Anda di halaman 1dari 49

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MEMBANTU

PENGEMBANGAN KAMPUNG WISATA DURIAN


(Studi Kasus Pada Kelompok Sadar Wisata Karang Asri Di Desa Ngrogung,
Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur)

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH
KRISMA FEBRI CAHYANINGTYAS
NIM 160141600632

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
APRIL 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga proposal skripsi ini dapat terselesaikan meskipun masih jauh dari kata
sempurna. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan pada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan cahaya kebenaran kepada
umatnya.
Proposal skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan program Sarjana Pendidikan Luar Sekolah Universitas Negeri
Malang. Selama penyusunan proposal skripsi ini banyak pihak yang telah
membantu. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada pihakpihak
yang telah membantu terwujudnya proposal skripsi ini. Pihak-pihak tersebut antara
lain:

1. Prof. Dr. Bambang Budi Wiyono, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Malang yang telah memberi izin untuk
melakukan penelitian.
2. Dr. Zulkarnain, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah yang
telah memberikan dorongan untuk segera menyelesaikan proposal skripsi
ini.
3. Drs. Moh Ishom, M.Pd sebagai Dosen Pembimbing I yang telah
membimbing dan mengarahkan atas selesainya proposal skripsi ini.
4. Dr. Endang Sri Redjeki, M.S sebagai Dosen Pembimbing II yang telah
membimbing dan mengarahkan atas selesainya proposal skripsi ini.
5. Sopingi, S.Sos, M.Pd sebagai dosen pengampu Mata Kuliah Seminar
Proposal Skripsi.

Malang, Apri 2020

Penulis

i
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Konteks Penelitian..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................5
C. Tujuan Penelitian............................................................................................5
D. Kegunaan Penelitian.......................................................................................5
BAB II KAJIAN PUSTAKA....................................................................................7
A. Partisipasi Masyarakat....................................................................................7
B. Proses Partisipasi Masyarakat dalam Mengembangkan Kampung Wisata..17
C. Konsep Kampung Wisata.............................................................................18
BAB III METODE PENELTIAN...........................................................................20
A. Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian..................................................20
B. Kehadiran Peneliti........................................................................................21
C. Lokasi Penelitian..........................................................................................22
D. Sumber Data.................................................................................................22
E. Teknik Pengumpulan Data...........................................................................23
F. Analisi Data..................................................................................................24
G. Pengecekan Keabsahan Data........................................................................25
H. Tahap Penelitian...........................................................................................25
DAFTAR RUJUKAN
LAMPIRAN

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini secara berturut-turut dibahas mengenai (a) konteks penelitian,(b)
focus penelitian, (c) tujuan penelian, (d) kegunaan penelitian

A. Konteks Penelitian
Kampung wisata merupakan salah satu contoh dari Pariwisata berbasis
masyarakat (Community Based Tourism) yang mana perkembangan dan
pengelolaannya dikontrol oleh masyarakat lokal, dimana bagian terbesar dari
manfaat yang dihasilkan kepariwisataan tersebut dinikmati oleh masyarakat lokal,
baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam kepariwisataan
tersebut. (Hausler dan Stradas, 2003:3). Melihat dari prinsipnya, Konsep
Pariwisata Berbasis Masyarakat juga termasuk kedalam pengembangan masyarakat
lokal (Locality Development) sebagaimana yang diungkapkan Rothman dalam
(Suharto, 2009): “Pengembangan masyarakat lokal (Locality Development)
merupakan proses yang ditujukan untuk menciptakan kemajuan sosial dan
ekonomi bagi masyarakat melalui partisipasi aktif serta inisiatif anggota
masyarakat itu sendiri. Anggota masyarakat dipandang bukan sebagai sistem klien
yang bermasalah melainkan sebagai masyarakat yang unik dan memiliki potensi,
hanya saja potensi tersebut belum sepenuhnya dikembangkan.” Berdasarkan
pemaparan tersebut terlihat bahwa Pengembangan masyarakat merupakan kegiatan
pembangunan dimana masyarakat itu sendiri memiliki peran yang sangat penting
dalam terwujudnya keberhasilan dan tercapainya tujuan dari suatu program
pembangunan karena masyarakat lah yang memiliki potensi dan partisipasi aktif
dari masyarakat dalam menciptakan aktivitas atau kegiatan yang bertujuan untuk
mengembangkan potensi tersebut merupakan suatu proses untuk mewujudkan
tujuan dari pengembangan masyarakat. Pentingnya Peran serta aktif masyarakat
dalam program pengembangan masyarakat juga disebutkan dalam pengertian
Pengembangan Masyarakat (Community Development) menurut PBB (1955):
“Pengembangan masyarakat didefinisikan sebagai suatu proses yang dirancang
untuk menciptakan
2

2
3

kemajuan kondisi ekonomi dan sosial bagi seluruh warga masyarakat dengan
partisipasi aktif dan sejauh mungkin menumbuhkan prakarsa masyarakat itu
sendiri.” Dalam sebuah program pengembangan masyarakat seperti Kampung
Kreatif, keikutsertaan masyarakat merupakan hal yang sangat penting untuk
mewujudkan perubahan yang dikehendaki melalui program tersebut. Sebagaimana
tujuan dalam pengembangan masyarakat hanya bisa tercapai apabila ada partisipasi
penuh dari masyarakat. Proses pengembangan masyarakat juga tidak dapat
dipaksakan dari luar dan tidak dapat ditentukan oleh pekerja masyarakat, dewan
perwakilan ataupun instansi pemerintahan. Proses pengembangan masyarakat
adalah suatu proses yang harus dilaksanakan dan dikuasai oleh masyarakat itu
sendiri (Ife, 2006:348).
Hasil penelitian sejenis oleh Rasiman dkk pelaksanaan kegiatan IbM ini
dapat disimpulkan bahwa kegiatan pelatihan pembuatan aneka makanan dari lele
dan tepung mocaf dapat dihasilkan kreasi: 1) abon lele,2) mie, lapis legit, dan kue
cucur dari tepung mocaf. Kegiatan penyuluhan nutrisi pada balita di posyandu
yaitu dengan diberikannya PMT (Program Makanan Tambahan) yang berupa
kacang hijau dan biscuit untuk balita. Sedangkan hasil sarasehan bersama warga,
disepakati bahwa akan menjalin informasi dan komunikasi antar warga, dan
menumbuhkan sikap positif sebagai tuan rumah pembangunan kepariwisataan.
Selain dari hasil penelitian Rasiman dkk, hasil penelitian sejenis lainnya
oleh Dinar Wahyuni yaitu; Pemberdayaan masyarakat di Desa Wisata Nglanggeran
dilakukan melalui tiga strategi, yaitu penyadaran, pengkapasitasan, dan pendayaan.
Penyadaran dilakukan melalui sosialisasi dan inovasi oleh Karang Taruna Putra
Bukit Mandiri untuk menyadarkan masyarakat akan potensi desa Desa
Nglanggeran. Akhirnya masyarakat sepakat menjadikan Nglanggeran sebagai desa
wisata. Masyarakat kemudian menentukan potensi Desa Nglanggeran yang akan
dikembangkan sebagai daya tarik wisata meliputi wisata alam, wisata budaya,
wisata sejarah, dan wisata edukasi. Masyarakat yang telah mempunyai kapasitas
kemudian diberi daya untuk mencapai kemandirian. Dari segi fisik, Desa
Nglanggeran banyak mendapat bantuan dana pembangunan sarana pendukung
wisata dari berbagai pihak. Misalnya, Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul
4

menganggarkan dana pembangunan sarana pendukung wisata dari APBD. Dinas


Pariwisata Provinsi DIY memberikan hibah untuk pengembangan home stay.
Kemudian untuk pengembangan objek wisata, Pertamina memberikan dana CSR
kepada kelompok tani untuk me ngembangkan wisata agro. Lembaga penelitian,
pihak perbankan, perguruan tinggi dan dinas terkait juga bersinergi untuk
pengembangan budidaya kakao mengingat Desa Nglanggeran merupakan salah
satu desa penghasil kakao terbesar di Gunung Kidul.
Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian dari Berry Choresyo dkk. Pada
Program Kampung Kreatif Dago Pojok, prasyarat partisipasi yang meliputi
kesempatan, kemampuan dan keinginan telah tersedia sehingga dengan terciptanya
situasi yang sejalan dengan prasyarat tersebut, keterlibatan dari masyarakat untuk
mendukung program supaya berjalan dengan baik akan terwujud sehingga dapat
kemudian dilihat bagaimana jenis partisipasi yang diberikan oleh masyarakat.
Dengan terpenuhinya prasyarat partisipasi di kampung wisata kreatif Dago Pojok,
warga dapat memberikan berbagai jenis partisipasi untuk mendukung
pengembangan kampung kreatif Dago Pojok.

