PARIWISATA BAHARI
SULAWESI BARAT
FARID SAID
MUHAMMAD RAKIB
RAHMADANI SAFITRI FARID
TATA KELOLA DESTINASI
PARIWISATA BAHARI
SULAWESI BARAT
Penulis
Farid Said
Muhammad Rakib
Rahmadani Safitri Farid
Editor
Soetam Rizky Wicaksono
Penerbit
CV. Seribu Bintang
Malang – Jawa Timur - Indonesia
Profile : www.SeribuBintang.co.id
Katalog : www.SeribuBintang.web.id
Email : info@seribubintang.co.id
FB : www.fb.com/cv.seribu.bintang
IG : @penerbitseribubintang
Anggota IKAPI no. 320/JTI/2021
ISBN : 978-623-7000-49-5
PRAKATA.......................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................. 3
Pendekatan ................................................................... 60
Tata Kelola Ekosistem Destinasi Pariwisata .................... 63
Destinasi Pariwisata Bahari Berbasis Masyarakat ............ 69
Penulis
2 PRAKATA
PENDAHULUAN
Pariwisata sudah banyak memberi kontribusi
terhadap pembangunan nasional seperti data berikut data
statistik menujukan bahwa sektor pariwisata tahun 2016
telah menjadi sumber pendapatan devisa terbesar dari
sektor non-migas dan menduduki peringkat kedua setelah
komoditas crude palm oil (CPO). Sumbangan devisa dari
sektor pariwisata meningkat sejak tahun 2015 dari US$12,2
miliar, 2016 menjadi US$13,6 miliar, dan 2017 naik
signifikan menjadi US$15 miliar, tahun 2018 mencapai
devisa US$17 miliar. Komitmen sektor pariwisata untuk
menyumbang devisa nomor satu mengalahkan sektor
perekonomian lain dengan nilai mencapai sebesar 20 miliar
dollar AS pada tahun 2019 (Jasic 20200 ). Dari berbagai
jenis pariwisata, wisata bahari adalah salah satu yang
memberi kontribusi cukup besar yang diminati oleh
wisatawan baik domestik maupiun mancanegera,
Indonesia yang merupakan negara kepulauan
pesisir dan lautan yang sangat luas, dengan garis pantai
sepanjang 99.093 km dan 17.504 pulau (Buku Pintar
Kemen KKP 2018).Indonesia merupakan salah satu negara
kepulauan (Archipelagic State) terbesar yang memiliki garis
pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada dan
mempesona, serta kehidupan laut yang kaya sumber daya
alam tersebar di berbagai pulau kecil dan besar di seluruh
penjuru nusantara (Numberi, 2009).
Pengembangan pariwisata bahari, membutuhkan
dukungan dan program strategi yang cermat khususnya
keberpihakan terhadap kebijakan, program dan kegiatan
serta anggaran dana dari pemerintah atau investor , bahkan
tidak sampai disitu untuk mewujudkan pengembangan
pariwisata yang baik dibutuhkan model dan pola
4 PENDAHULUAN
pengelolaan dengan pendekatan sesuai karakteristik sosial
budaya masyarakat kondisi geografis dan demograf.
Pengembanbga pariwisata bahari belum cukup dengan
pendekatan partisipatif bahkan lebih dari pada itu yakni
pendekatan keterlibatan masyarakat sebagai subyek palaku
dengan mengedepankan kearifan lokal di kawasan
pariwisata bahari. Dewasa ini salah satu model
pengembangan pariwisata bahari yang digunakan adalah
dengan menggunakan masyarakat sebagai basis
pengembangannya. Dalam hal ini masyarakat difungsikan
sebagai pengelola dalam proses pengembangan pariwisata
bahari. Keterlibatan masyarakat dimulai dari tahapan
perencanaan, pelaksanaan, dan mengevaluasi pelaksanaan
program serta kegiatan pengembangan pariwisata bahari
(Sero, 2012). Dalam pelaksanaannya, pengembangan
pariwisata bahari membutuhkan keterbukaan informasi dan
koordinasi yang baik dilakukan oleh pelaku pengembangan
dengan masyarakat (Salim dan Burbani, 2012). Pada
prinsipnya, pengembangan pariwisata bahari berbasis
masyarakat merupakan aplikasi dari teori pembangunan
berbasis masyarakat. Pembangunan berbasis masyarakat,
secara sederhana diartikan sebagai pembangunan yang
mengacu kepada kebutuhan masyarakat, direncanakan dan
dilaksanakan oleh masyarakat dengan memanfaatkan
potensi sumber-daya yang dapat diakses oleh masyarakat
setempat (Aprilia et al, 2014).
