Anda di halaman 1dari 14

1

PROPOSAL TUGAS AKHIR

PERAN KOMUNITAS LOKAL DALAM MEMPROMOSIKAN DESA


GAMELAN DI KECAMATAN MOJOLABAN DESA WIRUN
SEBAGAI DESTINASI WISATA BERBASIS
MASYARAKAT

NAWANGWULAN
V0222071

D3 USAHA PERJALANAN WISATA


FAKULTAS SEKOLAH VOKASI UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Saat ini, industri pariwisata memiliki peran yang signifikan dalam pembangunan
nasional di berbagai negara. Pada tahun 2017, secara global, industri pariwisata telah
mengubah kehidupan jutaan orang melalui dorongan terhadap pertumbuhan
ekonomi, penciptaan lapangan kerja, pengurangan kemiskinan, serta percepatan
pembangunan dan peningkatan toleransi. Mengingat potensi ini, pengembangan
pariwisata menjadi salah satu fokus utama dalam pembangunan daerah.
Pembangunan pariwisata yang terencana dan dikelola secara berkelanjutan dengan
berfokus pada partisipasi masyarakat dapat memberikan kontribusi signifikan
terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan menciptakan peluang pekerjaan. Selain
itu, pembangunan pariwisata juga dapat menghasilkan pendapatan yang dapat
digunakan untuk melindungi dan melestarikan budaya serta lingkungan, secara
langsung memberikan dampak positif pada masyarakat setempat (Rusyidi &
Fedryansah, 2018).
Menurut Suganda (2018), Pariwisata memiliki peran signifikan dalam
mendukung perekonomian. Dalammencapai kesuksesan dalam sektor ini, keahlian
dalam mengelola sumber daya pariwisata, baik berupa kekayaan alam maupun
budaya, sangat diperlukan. Keberhasilan pariwisata tidak hanya terfokus pada daya
tarik untuk menarik kunjungan wisatawan asing, tetapi lebih pada pengembangan
peluang usaha di dalamnya, guna mendorong pertumbuhan dan kemajuan
masyarakat setempat yang umumnya masyarakat tersebut terlibat dalam
pembangunan pariwisata dalam sebuah komunitas lokal. Selain faktor tersebut,
promosi wisata sangat penting kaitannya bagi pertumbuhan wisata itu sendiri,
dikarenakan promosi wisata dapat menciptakan adanya wisatawan yang datang dari
mengetahui promosi tersebut. Pariwisata umumnya mengalami masalah dalam
pelaksanaan promosinya, khususnya pariwisata ang masih baru, kecil, ataupun
pariwisata yang di kelola oleh masyarakat sekitar. Hal tersebut diakibatkan oleh
terbatasnya dana, fasilitas, sumber daya manusia dan faktor-faktor lainnya. Saat ini,
3

upaya pengembangan pariwisata banyak dilakukan dengan orientasi pada partisipasi


masyarakat lokal. Salah satu wisata yang melibatkan masyarakat lokal adalah
adanya desa wisata.
Desa wisata sedang mengalami perkembangan sebagai salah satu destinasi
menarik dalam sektor pariwisata. Biasanya, desa wisata dikembangkan di wilayah
pedesaan yang masih mempertahankan ciri khas tertentu. Ciri khas yang dimiliki
oleh desa wisata meliputi keberadaan sumber daya alam yang masih alami, keunikan
desa, serta tradisi dan budaya masyarakat lokal. Karakteristik ini menciptakan
identitas khusus untuk desa wisata dan memberikan dasar bagi kegiatan wisata
berfokus tertentu. Selain itu, desa wisata biasanya di kelola dan dikembangkan oleh
komunitas lokal. Salah satu desa yang mengembangkan wisata berbasis masyarakat
adalah Desa Gamelan di Desa Wirun, Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo
Jawa Tengah.
Pengembangan Desa Wisata membutuhkan tata kelola yang efektif, promosi
dan manajemen pemasaran yang dilakukan oleh masyarakat komunitas
lokal. Promosi yang dapat dilakukan oleh komunitas lokal ini berdampak besar bagi
wisata tersebut, dikarenakan dapat membantu pertumbuhan ekonomi akibat adanya
wisatawan, selain itu komunitas lokal juga berperan dalam pemasaran. Pemasaran
memiliki peran krusial dalam industri pariwisata, yakni menyampaikan nilai-nilai
produk destinasi kepada para wisatawan (Masitah, 2019). Atas dasar tersebut maka
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Peran Komunitas Lokal dalam
Mempromosikan Desa Gamelan di Wirun sebagai Destinasi Wisata Berbasis
Masyarakat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang tersebut, maka masalah
penelitian yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana gamelan sebagai warisan budaya lokal dapat dijadikan daya tarik
wisata yang menarik bagi pengunjung?
4