Kabupaten Ponorogo sejatinya penuh dengan tempat wisata yang tidak


kalah menarik dengan tempat wisata daerah lain, terbukti di wilayah Kec.Ngebel
selain tempat wisata telaga Ngebel ada salah satu tempat wisata kuliner yang
cukup menarik dan sangat sayang kalau kita tidak berkunjung ketempat tersebut
setelah ataupun sebelum berkunjung menyaksikan indahnya telaga Ngebel di pagi
ataupun sore hari. Tepatnya di desa Ngrogung Kec.Ngebel terdapat tempat wisata
kuliner yang dikenal dengan “Kampung Durian”.
Kampung Durian merupakan tempat wisata kuliner bagi penggemar buah
buahan utamanya durian, dikampung durian ini para penggemar durian bisa
menikmati durian dengan bermacam macam jenis durian diantaranya yang
sekarang ini menjadi brand kampung durian yaitu durian “Kanjeng”. Dilansir dari
(https://ponorogo.go.id) menurut Bambang Subagyo selaku ketua Kelompok Tani
Karang Asri yang merangkap ketua Kelompok Sadar Wisata Karang Sari desa
Ngrogung Kec. Ngebel bahwa durian kanjeng saat ini banyak yang menyukai
5

karena sangat lezat dan nimatnya terasa banget, selain itu juga tersedia durian
monthong
6

dan durian lokal yang lain. “Banyak yang kesini untuk menikmati lezatnya durian
“Kanjeng” bahkan hampir semua pejabat di kabupaten Ponorogo dari mulai
Bupati, ketua DPRD sampai kepala SKPD hingga pejabat pejabat yang lain,
bahkan dari wilayah Propinsi Jawa Timur seperti Surabaya, Malang dan Pasuruan.
Biasanya pada hari minggu atau hari hari libur disini sangat ramai, gasebo-gasebo
yang kami siapkan sangat padat penuh pengunjung yang menikmati lezatnya
durian “Kanjeng” atau juga durian durian monthong dan yang lain. Kami
menyiapkan sampai 500 hingga 600 buah durian dihari minggu kadang kadang
kewalahan untuk memenuhi stok durian. Selain buah durian kita juga menyediakan
buah buah yang lain seperti manggis, rambutan dan lain lain, kami kerja sama
dengan kelompok kelompak tani penanam durian di wilayah Ngebel ini”, tutur
Bambang Subagyo.
Berdasarkan hasil studi pendahulu peneliti bahwasannya kedepannya
Kampung Durian merencanakan tidak hanya menjadi tempat wisata kuliner, akan
tetapi juga akan dibangun kolam renang, tempat bermain untuk memanjakan para
wisatawan lokal maupun wisatawan dari daerah daerah lain, kami belum berani
mengekspos atau beriklan dengan gencar karena kami menyadari keberadaan kami
masih jauh dari yang kami rencanakan, belum komplit, belum sempurna apalagi
termasuk akses jalan. Kami menunggu respon dan dukungan para pejabat terkait
untuk merealisasikan mimpi kami ini”, tandas bambang kepada tim yang sengaja
hadir berkunjung ke kampung durian untuk meliput keberadaan kampung tersebut.
Perkembangan Kampung Durian menjadi Kampung Wisata Durian tidak
terlepas dari partisipasai atau keterlibatan mayarakat secara sadar untuk
berinteraksi secara sosial dalam keadaan situasi dan kondisi tertentu. Partisipasi
masyarakat merupakan suatu cara masyarakata baik secara individu maupun
kelompok yang melalui berbagai proses dengan cara berbagi dalam hal-hal nilai-
nilai, tradisi, perasaan,dan kesetiaan. Menurut Isbandi (2007:27) ” Partisipasi
masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian
masalah dan potensi yang ada dimasyarakat, pemilihan dan pengambilan
keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya
7

mengatasi masalah, keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan


yang terjadi”.
8

Berangkat dari apa yang dipaparkan sebelumnya maka peneliti ingin mengangkat
kasus atau permasalahan mengenai “Partisipasi Masyarakat Dalam Membantu
Pengembangan Kampung Wisata Durian Di Desa Ngrogung Kecamatan Ngebel
Kabupaten Ponorogo” Karena ini juga melibatkan atau sangat berkonribusi terkait
dengan keilmuan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) khususnya konsentrasi
Pemberdayaan Masyrakat (PM), yang keilmuannya memang sangat diperlukan di
kalangan masyarakat terutama di pemberdayaan masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaiman Partisipasi Masyarakat Dalam Membantu Pengembangan Kampung
Wisata Durian?
2. Bagaimana Proses Partisipasi masyarakat dalam membantu pengembangan
kampung wisata durian?

C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas diperoleh tujuan penelitian yaitu:
1. Mendeskripsikan Partisipasi Masyarakat Dalam Membantu Pengembangan
Kampung Wisata Durian.
2. Mendeskripsikan Proses masyarakat dalam membantu pengembangan
kampung wisata durian.

D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan yang diharapkan dari penelitiian ini adalah:
1. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan landasari dalam
menambah pengetahuan terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Membantu
Pengembangan Kampung Wisata Durian untuk menjadikan Kampung Wisata
Durian di Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur.
2. Kegunaan Prakti
a. Bagi Kampung Wisata Durian
9

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan landasan bagi masyarakat
Kampung Wisata Durian dalam mengembangkan dan meningkatan kampung
wisata.
b. Bagi Jurusan PLS
Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan kajian dan
infrormasi mengenai Partisipasi Masyarakat Dalam Membantu Pengembangan
Kampung Wisata Durian untuk menjadikan Kampung Wisata Durian di Kabupaten
Ponorogo, Provinsi Jawa Timur.

c. Bagi Peneliti Lain


Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi peneliti lain sebagai bahan
kajian dan infrormasi mengenai Partisipasi Masyarakat Dalam Membantu
Pengembangan Kampung Wisata Durian untuk menjadikan Kampung Wisata
Durian di Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur.
10

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab ini secara berturut-turut dibahas mengenai (a) Partisipasi Masyarakat,
(b) Proses masyarakat dalam mengembangkan kampong wisata, (c) Kampung
Wisata,

A. Partisipasi Masyarakat
Partisipasi dalam kamus bahasa Indonesia adalah keikut sertaan seseorang
dalam suatu kegiatan atau turut berperan atau peran serta. Partisipasi adalah
keteterlibatan seseorang atau beberapa orang dalam suatu kegiatan. Keterlibatan
dapat berupa keterlibatan mental dan emosi serta fisik dalam menggunakan segala
kemampuan yang dimilikinya (berinisiatif) dalam segala kegiatan yang
dilaksanakan serta mendukung pencapaian tujuan dan tanggung jawab atas segala
keterlibatan. Partisipasi merupakan keterlibatan mental dan emosi dari seseorang di
dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk menyokong kepada
pencapaian tujuan pada tujuan kelompok tersebut dan ikut bertanggung jawab
terhadap kelompoknya.(Irene, 2011:50) Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 5 Tahun 2007 menyebutkan bahwa partisipasi adalah keikutsertaan dan
keterlibatan masyarakat secara aktif dalam proses perencanaan pembangunan.
Partisipasi adalah penentuan sikap dan keterlibatan hasrat setiap individu dalam
situasi dan kondisi organisasinya, sehingga pada akhirnya mendorong individu
tersebut untuk berperan serta dalam pencapaian tujuan organisasi, serta ambil
bagian dalam setiap pertanggungjawaban bersama.(Kencana, 2002:132).
Partisipasi masyarakat atau partisipasi warga adalah proses ketika warga,
sebagai makhluk individu maupun kelompok sosial dan organisasi, mengambil
peran serta ikut mempengaruhi proses perencanaan pelaksanaan dan pemantauan
kebijakan yang langsung mempengaruhi kehidupan mereka. (Sumarto, 2003:17)
Menurut Pasaribu dan Simanjuntak, partisipasi masyarakat berarti masyarakat ikut
serta, yaitu mengikuti dan menyertai pemerintah karena kenyataaannya
pemerintahlah yang sampai dewasa ini merupakan perancang, penyelenggara, dan
pembayar utama dalam pembangunan.Masyarakat diharapkan dapat ikut serta,
11

