kesejahteraan manusia. Selain itu, pemanfaatan sumber daya alam dapat
dikonservasi dengan mengembangkan desa wisata tanpa merusak lingkungan
itu sendiri.
Melimpahnya sumber daya alam di Indonesia membuat masyarakat
mulai merasakan manfaatnya dengan membangun Kota Wisata. Di Indonesia,
Desa Wisata sudah tidak asing lagi, apalagi ketika masyarakat semakin
1
Erika Revida, dkk. Perubahan Desa Wisata. Medan: Yayasan Penulisan Kami (2018).
kertas. 13

1
berpikir untuk mengubah desanya menjadi lebih baik bagi masyarakat umum,
terutama di luar negeri. Banyaknya model pariwisata modern dan keinginan
untuk menciptakan suasana baru bagi wisatawan, seperti kembali merasakan
hidup di pedesaan, dapat terhubung dengan masyarakat dan aktivitas
budayanya, membuat pariwisata di pedesaan semakin dikemas di dalamnya.
jenis desa wisata.
Inti Rakyat Tourism (PIR) mendefinisikan desa wisata sebagai
kawasan pedesaan yang sumber daya alamnya dimanfaatkan tanpa kehilangan
semangat dan visi yang mencerminkan realitas desa baik dari aspek sosial
ekonomi, kesejahteraan, budaya, kehidupan sehari-hari, arsitektur, dan fitur
tata ruang desa. , atau kegiatan ekonomi yang unik dan menarik dengan
potensi untuk dikembangkan.2
Kesadaran pemerintah desa dan masyarakat tentang potensi yang ada
di desanya diyakini mampu mendorong perubahan dan desain lokal. Selain
itu, dalam jangka panjang pengembangan Desa Wisata diyakini mampu
mendorong masyarakat untuk tetap ramah lingkungan terhadap potensi
kerugian karena mengutamakan isu lingkungan sebagai prakarsa wisata yang
diberikan dan dapat meningkatkan kesejahteraan manusia. masyarakat desa.
Banyumas merupakan salah satu kawasan alam yang paling kuat untuk
dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata. Pengembangan pariwisata dan
budaya di Kabupaten Banyumas memiliki implikasi yang signifikan dan
strategis karena sektor ini merupakan komponen kunci yang nantinya
diharapkan dapat mendukung pembangunan daerah melalui upaya ekonomi
lintas sektoral, serta pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat
melalui pariwisata.
Desa Karangsalam berada tepat di sebelah selatan Gunung Slamet
tepatnya di kecamatan Baturaden kabupaten Banyumas dan banyak
masyarakat di desa Karangsalam yang pindah ke kota daripada ke desanya
karena desa tersebut jauh dari kota. mereka tidak mengetahui kekuatan yang
ada di desa ini.Karangsalam, ketika pemerintah desa mengakui kekuatan alam
2
Syahmardi Yakub, dkk. Strategi Pemasaran Wisata Desa. Jambi: WIDA Publishing.
(2021). kertas. 24

2
di desa mulai berkembang, pemerintah desa membuat kebijakan menjadikan
desa Karangsalam sebagai objek wisata di Banyumas, desa wisata
Karangsalam memiliki banyak peluang wisata khususnya wisata alam, untuk
mulai membuka akses wisata alam yaitu Curug telu, warga desa Karangsalam
belum mendapatkan bantuan dana dimanapun mereka masih bersandar. -
pembayaran bantuan dari masyarakat untuk mengembangkan desanya.
Menurut Adisasmita, pemberdayaan masyarakat adalah upaya
menggunakan dan mengelola sumber daya masyarakat pedesaan secara
efisien dan efektif.3Kebijakan pemerintah desa tentang potensi desa telah
membuat desa wisata Karangsalam sukses di Banyumas, yang mencakup 10
desa wisata di kepulauan itu, mengalahkan ribuan desa wisata lainnya di
Indonesia.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis tertarik untuk
mempelajari lebih dalam tentang analisis kebijakan pemerintah desa dalam
mengembangkan desa wisata Karangsalam Kecamatan Bataturaden
Kabupaten Banyumas.
2. Kosakata
Untuk menghindari kesalahpahaman, perlu dijelaskan prinsip-prinsip
utama penelitian ini. Arti dari kata tersebut adalah sebagai berikut:
3. Analisis Kebijakan
Menurut Komaruddin, konsep analisis adalah kerja berpikir untuk
menguraikan segala sesuatu ke dalam subkategori untuk dapat
mengidentifikasi karakteristik sektor, hubungan masing-masing sektor, dan
kerja masing-masing sektor secara bersama-sama.4
Menurut Aminullah, kebijakan adalah suatu usaha atau tindakan
untuk mempengaruhi suatu proses untuk mencapai tujuan yang diinginkan,

3
Kami mengucapkan Maryam. SAMISAKE sebagai Model Pembangunan Pedesaan
Lampung: Penerbitan GRE. (2016) Berikan. 38
4
Roni Habibi dan Raymana Aprilian. Instruksi dan Deskripsi Metode RAD
Implementasi E-Office E-Office Berbasis WEB. Bandung: Bisnis Kreatif Nusantara (2019)
Hal.79

