Anda di halaman 1dari 14

Peran Strategis Masyarakat Sadar Wisata Dalam Meningkatkan Ekonomi Kreatif Pariwisata

(Studi Empiris: Desa Ujung Pandaran Kecamatan Teluk Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur)
(Maria Christina Yuli Pratiwi)

Hasil Penelitian

PERAN STRATEGIS MASYARAKAT SADAR WISATA DALAM


MENINGKATKAN EKONOMI KREATIF PARIWISATA
(STUDI EMPIRIS: DESA UJUNG PANDARAN KECAMATAN TELUK
SAMPIT KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR)

((THE STRATEGIC ROLE OF COMMUNITY AWARENESS TO IMPROVE


TOURISM CREATIVE ECONOMY (EMPIRICAL STUDY: UJUNG
PANDARAN VILLAGE, TELUK SAMPIT DISTRICT, KOTAWARINGIN
TIMUR REGENCY))

Maria Christina Yuli Pratiwi


Bappeda Kabupaten Kotawaringin Timur
Jl. Jenderal Sudirman Km. 5,5 Sampit, Kalimantan Tengah - Indonesia
email: mcy.pratiwi@yahoo.co.id

Diterima: 28 November 2019; Direvisi: 29 Januari 2020; Disetujui: 04 Maret 2020

ABSTRAK

Pemberdayaan masyarakat melalui penyadaran akan pentingnya menjaga dan memelihara


sumberdaya alam untuk perbaikan ekonomi pedesaan menjadi salah satu pilihan strategis
mewujudkan Kabupaten Kotawaringin Timur khususnya Desa Ujung Pandaran sebagai daerah
tujuan wisata. Studi ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis peran masyarakat lokal
dalam mendukung dan mengembangkan pariwisata, serta pelaksanaan community based tourism
di Desa Ujung Pandaran, dan mengidentifikasi potensi pariwisata dan industri kreatif di Desa Ujung
Pandaran. Menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan metode pengumpulan data
berupa wawancara, kuisioner, observasi, dan dokumentasi. Hasil studi menunjukkan bahwa peran
masyarakat Desa Ujung Pandaran baik secara perorangan maupun kelompok (Pokdarwis Garda
Pesisir) bersifat aktif walaupun belum sepenuhnya. Partisipasi masyarakat lokal tergolong dalam
partisipasi citizen power, yaitu partisipasi masyarakat yang ideal, yang mana masyarakat memiliki
keleluasaan dalam berpartisipasi menentukan masa depan daerahnya dan mampu mengontrol
kinerja pemerintahan daerah. Pelaksanaan CBT di Desa Ujung Pandaran belum terwujud.
Masyarakat Desa Ujung Pandaran tidak memiliki kekuatan untuk berpartisipasi aktif dalam proses
pengambilan keputusan dan musyawarah penentuan kebijakan pariwisata. Desa Ujung Pandaran
terkenal akan hasil perikanan laut dan jumlah industri kreatif atau UMKM cukup banyak, seperti
usaha pengolahan kepiting dan rajungan, pembuatan ikan asin, terasi dan kerupuk dari telur ikan,
serta kerajinan kulit kerang. Rekomendasi kebijakan bagi Pemerintah Daerah dalam
mengembangkan Desa Wisata Ujung Pandaran berbasis ekonomi kreatif adalah melibatkan pelaku
usaha industri kreatif dalam mengelola dan pelaksanaan kegiatan wisata, serta penguatan
kelembagaan melalui penguatan kapasitas pada kelompok-kelompok yang peduli akan pariwisata.
Selain itu, untuk mempromosikan obyek wisata di Desa Ujung Pandaran, Pemerintah Daerah dapat
melakukan kerjasama dengan pelaku usaha (travel dan hotel) dan masyarakat lokal, meningkatkan
promosi melalui media sosial, serta yang paling penting adalah memperbaiki dan membenahi
sarana dan prasarana pendukung pariwisata.

Kata kunci: pariwisata, desa Ujung Pandaran, masyarakat, sadar wisata, Pokdarwis, ekonomi
kreatif

ABSTRACT

Community empowerment through awareness of the importance of protecting and maintaining


natural resources to improve the rural economy is one of the strategic way to realize the East
Kotawaringin Regency especially Ujung Pandaran Village as a tourist destination. This study aims
to determine and analyze the role of the Ujung Pandaran Village local community in supporting and
developing tourism activities also the implementation of community based tourism in Ujung

115
Inovasi Vol. 17 No. 1, Mei 2020: 115-128

Pandaran Village and to identify the tourism potency and creative industries in Ujung Pandaran
Village. Using quantitative descriptive methods with data collection through interviews,
questionnaires, observation, and documentation, the result of study finds the role of Ujung
Pandaran Village community both individually and in groups (Pokdarwis Garda Pesisir) is active,
although not yet fully. Participation of local community is classified as citizen power participation,
an ideal community participation which the community has the discretion in participating of
determining the future of their village and be able to control the performance of regional
government. The implementation of CBT in Ujung Pandaran Village has not been realized. The
people of Ujung Pandaran Village do not have the power to participate actively in the decision
making process and deliberations on determining tourism policies.The tourism potency of Ujung
Pandaran Village is very large to be developed. Ujung Pandaran Village is famous with fishery
products and the number of UMKM in this village is quite numerous, such as crab and small crab
processing, making salted fish, shrimp paste and cracker from fish egg, also shellfish handicraft.
The policy references are recommended for the Regional Government in developing Ujung Pandaran
Village based on the creative economy as follows: involve creative industry businesses in managing
and implementing tourism activities; also strengthening institutional through capacity building for
groups who concern with tourism. In addition, to promote tourism in Ujung Pandaran Village, the
Regional Government develop cooperation with business society (travel and hotels) and local
communities, improve promotion through social media, also the most important are repair and fix
the facilities and infrastructure of supporting tourism.

Keywords: tourism, Ujung Pandaran village, community, tourist aware, Pokdarwis, creative
economy

PENDAHULUAN Tingginya jumlah kunjungan harus


Pariwisata memiliki peran penting dalam diimbangi dengan kualitas layanan (Kotler,
menambah sumber utama pendapatan Negara Bowen & Makens, 2010) dalam Karim, et.,al
dan investasi ekonomi dimasa depan. Pariwisata (2017). Untuk mencapai kondisi kualitas
tidak hanya mampu memberikan manfaat bagi pelayanan yang baik terutama dalam menunjang
masyarakat dalam bentuk penguatan ekonomi pengembangan pariwisata, diperlukan sinergitas
lokal, pendapatan tambahan, peluang antara pemerintah, swasta, dan masyarakat.
kesempatan berusaha dan lapangan kerja, namun Salah satu konsep pengembangan pariwisata
juga mampu mendorong perekonomian lokal, yang melibatkan masyarakat lokal adalah
regional, maupun nasional. Data BPS Tahun 2019 community based tourism (CBT) atau pariwisata
menunjukkan bahwa jumlah kunjungan berbasis masyarakat. Prinsip dasar konsep ini
wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia adalah menempatkan masyarakat sebagai pelaku
mencapai 10,87 juta kunjungan atau naik 2,67 utama dalam berbagai kegiatan kepariwisataan
persen dibanding jumlah kunjungan wisman dan pembangunan yang berkelanjutan melalui
Tahun 2018 yang berjumlah 10,58 juta pemberdayaan masyarakat.
kunjungan. Meningkatnya jumlah kunjungan ini Studi tentang pariwisata berbasis
seiring masifnya program pemerintah dalam masyarakat dan peran masyarakat sadar wisata
mencapai target kunjungan wisman sebanyak 18 telah banyak dilakukan baik didalam negeri
juta orang pada Tahun 2019. maupun diluar negeri. Peneliti dari luar negeri,
Kondisi yang sama terjadi di Kabupaten Kontogeorgopoulos, et.al., (2013) dari University
Kotawaringin Timur. Posisinya sebagai pintu of Puget Sound, Tacoma, USA melakukan
gerbang Provinsi Kalimantan Tengah, membuat penelitian sejenis terhadap 30 responden dengan
kabupaten ini menjadi tempat strategis dalam menggunakan metode interview semi struktur.
menggaet wisatawan, baik domestik maupun Diperoleh bahwa kondisi geografis, dukungan
mancanegara. Data Badan Pengelola Pendapatan eksternal, dan transformasi kepemimpinan di
Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur Tahun Desa Mae Kampong, Provinsi Chiang Mai,
2018 menunjukan bahwa kontribusi pajak dari Thailand Utara merupakan faktor paling penting
sektor pariwisata terhadap total Pendapatan Asli keberhasilan pariwisata berbasis masyarakat.
Daerah (PAD) mencapai 5,07 persen atau Tolkach dan King (2015) dari School of
meningkat 9,55 persen dari tahun sebelumnya. Hotel and Tourism Management Hong Kong
Total PAD Kabupaten Kotawaringin Timur Tahun melakukan penelitian dengan judul
2018 mencapai Rp 200.129.417.178,89 dan Strengthening Community-Based Tourism in A
kontribusi dari retribusi tempat wisata, pajak New Resource-Based Island Nation: Why and
hotel, restoran dan hiburan mencapai Rp How?. Penelitian dilakukan di Timor Leste
10.148.592.567,-. Hal ini berbanding terbalik dengan menggunakan metode interview dan
dengan tingkat kunjungan wisatawan ke diperoleh bahwa jaringan pariwisata berbasis
Kabupaten Kotawaringin Timur pada Tahun masyarakat di Timor Leste dapat mendukung
2018 yang jumlahnya menurun sebesar 29,57 pengembangan pariwisata, membantu swasta
persen dibanding tahun sebelumnya. dalam menghadapi tantangan kurangnya

