Anda di halaman 1dari 11

Dinamika Pokdarwis dan Aktor Kemitraan Dalam Pengembangan

Desa Wisata Gamol Melalui Program CSR

Antonieta Atika
Program Studi Bisnis Perjalanan Wisata, Universitas Gadjah Mada
Email : antonieta.atika@mail.ugm.ac.id

Abstrak
Desa Wisata Gamol merupakan desa wisata berbasis edukasi yang dibina oleh
PT.Pertamina. Sebelum menjadi desa wisata, desa Gamol hanya lahan luas yang
dipenuhi oleh tanaman liar dan tidak memiliki potensi alam. Hadirnya program CSR
dari Pertamina semakin mendorong pengembangan desa tersebut. Namun, secara
tidak langsung, keterlibatan pihak luar akan menciptakan dinamika dan kerja sama
antara pihak desa yang dalam hal ini adalah Pokdarwis. Oleh karena itu, penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui bagaimana dinamika yang terjadi di antara Pokdarwis
dan Pertamina sebagai aktor kemitraan dalam pengembangan Desa Wisata Gamol. Di
samping itu, penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan
metode penelitian wawancara dan studi literatur. Hasil penelitian menunjukan adanya
dinamika yang saling bersinergi dan tanpa konflik antara pokdarwis dan aktor
kemitraan. Dimana mereka menjalankan peran dan tugasnya dengan baik dan selalu
bekerja sama untuk mengembangkan Desa Wisata Gamol.

Kata kunci : Desa Wisata, CSR, Pokdarwis


1. Pendahuluan
Pemerintah Indonesia semakin menggencarkan pembangunan desa wisata di
sektor pariwisata Indonesia. Pemerintah menilai bahwa desa wisata berpotensi besar
menyumbang kenaikan pendapatan di sektor industri pariwisata. Hal itu ditunjukkan
dengan target yang dimiliki oleh Sandiaga Uno selaku Menteri Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif Indonesia. Dia menargetkan pembuatan desa wisata sejumlah 224 di
seluruh Indonesia dan target itu harus tercapai pada tahun 2024. (Kompas.com 2021)
Oleh karena itu, pemerintah meminta seluruh pihak untuk dapat berpartisipasi aktif
dalam perwujudan desa wisata yang semakin maju dan berkembang, baik pihak
swasta, masyarakat maupun lembaga-lembaga baik pada tingkat provinsi,
kabupaten/kota, serta pada tingkat desa.
Munculnya deklarasi tersebut akhirnya mendorong banyak perusahaan untuk
perlahan mengubah fokus program CSR mereka yang semula mendominasi sektor
pendidikan, kesehatan dan kelangsungan lingkungan hidup, perlahan menjadi pada
dunia pariwisata khususnya desa wisata. Hal itu sudah direalisasikan oleh salah satu
perusahaan yaitu PT,Pertamina. Sebenarnya, sudah sejak lama PT.Pertamina
melaksanakan program CSR mereka pada desa wisata. Dilansir dari Katadata.co
hingga tahun 2021 terhitung sudah ada 100 lebih desa wisata yang berada di bawah
binaan PT.Pertamina yang tersebar di seluruh Indonesia. Disisi lain, tak jarang desa
binaan mereka meraih penghargaan. Hadirnya pihak luar yang dalam bahasan ini
adalah perusahaan tentunya akan mendorong terjadinya interaksi antara masyarakat
desa dan kelembagaan desa (Pokdarwis) dengan perusahaan atau aktor kemitraan.
Kerja sama yang kuat dan harmonis diperlukan untuk bisa membangun desa wisata
bersama.
Di antara 100 desa binaan Pertamina, ada satu desa wisata yang terletak di
Dusun Gamol. Desa itu bernama Desa Wisata Gamol. Desa yang awalnya hanya
dihiasi oleh tanah kosong yang dipenuhi oleh tumbuhan liar perlahan membawa
dirinya untuk menjadi destinasi wisata. Hadirnya aktor kemitraan yang mebina,
melatih serta mendampingi masyarakat desa, memudahkan mereka untuk
mewujudkan keinginan mereka menjadikan desa tanpa potensi alam menjadi sebuah
destinasi wisata yang menarik minat wisatawan. Dalam pelaksanaanya tentu
diperlukan kesinambungan dan kerja sama antara aktor kemitraan dengan Pokdarwis
selaku pengurus atau lembaga yang ada di tingkat desa. Penelitian ini akan
menganalisis beberapa hal diantaranya 1) peran yang dimiliki oleh masing-masing
pihak dalam keterlibatannya membangun Desa Wisata dan Budaya Gamol, 2)
bagaimana dinamika yang terjadi antara kedua belah pihak, 3) apakah ada konflik di
tengah kerja sama yang terjalin untuk membangun dan menjalankan pariwisata di
Desa Wisata dan Budaya Gamol dan 4) dampak dari kerja sama kedua belah pihak
baik bagi masyarakat maupun desa wisata itu sendiri.

