Abstrak
Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, Pembangunan kepariwisataan
diperlukan untuk mendorong pemerataan kesempatan berusaha dan memperoleh manfaat serta mampu
menghadapi tantangan perubahan kehidupan lokal, nasional dan global. Salah satu tujuan dari pembangunan
kepariwisataan adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi; meningkatkan kesejahteraan
masyarakat; menghapus kemiskinan; mengatasi pengangguran; melestarikan alam, lingkungan dan sumber
daya; serta melestarikan dan memajukan kebudayaan. Pengembangan objek wisata alam akan memberikan
keuntungan dalam mendongkrak kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan potensi wisata dengan
mengangkat kearifan lokal masyarakat. Hal ini sejalan dengan salah satu prioritas pembangunan Kalimantan
Selatan adalah mewujudkan Kalsel sebagai salah satu destinasi wisata nasional. Untuk mewujudkan hal itu
dipandang perlu melakukan suatu kajian terkait pengembangan wisata berbasis kearifan lokal. Tujuan dari
kajian ini adalah untuk menganalisis sebaran objek wisata alam berbasis kearifan lokal yang dapat
dikembangkan sebagai objek wisata unggulan di Kalimantan Selatan, serta gambaran akses, sarana
prasarana, lingkungan, sosial budaya dan kearifan lokal masyarakat setempat dan pemasaran yang telah ada.
Selain itu kajian ini juga menganalisis permasalahan dan kendala pengembangan wisata berbasis kearifan
lokal di Kalsel. Metode analisis yang digunakan adalah pendekatan kualitatif deskriptif dengan memaparkan
dan menginterpretasikan semua data dan informasi yang diperoleh di lapangan sesuai dengan masalah dan
tujuan penelitian.Secara umum hasil penelitian menunjukan wisata alam berbasis kearifan lokal yang dapat
dikembangkan di Kalimantan Selatan yaitu Susur Sungai Banjarmasin dan Batola, Susur sungai Rutas , Pasar
Terapung Lok Baintan, Pantai Gedambaan, Pantai Rindu Alam, Pantai Takisung, Wisata Air Panas Desa
Timan Kec. Hantakan, Wisata Alam Kerbau Rawa, Destinasi Wisata Danau Baruh Bahinu, Air Terjun Lano,
dan Pendulangan Intan Pumpung. Permasalahan utama dalam pengembangan Wisata Alam Berbasis Kerifan
local di Kalsel antara lain dari sisi lunturnya nilai kearifan lokal masyarakat setempat akibat tergerus arus
modernisasi ,masalah pengelolaan, SDM, maupun kesadaran masyarakat terkait sapta pesona.
Kata Kunci: Pariwisata, Kearifan Lokal, Wisata
Abstract
Based on the Regulation Number 10 of 2009 concerning Tourism, tourism development is needed to
encourage equal opportunity for business, earn the benefit and be able to face the challenges of the dynamic
changing of the system. One of the objectives of tourism development is to increase economic growth;
improve community welfare; eradicating poverty; overcome unemployment; preserve nature, environment
and resources; and preserving and advancing culture. The development of natural attractions will provide
benefits in boosting people's welfare through the development of tourism potential by elevating the local
wisdom of the community. This is in line with one of South Kalimantan's development priorities, which is to
realize South Kalimantan as one of the national tourist destinations. To realize this, it is deemed necessary to
conduct a study related to the development of tourism based on local wisdom. The purpose of this study is to
analyze the distribution of natural tourism objects based on local wisdom that can be developed as a leading
tourist attraction in South Kalimantan, as well as an overview of existing local community and marketing
access, facilities, environment, social culture and local wisdom. In addition, this study also analyzed the
problems and constraints of developing local wisdom-based tourism in South Kalimantan. The analytical
method used is a descriptive qualitative approach by describing and interpreting all data and information
obtained in the field in accordance with the problem and research objectives. In general, the results of the
study show that local wisdom-based natural tourism can be developed in South Kalimantan, namely
Banjarmasin and Batola river cruise, Rutas river cruise, Lok Baintan Floating Market, Gedambaan Beach,
Rindu Alam Beach, Takisung Beach, Timan's Hot Water Tourism,, Swamp Buffalo Nature Tourism, Lake
187
URNAL Kebijakan Pembangunan Volume 13 Nomor 2 Desember 2018 : 187 - 197
Baruh Bahinu Tourism Destinations, Lano Waterfall, and Intan mining at Pumpung. The main problems in
the development of local wisdom-based Nature Tourism in South Kalimantan are, among others, the fading of
the value of the local wisdom of the local community due to the erosion caused by the flow of modernization,
management problems, human resources, and public awareness regarding Sapta Pesona.
Keywords: Tourism, Local Wisdom, Tour
188
Strategi Pengembangan Wisata Berbasis Kearifan Lokal di Kalimantan Selatan
(M. Arief Anwar, Gusti Syahrani, Ahmad Zaky Maulana, Yudhi Putryanda, Wajidi)
lingkungan, sosial budaya dan kearifan lokal masya- hiburan yang dapat melepaskan lelah dan meng
rakat setempat, serta pemasarannya; 3. Menganalisis hasilkan suatu travel experience dan hospitality
permasalahan yang dihadapi pemerintah daerah terkait service (Zakaria 2014). Pariwisata merupakan kata
pengembangan wisata alam berbasis kearifan lokal kerja dari aktivitas “berwisata” yang dapat dide
yang telah ada di Provinsi Kalimantan Selatan. finisikan sebagai suatu aktivitas yang bertujuan secara
Kajian ini diharapkan mampu memberikan data alami menimbulkan perasaan senang, gembira, atau
dan informasi terkait persebaran, potensi dan bersemangat, sehingga gairah, dan produktivitas kerja,
rekomendasi strategi pengembangan wisata alam yang serta pengalaman hidup seseorang meningkat. Tujuan
memiliki kearifan lokal di Provinsi Kalimantan atau target berwisata pada umumnya untuk meng
Selatan. Sektor pariwisata memerlukan suatu strategi hilangkan perasaan penat, bosan, sedih, rasa tidak
yang dengan pola pengembangan kepariwisataan yang bersemangat yang diderita seseorang karena suatu
terencana atau tersusun agar potensi yang dimiliki bisa
rutinitas yang melelahkan secara fisik maupun mental.
