Anda di halaman 1dari 13

STARTEGI PENGEMBANGAN KAMPUNG WISATA

STUDI KASUS
( kampung Lawas Maspati Kecamatan Bubutan Kelurahan Bubutan Kota Surabaya )

DI SUSUN OLEH:
REZHA DWI SYAH PUTRA
20150510059

PROGRAM STUDI ILMU ADMISINTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HANG TUAH
SURABAYA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pariwisata telah diasumsikan sebagai industri yang dapat diandalkan untuk mengisi
devisa. Alasan utama pengembangan pariwisata sangat terkait dengan kemajuan
perekonomian, sosial, budaya, suatu kawasan atau negara. Dengan perkataan lain,
pengembangan kepariwisataan pada suatu daerah tujuan wisata selalu akan diperhitungkan
dengan keuntungan dan manfaat bagi rakyat banyak.

Obyek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan dari aktivitas dan fasilitas yang
berhubungan, yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang kesuatu
daerah/ tempat tertentu. Daya tarik yang tidak atau belum dikembangkan semata-mata hanya
merupakan sumberdaya potensial dan belum dapat disebut sebagai daya tarik wisata, sampai
adanya suatu jenis pengembangan tertentu, misalnya penyediaan aksesibilitas atau fasilitas
oleh karena itu suatu daya tarik dapat dimanfaatkan sebagai daya tarik wisata.

Pengembangan pariwisata tidak lepas dari unsur fisik maupun non fisik (sosial,
budaya, dan ekonomi), maka dari itu perlu diperhatikan peranan unsur tersebut. Faktor
geografi adalah merupakan faktor yang penting untuk pertimbangan perkembangan
pariwisata. Perbedaan iklim merupakan salah satu faktor yang mampu menumbuhkan serta
menimbulkan variasi lingkungan alam dan budaya, sehingga dalam mengembangkan
kepariwisataan karakteristik fisik dan non fisik suatu wilayah perlu diketahui (Sujali,
1989). Pengembangan pariwisata yang telah dilakukan baik oleh pemerintah maupun swasta
telah meningkatkan jumlah kedatangan wisatawan dari satu daerah ke daerah lain. Kunjungan
wisatawan akan merangsang interaksi sosial dengan penduduk di sekitar tempat wisata dan
merangsang tanggapan masyarakat sekitarnya sesuai dengan kemampuan mereka dalam
beradaptasi baik di bidang perekonomian, kemasyarakatan maupun kebudayaan mereka.

Potensi pariwisata suatu daerah memberikan peluang pada devisa daerah maupun bagi
masyarakat sekitar obyek wisata. Pemerintah kota Surabaya telah menetapkan daerah-daerah
utama sebagai tujuan wisata di Surabaya, satu diantaranya adalah Kampung Lawas Maspati.
Surabaya memiliki banyak lokasi yang potensial yang dijadikan ataupun dikembangkan
sebagai obyek kampong wisata. Untuk itu diharapkan keterampilan khusus dan kreativitas
agar perencanaan dan kajian mengenai daerah tujuan wisata benar-benar mencapai sasaran.
Namun yang juga penting adalah inventarisasi sebaran dan profil berbagai obyek tersebut
pada masing-masing wilayah belum optimal. Kawasan kampung wisata lawas maspati
menjadi prioritas kota Surabaya yang sangat potensial seperti budaya. budaya berupa
gagasan, aktivitas, dan artefak sebagai potensi daya tarik (Ismayanti,2010). Pada tahun 2009,
World Trade Organization menyatakan jika pariwisata budaya adalah industri yang
berkembang dengan pesat sejak tahun 90-an melebihi perkembangan industri pariwisata
lainnya. Salah satu penyebab semakin diminatinya wisata budaya adalah adanya kerinduan
terhadap nilai-nilai yang lebih dalam seperti agama, seni, dan sastra terutama oleh wisatawan
mancanegara yang sibuk dengan hiruk-pikuk kehidupan modern (Z. Albizzia, O., Zamroni,
M. I., & Rofiqoh,2009). Modernisasi sebuah kota menyebabkan terjadinya gejala arus balik
kebudayaan yang kembali mencari nilai nilai budaya dan kearifan lokal, sehingga diprediksi
bahwa era ekonomi kreatif berbasis budaya akan mendominasi masa depan (R. Agustina,
K.A., & Supriharjo,2011).

