Anda di halaman 1dari 12

Agrowisata

Jurnal Ilmiah pengabdian kepada masyarakat

Pembentukan Sistem Wisata Halal yang Berbasis pada Aspirasi Masyarakat dan
Kearifan Lokal Desa Sembalun Lawang

I Made Sudantha*)
Baiq Wiwik Purnama Sari 1), Iqlima Wardani 2), Triyatmi Budiarsih 3)
*
Fakultas Pertanian, Unirversitas Mataram
1, 2, 3)
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Unirversitas Mataram

E-mail : imade_sudantha@yahoo.co.id

ABSTRAK

Desa Sembalun Lawang,merupakan salah satu desa pariwisata yang ada di kecamatan
Sembalun yang sebagian besar pendapatan penduduknya berasal dari pertanian dan
pariwisata. Permasalahan utama yang dihadapi oleh masyarakat di Desa Sembalun Lawang,
yaitu menurunnya hasil perekonomian pasca gempa. Hal ini disebabkan oleh terputusnya
beberapa rantai mata pencaharian masyarakat karena musibah gempa bulan Juli lalu.
Sehinggasemenjak terjadi gempa masyarakat mengalami kesulitan perekonomian akibat
hilangnya kesempatan masyarakat mengelola pertanian dan terputusnya koneksi pariwisata di
Sembalun serta, banyaknya informasi negatif tentang Sembalun menyebabkan wisatawan
takut berwisata ke Sembalun. Oleh sebab itu, solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi
masalah tersebut adalah membentuk komunitassadar potensi Agrowisata Desa Sembalun
Lawang dan membentuk sistem wisata halal yang berbasis pada aspirasi masyarakat dan
kearifan lokal desa sembalun lawang. Tujuan dari program ini adalah memberdayakan
masyarakat Sembalun Lawang untuk sadar akan potensiAgrowisata dan terbentuknya sistem
wisata halal yang berbasis pada aspirasi masyarakat dan kearifan lokal desa Sembalun
Lawang. Metode yang di gunakan adalah dengan kualitatif deskriptif dengan subjek
penelitian meliputi tokoh agama,tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh pemuda, pemerintah
desa, dan masyarakat desa Sembalun Lawang. Data dikumpulkan dengan metode deskriptif,
teknik wawancara dan dokumentasi. Kesimpulan diambil dengan analisisinduksi.Hasil dari
programpembentukan komunitas sadar agrowisata dan sistem wisata halal ini adalah
terbentuknya komunitas sadar Agrowisata dan terbentuknya awik-awik atau aturan-aturan
berwisata di desa Sembalun Lawang berdasarkan aspirasi dari masyarakat setempat.
Kata kunci: Sembalun, Agrowisata, Kearifan Lokal, Wisata Halal, Sistem

1
Agrowisata
Jurnal Ilmiah pengabdian kepada masyarakat

ABSTRACT

Sembalun Lawang Village is one of the tourism villages in Sembalun sub-district,


where most of the population's income comes from agriculture and tourism. The main
problems faced by the community in Sembalun Lawang Village, namely the decline in
economic results after the earthquake. This was due to the breakdown of several community
livelihood chains due to the earthquake in July. So that since the earthquake the community
experienced economic difficulties due to the loss of opportunity for the community to manage
agriculture and the disconnection of tourism connections in Sembalun and the large amount
of negative information about Sembalun caused tourists to be afraid of traveling to
Sembalun. Therefore, the solution to overcome this problem is to form a community aware of
the potential of Sembalun Lawang Village Agrotourism and establish a halal tourism system
based on the aspirations of the community and the local wisdom of Sembalun Lawang
village. The aim of this program is to empower the Sembalun Lawang community to be aware
of the potential of agrotourism and the establishment of a halal tourism system based on the
aspirations of the community and the local wisdom of Sembalun Lawang village. The method
used is descriptive qualitative with research subjects including religious leaders, community
leaders, traditional leaders, youth leaders, village governments, and the Sembalun Lawang
village community. Data is collected by deskriftive, interviews techniques and
documentation. The conclusion is taken by induction analysis. The result of this program to
establish a community of agro-tourism and halal tourism systems is the establishment of a
conscious community of agrotourism and the formation of awik-awik or rules of travel in
Sembalun Lawang village based on the aspirations of the local community.
Keywords: Sembalun, Agro Tourism, Local Wisdom, Halal Tourism, Systems