116
Peran Strategis Masyarakat Sadar Wisata Dalam Meningkatkan Ekonomi Kreatif Pariwisata
(Studi Empiris: Desa Ujung Pandaran Kecamatan Teluk Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur)
(Maria Christina Yuli Pratiwi)

pengetahuan, pendanaan dan pemasaran, serta Friedman diperoleh bahwa terdapat 12 variabel
meningkatkan pendapatan masyarakat penting dalam mengembangkan industri kreatif
pedesaan. Sedangkan peneliti dari dalam negeri, pariwisiata di Shiraz. Tiga unsur paling penting
Rahayu, et.al., (2016) dari Universitas Negeri dari 12 variabel tersebut adalah melakukan
Yogyakarta melakukan penelitian yang berjudul pemasaran ilmiah secara nasional dan
Pengembangan Community Based Tourism internasional (83,7), meningkatkan partisipasi
Sebagai Strategi Pemberdayaan Ekonomi wisatawan dalam proses produksi kerajinan
Masyarakat Di Kabupaten Kulon Progo, Daerah tangan (83,4), dan partisipasi wisatawan dalam
Istimewa Yogyakarta. Menggunakan metode kegiatan masyarakat lokal (82).
eksplorasi, implementasi dan diseminasi, hasil Penelitian Nurchayati dan Ratnawati (2016)
penelitian menunjukkan bahwa Pemerintah yang berjudul Strategi Pengembangan Industri
Kabupaten Kulon Progo melakukan upaya Kreatif Sebagai Penggerak Destinasi Pariwisata
pengembangan Community Based Tourism Di Kabupaten Semarang. Metode penggumpulan
melalui Program Pengembangan Destinasi data dilakukan dengan dokumentasi dan
Wisata, Pengembangan Pemasaran Pariwisata, wawancara mendalam terhadap pelaku industri
dan Pengembangan Kemitraan. Jenis pariwisata kreatif secara snowball dengan menggunakan
yang potensial dikembangkan sebagai pariwisata alat analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan
berbasis masyarakat meliputi wisata alam, agro, bahwa Kabupaten Semarang memiliki potensi
religi, pendidikan, budaya, kerajinan, dan kuliner. yang sangat besar dalam industri kreatif dan
Keterkaitan pariwisata dengan ekonomi destinasi wisata. Industri kreatif pada subsektor
kreatif sebagaimana diungkapkan oleh Ooi kerajinan memberikan sumbangan terbesar
(2006) dalam Suparwoko (2015) adalah dalam bentuk devisa dan penyerapan tenaga
pariwisata dan ekonomi kreatif merupakan dua kerja.
hal yang saling berkaitan dan bersinergi jika Pengembangan pariwisata berbasis
dikelola dengan baik. Pariwisata berbasis ekonomi kreatif membutuhkan keterlibatan
ekonomi kreatif adalah pariwisata yang masyarakat atau komunitas yang berkualitas dan
memanfaatkan cadangan sumberdaya yang tidak unsur birokrasi dengan pola entrepreneurship
hanya terbarukan, namun tidak terbatas, seperti (kewirausahaan). Menurut Noviyanti (2017),
ide, gagasan dan kreativitas. Proses kreativitas ekonomi kreatif menjadikan SDM sebagai modal
yang menciptakan produk dan jasa kreatif utama dalam sebuah pengembangan yang
bernilai ekonomis seperti pembuatan souvenir berawal dari gagasan, ide dan pemikiran. Namun
dapat menjadi atraksi wisata yang tidak akan keterlibatan masyarakat atau kelompok
pernah habis untuk dikembangkan. Konektivitas masyarakat dalam pengembangan pariwisata
antara ekonomi kreatif dan pariwisata dapat berbasis ekonomi kreatif tidak hanya berupa ide
berbentuk outlet penjualan yang terletak di dan kreativitas yang tinggi, namun masyarakat
daerah wisata. Hasil produk inovatif atau diharapkan memiliki kesadaran akan pentingnya
kerajinan berupa souvenir memberikan pariwisata.
kenangan atau memorabilia bagi para wisatawan Masyarakat yang sadar akan wisata adalah
yang berkunjung dan membuka peluang masyarakat yang dapat memahami dan
wisatawan untuk berkunjung kembali. mengaktualisasikan nilai-nilai penting yang
Pengembangan ekonomi kreatif sebagai terkandung dalam Sapta Pesona (Aman, Tertib,
penggerak sektor wisata di Indonesia belum Bersih, Sejuk, Indah, Ramah, dan Kenangan).
dapat diimplementasikan secara optimal. Salah satu bentuk perwujudan masyarat sadar
Ekonomi kreatif dan sektor pariwisata pada wisata atau lembaga swadaya masyarakat adalah
sebagian besar kota-kota di Indonesia masih Kelompok Sadar Wisata atau Pokdarwis.
berjalan secara terpisah. Salah satu contoh Pokdarwis dibentuk dengan tujuan untuk
adalah Pasar Gabusan di Kota Yogyakarta dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam
Pasar Blauran di Kota Palangkaraya. Kedua pasar bidang pariwisata, meningkatkan mutu produk
ini merupakan salah satu contoh tempat ekonomi wisata dan ekonomi kreatif pariwisata dalam
kreatif yang berada terlalu jauh dari tempat rangka daya saing daerah, serta berperan sebagai
wisata dan terkesan kurang dipromosikan. penggerak terwujudnya Sapta Pesona.
Penelitian yang berkaitan dengan ekonomi Penelitian tentang peran Pokdarwis yang
kreatif pariwisata dilakukan oleh Shahraki serta dilakukan Suryawan dan Malik. Suryawan (2016)
Nurchayati dan Ratnawati. Shahraki (2018) dari dengan judul Peran Kelompok Sadar Wisata
Departemen Arkeologi, Swedia melakukan (Pokdarwis) Sendang Arum Dalam
penelitian tentang pariwisata dalam skala global Pengembangan Potensi Pariwisata (Studi Kasus
dan industri kerajinan lokal di Shiraz, Iran Di Desa Wisata Tlahap Kecamatan Kledung
dengan menggunakan metode statistik (uji Kabupaten Temanggung, menggunakan metode
statistik non-parametrik). Berdasarkan skor tes wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil

117
Inovasi Vol. 17 No. 1, Mei 2020: 115-128

penelitian menunjukkan bahwa Pokdarwis namun dengan kondisi seadanya. Akibat abrasi
Sendang Arum berperan aktif dalam yang melanda pantai sejak Tahun 2015 hingga
pengembangan potensi pariwisata di Desa saat ini, fasilitas yang ada lokasi wisata Pantai
Wisata Tlahap. Malik (2017) melakukan Ujung Pandaran seperti gazebo, penginapan dan
penelitian serupa di Kecamatan Rajabasa balai pertemuan menjadi rusak berat. Hal ini
Kabupaten Lampung Selatan dengan menjadi salah satu penyebab menurunnya
menggunakan metode wawancara, observasi, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Desa
dokumentasi, dan studi literatur. Peneliti Ujung Pandaran.
menyimpulkan bahwa keterlibatan Pokdarwis Selain itu, tidak adanya tempat penjualan
dalam pengembangan pariwisata di Kecamatan souvenir khas daerah di lokasi wisata Pantai
Rajabasa sudah pada tahap pemanfaatan hasil. Ujung Pandaran membuat para wisatawan yang
Faktor pendukung keterlibatan Pokdarwis dalam berkunjung ke Pantai Ujung Pandaran hanya
pengembangan pariwisata adalah faktor sekedar datang melihat keindahan pantai dan
sumberdaya alam, sedangkan faktor penghambat pulang tanpa membawa sesuatu untuk dikenang.
terdiri dari lemahnya pemahaman pokdarwis, Berdasarkan keadaan tersebut, perlu dilakukan
kurangnya perhatian pemerintah, keterbatasan penelitian ini untuk mengetahui beberapa hal
dana, dan lemahnya kesadaran masyarakat. yang terkait dengan: 1) peran masyarakat lokal
Salah satu bentuk kegiatan ekowisata pada dalam mendukung dan mengembangkan
kawasan tertentu yang melibatkan masyarakat pariwisata di Desa Ujung Pandaran; 2)
lokal dan diadopsi dalam bentuk paket wisata pelaksanaan community based tourism atau CBT
adalah desa wisata. Di Indonesia, terdapat di Desa Ujung Pandaran; dan, 3) potensi wisata
beberapa desa wisata yang bermunculan namun dan industri kreatif di Desa Ujung Pandaran.
hanya sebagian kecil yang berhasil. Kelemahan Melalui penelitian ini diharapkan
terbesar dari keberadaan desa wisata adalah masyarakat lokal dapat lebih berperan dan
minimnya sarana infrastruktur dan tidak adanya berpartisipasi aktif dalam mendukung dan
link dengan industri kreatif untuk produksi mengembangkan pariwisata berbasis ekonomi
souvenir serta kurangnya kesadaran masyarakat kreatif di Desa Ujung Pandaran. Melalui industri
lokal akan pentingnya pariwisata dan upaya kreatif, masyarakat lokal diharapkan memiliki
promosi dari Pemerintah Daerah. ide dan kreativitas yang tinggi dalam
Salah satu desa wisata yang belum berhasil menciptakan produk-produk kreatif dan
adalah Desa Wisata Jati Luwih, Tabanan, Bali. memperoleh peluang untuk mengembangkan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi, et.,al usaha pendukung pariwisata seperti toko
pada Tahun 2013 diperoleh bahwa souvenir sehingga kesejahteraan dan taraf hidup
pengembangan desa wisata di Jatiluwih belum masyarakat lokal menjadi meningkat.
sepenuhnya melibatkan masyarakat lokal.
Peranan pemerintah dan golongan menengah METODE
keatas masih sangat mendominasi dalam Penelitian ini dilakukan di Desa Ujung
pengelolaan sumber daya pariwisata di Desa Pandaran, Kecamatan Teluk Sampit khususnya di
Wisata Jatiluwih. Hal ini tidak sejalan dengan lokasi wisata Pantai Ujung Pandaran dengan
pernyataan Wearing (2001) dalam Dewi, et.,al menggunakan pendekatan kuantitatif yang
(2013) yang menyatakan bahwa masyarakat didukung oleh data kualitatif. Subyek atau
lokal memiliki kedudukan sama penting dengan responden dipilih menggunakan metode
pemerintah dan swasta dalam pengembangan purposive sampling, sebanyak 35 (tiga puluh
pariwisata. lima) orang terdiri dari pemerintah, diwakili oleh
Penelitian yang dilakukan oleh Dewi, et.,al Camat Teluk Sampit dan Kepala Desa Ujung
(2013) dan Malik (2017) menunjukkan bahwa Pandaran, perwakilan Dinas Kebudayaan dan
pengembangan pariwisata di beberapa daerah di Pariwisata serta Dinas Koperasi dan UKM
Indonesia belum sepenuhnya melibatkan Kabupaten Kotawaringin Timur, Ketua
masyarakat lokal. Kondisi yang hampir sama Pokdarwis Garda Pesisir, tokoh masyarakat dan
terjadi di Desa Wisata Ujung Pandaran. tokoh adat, pengunjung atau wisatawan, pelaku
Pengembangan pariwisata berbasis ekonomi usaha (warung makan dan villa), pengrajin
kreatif di desa wisata ini belum berjalan dengan industri kreatif, serta masyarakat lokal.
baik. Hasil observasi di lapangan menunjukkan Data yang digunakan dalam dalam
bahwa sarana dan prasarana pendukung penelitian ini berupa data primer dan data
pariwisata Desa Wisata Ujung Pandaran belum sekunder. Data primer dikumpulkan dari
memadai, seperti akses jalan menuju lokasi wawancara mendalam dengan alat instrumen
wisata dan tidak adanya toko souvenir di lokasi berupa kuisioner, sedangkan data sekunder
wisata. Kondisi fasilitas penunjang obyek wisata diperoleh dari dokumentasi dan literatur serta
andalan Pantai Ujung Pandaran cukup lengkap laporan yang relevan. Teknik pengolahan data

118
Peran Strategis Masyarakat Sadar Wisata Dalam Meningkatkan Ekonomi Kreatif Pariwisata
(Studi Empiris: Desa Ujung Pandaran Kecamatan Teluk Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur)
(Maria Christina Yuli Pratiwi)

kualitatif dilakukan melalui tiga tahap, yaitu 66,67) dan tinggi (66,68-100). Tingkat partisipasi
reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data, masyarakat diukur berdasarkan persentase yang
sedangkan analisis data dilakukan secara diperoleh dari hasil wawancara terhadap
kuantitatif dengan menggunakan tabel frekuensi responden masyarakat lokal dan pengunjung
dan analisis SWOT (Strong, Weakness, yang berjumlah 12 orang dengan mengacu pada
Opportunity, dan Threat). empat indikator, yaitu perencanaan,
Analisis SWOT digunakan untuk pelaksanaan, pemanfaatan hasil atau
mengidentifikasi relasi-relasi sumberdaya implementasi serta evaluasi dan pengawasan dan
ekowisata dengan sumberdaya yang lain jumlah instrumen sebanyak 18.
(Damanik dan Weber, 2006 dalam Satria, 2009). Tingkat partisipasi masyarakat dibedakan
Penyusunan tabel frekuensi memuat jumlah menjadi beberapa tingkatan. Arnstein (1969)
frekuensi dan persentase untuk setiap mendefinisikan partisipasi masyarakat identik
kategori/karakteristik pernyataan responden dengan kekuasaan masyarakat (citizen
(Supangat, 2008 dalam Kuswanda, 2019). Hasil partisipation is citizen power), Arnstein
tabel frekuensi dianalisis dan dinterpretasikan menggunakan metafora tangga partisipasi yang
menggunakan analisis deskripstif. mana tiap anak tangga mewakili strategi
partisipasi yang berbeda yang didasarkan pada
Tabel 1. Klasifikasi Penilaian Partisipasi distribusi kekuasaan. Menurut Arnstein (1969)
Masyarakat dalam Cahya (2016), terdapat tiga derajat
partisipasi masyarakat seperti pada Tabel 2,
No. Kategori Range yaitu: tidak partisipatif (non participation); semu
atau tidak serius (tokenism); dan, kekuatan
1. Rendah 0 – 33,33 masyarakat (citizen power).
2. Sedang 33,34 – 66,67 Secara keseluruhan dapat disimpulkan
bahwa pengertian partisipasi masyarakat adalah
3. Tinggi 66,68 – 100
keterlibatan masyarakat bukan hanya kepada
Sumber: Arstein (1969) proses pelaksanaan kegiatan, namun juga
melibatkan masyarakat dalam hal perencanaan
Pengukuran tingkat partisipasi masyarakat dan pengembangan, serta menikmati hasil
menggunakan acuan pada tingkat partisipasi pelaksanaan kegiatan. Tujuan utama dari
Arnstein yang dibagi dalam 3 kelompok dengan partisipasi masyarakat adalah munculnya
nilai 0 sampai dengan 100 seperti pada Tabel 1, kemandirian masyarakat dalam mengontrol atau
yaitu kategori rendah (0-33,33), sedang (33,34- memobilisasi diri.