Kampung pada kawasan kota lama Surabaya memiliki potensi untuk berkembang
menjadi destinasi wisata dengan daya tarik budaya hidup serta bangunan cagar budaya
(Mediasworo,2010). Salah satu kampung tersebut adalah Kampung Lawas Maspati yang
memiliki daya tarik bangunan bersejarah, lingkungan yang asri, produk lokal setempat, dan
keramahan warga yang sangat baik. Atas dasar inisiatif warga setempat, kampung ini resmi
ditetapkan oleh Walikota Surabaya bersama dengan PT. Pelindo III sebagai Kampung Wisata
Lawas Maspati. Wisata budaya yang berkembang pada Kampung Lawas Maspati memiliki
tiga kedudukan penting. Pertama sebagai salah satu strategi untuk menjaga keberlanjutan
nilai-nilai budaya yang ada pada kampung . Kedua, sebagai media mengenalkan sejarah Kota
Surabaya dan budaya lokal setempat kepada masyarakat luas. Ketiga, aktivitas pariwisata
dapat menggerakkan perekonomian kreatif yang secara langsung berpotensi untuk memberi
nilai tambah bagi pendapatan warganya.

Lokasi kampung Lawas Maspati yang berada pada pusat kota termasuk dalam
kawasan dengan nilai ekonomi tinggi dan strategis dikarenakan dekat dengan pusat
perbelanjaan Pasar Turi, stasiun Pasar Turi dan Pusat Grosir Surabaya. Hal tersebut terdapat
adanya keuntungan dan tantangan yang dihadapi Kampung Lawas Maspati. Tantangan yang
dihadapi menekankan pada ancaman terhadap eksistensi kampung di tengah kawasan kota.
Meningkatnya harga lahan di pusat kota memberi keuntungan tersendiri bagi masyarakat
kampung untuk menjual lahannya pada investor karena besarnya keuntungan yang dapat
diperoleh. Sedangkan keuntungan dari lokasi kampung pada pusat kota adalah kemudahan
akses menuju kampung dengan adanya kondisi infrastruktur yang baik.

Pariwisata yang berkelanjutan adalah pariwisata yang dapat menciptakan hubungan


yang seimbang dan harmonis di antara tiga elemen pariwisata yaitu kualitas pengalaman
wisatawan, kualitas sumberdaya pariwisata, dan kualitas hidup masyarakat setempat (R.
Pearce, J. A., & Robinson,2008). Saat ini Kampung Lawas Maspati masih memerlukan
pendampingan dan strategi untuk merealisasikan elemen-elemen di dalam pariwisata yang
berkelanjutan. Berdasarkan kondisi lapangan, beberapa bangunan lama yang menjadi ikon
pada kampung kondisinya sudah rusak dan kurang terawat. Selain itu, sebagai destinasi
wisata budaya yang tergolong baru, pengembangan melalui pendekatan pariwisata budaya
yang berkelanjutan masih diperlukan agar eksistensi kampung ditengah perkembangan kota
yang semakin modern dapat terus dipertahankan.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah tersebut maka dapat ditark sebuah rumusan masalah
sebagai berikut :

1. Apa saja potensi dari Kampung wisata Kampung Lawas Maspati di Kecamatan
Bubutan Kelurahan Bubutan Kota Surabaya ?
2. Bagaimana pengembangan potensi Kampung wisata Kampung Lawas Maspati di
Kecamatan Bubutan Kelurahan Bubutan Kota Surabaya

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dihrapkan untuk mengetahui pengembangan potensi Kampung


wisata Kampung Lawas Maspati di Kecamatan Bubutan Kelurahan Bubutan Kota Surabaya.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:

1. Memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu, khususnya untuk pengembangan


kepariwisataan.
2. Sebagai bahan masukan bagi instansi terkait dalam hal ini pihak pengelolah dan Dinas
Pariwisata Kota Surabaya untuk membantu pengembangan selanjutnya
3. Memperluas pengetahuan tentang eksistensi obyek wisata yang ada di Kota Surabaya
BAB II
2.1 Penelitian Terdahulu

No Judul, Penulis, Metode Isi Materi Relevansi


Tahun

1. Converting the Penelitian ini Dalam Strategi Dalam


military strategy menggunakan Pengembangan Pengembangan
principle of metode untuk mencapai objek Wisata
simplicity into a kualitatif dan tujuan organisasi perlu Adanya
successful tool kuantitatif. perlu adanya koordinasi dalam
for Strategy kemampuan Mendayagunakan
execution In a untuk potensi-potensi
geographically mengidentifikasi yang Dimiliki
dispersed dan mengelola serta Selalu
organisation, tantangan serta Menciptakan
Gavin Price* and masalah yang inovasi-inovasi
Barrie George de dihadapi, dan juga baru agar tetap
Wet, 2012 kemampuan Berkembang
untuk Mengikuti
menggunakan Kebutuhan
sumber daya yang masyarakat.
ada secara
optimal.