3
upaya dan tindakan yang ditujukan secara terencana, jangka panjang dan
menyeluruh.5
4. Pemerintah desa
Pengelolaan desa adalah penyelenggaraan urusan umum dan
kepentingan masyarakat setempat dalam program pemerintah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.6
5. Pembangunan desa wisata
Pembangunan berasal dari kata kerja “develop” yang artinya; a)
Bunganya terbuka, b) membuatnya lebih besar (lebar, sama). c) Membuat
kemajuan (baik, sempurna).7Pembangunan adalah membuat atau menahan
atau menguasai sesuatu yang tidak ada.
Desa ini merupakan pemekaran terendah dari masyarakat dengan
pemerintahan dan kepala pemerintahannya sendiri. Sebagian besar
masyarakat Indonesia tinggal dan tinggal di pedesaan. Marit mengatakan
kampung itu didirikan sebagai kawasan pemukiman berdasarkan
kebutuhan akan akomodasi dan naluri alami untuk bertahan hidup dalam
kelompok. Pemerintah pusat dan daerah saat ini memberikan perhatian
yang lebih besar terhadap perdesaan, dengan tujuan agar masyarakat
perdesaan lebih sejahtera, sejahtera, dan mandiri. Semakin pedesaan,
sejahtera, dan mandiri, maka semakin maju dan sejahtera rakyat Indonesia.
Dengan kata lain jika masyarakat desa maju maka negara akan maju dan
sebaliknya jika masyarakat desa tertinggal maka negara tidak dapat maju.
Desa Wisata adalah destinasi wisata, disebut juga daya tarik wisata,
yang meliputi daya tarik wisata, hibah sosial, fasilitas pariwisata,
aksesibilitas, yang dihadirkan dalam struktur kehidupan masyarakat yang
mengintegrasikan kebijakan dan praktik praktis.8

5
Rahmat Alyakin Dachi. Kebijakan Kesehatan dan Proses Analisis. Sleman:
Publikasikan. (2017). kertas. 3
6
UU Desa Pasal 1 ayat 2
7
Menteri Pusat Bahasa Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga Jakarta:
Balai taka. (2005), hal. 538.
8
Tri Veda Raharjo. Pembangunan desa wisata. Surabaya: Penerbitan CV Jakad Media.
(2021). kertas. 3

4
Desa Wisata merupakan bagian dari sektor pariwisata dan desa
yang memiliki potensi wisata. Pariwisata telah menjadi lebih dari sekedar
bisnis, tetapi juga telah berkembang menjadi bagian integral dari
perekonomian banyak negara. Di dunia saat ini, industri pariwisata terus
berkembang dan berkembang, sebagian besar karena hubungannya dengan
lebih dari tujuh industri lain seperti penerbangan, akomodasi, transportasi
air, transportasi air, komunikasi, manajemen atraksi, koordinasi perjalanan
dan banyak lagi.9

6. Pengembangan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka pengembangan masalah
dalam penelitian ini adalah bagaimana cara menganalisis kebijakan
pemerintah desa dalam mengembangkan desa wisata Karangsalam Kecamatan
Bataturaden Kabupaten Banyumas?

7. Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkonfirmasi analisis kebijakan
pemerintah desa terhadap pengembangan desa wisata Karangsalam
Kecamatan Bataturaden Kabupaten Banyumas.

8. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teori
a. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang
pariwisata.
b. Memberikan kontribusi pemikiran kepada akademisi dan profesional
pembangunan sosial dalam analisis kebijakan pemerintah daerah
dalam pengembangan desa wisata.
9
Erika Revida, dkk. Perubahan Desa Wisata. Medan: Yayasan Penulisan Kami. (2021).
kertas. 1

5
c. Bisa menjadi informasi untuk penelitian selanjutnya dan memperkaya
bahan pustaka di UIN Saizu Purwokerto
2. Manfaat yang menguntungkan
Penelitian ini bisa:
a. Memberikan masukan yang sangat baik kepada Pengelola Desa
Wisata Karangsalam Baturaden, masyarakat setempat, dan pemerintah
daerah dalam upaya mengembangkan masyarakat setempat dengan
keterampilan lokal.
b. Memberikan informasi bidang pemberdayaan masyarakat, dan
penyebarluasan pembelajaran yang dapat bermanfaat secara langsung.

3. Tinjauan Literatur
Tinjauan pustaka adalah studi atau pemeriksaan terhadap hasil teks
atau penelitian sebelumnya dalam kaitannya dengan studi penelitian. Tinjauan
pustaka dirancang untuk menghindari kesamaan antara penelitian yang akan
diteliti dengan penelitian sebelumnya.
Penelitian yang berfokus pada analisis kebijakan pemerintah desa oleh
banyak peneliti sebelumnya, buku, jurnal dan tesis lainnya adalah tujuan
utama dari penelitian ini. Sebelum melakukan penelitian, penulis terlebih
dahulu mereview beberapa buku dan teori hasil penelitian peneliti, yaitu:
Pertama: Lediana Apriyani, 2019, “Pemberdayaan Berbasis
Masyarakat dalam Pariwisata Lokal di Desa Kunjir, Kecamatan Raja Basa,
Kabupaten Lampung Selatan”. Hasil penelitian adalah analisis program
pemberdayaan masyarakat JANIS di Desa Kunjir Kecamatan Rajabasa
Kabupaten Lampung Selatan.10Kedua masalah tersebut mengembangkan Desa
Wisata. Namun yang membedakan dengan penelitian Ledana Apriyani adalah
fokus pada kegiatan kegiatan pengembangan masyarakat JANIS (Jalan
Inovasi Sosial) di desa wisata, sedangkan penelitian penulis fokus
menganalisis kebijakan pemerintah desa dalam mengembangkan desa Wisata.
10
Lediana Apriyani. “Pemberdayaan Lokal Berbasis Pariwisata Lokal di Desa Wisata
Kunjir Kecamatan Raja Basa Kabupaten Lampung Selatan”. Skripsi Lampung: Universitas
Islam Negeri Raden Intan Lampung. 2019.