2. Tinjauan Pustaka
Sebuah penelitian akan lebih akurat jika didukung oleh hasil-hasil penelitian
terdahulu yang memiliki korelasi dengan penelitian sekarang. Tinjauan pustaka dari
penelitian sebelumnya akan menedukung hasil penelitian terbaru.
Dari penlitian Deden Saputra (2020) yang berjudul “Tatakelola Kolaborasi
Pengembangan Kampung Wisata Berbasis Masyarakat” dapat dilihat dan disimpulkan
bahwa dalam pengelolaan dan pengembangan suatu kampung wisata atau desa wisata
diperlukan kolaborasi antar stakeholders yang ada baik itu masyarakat, pemerintah,
lembaga maupun pihak swasta terkait. Selanjutnya, dalam pelaksanaannya setiap
stakeholders harus bisa menjalankan perannya masing-masing secara optimal dan
bertanggung jawab. Kolaborasi akan dikatakan berhasil atau baik jika terjadi
keseimbangan sumber daya, partisipasi aktif masyarakat serta adanya sebuah aturan
yang jelas dalam suatu kampung wisata. Komunikasi yang baik dan rasa saling
percaya juga diperlukan agar kolaborasi yang baik serta dinamika yang baik dapat
tercipta.
Selanjutnya, dari penelitian yang dilakukan oleh Ni Wayan Juniari dan Luh
Putu Mahyuni (2020) dimana penelitian ini mencoba untuk menganalisis penerapan
CSR dalam perwujudan pariwisata yang berbasis masyarakat. Dalam hasil penelitian
mereka dapat diketahui dan ditarik kesimpulan bahwa adanya program CSR sangat
membantu sebuah destinasi wisata untuk bisa berkembang. Perwujudan tersebut baik
dari program pemberian dana maupun program lainnya akan sangat bermanfaat jika
dilakukan dengan benar. Selanjutnya, keberhasilan program CSR tidak hanya
bergantung dari pihak perusahaan saja namun juga bergantung pada partisipasi
masyarakat dan kebersediaannya dalam menjalin kerja sama yang baik dengan pihak
perusahaan.
Kajian yang terakhir ditinjau dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
Aprillia Ayu Wardhani (2016) dimana dia meneliti mengenai peran pokdarwis dalam
sebuah desa wisata yaitu Desa Wisata Dewi Sri. Dalam penelitiannya dapat
disimpulkan bahwa masyarakat yang terlibat dan aktif menjadi bagian Pokdarwis
harus mengetahui dan memahami betul mengenai pariwisata terutama desa wisata
karena di sini Pokdarwis berperan sebagai sebuah kelompok yang sadar akan wisata
dan akan membantu pengembangan desa wisata. Sudah sepantasnya mereka menjadi
pihak yang paling paham dan mengerti tentang desa wisata dan pariwisata agar dapat
memberikan ilmu kepada masyarakat desa. Keterlibatan masyarakat desa sangat
diperlukan untuk berjalannya suatu Pokdarwis.