PENDAHULUAN pendapatan penduduknya berasal dari


pertanian dan pariwisata. Permasalahan
Indonesia merupakan negara agraris
utama yang dihadapi oleh masyarakat di
dengan berbagai potensi sumber daya alam
Desa Sembalun Lawang, yaitu
dan budaya yang dimiliki. Letak Indonesia
menurunnya hasil perekonomian pasca
yang strategis menjadi faktor utama yang
gempa. Hal ini disebabkan oleh
sangat berpengaruh bagi pembangunan
terputusnya beberapa rantai mata
bangsa dan negara. Kondisi geografis yang
pencaharian masyarakat karena musibah
demikian memberikan peluang besar bagi
gempa bulan Juli lalu. Sehinggasemenjak
upaya pembangunan pariwisata (Makarim,
terjadi gempa masyarakat mengalami
2016).
kesulitan perekonomian akibat hilangnya
Desa Sembalun Lawang,merupakan kesempatan masyarakat mengelola
salah satu desa pariwisata yang ada di pertanian dan terputusnya koneksi
kecamatan Sembalun yang sebagian besar pariwisata di Sembalun serta, banyaknya

2
Agrowisata
Jurnal Ilmiah pengabdian kepada masyarakat

informasi negatif tentang Sembalun alam. Industri ini mengandalkan pada


menyebabkan wisatawan takut berwisata kemampuan budidaya baik pertanian,
ke Sembalun . peternakan, perikanan maupun kehutanan.
Agrowisata yang berbasis budidaya
Pariwisata adalah berbagai macam
bertumpu pada upaya konservasi yang
kegiatan wisata dan didukung berbagai
berorientasi pada pelestarian sumberdaya
fasilitas serta layanan yang disediakan oleh
alam serta masyarakat dan budaya lokal
masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan
(Kusumo, 2018).
pemerintah daerah UU Republik Indonesia
Nomor 10 Tahun 2009 dalam (Makarim, Pariwisata merupakan industri yang
2016). banyak dikembangkan oleh negara
berkembang. Pengembangan pariwisata
Beberapa pakar di bidang pariwisata
di suatu negara terkait dengan dampak
telah melihat satu sisi pengembangan
positif dan dampak negatif yang timbul.
dengan memberdayakan potensi pertanian
Pariwisata berdampak positif, antara lain
yang terdapat di kawasan pedesaan untuk
menghasilkan perluasan kesempatan
menjadi daya tarik wisata alternative
kerja/usaha, meningkatkan pendapatan
(Marwanti, 2015). Pariwisata berbasis
masyarakat, dan perolehan devisa.
pertanian ini sering disebut dengan nama
Sedangkan dampak negatif pariwisata
Agrowisata.
antara lain komersialisasi budaya,
Agrowisata berdasarkan Keputusan kebocoran devisa, kerusakan lingkungan,
Bersama Menteri Pertanian dan Menteri pergeseran sistem nilai, norma, dan
Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi No. pranata sosial, serta terjadinya bentuk-
204/KPTS/HK.050/4/1989 dan No. KM bentuk penjajahan baru (new imperialism)
47/DW.004/MPPT-89 tentang Koordinasi yang timbul di destinasi wisata
Pengembangan Agrowisata, adalah suatu (Nurhidayati, 2012).
bentuk kegiatan pariwisata yang
Dalam upaya meminimalisasi
memanfaatkan usaha agro sebagai objek
berbagai dampak negatif dan
wisata dengan tujuan untuk memperluas
mengoptimalkan dampak positif pariwisata
pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan
khususnya di desa Sembalun Lawang
hubungan usaha di bidang pertanian.
lahirlah pemikiran untuk mengembangkan
Agrowisata dapat diartikan juga sebagai
pariwisata yang lebih berpihak pada
pengembangan industri wisata alam yang
masyarakat di sekitar objek wisata, yang
bertumpu pada pembudidayaan kekayaan

