Anda di halaman 1dari 12

Green Lovers

Network

Rapid Assesment
Potensi Wisata Desa Tanjung Boleng
PEGEMBANGAN DESA WISATA TANJUNG BOLENG BERBASIS MASYARAkAT,
KECAMATAN BOLENG, KABUPATEN MANGGARAI BARAT
Oleh Yakobus Stefanus Muda
(Anggota Asosiasi Pejuang Pariwisata Indonesia)

I. Latar Belakang

Peran pariwisata dalam pembangunan ekonomi memang dinilai cukup besar. Namun
pariwisata bukan hanya masalah ekonomi, melainkan juga masalah sosial, budaya, politik dan
seterusnya. Pariwisata merupakan suatu sistem yang multikompleks, dengan berbagai aspek yang
saling terkait dan saling mempengaruhi antara sesama. Dalam beberapa dasawarsa terakhir,
pariwisata telah menjadi sumber penggerak dinamika masyarakat yang cukup signifikan, dan menjadi
salah satu primemover dalam bidang perubahan sosial budaya (I Gde Pitana 2005: 3-6).
Dalam menghadapi perubahan yang terjadi begitu cepat, masyarakat Labuan Bajo, siap atau
tidak siap harus mempersiapkan diri. Labuan Bajo sebagai daerah pengembangan wisata prioritas
memiliki tingkat keberhasin yang tinggi. Pencapaian yang tinggi diukur dari tingkat kunjungan
wisatawan dan kenaikan angka pendapatan asli daerah (PAD) kabupaten Manggarai Barat. Tahun
2022, PAD Manggarai Barat tercatat tertinggi se-propinsi Nusa Tenggara Timur. Kenaikan PAD hampir
menyentuh setengah triliun rupiah. Naik beberapa kali lipat dari tahun 2015. Namun, Kenaikan angka
PAD ini belum berdampak langsung dan secara merata kepada ekonomi masyarakat lokal.
Salah satu faktor yang mempengaruhi ekonomi masyarakat lokal adalah lama waktu tinggal
wisatawan. Lama waktu tinggal ditentukan oleh daya tarik wisata di kota Labuan Bajo dan sekitarnya.
Sampai saat ini terdapat beberapa destinasi di Kota Labuan Bajo yang telah ada seperti gua batu
cermin, water front dan puncak waringin. Destinasi ini belum cukup untuk menaikan lama waktu
tinggal. Diperlukan strategi untuk menaikan lama waktu tinggal wisatawan seperti pengembangan
destinasi di sekitaran Labuan Bajo dan Flores.
Pengembangan destinasi wisata dan perencanaan pengembangan kota Labuan Bajo ke arah
wilayah sekitarnya merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan dampak wisata terhadap
ekonomi lokal. Hal ini merupakan strategi yang tepat. Pengembangan destinasi wisata kearah utara,
selatan dan timur. Perencanaan pengembangan kawasan wisata di daratan Manggarai Barat seperti
kawasan wisata parapuar oleh Kementrian, kawasan ekonomi khusus Golomori oleh ITDC dan
pengembangan kawasan utara yang dilakukan oleh sektor swasta.
Pengembangan destinasi ke arah pinggiran kota merupakan upaya jangka menengah untuk
mengurangi dampak kepadatan populasi. Dimana, menurut Badan Pusat Statistik (BPS)
memperkirakan, sebanyak 56,7% penduduk Indonesia tinggal di wilayah perkotaan pada 2020.
Persentase tersebut diprediksi terus meningkat menjadi 66,6% pada 2035. Sejalan dengan itu, Bank
Dunia juga memperkirakan sebanyak 220 juta penduduk Indonesia akan tinggal di perkotaan pada
2045. Jumlah itu setara dengan 70% dari total populasi di tanah air.
Angka kepadatan penduduk perkotaan Labuan Bajo 506 jiwa/km2. Dengan kenaikan jumlah
penduduk rerata 1,3 persen per tahun, akan memberikan dampak sosial dan lingkungan. Dengan
rencana tata ruang Kabupaten Manggarai Barat saat ini, dalam dua dekade kedepan (tahun 2045),
Kota Labuan Bajo siap menghadapi kepadatan populasi di perkotaan. Selain itu, untuk mengurangi
pengaruh pertumbuhan demografi Labuan Bajo, perlu dilakukan upaya-upaya pelestarian lingkungan.
Pelestarian kawasan hutan dan kawasan manggrove.
Dengan memperhatikan kondisi alam Manggarai Barat, pengembangan destinasi wisata
ekowisata dan geowisata menjadi salah satu alternatif pilihan bagi wisatawan sekaligus untuk program
pelestarian. Kawasan pantai utara Labuan Bajo merupakan salah satu pilihan unggulan. Dengan
mempertimbangkan jarak tempuh dan keragaman destinasi, pengembangan desa wisata dapat
menjadi peluang untuk meningkatkan dampak sosial dan ekonomi bagi masyarakat lokal.
Ekosistem mangrove merupakan ekosistem di daerah pesisir tropis yang berperan penting.
Khususnya di Manggarai Barat dan Flores, menggrove dapat terus menangkap carbon disaat pohon
lain di kawasan hutan merangas kekeringan akibat kemarau. Manggrove juga berfungsi sebagai
ekosistem pelindung pantai dari abrasi dan tsunami, produsen makanan bagi makhluk hidup pesisir
serta ekosistem penyerap dan penyimpan karbon bagi ekosistem pesisir.
Sebagai penyerap dan penyimpan karbon, mangrove dapat menyimpan karbon lebih banyak
dari hampir semua ekosistem di bumi, sehingga ekosistem ini dapat berperan penting pula dalam
upaya mitigasi pemanasan global.
Jika dilihat dari kondisi pengembangan Labuan Bajo saat ini, pengembangan wilayah pesisir
pantai utara dan selatan Labuan Bajo harus dibarengi dengan program pelestarian hutan dan
manggrove serta pemberdayaan desa wisata. Partisipasi masyarakat dalam pelestarian dan
pengembangan ekonomi masyarakat melalui pariwisatadiharapkan dapat menjadi solusi mengurangi
angka kemiskinan. Artinya perencanaan pengembangan desa wisata pesisir utara Labuan Bajo dan
upaya pelestarian hutan dan menggrove perlu didukung oleh seluruh stakeholder khususnya
kelembagaan yang ada di Desa Tanjung Boleng. Dengan memperhatikan peluang dan tantangan ini
dibentuklah komunitas relawan pariwisata (Korps) Green Lovers.
II. Studi Pustaka