3. Metode
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif-deskriptif dimana jenis
pendekatan tersebut digunakan agar bisa mengkaji persoalan dan hasil penelitian
secara lebih mendalam. Disisi lain, pendekatan ini dipilih oleh penulis agar dapat
memudahkan penulis dalam menjelaskan topik yang diangkat.
Selanjutnya, metode penelitian yang digunakan berupa metode kualitatif
dengan cara pengumpulan data melalui wawancara sebagai data primer dan studi
literatur sebagai data sekunder. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan
membaca dan mengumpulkan berita serta artikel terkait topik yang diangkat.
Secara teknis dan terperinci pengumpulan data dilakukan melalui beberapa
tahapan diantaranya :
1) Melakukan pengumpulan data sekunder dengan membaca berita, profil objek
penelitian, serta artikel dan jurnal yang berkolerasi dengan topik penelitian.
2) Melakukan pengumpulan data primer melalui wawancara dengan pengurus
Pokdarwis.
3) Menjadikan satu seluruh data dan analisis data yang diperlukan untuk penelitian
4) Menarik kesimpulan terkait data yang dimiliki.

4. Hasil dan Pembahasan


4.1 Gambaran Desa Wisata Gamol
Desa Wisata Gamol atau biasa dikenal dengan sebutan Deswitadaya Gamol
merupakan salah satu desa wisata dan budaya yang terletak di Kabupaten Sleman
tepatnya di Dusun Gamol. Resmi didirikan pada tanggal 24 Oktober 2018, desa wisata
ini cenderung memfokuskan kegiatan pariwisata mereka ke arah wisata edukasi (Dwi
Puspita,2021). Berbeda dengan desa wisata lainnya yang berkembang dengan
kekayaan potensi yang sudah ada dan berlimpah, Desa Wisata Gamol dulunya hanya
merupakan lahan kosong dan tidak memiliki potensi sumber daya alam yang
melimpah untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata. Hal itulah yang membuat
para warga harus ‘memutar otak’ untuk mengakali dan mengatasi kekurangan yang
mereka miliki.
Gagasan mengenai dibentuknya sebuah desa wisata di Dusun Gamol muncul
ketika para warga menyadari lahan kosong yang mereka miliki sudah seharusnya
dapat dimanfaatkan dengan maksimal. Disisi lain, keinginan para warga untuk dapat
menata desa mereka agar terlihat elok dan rapi semakin memotivasi mereka untuk
bisa membangun sebuah desa wisata. Ditambah, penghasilan desa yang terbilang
cukup minim dan rendah dibandingkan desa-desa lain, membulatkan tekad mereka
untuk membangun sebuah desa wisata. “Desa kami tidak memiliki sumber daya yang
melimpah seperti desa lainnya, hanya lahan kosong penuh alang-alang saja. Hal itu
juga menyebabkan ekonomi desa kami lebih rendah daripada desa lain. Akhirnya
beberapa warga berinisiatif untuk merembug pembuatan desa wisata. Tetapi, kami
ingin menjadi desa wisata yang berbeda dari desa wisata lain” ujar Tamtama selaku
Kepala Dukuh Gamol 7 Oktober 2021. Selanjutnya, gagasan tersebut dibawa ke
forum diskusi resmi pada tahun 2009 yang dihadiri oleh beberapa warga dan petinggi
desa. Hasil diskusi memutuskan dibentuknya desa wisata berbasis edukasi yang akan
melibatkan kelompok-kelompok sosial di desa Gamol. Sebelum adanya diskusi resmi
ini sebenarnya memang sudah terdapat beberapa kelompok sosial di desa Gamol.
Kelompok-kelompok tersebut berkecimpung dalam bidang budidaya kambing etawa,
perikanan, dan kelompok peduli lingkungan (Pepiling). Hal tersebut akhirnya
dimanfaatkan dan dijadikan potensi yang mendukung keputusan pembentukan desa
wisata berbasis edukasi. Para kelompok tersebut nantinya akan memberi edukasi
terkait bagaimana pengolahan susu, perikanan, atau bagaimana cara pengolahan
sampah-sampah agar menjadi produk baru yang berguna kepada wisatawan.
Seiring berjalannya Desa Wisata Gamol, akhirnya pada tahun 2010 datang
PT.Pertamina Rewulu yang menawarkan bantuan melalui program CSR (Corporate
Social Responsibility) mereka. Dalam pelaksanaannya, PT.Pertamina tidak hanya
akan membantu secara keperluan finansial (hard skill) namun juga melatih (soft skill)
masyarakat dan penggerak Desa Wisata Gamol. Pelatihan terus dilakukan hingga
pada tahun 2018 Desa Wisata Gamol dibuka secara resmi di bawah binaan
PT.Pertamina Rewulu. Hingga saat ini Desa Wisata Gamol terus berkembang dan
telah menambah kelompok sosial mereka menjadi 7 kelompok yaitu :
1) Suporno (kelompok pembuatan susu bubuk kambing etawa)
2) Dwitunggal (kelompok bapak-bapak peternakan kambing)
3) Pepeling (penduduk peduli lingkungan)
4) Srikandi (budidaya olahan jamur tiram)
5) KWT (kelompok wanita tani kenanga)
6) Wina Sejahtera (budidaya ikan)
7) Tritunggal (pembuatan backlock jamur)