Oleh karena itu, pengembangan pariwisata bahari
tidak hanya mempertimbangkan permintaaan dan
kebutuhan wisatawan, namun juga mesti memperhatikan
keinginan dan kemampuan masyarakat tempatan (Anis
Munandal at al,2020) . Namun demikian, besarnya peluang
PENDAHULUAN
5
untuk memanfaatkan sumberdaya masyarakat sebagai
basis dalam pengembangan pariwisata bahari tidak
sebanding dengan jumlah potensi pariwisata bahari itu
sendiri dalam penelitian terdahulu terkait dengan isu
tersebut. Dalam hal ini membuktikan bahwa, pendekatan
pengembangan pariwisata bahari berbasis masyarakat yang
menghasilkan produk wisata belum banyak dihasilkan oleh
peneliti terdahulu. Sehubungan dengan hal di atas, untuk
menghasilkan sebuah inovasi yang bersifat konseptual
praktisi, ide pengembangan pariwisata bahari berbasis
masyarakat membutuhkan landasan teoritis dan empiris
yang kokoh. Sehingga nantinya, solusi yang bersifat
konseptual teoritis dan empiris dapat
dipertanggungjawabkan dan dipertahankan dalam tataran
ilmiah. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah
studi leteratur tentang pengembangan pariwisata bahari
berbasis masyarakat.
Pariwisata bahari akan memberikan manfaat positif
secara ekonomi seperti wisata bahari di Lamongan dan
kadang mampu memberikan manfaat perbaikan ekosistem
seperti wisata snorkeling di Karimunjawa (Efrilingga
(2014); Priyanto & Par (2016)). Dampak positif dari
keberadaan Wisata Bahari Lamongan adalah: (1)
Meningkatkan keterampilan penduduk masyarakat; (2)
Munculnya transformasi struktur mata pencaharian; (3)
Meningkatkan Pendapatan; (4) Menciptakan Lapangan
Pekerjaan, dan; (5) Mendorong aktivitas berwirausaha. Hal
ini akan terjadi pula dikawasan pariwisata bahari lainnya di
Indonesia. Akan tetapi, pariwisata bahari juga dapat
memberikan dampak negatif seperti penurunan kualitas
ekosistem laut seperti ekowisata di Nusa Penida (Jubaedah
6 PENDAHULUAN
& Anas, 2019). Pariwisata bahari di Kawasan Konservasi
Perairan Nusa Penida berdampak pada penurunan luasan
tutupan karang keras sebesar 4,0%. Demikian juga
persentase penutupan karang hidup relatif mengalami
penurunan sebesar 2,7 pada tahun 2017 (Jubaedah & Anas,
2019).
Pariwisata Indonesia menempati peringkat teratas
dari total 50 negara dengan keindahan alam terindah di
dunia diatas rata rata lepas pantai di Indonesia semuanya
memiliki terumbu karang yang indah dan penuh kehidupan,
Haqqi - money.co.uk (detik travel 13 Feb 2022). Isu
pengelolaan ekosistim pariwisata bahari perlu dilakukan
melalui langkah kongkrit dan strategis dalam pemanfaatan
ruang wisata bahari pessisir pantai, permukaan laut dan
kedalaman laut dengan berbagai sumber daya tarik wisata.
Namun di lain pihak ada sejumlah tantangan dalam
mengembangkan wisata bahari di Indonesia sendiri
berkaitan dengan regulasi/kebijakan, sumber daya
manusia, maupun pengemasan produk.
Wisata bahari adalah kegiatan wisata yang
memanfaatkan potensi alam bahari sebagai daya tarik
wisata maupun wadah kegiatan wisata baik yang dilakukan
di atas permukaan di wilayah laut yang tidak dapat
dipisahkan dari keberadaan ekosistemnya yang kaya akan
keanekaragaman jenis biota laut (Jusac, 2020). Zona
wisata bahari diharapkan mampu memperluas kesempatan
bekerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakan
disekitar kawasan pariwisaya bahari, sekaligus
meningkatkan pendapatan masyarakat dan pendapat
daerah. Pengembangan wisata bahari juga diharapkan
dapat mempertahankan dan memelihara keberlanjutan
PENDAHULUAN
7
ekosistem pesisir dan laut serta memelihara kelestarian
budaya dan adat istiadat masyarakat.