dikembangkan secara optimal (Primadany 2013) Aktivitas wisata saat ini menjadi penting,
setelah manusia atau seseorang dalam kesehariannya
METODE PENELITIAN melakukan suatu aktivitas tak ubahnya bagai mesin,
Lokasi Penelitian ini adalah di Provinsi melakukan sesuatu yang berulang-ulang, menghadapi
Kalimantan Selatan dengan unit analisis adalah semua suatu situasi yang monoton dan menghadapi dunia
wilayah administratif Kabupaten/Kota di Provinsi artifisial bukan bersifat alami, dimana persaingan
Kalimantan Selatan.Penentuan lokasi pengambilan semakin ketat, apalagi mereka yang selalu dituntut
objek dilakukan secara purposive sampling dengan dengan target, sehingga terjadi alienasi atau kete
pertimbangan antara lain ; 1) keberadaan objek yang rasingan orientasi hidup, lingkungan, bahkan
memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai objek keluarganya.
wisata berbasis kearifan lokal; 2) akses yang mudah Kepariwisataan menimbulkan efek kegiatan
dicapai mengingat objek akan dijadikan sebagai objek yang sangat luas, meliputi kegiatan ekonomi seperti
wisata; 3) telah terdapat Kelompok Sadar Wisata usaha perhotelan dan sejenisnya, agen perjalanan,
(Poksarwis). Dalam menetapkan lokasi objek tersebut transportasi, restoran, toko cinderamata, berbagai
juga mempertimbangkan masukkan dari SKPD Dinas usaha kerajinan, kesenian dan usaha-usaha lainnya.
Pariwisata Kabupaten Kota yang terkait. Itulah sebabnya pariwisata di pandang sebagai suatu
Data primer diperoleh dari pengamatan, industri karena di dalamnya terlibat berbagai bentuk
observasi, wawancara, dialog, dengan masyarakat kegiatan ekonomi dan berbagai jenis tenaga kerja dan
baik secara perorangan / kelompok masyarakat modal dengan sebagian besar menawarkan berbagai
maupun dengan SKPD terkait. Data sekunder adalah bentuk jasa.
data yang diperoleh dari instansi /SKPD terkait yang Perjalanan dari suatu tempat ke tempat yang lain
mampu mendukung penelitian ini. yang bersifat sementara, dilakukan wisatawan baik
Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan perorangan atau berkelompok sebagai usaha mencari
pendekatan kualitatif deskriptif dengan memaparkan keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan
dan menginterpretasikan semua data dan informasi dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial,
yang diperoleh di lapangan sesuai dengan masalah dan budaya, alam dan ilmu disebut pariwisata (Spillane
tujuan penelitian; 1994).
Penelitian ini dilaksanakan selama 6 (tiga) Suatu perencanaan akan menghasilkan
bulan, yaitu dimulai bulan Maret hingga September pengembangan yang baik, bila dilaksanakan dengan
2017 dari mulai survey dan pengumpulan data, pengenalan secara menyeluruh seluruh elemen-
pengkajian referensi pendukung hingga proses analisis elemennya. Untuk menyajikan seluruh elemen wisata
dan pembahasan. desa dapat didekati dengan elemen dan sistem
pariwisata. Pada dasarnya setiap bentuk pengem
HASIL DAN PEMBAHASAN bangan pariwisata bertumpu pada dua elemen, yaitu
produk (destination) dan pasar wisata (market).
Konsep Pariwisata Dimana elemen-elemen produk wisata seperti
Pariwisata adalah suatu aktivitas dari yang infrastruktur, fasilitas, utilitas, kelembagaan, sumber
dilakukan oleh wisatawan ke suatu tempat tujuan daya manusia dan lingkungan, dan pasar wisata serta
wisata di luar keseharian dan lingkungan tempat promosi wisata harus dikembangkan.
tinggal untuk melakukan persinggahan sementara Salah satu bentuk pengembangan objek wisata
waktu dari tempat tinggal, yang didorong beberapa adalah wisata alam berbasis kearifan lokal. Salah satu
keperluan tanpa bermaksud untuk mencari nafkah dan bentuk kearifan lokal adalah berupa tradisi budaya
yang didasarkan atas kebutuhan untuk mendapatkan yang mempertahankan keseimbangan hidup dengan
kesenangan, dan disertai untuk menikmati berbagai lingkungan alam. Keseimbangan itu tercermin dari
189
URNAL Kebijakan Pembangunan Volume 13 Nomor 2 Desember 2018 : 187 - 197
berbagai bentuk pengetahuan, adat istiadat, upacara disebut local knowledge yakni gagasan-gagasan, nilai-
tradisional dan kepercayaan yang berhubungan alam nilai maupun pandangan- pandangan setempat yang
dan daur hidup manusia yang berlangsung turun bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, dan
temurun. Dalam perwujudannya, wisata alam berbasis adat kebiasaan yang menuntun perilaku yang tertanam
kearifan lokal merupakan salah satu bentuk yang dan diikuti oleh anggota masyarakat.
dikembangkan dalam ekowisata. Karena dalam Menurut Nababan (Wahyu 2015) kearifan
ekowisata, berbagai kearifan lokal seperti pelestarian masyarakat tentang lingkungan lokalnya berkembang
lingkungan alam, pengetahuan tentang gejala-gejala dari pengalaman sehari-hari. Berdasarkan sistem
alam dan lingkungan fisik, pengetahuan tentang jenis- kearifan lokal itulah maka kebudayaan mereka
jenis tanaman, manfaat, dan pembudidayaannya, serta beradaptasi dan berkembang dalam menjawab
pelestarian adat istiadat masyarakat lokal dan bentuk berbagai persoalan yang dihadapi. Kedalaman
kearifan lokal lainnya merupakan unsur-unsur yang penghayatan masyarakat tradisional terhadap prinsip
harus dipertahankan dan menjadi daya tarik wisata. konservasi alam tercermin dalam sistem budaya dan
Ekowisata (eco-tourism) adalah suatu bentuk sosial yang memiliki rasa hormat terhadap alam.
pariwisata yang menjadikan sesuatu yang alami Menurut Chamber dalam Wahyu (2015) tidak
sebagai daya tarik wisata. Wearing dan Neil dalam ada definisi tunggal tentang terminologi kearifan
Arifin (2009) menyatakan bahwa ide-ide ekowisata lokal. Beberapa ahli memberikan terminologi yang
berkaitan dengan wisata yang diharapkan dapat berbeda untuk menjelaskan definisi kearifan lokal
mendukung konservasi lingkungan hidup. Karena seperti pengetahuan yang berasal dari pribumi
tujuannya adalah menciptakan sebuah industri wisata (indigenous knowledge), pengetahuan tradisional
yang mampu memberikan peran dalam konservasi (traditional knowledge), pengetahuan teknis yang
lingkungan hidup. Untuk menjawab itu maka berasal dari pribumi (indigenous technical
ekowisata dikarakteristikan dengan beberapa hal: (1) knowledge), sistem pengetahuan yang berasal dari
Adanya manajemen lokal dalam pengelolaan; (2) pribumi (indigenous technical system).