4.2 Corporate Social Responsibility dan Aktor Kemitraan


Setiap perusahaan memiliki tanggung jawab sosial baik terhadap pihak internal
(karyawan) maupun eksternal (masyarakat) dan hal itu wajib dilaksanakan oleh
perusahaan. Corporate Social Responsibilty merupakan implementasi dari tanggung
jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat sekitar, dimana perusahaan umumnya
akan melakukan kegiatan dalam rangka pemberdayaan masyarakat dan peningkatan
kualitas hidup masyarakat. Hal itu dapat dilakukan dengan membantu meningkatkan
kemampuan masyarakat baik individu maupun kelompok agar dapat memanfaatkan
potensi di sekitar mereka secara maksimal. Pelaksanaan tanggung jawab sosial dapat
dilakukan dalam bidang kehidupan apapun seperti pendidikan, kelestarian alam,
kesehatan dan tak terkecuali pariwisata. Seperti yang dilakukan oleh PT.Pertamina
Rewulu yang membantu pengembangan Desa Wisata Gamol sebagai wujud nyata
implementasi tanggung jawab sosial mereka. Dalam hal ini PT.Pertamina Rewulu
berperan sebagai pembina sekaligus aktor kemitraan, dimana mereka bermitra dengan
para masyarakat desa Gamol dan pokdarwisnya.
Dilansir dari News Adi TV, Desa Wisata Gamol dipilih menjadi prioritas
pembangunan karena terletak di kawasan ring I TBBM Rewulu. Adapun hal-hal yang
dilakukan oleh PT.Pertamina dalam membantu pengembangan Desa Wisata Gamol
yaitu :
1) Pembinaan di setiap kelompok sosial berupa pelatihan sesuai keperluan
masing-masing kelompok.
2) Pnyuluhan dan pelatihan mengenai cara memanfaatkan lahan kosong.
3) Bimbingan dalam bidang pemasaran dimana Pertamina membantu
pemasaran produk hasil warga Desa Wisata Gamol.
4) Pemberian bangunan fisik berupa kandang untuk kambing, rumah edukasi
sampah, dan rumah untuk produksi susu.
Segala pembinaan dan pelatihan dilakukan oleh PT.Pertamina yang dimulai secara
intensif pada tahun 2012-2018 sebelum akhirnya diluncurkan secara resmi pada
tanggal 24 Oktober 2018.