a. Desa Wisata

Menurut Nuryanti (2003), desa wisata adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan
fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan
tata cara dan tradisi yang berlaku. Menurut Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
(Kemenparekraf), desa wisata adalah destinasi wisata yang memanfaatkan potensi desa secara optimal
dengan mengedepankan kearifan lokal, partisipasi masyarakat, dan berkelanjutan.

Pengembangan Desa wisata memiliki beberapa unsur, yaitu: Potensi wisata, yang meliputi atraksi,
akomodasi, dan fasilitas pendukung. Kehidupan masyarakat, yang meliputi budaya, adat istiadat, dan
kearifan lokal. Partisipasi masyarakat, yang berarti masyarakat desa terlibat aktif dalam pengelolaan
desa wisata. Pemberdayaan masyarakat, yang berarti masyarakat desa mendapatkan manfaat dari
pengembangan desa wisata.

Menurut Chafid
Fandeli (1995)
secara lebih
komprehensif
menjabarkan desa
wisata sebagai suatu
wilayah pedesaan
yang menawarkan
keseluruhan
suasana yang
mencerminkan
keaslian desa, baik
dari segi kehidupan
sosial budaya, adat
istiadat, aktifitas
keseharian,
arsitektur
bangunan, dan struktur tata ruang desa, serta potensi yang mampu dikembangkan sebagai daya tarik
wisata, misalnya: atraksi, makanan dan minuman, cinderamata, penginapan, dan kebutuhan wisata
lainnya.

b. Pembangunan Berkelanjutan

Penerapan 5P (People, planet, profit, prosperity, peace, dan partnership) dalam Desa Wisata. Desa
wisata dapat menjadi alat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menjaga kelestarian
lingkungan, dan mempromosikan perdamaian dan toleransi.