Tabel 2. Tingkatan Partisipasi Menurut Arstein

8 Citizen Control (kendali masyarakat)


Citizen Power
7 Delegated Power (kekuatan yang dilegasi)
(kekuatan masyarakat)
6 Partnership (kemitraan)
5 Placation (penentraman)
Tokenism
4 Consultation (konsultasi)
(semu atau tidak serius)
3 Informingi (pemberian informasi)
2 Therapy (terapi) Non Participation
1 Manipulation (manipulasi) (tidak partisipasif )
Sumber: Arstein (1969)

HASIL DAN PEMBAHASAN cukup lengkap, dari wisata alam, buatan,


Kabupaten Kotawaringin Timur merupakan pendidikan, religi hingga budaya. Beragamnya
salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan jenis obyek wisata di Kabupaten Kotawaringin
Tengah yang memiliki posisi sangat strategis dan Timur dapat menjadi potensi dan investasi
sebagai pintu gerbang Kalimantan Tengah. ekonomi yang besar dimasa yang akan datang,
Sektor pariwisata di kabupaten ini berpotensi baik itu bagi pemerintah, swasta maupun
besar untuk dikembangkan karena didukung masyarakat lokal. Untuk itu, dibutuhkan berbagai
oleh potensi wisata yang luar biasa. Obyek wisata kebijakan proteksi yang tepat agar selalu tercipta
yang dimiliki Kabupaten Kotawaringin Timur kesinambungan antarstakeholder.

119
Inovasi Vol. 17 No. 1, Mei 2020: 115-128

Tabel 3. Jumlah Kunjungan Wisatawan dan Pendapatan Retribusi Obyek Wisata Kab. Kotim
Tahun 2012 s/d 2018

Jumlah Wisatawan Jumlah Wisatawan Total Jumlah


Jumlah Pendapatan
Tahun Domestik Mancanegara Wisatawan
(Rp)
(Orang) (Orang) (Orang)
2012 29.470 0 29.470 NA
2013 30.000 4 30.004 NA
2014 60.450 6 60.456 NA
2015 61.070 0 61.070 NA
2016 91.300 21 91.321 77.284.000
2017 126.574 41 126.615 102.558.000
2018 87.972 1.206 89.178 73.684.000
Sumber: Disbudpar Kab. Kotim dan BPS Kab. Kotim (2019)

Tingkat kunjungan wisatawan di Kabupaten unggulan yang langka atau tidak dapat ditemui di
Kotawaringin Timur berfluktuatif baik pada daerah lain, yaitu obyek wisata Pantai Ujung
kunjungan wisatawan domestik maupun Pandaran; wisata alamiah yang belum pernah
mancanegara. Data Dinas Kebudayaan dan mengalami perubahan akibat campur tangan
Pariwisata Kabupaten Kotawaringin Timur manusia, yaitu wisata budaya ritual adat Simah
Tahun 2019 (lihat Tabel 3), menunjukkan bahwa Laut; keunikan, yaitu wisata yang memiliki
terjadi peningkatan kunjungan wisatawan keunggulan komparatif dibanding obyek wisata
selama Tahun 2012-2017. Namun pada Tahun lain, seperti Pantai Kalap, Sumur Bajao, Air
2018, jumlah wisatawan yang berkunjung Terjun Kalap Gadur (air terjun merah), serta
menurun sebesar 29,57 persen dibanding Tahun keterlibatan dan pemberdayaan masyarakat
2017. Hal ini kemungkinan disebabkan karena dalam pengelolaan obyek wisata, yaitu
bencana alam abrasi yang terus menggerus keberadaan Pokdarwis Garda Pesisir.
obyek wisata andalan Pantai Ujung Pandaran Berdasarkan hasil observasi di lapangan
sehingga badan jalan menuju objek wisata diperoleh bahwa Desa Ujung Pandaran memiliki
menjadi rusak dan bibir pantai terkikis. Pantai potensi wisata yang sangat besar untuk
yang sebelumnya lebar kini kondisinya semakin dikembangkan. Adapun potensi wisata di Desa
mengecil dan kurang menarik sehingga banyak Ujung Pandaran dapat dianalisis menggunakan
wisatawan yang beralih berkunjung ke lokasi analisis SWOT yang disajikan pada Tabel 4.
wisata yang dikelola oleh swasta karena kondisi Kegiatan pembangunan kepariwisataan
pantainya lebih indah dan terdapat berbagai pada hakikatnya melibatkan peran dari seluruh
wahana permainan. Desa Ujung Pandaran stakeholder, meliputi pemerintah, swasta, dan
merupakan salah satu daerah pesisir di masyarakat, dengan segenap peran dan
Kabupaten Kotawaringin Timur yang terletak di fungsinya masing- masing (Cohen, 1972 dalam
Kecamatan Teluk Sampit. Karim, et.,al, 2017). Peran serta masyarakat
Secara geografis, desa Ujung Pandaran merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan
merupakan wilayah strategis sebagai daerah pembangunan kepariwisataan terutama dalam
yang memiliki kelengkapan sumberdaya berbasis menciptakan sadar wisata. Peran masyarakat
kepariwisataan yang mendekati seluruh Desa Ujung Pandaran yang sadar akan wisata
sumberdaya kepariwisataan yang ada di dapat dilihat dari partisipasi masyarakat baik
Kabupaten Kotawaringin Timur. Potensi wisata secara perorangan maupun kelompok yang
luar biasa yang dimiliki Desa Ujung Pandaran diukur berdasarkan empat indikator, yaitu:
membuat desa ini ditetapkan sebagai salah satu peran dalam perencanaan; pelaksanaan;
desa wisata di Kabupaten Kotawaringin Timur implementasi; serta, evaluasi dan pengawasan.
sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Peran masyarakat secara perorangan dilihat
Bupati Kotawaringin Timur Nomor dari partisipasi masyarakat secara pribadi
188.45/104/HUK-DISBUDPAR/VI/2014. Desa terhadap kegiatan pengembangan pariwisata di
ini layak disebut sebagai desa wisata Desa Ujung Pandaran, sedangkan peran
sebagaimana diungkapkan oleh Prakoso (2008) masyarakat secara kelompok, dapat dilihat dari
dalam Untari (2018) karena memiliki: wisata peran Pokdarwis Garda Pesisir.

120
Peran Strategis Masyarakat Sadar Wisata Dalam Meningkatkan Ekonomi Kreatif Pariwisata
(Studi Empiris: Desa Ujung Pandaran Kecamatan Teluk Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur)
(Maria Christina Yuli Pratiwi)

Tabel 4. Analisis SWOT Potensi Pariwisata Desa Ujung Pandaran

Kekuatan (Strength) Peluang (Oppurtinity)


▪ Potensi wisata di Desa Ujung Pandaran cukup ▪ Potensi obyek wisata lain yang masih alami
lengkap, dari wisata alam, wisata pendidikan, dan belum tersentuh manusia, seperti Pantai
wisata religi hingga wisata budaya. Hal ini Kalap, Sumur Bajao, Air Terjun Kalap Gadur,
menjadi keunggulan dan daya tarik bagi Galangan Kapal Batu 3 Kalap Seban, dan
wisatawan yang berkunjung. Petapaan Kalap Seban.
▪ Kehidupan masyarakat nelayan Desa Ujung ▪ Terdapat obyek wisata hutan mangrove, yang
Pandaran yang unik dapat menjadi daya tarik dapat menjadi pilihan tempat ekowisata
tersendiri bagi wisatawan. menarik di Kabupaten Kotawaringin Timur.
▪ Pantai Ujung Pandaran memiliki keunikan ▪ Terdapat warung makan dan penginapan atau
yang tidak dimiliki daerah lain. Terkenal sebagai villa milik masyarakat di lokasi destinasi
pantai yang landai, hamparan pasir putih yang wisata dengan harga yang terjangkau dan
luas, deburan ombak yang cukup besar, dan kebersihan yang terjaga baik.
kekayaan biota laut khas pantai. ▪ Adanya transportasi umum menuju ke lokasi
▪ Desa Ujung Pandaran terkenal akan hasil obyek wisata Pantai Ujung Pandaran, yaitu Bis
perikanan laut berupa olahan makanan laut, Damri.
seperti ikan asin, kerupuk ikan pipih, kepiting ▪ Jumlah industri kreatif atau Usaha Mikro
dan rajungan. Kredit Menengah (UMKM) cukup banyak,
▪ Ekosistem mangrove di kawasan Pantai Ujung seperti usaha pengolahan kepiting dan
Pandaran mulai tertata dengan baik dengan rajungan, pembuatan ikan asin, terasi dan
melibatkan partisipasi masyarakat. kerupuk dari telur ikan, serta kerajinan kulit
▪ Sering menjadi tempat tujuan berkemah oleh kerang.
siswa sekolah, organisasi pramuka dan ▪ Pemerintah Daerah saat ini sedang
wartawan, seperti Kemah Elly, Kemah Besar membangun fasilitas pendukung pariwisata
Pramuka, dan Kemah Jurnalistik. seperti dermaga wisata, pertokoan pusat
kuliner, ruang terbuka hijau, dan bundaran.
▪ Pembangunan tanggul juga dilakukan untuk
mengatasi abrasi yang terus menggerus
pantai dan menjadi ancaman besar bagi
Pantai Ujung Pandaran.
▪ Adanya dukungan dari masyarakat lokal dan
tokoh adat dalam pengembangan Desa Wisata
Ujung Pandaran.
▪ Adanya partisipasi masyarakat lokal baik
secara perorangan maupun kelompok dalam
menjaga kelestarian alam melalui kegiatan
penanaman mangrove.
Kelemahan (Weakness) Ancaman (Threat)
▪ Kondisi jalan utama menuju Desa Ujung ▪ Kondisi garis Pantai Ujung Pandaran yang
Pandaran rusak parah, namun kondisi jalan semakin terkikis akibat abrasi dan terancam
menuju lokasi obyek wisata Pantai Ujung tenggelam akibat kuatnya hantaman
Pandaran cukup baik. gelombang Laut Jawa.
▪ Tidak ada penerangan jalan di sepanjang jalan ▪ Abrasi membuat jalan menuju lokasi wisata
utama menuju Desa Ujung Pandaran ketika kubah ulama Syeh H Abdul Hamid menjadi
malam hari. terputus.
▪ Fasilitas pendukung wisata seperti toilet, tempat ▪ Pariwisata menuntut kondisi infrastruktur
sampah, dan gazebo kurang memadai. yang baik dan fasilitas pendukung pariwisata
▪ Layanan internet di kawasan wisata Pantai yang memadai.
Ujung Pandaran sangat lambat sehingga para ▪ Keberadaan Pantai Satiruk di Desa Satiruk
wisatawan mengalami kesulitan dalam Kecamatan Pulau Hanaut yang masih sangat
mengunggah atau memasang foto dan video di alami dengan pemandangan yang sangat
media sosial pribadi. indah dan relatif aman dari abrasi.
▪ Tidak ada tempat penjualan souvenir di lokasi
obyek wisata Pantai Ujung Pandaran. Wisatawan