6
Kedua: Abdur Rohim, 2013, Pelajaran “Pemberdayaan Masyarakat
Melalui Pengembangan Wisata Desa” di Desa Wisata Bejiharjo, Kecamatan
Karangmojo, Kabupaten Gunung Kidul, DIY. Temuan penelitian adalah
analisis mekanisme kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui
pengembangan desa wisata yang berdampak pada nilai kesejahteraan budaya
dan peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat sekitar.11Kesamaan
penelitian ini adalah untuk mengembangkan desa. Perbedaan dengan
penelitian penulis adalah penelitian Abdur Rohim berfokus pada kegiatan
pokdarwis di desanya, sedangkan penelitian penulis menganalisis kebijakan
pemerintah desa dalam mengembangkan desa wisata.
Ketiga: Penelitian dari Syaidina Iskandar Malik KM. Tema “Peranan
Kelompok Informasi Pariwisata (Pokdarwis) Dalam Pengembangan
Pariwisata di Kecamatan Raja Basa Kabupaten Lampung Selatan” dilakukan
pada tahun 2017. Penelitian ini membahas tentang gagasan partisipasi
masyarakat dalam pengembangan pariwisata di kabupaten Rajabasa, di
kabupaten Lampung Selatan. menemukan suplemen dan hambatan.12Mirip
dengan penelitian penulis, keduanya sama-sama mengembangkan pariwisata.
Perbedaan penelitian dengan penelitian penulis adalah penelitian Syaidina
Iskandar Malik KM membahas tentang hakikat keterlibatan Pokdarwis dalam
pengembangan pariwisata, sedangkan penelitian berfokus pada analisis
kebijakan pemerintah desa dalam pengembangan Desa Wisata.

11
Dias Setianingsih Dll, "Masyarakat Dengan Membentuk Tim Penerangan Wiata
Dalam Pengembangan Wisata Air Terjun Simpang Kiri di Desa Selamat Kecamatan
Tenggulung Kabupaten Aceh Tamiang" Aceh Skripsi: University of Samudra.2017
12
Syaidina Iskandar Malik KM, “Partisipasi Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis)
Dalam Pengembangan Pariwisata di Kecamatan Raja Basa Kabupaten Lampung Selatan”,
Teori Lampung: Universitas Lampung. 2017.

7
4. Kerangka teoritis
1. Analisis Kebijakan
Menurut Komaruddin dalam (Roni Habibi dan Raymana Aprilian,
2019: 79) konsep analisis adalah kerja berpikir untuk menguraikan segala
sesuatu menjadi bagian-bagian yang lebih kecil sehingga dapat mengenal
ciri-ciri sektor, hubungan masing-masing sektor, dan kerja dari masing-
masing sektor digabungkan.
Menurut Wiradi dalam (Roni Habibi dan Raymana Aprilian, 2019:
79) pengertian analisis adalah suatu fungsi yang menyangkut tindakan
korektif, mengelompokkan apa yang diorganisasikan dan diorganisasikan
menurut kaidah-kaidah tertentu kemudian melihat arti dan hubungannya
masing-masing.
Menurut Aminullah, kebijakan adalah suatu usaha atau tindakan
untuk mempengaruhi suatu proses untuk mencapai tujuan yang diinginkan,
upaya dan tindakan yang ditujukan secara terencana, jangka panjang dan
menyeluruh.13
Kebijakan adalah pedoman untuk bertindak. Panduan bisa sangat
sederhana atau kompleks, umum atau lugas, luas atau sempit, kabur atau
kabur, bebas atau terperinci, dalam hal kualitas atau ukuran, publik atau
pribadi. Kebijakan dalam pengertian ini dapat berupa deklarasi tindakan
dasar, tindakan khusus, proses untuk tugas tertentu, atau rencana.14James E.
Anderson mengatakan kebijakan selalu tentang apa yang dilakukan atau
tidak dilakukan oleh pemerintah.15
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa Analisis Kebijakan
adalah suatu metode yang digunakan dalam administrasi publik untuk
mengevaluasi dan mengevaluasi kebijakan suatu entitas publik dalam
mencapai tujuan.

13
Rahmat Alyakin Dachi. Kebijakan Kesehatan dan Proses Analisis. Sleman:
Publikasikan. (2017). kertas. 3
14
Solichin Abdul Wahab. Analisis Kebijakan. Jakarta: PT. Buku Dunia. (2012)
Makalah. 9
15
Hamidullah Ibdah. Studi Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: CV. Pilar Nusantara.
(2020). kertas. 7

8
Dalam hal ini, Wildavsky bahkan menegaskan bahwa fitur utama
dari analisis kebijakan adalah jenis pekerjaan pemecahan masalah. Artinya,
analisis bertujuan untuk menjawab permasalahan yang dihadapi pengambil
keputusan sebagai pembelajaran dan mencoba mereduksi kompleksitas
permasalahan tersebut sedemikian rupa melalui proses kreatif, berpikir
kritis dan keahlian. Wildavsky mengingatkan bahwa, karena masalah sosial
begitu kompleks dan kompleks, kita tidak bisa menyelesaikan masalah ini
tetapi memindahkan atau membalikkan masalah ini. Jadi, karena
banyaknya masalah sosial yang tidak dapat kita kendalikan, peran analis
kebijakan adalah mengatasi masalah tersebut sedemikian rupa sehingga
upaya penyelesaiannya menjadi lebih baik. Jika di masa depan analisis
mampu menjelaskan masalah ini sedemikian rupa sehingga upaya untuk
mengurangi berat badan dapat dilakukan,16
Tujuan utama melakukan analisis kebijakan publik adalah untuk
secara sistematis mengumpulkan ide-ide yang berbeda dari berbagai
bidang seperti sosial, politik, ekonomi, pemerintahan sosial, psikologi
sosial dan antropologi, dan kemudian menggunakannya untuk menafsirkan
sebab dan akibat. Namun pengertian dari kata kebijakan itu sendiri (policy)
sendiri saat ini masih berbeda pandangan dan menjadi forum diskusi di
antara para ahli. Sebagai bukti, berikut ini akan mencerminkan beberapa
pandangan para ahli tentang kebijakan ini.
H. Kebijakan Heclo lebih baik jika dilihat sebagai tindakan yang
disengaja atau keengganan untuk bertindak dengan sengaja daripada dilihat
sebagai keputusan atau tindakan tertentu.
Syafanuddin (2008) mengacu pada laporan Putt dan Springer
bahwa ada 3 (tiga) fase dalam proses pembuatan kebijakan, yaitu:17
a. Tingkat perumusan, yaitu perumusan atau perumusan kebijakan
dalam pemerintahan, mencakup kegiatan politik. Dalam konteks