Adanya produk perjalanan dan wisata yang Kearifan lokal berkembang dari kemampuan
berkualitas; (3) Adanya penghargaan terhadap budaya; masyarakat lokal dalam beradaptasi dengan
(4) Pentingnya pelatihan-pelatihan; (5) Bergantung lingkungan, turun temurun, bersifat dinamis atau
dan berhubungan dengan sumber daya alam dan merupakan hasil dari proses belajar melalui
budaya; (6) Adanya integrasi pembangunan dan pengalaman maupun dengan menyerap dan
konservasi. mengasimilasi gagasan dari berbagai sumber yang
Marta Honey dalam bukunya Ecotourism and berbeda, dan mengintegrasikannya ke dalam budaya
Sustainable Development: Who owns Paradise (Arifin asli sehingga menghasilkan pengetahuan lokal yang
2009) memberikan kriteria-kriteria sebuah aktivitas sesuai dengan kondisi lingkungan setempat.
ekowisata. Dalam aktivitas ekowisata harus menjawab Kerap dalam Susanto (Permatasari 2015)
dan menunjukkan parameter berikut: (1) Perjalanan ke kearifan lokal adalah gagasan-gagasan setempat
kawasan alamiah; (2) Dampak yang ditimbulkan (lokal) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan,
terhadap lingkungan rendah; (3) Membangun bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota
kepedulian terhadap lingkungan. Dalam melaksana- masyarakatnya. Menurut Wahyu (2007) mengatakan
kan fungsi dan peranannya dalam pengembangan konsep kearifan lokal dalam terminologi budaya dapat
pariwisata daerah. Pemerintah daerah harus diinterpretasikan sebagai pengetahuan lokal yang
melakukan berbagai upaya dalam pengembangan berasal dari budaya masyarakat yang unik,
sarana dan prasarana. Sarana sesuai dengan namanya mempunyai hubungan dengan alam dan sejarah
menyediakan kebutuhan pokok yang ikut menentukan panjang, beradaptasi dengan sistem ekologi setempat,
keberhasilan suatu daerah menjadi daerah tujuan bersifat dinamis dan selalu terbuka dengan tambahan
wisata. Fasilitas yang tersedia dapat memberikan pengetahuan baru.
pelayanan kepada para wisatawan, baik secara Wahyu (2015) menyimpulkan bahwa berdasar-
langsung atau tidak langsung (Primadany 2013) kan berbagai definisi, maka kearifan lokal meliputi
Konsep Kearifan Lokal tradisi-tradisi dan praktik-praktik yang berlangsung
Dalam pengartian kamus, secara harfiah, istilah lama dan berkembang di wilayah tertentu, asli berasal
kearifan lokal (local wisdom) berasal dari kata dari tempat tersebut atau masyarakat-masyarakat lokal
kearifan (wisdom) dan lokal (local). Menurut Kamus yang terwujud dalam kebijaksanaan, pengetahuan, dan
Besar Besar Bahasa Indonesia, kearifan mempunyai pembelajaran masyarakat, dan diwariskan secara turun
arti kebijaksanaan atau kecendekiaan (Depdiknas temurun.
2003). Oleh karena menyangkut kebijaksanan atau Bentuk kearifan lokal dapat dikategorikan
kecendekiaan yang nota benen adalah pengetahuan dalam dua aspek, yakni: (1) kearifan lokal yang
yang bersifat lokal maka kearifan lokal seringkali juga berbentuk benda (tangible) seperti berupa tekstual,
190
Strategi Pengembangan Wisata Berbasis Kearifan Lokal di Kalimantan Selatan
(M. Arief Anwar, Gusti Syahrani, Ahmad Zaky Maulana, Yudhi Putryanda, Wajidi)
bangunan arsitektural, karya seni, dll; (2) kearifan Berbagai daya tarik wisata, seperti wisata alam
lokal yang tak benda (intangible) seperti petuah dan dan budaya, wisata sejarah, dan wisata religi
peribahasa yang bersifat verbal. Kearifan lokal baik sebagaimana di sebut di atas, didalamnya terdapat
tangible dan intagible pada masyarakat Banjar, dapat unsur budaya yang mencerminkan perwujudan
dilihat dalam tujuh unsur kebudayaan universal, yaitu kearifan lokal. Misalnya di objek Wisata Loksado
(1) religi, (2) bahasa, (3) sistem pengetahuan, (4) sebagai ODTW terdapat berbagai bentuk kearifan
teknologi, (5) sistem mata pencarian hidup, (6) tradisional yang berkaitan dengan sistem pertanian
kesenian, dan (7) organisasi sosial. tugal, kehidupan masyarakat yang diantaranya tinggal
Menurut Wahyu (2015) dalam praktiknya, di balai, dan adat istiadatnya, upacara tradisional aruh
kearifan lokal sebagai pengetahuan yang berasal dari ganal, aneka kerajinan, sistem pengetahuan yang
budaya masyarakat lokal terwujud dan dipraktikkan berkaitan dengan pengobatan, teknologi tradisional,
dalam bidang pertanian, kesehatan seperti pengobatan pengelolaan sumberdaya alam, dan sebagainya. Di sini
tradisional, penyediaan makanan, pendidikan, terdapat atraksi yang berbasis kehidupan lingkungan
pengelolaan sumber daya alam, dan beragam kegiatan fisik alamiah dan kearifan lokal seperti kesederhanaan
lain dalam komunitas. Salah satu bentuk kearifan lokal dan keramahan penduduk, sumber air panas Tanuhi, air
adalah pengetahuan lokal (local knowledge) yakni terjun haratai, trekking, bamboo rafting, serta
konsep yang berakar dari pengalaman masyarakat lingkungan alam yang masih alami dengan keindahan
lokal, yaitu (1) merupakan milik lokal; (2) Kehidupan fanorama, dan keragaman flora dan fauna yang
yang lebih baik dalam sistem ekologi; (3) Kehidupan menarik.