2. Development Penelitian ini Menjelaskan Dalam


Strategy for a menggunakan tentang gambaran Pengembangan
Textile Firm, metode dari perusahaan, objek Wisata
Luu Trong Tuan, kualitatif dan lingkungan perlu Adanya
2012 kuantitatif. bisnis, kekuatan, pengelolaan yang
kelemahan, bijaksana Dan
peluang dan juga juga Tetap
ancaman dalam memelihara Dan
mengembangkan Meningkatkan
strategi kualitas Yang
perusahaan. ada, Sehingga
aspek-aspek
yang Sekiranya
akan
Mengganggu
atau mendukung
Pengembangan
objek wisata bias
dipilih Dengan
tepat.

3. Strategi Penelitian ini Memberikan Aspek


Pengembangan menggunakan gambaran lingkungan /
Objek Wisata metode mengenai strategi alam Dijadikan
Pasar Bawah di kualitatif dan pengembangan sebagai Bahan
Kecamatan kuantitatif. potensi pariwisata Pertimbangan
Pasar Manna yang berwawasan dalam Upaya
Kabupaten lingkungan yang Pengembangan
Bengkulu dijadikan sebagai objek wisata,
Selatan, Kos Edi, bahan agar Kondisi
2012 pertimbangan aslinya Tetap
bagi pengambil terjaga.
kebijakan.

4. Strategi Penelitian ini Arahan strategi Dalam


Pengembangan menggunakan pengembangan Melakukan
Program pendekatan program tersebut Pengembangan
Pemberdayaan deskriptif adalah dengan objek Wisata
Masyarakat kualitatif. meningkatkan perlu Adanya
Pada Model SDM kerjasama Baik
Desa Konservasi pendamping itu Dengan
Di Taman sehingga mampu organisasi
Nasional Taka membangun Pemerintah
Bonerate, Ahmad kemitraan dan ataupun Swasta
Danil Effendi, jaringan usaha agar Dalam
et.al, 2014 yang lebih serta Memperkenalkan
meningkatkan objek Wisata
koordinasi Umbul Ponggok
dengan instansi bisa Lebih
terkait. menyeluruh dan
lebih Mudah
menarik Minat
pengunjung.

Dari beberapa literatur yang ada tersebut, maka penulis berasumsi bahwa kebaruan
dari penelitian ini adalah bahwa dalam penelitian ini lebih memfokuskan pada strategi
pengembangan dimana agar memiliki eksistensi. Eksistensi tersebut dapat dilihat dari potensi
yang dimiliki oleh kampong lawas itu sendiri yang dapatdikembangkan lebih lanjut.
2.2 Penelitian Terdahulu
a. Pengembangan Obyek Wisata

Pengembangan adalah proses, cara pembuatan mengembangkan kesasaran yang


dikehendaki (KBBI 1986, Balai Pustaka, Jakarta). Pengembangan adalah suatu usaha menuju
kearah yang lebih baik yang menyebabkan adanya perubahan dan pertumbuhan. Perubahan itu
bisa dalam arti kualitas dan kuantitas. Secara kualitas berarti meningkatkan daya tarik obyek
wisata melalui peningkatan mutu pelayanan. Sedangkan secara kuantitas berarti perluasan
keanekaragaman obyek wisata serta akomodasi lainnya.
Spilance (1990) menyatakan bahwa untuk menciptakan pemasukan yang banyak dari
wisatawan maka dilakukan langkah-langkahdiantara lain:

1. Meningkatkan pelayanan terpadu terpadu di pintu gerbang masuk wisatawan sehingga


mempermudah masuk wisatawan maupun keluar.
2. Meningkatkan pelayanan ke tempat tujuan wisata baik kegiatan pokok maupun
penunjang

Menurut Yoeti (1996) ada tiga faktor yang dapat menentukan berhasilnya pengembangan
pariwisata sebagai industri. Ketiga faktor tersebut adalah:

1. Tersedianya obyek dan atraksi wisata yaitu segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi
orang yang mengunjungi suatu daerah wisata. Misalnya keindahan alam, hasil
kebudayaan, tata cara hidup masyarakat, festival tradisional, dan upacara keagamaan.
2. Adanya accessibility yaitu prasara dan sarana dengan segala fasilitas sehingga
memungkinkan para wisatawan mengunjungi suatu daerah tujuan wisata tersebut.
3. Tersedianya amenities yaitu sarana kepariwisataan yang dapat memberikan pelayanan
kepada wisatawan selama dalam perjalanan wisata yang dapat dilakukan baik di dalam
maupun di luar negeri.