karena di seleggarakan dan dibiayai utama oleh pemerintah itu dimaksudkan untuk
sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat sendiri, untuk rakyat banyak. (dalam
Siti Fatimah,2012:10) GordonW. Allport berpendapat bahwa seseorang yang
berpartisipasi sebenarnya mengalami keterlibatan dirinya/egonya yang sifatnya
lebih daripada keterlibatan dalam pekerjaan atau tugas saja, yang berarti
keterlibatan pikiran dan perasaannya. Sedangkan Keith davis mengatakan bahwa
partisipasi adalah keterlibatan mental pikiran dan emosi/perasaan seseorang di
dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan
kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab
terhadap usaha yang bersangkutan. Selain itu Alastaire White, mengemukan bahwa
partisipasi adalah keterlibatan komunitas setempat secara aktif dalam pengambilan
keputusan atau pelaksanaannya terhadap proyek-proyek pembangunan untuk
masyarakat. (dalam Sunarti, 2003:76-77).
Keberhasilan penyelenggaraan otonomi daerah tidak terlepas dari adanya
partisipasi aktif anggota masyarakatnya. Masyarakat daerah, baik sebagai kesatuan
sistem maupun sebagai individu, merupakan bagian integral yang sangat penting
dari sistem pemerintahan, karena secara prinsip penyelenggaraan daerah ditujukan
guna mewujudkan masyarakat yang sejahtera di daerah yang bersangkutan.
Konsepsi partisipasi masyarakat terkait secara langsung dengan ide demokrasi,
dimana prinsip dasar demokrasi “dari, oleh dan untuk rakyat”, akan: “memberikan
pada setiap warga negara kemungkinan untuk menaiki jenjang skala sosial dan
dengan demikian menurut hukum membuka jalan bagi hak-hak masyarakat untuk
meniadakan semua hak istimewa yang dibawa sejak lahir, serta menginginkan agar
perjuangan demi keunggulan dalam masyarakat ditentukan semata-mata oleh
kemampuan seseorang”. Bintoro Tjokroamidjojo menegaskan pembangunan yang
meliputi segala segi kehidupan, politik, ekonomi dan sosial budaya itu baru akan
berhasil apabila merupakan kegiatan yang melibatkan partisipasi dari seluruh
rakyat di dalam suatu negara. (Josef Riwu, 2007:120-125) Adapun pengertian
pembangunan menurut W.W Rostow (Abdul Hakim, 2004:89) yaitu proses yang
bergerak dalam sebuah garis lurus, yakni dari masyarakat terbelakang ke
12

masyarakat negara yang maju. Selanjutnya menurut Rogers (Harun, 2011:3)


pembangunan yaitu
13

perubahan yang berguna menuju suatu sistem sosial dan ekonomi yang diputuskan
sebagai kehendak suatu bangsa.
Dalam proses pembangunan di segala sektor, aparat negara acapkali
mengambil kebijakan-kebijakan yang terwujud dalam pelbagai keputusan yang
mengikat masyarakat umum dengan tujuan demi tercapainya tingkat kesejahteraan
yang lebih tinggi. Sesungguhnya, sudah saatnya bagi kita untuk lebih
memperhatikan kehendak rakyat yang sebenarnya sekaligus mendidik mereka
terlibat dalam gerak pembangunan dengan sepenuh hati. (Wahyudi, 2007:135)
Partisipasi menurut Huneryear dan Hecman adalah sebagai keterlibatan mental dan
emosional individu dalam situasi kelompok yang mendorong memberikan
sumbangan terhadap tujuan kelompok serta membagi tanggung jawab bersama
mereka.(Siti Irene,2011:51) Bintoro Tjokroamidjojo (dalam Susantyo, 2007:15)
mengemukakan pengertian partisipasi dalam hubungannya dengan proses
pembangunan, bidang ekonomi khususnya, yaitu : a. Keterlibatan dalam
menentukan arah, strategi dan kebijakan pembangunan yang dilakukan oleh
pemerintah. Hal ini bukan saja berlangsung dalam proses politik, tetapi juga dalam
proses sosial yaitu hubungan antara kelompok-kelompok kepentingan dalam
masyarakat. b. Keterlibatan dalam memikul beban dan tanggung jawab dalam
pelaksanaan kegiatan pembangunan dalam bentuk sumbangan dalam mobilisasi
pembiayaan pembangunan, kegiatan produktif yang serasi, pengawasan sosial atas
jalannya pembangunan, dan lainnya. c. Keterlibatan dalam memetik hasil dan
manfaat pembangunan secara berkeadilan.
Menurut Parwoto, partisipasi masyarakat merupakan keterlibatan anggota
masyarakat dalam pembangunan dan pelaksanaan (implementasi) program atau
proyek pembangunan yang dilakukan dalam masyarakat lokal. (Siti Irene, 2011:56)
Partisipasi dalam kehidupan pilitik menyebabkan pengembangan kapasitas
pribadi.Dalam ukuran moral patisipasi dalam praktiknya sebagai jalan menuju
kebebasan dan pengembangan diri.Partisipasi sebagai salah satu dimensi dalam
demokrasi juga dikembangkan di dalam lembaga-lembaga sosial dan ekonomi.
Gaventa dan Valderma mengidentifikasi tiga tradisi konsep partisipasi bila
dikaitkan
14

dengan praktis pembangunan masyarakat yang demokratis, yaitu partisipasi politik,


partisipasi sosial, dan partisipasi warga.

1. Partisipasi politik Partisipasi politik sering kali dihubungkan dengan proses


politik yang demokratik, yang melibatkan interaksi perseorangan dan
organisasi. Partisipasi politik dihubungkan dengan demokrasi politik yang
mengedepankan prinsip perwakilan dan partisipasi tidak langsung.
2. Partisipasi sosial Partisipasi sosial lebih berorientasi pada perencanaan dan
implementasi pembangunan. Partisipasi ini ditempatkan sebagai keterlibatan
masyarakat terutama yang terkait dengan proses pembangunan dalam
konsultasi data dan pengambilan keputusan pada semua tahapan siklus proyek
pembangunan, dari evaluasi sampai penilaian, implementasi, pemantauan, dan
evaluasi.

Beberapa asumsi yang dipakai untuk mendorong partisipasi sosial, yaitu :

a. Rakyatlah yang paling tau kebutuhannya, karena rakyat mempunyai hak


untuk mengidentifikasikan dan menentukan kebutuhan pembangunan di
lokalnya.
b. Partisipasi sosial dapat menjamin kepentingan dan suara-suara kelompok
yang selama ini dimarjinalkan dalam berbagai aspek pembangunan.
c. Partisipasi sosial dalam pengawasan terhadap proses pembangunan dapat
menjamin tidak terjadinya berbagai penyimpangan, penurunan kualitas dan
kuantitas pembangunan.
3. Partisipasi masyarakat

Partisipasi masyarakat menekankan pada “partisipasi” langsung warga


dalam pengambilan keputusan pada lembaga dan proses kepemerintahan. Gaventa
dan Valderma menegaskan bahwa partisipasi masyarakat telah mengalihkan
konsep partisipasi menuju suatu kepedulian dengan berbagai bentuk keikut-sertaan
warga dalam pembuatan kebijaksanaan dan pengambilan keputusan di berbagai
gelanggang kunci yang mempengaruhi kehidupan warga masyarakat.
Menurut (Irene, 2011:55) pengembangan konsep dan asumsi dasar untuk
meluangkan gagasan dan praktik tentang partisipasi masyarakat meliputi :
15

a. Partisipasi merupakan hak politik yang melekat pada warga sebagaimana


hak politik lainnya.
b. Partisipasi langsung dalam pengambilan keputusan mengenai kebijakan
publik di lembaga-lembaga formal dapat untuk menutupi kegagalan
demokrasi perwakilan.
c. Partisipasi masyarakat secara langsung dalam pengambilan keputusan
publik dapat mendorong partisipasi lebih bermakna.
d. Partisipasi dapat dilakukan secara sistematik, bukan hal yang insidental. e.
Berkaitan dengan diterimanya desentralisasi sebagai instrumen yang
mendorong tata pemerintahan yang baik (good governance).
e. Partisipasi masyarakat dapat meningkatkan kepercayaan publik terhadap
penyelenggaraan dan lembaga pemerintah.