Pariwisata dan 5P (people, planet, profit, prosperity, peace, dan partnership) adalah dua hal yang
saling terkait. Pariwisata dapat menjadi alat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, namun
juga dapat berdampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat jika tidak dikelola dengan baik.

1. People adalah unsur terpenting dalam pariwisata. Pariwisata adalah kegiatan yang melibatkan
interaksi antara manusia, baik wisatawan maupun masyarakat setempat. Oleh karena itu, penting
untuk memastikan bahwa pariwisata dapat memberikan manfaat bagi masyarakat setempat.
2. Planet adalah unsur penting lainnya dalam pariwisata. Pariwisata dapat berdampak negatif terhadap
lingkungan, seperti polusi, kerusakan habitat, dan perubahan iklim. Oleh karena itu, penting untuk
menerapkan pariwisata yang berkelanjutan yang dapat menjaga kelestarian lingkungan.

3. Profit adalah salah satu tujuan dari pariwisata. Pariwisata dapat menjadi sumber pendapatan bagi
masyarakat dan pemerintah. Namun, profit tidak boleh menjadi tujuan utama dari pariwisata.
Pariwisata harus dikelola dengan cara yang tidak hanya menguntungkan, tetapi juga berkelanjutan.

4. Prosperity adalah tujuan akhir dari pariwisata. Pariwisata dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, baik secara ekonomi, sosial, maupun budaya. Pariwisata dapat menciptakan lapangan
kerja, meningkatkan pendapatan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

5. Peace adalah tujuan yang penting dalam pariwisata. Pariwisata dapat menjadi alat untuk
mempromosikan perdamaian dan toleransi antar bangsa. Pariwisata dapat mempertemukan orang-
orang dari berbagai budaya dan latar belakang, sehingga dapat meningkatkan pemahaman dan saling
pengertian.

Beberapa contoh penerapan 5P dalam desa wisata :1. People: Masyarakat desa terlibat aktif dalam
pengelolaan desa wisata. Mereka mendapatkan manfaat dari pariwisata, seperti pendapatan,
lapangan kerja, dan peningkatan
kualitas hidup. 2. Planet: Desa
wisata dikelola dengan cara yang
berkelanjutan. Lingkungan
dilindungi dari kerusakan. 3.
Profit: Desa wisata menjadi
sumber pendapatan bagi
masyarakat dan pemerintah. 4.
Prosperity: Desa wisata
meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, baik secara ekonomi,
sosial, maupun budaya. 5. Peace:
Desa wisata mempertemukan
orang-orang dari berbagai budaya
dan latar belakang, sehingga dapat
meningkatkan pemahaman dan
saling pengertian.

Penerapan 5P dalam desa wisata


dapat menjadi model pariwisata
yang berkelanjutan. Pariwisata
dapat menjadi alat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menjaga kelestarian lingkungan,
dan mempromosikan perdamaian dan toleransi.

Partnership adalah kunci untuk mewujudkan pariwisata yang berkelanjutan. Pariwisata adalah
kegiatan yang melibatkan banyak pihak, seperti pemerintah, masyarakat, pelaku usaha, dan organisasi
non-pemerintah. Oleh karena itu, penting untuk membangun kerja sama dan kemitraan antar pihak
untuk mewujudkan pariwisata yang berkelanjutan.

c. Partisipasi sukarela

Partisipasi sering dimaknai sebagai keterlibatan orang secara sukarela tanpa tekanan dan jauh dari
perintah (Hetifah Sj Sumarto, 2003: 188). Sukarela adalah mereka yang bekerja dengan kemauan
sendiri, dengan rela hati. Atas kerelaan tersebut mereka terlibat dalam misi gerakan sosial adalah
sebuah panggilan dalam misi kemanusiaan untuk kemakmuran dan keadilan sosial. Jasa mereka
bernilai tak terhingga, sehingga tidak dapat dimonetifikasi. Timbal balik jasa tersebut dalam bentuk
memberikan penghargaan atas jasa kesukarelaannya tersebut.

d. Pelestarian Manggrove

Mangrove dapat menyimpan karbon lebih banyak dari hampir semua ekosistem di bumi. Hampir 40%
dari biomassa pohon adalah karbon, dimana melalui proses fotosintesis dapat menyerap karbon
dioksida dari atmosfer dan mengubahnya menjadi karbon organik (karbohidrat). Penyimpanan karbon
pada ekosistem mangrove dapat dalam biomassa vegetasinya seperti dalam batang, daun, akar, umbi,
buah dan lainnya. Estimasi potensi penyimpanan karbon dalam vegetasi mangrove sebagai mitigasi
pemanasan global, menjadikan indikator penting bagi konservasi ekosistem mangrove.