2. Bagaimana partisipasi komunitas lokal memengaruhi pengembangan dan


pemasaran Desa Gamelan sebagai destinasi wisata?
3. Apa saja tantangan yang dihadapi oleh komunitas lokal dalam
mempromosikan Desa Gamelan sebagai destinasi wisata berbasis masyarakat?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari perumusan masalah yang telah ada, maka tujuan penelitian ini
adalah:

1. Menganalisis peran komunitas lokal dalam mempromosikan desa Gamelan


sebagai destinasi wisata berbasis masyarakat di Wirun.
2. Mengevaluasi kendala dan tantangan yang dihadapi oleh komunitas lokal
dalam mempromosikan desa Gamelan sebagai destinasi wisata.
3. Mengidentifikasi dampak dari peran komunitas lokal dalam mempromosikan
desa Gamelan sebagai destinasi wisata terhadap masyarakat sekitar dan
pengunjung

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini mempunyai manfaat teoritis dan manfaat praktis, adapun
manfaat tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan
pengetahuan dan pemahaman tentang peran komunitas lokal dalam
mempromosikan destinasi wisata berbasis masyarakat. Hasil penelitian ini
dapat menjadi referensi bagi lembaga atau institusi terkait dalam merancang
program atau kegiatan yang mendukung pengembangan destinasi wisata
berkelanjutan. Penelitian ini juga dapat memberikan pengalaman dan
pengetahuan baru bagi peneliti dalam memahami dinamika komunitas lokal
dan faktor-faktor yang mempengaruhi promosi destinasi wisata. Selain itu,
5

hasil penelitian ini dapat menjadi modal untuk penelitian lanjutan atau
penelitian terkait di masa depan.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pemerintah
Penelitian ini dapat memberikan rekomendasi kepada pemerintah
dalam merumuskan kebijakan dan strategi pengembangan destinasi
wisata berbasis masyarakat. Pemerintah dapat menggunakan hasil
penelitian ini untuk meningkatkan peran dan dukungan terhadap
komunitas lokal dalam mempromosikan destinasi wisata. Selain itu,
pemerintah juga dapat memanfaatkan hasil penelitian ini untuk
mengoptimalkan pengelolaan dan pemasaran destinasi wisata di
daerah tersebut.
b. Bagi Masyarakat
Penelitian ini dapat memberikan manfaat langsung bagi masyarakat
lokal. Dengan meningkatnya promosi dan pengembangan destinasi
wisata, masyarakat dapat memperoleh manfaat ekonomi seperti
peningkatan pendapatan melalui sektor pariwisata. Selain itu,
penelitian ini juga dapat membantu meningkatkan kesadaran
masyarakat akan pentingnya pelestarian budaya lokal dan lingkungan.
c. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan yang
berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan terkait pariwisata
berbasis masyarakat. Selain itu, peneliti juga dapat mempublikasikan
hasil penelitian ini dalam jurnal ilmiah atau menghadirkan presentasi
di konferensi ilmiah, yang dapat meningkatkan profil dan reputasi
peneliti di bidang tersebut.