121
Inovasi Vol. 17 No. 1, Mei 2020: 115-128

hanya sekedar datang ke pantai untuk


menikmati keindahan pantai tanpa membawa
sesuatu untuk dikenang.
▪ Belum ada pertunjukkan dan atraksi budaya
yang ditampilkan secara periodik.
▪ Tidak ada fasilitas ATM, pos kesehatan dan pos
keamanan di lokasi obyek wisata Pantai Ujung
Pandaran.
▪ Kualitas SDM yang memahami pariwisata sangat
rendah.
▪ Kurangnya promosi obyek wisata Desa Wisata
Ujung Pandaran.
▪ Kurangnya kesadaran para wisatawan dalam
membuang sampah di lokasi wisata Pantai Ujung
Pandaran.

Tabel 5 menunjukkan bahwa tingkat yang terdapat di Desa Ujung Pandaran, hanya
partisipasi masyarakat Desa Ujung Pandaran satu villa yang dikelola oleh masyarakat lokal. Hal
berdasarkan indikator implementasi, memiliki ini tidak terlepas karena peluang usaha villa
persentase sedang, yaitu sebesar 58,33 persen. memerlukan modal yang sangat besar, risiko
Parameter partisipasi masyarakat dalam bisnis yang tinggi, persaingan ketat, dan
indikator implementasi adalah keterlibatan menuntut kompetensi yang tinggi. Sedangkan
masyarakat dalam pengelolaan usaha-usaha masyarakat Desa Ujung Pandaran memiliki
pariwisata, seperti sebagai pengelola penginapan keterbatasan modal dan kompetensi bisnis yang
dan warung makan, karyawan penginapan, dan rendah sehingga masyarakat lokal tidak mampu
pengelola wahana wisata. Hasil wawancara bersaing dengan para pemilik modal besar yang
terhadap masyarakat lokal diperoleh bahwa umumnya berasal dari luar Desa Ujung Pandaran.
keterlibatan masyarakat Desa Ujung Pandaran Keadaan ini tidak jauh berbeda dengan
dalam memanfaatkan peluang usaha terlihat partisipasi masyarakat lokal di Desa Wisata
minim. Perwujudan partisipasi masyarakat lokal Jatiluwih (Dewi, et.,al, 2013). Partisipasi
dalam mendukung pengembangan pariwisata di masyarakat luar Desa Jatiluwih memonopoli
Desa Ujung Pandaran memang ada, namun usaha berskala besar, yaitu dari tujuh fasilitas
bentuknya lebih pada pengelolaan usaha-usaha wisata (4 buah sarana akomodasi dan 3 buah
berskala kecil, seperti usaha warung makan dan restoran), lima di antaranya dikelola oleh orang
pembuatan souvenir. asing dan hanya dua buah yang dikelola oleh
Partisipasi masyarakat dari luar Desa Ujung masyarakat lokal. Kondisi ini mengindikasikan
Pandaran justru lebih besar bahkan terkesan bahwa pengembangan desa wisata di Indonesia
memonopoli usaha-usaha berskala besar. Salah belum sepenuhnya bermanfaat ekonomis bagi
satunya terlihat dari lima penginapan atau villa masyarakat lokal.

Tabel 5. Tingkat Partisipasi Masyarakat Ujung Pandaran dalam Upaya Pengembangan Pariwisata

Jumlah Persentase
No. Tolok Ukur
Responden (%)
Perencanaan
1. Masyarakat terlibat dalam pengambilan keputusan dan
5 41,67
musyawarah penentuan kebijakan pariwisata
2. Masyarakat berinisiatif dalam mengajukan pendapat terhadap
10 83,33
kebijakan parwisata
Rata-rata 62,50
Pelaksanaan
3. Terdapat atraksi wisata yang dilakukan oleh masyarakat lokal 7 58,33
4. Terdapat fasilitas pendukung wisata seperti banana boat, kano,
9 75,00
perahu karet dan penginapan atau villa
5. Masyarakat lokal sebagai pelaku wisata berperan memberi
10 83,33
informasi kepada wisatawan

122
Peran Strategis Masyarakat Sadar Wisata Dalam Meningkatkan Ekonomi Kreatif Pariwisata
(Studi Empiris: Desa Ujung Pandaran Kecamatan Teluk Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur)
(Maria Christina Yuli Pratiwi)

6. Masyarakat menyajikan souvenir khas wisata yang menarik, unik


5 41,67
dan khas serta mudah dibawa
7. Terdapat masyarakat yang menjual makanan dan minuman
9 75,00
dengan harga yang wajar dilingkungan wisata dan higienis
8. Masyarakat lokal berperan aktif dalam menjaga dan memelihara
10 83,33
keamanan, kenyamanan, ketertiban dan kebersihan daerah wisata
9. Masyarakat menunjukkan keramahan dan rasa bersahabat
10 83,33
terhadap wisatawan
10. Masyarakat selalu siap membantu, menolong dan melindungi
8 66,67
wisatawan
11. Masyarakat menunjukkan sikap menghargai dan toleransi
7 58,33
terhadap wisatawan
12. Masyarakat ikut serta mempromosikan obyek wisata 5 41,67
13. Masyarakat menggali dan mengangkat keunikan budaya lokal 9 75,00
Rata-rata 67,42
Implementasi
14. Membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat lokal 10 83,33
15. Penghasilan masyarakat sesuai UMK 7 58,33
16. Tingkat kesenjangan sosial menurun 4 33,33
Rata-rata 58,33
Evaluasi dan Pengawasan
17. Masyarakat diminta untuk menilai kebijakan pembangunan
8 66,67
pariwisata dan mengawasi pelaksanaan kebijakan.
18. Masyarakat berinisiatif memberikan penilaian, kritik, dan saran
10 83,33
terhadap kebijakan pembangunan pariwisata
Rata-rata 75,00
Sumber: Hasil penelitian (2018)

Tabel 6. Nilai Rata Rata Indikator Tingkat Partisipasi Masyarakat Ujung Pandaran

Indikator Rata-rata Indikator (%)

Perencanaan 62,50
Pelaksanaan 67,42
Implementasi 58,33
Evaluasi dan Pengawasan 75,00

Rata-rata 68,75
Sumber: Data penelitian diolah (2019)