16
Solichin Abdul Wahab. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang. (2011). kertas. 7
17
Sukarman Purba, dll. Analisis Kebijakan Pendidikan. Medan: Yayasan Penulisan
Kami. (2021) Makalah. 5

9
ini, aktivitas politik diartikan sebagai implementasi kebijakan yang
dirasakan. berisi daftar tahapan yang saling bergantung dari urutan
kronologis, penetapan agenda, perumusan kebijakan, adopsi
kebijakan, implementasi kebijakan, dan evaluasi kebijakan untuk
digunakan sebagai pedoman tindakan.
b. Tingkat implementasi kebijakan, dengan pedoman yang dapat
diimplementasikan agar kebijakan tersebut dapat mencapai
tujuannya. Implementasi kebijakan merupakan daftar kegiatan dan
keputusan yang memudahkan penjabaran kebijakan untuk
dilaksanakan di departemen.
c. Tahap evaluasi yang ada dalam proses kebijakan adalah evaluasi.
Kajian kebijakan dilakukan sebagai proses untuk mengetahui
seberapa responsif kebijakan tersebut kepada seluruh pemangku
kepentingan (stakeholder), atau sejauh mana tujuan kebijakan telah
tercapai. Atau, penilaian digunakan untuk menentukan kesenjangan
antara harapan atau tujuan dan pencapaian aktual untuk
mendapatkan umpan balik dari proses kebijakan. Oleh karena itu,
evaluasi kebijakan memberikan informasi yang memungkinkan
pemangku kepentingan mengetahui apa yang terjadi, sehingga
memberikan informasi. paparan kegiatan implementasi kebijakan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan implementasi yang sesuai
dengan target, dan untuk memahami alasan keberhasilan atau
kegagalan.
2. pemerintah desa
Keberadaan desa tersebut diakui oleh Pemerintah sebagaimana
tertuang dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang
mempunyai kewenangan di desa untuk mengatur dan mengurus urusan
negara, kebutuhan masyarakat, disetujui dan dihormati oleh pemerintah.
negara. Pemerintah pusat.
Dengan diberdayakan untuk mengelola dan mengatur kebutuhan
masyarakat, berarti desa memiliki kekuasaan untuk memilih membuat

10
kebijakan yang mengatur dan berwenang membuat undang-undang
penegakan.
Pengelolaan desa adalah penyelenggaraan urusan umum dan
kepentingan masyarakat setempat dalam program pemerintah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.18
Desa merupakan sektor pemerintahan di bawah Darurat/Kota. Desa
tidak seperti kecamatan dengan camat. Kelurahan merupakan satu-satunya
wilayah operasi lurah di bawah camat yang tidak berhak mengatur dan
mengatur kebutuhan masyarakat setempat. Sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, desa dan desa adat atau yang disebut
desa, yang sekarang disebut Desa, adalah badan publik dengan batas-batas
wilayah kekuasaan pemerintahan dan penguasaan urusan pemerintahan.
kepentingan lokal berdasarkan prakarsa masyarakat, hak adat, dan/atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.19
Menurut Nurcholis (2011) ada empat jenis desa di Indonesia yaitu
Desa Adat (masyarakat otonom) yang jalur desanya pertama dan tertua di
Indonesia menguasai dan mengelola kekayaannya tanpa campur tangan
pemerintah, Desa Administratif (pemerintah daerah)) yang berstatus dari
pusat pemerintahan, lingkup pemerintahan terendah untuk memberikan
pelayanan administrasi kepada pemerintah pusat, Desa Otonom
(pemerintah daerah) adalah desa berdasarkan devolusi. memiliki
kewenangan yang jelas karena diatur dalam Undang-undang.20
Sedangkan pengertian pemerintahan desa adalah pemerintahan akar
rumput yang merupakan akar rumput Negara Kesatuan Republik Indonesia
dengan empat jenis kewenangan, antara lain: pertama. Yurisdiksi generik
(pertama) sering disebut sebagai TAS BR (yurisdiksi mandiri masyarakat
desa); kedua, kewenangan yang berbakti, kewenangan atas desa karena

18
UU Desa Pasal 1 ayat 2
19
UU No.6 Tahun 2014
20
Riant Nugroho dan Fire. Pengelolaan desa.. Jakarta : PT. Komputer Elex Media.
(2021). kertas. 10