dengan segala relasinya di alam semesta; (4) Dituntun Kearifan lokal baik tangible dan intangibel
dan didasarkan pada prinsif moral yang bersumber dari merupakan bagian dari warisan budaya (cultural
pengetahuan lokal; (5) Menyangkut pribadi manusia heritage). Namun demikian, dalam sistem budaya juga
yang partikular (komunitas adat). tidak terlepas dari lingkungan alam yang bersifat unik
Dalam perwujudannya terdapat berbagai bentuk yang dapat dikategorikan sebagai warisan alam
kearifan lokal, misalnya kearifan lokal terhadap (natural heritage). Dalam pariwisata, gabungan
lingkungan hidup, seperti pengetahuan tentang gejala- keduanya yakni warisan budaya kultural dan natural
gejala alam; pengetahuan tentang lingkungan fisik, (combined cultural and natiral heritage) akan
pengetahuan tentang jenis-jenis tanaman, manfaat, menghasilkan daya tarik yang eksotik, unik, dan
dan pembudidayaannya. Ada pula kearifan lokal menarik atau dalam istilah lain sebagai cultural
berupa sistem gotong royong dalam berbagai istilah landscape (Sedyawati 2014).
dan bentuk yakni baarian atau bahahandipan, Kegiatan pariwisata merupakan pula sebuah
marambai atau gotong royong dalam bidang pertanian interaksi sosial-kultural sebab di dalamnya terkandung
seperti pada saat membersihkan persawahan, pada saat interaksi antara host (tuan rumah) dengan guest
menanam padi, menuai padi, memperbaiki saluran (wisatawan). Hubungannya dengan kearifan lokal
pengairan, mahampang tikus. Ada juga gotong royong adalah bahwa tuan rumah berperan menyediakan
dalam bidang teknologi dan perlengkapan hidup objek wisata yang dikehendaki oleh wisatawan.
seperti gotong royong membuat jembatan, titian, dan Misalnya bagaimana tuan rumah menyediakan wisata
meninggikan jalan. Dan ada juga gotong royong dalam alam yang berbasis kearifan lokal dalam berbagai
bidang kemasyarakatan seperti pada acara perka- bentuk. Kearifan lokal itu sendiri merupakan
winan, saprah amal. Terakhir, gotong royong dalam perwujudan dan/atau ekspresi dari cipta, rasa, karsa
bidang keagamaan atau religi seperti mendirikan manusia. Manusia adalah makhluk sosial atau tidak
masjid atau langgar, dalam peringatan hari besar, terlepas dari individu lainnya. Oleh karena itu,
upacara baayun maulid, dan gotong royong dalam kearifan lokal berintikan manusia sebagai pencipta
menyanggar banua atau manyanggar padang. budaya dalam hubungannya dengan alam sekitar.
Dalam kebudayaan Banjar, rumah tipe Sebagaimana dikatakan oleh Keraf (Syahlan Matiro
panggung merupakan bentuk kearifan lokal sebagai 2015) pengetahuan lokal adalah milik komunitas.
adaptasi terhadap lingkungan yang terdiri dari rawa Tidak ada pengetahan atau kearifan tradisional yang
dan sungai, yang juga dimanifestasikan dalam pola bersifat individual. Kaitan dengan pengembangan
perdagangan di atas sungai, yakni menggunakan wisata alam adalah bahwa pengembangan wisata alam
jukung atau perahu dalam perdagangan yang dikenal berbasis kearifan lokal membutuhkan komunitas
sebagai pasar terapung. Berbagai bentuk kearifan lokal berupa sistem dan kelembagaan sosial bernama desa
pada masyarakat Banjar sebagaimana contoh di atas budaya. Hal ini sejalan dengan pendapat Yurisetou
sebenarnya ada dalam berbagai daya tarik wisata (Wahyu 2015) kelembagaan lokal akan dapat
seperti wisata alam dan budaya, wisata sejarah, dan menjembatani semua kepentingan dalam kehidupan
wisata religi, yang mana di dalamnya terdapat objek masyarakat lokal.
dan atraksi yang mencerminkan kearifan lokal. Menurut Directorat General of Tourism,
191
URNAL Kebijakan Pembangunan Volume 13 Nomor 2 Desember 2018 : 187 - 197
Ministry of Tourism, Art an Culture (1999:5), secara bersih dan merasakan hidup disuasana desa dengan
umum sebuah desa Wisata mempunyai ciri-ciri sejumlah adat istiadatnya. Wisatawan tinggal bersama
sebagai berikut:1.) Keterlibatan masyarakat desa penduduk, tidur dikamar yang sederhana tapi bersih
setempat dalam perencanaan dan persiapan-persiapan dan sehat, makanan tradisional merupakan hidangan
lainnya dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan Desa utama yang hendak disajikan selama di desa wisata,
Wisata yang digerakkan oleh pemerintah dan/atau wisatawan merasakan adanya kepuasan karena adanya
usaha-usaha swasta di bidang pariwisata; 2.) Ada penyambutan, dan pelayanan dari penduduk desa
sumber-sumber dalam desa yang mampu menggerak- tersebut. (Winarni 2014). Ada dua pendekatan dalam
kan kegiatan-kegiatan ekonomi sebagai kegiatan Desa menyusun rangka kerja/konsep kerja dari pengem
Wisata, dalam bentuk: upacara-upacara/seremonial, bangan sebuah desa menjadi desa wisata, yakni
ritual, kesenian dan cindera mata (souvenir), pendekatan Pasar untuk Pengembangan Desa Wisata
persediaan bahan makanan (masakan-masakan khas dan Pendekatan Fisik Pengembangan Desa Wisata.
daerah, dll), penginapan, pramuwisata, dan jasa-jasa
lain; 3.) Suasana alam yang menarik dan ramah Sebaran Potensi Wisata Alam Berbasis Kearifan
lingkungan; 4.). Keterlibatan pemerintah pada tiap Lokal di Kalimantan Selatan
tingkatan dalam membantu kegiatan Desa Wisata Dengan melihat potensi wisata berbasis
(misalnya insentip pajak dan peraturan-peraturan lain kearifan lokal di Kalimantan Selatan, secara umum
yang diperlukan, bantuan pelatihan guides/pemandu dapat dilakukan pengklasteran objek wisata berbasis
wisata, upaya promosi dan pemasaran, dan lain-lain); kearifan lokal di Kalimantan Selatan menjadi 3 bagian,
dan 5.) Ada upaya-upaya untuk meminimalkan yaitu : wisata berbasis sungai; wisata berbasis pantai;
lenyapnya budaya setempat (desa), termasuk cara dan wisata berbasis pegunungan, danau, dan rawa.
hidup penduduk. Dari kelima ciri-ciri ini, faktor Wisata alam berbasis kearifan lokal Sungai di
keterlibatan pemerintah akan banyak mempengaruhi Kalimantan Selatan meliputi Pasar Terapung dan
pengelolaan desa yang ramah lingkungan, maupun Susur sungai Kota Banjarmasin - Kabupaten Barito
kegiatan-kegiatan ekonomi desa yang dapat mendo- Kuala; Susur Sungai Rutas di Kabupaten Tapin; dan
rong terjadinya atraksi untuk wisatawan. Begitu pula Pasar Terapung Lok Baintan (Kabupaten Banjar).