Keterhubungan pesisisr pantai dengan laut itu
sendiri keduanya tak terpisahkan dengan kehidupan
ekosistem lingkungan mahluk hidup disekitarnya termasuk
manusia. Dalam berwisata aktifitas baik dipesisir,
permukaan laut maupun dikedalaman laut tumbuh
berkembang seiring dengan tingginya permintaan pasar
untuk paket wisata bahari. Segmen Pasar wisatawan bahari
tumbuh berkembang pasca Pandemi Coved 19 karena
dianggap berwisata dialam terbuka seperti pantai dampak
covid 19 lebih kecil. Pertumbuhan aktifitas nelayan dan dan
aktifitas berwisata menimbulkan dampak pertumbuhan
ekonomi yang signifikan. Namun dilain pihak
pengembangan pariwisata bahari berdampak terhadap
perusakan lingkungan apabila tata kelola desnitasi
pariwisata bahari tidak lalukan dengan benar dan cermat,
olehnya itu diperlukan langkah konkrit program
kesimbangan pengendalian dalam bentuk manejemen
pengunjung (Visitors Mangement ). Konsep Blu Economy
adalah salaha satu yang perlu diterapkan untuk
mengendalikan jumlah wisatawan yang berwisata ke
kawasan pariwisata bahari, konsep yang mengandalkan laui
atau perairan yang berlandaskan pada tiga pilar ekosistem,
ekonomi dan sosial (Dimas Tegar. 2018).
Luas wilayah Republik Indonesia kurang lebih 75 %
adalah wilayah kelautan yang selama ini telah banyak
memberi kontribusi positif kepada kehidupan masyarakat
seperti penyediaan kebutuhan dasar berbagai sumber dari
hasil laut, peningkatan pendapatan masyarakat,
kesempatan berusaha, pendapat PAD maupun devisa. Hal
8 PENDAHULUAN
ini diperkuat dengan pendapat bahwa kelautan
sesungguhnya memiliki keunggulan komparatif,
keunggulan kooperatif, dan keunggulan kompetitif untuk
menjadi sektor unggulan dalam kiprah pembangunan
nasional masa depan (Kusumastanto dalam Jusac 2020).
Pariwisata dibangun untuk kepentingan masyarakat yang
dibutuhkan wisatawan, olehnya itu konsep pemangunan
pariwisata harus sesau dengan kebutuhan dan keinginan
masysrakat masyarakat bukan sebaliknya lebih
mementingkan kebutuhan dan keinginan
pengunjung/wisatawan. Pariwisata di Provinsi Sulawesi
Barat terdiri dari pegunungan, dataran rendah dan pesisir
laut degan potensi ekosistim hayati sumber keluatan yang
cukup banyak yang dapat dijadikan daya tarik wisata dan
aktifitas pariwisata.
PENDAHULUAN
9
Sekilas Pariwisata Sulawesi Barat
10 PENDAHULUAN
destinasi pariwisata Mamasa dan wisata budaya dan religi
Imam Lapeo penyiar Islam termasuk wali dari Mandar,
namun daya tarik wisata lainnya seperti 69 pulau masih
terdiam masih memerlukan tata kelola destinasi pariwisata
bahari, memerlukan pemikir dan tangan tangan terampil
dalam melaksanakan aspek pengembangan destinasi,
aspek pemasaran, aspek industri pariwisata dan
kelembagaan kepariwistaan sesuai amanat PP No 51 tahun
2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Pariwisata
Nasional (RIPPARNAS) yang tidak bisa dilakukan secara
sporadis tetapi harus terencana dan terukur, karena
pengembangan pariwisata seperti 2 sisi mata uang apabila
dilakukan dengan tidak terencana dan terukur maka akan
berdampak negatif bagi masyarakat baik terjadinya
kerusakan lingkungan maupun terjadinyan degradasi
budaya yang tidak bisa dihindari akibat dampak
pembangunan pariwisata, sudah banyak kasus kasus yang
terjadi baik di Indonesia maupun di luar negeri, lebih khusus
lagi tantangan perubahan besar terjadi dalam pengelolaan
pelayanan pariwisata pasca pandemi covid 19.
Provinsi Sulawesi Barat yang memiliki daya tarik
wisata budaya dan alam yang begitu banyak khususnya
daya tarik wisata bahari yang beragam budaya pesisir,
memiliki masyarakat yang ramah, kehebatan perahu
sandek suku mandar dan biota laut yang sungguh
menakjubkan. Kesemua ini tidak akan opltimal apabila tidak
dikelola dengan profesional dan terintegrasi serta didukung
oleh tiga unsur pelaku pariwisata bahari yakni Pemerintah,
Industri pariwisata dan masyarakat. Dengan penetapan 6
kawasan pariwisata bahari di Sulawesi Barat menjadi dasar
pembangunan pariwisata di 6 Kabupaten di Sulawesi barat
PENDAHULUAN
11
dimana lima diantara enam kawasan pariwisata Unggulan
di Sulawesi barat adalah kawasan pariwisata bahari yang
memerlukan pengelolaan yang profesional yang cermat
karena daya tarik wisata bahari adalah salah satu usaha
pariwisata yang beresiko tinggi. Penetapan kawasan
pariwisata di Sulbar khususnya pariwisata bahari belum
menerapkan kaidah standar pengelolaan pariwisata bahari
yang sesungguhnya.