Partisipasi masyarakat terdapat dua dimensi penting.Dimensi


pertama adalah siapa yang berpartisipasi. Untuk itu Cohne dan Uphoff
mengklasifikasikan masyarakat berdasarkan latar belakang dan tanggung
jawabnya, yaitu :

a. Penduduk setempat

b. Pemimpin masyarakat.

c. Pegawai pemeritahan

d. Pegawai asing yang mungkin dipertimbangkan memiliki peran penting


dalam suatu atau kegiatan tertentu. Moeljanto menyatakan bahwa dalam
konteks partisipasi lokal, semua mitra pelaksana suatu program merupakan
persyaratan murni, artinya pelaksanaan harus memaksimumkan partisipasi
masyarakat dalam upaya meningkatkan kesejahteraan umum mereka.

Terdapat beberapa langkah yang dapat diambil untuk mendorong


partisipasi lokal kearah tercapainya program pemerintah :
16

a. Berorietasi kearah hubungan yang lebih efektif dengan masyarakat melalui


pembangunan koalisi dan jaringan komunikasi.
17

b. Peningkatan rasa tanggung jawab masyarakat untuk pembangunan mereka


sendiri dan peningkatan kesadaran mereka akan kebutuhan mereka,
masalah mereka, kemampuan mereka dan potensi mereka.
c. Memperlancar komunikasi antar berbagai potensi lokal sehingga masing –
masing dapat lebih menyadari perspektif partisipasi lain.
d. Penerapan prisip tertentu, yaitu tentang hidup, belajar merencanakan dan
bekerja bersama – sama dengan rakyat.

Menurut (Irene, 2011:59) dimesi dua, bagaimana partisipasi itu


berlangsung. Dimensi ini penting diperhatikan terutama untuk mengetahui
hal – hal seperti :

a. Apakah inisiatif itu datang dari administrator ataukah dari masyarakat


setempat.
b. Apakah dorongan partisipasi itu sukarela atau paksaan.
c. Saluran partisipasi itu apakah berlangsung dalam berisikan individu atau
kolektif dalam organisasi formal ataukah informal dan apakah pertisipasi
itu secara lagsung atau melibatkan wakil.
d. Durasi partisipasi
e. Ruang lingkup partisipasi, apakah sekali untuk seluruhnya, sementara atau
berkelanjut dan meluas.
f. Memberikan kekuasaan yang meliputi bagaimana keterlibatan efektif
masyarakat dalam mengambil keputusan dan pelaksanaan yang mengarah
pada hasil yang diharapkan.

Partisipasi masyarakat menurut (Riwu, 2007:127) dapat terjadi pada


empat jenjang yaitu pertama, partisipasi dalam pengambilan
keputusan.Kedua, partisipasi dalam pelaksanaan. Ketiga, partisipasi dalam
pemanfaatan.Keempat, partisipasi dalam evaluasi.

a. Partisipasi dalam proses pembuatan keputusan. Setiap proses


penyelenggaraan, terutama dalam kehidupan bersama masyarakat, pasti
melewati tahap penentuan kebijaksanaan. Partisipasi masyarakat pada tahap
18

ini sangat mendasar sekali, terutama karena yang di ambil menyangkut


nasib
19

mereka secara keseluruhan yang menyangkut kepentingan bersama.


Partisipasi dalam hal pengambilan keputusan ini bermacam-macam, seperti
kehadiran rapat, diskusi, sumbangan pemikiran, tanggapan atau penolakan
terhadap program yang ditawarkan.
b. Partisipasi dalam pelaksanaan. Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan
program merupakan lanjutan dari rencana yang telah disepakati
sebelumnya. Dalam hal ini Uphoff menegaskan bahwa partisipasi dalam
pembangunan ini dapat dilakukan melalui keikutsertaan masyarakat dalam
memberikan konstribusi guna menunjang pelaksanaan pembangunan yang
berwujud tenaga, uang, barang, material, maupun informasi yang berguna
bagi pelaksanaan pembangunan.
c. Partisipasi dalam pengambilan manfaat. Partisipasi ini tidak terlepas dari
kualitas maupun kuantitas dari hasil pelaksanaan program yang bisa
dicapai. Dari segi kualitas, keberhasilan suatu program akan ditandai
dengan adanya peningkatan output, sedangkan dari segi kuantitas dapat
dilihat seberapa besar persentase keberhasilan program yang
dilaksananakan, apakah sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
Partisipasi dalam menikmati hasil dapat dilihat dari tiga segi, yaitu dari
aspek manfaat materialnya, manfaat sosialnya dan manfaat pribadi.
d. Partisipasi dalam evaluasi. Partisipasi dalam evaluasi ini berkaitan dengan
masalah pelaksanaan program secara menyeluruh. Partisipasi ini bertujuan
untuk mengetahui apakah pelaksanaan program telah sesuai dengan yang
ditetapkan atau ada penyimpangan.

Partisipasi dalam proses pengambilan keputusan untuk mewujudkan


pembangunan sangat diperlukan, karena pembangunan yang berhasil harus
didukung oleh semua komponen bangsa, agar masyarakat memiliki rasa
memiliki dan rasa tanggung jawab terhadap pelaksanaan pembangunan itu
sendiri. Pembangunan sebenarnya merupakan suatu proses perubahan yang
direncanakan dan dikehendaki. Setidaknya pembangunan pada umumnya
merupakan kehendak masyarakat yang terwujud dalam keputusan-
keputusan yang diambil oleh para
20

pemimpinnya, yang kemudian disusun dalam suatu perencanaan yang selanjutnya


dilaksanakan.
Pembangunan mungkin hanya menyangkut suatu bidang kehidupan
saja, namun mungkin dilakukan secara simultan terhadap pelbagai bidang
kehidupan yang saling berkaitan.( Harun, 2011:249) Macam tipologi
partisipasi masyarakat yaitu :

a. Partisipasi pasif/manipulatif dengan karakteristik masyarakat diberitahu apa


yang sedang atau telah terjadi, pengumuman sepihak oleh pelaksana proyek
tanpa memperhatikan tanggapan masyarakat dan informasi yang diperlukan
terbatas pada kalangan professional di luar kelompok sasaran.
b. Partisipasi informatif memiliki karakteristik dimana masyarakat menjawab
pertanyaan-pertanyaan penelitian, masyarakat tidak diberi kesempatan
untuk terlibat dan mempengaruhi proses penelitian dan akurasi hasil
penelitian tidak dibahas bersama masyarakat.
c. Partisipasi konsultatif dengan karakteristik masyarakat berpartisipasi
dengan cara konsultasi, tidak ada peluang membuat keputusan bersama,
dan professional tidak berkewajiban untuk mengajukan pandangan (sebagai
masukan) atau tindak lanjut.
d. Partisipasi intensif memiliki karakteristik masyarakat memberikan
korbanan atau jasanya untuk memperoleh imbalan berupa intensif/upah.
Mayarakat tidak dilibatkan dalam proses pembelajaran atau eksperimen
yang dilakukan dan masyarakat tidak memiliki andil untuk melanjutkan
kegiatan-kegiatan setelah intensif dihentikan.
e. Partisipasi fungsional memiliki karakteristik masyarakat membentuk
kelompok untuk mancapai tujuan proyek, pembentukan kelompok biasanya
setelah ada keputusan-keputusan utama yang disepakati, pada tahap awal
masyarakat tergantung terhadap pihak luar namun secara bertahap
menunjukkan kemandiriannya.
f. Partisipasi interaktif memiliki cirri dimana masyarakat berperan dalam
analisis untuk perencanaan kegiatan dan pembentukan penguatan
21