Indonesia merupakan
negara dengan kawasan
mangrove terluas di Asia
Tenggara, dengan luas
mencapai 3,7 juta
hektar. Hutan mangrove
ini tersebar di sepanjang
garis pantai sepanjang
95.181 km. Luas hutan
mangrove di NTT
mencapai 40.614,1 ha.
Luasan hutan mangrove
di Kabupaten Manggarai
Barat sebesar 7.810 ha
atau 19,22% dari luas
hutan mangrove di NTT
(BPDAS Benain Noelmina, 2006).

Ekosistem mangrove berfungsi sebagaimana ekosistem hutan lainnya, yaitu penyerap karbon.
Mangrove sebagai suatu ekosistem memiliki fungsi ekologi berupa pemecah ombak, mencegah abrasi,
sebagai produsen makanan bagi makhluk hidup pesisir, serta upaya mitigasi pemanasan global.
Mangrove dapat menyimpan karbon lebih banyak dari hampir semua hutan di bumi. Potensi
penyerapan karbon dipengaruhi oleh kemampuan pohon untuk menyerap karbon melalui proses
fotosintesis. Tumbuhan memerlukan Karbon dioksida (CO2) pada proses fotosintesis yang akan diserap
dari udara di atmosfer. Karbon yang diserap akan tersimpan dalam bentuk biomassa tumbuhan
(Rachmawati et al., 2014).

Hutan Manggrove memiliki beberapa fungsi antara lain : 1. Mencegah abrasi dan tsunami. Hutan
mangrove berfungsi sebagai benteng alami untuk melindungi pesisir dari abrasi dan tsunami. 2.
Menjaga kualitas air. Hutan mangrove membantu menyerap polutan dan limbah dari air laut. 3.
Menjaga keanekaragaman hayati. Hutan mangrove merupakan habitat bagi berbagai jenis tumbuhan
dan hewan, termasuk ikan, burung, dan kera. 4. Mendukung mata pencaharian masyarakat. Hutan
mangrove dapat dikembangkan untuk wisata. 5. Menyerap
Wisata dan pelestarian mangrove adalah dua hal yang saling terkait. Wisata dapat menjadi alat untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya mangrove, sehingga dapat mendorong upaya
pelestarian mangrove.

Wisata mangrove memiliki beberapa manfaat, antara lain:

1. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya mangrove. Wisata mangrove dapat


memberikan kesempatan bagi wisatawan untuk mempelajari dan memahami pentingnya mangrove.

2. Meningkatkan dukungan masyarakat terhadap upaya pelestarian mangrove. Wisata mangrove dapat
mendorong masyarakat untuk terlibat aktif dalam upaya pelestarian mangrove.

3. Menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan perekonomian masyarakat. Wisata mangrove dapat
menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat setempat.

e. Pelestarian Kawasan Hutan

Hutan merupakan salah satu kekayaan alam Indonesia yang harus dilestarikan. Hutan memiliki
berbagai fungsi penting, antara lain sebagai sumber air, penghasil oksigen, penyeimbang iklim, dan
habitat flora dan fauna. Selain itu, hutan juga memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai destinasi
wisata. Kawasan hutan wisata di Desa Tanjung Boleng memiliki potensi untuk menjadi destinasi wisata
yang menarik bagi wisatawan domestik dan mancanegara. Dengan pengelolaan yang tepat, kawasan
hutan wisata dapat menjadi salah satu instrumen untuk pelestarian hutan dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat.