12 PENDAHULUAN
SULAWESI BARAT
SELAYANG
PANDANG
Sulawesi Barat (Sulbar) adalah sebuah provinsi di
Sulawesi bagian barat, Indonesia. Sejak tahun 1960 telah
terjadi perjuangan untuk mendirikan Sulawesi Barat. Saat
itu, Sulawesi terdiri dari tiga provinsi: Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Utara. Namun, pada tahun
1963 pemerintah pusat memecah provinsi di Pulau
Sulawesi, sehingga terbentuklah Provinsi Sulawesi
Tenggara.
Usulan pembentukan Sulawesi Barat tidak disetujui
oleh pemerintah pusat. Perjuangan pembentukan Sulawesi
Barat kembali mendapatkan momentumnya pada tahun
1999 setelah gerakan reformasi. Pembentukan provinsi-
provinsi baru di Indonesia, seperti pembentukan provinsi
Banten, Bangka Belitung dan Gorontalo, menjadi semangat
perjuangan pembentukan Sulawesi Barat. Perjuangan
panjang pembentukan Provinsi Sulawesi Barat akhirnya
diselesaikan dengan usaha keras rakyat Mandar, dengan
dukungan anggota DPR RI, melalui usul hak inisiatif anggota
DPR RI tentang pembentukan daerah otonom baru. 5
Oktober 2004 Provinsi Sulawesi Barat resmi diundangkan
berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2004.
Ibukotanya adalah Mamuju.
Luas wilayahnya sekitar 16.796,19 km². Suku
bangsa di negara bagian ini adalah Mandar (49,15%),
Toraja (13,95%), Bugis (10,79%), Jawa (5,38%), Makassar
(1,59%) dan Lainnya (19,15%). Sulawesi Barat terkenal
dengan banyak destinasi wisatanya. Selain kakao, daerah
ini juga merupakan penghasil kopi Robusta dan Arabika,
kelapa dan cengkeh. Sektor pertambangan meliputi emas,
batu bara, dan minyak. Menurut hasil sensus BPS 2010,
Luas
Luas wilayah Provinsi Sulawesi Barat adalah
16.937,18 Km2 yang terdiri dari 5 Kabupaten dan
memasuki tahun 2013 telah terbentuk daerah baru hasil
pemekaran wilayah dari Kabupaten Mamuju bernama
Kabupaten Mamuju Tengah.
Geologi
Geologi Sulawesi Barat didominasi oleh batuan
Neogen, tetapi juga termasuk formasi batuan Jurassic.
Geologi Bonnehau dan sekitarnya didominasi oleh batuan
beku dan batuan metamorf, termasuk batuan sedimen
sedikit metamorf. Litologi menunjukkan tektonik aktif di
daerah tersebut. Batuan tertua di daerah penelitian adalah
Formasi Latimojon Kapur, dimana Formasi Toraja (Tet)
diendapkan secara tidak proporsional. Formasi ini berasal
dari Eosen Tengah hingga Akhir.
Geomorfologi
Sulawesi Barat terdiri dari perairan dalam, dataran
rendah, dataran tinggi dan pegunungan. Morfologi Sulawesi
Barat termasuk dalam morfologi Lengan Selatan. Bagian
utara Lengan Selatan adalah wilayah pegunungan Sulawesi.
Dari daerah Majene dan Mamuju pegunungan membentang
dari selatan ke utara. Ini terdiri dari strata Tersier yang
ditutupi oleh serangkaian pulau karang di dekat Majen.
Lebih jauh ke timur, massa granit Pegunungan Cuores
Iklim
Suhu suatu tempat antara lain tergantung pada
ketinggiannya di atas permukaan laut dan jaraknya dari
pantai. Pada tahun 2008, suhu maksimum di stasiun cuaca
Kabupaten Magen adalah 34,2 °C dan suhu minimum 22,4
°C. Kelembaban di Sulawesi Barat relatif tinggi, rata-rata
76,5-82,8% pada tahun 2008. Di sisi lain, kecepatan angin
di hampir semua kabupaten di Sulawesi Barat cukup merata
antara 5 km/jam dan 14 km/jam setiap bulan.
Tanah
Jenis tanah di Provinsi Sulawesi Barat didominasi
oleh batuan sedimen dari berbagai formasi, seperti Formasi
Latimojong, Formasi Toraja, Anggota Rantepao, Formasi
MApi, Formasi Mandar (Mamuju), Anggota Tapalang,
Batuan Gunung Api Adang, Formasi Sekala, Napal
Pambuang, Endapan Aluvial dan Pantai.
Suku
Berbagai suku yang terdapat pada daerah Sulawesi
Barat, yaitu Mandar (49,15%), Toraja (13,95%), Bugis
(10,79%), Jawa (5,38%), Makassar (1,59%) dan lainnya
(19,15%).