kelembagaan dan cenderung melibatkan metode interdisipliner yang


mencari
22

keragaman perpesktif dalam proses belajar mengajar yang terstruktur dan


sistematis. Masyarakat memiliki peran untuk mengontrolatas (pelaksanaan)
keputusan-keputusan mereka, sehingga memiliki andil dalam keseluruhan
proses kegiatan. g. Self mobilization (mandiri) memiliki karakter
masyarakat mengambil inisiatif sendiri secara bebas untuk mengubah
sistem dan nilai-nilai yang mereka miliki. Masyarakat mengembangkan
kontak dengan pihak-pihak lain untuk mendapatkan bantuan-bantuan teknis
dan sumberdaya yang diperlukan. Masyarakat memgang kendali atas
pemanfaatan sumberdaya yang ada dan atau digunakan.

Partisipasi masyarakat juga berarti adanya keterlibatan langsung


bagi warga dalam proses pengambilan keputusan dan kontrol serta
koordinasi dalam mempertahankan hak-hak sosialnya. Jika dikaitkan
dengan tingkat kekuasaan yang diberikan kepada masyarakat dikaitkan
dengan partisipasi sebagaimana dijelaskan oleh Shery Arstein, maka peran
serta masyarakat dalam perencanaan dapat dibedakan ke dalam anak tangga
sebagai berikut :

a. Citizen power Pada tahap ini terjadi pembagian hak, tanggung jawab, dan
wewenang antara masyarakat dan pemerintah dalam pengambilan
keputusan. Tingkatan meliputi kontrol masyarakat, pelimpahan, dan
kemitraan.
b. Tokenism Pada tahap ini hanya sekedar formalitas yang memungkinkan
masyarakat mendengar dan memiliki hak untuk member suara, tetapi
pendapat mereka belum menjadi bahan dalam pengambilan keputusan.
Tingkatan meliputi penetraman, konsultasi, dan informasi.
c. Non partipation Pada tahap ini masyarakat hanya menjadi objek. Tingkatan
ini meliputi terapi dan manipulasi.

Berdasarkan anak tangga dapat diasumsikan bahwa partisipasi yang


mampu menggerakkan dinamika masyarakat adalah partisipasi yang
diklasifikasikan ke dalam citizen power, karena dalam konteks inilah
23

terdapat ketelibatan masyarakat sipil sebagai pilar penting dalam


menggerakkan masyarakat demokratis. Secara
24

khusus lagi peter Oakley mencoba memetakan partisipasi dalam tujuh tingkatan
sebagaimana dijelaskan sebagai berikut :

a. Manipulation Tingkat paling rendah mendekati situasi tidak ada partisipasi,


cenderung berbentuk indotrinasi.
b. consultation Stakeholder mempunyai peluang untuk memberikan saran
akan digunakan seperti yang mereka harapkan.
c. Consensus building Pada tingkat ini stakeholder berinteraksi untuk saling
memahami dan dalm posisi saling bernegosiasi, toleransi dengan seluruh
anggota kelompok.
d. Decision-making Consensus terjadi disarkan pada keputusan kolektif dan
bersumber pada rasa tanggung jawab untuk menghasilkan sesuatu.
e. Risk-taking Proses yang berlangsung dan berkembang tidak hanya sekedar
menghasilkan keputusan, tetapi memikirkan akibat dari hasil yang
menyangkut keuntungan, hambatan, dan impikasi.
f. Partnership Memerlukan kerja secara equal menuju hasil yang
mutual.Equal tidak hanya sekedar dalam bentuk struktur dan fungsi tetapi
dalam tanggung jawab.
g. Self-management Puncak dari partisipasi masyarakat. Stakeholder
berinteraksi dalam proses saling belajar untuk mengoptimalkan hasil dan
hal-hal yang menjadi perhatian. (Irene, 2011:66)

Partisipasi menurut effendi, terbagi atas partisipasi vertikal dan


partisipasi horizontal. Disebut partisipasi vertikal karena terjadi dalam
bentuk kondisi tertentu masyarakat terlibat atau mengambil bagian dalam
suatu program pihak lain, dalam hubungan dimana masyarakat berada
sebagai status bawahan, pengikut, atau klien. Adapun dalam partisipasi
horizontal, masyarakat mempunyai prakarsa dimana setiap anggota atau
kelompok masyarakat berpartisipasi horizontal satu dengan yang
lainnya.Partisipasi semacam ini merupakan tanda permulaan tumbuhnya
masyarakat yang mampu berkembang secara mandiri. (Irene, 2001:58)
25

B. Proses Partisipasi Masyarakat dalam Mengembangkan Kampung Wisata


Proses Masyarakat dalam Mengembangkan Kampung Wisata jika
dimelihat dari prinsipnya, Konsep Pariwisata Berbasis Masyarakat juga
termasuk kedalam pengembangan masyarakat lokal (Locality
Development) sebagaimana yang diungkapkan Rothman (1968) (dalam
Suharto, 2009). Pengembangan masyarakat lokal (Locality Development)
merupakan proses yang ditujukan untuk menciptakan kemajuan sosial dan
ekonomi bagi masyarakat melalui partisipasi aktif serta inisiatif anggota
masyarakat itu sendiri. Anggota masyarakat dipandang bukan sebagai
sistem klien yang bermasalah melainkan sebagai masyarakat yang unik dan
memiliki potensi, hanya saja potensi tersebut belum sepenuhnya
dikembangkan.
Berdasarkan pemaparan tersebut terlihat bahwa Proses partisipasi
masyarakat merupakan kegiatan pembangunan dimana masyarakat itu
sendiri memiliki peran yang sangat penting dalam terwujudnya
keberhasilan dan tercapainya tujuan dari suatu program pembangunan
karena masyarakat lah yang memiliki potensi dan partisipasi aktif dari
masyarakat dalam menciptakan aktivitas atau kegiatan yang bertujuan
untuk mengembangkan potensi tersebut merupakan suatu proses untuk
mewujudkan tujuan dari pengembangan masyarakat. Pentingnya Peran
serta aktif masyarakat dalam program pengembangan masyarakat juga
disebutkan dalam pengertian Pengembangan Masyarakat (Community
Development) menurut PBB (1955): “Pengembangan masyarakat
didefinisikan sebagai suatu proses yang dirancang untuk menciptakan
kemajuan kondisi ekonomi dan sosial bagi seluruh warga masyarakat
dengan partisipasi aktif dan sejauh mungkin menumbuhkan prakarsa
masyarakat itu sendiri.” Dalam sebuah program pengembangan masyarakat
seperti Kampung Kreatif, keikutsertaan masyarakat merupakan hal yang
sangat penting untuk mewujudkan perubahan yang dikehendaki melalui
program tersebut. Sebagaimana tujuan dalam pengembangan masyarakat
hanya bisa tercapai apabila ada partisipasi penuh dari masyarakat. Proses
26

pengembangan masyarakat juga tidak dapat dipaksakan dari luar dan tidak
dapat ditentukan oleh pekerja masyarakat, dewan perwakilan ataupun
instansi pemerintahan. Proses pengembangan masyarakat adalah suatu
proses yang harus dilaksanakan dan dikuasai oleh masyarakat itu sendiri
(Ife, 2006:348,349).
27