4.3 Pokdarwis Deswitadaya Gamol


Berdirinya suatu desa wisata harus disertai dengan adanya Pokdarwis yang
menaunginya dimana nantinya Pokdarwis berperan sebagai lembaga yang berada di
tingkat masyarakat desa. Pembentukan Pokdarwis bertujuan untuk meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa serta sebagai penggerak sadar wisata
dan juga akan menjadi partner pemerintah daerah dalam mewujudkan pembangunan
Sadar Wisata di daerah.
Pokdarwis Deswitadaya Gamol juga memegang peran yang sama seperti
Pokdarwis pada umumnya. Untuk Pokdarwis Deswitadaya Gamol sendiri sudah
berdiri jauh sebelum Desa Wisata Gamol diresmikan oleh PT.Pertamina Rewulu,
karena seperti yang diketahui, sebelum menjadi desa binaan PT.Pertamina Rewulu
desa Gamol sudah bergerak secara mandiri menyambut para wisatawan. “Memang
peresmian baru tahun 2018, tetapi untuk pokdarwis dan kelompok sosial sudah ada
jauh sebelum Pertamina menawarkan pembinaan. Pelaksanaan gagasan Desa Wisata
Gamol juga ada campur tangan Pokdarwis” ujar Dwi Puspita, 7 Oktober 2021.
Keanggotaan Pokdarwis berisikan masyarakat sekitar yang berada di desa
Gamol dan hingga saat ini anggota pokdarwis beranggotakan 25 hingga 30 orang
yang diketuai oleh Tamtama, beliau sekaligus Kepala Dukuh Dusun Gamol.
Selanjutnya, adapun peran serta tugas yang dijalankan oleh Pokdarwis untuk ikut serta
dalam menjalankan dan mengembangkan Desa Wisata Gamol. Pokdarwis bertugas
sebagai koordinator ketika ada kunjungan dari wisatawan. “Ketika ada tamu, pertama-
tama akan menghubungi sekretaris terlebih dahulu. Setelah itu akan disampaikan
kepada ketua kelompok edukasi masing-masing tentang kegiatan apa saja yang
sekiranya akan dilakukan. Jadi, istilah lainnya kita sebagai penyalur dan penghubung
antara tamu dengan kelompok sosial yang lainnya” ujar Dwi Puspita. Selain menjadi
koordinator saat ada tamu yang berkunjung, Pokdarwis Deswitadaya Gamol juga
menjalankan peran dan tugasnya sesuai dengan yang tertulis pada Pedoman
Pokdarwis. Mereka berperan dalam memberikan masukan kepada mitra mereka dan
melaksanakan kegiatan yang sekiranya akan memotivasi masyarakat untuk semakin
meningkatkan kualitas lingkungan sekitar dan juga daya tarik wisata yang ada.
4.3 Analisis Dinamika Pokdarwis dan Aktor Kemitraan
Dengan status Desa Wisata Gamol sebagai binaan PT.Pertamina secara tidak
langsung menuntut adanya kerja sama antara Pokdarwis dengan pihak swasta atau
perusahaan terkait. Adanya kerja sama tersebut akan menciptakan sebuah dinamika di
dalamnya. Ada dua kemungkinan dinamika yang akan terwujud ketika terjadi kerja
sama yaitu dinamika yang baik dimana kedua belah pihak dapat bekerja sama dengan
baik atau sebaliknya, dimana ada konflik di antara hubungan kerja sama kedua belah
pihak.
Selama masa berdiri dan berjalannya Desa Wisata Gamol, baik antara Pokdarwis
dan pihak perusahaan menjalankan peran dan tanggung jawab masing-masing dengan
baik. “Pokdarwis selalu menjalankan tugasnya dengan tanggung jawab penuh begitu
juga dengan Pertamina. Mereka juga melaksanakan tugasnya dengan baik dan terus
membina masyarakat di sini” ujar Dwi Puspita. Pokdarwis selalu membantu semua
program yang akan dilaksanakan oleh Pertamina untuk membantu pengembangan
Desa Wisata Gamol. Disisi lain, jika ada ide atau inovasi baru baik itu yang dimilki
masyarakat maupun Pokdarwis akan didiskusikan bersama dengan Pertamina juga
dan akan dibantu dalam pelaksanaannya. Pertamina akan menjadi pembina bagi para
masyarakat sementara Pokdarwis nantinya akan membantu mengawasi jalannya
kegiatan pariwisata di desa wisata. Kolaborasi yang berjalan selama ini berjalan
dengan lancar dan baik serta tidak pernah ada konflik. Komflik yang ada justru
muncul pada saat awal Pertamina menawarkan bantuan. Warga sekitar saling
berkonflik dan belum bisa untuk langsung menerima bantuan tersebut. Di sinilah
peran Pokdarwis berjalan. Mereka merangkul para masyarakat dan
mengumpulkannya dalam ruang diskusi yang dihadiri tokoh masyarakat setempat dan
beberapa warga serta pihak Pertamina. Permasalahan diselesaikan secara musyawarah
dengan mendiskusikan apa saja keperluan dan keinginan masyarakat dan menemukan
solusinya bersama. Disisi lain, jika ada usulan dan masukan ataupun protes,
Pokdarwis akan mewakilkan masyarakat untuk berdiskusi dengan Pertamina dan
mereka akan menyelesaikan permasalahannya bersama.
Hadirnya Petarmina untuk mendukung pembangunan desa wisata pada 2010
silam sangat bermakna bagi masyarakat dusun Gamol. Untuk itu, Pokdarwis juga
sangat berterima kasih atas peran dan kontribusi PT.Pertamina selama ini dalam
memajukan dan mewujudkan keinginan warga untuk menjadikan desa mereka sebagai
destinasi wisata. Pokdarwis sangat menghormati keberadaan Pertamina begitu juga
sebaliknya. Hal itu yang mendorong terbentuknya dinamika yang sinergis dan baik
sehingga Desa Wisata Gamol dapat menjadi salah satu destinasi wisata yang
dipertimbangkan keita datang dan berkunjung ke Yogyakarta khususnya Kabupaten
Sleman.