Mata pencaharian
Perahu Sadeq merupakan lambang suku Mandar,
peninggalan zaman Austronesia dan juga digunakan untuk
kargo dan memancing jarak jauh. Perahu dapat mencapai
kecepatan 15-20 knot atau sekitar 30-40 km dalam kondisi
angin yang menguntungkan. Perahu-perahu ini dibuat
secara eksklusif oleh Pande Lopi (Mandar Kapal) Mandar
yang juga merupakan puncak dari pengembangan pembuat
perahu Nusantara. Pada abad ke-18, perdagangan maritim
sedang booming. Orang Mander bekerja sebagai buruh
pelabuhan dan juga tukang perahu. Saat itu, kehidupan
orang Mandar sudah beragam: petani, pedagang, penyedia
jasa, politisi, dan pekerja kantoran.
Pariwisata
Sektor pariwisata terutama ditentukan oleh objek
dan daya tarik wisata. Daya tarik wisata adalah suatu
bentukan dan fasilitas terkait yang dapat menarik
wisatawan atau pengunjung ke suatu daerah atau tempat
tertentu. Daya tarik yang belum berkembang atau belum
berkembang merupakan sumber daya yang potensial dan
tidak dapat disebut sebagai daya tarik wisata sampai ada
pengembangan. Tempat-tempat wisata dan atraksi adalah
dasar dari pariwisata. Sulit untuk mengembangkan
pariwisata jika tidak ada daya tarik di suatu daerah atau
tempat tertentu.
Adapun daya tarik wisata di Provinsi Sulawesi Barat,
antara lain:
Pendidikan
Berdasarkan hasil sensus 2010, persentase
penduduk usia 5 tahun yang berpendidikan SLTA sederajat
sebesar 29,83%, penduduk AMH usia 15 tahun ke atas
sebesar 86,39%, dan untuk setiap 100 penduduk usia 15
tahun ke atas terdapat 86 jiwa yang dapat membaca dan
menulis di Angka Partisipasi Sekolah (APS) menunjukkan
jumlah penduduk usia sekolah yang saat ini bersekolah.
APS merupakan ukuran serapan, pemerataan, dan akses
pendidikan, khususnya bagi penduduk usia sekolah. APS
untuk usia 13-15 tahun adalah 80,11 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa 19,89% kelompok usia sekolah (usia
13-15) belum bersekolah. 16-18 APS adalah 53,11% dan
19-24 APS adalah 16,03%. Berdasarkan hasil SP2010,
12,24% penduduk Sulawesi Barat berusia 5 tahun ke atas
dengan gelar SM/sederajat, 1,57% menyelesaikan
DI/DII/DIII, 2,58% menyelesaikan DIV/S1, S2/S3
menyelesaikan 0,16%.
Majene
1 Makam Raja-Raja Pangali- Bangga Budaya
Banggae ali e
2 Makam Suryodiologo Lalampa Pamboa Budaya
nua ng
3 Mesjid Sech Abd. Pangali- Bangga Religi
Manan ali e
4 Museum Mandar Pangali- Bangga Budaya
ali e
Polewali Mandar
1 Makam Syekh Al- Binuang Binuang Arkeolo
Ma’ruf gi
2 Pantai Bahari Polewali Bahari,
Kuliner
3 Monumen Luyo Arkeolo
Allamungan Batu gi
4 Makam To Salama Luyo Arkeolo
gi
5 Orkes Todiolo Campal Budaya
agian
6 Tari Pallake Campal Budaya
agian
7 Kerajinan Sarung Campal Budaya
sutera agian
8 Makam Imam Lapeo Campal Religi
agian
Mamasa
1 Sanggar Tari Banggo Mamasa Mamasa Wisata
Seni
Budaya
Mamuju Utara
Mamuju Tengah
1 Batu Sikendeng Pangale Pangale Wisata
Budaya
2 Senjata Meriam Pangale Pangale Wisata
Budaya
3 Wisata Religi Masjid Tumbu Topoyo Wisata
Tua Religi
4 Desa Wisata Kombili Pangale Desa
Kombiling ng Wisata
5 Desa Wisata Kalando Kambun Karossa Desa
ong Wisata
Sumber: Dinasi Pariwisata Prov. Sulawesi Barat, Tahun
2022
Menurut data yang dihimpun terdapat 25 (dua
puluh lima) DTW buatan yang dikembangkan di 4 (empat)
kabupaten yaitu di Kabupaten Mamuju dengan jumlah DTW
buatan sebanyak 7 DTW, Kabupaten Majene yang hanya
terdapt 2 DTW, Kabupaten Polewali Mandar juga sama
hanya 3 DTW, dan di Kabupaten Mamuju Tengah 13 DTW.
