NAWANGWULAN
V0222071
BAB I. PENDAHULUAN
Saat ini, industri pariwisata memiliki peran yang signifikan dalam pembangunan
nasional di berbagai negara. Pada tahun 2017, secara global, industri pariwisata telah
mengubah kehidupan jutaan orang melalui dorongan terhadap pertumbuhan
ekonomi, penciptaan lapangan kerja, pengurangan kemiskinan, serta percepatan
pembangunan dan peningkatan toleransi. Mengingat potensi ini, pengembangan
pariwisata menjadi salah satu fokus utama dalam pembangunan daerah.
Pembangunan pariwisata yang terencana dan dikelola secara berkelanjutan dengan
berfokus pada partisipasi masyarakat dapat memberikan kontribusi signifikan
terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan menciptakan peluang pekerjaan. Selain
itu, pembangunan pariwisata juga dapat menghasilkan pendapatan yang dapat
digunakan untuk melindungi dan melestarikan budaya serta lingkungan, secara
langsung memberikan dampak positif pada masyarakat setempat (Rusyidi &
Fedryansah, 2018).
Menurut Suganda (2018), Pariwisata memiliki peran signifikan dalam
mendukung perekonomian. Dalammencapai kesuksesan dalam sektor ini, keahlian
dalam mengelola sumber daya pariwisata, baik berupa kekayaan alam maupun
budaya, sangat diperlukan. Keberhasilan pariwisata tidak hanya terfokus pada daya
tarik untuk menarik kunjungan wisatawan asing, tetapi lebih pada pengembangan
peluang usaha di dalamnya, guna mendorong pertumbuhan dan kemajuan
masyarakat setempat yang umumnya masyarakat tersebut terlibat dalam
pembangunan pariwisata dalam sebuah komunitas lokal. Selain faktor tersebut,
promosi wisata sangat penting kaitannya bagi pertumbuhan wisata itu sendiri,
dikarenakan promosi wisata dapat menciptakan adanya wisatawan yang datang dari
mengetahui promosi tersebut. Pariwisata umumnya mengalami masalah dalam
pelaksanaan promosinya, khususnya pariwisata ang masih baru, kecil, ataupun
pariwisata yang di kelola oleh masyarakat sekitar. Hal tersebut diakibatkan oleh
terbatasnya dana, fasilitas, sumber daya manusia dan faktor-faktor lainnya. Saat ini,
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang tersebut, maka masalah
penelitian yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana gamelan sebagai warisan budaya lokal dapat dijadikan daya tarik
wisata yang menarik bagi pengunjung?
4
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari perumusan masalah yang telah ada, maka tujuan penelitian ini
adalah:
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini mempunyai manfaat teoritis dan manfaat praktis, adapun
manfaat tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan
pengetahuan dan pemahaman tentang peran komunitas lokal dalam
mempromosikan destinasi wisata berbasis masyarakat. Hasil penelitian ini
dapat menjadi referensi bagi lembaga atau institusi terkait dalam merancang
program atau kegiatan yang mendukung pengembangan destinasi wisata
berkelanjutan. Penelitian ini juga dapat memberikan pengalaman dan
pengetahuan baru bagi peneliti dalam memahami dinamika komunitas lokal
dan faktor-faktor yang mempengaruhi promosi destinasi wisata. Selain itu,
5
hasil penelitian ini dapat menjadi modal untuk penelitian lanjutan atau
penelitian terkait di masa depan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pemerintah
Penelitian ini dapat memberikan rekomendasi kepada pemerintah
dalam merumuskan kebijakan dan strategi pengembangan destinasi
wisata berbasis masyarakat. Pemerintah dapat menggunakan hasil
penelitian ini untuk meningkatkan peran dan dukungan terhadap
komunitas lokal dalam mempromosikan destinasi wisata. Selain itu,
pemerintah juga dapat memanfaatkan hasil penelitian ini untuk
mengoptimalkan pengelolaan dan pemasaran destinasi wisata di
daerah tersebut.