11
dijamin kedudukannya sebagai pemerintah daerah (local government);
ketiga, kekuasaan mendistribusikan, yaitu kewenangan pemerintahan di
desa; Keempat, otoritas yang buruk, yaitu otoritas desa menolak dibantu
oleh pemerintah jika tidak pergi bersama masyarakat atau jika
pekerjaannya tidak sesuai dengan konteks sosial.
Mengingat hal tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa pemerintah
desa adalah pemerintah negara bagian terendah dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia di daerah, memiliki wilayah wilayah dan berwenang
untuk mengendalikan dan mengatur kepentingan masyarakat setempat.
disahkan dalam sistem pemerintahan nasional dan di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
3. Pembangunan desa wisata
Pembangunan berasal dari kata kerja “develop” yang artinya; a)
Bunganya terbuka, b) membuatnya lebih besar (lebar, sama). c) Membuat
kemajuan (baik, sempurna).21Pembangunan adalah membuat atau menahan
atau menguasai sesuatu yang tidak ada.
Menurut Nuryanti, desa wisata merupakan bentuk keterhubungan
antara atraksi, akomodasi, dan sumber daya pendukung yang
disumbangkan untuk membangun kehidupan masyarakat yang dipadukan
dengan program praktis dan tradisi. Wisata pedesaan (rural tourism) adalah
wisata yang mencakup berbagai macam pengalaman pedesaan, atraksi
alam, tradisi, ciri-ciri khusus yang dapat menarik wisatawan secara
keseluruhan.22
Saat ini definisi desa wisata menurut People's Core Tourism (PIR),
adalah kawasan pedesaan. memberikan suasana umum yang
mencerminkan realitas perdesaan baik dari sosial ekonomi, sosial budaya,
tradisi, kehidupan sehari-hari, memiliki arsitektur dan struktur arsitektur
yang unik, atau kegiatan ekonomi yang unik dan menarik serta berpotensi

21
Menteri Pusat Bahasa Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga Jakarta:
Balai taka. (2005), hal. 538.
22
Istijabatul Aliyah, Galing Yudana ... dan Rara Sugiarti. Desa Wisata Eko Budaya.
Medan: Yayasan Penulisan Kami, (2020). kertas. 11

12
mengembangkan keragaman. sektor pariwisata, misalnya: atraksi,
akomodasi, makanan dan minuman, dan kebutuhan wisata lainnya. Dan
sesuai dengan Kebijakan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No. 26
Tahun 2010, desa wisata adalah bentuk keterhubungan antara atraksi,
akomodasi, dan fasilitas pendukung yang tercermin dalam bangunan
kehidupan masyarakat yang dipadukan dengan kebijakan dan praktik
praktis.23
Selain itu, menurut Hadiwijoyo, tipologi desa wisata didasarkan
pada karakteristik mata air dan ketidaktahuan desa tersebut, antara lain: (1)
desa wisata berdasarkan kekhasan sumber daya budaya lokal; (2) Desa
wisata berbasis sumber daya alam; (3) Desa Wisata berbasis perpaduan
unik antara budaya dan alam sebagai daya tarik utama; (4) Desa Wisata
berdasarkan keunikan kegiatan perancangan ekonomi sebagai daya tarik
utama.24
Menurut Antara dan Arida, desa tersebut akan menjadi desa wisata,
dan diperlukan beberapa alternatif, yaitu:25
a. Daya tarik wisata, yaitu segala sesuatu yang meliputi alam, budaya,
dan alam manusia. Objek wisata yang dipilih adalah yang paling
menarik dan menarik di desa.
b. Jarak tempuh, yaitu jarak dari kawasan wisata khususnya akomodasi
wisata dan jarak dari ibukota provinsi dan jarak dari markas
kabupaten.
c. Luas desa mempengaruhi jumlah rumah, jumlah penduduk,
karakteristik dan luas desa. Kebijakan ini berkaitan dengan
transportasi pariwisata ke desa.

23
Istijabatul Aliyah, Galing Yudana ... dan Rara Sugiarti. Desa Wisata Eko Budaya.
Medan: Yayasan Penulisan Kami, (2020). kertas. 12
24
Tri Veda. Desa Pengembangan Visi Wisata, Surabaya : CV. Penerbitan IJakad Media.
(2014). kertas. 5
25
Istijabatul Aliyah, Galing Yudana ... dan Rara Sugiarti. Desa Wisata Eko Budaya.
Medan: Yayasan Penulisan Ita, (2020). kertas. 12

13
d. Sistem keagamaan dan masyarakat menjadi isu penting mengingat
adanya aturan khusus bagi masyarakat desa. Yang perlu diperhatikan
adalah agama dan sistem kesejahteraan yang ada.
e. Ketersediaan Prasarana, meliputi sarana dan pelayanan transportasi,
pasokan listrik, air bersih, air mengalir, telekomunikasi dan
sebagainya.
Menurut Priasukmana & Mulyadin, desa yang dapat dijadikan desa
wisata harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:26
a. Aksesibilitas yang baik, yang memudahkan wisatawan untuk
berkunjung melalui berbagai moda transportasi.
b. Memiliki atraksi alam, seni budaya, mitos, makanan lokal, dan
perkembangan lain seperti pariwisata.
c. Masyarakat dan pejabat masyarakat menerima dan memberikan
dukungan berkualitas tinggi kepada desa wisata dan wisatawan yang
berkunjung ke desa mereka.
d. Keamanan di desa terjamin.
e. Akomodasi yang memadai, telekomunikasi dan staf tersedia.
f. Cuacanya sejuk atau dingin.
g. Itu telah dikaitkan dengan tempat-tempat wisata lain yang sudah
dikenal masyarakat umum.
Ada 5 kriteria yang dikembangkan oleh para ahli sebagai ukuran
keberhasilan pengembangan masyarakat berbasis pariwisata: (1) sumber
daya dari CBT harus didistribusikan secara merata di antara orang-orang di
destinasi; (2) pengelolaan pariwisata yang baik dan bertanggung jawab; (3)
CBT harus memiliki hubungan dan dukungan yang kuat dari dalam dan
luar komunitas; (4) Keunikan daya tarik harus diperhatikan untuk menjaga
stabilitas destinasi; (5) Konservasi tidak boleh diabaikan Jenis lain dari
pendekatan pengembangan dan pengembangan pariwisata berbasis
masyarakat atau CBT adalah pengembangan Desa Wisata.27