Majene
1 Pengasapan Ikan Mosso sendana Wisata
Terbang kuliner
2 Kuliner Ikan Ambu Rawang Pamboang Wisata
kuliner
Polewali Mandar
1 Kuliner Pantai Polewali Kuliner
Bahari
2 Kue Tradisional Campalagia Kuliner
(Baye’) n
3 Waterboom Binuang Binuang Perman
dian dan
wahana
wisata
Jumlah (Unit)
Kamar
T. Tidur
1. Mamuju 1. Hotel 12 441 637
Bintang Satu
2. Hotel - - -
Bintang Dua
3. Hotel 2 221 307
Bintang Tiga
4. Melati 9 165 217
Jumlah 23 827 11
61
2. Majene 1. Hotel 3 45 64
Bintang Satu
2. Hotel 1 25 25
Bintang Dua
3. Hotel 1 31 39
Bintang Tiga
4. Melati 1 14 22
Jumlah 6 115 15
0
3. Polewali 1. Hotel 1 24 36
Mandar Bintang Satu
2. Hotel 1 45 65
Bintang Dua
3. Melati 8 137 346
Jumlah 10 206 44
7
Jumlah (Unit)
Kamar
T. Tidur
5. Pasangkay 1. Hotel 4 100 153
u Bintang Satu
2. Melati 2 27 43
Jumlah 6 127 19
6
6. Mamuju - - - -
Tengah
Total 61 22 1465
87
Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Barat, Tahun
2022
Provinsi Sulawesi Barat telah tersedia sejumlah
usaha-usaha yang mendukung kegiatan kepariwisataan
didaerah ini. Setidaknya terdapat 41 (sepuluh) agen dan
biro perjalanan wisata dari berbagai perusahaan, sementara
agen-agen perjalanan wisata lain terkait dengan perjalanan
wisata ke Sulawesi Barat juga tersedia di Kota Makassar
sebagai salah satu simpul pergerakan penumpang termasuk
wisatawan di Pulau Sulawesi. Berikut rincian beberapa agen
perjalanan wisata yang terdapat di Provinsi Sulawesi Barat
yang dihimpun dari Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi
Barat.
DESTINASI
KAWASAN Lokasi
PARIWISATA
STRATEGIS Desa/K
NO UNGGULAN
PARIWISATA eluraha
PROVINSI
PROVINSI n
SULBAR
KSPP Kecamatan
Kawasan Tondok
Mamasa,
1 Wisata Alam Bakaru
Kabupaten
Tondok Bakaru
Mamasa
Kawasan KSPP Kecamatan Desa
Wisata Bahari Mamuju Karampu
2
Pulau Kabupaten ang
Karampuang Mamuju
KSPP Kecamatan Keluraha
Kawasan
Bangga’e Timur n
3 Wisata Bahari
Kabupaten Baurung
Pantai Dato
Majene
Keluraha
Kawasan KSSP Kecamatan
n
Wisata Bahari Binuang
4 Ammasa
Pulau Gusung Kabupaten
ngan
Toraja Polewali Mandar
Kawasan KSPP Kecamatan Desa
Wisata Bahari Karossa Kambuno
5
Pantai Pulau Kabupaten ng
Kambunong Mamuju Tengah
KSPP Kecamatan
Kawasan Desa
Bambanglomotu
6 Wisata Bahari Polewali
Kabupaten
Pantai Koa Koa
Pasangkayu
Sumber : Dispar Prov Sulbar 2022
FAKTOR YANG
MEMPENGARUH
N DAMPAK DAMPAK
I PENG.
O POSITIF NEGATIF
PARIWISATA
BAHARI
1 Daya Tarik Wisata Kawasan Kerusakan
pesisir pantai ekosistim
dan laut pesisir dan laut
memiliki berdampak
banyak daya kepada
tarik wisata keberlanjutan
dan habitat DTW
laut
2 Tata kelola DTW 4 diantara 6 Perubahan
Kawasn aktifitas
pariwisata masyarakat
Unggulan di dari
Sulbar sudah nelayan/pertan
dikelola oleh i menjadi
masyarakat pengelola
yang pariwisata akan
didampingi mempengaruhi
oleh Dinas pola hidup
pariwisata masyarakat
Pemerintah Masyarakat
Akademisi Masyarakat
Industri Masayarakat
PRIORITAS AKTIVITAS
PENGEMBANGAN PENGEMBANGAN
Kebijakan Pengembangan Inventarisasai 3 zona
Potensi Pariwisata Sulbar dimensi pemanfaatan
pariwisata bahari
(Pesisir Pantai,
Permukaan Laut, dan
kedalaman Laut)
Keterlibatan Masyarakat Masyarakat terlibat
Bahari dalam Berpartisipasi dalam aktivitas bahari
melalui POKDARWIS
Kolaborasi SKPD terkait SKPD secara periodic
dalam mengembangkan menganggarkan
wisata bahari kegiatan
pengembangan
pariwisata bahari setiap
tahun
Sumber : Olahan Peneliti 2022.