"partisipasi masyarakat" mempengaruhi upaya-upaya Kearifan Lokal pada pasar terapung adalah masyarakat
meminimalkan lenyapnya budaya setempat. Dengan melakukan kegiatan jual beli di atas perahu. Kegiatan
demikian dari kelima ciri-ciri Desa Wisata yang ini sudah sejak lama dilakukan oleh sebagian kecil
diinginkan, faktor-faktor yang perlu dicermati lebih masyarakat Banjarmasin dan kegiatan ini bagi mereka
jauh adalah: (1) Partisipasi masyarakat; (2) merupakan mata pencaharian sehari-hari. Di Pulau
Keterlibatan pemerintah. Kembang terdapat sebuah kuil yang merupakan
Terdapat dua konsep yang utama dalam tempat sembahyang umat Budha, sehingga Pulau ini
komponen desa wisata: (1) Akomodasi: sebagian dari didatangi oleh umat Budha untuk beribadah sekalian
tempat tinggal para penduduk setempat dan atau unit- berwisata. Selain itu di Pulau Kembang terdapat
unit yang berkembang atas konsep tempat tinggal sumber mata air yang dipercayai warga sebagai alat
penduduk; (2) Atraksi: seluruh kehidupan keseharian untuk pengobatan. Hal ini menjadi satu ciri tersendiri
penduduk setempat beserta setting fisik lokasi desa dari Pulau Kembang. Selain itu kebiasaan warga untuk
yang memungkinkan berintegrasinya wisatawan mencari nafkah dengan menjadi sopir kelotok dan
sebagai partisipasi aktif seperti : kursus tari, bahasa akhirnya menjadikan susur sungai sebagai wisata
dan lain-lain yang spesifik. Pemahaman tentang desa dapat dianggap sebagai kearifan lokal yang harus
wisata cukup beragam antara lain mengatakan adalah dijaga kelestariannya.
suatu bentuk lingkungan permukiman yang memiliki Pada Susur Sungai Rutas (Kabupaten Tapin),
ciri khusus baik alam maupun budaya yang sesuai wisatawan dapat menikmati sensasi naik kelotok di
dengan tuntutan wisatawan dimana mereka dapat tengah alam yang masih alami sambil melihat
menikmati, mengenal, menghayati dan mempelajari kumpulan bekantan yang secara alami masih dapat
kekhasan desa beserta segala daya tariknya. Dalam ditemukan di daerah ini. Ada 2 kearifan lokal dari
pelaksanaannya seringkali wisatawan tinggal di dalam Wisata susur sungai di Kabupaten Tapin, yaitu
atau dekat dengan suasana tradisional dan belajar kebiasaan warga untuk menjaga lingkungan agar
tentang kehidupan desa dan lingkungan setempat, lingkungan tetap menjadi aman dan baik untuk satwa
sehingga ada proses belajar (learning) dari masyarakat bekantan maupun untuk wisatawan yang ingin
(hosts) kepada wisatawan (guests), sehingga para tamu berkunjung ke makam Datu Muning dan kebiasaan
mampu memberikan penghargaan (rewarding) kepada warga untuk bersikap biasa jika tiba-tiba ada bekantan
nilai-nilai lokal yang masih dianut oleh komunitas muncul baik hanya sekedar menyeberang jalan
setempat. Wisatawan yang datang ke desa wisata itu ataupun mencari makanan. Sedangkan keunikan Pasar
akan dapat menikmati alam perdesaan yang masih Terapung Lok Baintan adalah pasar terapung yang ada
192
Strategi Pengembangan Wisata Berbasis Kearifan Lokal di Kalimantan Selatan
(M. Arief Anwar, Gusti Syahrani, Ahmad Zaky Maulana, Yudhi Putryanda, Wajidi)
193
URNAL Kebijakan Pembangunan Volume 13 Nomor 2 Desember 2018 : 187 - 197
batu yang berada di bibir pantai. Pantai ini selain sebagainya, (c) Ritual seputar kegiatan berladang,
memiliki keindahan alam juga ada unsur budaya yang seperti mamuja tampa, upacara batiwah, upacara
dilestarikan, yakni peringatan mandi badudus. Mandi bamula hingga upacara bawanang.
badudus adalah ritual warga kampung nelayan, sekitar Sebagian wilayah Kabupaten Hulu Sungai
Pantai Batu Lima yang dilaksanakan oleh orang-orang Tengah diliputi oleh kawasan perbukitan yang
tertentu. Prosesi ritual dilaksanakan di pantai, yang memiliki panorama alam yang indah, sehingga sangat
sejajar dengan posisi 5 buah batu besar yang terletak berpotensi sebagai kawasan wisata alam. Selain itu
sekitar 300 meter dari bibir pantai. kabupaten ini juga memiliki kawasan dataran rendah
Wisata alam berbasis kearifan lokal pegu yang merupakan lahan rawa, yang juga menarik
nungan, danau dan rawa di Kalimantan Selatan sebagai objek wisata, salah satu objek yang terdapat
meliputi Wisata Alam Loksado (Kabupaten Hulu pada dataran rendah ini adalah tempat wisata air panas
Sungai Selatan); Wisata Air Panas Desa Timan Kec. di Desa TimanKecamatan Hantakan dan wisata Pagat
Hantakan (Kabupaten HST); Air Terjun Lano di desa Pagat Kecamatan Batu Benawa. Di daerah
(Kabupaten Tabalong); Wisata Kerbau Rawa konservasi pegunungan Meratus Barabai terdapat
(Kabupaten Hulu Sungai Utara); Wisata Danau Baruh puncak Gunung Besar/Halau-halau dengan ketinggian
Bahinu (Kabupaten Balangan)dan Wisata Pendu- 1.892 m dpl. Gunung ini merupakan gunung tertinggi
langan Intan Pumpung (Kota Banjarbaru). Loksado dari sekian banyak gunung di gugusan pegunungan
memiliki panorama alam yang menarik. Panorama Meratus, sekaligus sebagai titik tertinggi di Kaliman-
alam yang banyak dijumpai adalah air terjun dan aliran tan Selatan.
