Kesimpulan, pendapat, dan pandangan yang disampaikan oleh penulis dalam paper ini
merupakan kesimpulan, pendapat, dan pandangan original penulis.
Pengembangan wisata dan Penjualan Karbon Sebagai Upaya
Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat
Brivo Rafanki
Abstrak
Kata Kunci: Strategi Pengembangan Desa, Pelestarian Alam, Partisipasi Warga Sekitar
I. PENDAHULUAN
Kalimireng, Gresik, Jawa Timur adalah salah satu tempat rehabilitasi mangrove
dimana perairan sungai menuju muara di Kalimireng adalah air asin sehingga mangrove
dapat bertumbuh dan berkembang biak dengan baik karena kebutuhan nutrisi yang akan
diserap oleh mangrove, salah satunya kandungan mineral dalam air tawar. Kalimireng
mempunyai akses lokasi yang mudah dan strategis untuk dilakukan riset sehingga
memunculnya ketertarikan riset terhadap mangrove ataupun ekowisata didaerah perairan
tersebut. Dengan tumbuh kembangnya mangrove yang cocok disini, sehingga banyak
riset yang memanfaatkan bagaimana mangrove dapat tumbuh di sungai dengan kadar air
asin yang sedikit dan juga perkawinan silang antar jenis mangrove, begitupun dengan
ekowisata menjadi salah satu ketertarikan pebisnis.
2. Deskripsi Data:
Data Sosioekonomi
Kumpulkan data tentang karakteristik sosioekonomi masyarakat setempat,
seperti tingkat pendapatan, peluang kerja, dan pencapaian pendidikan. Data ini
akan membantu menilai dampak ekonomi dari perkembangan pariwisata desa.
Data Lingkungan
Kumpulkan informasi tentang kondisi lingkungan ekosistem mangrove di
Kalimireng, termasuk kualitas air, keanekaragaman hayati, dan indikator
ekologi. Data ini akan berkontribusi pada pemahaman manfaat lingkungan dan
tantangan yang terkait dengan pemberdayaan mangrove.
Data Wisatawan
Dapatkan data tentang kunjungan wisatawan, termasuk jumlah pengunjung,
demografi mereka, dan kegiatan mereka di area pariwisata desa. Data ini akan
memberikan wawasan tentang popularitas dan daya tarik situs pariwisata
mangrove.
Wawancara Pemangku Kepentingan
Lakukan wawancara dengan berbagai pemangku kepentingan yang terlibat
dalam perkembangan pariwisata desa, seperti anggota masyarakat setempat,
pejabat pemerintah, operator pariwisata, dan ahli lingkungan. Wawancara ini
akan menangkap berbagai perspektif dan pengalaman terkait pemberdayaan
mangrove dan dampak pariwisata pada masyarakat.
Observasi Lapangan
Lakukan observasi langsung di lokasi untuk mengumpulkan data kualitatif
tentang kondisi fisik ekosistem mangrove, fasilitas yang disediakan untuk
wisatawan, dan interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat.
Observasi ini akan memberikan wawasan berharga tentang implementasi dan
dampak nyata dari pariwisata desa.
Data Historis
Telusuri data historis, laporan, dan studi yang ada terkait perkembangan
pariwisata desa dan upaya rehabilitasi mangrove di Kalimireng. Data ini dapat
membantu menciptakan konteks dan melacak perubahan dari waktu ke waktu,
memberikan dasar untuk perbandingan dan evaluasi.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan data dan pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa
pengembangan dan peningkatan desa wisata yang berkelanjutan di era new normal
memerlukan faktor internal dan eksternal yang saling mendukung. Faktor internal
meliputi pemanfaatan sumber daya lokal dan kearifan lokal, partisipasi dan dukungan
masyarakat, perencanaan yang matang, pendanaan internal, kelembagaan desa yang kuat,
program desa yang terarah, rencana pemasaran yang efektif, pengembangan sumber daya
manusia, dan upaya pengembangan berkelanjutan. Faktor eksternal melibatkan pelibatan
berbagai pihak terkait, konektivitas wisata yang baik, pengelolaan pengunjung yang baik,
dukungan kebijakan pemerintah, dan pendanaan eksternal.
Dalam mengembangkan model keberlanjutan wisata desa di era new normal,
diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan taraf hidup
masyarakat serta pemanfaatan sumber daya lokal yang berkelanjutan. Hal ini juga
diharapkan dapat meningkatkan tingkat pendapatan penduduk desa secara merata, dengan
fokus pada keterlibatan masyarakat desa dalam pengelolaan wisata.
Pengembangan desa wisata yang berkelanjutan memerlukan kolaborasi antara faktor
internal dan eksternal, melalui pemanfaatan sumber daya lokal, partisipasi masyarakat,
perencanaan yang baik, dan dukungan kebijakan pemerintah. Dengan demikian, desa
wisata dapat menjadi sumber pendapatan yang berkelanjutan dan mampu memberikan
manfaat ekonomi serta sosial bagi masyarakat desa, sambil tetap memperhatikan
kelestarian lingkungan dan kearifan lokal.
Bibliography
Aliman, N. K., Hashim, S. M., Wahid, S. D. M., dan Harudin, S. (2016). Tourists Satisfaction
with a Destination: An Investigation on Visitors to Langkawi Isldan. International
Journal of Marketing Studies
Aref, F., dan Gill, S. S. (2009). Rural tourism development through rural cooperatives.
Nature dan Science
Data BPS: Indonesia Miliki 1.734 Desa Wisata, https://www.merdeka.com/, Senin, 10
Desember 2018 13:53, retrieved 21 Juni 2023.
Sukaris, Kurniawan, A., dan Kurniawan, M.D. (2023). Strategi Pengembangan Wisata Desa
Yang Berkelanjutan. Creative Commons Attribution
Miles, M. B., dan Huberman, A. M. (1992). Analisis data kualitatif. Penerbit Universitas
Indonesia, Jakarta.