C. Konsep Kampung Wisata


Tren pariwisata saat ini ialah pariwisata yang membaur dengan
masyarakat local dan alamnya seperti kehidupan di daerah desa sebagai
tujuan wisata. Desa sebagai objek sekaligus juga sebagai subjek dari
kepariwisataan. Berdampak pada atraksi wisata serta kehidupan yang ada di
pedesaan merupakan tujuan bagi kegiatan wisata, sedangkan sebagai subjek
bahwa desa dengan segala aktivitas sosial budayanya dan apa yang
dihasilkan oleh kegiatan tersebut akan dinikmati oleh masyarakatnya secara
langsung. Peran aktif masyarakat akan menentukan kelangsungan kegiatan
pariwisata pedesaan (Soebagjo, 1991). Organisation for Economic
Cooperation and Development (OECD:1994) berpendapat bahwa wilayah
pedesaan yang memiliki sedikit penduduk yaitu sekitar 9.000 jiwa.
Mayoritas pemanfaatan kawasan dikuasai oleh lahan pertanian, kehutanan
maupun daerah alam. Kehidupan masyarakatnya cenderung ke arah
tradisional dan budya kehidupan di masa lalu yang masih kental dan
melekat.
Kampung wisata merupakan salah satu contoh dari Pariwisata
berbasis masyarakat (Community Based Tourism) yang mana
perkembangan dan pengelolaannya dikontrol oleh masyarakat lokal,
dimana sebagian terbesar dari manfaat yang dihasilkan kepariwisataan
tersebut dinikmati oleh masyarakat lokal, baik yang terlibat secara langsung
maupun tidak langsung dalam kepariwisataan tersebut (Chairunisa, 2012).
Menurut Rothman dalam Suharto (2009) “Pengembangan masyarakat lokal
(Locality Development) merupakan proses yang ditujukan untuk
menciptakan kemajuan sosial dan ekonomi bagi masyarakat melalui
partisipasi aktif serta inisiatif anggota masyarakat itu sendiri. Anggota
masyarakat dipandang bukan sebagai sistem klien yang bermasalah
melainkan sebagai masyarakat yang unik dan memiliki potensi, hanya saja
potensi tersebut belum sepenuhnya dikembangkan”.
Berdasarkan apa yang dipaparkan oleh para ahli tersebut terlihat
bahwa Pengembangan masyarakat merupakan kegiatan pembangunan
dimana masyarakat itu sendiri memiliki peran yang sangat penting dalam
28

terwujudnya keberhasilan dan tercapainya tujuan dari suatu program


pembangunan karena masyarakat lah yang memiliki potensi dan partisipasi
aktif dari masyarakat dalam menciptakan aktivitas
29

atau kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan potensi tersebut merupakan


suatu proses untuk mewujudkan tujuan dari pengembangan masyarakat.
30

BAB III
METODE PENELTIAN
Bab ini secara berturut-turut dibahas mengenai (a) pendekatan penelitian
dan jenis penelitian, (b) kehadiran peneliti, (c) lokasi penelitian, (d) sumber data,
(e) teknik pengumpulan Data, (f) analisis data, (g) pengencekan keabsahan data,
(h) Tahap – Tahap penelitian.

A. Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian


1. Pendekatan Penelitian Kualitatif

Berdasarkan konteks permasalahan yang telah dipaparkan pada bab


sebelumnya peneliti melakukan pendekatan Kualitatif . Penelitian kualitatif adalah
penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah, dimana
peneliti merupakan instrumen kunci (Sugiyono, 2005). Perbedaannya dengan
penelitian kuantitatif adalah penelitian ini berangkat dari data, memanfaatkan teori
yang ada sebagai bahan penjelas dan berakhir dengan sebuah teori. Menurut
Moleong (2005:6), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistic, dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

2. Jenis Penelitian Studi Kasus Deskriptif ( Descriptive Case Studies )


Dilihat dari kontek permasalahan peneliti memilih jenis penelitian studi
kasus deskriptif yang dipandang salah satu metode untuk melaah secara
mendalam suatu totalitas sesuai dengan konteksnya masing – msing dengan
maksud untuk memahami berbagai kaitan yang ada unsur – unsur yang
terkandung di dalamnya. Dikatakan menurut ( Ulfatin, 2015) studi kasus
adalah metode penelitian yang memusatkan perhatian pada suatu kasus secara
31

intensif dan rinci. Studi kasus dalam penelitian kualitatif umumnya bertujuan
untuk mempertahankan keutuhan dari objek yang diteliti. Dikatakan studi
kasus karena sasaran dan fakus kasusnya yang unik, sasaran studi kasus dapat
berupa manusia, peristiwa, latar, dokumen.
Pada studi kasus deskriptif ini peneliti ingin melacak urutan peristiwa,
hubunga antar pribadi menggambarkan sub budaya, dan menemukan fenomena
kunci dalam suatu peristiwa, isu – isu yang ditemukan dalam studi kasus
deskriptif pada umumnya dalam bentuk unjuk kerja perorangan, truktur
kelompok, dan struktur lingkungan sosial. Dalam banyak penelitian kualitatif
biasanya bisa disebut deskripif karena secara umum karakteristiknya dari
kualitatif memag bersifat deskriptif. Oleh karena itu , studi kasusu deskriptif
dapat diintegrasikan dan dikombinasikan dengan studi kasus lain, seperti studi
kasus deskriptif- eksploratoris, deskriptif – eksplanatoris, deskriptif kasus
tunggal, deskriptif – multisitus,dan seterusnya.

B. Kehadiran Peneliti
Peneliti berusaha untuk memahami makna peristiwa dan iteraksi orang
– orang dalam situasi tertentu. Untuk dapat memahami makna peristiwa dan
interaksi orang – orang tersebut, maka diperlukan keterlibatan langsung penliti
terhadap subjek yang di lapangan. Kehadiran peneliti dalam hal ini bertindak
sebagai instrument kunci. Hal ini terutama dalam berinteraksi sosial dalam
pengumpulan data yang relative cukup lama. Pengamatan ini berperan serta
agar peneliti dapat memahami kehidupan sehari – hari pada diri subjek. Dalam
melakukan pengamatan dimaksudkan agar peneliti dapat memasuki dunia
subjek dengan beberapa cara dan segaligus sebagai alasan mengapa dirinya
harus hadir dilapangan.
32

C. Lokasi Penelitian
Ditinjau dari kontes permasalahan peneliti menetapan lokasi penelitian
di Desa Ngrogung, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa
Timur. Gambar.3.1

Gambar. 3.1 Peta Kabupaten Ponorogo


Sumber: https://www.google.com

D. Sumber Data
Berdasarkan pendapat Arkunto (2002) mengklasifikasikannya menjadi
tiga yaitu orang, tempat dan symbol yang kemudian disingkat dalam Bahasa
inggris menjadi 3P (person,place, papar). Orang (person) adalaha sumber data
yang bisa memberikan data brrupa jawaban lisan melalui wawacara atau
jawaban tetulis melalui angke. Tempat (place) adalah sumber data yan
menajikan tampilan berupa keadaan diam atau bergerak. Simbol (paper)
adalah sumber data yang menyajikan tanda- tanda berupa huruf,angka ,
gambar, atau simbol-simbol alinya seperi arca, ukiran kayu,dan lain-lain.
Sumber data yang dipilih oleh peneliti berupa informan (kata-kata dan
tindakan orang), dan dokumen.
33

E. Teknik Pengumpulan Data


Berdasarkan pendekatan kuanlitatif dan jenis penelitian studi kasusu
deskriptif teknik utama yang dilakukan peneliti dalam pengumpulan data,
yaitus: (1) wawancara, (2) observasi,(3) studi dokumentasi.
1. Observasi (pengamatan)
Untuk melangkapi teknik wawancara peneliti juga menggunakan teknik
obsevasi ( pengamatan) guna untuk mengamati kejadian atau proses yang
terkait dengan kontek penelitian atau permasalahan untuk mendapatkan
informasi atau data terkait dengan apa yang diamati.
2. Wawancara
Dalam konteks penelitian, teknik pengupulan data yang dilakukan
peneliti yaitu dengan teknik wawancara guna untuk mendapatkan begabai
informasi yang khusus terkait dengan kontek permasalahan yang tidak hanya
dikatakan, tetapi juga apa yang dipikirkan, dan yang dirasakan orang.
Wawancara juga dimaksudkan untuk mengungkapkan apa yang tersembunyi di
balik peristiwa apa yang dikatakan orang tersebut (hidden). Paton (2001)
mengistilahkannya “ in an on someone else’s mind “. Oleh karena itu,
wawancara dalam penelitian kualitatif memelukan waktu yang relatif lama
danmenuntut kreativitas peneliti untuk bisa mengungkapkan keseluruhan apa
yang ada pada diri subjek.Guba dan Lincoln (1981) menjelaskan alasan
digunakannya wawacara dalam penelitian kualitatif antara lain untuk
mengkontruksikan seseorang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi,
tuntuntan, kepedulian, dan lain –lain sebagai kebetulan yang dialami pada
masa lalu.
3. Dokumentasi
Untuk melengkapi hasil dari observasi dan wawancara peneliti juga
menggunakan teknik dokumentasi guna sebagai pendukung data hasil
penelitian. Teknik analisis dokumentasi merupakan pemeriksaan data tentang
sekolah mulai dari profil sekolah, Program sekolah, Program pembelajaran,
hingga kegiatan- kegiatan sekolah baik mengenai penyusunan program dan
implementasi pembelajaran di sekolah ( Wijono, 2007).
34