b. Bagi Masyarakat
Penelitian ini dapat memberikan manfaat langsung bagi masyarakat
lokal. Dengan meningkatnya promosi dan pengembangan destinasi
wisata, masyarakat dapat memperoleh manfaat ekonomi seperti
peningkatan pendapatan melalui sektor pariwisata. Selain itu,
penelitian ini juga dapat membantu meningkatkan kesadaran
masyarakat akan pentingnya pelestarian budaya lokal dan lingkungan.
c. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan yang
berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan terkait pariwisata
berbasis masyarakat. Selain itu, peneliti juga dapat mempublikasikan
hasil penelitian ini dalam jurnal ilmiah atau menghadirkan presentasi
di konferensi ilmiah, yang dapat meningkatkan profil dan reputasi
peneliti di bidang tersebut.
E. Sistematika Penulisan
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Gamelan
Menurut Deviana & Sulistiyowati, (2019) Gamelan, yang merujuk pada
kata 'gamel' dalam bahasa Jawa yang berarti memukul atau menabuh, dengan
penambahan akhiran 'an' sebagai pembentuk kata benda, mengacu pada sebuah
set alat musik yang dimainkan dengan cara dipukul atau ditabuh. Musik gamelan
Jawa memiliki irama yang lembut dan mencerminkan keselarasan hidup, sejalan
dengan prinsip hidup yang umumnya dipegang oleh masyarakat Jawa. Keyakinan
orang Jawa menyatakan bahwa gamelan diciptakan oleh Sang Hyang Guru, dewa
yang menguasai daratan Jawa dan tinggal di Gunung Mahendra, yang lebih
dikenal sebagai Gunung Lawu. Dalam kepercayaan tersebut, gong, alat musik
pertama yang diciptakan, digunakan untuk memanggil para dewa.
Gamelan awalnya terdiri hanya dari satu gong besar, namun seiring waktu,
gong tersebut diperluas dengan penambahan gong berukuran lebih kecil,
membentuk variasi bentuk gamelan yang kita kenal saat ini. Setiap gamelan,
sebagai satu kesatuan, terdiri dari berbagai ricikan atau wilahan yang memiliki
nama, tugas, bentuk, bahan baku, dan tempat yang berbeda-beda. Contohnya, ada
gamelan yang ditempatkan di rancakan seperti bonang, ada yang di plangkan
9
seperti kendang, dan ada yang di gayor seperti gong (Deviana & Sulistiyowati,
2019).
Menurut Sukadana, (2018) Gamelan merujuk pada sebuah orkestra yang
terdiri dari berbagai jenis instrumen yang dibuat dari bahan seperti batu, kayu,
bambu, besi perunggu, kulit, dawai, dan lainnya, dengan menggunakan laras
Pelog dan Selendro. Istilah "gamelan" juga digunakan untuk menyebut musik
yang dihasilkan melalui permainan instrumen-instrumen tersebut. Sejarah
mencatat bahwa gamelan merupakan salah satu warisan budaya dari masa lalu
yang berkaitan dengan Agama Hindu. Gamelan adalah orkestra besar yang ada di
pulau Jawa dan Bali, dianggap sebagai karya monumental dari nenek moyang
bangsa Indonesia dengan nilai yang setara dengan bangunan candi. Sejarah
musik gamelan dapat dilacak kembali ke periode awal kerajaan Hindu di Jawa
Tengah pada abad ke-8 hingga ke-10, di mana musik gamelan dan seni
pertunjukan memiliki peran penting. Ini juga mencakup pembelajaran menulis
dan membaca puisi Kekawin sebagai bagian dari pendidikan di istana dan
keluarga bangsawan. Anggota-anggota istana dari berbagai tingkatan, seperti
pendeta, pangeran, putri, dan dayang-dayang, diharuskan untuk mempelajari
berbagai keterampilan seperti memainkan musik gamelan, menyanyi, menari,
atau membuat puisi.
ini tidak hanya menghasilkan gamelan Jawa, tetapi juga memiliki kemampuan
untuk membuat gamelan Bali, Sunda, dan bahkan gamelan internasional seperti
gamelan Malaysia, sesuai dengan permintaan dari pembeli (Handayani &
Swazey, 2015).