Istijabatul Aliyah, Galing Yudana ... dan Rara Sugiarti. Desa Wisata Eko Budaya.
26

Medan: Yayasan Penulisan Kami, (2020). kertas. 12

14
Desa Wisata sebagai produk wisata lainnya dapat memberikan
dampak pembangunan pedesaan yang berkelanjutan dan memiliki prinsip
pengelolaan sebagai berikut: (1) memanfaatkan sarana dan prasarana
masyarakat; (2) menyediakan sumber daya kepada masyarakat; (3) jumlah
minimal untuk memfasilitasi terciptanya hubungan yang adil dengan
masyarakat setempat; (4) dengan melibatkan masyarakat setempat; dan (5)
melaksanakan pembangunan. Produk wisata pedesaan, serta alternatif dasar
lainnya, meliputi: (a) penyediaan sumber daya dan infrastruktur berbasis
masyarakat yang sering kali mendorong partisipasi masyarakat dan
memastikan akses ke sumber daya berwujud merupakan inisiatif
pembangunan desa wisata. (b) untuk mendorong peningkatan pendapatan
dari sektor pertanian dan kegiatan ekonomi tradisional lainnya. (c)
penduduk setempat. berperan aktif dalam proses pengambilan keputusan
pariwisata yang memanfaatkan lingkungan dan masyarakat untuk
memperoleh bagian yang adil dari kegiatan pariwisata. (d) untuk
mempromosikan pengembangan bisnis lokal.28
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa pengembangan desa wisata
masih menghadapi banyak permasalahan mendasar, mulai dari internal
desa, seperti pembangunan desa (hambatan pemerintah, administrasi).
Beberapa masalah tersebut antara lain:
a. Ada duplikasi model dan kurangnya diferensiasi produk.
Pengembangan desa wisata cenderung meniru produk yang diciptakan
oleh desa wisata yang ada. Contoh yang menarik adalah program
pengembangan Desa Wisata Baha, Kabupaten Badung, Bali. secara
gamblang meniru model konstruksi gapura yang merupakan seragam
adat (angkul-angkul) buatan Desa Penglipuran, Kabupaten Bangli,
Bali. Dapat dikatakan bahwa proses pengulangan itu disengaja dengan
mengabaikan kesungguhan kemampuan dan keunikannya. Akhirnya

27
Tri Veda Raharjo. Visi Pengembangan Desa Wisata. (2019). Gayungan: CV. Graha
Penerbitan Jakad Media. kertas. 5
28
Tri Veda Raharjo. Visi Pengembangan Desa Wisata. (2019). Gayungan: CV. Graha
Penerbitan Jakad Media. kertas. 5

15
dipastikan, program tersebut tidak membawa hasil yang memuaskan,
Desa Baha belum bisa berkembang sepenuhnya sebagai desa wisata
meski sejumlah dana APBD telah dicairkan (Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah).
b. Belum ada standarisasi desa wisata. Desa-desa wisata muncul dan
dikembangkan lebih lanjut sebagai akibat dari masalah pelacakan '.
Munculnya desa wisata berlangsung secara alami, bukan karena
pilihan atau proses standarisasi. Bahkan setelah desa-desa wisata di
kawasan itu muncul, tidak ada sistem atau cara untuk
menempatkannya dalam tipologi atau perakitan, sehingga tidak ada
informasi yang akurat tentang perkembangan rambu, atau hambatan
yang dihadapi masing-masing desa wisata tersebut. . . pemerintah
Situasi seperti itu membuat sulit untuk membuat kebijakan. membantu
setiap desa wisata. Dalam model pelatihan yang digunakan, pada
akhirnya sama, meskipun permasalahan dari masing-masing desa
sangat bervariasi dari segi lokasi.
c. Produk pariwisata tidak didasarkan pada keterampilan rumah. Produk
wisata yang dikemas dan dikirimkan kepada wisatawan di desa wisata
seringkali tidak didasarkan pada kemampuan lokal atau desa yang
bersangkutan. Mereka hanya mengikuti tren produk yang
dikembangkan di desa lain yang sudah menjadi desa wisata. Jika
sebuah desa wisata berhasil menjual home made berbahan bambu,
misalnya, mereka akan ikut membuat homestay berbahan bambu.
Padahal di desanya tidak ada pohon bambu sama sekali. Beberapa
desa mengemas tarian atau tarian rakyat yang berhasil merebut hati
pengunjung, yang juga mengiklankan untuk membuat atraksi serupa.
Dan seterusnya. Mereka tidak memberikan perhatian penuh pada
kesinambungan tautan menaik; mungkin, produk Akibatnya, mereka
akan kesulitan.
d. Akses Perbatasan. Banyak desa wisata terkenal terletak di daerah
terpencil yang tidak dapat diakses. Hal inilah yang menjadi kendala

16
untuk mengembangkan desa-desa tersebut menjadi desa wisata yang
sukses. Kekuatannya tidak bisa menjadi magnet bagi wisatawan.
Fragmentasi geografis mungkin disebabkan oleh kurangnya jalan yang
baik dan aman, pulau-pulau terpencil, atau terperangkap oleh
pegunungan yang sulit dijangkau dengan cara tradisional.
e. Kelemahan dalam pengemasan produk kemasan pariwisata. Desa yang
memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai desa wisata
seringkali gagal karena tidak mampu mengemas paket. Potensi wisata
yang tinggi membutuhkan ketelitian dan pengendalian desain agar
dapat menjadi daya tarik wisata. Terkadang dibutuhkan semacam
bakat dan naluri yang tidak dimiliki kebanyakan orang, bahkan
seorang dokter perjalanan! Meski hanya kekuatan sedang, di tangan
orang yang berbakat, hal-hal biasa bisa dikembangkan, untuk
dijadikan atraksi atau paket wisata yang menarik.
f. Kurangnya komitmen pemerintah. Keadaan selalu muncul, dimana
desa memiliki potensi yang tinggi dan warganya berkomitmen untuk
mengembangkan desa wisata. Di sisi lain, hal tersebut belum
didukung oleh kebijakan pemerintah daerah yang memberikan
dukungan yang memadai bagi pengembangan desa wisata. Pemerintah
daerah belum menjadikan industri pariwisata sebagai prioritas,
sehingga mereka mengabaikan begitu saja potensi daerahnya yang
tinggi di sektor pariwisata. • Staf lokal yang buruk. Banyak desa yang
ingin mengembangkan desa wisata meski tidak memiliki masyarakat
untuk mengelola desa wisata. Penyebabnya bisa banyak hal. Pertama,
karena tingkat pendidikannya rendah. Kedua, kebanyakan anak muda
pergi ke kota,