sungai yang deras dan berbatu, goa, serta peman- Pegunungan Meratus di daerah Kabupaten Hulu
dangan hutan tropis basah yang menggambarkan Sungai Tengah mempunyai potensi keanekaragaman
struktur hutan tropis Pegunungan Meratus. Air terjun hayati. Selain panorama alam yang indah, seperti; air
merupakan objek yang banyak ditemukan dan sangat terjun, aliran air sungai beriam dan berbatu-batu, goa,
menarik untuk dikunjungi oleh para wisatawan, di Kabupaten Hulu Sungai Tengah ini terdapat pula
terutama wisatawan yang menginginkan petualangan flora dan fauna yang khas dan unik di sekitar hutan
di kawasan hutan hujan tropis, karena untuk mencapai- yang berada di Kawasan Pegunungan Meratus. Flora
nya wisatawan harus berjalan kaki atau dengan tersebut mulai dari tumbuhan tingkat rendah, seperti;
mengendarai kendaraan roda dua dan melalui jamur, lumut, ganggang, dan lain-lain, hingga
beberapa desa, areal perladangan dan kebun-kebun tumbuhan berkayu dari famili Diterocarpaceae,
penduduk, serta bekas-bekas per ladangan yang sudah seperti; meranti, kruing, dan lain-lain. Di kawasan ini
membentuk hutan sekunder dan menembus hutan juga terdapat potensi wisata lainnya yakni wisata
belantara primer yang cukup lebat. Hutan lebat budaya berupa tradisi kehidupan masyarakat dan
terkadang diselingi dengan kawasan hutan bambu, adanya Balai. Balai dipergunakan sebagai tempat
perkebunan karet dan kayu manis, serta hutan tinggal dan tempat melaksanakan upacara adat, yaitu
sekunder yang merupakan bekas-bekas ladang aruh atau selamatan dalam istilah Banjar, sebagai rasa
penduduk. syukur kepada Yang Maha Kuasa yang dilakukan
Selain pesona alamnya, Loksado juga sebelum tanam padi dan setelah panen.
mempunyai potensi "wisata akademik" atau biasa Daerah pegunungan Meratus yang mempunyai
disebut "eco-tourism" yang besar, yaitu di dalam potensi untuk dikembangkan sebagai wisata alam
kawasan hutan belantaranya terdapat bermacam- berbasis kearifan lokal, umumnya dihuni oleh
macam spesies tumbuhan dan hewan yang sangat masyarakat Dayak Bukit, atau kini populer disebut
menarik bagi para peneliti di bidang biologi dan hayati. Dayak Meratus. Etnis Dayak Meratus adalah nama
Kemudian, faktor pariwisata yang juga menarik ialah kolektif suku bangsa yang mendiami perbukitan,
tradisi sosial budaya masyarakat Dayak Loksado, lembah-lembah sempit, dan kawasan hutan lindung di
misalnya upacara adat yang berkaitan dengan kegiatan pegunungan Meratus. Bentuk kearifan lokal
pertanian, dan lain-lain. Loksado dihuni oleh masyarakat sekitar objek wisata di daerah Kabupaten
Masyarakat Dayak Meratus, kini populer disebut Hulu Sungai Tengah di sekitar di objek wisata Air
Dayak Meratus. Kearifan lokal orang Dayak Meratus Panas, yakni adanya masyarakat yang menjual dan
daerah Loksado berkaitan dengan kepercayaan, dan menggunakan berbagai jenis tumbuhan atau herbal
diwujudkan melalui berbagai ritual. Secara sederhana sebagai alternatif pengobatan. Di lokasi objek Air
ritual-ritual Masyarakat Dayak Meratus dapat Panas dijual aneka akar-akaran, tumbuhan, dan buah-
dibedakan dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu : (a) Ritual buahan yang diyakini dan/atau terbukti secara turun
yang bercorak adat komunitas, misal : upacara temurun berkhasiat memelihara kesehatan, atau
mendirikan Balai,upacara menyangga banua, (b) mencegah dan mengobati penyakit. Selain itu, di
Ritual sepanjang lingkaran kehidupan, contohnya lokasi ini terdapat telaga air panas yang diyakini untuk
upacara perkawinan, kelahiran, kematian, dan mengobati penyakit seperti rematik.
194
Strategi Pengembangan Wisata Berbasis Kearifan Lokal di Kalimantan Selatan
(M. Arief Anwar, Gusti Syahrani, Ahmad Zaky Maulana, Yudhi Putryanda, Wajidi)
Air terjun Lano Kabupaten Tabalong berada yang dapat dikembangkan. Danau Baruh Bahinu
dalam areal hutan HPH dengan jarak 800 m dari memiliki potensi untuk dikembangkan sebagaimana
pinggir jalan utama menuju air terjun utama. objek wisata Rawa Pening di Jawa Tengah. Bentuk
Pengunjung akan langsung berinteraksi dengan alam kearifan local masyarakat setempat adalah kegiatan
berupa hutan dengan pohon kayu besar, pohon buah penduduk sekitar dalam kesehariannya berusaha dan
yang besar dan lebat dan masih bersifat sangat bekerja selama berinteraksi dengan danau yang ada
alamiah. Pengunjung akan melewati sungai kecil yang merupakan sesuatu yang menarik untuk dilibatkan
dalam kondisi cuaca bagus beraliran normal, namun dalam kegiatan pengembangan pariwisata kawasan
akan sedikit berarus jika kondisi hujan. Air terjun Lano danau.
berada di Desa Lano Kecamatan Jaro Kabupaten
Tabalong dengan jarak tempuh kurang lebih 2 jam
perjalanan menggunakan transportasi darat dari pusat
kota Tanjung dan kurang lebih 10 menit dari
perbatasan Kalimantan Timur dan Kalimantan
Selatan. Berada di Pinggir Jalan penghubung
Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. Untuk
menuju air terjun Lano perlu berjalan kurang lebih 800
m untuk dapat mencapai air terjun utamanya dengan
melewati hutan dan sungai kecil. Kondisi alam sangat
alami akan tetapi sudah dibuatkan jalan setapak yang
dapat memudahkan wisatawan untuk menuju air
terjun. Kearifan lokal masyarakat di daerah ini adalah
masyarakat menggantungkan hidupnya melalui mata
pencaharian berdagang dengan adanya objek wisata
ini dan memelihara lingkungan air terjun agar tetap Gambar 2. Baruh Bahinu Kab. Balangan
terjaga kelestariannya.