Damanik dan Weber (2006) menyatakan bahwa dalam pengembangan pariwisata,


pemerintah memainkan peranan bahkan memiliki tanggung jawab dalam hal berikut:

1. Peraturan tata guna lahan pengembangan kawasan pariwisata


2. Perlindungan terhadap lingkungan alam dan budaya
3. Penyediaan infrastruktur pariwisata
4. Kebijakan fasilitas fiscal, pajak, kredit, dan ijin usaha
5. Keamanan dan kenyamanan berwisata
6. Jaminan kesehatan
7. Penguatan kelembagaan pariwisata
8. Pendampingan dan promosi pariwisata
9. Regulasi persaingan usaha
10. Pengembangan sumberdaya manusia

Menurut Mahdy (1998), peranan masyarakat dalam pengembangan adalah melalui


perilakunya tentang kesadaran setiap warga masyarakat untuk merasa bertanggung jawab dan
berpartisipasi di bidang pariwisata yang dikenal dengan istilah ‘sadar wisata’ Masyarakat lokal
sebagai pihak yang menerima kedatangan wisatawan, perlu dilibatkan dalam proses
pengembangan pariwisata, supaya keberhasilanya lebih terjamin. Berbagai peran dapat
dilaksanakan oleh masyarakat setempat dalam pengembangan pariwisata di daerahnya. Peran
yang dimaksud adalah:

1. Menjadi pemandu wisata


2. Menjadi pelaku usaha pariwisata
3. Mengaktualisasikan budaya masa lalu
4. Mengembangkan lembaga pariwisata

2.3 Kerangka Berpikir


Suatu obyek wisata menjadi daerah tujuan wisata bagi setiap wisatawan harus memiliki
potensi obyek wisata yang menarik. Potensi suatu obyek wisata tidak sama di suatu daerah.
Potensi obyek wisata tersebut dipengaruhi oleh faktor geografi alamiah, dan faktor non alamiah
yang berkaitan dengan keterbatasan prasarana dan sarana, dan adanya atraksi serta tak kalah
pentingnya peran pihak pengelolah swasta dalam mengelolah obyek wisata tersebut. Pelaksanaan
sapta pesona merupakan pegangan bagi kemajuan pengembangan obyek wisata. Sapta pesona
tersebut hadir dengan adanya pengaruh dari masyarakat dan dan pihak pengelolah yang akan
menjadi daya tarik bagi pengunjung untuk senantiasa datang ke obyek wisata tersebut. Jika sapta
pesona yang ada ditetapkan sepenuhnya maka secara otomatis akan meningkatkan arus
kunjungan yang cukup membantu pengembangan bagi suatu obyek wisata.
Pihak swasta dalam upaya pengembangan terlihat dari penyediaan akomodasi, tempat-
tempat hiburan, adanya kegiatan promosi. Upaya-upaya tersebut merupakan salah satu strategi
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kehadiran wisatawan. Dalam pengembangan dan
pembangunan suatu obyek wisata keterlibatan masyarakat diharapkan berperan untuk kehadiran
wisatawan. Kesiapan masyarakt untuk menerima wisatawan dan memberikan kesan yang baik
bagi kehadiran wisatawan, sangat membantu, dalam pengembangan obyek wisata ke arah yang
lebih baik. Pemerintah juga memainkan peranan yang penting sebagai penunjang kelancaran
aktivitas dari suatu obyek wisata. Peran pemerintah dalam upaya pengelolaan dan pengembangan
obyek kampong wisata kampong lawas maspati diharapkan meningkatkan kemajuan wisatawan.
Kerangka berpikir untuk lebih jelasnya digambarkan dalam skema berikut:

Kampung lawas maspati

Identifikasi potensi objek


wisata kampong lawas
maspati

Potensi Kampung Lawas


Maspati

Pengembangan Kampung
Lawas Maspati
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah wilayah yang akan dijadikan sebagai lokasi
penyusunan strategi pengembangan pariwisata daerah pada wilayah kota Surabaya yaitu pada
kampong lawas maspati yang mempunyai potensi wisata untuk dikembangkan.

Adapun lokasi penelitian ini sesuai dengan judul penelitian yaitu Strategi Pengembangan
Kampung wisata Studi pada kampong Lawas Maspati Kecamatan Bubutan Kelurahan Bubutan
Kota Surabaya

3.2 Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus yang merupakan
tipe penelitian kepada satu kasus dilakukan secara intensif, mendalam, mendetail dan
komprehensif. dengan pendekatan kualitatif.