F. Analisi Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif yang menggunakan logika
induktif abstraktif yang bertolak dari husus ke umum”. Konseptualisasi,
kategorilisasi, dan deskripsi dikembangkan oleh peneliti berdasarkan kejadian,
peristiwa, dan fenomena yang diperoleh dilapangan. Dalam analisis data
peneliti mengikuti siklus oleh Miles dan Hubeman (1994). secara interaktif
pada Gambar 4.1

Gambar 4.1. Gambar Analisis Pengumpulan Data Penelitian

Pada gambar 3.1 menunjukan bahwa sifat interaktif pengumpulan data


dengan analisis data. Bahkan pengumpulan data juga ditempatkan sebagai
komponen yang merupakan bagian intergral dari kegiatan analisis data. Dalam
hal demikian, dengan sendirinya pada pengumpulan data , peneliti melakukan
perbandingan – perbandingan untuk mendapatkan konsep, kategori, dan
bahkan teori.
1. Penggumpulan data (data colection)
2. Kondensasi (data condensation)
3. Tampilan data (data display)
4. Menggambarkan dan memverifikasi data (data drawing and veryfying)
35

Analisis data nmengandung arti: diedit, diberi kode, dan bahkan dibuat
tabel. Dengan kondasasi data, bearti peneliti membuat ikhtisar hasil
pengumpulan data selengkapnya mungkin dan kemudian memilah-
milah data sesuai dengan fokus penelitian. Seperangkat hasil
kondensasi data, juga perlu diorganisir ke dalam suatu bentuk sajian
tertentu (data display), sehingga terlihat sosoknya secara utuh, Sajian
data berbentuk catatan wawancara, catatan observasi, dan catatan
dokumentasi. Dengan sajian data yang demikian, maka akan
memudahkan upaya pemaparan data penegasan simpulan (conclusion
drawing and verifying)

G. Pengecekan Keabsahan Data


Dalam melihat kredibilitas data atau validitas internal data dalam
peneliti menggunakan cara Triangulasi (Triangulation). Triangulasi adalah
memeriksa/mengecek keabsahan data dengan menggunakan; (1) banyak
sumber data, (2) banyak metode/teknik pengumpulan untuk konfirmasi data,
(3) banyak waktu, dan (4) banyak penyidik/investigator.
Triangulasi sumber bearti membandingkan dan mengecek baik
informasi atau data yang diperoleh dari sumber/informan yang berbeda.
Triangulasi metode/teknik bearti membandingkan dan mengecek balik
informasi atau data yang diperoleh dari metode pengumpulan data yang
berbeda-beda. Triangulasi waktu yaitu peneliti melakukan pengecekan data
dengan waktu yang berbeda. Pengamatan tidak dilakukan satu kali, tetapi
beberapa kali dalam waktu yang berbeda. Triangulasi penyidik/invetigator
yaitu membandingkan dan mengecek informasi atau data yang diperoleh oleh
peneliti yang satu dengan peneliti yang lain.

H. Tahap Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap penelitian, yaitu
sebagai berikut:

1. Tahap persiapan
36

Tahap persiapan pada penelitian ini peneliti haru memenuhi syarat


untuk melakukan penelitian berupa proposal penelitian, dimana peneliti
dituntut untuk membuat rancangan penelitian, menentukan lokasi penelitian,
mencari informasi awal yang berkaitan dengan dengan judul proposal,
Konsultasi dengan pembimbing dan melaksanakan seminar proposal. Peneliti
mengajukan suarat permohonan ijin penelitian kepada Dekan Fakultas Ilmu
Pendidikan (FIP) yang ditujukan kepada kepala Kelompok Sadar Wisata
Karang Sari Di Desa Ngrogung, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo,
Provinsi Jawa Timur. Selanjutnya dikarenakan jarak antara kampus dan lokasi
penelitian cukup jauh lintas provinsi maka peneliti berinisiatif menghubungi
pihak sekolah melalui media handphone untuk mendapatkan kepastian
mengenai perijinanan penelitian. Setelah mendapatkan ijin penelitian,
selanjutnya penelitian melakukan observasi awal untuk mencari bahan
penelitian. Selanjutnya penelitian menindaklanjuti mengenai permasalahan
yang akan diteliti, dengan melakukan observasi pada subjek penelitian untuk
menentukan sumber data, wawancara terhadap informan,
mendokumentasiakan, dan melihat latar penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini peneliti melakukan penelitian dilakukan dengan


menjaring fakta dan bukti dengan metode yang dapat dipertanggung jawabkan
secra ilmiah, menganalisis, dan secara intensif memahami peristiwa yang
terjadi di lapangan. Peneliti melakukan kegiatan pengumpulan data melalui
kegiatan observasi ( pengamatan ), wawancara, dan pengambilan dokumentasi
di Kelompok Sadar Wisata Karang Sari Di Desa Ngrogung, Kecamatan
Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur. Sehingga peneliti dapat
menguraikan hasil pengumpulan data guna untuk menjawab fokus penelitian
dengan cermat dan objektif serta menganalisis data tersebut dengan
mengguanakan metode yang telah ditetapkan dalam rencana penelitain yang
dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah..

3. Tahap Penulisan Laporan


37

Pada tahap ini setelah data yang diperoleh telah mencukupi, maka dilanjutakan
dengan analisis data sampai pembuatan laporan yang ditulis berdasarkan pedoman
penulisan karya ilmiah yang berlaku di Universitas Negeri Malang ( UM).
Penulisan laporan akan melalui serangkaian kegiatan konsultasi kepada Dosen
Pembimbing I dan Dosen Pembimbing II guna mendaptakan bimbingan dan saran
demi kesempurnaan skripsi sehingga memenuhi kriteria penyusunan skripsi yang
baik dan siap untuk diujikan.
DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, S. (2002). Metode Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.