Destinasi wisata kerbau rawa merupakan wisata Pendulangan Intan Pumpung berlokasi di
dengan pemandangan unik dimana wisatawan dapat Kecamatan Cempaka Kota Banjarbaru. Kondisi
melihat bagaimana kehidupan masyarakat yang pendulangan Intan Pumpung masih berupa hamparan
memelihara kerbau rawa. Lokasi wisata kerbau rawa alam terbuka dimana terdapat aktivitas penambangan
terletak di Desa Bararawa Kec. Paminggir. Jenis intan tradisional. Kearifan lokal adalah sesuatu yang
kerbau yang diternakkan adalah kerbau rawa jenis telah melekat pada masyarakat dan telah menjadi ciri
Bubalus Bubalis yang memiliki keahlian dalam khas di daerah tertentu secara turun temurun dan telah
berenang dalam kondisi air yang cukup dalam. diakui oleh masyarakat luas. Bentuk kearifan lokal
Perjalanan dapat ditempuh sekitar 30 menit dari masyarakat sekitar objek wisata Pumpung sebagai
pelabuhan dengan pemandangan rawa yang eksotis. objek wisata pendulangan intan dapat dilihat dari tata
Aktivitas pengembalaan kerbau rawa dimulai sekitar cara, kepercayaan, dan filosofi yang dipakai dalam
jam 8 pagi, kerbau digiring menggunakan jukung dan pendulangan. Didaerah Pumpung merupakan daerah
dilepaskan kelokasi tertentu untuk mencari makan. yang legendaris karena pernah ditemukan intan trisakti
Ketika sore (sekitar jam 17) kerbau digiring kembali yang sangat terkenal, sehingga didaerah ini dibangun
ke kandang (kalang). Untuk sampai padang ruput monument tugu intan trisakti.
kerbau rawa terkadang berenang sampai 1 km.
Masyarakat di sekitar wisata kerbau rawa secara Permasalahan Pengembangan Pariwisata Berbasis
umum adalah masyarakat yang hidup di daerah rawa. Kerifan Lokal di Kalimantan Selatan
Dimana mereka hidup dan beradaptasi dengan kondisi Beberapa permaslahan pengembangan pari-
rawa dan perairan. Masyarakat sekitar umumnya wisata berbasis kearifan lokal di Provinsi Kalimantan
berprofesi sebagai petani dan pedagang. Bentuk Selatan antara lain : mulai lunturnya nilai nilai budaya
kearifan lokal yang ada adalah bagaimana masyarakat masyarakat setempat tergerus oleh modenisasi
beradaptasi dengan lahan rawa dalam hal pengem sehinnga kerifan local masyarakat mulai hilang,
balaan ternak. sebagian Kabupaten/Kota belum memiliki Perda
Destinasi Wisata Danau Baruh Bahinu terletak RIPPDA sebagai acuan pembangunan pariwisata di
di Kabupaten Balangan. Kondisi Danau Baruh Bahinu masing-masing daerah, belum semua Kab/Kota
pada saat ini sebagai danau alam seakan telaga tempat tersedia dokumen perencanaan dan terbatasnya data
tangkapan ikan saja. Ekosistem danau di wilayah pengembangan Destinasi wisata, kemampuan SDM
tersebut hanya menjadi bentang alam yang tidak atau dalam memanajemen pengelolaan objek wisata masih
kurang terpelihara, namun demikian, banyak potensi rendah. Karena keterbatasan jumlah dan kapasitas
195
URNAL Kebijakan Pembangunan Volume 13 Nomor 2 Desember 2018 : 187 - 197
SDM yang masih belum optimal, ketersediaan berbasis kearifan lokal di Kalimantan Selatan di
infrastruktur dan Sarpras yang di tiap-tiap lokasi objek sajikan pada lampiran 1.
wisata masih terbatas (misalnya lahan parkir, wc
umum, restoran, tempat peristirahatan, dll), KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
aksesibilitas menuju lokasi yang masih belum optimal
dan belum terdapatnya transportasi umum yang Kesimpulan
mudah dan murah meuju lokasi wisata, belum Wisata Alam berbasis kearifan lokal yang dapat
terintegrasinya paket wisata, menyebabkan wisatawan dikembangkan di Kalimantan Selatan yaitu Susur
enggan untuk berwisata, promosi yang belum begitu Sungai Banjarmasin dan Batola, Susur sungai Rutas,
menjual. Promosi masih bersifat konvensional dan Pasar Terapung Lok Baintan, Pantai Gedambaan,
belum tergarap secara optimal, koordinasi dan Pantai Rindu Alam, Pantai Takisung , Wisata Air Panas
kerjasama antar SKPD yang belum optimal, dimana Desa Timan Kec. Hantakan, Wisata Alam Kerbau
pariwisata saat ini hanya menjadi beban dinas Rawa, Destinasi Wisata Danau Baruh Bahinu, Air
Pariwisata. Idealnya sector wisata perlu di keroyoki Terjun Lano, dan Pendulangan Intan Pumpung.
secara bersama-sama oleh SKPD terkait, kesadaran Pengembangan wisata alam tersebut masih memiliki
masyarakat terkait sapta pesona masih rendah, masih berbagai permasalahan dan kendala, antara lain dari
belum tumbuh kembangnya industri kreatif sebagai sisi lunturnya nilai kearifan lokal masyarakat
bagian dari kegiatan wisata (kerajinan & cindera-mata, setempat, masalah pengelolaan, SDM, maupun
kuliner, nilai-nilai seni lokal/tradisional, dll.), dan kesadaran masyarakat terkait saptapesona. Untuk
higienitas makanan dan sanitasi. pengembangan pariwisata berbais kearifan lokal di
Konsep percepatan pengembangan pariwisata Kalsel, sangat diperlukan adanya suatu perencanaan
yang perlu dikembangkan perlu melibatkan seluruh yang lebih detail dalam bentuk masterplant dan DED
stake holder di daerah, dengan konsep sebagai berikut: pengembangan wisata berbasis kearifan lokal di
Kalsel.
Rekomendasi
Berdasarkan permasalahan yang ada, beberapa
rekomendasi kebijakan pengembangan pariwisata
berbasis kearifan lokal di Kalsel antara lain yang perlu
diambil, yaitu perlunya upaya untuk mencegah
lunturnya nilai nilai budaya masyarakat setempat yang
tergerus oleh modenisasi. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan melestarikan nilai nilai budaya lokal yang ada
di masyarakat, perlunya penyusunan Perda RIPPDA
sebagai acuan pembangunan pariwisata di masing-
masing daerah, perlunya penyusunan dokumen
perencanaan pengembangan pariwisata baik berupa
masterplan dan DED masing-masing objek wisata,
bahkan jika memungkinkan perlu disusun fortopolio
investasi pengelolaan wisata, agar mudah ditawarkan
kepada pihak investor, perlu adanya usaha untuk
meningkatkan kemampuan SDM dalam mema
najemen pengelolaan objek wisata baik itu melalui
pelatihan dan workshop, perlu adanya peningkatan
kulitas dan kuanitas Infrastruktur dan Sarpras yang di
tiap-tiap lokasi objek wisata masih terbatas (misalnya
lahan parkir, wc umum, restoran, tempat peristira
hatan, dll), perlu peningkatan aksesibilitas menuju
lokasi wisata dagar lebih mudah dan murah.