Pelestarian kawasan hutan untuk wisata dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:

1. Pengelolaan yang berkelanjutan.


Pengelolaan kawasan hutan untuk wisata harus dilakukan secara berkelanjutan, sehingga tidak
merusak fungsi hutan sebagai ekosistem. Pengelolaan yang berkelanjutan dapat dilakukan dengan
menerapkan prinsip-prinsip konservasi, seperti pembatasan jumlah pengunjung, pengelolaan sampah,
dan pembangunan infrastruktur yang ramah lingkungan.

2. Pengembangan wisata alam.

Wisata alam merupakan salah satu jenis wisata yang dapat dikembangkan di kawasan hutan. Wisata
alam dapat dilakukan dengan berbagai aktivitas, seperti trekking, camping, hiking, dan bird watching.

3. Peningkatan kesadaran masyarakat.

Peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian hutan juga penting dilakukan.
Masyarakat perlu didorong untuk berperan aktif dalam menjaga kelestarian hutan, salah satunya
dengan tidak membuang sampah sembarangan di kawasan hutan.

Pelestarian kawasan hutan untuk wisata memiliki beberapa manfaat, antara lain:

• Menjaga kelestarian hutan. Pengelolaan kawasan hutan untuk wisata yang berkelanjutan dapat
membantu menjaga kelestarian hutan dan sumber mata air.
• Meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pengembangan wisata alam di kawasan hutan dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.
• Meningkatkan kesadaran masyarakat. Pengembangan wisata alam di kawasan hutan dapat
meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian hutan.

f. Potensi Wisata Desa Tanjung Boleng

1. Wisata Geologi

Wisata Alam Geologi/ Geowisata. Gua Rangko merupakan suatu jenis pariwisata berkelanjutan dan
bersifat konservasi berkaitan dengan jenis-jenis sumber daya alam (bentuk bentang alam, batuan/fosil,
struktur geologi, dan sejarah kebumian) yang berada di dusun rangko.

2. Bentang Alam Dusun Raren

Rangkaian bentang alam yang indah dari ketinggian 700 mdpl di Desa Raren. Terbentuk unik dari jenis-
jenis patahan (sesar) atau tumpukan lempeng. Dari puncak dusun raren kita dapat melihat matahari
saat terbit dan terbenam.

3. Wisata Kawasan Manggrove

Wisata kawasan manggrove di Desa Tanjung Boleng meliputi kawasan manggrove pesisir gua rangko,
manjarite, nanga lumut, tanjung boleng sampai ke wilayah dusun kokor. Wisata kawasan manggrove
ini mengisi hampir setengah kawasan pantai desa Tanjung Boleng.

4. Wisata Pantai dan pulau pasir

Kawasan pantai utara Labuan Bajo memiliki keindahan alam yang unik. Pasir putih dan panjang garis
pantai yang cukup jauh menjadikan kawasan ini sangat menarik untuk pengembangan wisata kawasan
di Desa Tanjung Boleng.

5. Wisata Sawah Lodok

Terdapat kawasan pertanian padi sekitar 100 ha di Desa Tanjung Boleng. Letak areal persawahan yang
tidak jauh dari pantai dapat menjadi destinasi yang saling terhubung. Diatara hamparan sawah yang
berbentuk persegi panjang, terdapat sawah lodok yang menjadi kearifan lokal dalam tradisi Manggarai.
Dengan sentuhan infrastruktur destinasi ini menjadi sangat menarik.

6. Wisata Alam Wae Bobok

Destinasi Wisata Alam Waebobok merupakan salah satu destinasi wisata parapur yang menjadi salah
satu destinasi alam yang telah dikembangkan oleh pemerintah. Peresmian destinasi ini dilakukan
langsung oleh Gubernur NTT. Terdapat pula perkebunan kemiri dan bambu lokal yang dapat
dikembangkan menjadi suatu kearifan lokal vegetasi khas NTT.

7. Wisata Budaya dan Religi Manggarai

Desa Tanjung Boleng memiliki potensi budaya yang sangat tinggi. Perpaduan budaya masyarakat
pesisir dan masyarakat Manggarai menjadi suatu kekayaan budaya. Upacara adat yang dapat
dilestarikarikan seperti upacara adat yang dilakukan untuk menyambut kelahiran bayi, upacara adat
yang dilakukan untuk menghormati leluhur dan upacara adat yang dilakukan untuk memohon
keselamatan dan kesejahteraan masyarakat.