Menurut Muhamad et al., (2022) Pada tanggal 10 April 1993, Desa Wirun
diakui memiliki beragam daya tarik bagi para wisatawan, dan hal ini diresmikan
melalui Peraturan Bupati Daerah Tingkat I Sukoharjo Nomor 556/460/IV/1993.
Peraturan tersebut menetapkan Desa Wirun sebagai destinasi wisata agro, seni,
budaya, dan industri. Keputusan ini memberikan Desa Wirun ketenaran yang
semakin meluas di kalangan masyarakat dan wisatawan. Namun, setelah tahun
1993, perkembangan desa tersebut mengalami stagnasi karena kurangnya konsep
dan dokumentasi pengembangan. Pada tahun 2018, langkah selanjutnya diambil
dengan diterbitkannya Surat Keputusan Bupati Sukoharjo Nomor 414/787 Tahun
2018 yang menetapkan Desa Wirun, Kecamatan Mojolaban, sebagai desa wisata.
Kerajinan gamelan yang diproduksi oleh penduduk Wirun telah meraih reputasi
internasional. Desa Wirun menjadi tujuan populer bagi wisatawan, terutama
wisatawan mancanegara, yang ingin memesan satu set gamelan. Berbagai jenis
gamelan diproduksi di Desa Wirun, termasuk kempul, gong gede, gong suwukan,
kenong, ketuk kempyang, bonang penerus, saron, demung, peking, slentem,
gender gede, gender penerus, gambang, teto dengan bentuk menyerupai pisang,
kecer yang memiliki bentuk menyerupai tutup gelas (Deviana & Sulistiyowati,
2019).
Menurut Deviana & Sulistiyowati, (2019) Desa Wirun diakui sebagai pusat
produksi gamelan terbesar di dunia karena produk-produknya sering
diperdagangkan ke berbagai wilayah di dalam dan luar negeri. Selain gamelan,
pertunjukan seni daerah seperti kethoprak, jathilan, dan karawitan juga menjadi
daya tarik utama bagi wisatawan mancanegara yang mengunjungi Desa Wirun.
Desa Wirun telah menjadi destinasi wisata terkenal, diminati baik oleh
wisatawan lokal maupun mancanegara.
11
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, A., Harahap, R. H., & Rujiman. (2022). Tourism Sector Development Efforts
Through The Role Of Youth Creativity. Jurnal Perspektif, 11(1), 69–76.
Https://Doi.Org/10.31289/Perspektif.V11i1.5338
Deviana, O. Della, & Sulistiyowati, A. (2019). Perancangan Motif Batik Tulis Dengan
Tema Kerarifan Lokal Sukoharjo Sebagai Unsur Desain Permukaan Pada Busana
Pesta Bergaya Bohemian. Jurnal Online – Akademi Seni Dan Desain Indonesia, 5(1),
70–82.
Handayani, A., & Swazey, K. (2015). Ritual Pembuatan Gamelan Di Desa Wirun ,
Kabupaten Sukoharjo. Jurnal Gama Societa, 2(1), 1–8.
Imran, A. N. (2012). Identifikasi Kapasitas Komunitas Lokal Dalam Pemanfaatan Potensi
Ekowisata Bagi Pengembangan Ekowisata Di Kawah Cibuni. Jurnal Perencanaan
Wilayah Dan Kota, 23(2), 85–102.
Masitah, I. (2019). Pengembangan Desa Wisata Oleh Pemerintah Desa Babakan
Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran. Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi
Negara, 6(3), 45–57.
Muhamad, M., Sopjan, D., Budiani, S. R., & Chamidah, N. (2022). ( The Influence Of
Bumdes In Development Accessibility System Of Creative Industry , Arts And
14