124 PENUTUP
PENUTUP
125
126 PENUTUP
REFERENSI
Ahman Sya, Farid Said (2020) Pengantar Ekowisata,
penerbit Pramedia Komunikatama Jawa Barat-
Bandung
Aprilia,T. et al. (2014). Pembangunan Berbasis
Masyarakat:Acuan bagi pratisi, akademis, dan
pemerhati pengembangan masyarakat. Alfabeta.
Bandung
Anis Munandar, Rudi Febiamannsyah, Erwin, Melinda Nur
(2020) Studi Literatur Pengembangan Pariwisata
Bahari Berbasis Masyarakat A Ilmu Vol. XIV No.01
ISSN 1693-2617 LPPM UMSB E-ISSN 2528-7613 7
Asep Dadan Suganda, Knsep Wisata berbasis masyarakat. I
-Economic Vol 4. No 1 Juni 2018.
Budi Sulistyo (2018) Buku Pintar, Pusat Data Statistik dan
Informasi Kementerian Kelautan dan Perikanan
COREMAP LIPI. 2014. Laporan Monitoring (Baseline)
Kesehatan Ekosistem Terumbu Karang dan
Ekosistem Terkait Lainnya Taman Wisata Perairan
(TWP) Pulau Pieh dan Laut Sekitarnya. Publikasi
LIPI. Jakarta
Collins, John H. 2008. “Marine tourism in the Kimberley
region of Western Australia.” Geographical
Research 46(1):111–23
Dimas Tegar R 1 , R.O. Saut Gurning. Development of
Marine and Coastal Tourism Based on Blue
Economy, International Journal of Marine
Engineering Innovation and Research, Vol. 2(2),
Mar. 2018. 128-132 (pISSN: 2541-5972, eISSN:
2548-1479
Ditjen Pariwisata, Direktorat Jenderal Pariwisata. 1998.
Pedoman Pengembangan Ekowisata. Jakarta:
Ditjen Pariwisata.
Endah Trihayuningtyas, Wisnu Rahtomo dan Haryadi
Darmawan (2018) : Rencana Tata Kelola Destinasi
Pariwisata Kawasan Pulau Camba-Cambang dan
Sekitarnya di Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan Jurnal Manajemen Resort dan Leisure
Vol. 15, No. 1, April 2018
Efrilingga, A. (2014). Dampak Pembangunan Pariwisata
terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Kehidupan
Masyarakat (Studi pada Wisata Bahari Lamongan
Kecamatan Paciran). Doctoral dissertation.
Universitas Brawijaya.
Farid Said, (2019), Model Implementasi Pariwisata Bahari
Studi Kasus di Sulsel, edisi pertama Maret 2019,
penerbit seribu bintang, Malang Jawa Timur
128 REFERENSI
Farid Said, Ahmad Wahidiyah,Dyah Darma Andayani,
Harifuddin, Rudi Salam (2017) Developmen of
Travel Attractions Throught the Design off google
SketchUp Based Coastal Tourist Map
(Pengembangan Daya Tarik Wisata melalui
Perancanagan Peta Wisata Pantai
Iis Jubaedah, Pigoselpi Anas. Dampak Pariwisata Bahari
Terhadap Ekosistem Terumbu Karang di Perairan
Nusa Penida, Bali. Jurnal Penyuluhan Perikanan dan
Kelautan Volume 13(1) April 2019 Halaman 59-75
doi.org/10.33378/jppik.v13i1.124
Jujuk, Farid, Surayyal, Risda (2021) Kajian Kelembagaan
Pendidikan Kedinasan Bidang Pariwisata. Penerbit
CV. Seribu Bintang. Malang- Jawa Timu
Jussac M. Masjhoer (2019) Pengantar Pariwisata Bahari.
Penerbit Khitah Publishing ISBN: 978-602-70180-
2-0 Cetakan Pertama: 2019 Yogyakarta
Kemenparekraf. (2020). Rencana Teknokratis Rencana
Strategis 2020-2024. Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif. Jakarta.
Marios Sotiriadis and Shiwei Shen No. 1174 August 2020.
(Asian Development bank)
Blu Economy and Sustainable Tourism managemen in
Coastal Zones learning fromexperience
Muhammad Karim (2020) Wisata bahari kerakyatan
berkealnjutan
Andrea, Gaimpicolli, Taylor & Francie, 2013, Interogating
The role of state and non state actors in communit
-based tourism ventures : Toward a model for
spreading the benefits to the wider community
The South African geographical journal, being a
record of the proceedings of the South African
Geographical Society 95(1):1-15
DOI: 10.1080/03736245.2013.805078
Provinsi Sulawesi Barat Dalam Angka 2020, Badan Pusat
Statistik provinsi
SulawesiBarat. ISSN: 1978-0400 No.