Terdapat pula rumah Gendang di dusun Raren. Beberapa kesenian tradisional yang masih dilestarikan
di Desa Tanjung Boleng antara lain: Tari Caci, Tari Gandrung dan Tari Kolosal yaitu tari massal yang
dilakukan oleh masyarakat Desa Tanjung Boleng. Terdapat pula kearifan lokal lainnya yang perlu digali
lebih jauh menyangkut sistem pertanian, pengobatan dan sistem adat istiadat masyarakat pesisir.

Dengan memperhatikan sejarah Manggarai, pengembangan wisata budaya dan religi dapat
dikembangkan dengan sentuhan karya arsitektur di daerah dusun Raren dan di dusun Tanjung Boleng.

III. Pembahasan

Desa Tanjung Boleng terletak di wilayah pesisir utara kabupaten Manggarai Barat yang memiliki
potensi wisata pantai, manggrove, geologi, budaya, ekowisata dan religi. Terdiri dari 5 dusun : raren,
kokor, rangko, rungkam, tanjung boleng. Lima dusun tersebut berada pada bentang topografi pantai
dan pegunungan pada ketinggian 0 – 700 mdpl. Memiliki kawasan hutan, pertanian dan perkebunan
serta gugusan pulau dan kawasan pantai dengan ekosistem manggrove.

Hal ini menunjukan adanya dimensi kepariwisataan Desa Tanjung Boleng yang sangat beragam. Perlu
dipadukan secara harmonis dalam rangka pengelolaan potensi unggulannya.

III.1. Peluang Pengembangan Desa wisata Tanjung Boleng.

Dengan memperhatikan kecepatan pertumbuhan daerah Labuan Bajo, peluang pengembangan Desa
wisata Tanjung Boleh antara lain :

• Tata Ruang
Dengan memperhatikan peta tata ruang kabupaten Manggarai Barat, Desa Tanjung Boleng
termasuk dalam Rancangan pengembangan pariwisata. Oleh karena itu, selain upaya pemerintah,
diperlukan upaya mandiri dari masyarakat untuk menyambut peluang di sektor pariwisata ini.
• Potensi Pengembangan pariwisata berbasis masyarakat.
Pengembangan desa wisata yang dilakukan dari oleh dan untuk masyarakat. Pengembangan ini
dapat dilakukan dengan melihat dari kondisi wilayah Desa Tanjung Boleng yang memiliki potensi
sumber daya alam pariwisata. Layaknya tempat pariwisata lain yang telah populer, destinasi wisata
Desa Tanjung Boleng memiliki nilai keunggulan wilayah di pantai utara Labuan Bajo.
• Pengembangan wisata darat
Ekowisata dan geowisata adalah keunggulan di Desa Tanjung Boleng, sawah lodok, gua Rangko
dan garis kontur yang rapat menjadikan puncak-puncak di daerah raren menjadi sanggat menarik
untuk dikembangan. Misalnya rumah adat di dusun Raren dan ekowisata di Wae bobok serta mata
air yang mengalir sepanjang tahun.
• Fase Pertumbuhan pariwisata labuan bajo
Masih akan terus berlangsungnya momentum pertumbuhan destinasi wisata super premium
Labuan Bajo, dapat menjadikan Desa Tanjung Boleng untuk dikembangkan sebagai potensial
destinasi.

III.2. Kekuatan Pengembangan Destinasi Wisata Desa Tanjung Boleng

Desa Tanjung Boleng memiliki beberapa kekuatan yang dapat mendukung pengembangan
pariwisatanya, antara lain:

• Potensi wisata alam yang beragam.


Desa Tanjung Boleng memiliki berbagai potensi wisata alam yang beragam, seperti gua karts,
pantai dengan garis pantai yang panjang, kawasan manggrove, sawah lodok dan hutan. Potensi
wisata alam ini dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung.
• Potensi wisata budaya yang unik. Desa Tanjung Boleng memiliki berbagai potensi wisata budaya
yang unik, seperti upacara adat, kesenian tradisional, dan kearifan lokal. Potensi wisata budaya ini
dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
• Potensi masyarakat yang ramah dan terbuka. Masyarakat Desa Tanjung Boleng dikenal sebagai
masyarakat yang ramah dan terbuka. Hal ini dapat membuat wisatawan merasa nyaman dan betah
berkunjung.