E. Sistematika Penulisan
6

Untuk mempermudah pembaca dalam memahami karya tulis ini peneliti


membuat sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada latar belakang masalah berisi tentang awal latar belakang yang
memberikan gambaran uraian pemilitan topik mengenai menariknya fenomena
yang akan diteliti, yang dapat disampaikan secara ilmiah atau secara subyektif
rasional, serta kemungkinan adanya isu-isu yang berkembang saat itu berkaitan
dengan fenomena. Terdapat pula review singkat terhadap hasil-hasil penelitian
dan penulisan yang telah dibuat sebelumnya berkaitan dengan fenomena yang
akan diteliti atau dikaji untuk menunjukkan orisinalitas penelitian yang akan
dilakukan, dan bagian akhir latar belakang memberikan gambaran tentang
permasalahan yang akan dihadapi, sebagai suatu konsekuensi dari penggunaan
teori yang dipilih untuk pemahaman fenomena.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan penelitian merupakan pernyataan tentang hal yang akan
diteliti, yang batas-batasnya dirumuskan secara jelas dan ketat.
C. Tujuan penelitian
Uraian dalam tujuan penelitian adalah pernyataan dari pertanyaan dalam
rumusan masalah, jika suatu permasalahan telah diketahui, lalu kegunaan apa
yang akan diperoleh.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat bagi lembaga, pemerintah, Masyarakat dan bagi
peneliti.
E. Sistematika Penulisan
Dibuat untuk mempermudah pembaca dalam memahami karya tulis
penelitian.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
7

Berisi tentang penelitian-penelitian terdahlu yang dipergunakan sebegai referensi


penyusunan penelitian dengan sdut pandang yang berbeda.
B. Landasan Teori
Isi dari bagian ini adalah sebuah upaya memahami hal-hal yang berkaitan dengan
fenomena yang diteliti, dikaitan dengan upaya pemahaman melalui pustaka
(buku, jurnal, dan bahan terbitan lain) untuk menguraikan teori atau konsep yang
dianggap relevan. Data-data sekunder yang diperoleh dijadikan pertimbangan,
kaidah teoritis untuk menjawab masalah penelitian.
C. Kerangka Berpikir
Berisi gambaran secara pola pikir (paradigma) yang digunakan peneliti untuk
memusatkan kajian dan memahami permasalahan yang diteliti.
BAB III : METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini membahas tentang objek, jenis penelitian, sampel,
strategi dan bentuk pendekatan, sumber data (narasumber, peristiwa, arsip), teknik
pengumpulan data (observasi, wawancara), validitas data (dengan triangulasi), teknik
analisis data (analisis interaktif meliputi pengumpulan data, reduksi, sajian dan
kesimpulan).
DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka berisi tentang semua sumber-sumber referensi buku yang
penulis gunakan untuk menulis penelitian, baik berupa literature melalui buku,
internet, jurnal ataupun media lainya yang menjadi salah satu syarat kelengkapan
sebuah penelitian.
8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Gamelan
Menurut Deviana & Sulistiyowati, (2019) Gamelan, yang merujuk pada
kata 'gamel' dalam bahasa Jawa yang berarti memukul atau menabuh, dengan
penambahan akhiran 'an' sebagai pembentuk kata benda, mengacu pada sebuah
set alat musik yang dimainkan dengan cara dipukul atau ditabuh. Musik gamelan
Jawa memiliki irama yang lembut dan mencerminkan keselarasan hidup, sejalan
dengan prinsip hidup yang umumnya dipegang oleh masyarakat Jawa. Keyakinan
orang Jawa menyatakan bahwa gamelan diciptakan oleh Sang Hyang Guru, dewa
yang menguasai daratan Jawa dan tinggal di Gunung Mahendra, yang lebih
dikenal sebagai Gunung Lawu. Dalam kepercayaan tersebut, gong, alat musik
pertama yang diciptakan, digunakan untuk memanggil para dewa.
Gamelan awalnya terdiri hanya dari satu gong besar, namun seiring waktu,
gong tersebut diperluas dengan penambahan gong berukuran lebih kecil,
membentuk variasi bentuk gamelan yang kita kenal saat ini. Setiap gamelan,
sebagai satu kesatuan, terdiri dari berbagai ricikan atau wilahan yang memiliki
nama, tugas, bentuk, bahan baku, dan tempat yang berbeda-beda. Contohnya, ada
gamelan yang ditempatkan di rancakan seperti bonang, ada yang di plangkan
9