3
Agrowisata
Jurnal Ilmiah pengabdian kepada masyarakat

kemudian dibentuklah suatu sistem wisata (Master carddan Crescent Rating, 2016).
halal (Nurhidayati, 2012). Untuk mengeksplorasi potensi besar
pariwisata halal tersebut, banyak Negara
Saat ini konsep wisata mulai banyak
salah satunya Indonesia khususnya NTB
berkembang salah satunya konsep wisata
menyediakan produk, fasilitas dan
halal. Konsep wisata halal kian marak dan
infrastruktur pariwisata untuk memenuhi
sedang menjadi trend di Indonesia
kebutuhan wisatawan muslim. Namun,
khususnya daerah NTB. Menurut perda
masih banyak para pelaku bisnisdan pihak
Provinsi NTB No. 2 Tahun 2016 tentang
yang terlibat di sektor pariwisata
periwisata halal adalah kegiatan kunjungan
terkendala dalam pemahaman (baik
wisata dengan destinasi dan industri
produk, fasilitas maupun infrastruktur)dari
pariwisata yang menyiapkan fasilitas
wisatahalal tersebut.
produk, pelayanan,dan pengelolaan yang
memenuhi syariah. Sedangkan, pengaturan Wisata islami berfokus pada banyak
pariwisata halaldimaksudkan untuk isu yang berbeda, seperti: partisipasi dan
memberikan keamanan dan kenyamanan keterlibatan (oleh muslim), tempat-tempat
pelayanan kepada wisatawan agar dapat wisata dan tujuan, produk (penginapan,
menikmati kunjungan wisata dengan makanan, hiburan, minuman, dan lainnya),
aman, halal dan jugadapat memperoleh dimensi (sosial, ekonomi, budaya, agama,
kemudahan bagi wisatawan dan pengelola dan lainnya), pengelolaan layanan
dalam kegiatan kepariwisataan. (pemasaran, pertimbangan budaya, agama,
dain lainnya Duman, 2011; Tajzadeh, 2013
Minat terhadap pariwisata halal
dalam (Eka dan Hayyun, 2018).
(halal tourism) mengalami pertumbuhan
yang meningkat Battour dan Ismail, 2016 Koentjaraningrat menjelaskan:
dalam Irrubai, (2017).Peningkatan tersebut Istilah sosial budaya menunjuk kepada dua
seiring dengan meningkatnya wisatawan segi kehidupan bersama manusia, yaitu
muslim dari Bhuiyan et al. 2011; Yusof kemasyarakatan dan segi kebudayaan.
danShutto, 2014; El-Gohary, 2016; Sosial budaya yang tumbuh di masyarakat
Handerson, 2016 dalam Irrubai, dapat berupa peraturan agama, tatanan
(2017).Wisatawan muslim diperkirakan kehidupan masyarakat secara umum,
akan meningkat sebesar 30 persen pada semangat kebersamaan dalam membantu
tahun 2020 dan juga meningkatkan nilai sesama, termasuk bagaimana melestarikan
pengeluaran hingga 200 miliar USD Awik-awik desa sebagai sebuah upaya

4
Agrowisata
Jurnal Ilmiah pengabdian kepada masyarakat

untuk menselaraskan kehidupan Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok


bermasyarakat yang harmonis tanpa Timur.
kehilangan dan pelanggaran terhadap Objek dari pembuatan sistem
aturan atau Awikawik yang telah dibuat wisata halal ini adalah awik-awik wisata
dan disepakati bersama Hasan,1996 dalam halal. Sedangkan subjeknya adalah
(Irrubai, 2017). aspirasi dari tokoh agama, tokoh
masyarakat, tokoh adat, tokoh pemuda,
Sembalun Lawang merupakan salah
pemerintah desa, dan masyarakat di
satu Desa yang berada di kecamatan
masing-masing dusun desa Sembalun
Sembalun, Kabupaten Lombok Timur,
Lawang yang meliputi, dusun Mapakin,
provinsi Nusa Tenggaara Barat (NTB)
dusun Barat Desa, dusun Lebak Lauk,
yang wilayahnya masih asri dan terkenal
dusun Lebak Daye dan Dasan Kodrat.
dengan keindahan paronamanya. Desa
Prosedur kerja program ini adalah
sembalun Lawang merupakan tempat
1) Pembentukan website desa Sembalun
yang sangat strategis dalam segi
Lawang. 2) Pembentukan Komunitas
pariwisata, karena di desa ini wisaatawan
Sadar Agrowisata, 3) musyawarah
dapat menikmati indahnya pemandangan
pembentukan sistem wisata halal, 4)
gunung Rinjani, hijaunyaperkebunan, dan
musyawarah penetapan awik-awik wisata
udara yang masih asri serta sejuk. Adapun
halal desa Sembalun Lawang di setiap
tempat wisata yang ada di Sembalun
dusun desa Sembalun Lawang 5)
Lawang diantaranya Bale Adat, Bukit
musyawarah penetapan awik-awik wisata
Tangkok dan Bukit Selong. Berdasarkan
halal desa Sembalun Lawang.
latar belakang di atas maka penulis
Bentuk kegiatan secara
membuat artikel yang berjudul
keseluruhan ini 1) pembentukan website
Pembentukan Sistem Wisata Halal yang
desa Sembalun Lawang, 2) komunitas
Berbasis pada Aspirasi Masyarakat dan
sadar Agrowisata, 3) sosialisasi
Kearifan Lokal Desa Sembalun Lawang.
pembentukan sistem wisata halal desa
Sembalun Lawang 4) penetapan sistem
atau awik-awik wisata halal desa
METODE PELAKSANAAN
Sembalun Lawang.
Kegiatan di lakukan selama
Pengambilan Data pada program
lebihdari 3 minggu, dimulai sejak tanggal
ini adalah dengan metode deskriptif,
23 Februari 2019 sampai dengan 16 Maret
teknik observatif melalui wawancara dan
2019 di Desa Sembalun Lawang,

5
Agrowisata
Jurnal Ilmiah pengabdian kepada masyarakat

dokumentasi. Adapun kesimpulan diambil lain. Setiap anggota dari komunitas KSA
dengan cara analisis induksi. tersebut diberikantanggung jawab masing-
masing,sehingga KSA berjalan dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN tujuan yang terarah. Tujuan dibentuknya
Kegiatan pembentukan sistem KSA adalah untuk membentuk sistem
wisata halal yang berbasis pada aspirasi pariwisata baru di Desa Sembalun Lawang
masyarakatdan kearifan lokal Desa dan bertanggung jawab dalam mengelola
Sembalun Lawang ini dimulai dengan daerah wisata desa Sembalun Lawang.
pembentukan website desa Sembalun
Lawang. Website desa ini berfungsi
sebagai tempat pengelola desa
mempromosikan potensi desa ke
masyarakatlokal maupun asing dan Gambar 3.2 pembentukan KSA
sebagai sarana masyarakat untuk Setelah Komunitas Sadar
mendapatkan informasi terkait desa Agrowisata (KSA) terbentuk, lalu
Sembalun Lawang. Hasil pembuatan diadakan musyawarah tentang
website ini adalah masyarakat dapat pembentukan sistem wisata halal berupa
mengakses informasi tentang desa penetapan awik-awik atau aturan-aturan
Sembalun Lawang melalui link: wisata halal di Desa Sembalun
http://desasembalunlawang.id/index.php Lawang.Awik-awik wisata halal
merupakan hukum wisata alami yang
mempunyai fungsi untuk mengatur dan
mengendalikan perilaku wisatawan, warga
masyarakat dan pengelola tempat wisata
dalam tata cara berwisata maupun dalam
menjaga serta pengelolaan wisata yang ada
di desa Sembalun Lawang guna mencapai
ketertiban dan ketentraman wisatawan dan
Gambar 3.1 proses pembuatan website masyarakat setempat. Di Sembalun
desa Sembalun Lawang Lawang terdapat 3 destinasi wisata yakni
Kegiatan kedua adalah Rumah adat, Bukit Tangkok, dan Bukit
pembentukan komunitas sadar Agrowisata Selong.
(KSA). Komunitas ini terdiri dari ketua,
sekretaris, bendaharadan anggota-anggota