Pada Tabel 6 terlihat bahwa indikator pengembangan pariwisata ditinjau dari


tingkat partisipasi masyarakat yang memiliki partisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan,
persentase paling tinggi adalah tahap evaluasi implementasi dan evaluasi pariwisata tergolong
dan pengawasan, sebesar yaitu 75,00 persen. dalam kategori tinggi. Menurut teori Arstein,
Masyarakat Desa Ujung Pandaran lebih memilih partisipasi masyarakat Ujung Pandaran tersebut
berpartisipasi pada pengawasan yang bersifat termasuk dalam kategori citizen power, yaitu
preventif untuk mencegah tindakan-tindakan partisipasi masyarakat yang ideal. Dalam
negatif yang dapat mengganggu keamanan desa kategori citizen power, masyarakat bersama
dan wisatawan yang berkunjung seperti stakeholder secara bersama-sama
mengawasi kehidupan anak muda yang mabuk- bertanggungjawab dalam perencanaan,
mabukan di sekitar lokasi wisata. pelaksanaan dan evalusi program kegiatan
Berdasarkan Tabel 6, rata-rata partisipasi (partnership), masyarakat memiliki kekuasaan
masyarakat Ujung Pandaran dalam dalam pengambilan keputusan (delegated

123
Inovasi Vol. 17 No. 1, Mei 2020: 115-128

power), dan masyarakat mampu mengevalusi memberikan peluang kepada masyarakat lokal
kinerja pemerintah daerah (citizen control). untuk mengembangkan usaha pendukung
Dalam hal keaktifan masyarakat, hasil penelitian pariwisata seperti toko souvenir dan secara tidak
menemukan bahwa kehadiran warga Desa Ujung langsung akan berdampak pada peningkatan
Pandaran dalam pertemuan tingkat desa dan pendapatan masyrakat itu sendiri sebagaimana
kecamatan cukup antusias. Walaupun banyak dinyatakan oleh Lutpi (2016), bahwa peran
masyarakat yang hadir dalam setiap pertemuan masyarakat yang semakin aktif dalam aktivitas
dan memiliki inisiatif yang cukup besar dalam pariwisata akan memberikan kesempatan kerja
mengajukan pendapat terhadap kebijakan yang semakin terbuka sehingga pendapatan
parwisata, namun mayoritas masyarakat Desa masyarakat juga akan semakin meningkat.
Ujung Pandaran tidak banyak terlibat dalam
pengambilan keputusan. Tabel 7. Sikap dan Perilaku Masyarakat
Peran Pemerintah Daerah masih sangat Ujung Pandaran Berdasarkan
dominan dalam pengelolaan dan pengembangan Hasil Wawancara Terhadap Pengunjung
pariwisata di Desa Ujung Pandaran, salah satunya
adalah menyediakan sarana prasarana obyek Unsur-unsur Persentase
wisata, seperti pembuatan gazebo dan balai Sapta Pesona (%)
pertemuan di lokasi wisata Pantai Ujung
Aman 95,23
Pandaran, serta memberi peluang kepada para
investor untuk membangun villa di Desa Ujung Tertib 83,30
Pandaran. Kondisi ini sejalan dengan penelitian Bersih 86,11
yang dilakukan oleh Simamora dan Sinaga
(2016). Sejuk 85,26
Penelitan yang dilakukan di Kabupaten Indah 90,78
Tapanuli Utara menunjukkan bahwa peran
Pemerintah Daerah masih sangat dominan. Ramah 87,35
Perannya sebagai fasilitator terlihat pada Kenangan 77,78
penyediaan sarana prasarana obyek wisata,
Sumber: Data penelitian diolah (2019)
memberikan fasilitas kepada para investor dan
pengusaha wisata berupa kebijakan dan Pariwisata berbasis masyarakat atau
peraturan yang melindungi serta community based tourism (CBT) sangat erat
menguntungkan pihak investor dan pengusaha kaitannya dengan partisipasi aktif masyarakat
wisata, mempromosikan obyek wisata, dan
lokal. Masyarakat memiliki peran penting dalam
memfasilitasi kelompok masyarakat sadar wisata pengembangan kepariwisataan karena
dalam mendapatkan dana stimulant. sumberdaya dan keunikan tradisi dan budaya
Partisipasi masyarakat Desa Ujung yang melekat pada komunitas masyarakat
Pandaran secara perseorangan tidak hanya merupakan unsur penggerak pariwisata. Hal ini
diukur berdasarkan empat indikator, namun juga
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
dilihat dari hasil wawancara terhadap Iorio dan Corsale (2014) dari Rumania.
pengunjung. Hasil wawancara tersebut
Menggunakan metode interview, observasi dan
menunjukkan bahwa masyarakat Desa Ujung
studi literatur, diperoleh bahwa jaringan
Pandaran termasuk dalam masyarakat sadar pariwisata berbasis masyarakat di Desa Viscri,
wisata. Sikap dan perilaku masyarakat lokal telah Rumania harus lebih diperkuat dengan
mencerminkan unsur-unsur Sapta Pesona melibatkan partisipasi masyarakat dan
sebagaimana disajikan pada Tabel 7. stakeholder terkait.
Pada Tabel 7 terlihat bahwa persentase
Secara umum, partisipasi masyarakat dalam
enam unsur Sapta Pesona yang terdiri dari aman, pariwisata terdiri dari dua perspektif, yaitu
tertib, bersih, sejuk, indah dan ramah, mencapai partisipasi masyarakat dalam proses
lebih dari 80 persen. Hal ini menunjukkan bahwa
pengambilan keputusan dan distribusi
partisipasi masyarakat Desa Ujung Pandaran keuntungan yang diterima oleh masyarakat. Hasil
cukup aktif dalam mendorong terwujudnya iklim penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan
yang kondusif bagi tumbuh kembangnya CBT di Desa Ujung Pandaran belum terwujud. Hal
kepariwisataan di Desa Ujung Pandaran. Namun ini terlihat dari kecilnya persentase partisipasi
keberhasilan pengembangan pariwisata berbasis
masyarakat Desa Ujung Pandaran dalam proses
ekonomi kreatif tidak hanya diukur dari tingkat pengambilan keputusan, ikut serta
kesadaran masyarakat saja, dibutuhkan mempromosikan obyek wisata, dan keuntungan
keterlibatan masyarakat untuk lebih berkreasi yang diterima oleh masyarakat. Dengan kata lain,
dan berinovasi menciptakan produk-produk masyarakat Desa Ujung Pandaran tidak memiliki
kreatif serta memasarkannya. Kegiatan ini dapat
kekuatan untuk berpartisipasi aktif dalam proses

124
Peran Strategis Masyarakat Sadar Wisata Dalam Meningkatkan Ekonomi Kreatif Pariwisata
(Studi Empiris: Desa Ujung Pandaran Kecamatan Teluk Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur)
(Maria Christina Yuli Pratiwi)