seperti kendang, dan ada yang di gayor seperti gong (Deviana & Sulistiyowati,
2019).
Menurut Sukadana, (2018) Gamelan merujuk pada sebuah orkestra yang
terdiri dari berbagai jenis instrumen yang dibuat dari bahan seperti batu, kayu,
bambu, besi perunggu, kulit, dawai, dan lainnya, dengan menggunakan laras
Pelog dan Selendro. Istilah "gamelan" juga digunakan untuk menyebut musik
yang dihasilkan melalui permainan instrumen-instrumen tersebut. Sejarah
mencatat bahwa gamelan merupakan salah satu warisan budaya dari masa lalu
yang berkaitan dengan Agama Hindu. Gamelan adalah orkestra besar yang ada di
pulau Jawa dan Bali, dianggap sebagai karya monumental dari nenek moyang
bangsa Indonesia dengan nilai yang setara dengan bangunan candi. Sejarah
musik gamelan dapat dilacak kembali ke periode awal kerajaan Hindu di Jawa
Tengah pada abad ke-8 hingga ke-10, di mana musik gamelan dan seni
pertunjukan memiliki peran penting. Ini juga mencakup pembelajaran menulis
dan membaca puisi Kekawin sebagai bagian dari pendidikan di istana dan
keluarga bangsawan. Anggota-anggota istana dari berbagai tingkatan, seperti
pendeta, pangeran, putri, dan dayang-dayang, diharuskan untuk mempelajari
berbagai keterampilan seperti memainkan musik gamelan, menyanyi, menari,
atau membuat puisi.

2. Desa Gamelan Wirun

Desa Wirun, yang berlokasi di Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo, terletak


hanya satu kilometer di sebelah timur Kota Solo. Dalam hal kondisi
geografisnya, desa ini mirip dengan desa-desa lain di sekitarnya. Namun,
keistimewaannya terletak pada peran khususnya sebagai pusat produksi alat
musik gamelan. Desa Wirun telah dikenal sebagai sentra kerajinan gamelan,
menjadi satu-satunya industri gamelan di Jawa Tengah yang telah berkembang
sejak tahun 1954 dan melibatkan belasan besalen (pengrajin) hingga saat ini.
Desa Wirun, yang terletak di Kecamatan Mojolaban, diakui sebagai pusat
produksi gamelan terkemuka di Indonesia. Para ahli pembuat gamelan dari desa
10

ini tidak hanya menghasilkan gamelan Jawa, tetapi juga memiliki kemampuan
untuk membuat gamelan Bali, Sunda, dan bahkan gamelan internasional seperti
gamelan Malaysia, sesuai dengan permintaan dari pembeli (Handayani &
Swazey, 2015).
Menurut Muhamad et al., (2022) Pada tanggal 10 April 1993, Desa Wirun
diakui memiliki beragam daya tarik bagi para wisatawan, dan hal ini diresmikan
melalui Peraturan Bupati Daerah Tingkat I Sukoharjo Nomor 556/460/IV/1993.
Peraturan tersebut menetapkan Desa Wirun sebagai destinasi wisata agro, seni,
budaya, dan industri. Keputusan ini memberikan Desa Wirun ketenaran yang
semakin meluas di kalangan masyarakat dan wisatawan. Namun, setelah tahun
1993, perkembangan desa tersebut mengalami stagnasi karena kurangnya konsep
dan dokumentasi pengembangan. Pada tahun 2018, langkah selanjutnya diambil
dengan diterbitkannya Surat Keputusan Bupati Sukoharjo Nomor 414/787 Tahun
2018 yang menetapkan Desa Wirun, Kecamatan Mojolaban, sebagai desa wisata.
Kerajinan gamelan yang diproduksi oleh penduduk Wirun telah meraih reputasi
internasional. Desa Wirun menjadi tujuan populer bagi wisatawan, terutama
wisatawan mancanegara, yang ingin memesan satu set gamelan. Berbagai jenis
gamelan diproduksi di Desa Wirun, termasuk kempul, gong gede, gong suwukan,
kenong, ketuk kempyang, bonang penerus, saron, demung, peking, slentem,
gender gede, gender penerus, gambang, teto dengan bentuk menyerupai pisang,
kecer yang memiliki bentuk menyerupai tutup gelas (Deviana & Sulistiyowati,
2019).
Menurut Deviana & Sulistiyowati, (2019) Desa Wirun diakui sebagai pusat
produksi gamelan terbesar di dunia karena produk-produknya sering
diperdagangkan ke berbagai wilayah di dalam dan luar negeri. Selain gamelan,
pertunjukan seni daerah seperti kethoprak, jathilan, dan karawitan juga menjadi
daya tarik utama bagi wisatawan mancanegara yang mengunjungi Desa Wirun.
Desa Wirun telah menjadi destinasi wisata terkenal, diminati baik oleh
wisatawan lokal maupun mancanegara.
11