Rineka Cipta.
Chairunisa, N. (2012). Pengaruh Komitmen Organisasi Dan Motivasi Terhadap
Kepuasan Kerja Pada Karyawan Pt Jico Agung Di Jakarta
Timur (Doctoral Dissertation, Universitas Negeri Jakarta).
Hakim, A. (2004). Konflik dalam Organisasi dan Kaitannya dengan Kualitas
Pelayanan Publik. dalam Jurnal Administrasi Negara, 1(2).
Harun, R. (2011). Wireless control mechanism for EM source and receiver
positioning for offshore application. Journal of Applied Sciences, 11(7),
1087-1095.
Hetifah, S. J. Sumarto.(2003). Inovasi, Partisipasi dan Good Governance.
Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Ife, R. J., Brown, T. H., Leach, C. A., & Keeling, D. J. (1991). U.S. Patent No.
5,064,833. Washington, DC: U.S. Patent and Trademark Office.
Izzah, A. N., Aminah, A., Pauzi, A. M., Lee, Y. H., Rozita, W. W., & Fatimah, D.
S. (2012). Patterns of fruits and vegetable consumption among adults of
different ethnics in Selangor, Malaysia. International Food Research
Journal, 19(3), 1095.
Isbandi, W. (2007). Partisipasi Masyarakat. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Meleong, P. Dr Lexy j, MA 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Riwu, K. J. (2007). Analisis Hubungan Pemerintahan Pusat dan Daerah. Bandung:
PT. Rineka Cipta.
Rothman, J. (1968). Three models of community organization practice. Social
work practice, 25, 16-47.
Sugiyono, P. (2005). Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sunarti, S. (2003). Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Perumahan Secara
Berkelompok. Jurnal Tata Loka, 5(1).
Siti Irene,(2011). Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakat Dalam Pendidikan.
Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Susantyo, B. (2007). Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan di
Pedesaan. Jurnal Informasi.(12), 3, 177-198.
Suharto, E. (2009). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian
Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial, Bandung:
PT. Bandung: Refika Aditama.
Ulfatin, N. (2015). Metode penelitian kualitatif di bidang pendidikan: Teori dan
Aplikasinya. Malang: Media Nusa Creative.
Wahyudi, Y. (2007). Maqashid syariʼah dalam pergumulan politik: berfilsafat
hukum Islam dari Harvard ke Sunan Kalijaga. Nawesea, Pesantren
Nawesea Press.
Suharto, E. (2009). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian
Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial, Bandung:
PT. Bandung: Refika Aditama.
http://jurnal.dpr.go.id/index.php/aspirasi/article/download/994/pdf_1
http://jurnal.unpad.ac.id/prosiding/article/view/14211
http://journal.upgris.ac.id/index.php/e-dimas/article/download/966/881
https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/Commercium/article/download/
29573/27096
http://jim.stkip-pgri-sumbar.ac.id/jurnal/download/1198
http://ponorogo.go.id
LAMPIRAN

KODE CATATAN LAPANGAN

A. Kode Teknik Pengambila Data


1. Wawancara :W
2. Observasi :O
3. Dokumentasi :D

B. Kode Topik

Fokus penelitian Kode


1. Bagaiman Partisipasi Masyarakat Dalam Membantu Pengembangan F1
Kampung Wisata Durian?
2. Bagaimana Proses Partisipasi masyarakat dalam membantu F2
pengembangan kampung wisata durian?

C. Kode Informan
1. Ketua Pengurus : KP
2. Anggota Penguru : AP
3. Masyarakat : Ms
D. Kode Tanggal
Misalnya 20-05-2019
20 : Tanggal melaksanakan penelitian
05 : Bulan melaksanakan penelitan
2019 : Tahun melaksanakan penelitia
E. Cara Membaca Kode (W/F1/KS/07-01-2019)

W : Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara

F1 : Topik yang terkait dengan implementasi program


pemelajaran
KP : Informannya yaitu ketua pengurus kampong wisata
20-05-2019 : penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 2019
PEDOMAN WAWANCARA

Pedoman wawancara ini berguna untuk peneliti yang akan


melakukan penelitian yaitu berinteraksi dengan informan dan pihak-pihak
terkait, ketua Kampung Wisata Durian Pertanyaan berikut ini ditujukan dalam
rangka untuk mencari data penelitian tentang “ Partisipasi Masyarakat Dalam
Membantu Pengembangan Kampung Wisata Durian’’(Studi Kasus Pada
Kelompok Sadar Wisata Karang Asri Di Desa Ngrogung, Kecamatan
Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur) .Pedoman wawancara
yang akan dilakukanoleh peneliti sebagai berikut:

PETUNJUK WAWANCARA
1. Mementukan informan wawancara
2. Memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan wawancara
3. Membina hubungan baik dengan informan
4. Menjaga perilaku saat wawancara

Ketua Kampung Wisata Durian

Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Pekerjaan :

Pertanyaan Wawancara
1. Bagaimana peran pemerintah desa dalam pengembangan kampung wisata
durian di Desa ngebel ?
2. Apakah dalam pengembangan kampung wisata durian melibatkan pihak
swasta, jika ada apa alasannya?
3. Apakah semua masyarakat ikut berpartisipasi dalam pengembangan kampung
wisata durian di Desa ngebel?
4. Apakah pemerintah desa memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk
ikut berpartisipasi?
5. Apakah kontribusi masyarakat dalam pengembangan kampung wisata durian
cukup membantu ?
6. Apakah yang mendorong masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam
pengembangan kampung wisata durian?
7. Bagaimana bentuk-bentuk kegiatan partisipasi masyarakat dalam
pengembangan kampung wisata durian?
8. Apakah ada masalah-masalah atau kendala dalam pengembangan kampung
wisata durian?

Masyarakat Setempat
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Pekerjaan :
Pertanyaan Untuk Masyarakat Setempat
1. Apa yang anda ketahui tentang Desa wisata?
2. Bagaimana awal mula ide atau gagasan pembentukan Desa Wisata?
3. Bagaimana tanggapan dari pelaksana program jika ada masukan dan
saran dari masyarakat? Apakah didengar dan dipertimbangkan atau tidak
dianggap?
4. Siapa kemudian yang mengambil keputusan atas musyawarah yang
dilakukan?
5. Apa yang menjadi ciri khas yang membedakan Desa Wisata Durian
dengan desa wisata lain?
6. Apa saja kendala yang dihadapi dalam pengembangan Desa Wisata
Durian?
7. Bagaimana pengaruh pengembangan Desa Wisata terhadap kehidupan
masyarakat dan industri lokal?
8. Apakah Bapak/Ibu/ Saudara senang dalam melaksanakan program kerja
desa wisata?
9. Bagaimana proses pembentukan organisasi pengelola Desa Wisata
Durian?
10. Bagaimanakah bentuk pengelolaan yang dijalankan organsisasi tersebut?
11. Apakah Bapak/Ibu/Saudara mendapatkan manfaat dengan di bentuknya
Desa Durian sebagai desa wisata, atau justru merasa dirugikan? mohon
dijelaskan!
12. Hasil pembangunanan Desa Wisata apakah yang di nikmati bersama
oleh masyarakat?
13. Bentuk keterlibatan seperti apa yang dilakukan Bapak/Ibu/Saudara
dalam kegiatan pengawasan? Hanya mendengarkan penjelasan pengelola
atau menyampaikan masukan?
14. Adakah pertemuan yang rutin dilakukan untuk mengawasi dan
mengevaluasi program desa wisata?
15. Jika ada bagaimana berlangsungnya pertemuan tersebut? Apakah
menyediakan ruang publik untuk menyampaikan pendapat atau hanya
pertemuan yang sekedar melaporkan kegiatan yang telah berlangsung?
PANDUAN OBSERVASI

Penelitian ini akan dilakukan dengan metode observasi Kelompok


Sadar Wisata Karang Asri Di Desa Ngrogung, Kecamatan Ngebel,
Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur yang meliputi:

1. Lokasi Kelompok Sadar Wisata Karang Asri Di Desa Ngrogung, Kecamatan


Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur
2. Lingkungan Kelompok Sadar Wisata Karang Asri Di Desa Ngrogung,
Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur
3. Suasana Kelompok Sadar Wisata Karang Asri Di Desa Ngrogung, Kecamatan
Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur
4. Kegiatan Kelompok Sadar Wisata Karang Asri Di Desa Ngrogung, Kecamatan
Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur
5. Kualitas Kelompok Sadar Wisata Karang Asri Di Desa Ngrogung, Kecamatan
Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur
PANDUAN DOKUMENTASI

Penelitian ini menggunakan metode dokumentasi yang meliputi:

1. Profil Kelompok Sadar Wisata Karang Asri Di Desa Ngrogung, Kecamatan


Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur
2. Visi, misi, dan tujuan Kelompok Sadar Wisata Karang Asri Di Desa Ngrogung,
Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur
3. Struktur organisasi Kelompok Sadar Wisata Karang Asri Di Desa Ngrogung,
Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur
4. Data Kelompok Sadar Wisata Karang Asri Di Desa Ngrogung, Kecamatan
Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur Tugas poko dan fungsi
Sekolah Dasar Negeri 14 Mentarau, Kecamatan Teluk Batang, Kabupaten
Kayong Utara, Provinsi Kalimantan Barat.
5. Foto terkait kegiatan Kelompok Sadar Wisata Karang Asri Di Desa Ngrogung,
Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur.

Anda mungkin juga menyukai