6
Agrowisata
Jurnal Ilmiah pengabdian kepada masyarakat

Hasil dari musyawarah ini adalah


awik-awik belum dapat di tetapkan
dikarenakan penetapan awik-awik
berwisata halal di Desa Sembalun perlu
kajian mendalam dari tokoh-tokoh agama,
a) tokoh masyarakat tokoh adat, tokoh
pemuda, pemerintah desa, dan masyarakat
desa Sembalun Lawang. Oleh sebab itu,
perlu diadakan musyawarah lebih lanjut
dengan tokoh-tokoh dan masyarakat yang
ada dimasing-masing dusun Desa
Sembalun Lawang.Baik pada dusun Lebak
b)
Lauk, Lebak Daye, Dasan Kodat, Baret
Desa dan Mapakin.
Hasil dari musyawarah di masing-
masing dusun adalah adanya pro dan
c) kontra mayarakat Sembalun Lawang
Gambar 3.3 tiga destinasi wisata di terhadap di bukanya pariwisata halal di
desa Sembalun lawang a) Bale Adat, b) desa Sembalun Lawang hal ini
Bukit Selong, c) Bukit Tangkok.
dikarenakan oleh 4 faktor diantaranya, 1)
Tujuan dibentuknya sistem
kurangnya pehamahaman masyarakat
wisatahalal ini yaitu agar wisata yang ada
secara umum terkait devinisi dari
di Sembalun Lawang tepatnya di tiga
pariwisata. 2) kurangnya kepercayaan
destinasi yakni Rumah adat, Bukit
masyarakat mengenai manajemen dan
Tangkok, dan Bukit Selong dapat
pengelolaan pariwisata yang berjalan saat
berjalan dengan baik dan teratur, serta
ini. 3) tidak meratanya penerimaaan
sesuai dengan budaya dan kearifan
manfaat dari hasil pariwisata. 4) kurang
masyarakat setempat. Adapun
transparansinya pelaporan tentang
pembentukan awik-awik ini dilaksanakan
pendapatan-pendapatan dari pengelolaan
bersama dengan tokoh agama, tokoh
objek pariwisata.
masyarakat, tokoh adat, tokoh pemuda,
pemerintah desa, dan masyarakat desa
Sembalun Lawang.

7
Agrowisata
Jurnal Ilmiah pengabdian kepada masyarakat

dan kearifan lokal desa sembalun lawang


adalah 1) terbentuknya website
desahttp://desasembalunlawang.id/index.p
hp2)terbentuknya komunitas sadar
agrowisata (KSA), 3) terbentuknya awik-
awik Desa, yakni hukum yang berupa
peraturan yang disusun dan di tetapkan
oleh anggota masyarakat desa Sembalun
Lawang yang mencakup tata cara
berwisata di Desa Sembalun Lawang yang
berbasis islami mencakup ranah agama,
budaya, lingkungan dan social. Awik-awik
ini berlaku bagi wisatawan ataupun
Gambar 3.4 kegiatan musyawarah pengelola wisata di wilayah desa sembalun
sistem wisata halal di lima dusun desa
Sembalun Lawang lawang seperti pada Bale Adat, Bukit
Selong dan Bukit Tangkok.
Berdasarkan faktor diatas maka, pada hari
Sabtu, 16 maret 2016 diadakan
DAFTAR PUSTAKA
musyawarah final mengenai penetapan
Irrubai, Mohammad Liwa. 2017.
awik-awik wisata halal berbasis aspirasi Reaktualisasi Awik-Awik Dalam
masyarakat Sembalun Lawang. Hasilnya Melestarikan Sosial Budaya
Masyarakat Desa Landah
berupa sejumlah awik-awik yang Kecamatan Praya Timur Kabupaten
mencakup 4 ranah yakni, ranah Lombok Tengah. Social Science
Education Journal.No.02. Vol.4.
keagamaan, lingkungan, social dan Kusumo, Rani Andriani Budi., Anne
budaya. Dimana masing-masingranah Charina., Yossini Deliana dan Gema
Wibawa Mukti. 2018. Potensi
tersebut dituang ke dalama beberapa Pengembangan Agrowisata Berbasis
kategori berupa kuliner, penginapan, Komunitas di Desa Cibodas
Kecamatan Lembang Kabupaten
destinasi, pelaku wisata dan tata kelola Bandung Barat. Jurnal Ilmu
wisata (Lampiran 1). Pertanian dan Peternakan. No.01.
Vol.6
Makarim, lyas Mustafa. 2016. Pengelolaan
KESIMPULAN Agrowisata Berbasis Masyarakat di
Desa Sidomulyo, Kota Batu. Jurnal
Kesimpulan dari program Agrowisata. No.01. Vol. 5.
pembentukaan sistem wisata halal yang Marwanti, Sri. 2015. Pengembangan
Agrowisata Berbasis Masyarakat di
yangberbasis pada aspirasi masyarakat Kabupaten Karanganyar. Journal of