3. Peran Komunitas Lokal

Menurut Imran, (2012) Perkembangan ekowisata didorong oleh tingginya


tingkat kesadaran masyarakat, terutama kalangan generasi muda, terhadap
kondisi lingkungan sekitarnya. Hal ini tercermin dalam munculnya berbagai
komunitas yang secara khusus berfokus pada upaya pelestarian sejarah, budaya,
dan lingkungan tempat tinggal. Komunitas-komunitas ini berperan dalam
promosi dan memfasilitasi perjalanan geowisata/ekowisata bagi masyarakat
umum yang memiliki minat untuk mengikuti kegiatan tersebut. Keberadaan
komunitas lokal menjadi sangat penting untuk memperkenalkan objek-objek
wisata baru kepada masyarakat secara umum, mengingat tidak semua orang
memiliki pengetahuan mengenai potensi-potensi objek wisata yang baru muncul.
Komunitas yang tinggal di dalam area pariwisata memiliki potensi besar untuk
membantu aktivitas pariwisata yang terjadi di daerah tersebut. Tak peduli berapa jumlah
anggota komunitas tersebut, setiap individu memiliki peran krusial dalam perkembangan
kawasan pariwisata. Partisipasi komunitas memiliki tujuan utama, yakni melakukan
perancangan dan pengelolaan yang baik bagi kemajuan desa wisata serta para kounitas
lokal ini melakukan kegiatan promosi desa wisata kepada masyarakat luas. Hasil dari
rencana yang dihasilkan melalui partisipasi diharapkan mampu mengurangi kegagalan
dalam pembangunan desa wisata, terutama dalam konteks pengembangan kawasan
ekowisata. Lebih lanjut, keterlibatan masyarakat dapat lebih baik mengakomodasi
kebutuhan beragam kelompok tanpa mengabaikan kearifan lokal yang menjadi ciri khas
suatu komunitas (Handayani & Swazey, 2015).
Menurut Handayani & Swazey, (2015) Keterlibatan aktif masyarakat
setempat merupakan elemen kunci dalam upaya pembangunan berkelanjutan
secara umum, yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan generasi sekarang dan
masa mendatang, sambil melindungi sumber daya alam. Hal ini juga berlaku
secara khusus untuk ekowisata. Dalam konteks ini, partisipasi lokal merujuk
pada kemampuan masyarakat setempat untuk memengaruhi proses dan hasil
pembangunan seperti ekowisata yang berdampak langsung pada mereka.
12

Masyarakat komunitas lokal memiliki peran penting dalam ketelibatannya pada


setiap tahapan ekowisata, salah satunya adalah kegiatan promosi.
Dalam pengembangan ekowisata, mendapatkan dukungan dari partisipasi
aktif komunitas lokal di sekitar destinasi wisata di seperti Desa Gamelan,
menjadi hal yang krusial. Keterlibatan yang aktif dari komunitas lokal dapat
menjadi kunci sukses dalam mengembangkan sektor ekowisata. Ini berarti
komunitas lokal bukan hanya menjadi objek wisata semata, tetapi juga berperan
secara aktif dalam mendukung dan mengelola perkembangan ekowisata di
kawasan tersebut. Keterlibatan komunitas lokal memiliki nilai penting karena
berhubungan langsung dengan upaya peningkatan kualitas serta kondisi sosial
dan ekonomi komunitas setempat (Imran, 2012).
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan bertempat di Desa Wirun, Kecamatan Mojolaban,


Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Subjek penelitian ini adalah masyarakat desa
yang tergabung pada komunitas lokal yang mengelola dn mempromosikan wisata
desa. Sedangkan objek penelitian adalah peran komunitas lokal tersebut dalam
mempromosikan wisata Desa Gamelan, di Desa Wirun.