III.3. Kelemahan Pengembangan Pariwisata di Desa Tanjung Boleng

Desa Tanjung Boleng merupakan desa garis terdepan dan terluar di kawasan utara. Dampak dari
pengembangan pariwisata akan menjadikan Desa Tanjung Boleng sebagai desa wisata bagian utara
yang terdepan, terluar dan terindah. Namun, upaya pengembangan ini memiliki belum dapat berhasil
apabila masih adanya beberapa kendala seperti :

Pola pikir instan

Pola pikir yang mengutamakan hasil yang cepat dan mudah, tanpa memperhatikan proses dan dampak
yang ditimbulkannya. Pola pikir ini dapat ditemukan di berbagai kalangan masyarakat, mulai dari
generasi muda hingga generasi tua. Pola pikir instan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara
lain:

• Dampak dari perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi telah memudahkan masyarakat


untuk mendapatkan segala sesuatunya dengan cepat dan mudah. Hal ini dapat membuat
masyarakat menjadi malas untuk berusaha dan berpikir keras.
• Dampak dari gaya hidup konsumtif. Gaya hidup konsumtif yang menekankan pada kepemilikan
barang-barang mewah dapat membuat masyarakat tergoda untuk mendapatkan segala
sesuatunya dengan instan.
• Dampak dari pengaruh media sosial. Media sosial sering kali menampilkan hal-hal yang tampak
sempurna dan mudah, sehingga dapat membuat masyarakat merasa tidak puas dengan
kehidupannya sendiri.
Pola pikir instan dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, antara lain:

• Ketidakpuasan. Pola pikir instan dapat membuat masyarakat merasa tidak puas dengan apa yang
telah mereka capai. Hal ini dapat menyebabkan mereka menjadi mudah putus asa dan tidak
bersyukur.
• Kegagalan. Pola pikir instan sering kali mengarah pada kegagalan. Hal ini disebabkan oleh
masyarakat tidak memiliki keterampilan dan pengetahuan yang memadai untuk mencapai
tujuannya.
• Kerusakan lingkungan. Pola pikir instan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Hal ini
disebabkan oleh masyarakat sering kali menggunakan barang-barang sekali pakai dan tidak peduli
terhadap dampak lingkungan.

Konflik Kepentingan

Mengutamakan kepentingan pribadi adalah sikap yang selalu menempatkan kepentingan diri sendiri
di atas kepentingan orang lain atau kepentingan bersama. Pengaruh lingkungan yang kompetitif dapat
mendorong seseorang untuk mengutamakan kepentingan pribadi demi meraih kesuksesan.

Mengutamaan kepentingan pribadi dalam komunitas dapat menimbulkan berbagai dampak negatif,
antara lain:

Ketidakharmonisan. Sikap ini dapat menyebabkan ketidakharmonisan dalam hubungan dengan orang
lain dalam komunitas

Kerusakan hubungan. Sikap ini dapat merusak hubungan dengan orang lain, karena orang lain akan
merasa tidak dihargai dan tidak dipedulikan.

Ketidakadilan. Sikap ini dapat menyebabkan ketidakadilan, karena kepentingan orang lain tidak
dipertimbangkan.

III.4. Tantangan dalam pengembangan pariwisata desa Tanjung Boleng

Desa Tanjung Boleng ini memiliki potensi wisata yang cukup besar, baik wisata alam maupun wisata
budaya. Namun, desa ini juga menghadapi beberapa tantangan dalam pengembangan pariwisatanya.
Berikut ini adalah beberapa tantangan wisata di Desa Tanjung Boleng :