4. Metode penelitian
1. Jenis penelitian
Sifat penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
penelitian lokal dimana peneliti mengamati dan berpartisipasi langsung

17
dalam penelitian sosial kecil dan pengamatan budaya lokal.29Metodologi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah prosedur standar.
Metode penelitian standar digunakan untuk memperoleh data yang
terperinci dan bermakna. Artinya adalah data yang nyata, data yang pasti
dengan nilai yang nyata.30
Penelitian berbasis alam ini akan membekali peneliti dengan
pengetahuan yang mendalam tentang pemberdayaan masyarakat berbasis
keterampilan rumah tangga melalui pengembangan desa wisata.
2. Konten Penelitian
Pemilihan subjek penelitian/pengetahuan bertujuan untuk
memperoleh data yang akurat dan mendalam terkait topik penelitian.
Pembimbing penelitian yang dipilih harus mengetahui dan memahami
topik yang akan diteliti. Diinformasikan oleh penelitian ini adalah para
pengembang kebijakan pengembangan desa wisata, yaitu pemerintah desa,
warga sekitar, ketua Pokdarwis, dan banyak wisatawan.
3. Lokasi, waktu dan fokus penelitian
Daerah penelitian merupakan tempat berlangsungnya proses
pembelajaran yang digunakan untuk mencari pemecahan masalah penelitian
yang akan dilaksanakan di Desa Karangsalam, Kecamatan Bataturaden,
Kabupaten Banyumas. Waktu penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam
menyusun penelitian, minimal menggunakan sekitar 2 bulan.
Berdasarkan topik yang dikemukakan oleh peneliti, maka fokus
penelitian ini adalah untuk mengetahui analisis kebijakan pemerintah desa
dalam mengembangkan desa wisata Karangsalam, kecamatan Bataturaden,
kabupaten Banyumas.
4. Sumber data
Data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
a. data awal

29
Fadlun Maros, dkk. Lokasi Penelitian (penelitian eksternal). Sumatera Utara:
Universitas Sumatera Utara. (2016). kertas. 6
30
Teknik, Metode Penelitian Pendidikan (Metode Pengukuran. Kebugaran, dan R&D).
(2016). kertas. 15

18
Data kunci adalah data yang pertama kali dicatat dan
dikumpulkan oleh peneliti. Peneliti dapat mengontrol kualitas data,
dapat mengatasi kesenjangan waktu antara data yang dibutuhkan dengan
data yang tersedia, dan peneliti dapat lebih fleksibel dalam
menggabungkan masalah penelitiannya dengan kemungkinan perolehan
data di lapangan. Dalam penelitian ini, data kunci diperoleh melalui
wawancara langsung dengan kepala desa, pengurus Bumdes, dan
masyarakat Desa Karangsalam, Kecamatan Bataturaden, Kebumen,
Kabupaten Banyumas.
b. Data kedua
Data kedua adalah data yang sudah ada dan dikumpulkan oleh
pihak lain. Peneliti hanya menggunakan data sesuai dengan
kebutuhannya. Data kedua untuk penelitian ini ditemukan dalam buku,
artikel, jurnal, dan situs online yang terkait dengan penelitian.
3. Metode Pengumpulan Data
Dalam bidang penelitian ini, penulis menggunakan teknik
perolehan data, yaitu:
a. Bagaimana Mempertimbangkan
Observasi adalah teknik pengumpulan data dimana keterampilan
pengumpulan data dilakukan dengan melakukan penelitian yang cermat,
dan pencatatan yang sistematis.31Fokus penelitian terfokus pada wilayah
studi yaitu Desa Karangsalam, Kecamatan Bataturaden, Kabupaten
Banyumas pada penelitian pemberdayaan masyarakat berbasis
masyarakat melalui pengembangan desa wisata.
b. Teknik wawancara
Wawancara adalah percakapan antara dua orang atau lebih, yang
pertanyaannya diajukan oleh subjek atau oleh kelompok penelitian yang
perlu dijawab.32Ada dua cara untuk membedakan wawancara dari luas,

31
Imam Gunawan, Metode Penelitian yang Baik. Penerbit: Bumi Aksara. (2013). kertas.
143
Sudarwa denim, Menjadi Riset yang Layak. Bandung: Perpustakaan Terpercaya
32