3.2. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan menggunakan metode


kualitatif. Pemilihan metode penelitian kualitatif disebabkan oleh keinginan peneliti
untuk menyoroti interaksi dan komunikasi yang mendalam antara peneliti dan
informan. Data yang dianalisis dalam penelitian ini terdiri dari data primer, yang
diperoleh melalui wawancara dan observasi, serta data sekunder yang dikumpulkan
dari literatur ilmiah yang sudah diterbitkan, seperti buku dan jurnal. Selain itu, data
sekunder juga diperoleh melalui media massa, seperti internet. Proses penelitian
13

melibatkan kegiatan kepustakaan, wawancara, observasi partisipasi, dan


dokumentasi.
Menurut Suwarso (2021), Prosedur pengumpulan data merupakan faktor penentu
bagi kualitas suatu penelitian, apakah itu baik atau buruk. Data dalam penelitian ini
dikumpulkan melalui metode wawancara mendalam dan observasi. Pemilihan
informan menggunakan purposive sampling, yang berarti informan yang dipilih
adalah individu yang dianggap memiliki pemahaman mendalam terkait dengan isu
penelitian. Wawancara dilakukan dengan berbagai pihak, termasuk penggiat
komunitas pariwisata, pelaku media sosial, perwakilan putri pariwisata, dan anggota
masyarakat umum. Sementara itu, observasi dilakukan secara daring dengan
mengamati akun media sosial yang dikelola oleh informan, termasuk akun pribadi
mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, A., Harahap, R. H., & Rujiman. (2022). Tourism Sector Development Efforts
Through The Role Of Youth Creativity. Jurnal Perspektif, 11(1), 69–76.
Https://Doi.Org/10.31289/Perspektif.V11i1.5338
Deviana, O. Della, & Sulistiyowati, A. (2019). Perancangan Motif Batik Tulis Dengan
Tema Kerarifan Lokal Sukoharjo Sebagai Unsur Desain Permukaan Pada Busana
Pesta Bergaya Bohemian. Jurnal Online – Akademi Seni Dan Desain Indonesia, 5(1),
70–82.
Handayani, A., & Swazey, K. (2015). Ritual Pembuatan Gamelan Di Desa Wirun ,
Kabupaten Sukoharjo. Jurnal Gama Societa, 2(1), 1–8.
Imran, A. N. (2012). Identifikasi Kapasitas Komunitas Lokal Dalam Pemanfaatan Potensi
Ekowisata Bagi Pengembangan Ekowisata Di Kawah Cibuni. Jurnal Perencanaan
Wilayah Dan Kota, 23(2), 85–102.
Masitah, I. (2019). Pengembangan Desa Wisata Oleh Pemerintah Desa Babakan
Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran. Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi
Negara, 6(3), 45–57.
Muhamad, M., Sopjan, D., Budiani, S. R., & Chamidah, N. (2022). ( The Influence Of
Bumdes In Development Accessibility System Of Creative Industry , Arts And
14

Culture Towards Sustainable Independent Tourism Village ). Jurnalpemberdayaan


Umat (Jpu), 1(1), 101–109.
Rusyidi, B., & Fedryansah, M. (2018). Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat.
Focus: Jurnal Pekerjaan Sosial, 1(4), 155–165.
Suganda, A. D. (2018). Konsep Wisata Berbasis Masyarakat No Title. Jurnal I-Economic,
4(1), 29–42.
Sukadana, I. W. (2018). Nilai Agama Hindu Dalam Gamelan Gambang. Widya Wretta,
1(1), 89–96.
Suwarso, W. A. (2021). The Role Of Community To The Tourism Promotion In
Singkawang City. Jurnal Pikma: Publikasi Media Dan Cinema, 3(2), 146–156.

Anda mungkin juga menyukai