8
Agrowisata
Jurnal Ilmiah pengabdian kepada masyarakat

Sustainable Agriculture. No. 02. Vol.


30.
Nurhidayati, Sri Endah. 2012.
Pengembangan Agrowisata
Berkelanjutan Berbasis Komunitas
di Kota Batu, Jawa Timur.
Yogyakarta: Sekolah Pascasarjana
Universitas Gadjah Mada.
Satriana, Eka Dewi., dan Hayyun Darrotul
Faridah. 2018.Wisata Halal:
Perkembangan, Peluang, dan
Tantangan. Journal of Halal Product
and Research (JHPR) No.02. Vol.1.

9
Agrowisata
Jurnal Ilmiah pengabdian kepada masyarakat

1. Wisatawan yang berkunjung ke


tempat destinasi harus
menggunakan pakaian yang sopan:
a. Bagi wisatawan laki-laki harus
menggunakan celana berukuran
minimal selutut.
b. Bagi wisatawan perempuan
harus menggunakan celana
panjang dan baju berlengan.
LAMPIRAN 1 c. Pengelola masing-masing
destinasi harus menyediakan
SISTEM PARIWISATA DESA
kain tenun khas sembalun bagi
SEMBALUN LAWANG wisatawan yang tidak
menggunakan pakaian yang tidak
A. KULINER sesuai aturan yang berlaku.
1. Tidak menjual belikan minuman d. Wisatawan yang meggunakan
yang mengandung alkohol. kain tenun khas sembalun harus
2. Menyediakan makanan yang halal membayar uang sewa kain
dan higienis. sebesar Rp. 15.000;
2. Setiap destinasi harus menyediakan
B. PENGINAPAN tempat ibadah yang layak dan bersih
1. Bagi pasangan yang mengunjungi 3. Setiap destinasi wajib menyediakan
penginapan dihimbau untuk toilet dan tempat sampah.
membawa buku nikah atau surat 4. Bagi wisatawan yang membawa
keterangan resmi telah menikah. makanan dan minuman kemasan ke
2. Bagi wisatawan yang tidak dalam tempat destinasi wajib
memiliki ikatan pernikahan yang membawa kembali sampah
sah maka harus menempati kamar (kemasan) keluar destinasi.
yang terpisah. 5. Bagi yang tidak mematuhi peraturan
3. Dilarang membawa obat-obatan terkait point ke (4) maka akan
terlarang dan minuman keras dikenakan denda sebesar Rp.
(Narkoba, Sabu-sabu, minuman 50.000;
beralkohol). 6. Wisatawan yang membutuhkan
4. Dilarang membawa senjata api dan pemandu harus menggunakan
benda-benda tajam. pemandu lokal untuk memasuki
5. Tidak menyediakan minuman area destinasi tertentu.
beralkohol dan makanan non-halal. 7. Wisatawan tidak boleh merusak
6. Adanya akses ke rumah ibadah. alam dan fasilitas yang terdapat di
7. Adanya perlengkapan ibadah dan kawasan wisata.
penunjuk arah kiblat di kamar hotel. 8. Bagi wisatawan yang melanggar
aturan point (7) maka akan
C. DESTINASI dikenakan denda sebesar:

10
Agrowisata
Jurnal Ilmiah pengabdian kepada masyarakat

a. Kerusakan ringan minimal g. Kenangan: Menyediakan


sebesar Rp. 50.000; destinasi yang memiliki kesan
b. Kerusakan sedang minimal yang melekat dengan kuat pada
sebesar Rp. 100.000; ingatan dan perasaan wisatawan.
c. Kerusakan berat minimal 2. Para pemandu wisata harus
sebesar Rp. 150. 000; menyesuaikan diri dengan para
9. Hasil pendapatan bulanan masing- wisatawan (muslim) dengan cara
masing destinasi, wajib untuk menjaga adab berpakaian dan
didonasikan kepada anak yatim berkomunikasi sesuai standar serta
piatu dan jompo sebesar 5%. tidak lupa untuk mengingatkan
waktu beribadah tepat waktu kepada
D. PELAKU WISATA wisatawan.
1. Harus menerapkan Sapta Pesona, 3. Harus memberikan informasi yang
yaitu: jelas dan akurat kepada wisatawan.
a. Aman: Mencakup rasa aman, 4. Harus menguasai daerah destinasi.
tenteram, tidak takut, terlindungi E. TATA KELOLA WISATA
dan bebas. 1. Manajemenpariwisataharusmemper
b. Tertib: Mencakup suasana hatikanobyekdayatarikpariwisata,
teratur, rapi, dan lancar serta lingkungansekitarobyekpariwisata,
menunjukkan disiplin yang wisatawan yang berkunjung,
tinggi dalam semua segi dansaranaprasarana yang
kehidupan masyarakat. dibutuhkanwisatawansertasumberda
c. Bersih: Menampilkan suasana yamanusiasebagaipengelola.
bebas dari kotoran, sampah, 2. Pariwisataharusbertumpupadakeuni
limbah, penyakit dan kan, kekhasan,
pencemaran. dankeaslianalamsertakearifan lokal
d. Sejuk: Mencakup lingkungan yang adapadamasyarakat.
yang serba hijau, segar, rapi, 3. Pariwisataharusmengutamakankesei
memberi suasana atau keadaan mbangan, yaitu:
yang sejuk, nyaman dan hubunganmanusiadenganTuhan
tenteram. Yang MahaEsa,
e. Indah: Mencakup keadaan atau hubunganantaramanusiadengan
suasana yang menampilkan sesama manusia,
lingkungan yang menarik dan danhubunganmanusiadenganlingku
enak dipandang dari berbagai nganalamnya.
segi, seperti segi tata warna, tata 4. Adanyapembinaanataupengawasans
letak, tata ruang bentuk ataupun ecaraberkalakepadapengelolawisata.
gaya dan gerak yang serasi dan 5. Adapunpembinaan yang
selaras. dilakukanadalahpelatihan yang
f. Ramah tamah: Menjunjung diberikanlangsungolehDinasPariwis
keakraban, kesopanan dan saling ata.
membantu. 6. Pengelolawisataharusmemilikikualif
ikasikepariwisataan halal.

11
Agrowisata
Jurnal Ilmiah pengabdian kepada masyarakat

7. Recruitment pengelolawisata halal


harusmelewatiseleksitingkatDesa.
8. Adanyatransparansimengenaipelapo
ranpendapatan-
pendapatanpengelolaanobjekwisata.
9. BerkoordinasidenganDinasPariwisat
auntukmelaporkankinerjapengelolad
alammenjalankansetiapprogramnya.
10. Pengeloladiharapkanuntukmelakuka
nkegiatanilmiahsebagaisalahsatupot
retdalammenanamkannilai-
nilaikeagamaan.

12

Anda mungkin juga menyukai