Publikasi/Publication Number:
76000.2003 Katalog/Catalog: 1102001.76
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
PER.30/MEN /2010 tentang
Rencanaan Pengelolaan dan Zonasi Kawasan
Konservasi Perairan
Resnawaty Resna (2016) Strategi Community Practice
dalam Mengembangankan
REFERENSI
129
Pariwisata Berbasis Masyarakat. Social Work Jurnal
Volume : 6 No : 1.
ISSN:2339 - 0042 (cetak) ISSN: 2528-1577
(elektronik) 105
Salim, L.H dan Purbani, D. (2015). Pengembangan
Pariwisata Bahari Berbasis
Masyarakat Di Pulau Kaledupa, Kabupaten Wakatobi,
Provinsi Sulawesi
Tenggara (Community Based Marine Tourism
Development in Kaledupa Island,
Wakatobi Regency, South East Sulawesi Province).
Jurnal Manusia dan
Lingkungan, Volume 22, Nomor 3, Hal.380-387
Suwantoro, Gamal. (2004). Dasar-dasar Pariwisata.
Penerbit Andi Yogyakarta.
Sero, A. (2012). Model Pengembangan Pariwisata Bahari
Berbasis Masyarakat di
Kabupaten Halmahera Utara. Jurnal Nasional
Pariwisata, Volume 4, Nomor 1,
Hal. 72-84.
Teheresia, A., Andini, S.K., Nugraha, P.G.P., Mardikanto, T.
(2015). Pembangunan
Berbasis Masyarakat Acuan Sebagai Praktisi,
Akademisi, dan Pemerhati
Pengembangan Masyarakat. Alfabeta. Bandung
Trukan Sri Bahukeling (2019) Analisis Dampak Pariwisata
Bahari Terhadap
Kesejahteraan Masyarakat Sekitar Kawasan Pulau
Pari, Kepulauan Seribu
Manajemen IKM, Vol. 14 No. 2 ISSN 2085-8418;
EISSN 2622-9250
Wirakusuma, Reiza Miftah. 2017. Perencanaan Aktifitas
Wisata Berbasis
Sejarah, Permainan Tradisioaldan Rekreasi Air di Situ
Cangkuang.
Bandung. Jurnal Manajemen Resort dan Leisure Vol.
14, No.2 Oktober
2017. DOI:
http://dx.doi.org/10.17509/jurel.v14i2.104
Zuhriah 2020. Imam Lapeo Wali dari Mandar Sulawesi
Barat,
penerbit Gading Jogyakarta. ISBN :978-623-7177-
22-7
130 REFERENSI
GLOSARIUM
Wisata bahari kegiatan wisata yang memanfaatkan
potensi alam bahari sebagai daya
tarik wisata maupun wadah kegiatan
wisata baik yang dilakukan di atas
permukaan di wilayah laut yang tidak
dapat dipisahkan dari keberadaan
ekosistemnya yang kaya akan
keanekaragaman jenis biota laut
132 GLOSARIUM
BIODATA PENULIS
BIODATA PENULIS
135
Dr. Muhammad Rakib, S.Pd.,
M.Si. lahir di Parepare, 31 Desember
1973, Penulis telah menyelesaikan
Studi Program Sarjana (S1) di IKIP
Ujung Pandang tahun 1997, Program
Megister (S2) di Universitas
Hasanuddin tahun 2002, dan
Program Doktor (S3) di Universitas Negeri Malang tahun
2009. Penulis sebagai tenaga pengajar di Universitas Negeri
Makassar dengan jabatan fungsional Lektor Kepala dan
sekarang memiliki jabatan struktural sebagai Ketua Jurusan
Bisnis dan Kewirausahaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Negeri Makassar tahun 2020 sampai sekarang.
Penulis memiliki keahlian dalam bidang Ilmu Pendidikan
Ekonomi khususnya di bidang kewirausahaan, bisnis, dan
UMKM. Penulis telah menghasilkan beberapa artikel yang
telah dipublikasikan baik pada jurnal nasional terakreditasi
maupun pada jurnal Internasional bereputasi dan telah
menulis beberapa buku ber ISBN dalam bidang ekonomi,
bisnis, dan UMKM, serta memiliki beberapa HaKI. Untuk
lebih jelasnya, karya-karyanya dapat dilihat melalui:
Scopus Author ID: 57188843132, Orcid ID:
ID: https://scholar.google.co.id/citations?user=
WVmD6FsAAAAJ&hl=id, dan Sinta ID: 6040644. Email
Penulis: m.rakib@unm.ac.id.
BIODATA PENULIS
137
Kembang Kunimg dan Tete Batu Lombok, event Wonderful
Fashion Project dari sekolah kejuruan busana, dan
bekerjasama dengan komunitas model di makassar
mendapat respon yang baik dari pemerintah daerah.
Semoga penulis bisa jadi orang yang bermanfaat bagi
Nusa dan Bangsa kedepannya. Terimakasih, may Allah
bless us.