(2002). kertas. 130

19
formal dan informal. Wawancara sistematis digunakan karena informasi
yang diperlukan untuk penelitian dapat dipercaya. Wawancara
wawancara sistematis dilakukan dengan menggunakan pedoman
wawancara tertulis dengan pertanyaan-pertanyaan yang seharusnya
ditanyakan oleh para ahli. Kemudian wawancara informal lebih luas dan
lebih terbuka. Wawancara informal lebih nyaman dalam
pelaksanaannya dibandingkan dengan wawancara terstruktur karena
dalam melakukan wawancara dilakukan secara alamiah untuk menggali
pikiran dan gagasan para informan secara bebas. Penulis akan
menggunakan wawancara dengan informan secara terbuka.
c. Rekayasa dokumen
Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian sosial untuk menelusuri data
historis.Dokumen adalah catatan peristiwa masa lalu baik berupa
tulisan, foto, atau karya peringatan dari orang tertentu. Metode
penulisan digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber. Sumber
ini berisi dokumen dan catatan.
4. Metode Analisis Data
Analisis data adalah proses perencanaan, penyuntingan,
penyuntingan, pengkodean/komentar, dan penyuntingan untuk menemukan
suatu temuan berdasarkan suatu masalah yang perlu ditangani.33
Menurut Miles dan Huberman, tugas analisis data standar
terintegrasi, termasuk:
a. reduksi data
Reduksi data adalah tugas merangkum, memilih prioritas,
memfokuskan pada prioritas dan melihat tema dan pola. Data yang
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan
memudahkan dalam proses pengumpulan dan pengambilan data jika
diperlukan.

33
Imam Gunawan, Metode Penelitian yang Baik. Penerbit: Bumi Aksara. (2013). p. 176

20
b. Pengiriman Data
Alokasi data digunakan untuk lebih meningkatkan pemahaman
dalam konteks dan arah tindakan berdasarkan pemahaman dan analisis
penyampaian data.
c. Pembatalan sebuah akhir
Kesimpulan adalah hasil penelitian yang merespon penekanan
penelitian berdasarkan hasil analisis data. Kesimpulan disajikan dalam
bentuk penelitian deskriptif berdasarkan temuan penelitian.

5. Sistematika Penulis
Untuk memberikan gambaran yang komprehensif tentang proposal
penelitian ini, perlu dijelaskan bahwa tesis ini akan memiliki V bab.
Bab I berisi pendahuluan. Bab ini menjelaskan tentang asal-usul,
definisi, pemecahan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, penelitian
kepustakaan, kerangka teori, metode penelitian dan proses penulisan.
Bab II berisi tentang teori Pemikiran. Bab ini menjelaskan tentang
Analisis Kebijakan Pemerintah Desa, tujuan Analisis Kebijakan, tingkat
Analisis Kebijakan Desa dalam pengembangan desa wisata. serta dampak
positif dan negatifnya terhadap perkembangan desa wisata.
Bab III berisi tentang Metode Penelitian. Bab ini akan menjelaskan
jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, kajian dan bahan penelitian,
sumber informasi, teknik pengumpulan data, dan analisis data.
Bab IV berisi temuan penelitian berupa: Pameran Desa Karangsalam,
Kecamatan. BaturadenKabupaten Kebumen Banyumas yang meliputi
letak geografis, sejarah, dan pemanfaatan kearifan lokal dalam pengembangan
desa wisata.
Bab V berisi Kesimpulan. Bab terakhir ini membahas semua masalah
dalam pemecahan masalah di Bab I.

21
DAFTAR PUSTAKA

Aliyah Istijabatul, Galing Yudana. dan Rara Sugiarti. (2020). Desa Wisata
Berwawasan Ekobudaya. Medan: Yayasan Kita Menulis.

Dachi Rahmat Alyakin. (2017). Proses Dan Analisis Kebijakan Kesehatan.


Sleman: Deepublish.

Denim Sudarwa, (2002). Menjadi Penelitian Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia

Dias Setianingsih Dkk, "Masyarakat Dengan Pembentukn Kelompok Sadar Wiata


Untuk Pengmbangan Wisata Air Terjun Simpang Kiri di Desa Selamat
Kecamatan Tenggulung Kabupaten Aceh Tamiang" Skripsi Aceh:
Universitas Samudra.. 2017

Ibda Hamidullah. (2020). Studi Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: CV. Pilar
Nusantara.

Imam Gunawan, Sudarwa, denim. 2002. Menjadi Penelitian Kualitatif. Bandung:


Pustaka Setia

Lediana Apriyani. (2019). “Pemberdayaan masyarakat Berbasis Potensi Lokal di


Desa Wisata Kunjir Kecamatan Raja Basa Kabupaten Lampung Selatan”.
Skripsi Lampung: Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.

Maros Fadlun, dkk. . (2016). Penelitian Lapangan (field research). Sumatera


Utara: Universitas Sumatera Utara.

Maryam Siti. (2016). SAMISAKE sebagai Model Pembangunan


Pedesaan.Lampung: GRE Publishing.

Nugroho Riant dan Firre. (2021). Administrasi Pemerintahan Desa.Jakarta: PT.


Elex Media Komputindo.
Pusat Bahasa Depdiknas, . (2005), .Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga
Jakarta: Balai taka

Revida Erika, dkk. (2018).Inovasi Desa Wisata. Medan: Yayasan Kita Menulis.

Soekanto Soerjono. (1987). Sosial Suatu Pengantar Jakarta: Rajawali press.

Sugiyono, (2016). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif.


Kualitatif, dan R&D).

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan


R&D) Pustaka Setia. Penerbit: Bumi Aksara.

Sukarman Purba, dll. (2021) A nalisis Kebijakan Pendidikn. Medan: Yayasan Kita
Menulis.

Syaidina Iskandar Malik KM, "Partisipasi Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis)


dalam Mengembagkan Pariwisata Di Kecamatan Raja Basa Kabupaten
Lampung Selatan", Skripsi Lampung: Universitas Lampung. 2017.

Wahab Solichin Abdul. (2012) . Pengantar Analisis Kebijakan. Publik. Jakarta:


PT. Bumi Aksara.

WYacob Syahmardi, dkk. (2021). Strategi Pemasaran Desa Wisata. Jambi:


WIDA Publishing.

Anda mungkin juga menyukai