pengambilan keputusan dan musyawarah kreatif yang terdapat di wilayah ini cukup
penentuan kebijakan pariwisata. Sehingga tiga banyak, yaitu sebanyak 20(dua puluh) UMKM
prinsip pokok dalam strategi perencanaan terdiri dari 16 industri rumah tangga (IRM), yaitu
pembangunan kepariwisatan yang berbasis pada usaha pembuatan ikan asin, terasi, dan kerupuk
masyarakat sebagaimana yang dijelaskan oleh dari telur ikan (IRM) serta 4 industri kecil
Sunaryo (2013) belum tercapai di Desa Ujung menengah (IKM), yaitu usaha kerajinan kulit
Pandaran. kerang, pengolahan kepiting dan rajungan.
Kelompok Sadar Wisata atau Pokdarwis Industri kreatif di Desa Ujung Pandaran sudah
merupakan perwujudan partisipasi masyarakat berjalan dengan baik namun pengelolaannya
terhadap pengembangan pariwisata. Saat ini belum optimal. Masyarakat lokal membuat dan
Desa Ujung Pandaran telah memiliki Pokdarwis menjual kerajinan kulit kerang hanya pada saat-
Garda Pesisir yang dibentuk pada Tahun 2018. saat tertentu, seperti musim liburan dan even-
Pokdarwis Garda Pesisir beranggotakan even promosi.
masyarakat Desa Ujung Pandaran yang memiliki Sedangkan usaha pembuatan ikan asin,
kepedulian dan tanggung jawab akan potensi terasi, kerupuk serta pengolahan kepiting dan
pariwisata di Desa Ujung Pandaran. Program- rajungan dilakukan jika bahan baku tersedia
program kegiatan yang dilakukan oleh yang diperoleh dari hasil tangkapan para nelayan
Pokdarwis Garda Pesisir antara lain melakukan di laut. Tidak setiap hari para nelayan Desa Ujung
program penyadaran berupa penyuluhan dan Pandaran pergi melaut, jika gelombang air laut
pemahaman kepada masyarakat lokal sedang tinggi maka para nelayan memilih untuk
(khususnya masyarakat yang tinggal di kawasan istirahat. Untuk mengisi waktu luang, beberapa
obyek wisata) akan pentingnya peran dan nelayan melakukan berbagai aktivitas seperti
tanggung jawab dalam menjaga, mengelola, dan memperbaiki jaring dan kapal, akibatnya
mengembangkan potensi wisata, menyewakan pendapatan masyarakat nelayan menurun.
banana boat, kano, dan perahu karet bagi Beberapa nelayan harus mencari pekerjaan di
wisatawan, serta melakukan penanaman dan luar desa agar dapat bertahan hidup sambil
pembibitan mangrove. menunggu kondisi laut bersahabat.
Keberadaan Pokdarwis Garda Pesisir Perangkat Desa Ujung Pandaran telah
membawa dampak positif bagi masyarakat, yaitu berusaha mengajukan usulan kepada Pemerintah
membuka lapangan pekerjaan baru, Daerah, dalam hal ini Dinas Kelautan dan
menggerakkan roda perekonomian masyarakat Perikanan, agar para nelayan mendapat
dan meningkatkan pendapatan masyarakat serta pelatihan berupa budidaya ikan di tambak dan
menambah pengalaman bagi masyarakat. Hal ini bimbingan teknis pemanfaatan kulit kerang
tidak terlepas dari faktor-faktor yang supaya para nelayan tetap memperoleh
mendukung kegiatan Pokdarwis dalam penghasilan saat tidak melaut. Kegiatan tersebut
memperkenalkan, melestarikan, dan diharapkan dapat membantu perekonomian
memanfaatkan potensi pariwisata: pengurus masyarakat nelayan Desa Ujung Pandaran.
Pokdarwis melakukan pelatihan kepada para
anggota untuk meningkatkan pengetahuan dan KESIMPULAN
pemahaman tentang pariwisata; bantuan dari Kesimpulan yang dapat diambil dalam studi
Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik ini adalah sebagai berikut: Pertama, peran
Indonesia berupa banana boat; partisipasi aktif masyarakat Desa Ujung Pandaran dalam
anggota Pokdarwis dan masyarakat lokal dalam mendukung pengembangan pariwisata terlihat
menjaga dan melestarikan bangunan bersejarah dari partisipasi masyarakatnya. Partisipasi
(makam ulama Syeh H Abdul Hamid) dan masyarakat Ujung Pandaran tergolong dalam
kearifan lokal ritual adat Simah Laut; serta kategori citizen power, yaitu partisipasi
dukungan penuh dari tokoh adat dan tokoh masyarakat yang ideal walaupun tidak
masyarakat. Selain faktor pendukung, terdapat sepenuhnya. Masyarakat Desa Ujung Pandaran
pula faktor penghambat yaitu: kurangnya bersama stakeholder secara bersama-sama
dukungan dari Pemerintah Daerah khususnya bertanggungjawab dalam perencanaan,
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten pelaksanaan dan evalusi program kegiatan
Kotawaringin Timur dalam memprakarsai (partnership) pengembangan pariwisata di Desa
pembentukan Pokdarwis dan kurangnya Ujung Pandaran. Masyarakat juga mampu
dukungan dari masyarakat lokal. 70 persen mengevalusi kinerja pemerintah daerah (citizen
responden masyarakat lokal tidak mengetahui control) namun masyarakat tidak sepenuhnya
keberadaan Pokdarwis Garda Pesisir. memiliki kekuasaan dalam pengambilan
Desa Ujung Pandaran memiliki potensi yang keputusan (delegated power). Masyarakat cukup
cukup besar dalam industri kreatif. Hasil survei antusias hadir dalam setiap pertemuan dan
di lapangan menunjukkan bahwa jumlah industri memiliki inisiatif yang cukup besar dalam

125
Inovasi Vol. 17 No. 1, Mei 2020: 115-128

mengajukan pendapat, namun mayoritas 3. Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah


masyarakat lokal tidak banyak terlibat dalam diharapkan dapat terus meningkatkan
pengambilan keputusan. Berdasarkan hasil kualitas dan kuantitas SDM sebagai pelaku
wawancara terhadap wisatawan diperoleh kebijakan dalam bidang kepariwisataan
bahwa masyarakat Desa Ujung Pandaran melalui jenjang pendidikan yang bersifat
termasuk dalam masyarakat sadar wisata Hal ini formal maupun non formal. Sistem dan
terlihat dari sikap dan perilaku masyarakat lokal mekanisme pendidikan dan pelatihan perlu
yang telah mencerminkan unsur-unsur Sapta dirancang dengan baik, sehingga dapat
Pesona. menjawab tantangan kebutuhan dimasa yang
Kedua, pembangunan pariwisata berbasis akan datang, khususnya menciptakan SDM
masyarakat atau community based tourism (CBT) yang memiliki keunggulan kompetitif dan
belum terwujud di Desa Ujung Pandaran. handal.
Masyarakat lokal cukup aktif berpartisipasi 4. Perlu adanya perhatian khusus dari
dalam kegiatan pengembangan pariwisata, Pemerintah Daerah kepada Pokdarwis Garda
namun belum sepenuhnya terlibat khususnya Pesisir, dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan
dalam proses perencanaan. Peran masyarakat Pariwisata Kabupaten Kotawaringin Timur,
lokal sangat kecil bila dibandingkan dengan dua agar kinerja Pokdarwis dalam upaya
stakeholder lain. Hal ini disebabkan karena mengembangkan pariwisata di Desa Ujung
lemahnya akses yang dimiliki masyarakat lokal Pandaran menjadi lebih optimal. Perhatian
terhadap sumberdaya (resource) pariwisata dan khusus tersebut dapat berupa bantuan dana,
rendahnya keterlibatan masyarakat lokal dalam pembinaan dan pelatihan-pelatihan yang
proses pengambilan keputusan. Ketiga, jumlah terkait dengan pariwisata.
UMKM di Desa Ujung Pandaran cukup banyak 5. Untuk mengembangkan Desa Ujung Pandaran
dan mayoritas merupakan industri kreatif sebagai desa wisata, Pokdarwis Garda Pesisir
kuliner. Namun karena ketiadaan linkage antara dapat melakukan program-program promosi
ekonomi kreatif dan sektor pariwisata yang efektif secara berkesinambungan untuk
menyebabkan tidak adanya toko penjualan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan,
souvenir di lokasi obyek wisata.. melakukan kerja sama dan mengembangkan
kemitraan dengan lembaga pendanaan (bank
REKOMENDASI maupun nonbank) baik milik pemerintah
Rekomendasi kebijakan yang disarankan maupun swasta untuk menciptakan investasi
yaitu: baru, dan melakukan kegiatan wisata yang
1. Kawasan wisata Pantai Ujung Pandaran lebih inovatif dan bervariasi.
merupakan obyek wisata andalan di 6. Industri kreatif yang menonjol di Desa Ujung
Kabupaten Kotawaringin Timur. Abrasi yang Pandaran dan memiliki potensi untuk
melanda Pantai Ujung Pandaran sejak Tahun dikembangkan adalah usaha kuliner.
2015 hingga saat ini menyebabkan jalan Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas
menuju obyek wisata menjadi rusak dan Koperasi dan UKM serta Dinas Perdagangan
jumlah wisatawan yang berkunjung menurun dan Perindustrian diharapkan agar selalu
drastis. Diharapkan penanganan bencana mendorong dan mendukung para pelaku
abrasi yang dilakukan oleh Kementerian UMKM di Desa Ujung Pandaran agar terus
Kelautan dan Perikanan berupa pemasangan berinovasi dan berkreasi, salah satunya
sabuk pantai sepanjang 2.500 meter dapat adalah melalui pelatihan kewirausahaan
segera terealisasi. Selain itu, diharapkan juga berbasis ekonomi kreatif.
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah 7. Pengembangan ekonomi kreatif pariwisata
untuk ikut turut serta mengawasi membutuhkan peran aktif pemerintah dan
pelaksanaan program tersebut. masyarakat lokal. Peran aktif Pemerintah
2. Pemerintah Daerah diharapkan dapat Daerah dapat berupa pembiayaan
mengurangi peranannya dalam operasional kegiatan kebudayaan, pemberian
pengembangan pariwisata dan memberikan stimulan kepada komunitas pegiat seni dan
peranan dan manfaat yang lebih besar kepada budaya, mengadakan diskusi dengan pelaku
masyarakat, salah satunya adalah membuka UMKM kreatif pariwisata, dan memberi
ruang bagi masyarakat untuk lebih kemudahan dalam perijinan. Sedangkan
berpartisipasi aktif. Salah satu kegiatan yang peran aktif masyarakat lokal dapat
dapat dilakukan Pemerintah Daerah adalah ditunjukkan melalui kegiatan kepedulian
mengajak masyarakat lokal untuk mendesain terhadap kebudayaan dengan menjaga dan
model pariwisata yang akan dikembangkan di melestarikan kebudayaan lokal..
daerahnya.