5. Kesimpulan
Melihat pada bagian pembahasan dan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
baik Pokdarwis dan PT.Pertamina memiliki perannya masing-masing dalam
membangun dan berkontribusi pada pelaksanaan pariwisata di Desa Wisata Gamol.
Pokdarwis memiliki peran yang merujuk pada pelaksanaan dan pengawasan kegiatan
pariwisata di desa wisata serta menjadi penyalur antara masyarakat dengan aktor
kemitraan. Sedangkan, aktor kemitraan yang dalam hal ini adalah PT.Pertamina
mengambil kendali pada pembinaan dan pengadaan fasilitas produksi dan juga
pelatihan kemampuan masyarakat.
Selain bersikap tanggung jawab dalam melaksanakan peran dan tugas masing-
masing, mereka juga bekerja sama dengan baik dan menciptakan sebuah dinamika
yang sinergis sehingga dapat membawa Desa Wisata Gamol sampai ke titik sekarang.
Hal itu dibuktikan dengan tidak adanya konflik di antara kedua belah pihak.
Selanjutnya, jika ada permasalahan baik Pokdarwis dan aktor kemitraan akan
berdiskusi secara musyawarah dan menemukan jalan keluar bersama, dan jika ada
inovasi atau masukan dari masyarakat, Pokdarwis akan segera menyampaikan kepada
aktor kemitraan yang hal itu mempermudah Pertamina untuk melaksanakan program
CSR mereka sebaik mungkin.

6. Informasi Narasumber
1) Dwi Puspita Sari (Sekretaris Pokdarwis Desa Wisata dan Budaya Gamol)
2) Tamtama (Ketua Pokdarwis Desa Wisata dan Budaya Gamol serta Kepala Dukuh
Dusun Gamol)
Daftar Pustaka

Anatan, L. (n.d.). CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR): Tinjauan

Teoritis dan Praktik di Indonesia.

https://media.neliti.com/media/publications/112731-ID-coorporate-social-

responsibility-csr-tin.pdf

Juniari, N. W., & Mahyuni, L. P. (2020). Implementasi corporate social

responsibility (Csr) dalam mewujudkan pariwisata berbasis masyarakat

berkelanjutan. Jurnal Muara Ilmu Ekonomi dan Bisnis, 4(1), 21.

https://doi.org/10.24912/jmieb.v4i1.7449

Marthin, M., Salinding, M. B., & Akim, I. (2018). Implementasi prinsip corporate

social responsibility (Csr) berdasarkan undang-undang nomor 40 tahun

2007 tentang perseroan terbatas. Journal of Private and Commercial Law,

1(1), 111-132. https://doi.org/10.15294/jpcl.v1i1.12358

Nurkhayani, D., & Adikampana, I. M. (2018). Peran Aktor Eksternal Dalam

Pengembangan Pariwisata Di Desa Wisata Samiran Kecamatan Selo,

Kabupaten Boyolali. JURNAL DESTINASI PARIWISATA, 5(1), 91.

https://doi.org/10.24843/jdepar.2017.v05.i01.p17

Saputra, D. (2020). Tatakelola Kolaborasi Pengembangan Kampung Wisata

Berbasis Masyarakat. file:///C:/Users/HP/AppData/Local/Temp/10741-

Article%20Text-36770-1-10-20201101.pdf

Wardhani, A. A. (2016). Peran Pokdarwis dalam Pengembangan Desa Wisata

Dewi Sri.

https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13053/1/T1_773201361

6_Full%20text.pdf
Rahim, F. (2012). Pedoman Pokdarwis. Kemenparekraf.
https://www.kemenparekraf.go.id/asset_admin/assets/uploads/media/old_all/1_
%20Pedoman%20Pokdarwis.pdf

Anda mungkin juga menyukai