3.3 Informan

Untuk memperoleh data guna kepentingan penelitian ini maka diperlukan informan
yang memahami dan mempunyai kaitan dengan masalah penelitian. Informan dalam penelitian
ini adalah pemerintah kota surabaya, masyarakat yang tinggal di dalam kampong lawas
maspati dan pengunjung yang mengetahui informasi secara rinci tentang Kampung wisata
Kampung Lawas Maspati.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penulisan penelitian ini
adalah:

a. Wawancara (interview).
yaitu bentuk penelitian yang dilakukan untuk memperoleh sejumlah data primer
dengan melalui wawancara lisan langsung kepada informan/pihak-pihak yang
bersangkutan dalam obyek penelitian ini. Teknik wawancara yang penulis gunakan
adalah wawancara tak terstruktur yaitu pedoman wawancara yang memuat pertanyaan
secara garis besar yang akan ditanyakan. Dimana data yang diperoleh dari sejumlah
informan akan bermanfaat guna mewujudkan validitas data secara keseluruhan, dengan
cara membandingkan serta menjadi pelengkap data hasil observasi dan dokumentasi
dengan informasi yang diberikan oleh informan.
b. Observasi/Pengamatan.
yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan kegiatan pengamatan
langsung terhadap obyek-obyek yang diteliti di lapangan untuk memperoleh gambaran
informasi dan keterangan yang relevan dengan objek penelitian.
c. Dokumentasi/Kajian Pustaka.
yaitu pengumpulan data untuk mengumpulkan data-data sekunder dari berbagai
dokumen, peraturan, jurnal, dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya yang berkaitan dengan
permasalahan penelitian, yang dapat mendukung data-data hasil wawancara dan
observasi. Dokumen institusi ini merupakan dokumen resmi yang sangan berguna dalam
penelitian kualitatif

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalan penelitian ini adalah analisis data kualitatif,
mengikuti konsep Miles and Huberman (1984), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis
data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus pada setiap
tahapan penelitian sehingga sampai tuntas, dan datanya sampai jenuh.
Daftar Pustaka

A.Yoeti, Oka. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Angkasa: Bandung.


Ahmad Danil Effendi, et.al, “Strateg Pengembangan Program Pemberdayaan
Masyarakat Pada Model Desa Konservasi Di Taman Nasional Taka Bonerate”, 2014.
Damanik, Janianton dan Helmut F. Weber. 2006. Perencanaan Ekowisata Dari Teori ke
Aplikasi. Yogyakarta: Andi Offset.
Gavin Price dan Barrie George de Wet, “converting the military strategy principle of
simplicity into a successful tool for strategy execution in a geographically dispersed
organisation”, 2012
Ismayanti, Pengantar Pariwisata. PT. Grasindo, 2010.
KBBI, Balai Pustaka, Jakarta, 1986
Kos Edi, “Strategi Pengembangan Objek Wisata Pasar Bawah di Kecamatan Pasar
Manna Kabupaten Bengkulu Selatan”, 2012.
Luu Trong Tuan, “Development Strategy for a Textile Firm”, 2012.
Mahmudi, Mahdi. (1998), Setahun Krisis Asia : Beberapa Pelajaran yang Dapat Diambil
dari krisis Tersebut. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, September.
Miles, M.B & Huberman A.M. 1984, Analisis Data Kualitatif. Terjemahan oleh Tjetjep
Rohendi Rohidi. 1992. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.
R. Agustina, K.A., & Supriharjo, “Pengembangan Kawasan Wisata Budaya di
Kampung Lama Bubutan,” ITS, 2011.
R. Pearce, J. A., & Robinson, Strategic Management : Formulation, and Control.
Columbus McGraw-Hill Higher Education, 2008.
Spillane, James J. 1990. Komoditi Kopi dan Peranannya Dalam Perekonomian
Indonesia. Yogyakarta : Kanisius.
Sujali, 1989. Geografi Pariwisata dan Kepariwisataan. Fakultas Geografi UGM.
Yogyakarta.
T. Mediasworo, “Melestarikan Kota Pustaka Kita,” Cipta Karya, pp. 10–14, 2010.
Z. Albizzia, O., Zamroni, M. I., & Rofiqoh, “Potensi Kampung Prawirodirjan
Gondomanan Sebagai Kampung Wisata Eksotik,” J. Penelit. Bappeda Kota Yogyakarta,
2009.

Anda mungkin juga menyukai