• Aksesibilitas
Desa Tanjung Boleng terletak di kawasan hutan dan pegunungan. Akses menuju desa ini masih
tergolong sulit, terutama pada musim hujan. Hal ini dapat menjadi kendala bagi wisatawan untuk
berkunjung. Akses dari kantor desa ke beberapa dusun lainnya seperti Raren, Rungkam dan Kokor
memerlukan mobil khusus untuk medan yang sulit dan licin.
• Pola pikir masyarakat
Masyarakat Desa Tanjung Boleng masih memiliki pola pikir tradisional. Mereka belum sepenuhnya
memahami manfaat pariwisata bagi kesejahteraan masyarakat. Hal ini dapat menjadi kendala
dalam pengembangan pariwisata di desa ini.
• Pengelolaan yang belum profesional
Pengelolaan pariwisata di Desa Tanjung Boleng masih belum profesional. Masyarakat belum
memiliki keterampilan dan pengetahuan yang memadai dalam mengelola pariwisata dalam
lingkup desa. Hal ini dapat berpengaruh terhadap kualitas pelayanan kepada wisatawan.
• Kurang promosi
Desa Tanjung Boleng masih kurang dikenal oleh wisatawan. Hal ini disebabkan oleh promosi
beragam destinasi wisata Tanjung Boleng yang belum optimal.

IV. Strategi Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat Desa Tanjung Boleng

Kemiskinan Ini adalah sindrom selama 7 dekade. Upaya untuk merubah pola pikir kgar keluar dari
budaya kemiskinan sangat sulit karena dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan. Hal ini menjadi
tantangan utama di wilayah NTT dan menjadi tanggungjawab kita bersama untuk memperbaikinya
melalui jalan kesejahteraan di sektor pariwisata.

Jalan kesejahteraan ini begitu menarik banyak investor dan telah membuka kesempatan kerja bagi
yang sangat besar serta dampak berganda lainnya bagi kabupaten Manggarai Barat. Peluang ini juga
dapat mengurangi gap penghasilan antara yang kaya dan miskin. Dampak berkelanjutan sektor
pariwisata ini telah memasuki 2 dekade. Disaat ini momentum pertumbuhan sektor pariwisata terus
bergerak naik. Desa Tanjung Boleng dapat turut serta memberdayakan diri untuk mengembangkan
sektor pariwsatanya.

Desa Tanjung Boleng dapat dikembangkan sebagai destinasi wisata unggulan di wilayah utara Labuan
Bajo. Sebagai desa wisata, para pemangku kepentingan agar mempersiapkan Desa Tanjung Boleng
agar memiliki beberapa unsur-unsur sebagai desa wisata, yaitu:

• Potensi wisata, yang meliputi atraksi, akomodasi, dan fasilitas pendukung.


• Kehidupan masyarakat, yang meliputi budaya, adat istiadat, dan kearifan lokal.
• Partisipasi masyarakat, yang berarti masyarakat desa terlibat aktif dalam pengelolaan desa
wisata.
• Pemberdayaan masyarakat, yang berarti masyarakat desa mendapatkan manfaat dari
pengembangan desa wisata.

Manfaat dari pengembangan desa wisata antara lain :

• Meningkatkan perekonomian masyarakat, melalui pendapatan dari sektor pariwisata.


• Meningkatkan kesejahteraan masyarakat, melalui peningkatan pendapatan dan lapangan
kerja.
• Meningkatkan kelestarian lingkungan, melalui pengelolaan pariwisata yang berkelanjutan.
• Meningkatkan identitas budaya, melalui pelestarian budaya dan kearifan lokal.

Guna mencapai kinerja yang optimal dalam pengembangan Desa Wisata Tanjung Boleng, partisipasi
masyarakat menjadi salah satu kunci utama. Untuk mendorong partisipasi masyarakat, maka perlu
dibentuk kelembagaan pariwisata tingkat desa. Komunitas sukarelawan pariwisata tingkat desa terdiri
dari pemerintah, perwakilan adat, perwakilan lembaga agama, asosiasi wisata, lembaga swadaya
ataupun pihak akademisi serta pemerhati dan penggiat pariwisata.

Dengan adanya komunitas relawan tingkat desa diharapkan dapat mengembangkan potensi pariwisata
di desa Tanjung Boleng dapat berkembang dan menjadi destinasi wisata unggulan di Labuan Bajo
bagian utara.

Anda mungkin juga menyukai