Penyediaan transportasi umum yang murah dan
mudah sangat perlu dibangu, perlu adanya
pengintegrasian paket wisata, agar memberikan
kemudahan bagi wisatawan dalam berwisat, perlu
adanya upaya peningkatan Promosi yang lebih
menjual. Promosi yang bersifat konvensional perlu
Secara detail pengembangan wisata alam diarahkan ke promosi yang lebih menjual dan modern.
196
Strategi Pengembangan Wisata Berbasis Kearifan Lokal di Kalimantan Selatan
(M. Arief Anwar, Gusti Syahrani, Ahmad Zaky Maulana, Yudhi Putryanda, Wajidi)
Selain itu, dalam hal promosi dan pemasaran Lokal Etnomedisin dan Tumbuhan Obat (Studi
pariwisata perlu sinergitas pemerintah & industri. Masyarakat Dayak Halong di Kabupaten
Pemerintah perlu menciptakan citra destinasi dan Balangan Kalimantan Selatan)”, dalam Ersis
preferensi melalui branding, dimana peran pemerintah Warmansyah Abbas (Penyunting), 2015.
perlu menyediakan aksesibilitas, infrastruktur, Pendidikan IPS Berbasis Kearifan Lokal.
ODTW, research, akurasi database, target pasar, dan Banjarmasin: Program Studi Pendidikan IPS
edukasi publik. Sedangkan di bidang Industri, Jurusan IPS FKIP Universitas Lambung
diperlukan ketrampilan pekerja, kreasi & pengem Mangkurat Banjarmasin bekerjasama dengan
bangan produk, diversifikasi produk (MICE, Coach, Penerbit Wahana Jaya Bandung.
Guide dll), dan akselerasi pasar. Perlu adanya tim Permatasari, Melly Agustina. 2015. “Menumbuhkan
percepata/tim koordinasi pembangunan pariwisata Sikap Konservasi Siswa Melalui Pendidikan
yang didalamnya terdiri atas beberapa SKPD terkait. IPS Berbasis Kearifan Lokal”, dalam Ersis
Perlu adanya pembagian kerja terkait siapa menger- Warmansyah Abbas (Penyunting), 2015.
jakan apa. Perlu penanaman dan peningkatan Pendidikan IPS Berbasis Kearifan Lokal.
kesadaran wisata masyarakat dan penanaman sapta Banjarmasin: Program Studi Pendidikan IPS
pesona di masyarakat sekitar lokasi wisata. Perlu Jurusan IPS FKIP Universitas Lambung
upaya penumbuhkembangnya industri kreatif sebagai Mangkurat Banjarmasin bekerjasama dengan
bagian dari kegiatan wisata (kerajinan & cindera-mata, Penerbit Wahana Jaya Bandung.
kuliner, nilai-nilai seni lokal/tradisional, dll.) melalui Primadany, Sefira Ryalita. Mardiyono. Riyanto.
berbagai pelatihan-pelatihan dan bantuan modal usaha 2013.“ Analisis Strategi Pengembangan
dan perlu pengawasan Higienitas makanan dan Pariwisata Daerah (Studi pada Dinas
sanitasi di objek-objek wisata. Kebudayaan dan Pariwisata Daerah Kabupaten
Nganjuk)”. Jurnal Administrasi Publik (JAP)
DAFTAR PUSTAKA Vol. 1 No.4.
Sedyawati, Edi. 2014. Kebudayaan di Nusantara, Dari
Arifin, Yudi Firmanul, dkk.2009. Studi Pengem- Keris, Tor-tor sampai Industri Budaya. Jakarta:
bangan Ekowisata di Pegunungan Meratus. Komunitas Bambu.
Balitbangda Provinsi Kalsel: Laporan Soekadijo, R.G. 1996. Anatomi Pariwisata:
Penelitian Tidak dipublikasikan. Memahami Pariwisata sebagai ”Systemic
Besra, Eri. 2012 Potensi Wisata Kuliner Dalam Linkage”. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Mendukung Pariwisata Di Kota Padang”. Spillane, James J. 1995. Ekonomi Pariwisata: Sejarah
Jurnal Riset Akuntansi dan Bisnis Vol 12 No . 1. dan Prospeknya. Yogyakarta: Kaninisius.
Depdiknas,2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Wahyu. 2015.”Kearifan Lokal dan Pendidikan IPS”,
(Edisi Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka dalam Ersis Warmansyah Abbas (Penyunting),
Desa Wisata, dalam http://id.wikipedia.org/ 2015. Pendidikan IPS Berbasis Kearifan Lokal.
wiki/Desa_wisata , diakses tanggal 14 Februari Banjarmasin: Program Studi Pendidikan IPS
2017. Jurusan IPS FKIP Universitas Lambung
Ikaputra, 1985. Desa Wisata Kasongan. Tugas Akhir Mangkurat Banjarmasin bekerjasama dengan
jurusan Arsitektur UGM, Yogyakarta. Penerbit Wahana Jaya Bandung.
Keraf, A. Soni. 2002. Etika Lingkungan . Jakarta: Winarni, Susyanti Dewi. Nining Latianingsih. 2014.“
Penerbit Buku Kompas Potensi Desa Melalui Pariwisata Pedesaan”.
Mariska, Ursulla Maduma Silaban. Saptono Nugroho. Jurnal Epigram Vol. 11 No. 1.
2018.“ Kontribusi Desa Wisata Sendang Duwur Zakaria, Faris. Rima Dewi Suprihardjo. 2014.“
Kabupaten Lamongan Terhadap Ekonomi Konsep Pengembangan Kawasan Desa Wisata
Masyarakat Lokal”. Jurnal Destinasi di Desa Bandungan Kecamatan Pakong
Pariwisata Vol. 6 No.2. Kabupaten Pamekasan”. Jurnal Teknik
Matiro, Syahlan.2015. “ Eskplorasi Pengetahuan POMITS Vol. 3 No.2.
197
URNAL Kebijakan Pembangunan Volume 13 Nomor 2 Desember 2018
198