126
Peran Strategis Masyarakat Sadar Wisata Dalam Meningkatkan Ekonomi Kreatif Pariwisata
(Studi Empiris: Desa Ujung Pandaran Kecamatan Teluk Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur)
(Maria Christina Yuli Pratiwi)

UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima kasih yang Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. 2012.
sebesar-besarnya kepada Bappeda Kabupaten Buku Pedoman Kelompok Sadar Wisata. Direktur
Kotawaringin Timur yang telah memberi Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
kesempatan dan memfasilitasi kegiatan
penelitian ini serta pihak Kecamatan Teluk Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. 2014.
Sampit dan Desa Ujung Pandaran yang selalu Ekonomi Kreatif: Kekuatan Baru Indonesia Menuju
mendampingi di lokasi penelitian. Penulis juga 2025. Direktur Jenderal Pengembangan Destinasi
menyampaikan rasa terima kasih kepada rekan- Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
rekan di Bidang Penelitian dan Pengembangan Kreatif.
yang telah membantu dalam pengumpulan data
serta memberi masukan dan saran terkait Kontogeorgopoulosa, N. Churyen, A. Duangsaeng, V.
2013. Success Factors in Community-Based Tourism in
perbaikan hasil penelitian ini.
Thailand: The Role of Luck, External Support, and Local
Leadership. Journal Tourism Planning & Development
DAFTAR PUSTAKA 11(1) Hal. 106–124.
Arida, IYS. dan Pujani, LPK. 2017. Kajian Penyusunan
Kriteria-Kriteria Desa Wisata Sebagai Instrumen Kuswanda, W. 2019. Pengetahuan, Persepsi dan
Dasar Pengembangan Desa Wisata. Jurnal Analisis Kebijakan Pengelolaan Ekowisata Gajah Di Kawasan
Pariwisata Universitas Udayana 17(1) Hal. 1-9. AEK Nauli, Danau Toba. Jurnal Inovasi 16(2) Hal. 129-
137.
Arnstein, S. 1969. A Ladder of Citizen Participation.
Journal of the American Planning Association 35(4). Lutpi, H. 2016. Analisis Tingkat Partisipasi Masyarakat
Dalam Pengembangan Pariwisata Pantai Di Kecamatan
Badan Ekonomi Kreatif Indonesia. 2017. Infografis Jerowaru. Jurnal Program Studi Pendidikan Ekonomi
Ringkasan Data Statistik Ekonomi Kreatif Indonesia. 8(3) Hal. 1-10.
Jakarta.
Malik, SI. 2017. Partisipasi Kelompok Sadar Wisata
Cahya, AA. 2016. Membangun Kampung Hijau Bersinar (Pokdarwis) Dalam Mengembangkan Pariwisata Di
(Upaya Pendampingan Dalam Membangun Kesadaran Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan.
Masyarakat Kampung Kumuh Di Bulak Banteng Lor I Skripsi Sarjana, Universitas Lampung Bandar
Kelurahan Bulak Banteng Kecamatan Kenjeran Lampung.
Surabaya). Skripsi Sarjana, Universitas Islam Negeri
Sunan Ampel Surabaya. Musriadi. 2019. Peran Kelompok Sadar Wisata
(Pokdarwis) Taman Arum Dalam Pengembangan
Dewi, MHU. Fandeli, C. Baiquni, M. 2013. Potensi Pariwisata Tahun 2018 (Studi Pada Desa
Pengembangan Desa Wisata Berbasis Partisipasi Wisata Sumber Sari Kecamatan Loa Kulu Kabupaten
Masyarakat Lokal Di Desa Wisata Jatiluwih Tabanan, Kutai Kartanegara). Jurnal Ilmu Sosial MAHAKAM 8(1)
Bali. Jurnal Kawistara 3(2) Hal. 117-126. Hal. 27-49.
Iorio, M. dan Corsale, A. 2014. Community-Based Noviyanti, R. 2017. Peran Ekonomi Kreatif Terhadap
Tourism And Networking: Viscri, Romania. Journal of Pengembangan Jiwa Entrepreneurship di Lingkungan
Sustainable Tourism 22(2) Hal. 234–255. Pesantren: Studi Kasus di Pondok Modern Darussalam
Gontor Putri 1. Jurnal Penelitian Ilmiah INTAJ 1(1) Hal.
Isdarmanto. 2017. Dasar-dasar Kepariwisataan dan 77-99.
Pengelolaan Destinasi Pariwisata. Penerbit Gerbang
Media Aksara dan STIPRAM. Yogyakarta. Nurchayati. Ratnawati. 2016. Strategi Pengembangan
Industri Kreatif Sebagai Penggerak Destinasi
Kabupaten Kotawaringin Timur. 2016. Peraturan Pariwisata Di Kabupaten Semarang. Prosiding Seminar
Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur Nomor 2 Nasional Multi Disiplin Ilmu & Call For Papers
Tahun 2016 Tentang Rencana Induk Pembangunan UNISBANK Ke-2 Tahun 2016.
Kepariwisataan Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2016–2025. Rahayu, S. Dewi, U. Fitriana, KN. 2016. Pengembangan
Community Based Tourism Sebagai Strategi
Karim, S. Kusuma, BJ. Amalia, N. 2017. Tingkat Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Di Kabupaten
Partisipasi Masyarakat Dalam Mendukung Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal
Kepariwisataan Balikpapan: Kelompok Sadar Wisata Penelitian Humaniora UNY 21(1) Hal. 1-13.
(Pokdarwis). Jurnal Bisnis Dan Kewirausahaan
Politeknik Negeri Bali 13(3) Hal. 144-155. Satria, D. 2009. Strategi Pengembangan Ekowisata
Berbasis Ekonomi Lokal Dalam Rangka Program
Kementerian Pariwisata. 2017. Neraca Satelit Pengentasan Kemiskinan Di Wilayah Kabupaten
Pariwisata Nasional. Penerbit Kementerian Pariwisata Malang. Journal of Indonesian Applied Economics 3(1)
Deputi Bidang Pengembangan Kelembagaan Hal. 37-47.
Kepariwisataan, Jakarta.

127
Inovasi Vol. 17 No. 1, Mei 2020: 115-128

Shahraki, AA. 2018. Economic Development with Suryana. 2013. Ekonomi Kreatif, EKONOMI BARU:
Creative Tourism Reflection of Iran’s Facts. Global Mengubah Ide dan Menciptakan Peluang. Jakarta
Journal of Archaeology & Anthropology 5(2) Hal. 1-7. Salemba Empat.

Simamora, RK. dan Sinaga, RS. 2016. Pariwisata Alam Suryawan, A. 2016. Peran Kelompok Sadar Wisata
dan Budaya di Kabupaten Tapanuli Utara. Jurnal Ilmu (Pokdarwis) Sendang Arum Dalam Pengembangan
Pemerintahan dan Sosial Politik UMA 4(1) Hal. 79-96. Potensi Pariwisata (Studi Kasus Di Desa Wisata Tlahap
Sunaryo, B. 2013. Kebijakan Pembangunan Destinasi Kecamatan Kledung Kabupaten Temanggung). Jurnal
Pariwisata Konsep dan Aplikasinya di Indonsia. Elektronik Mahasiswa PLS 5(6) Hal. 143-152.
Yogyakarta: Gava Media.
Tolkach, D. dan King, B. 2015. Strengthening
Suparwoko, W. 2015. Pengembangan Ekonomi Kreatif Community-Based Tourism In A New Resource-Based
Sebagai Penggerak Industri Pariwisata Kabupaten Island Nation: Why and How?. Journal Tourism
Purworejo, Jawa Tengah. Simposium Nasional SMA Management. 48. Hal. 386-398.
Negeri Purworejo, Jawa Tengah: Menuju Purworejo
Dinamis dan Kreatif. Untari, DR. 2018. Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kunjungan Wisatawan Ke Desa Wisata
Pulesari Kecamatan Turi Kabupaten Sleman. Skripsi
Sarjana, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

128

Anda mungkin juga menyukai