Disusun Oleh:
FAKULTAS PARIWISATA
UNIVERSITAS UDAYANA
JIMBARAN
2022
1. Pendahuluan
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki lebih banyak kawasan perairan
dibandingkan kawasan darat yang membuat potensi yang dapat dikembangkan dari kawasan
perairan sangat banyak dimulai dari mata pencarian seperti halnya nelayan dan juga potensi
pariwisata bahari yang tersebar di seluruh daerah Indoensia. Indonesia memiliki kekayaan potensia
bahari yang dapat dikembangkan menjadi pariwisata serta payung hukum yang menaunginya
Secara geografis letak kepulauan Indonesia sangat strategis, yakni di daerah tropis yang
diapit oleh dua benua (Asia dan Australia), dua samudera (Pasifik dan India), serta merupakan
pertemuan tiga lempeng benua (Eurasia, India-Australia, dan Pasifik). Interaksi bio-geofisik
menjadikan kepulauan Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang besar yang didukung
oleh adanya sumber daya hayati dan nonhayati yang bernilai tinggi (Durand, 2010 dalam
Masjhoer, 2019). Potensi tersebut didukung dengan data yang dimana menurut Kusumastanto
(2003, dalam Masjhoer, 2019) menyebutkan bahwa potensi sumber daya kelautan yang besar,
yakni 75% wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), selama ini telah memberikan
sumbangan yang sangat berarti bagi keberhasilan pembangunan nasional. Sumbangan tersebut
antara lain berupa penyediaan bahan kebutuhan dasar, peningkatan pendapatan masyarakat,
kesempatan kerja, perolehan devisa, dan pembangunan daerah. Oleh karena itu, kelautan
kompetitif untuk menjadi sektor unggulan dalam kiprah pembangunan nasional masa depan.
Kekayaan sumber daya alam laut Indonesia tergambar dari keragaman ekosistem terumbu karang,
lamun, dan mangrove. Laut Indonesia memiliki luas terumbu karang sekitar 2,5 juta hektar yang
di dalamnya terdapat 569 jenis karang jenis atau sekitar 67% dari 845 total spesies karang di dunia
(Giyanto dkk, 2017, dalam Masjhoer, 2019). Ekosistem lamun di Indonesia memiliki total luasan
sebesar 150.693,16 ha dengan 15 jenis lamun yang tersebar di 423 titik (Hernawan dkk, 2017).
Sedangkan untuk ekosistem mangrove, Indonesia memiliki 43 jenis mangrove dengan luas
mangrove sebesar 3.112.989 ha atau 22,6% total luas mangrove dunia (Dharmawan, 2014;
Gombos dkk, 2013, dalam dalam Masjhoer, 2019). Kekayaan sumber daya alam bahari di
Indonesia. Salah satu bentuk pemanfaatan kekayaan alam bahari adalah melalui sektor pariwisata.
Manfaat yang akan didapatkan oleh suatu negara dari sektor pariwisata sangatlah besar, maka tidak
mengherankan bila sektor ini pada akhirnya ditetapkan sebagai leading sector dan core economy
oleh Presiden Indonesia, Joko Widodo. Hal tersebut ditunjukkan dengan perhatian yang lebih besar
kepada sektor pariwisata baik dalam kebijakan anggaran maupun dukungan sektoral lintas
Data statistik menunjukkan bahwa sektor pariwisata pada tahun 2016 telah menjadi sumber
pendapatan devisa terbesar dari sektor non-migas dan menduduki peringkat kedua setelah
komoditas crude palm oil (CPO). Sumbangan devisa dari sektor pariwisata meningkat sejak tahun
2015 dari US$12,2 miliar, 2016 menjadi US$13,6 miliar, dan 2017 naik lagi menjadi US$15
miliar. Tahun 2018 ditargetkan meraup devisa US$17 miliar dan US$20 miliar pada tahun 2020.
Komitmen sektor pariwisata untuk menyumbang devisa nomor satu mengalahkan sektor
perekonomian lain dengan proyeksi nilai sebesar 20 miliar dollar AS pada tahun 2019.
Kementerian Pariwisata sebagai aktor utama pembangunan pariwisata, pada tahun 2018
menyampaikan beberapa capaian sektor pariwisata Indonesia yang tumbuh pesat dalam empat
tahun terakhir ini. Menurut World Travel & Tourism Council (WTTC) Pariwisata Indonesia
menjadi yang tercepat ke-9 di dunia, nomor 3 di Asia, dan nomor 1 di kawasan Asia Tenggara
Selain jumlah kawasan perairan yang begitu luas, potensi wisata bahari tersebut didukung
dengan adanya berbagai macam sumber daya alam yang begitu melimpah dengan adanya ebrbagai
macam biota laut yang beragam serta keindahan dari terumbu karang yang masih asri. Dengan
adanya berbagai macam kelebihan tersebut pemerintah kebijakan dalam pembangunan wisata
bahari yang menerapkan konsep pariwisata berkelanjutan dengan meminimalisir resiko dampak
negatif yang dapat merusak kelestarian laut serta regulasi dalam melakukan penataan pemanfaatan
ruang lingkup laut dan pemberian izin terkait pengelolaan wistaa bahari berdasarkan Permen KP.
No. 24/2019.
Selain itu, trend wisata bahari telah menjadi one of the fastest growing areas within the
world’s largest industry (Hall, 2001). Pernyataan ini apabila dikaitkan dengan pengembangan
wisata bahari saat ini dapat dibuktikan melalui fakta dilapangan bahwa wisatawan baik domestik
maupun mancanegara yang cenderung lebih menyukai wisata jenis bahari. Oleh karenanya
mengingat sebagian besar kawasan wisata di indonesia yaitu wisata bahari yang didalamnya
terdapat pantai yang menjadi salah satu daya tarik wisata alam dan banyak diminati oleh wisatawan
Saat ini kegiatan wisata bahari memiliki banyak peminat di kalangan wisatwan. Pernyataan
ini dapat didukung dengan data yang didapat oleh Sudjana, Aini dan Nizar dalam penelitian yang
berjudul Revenge Tourism: Analisis Minat Wisatawan Pasca Pandemi Covid-19 (2020) dengan
hasil survei yang dilakukan didapatkan hasil bahwa wisatawan yang memiliki minat untuk
melakukan wisata bahari ialah sebesar 25,10% yang kemudian disusul oleh Wisata Alam
Pengunungan dan Wisata Kuliner dengan presentasi yang sama yaitu 20,14%.
Dalam perkembangannya sendiri pemerintah telah menetapkan 10 destinasi prioritas yang
mana delapan diantaranya merupakan wisata bahari antara lain Danau Toba, Tanjung Kelayang,
Wakatobi, Pulau Moroti, Kepulauan Seribu, Tanjung Lesung, Labuan Bajo, Mandalika. Dari data
tersebut sudah dapat dibuktikan bahwa potensi bahari yang ada di Indonesia merupakan hal yang
memili potensi besar dalam mendongkrak kemajuan pariwsata Indonesia. Langkah selanjutnya
yang perlu diperhatikan adalah kesinambungan anatara para stakeholder dalam membangun
pariwisata berkelanjutan pada daya tarik wisata bahari supaya dapat bertahan serta dapat dinikmati
Provinsi Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terkenal dengan
pariwisatanya. Sebagai salah tujuan destinasi dunia, sektor pariwisata merupakan penggerak dalam
perekonomian Provinsi Bali. Sektor pariwisata memberikan share terbesar kepada perekonomian
di Provinsi Bali setiap tahunnya. Hal tersebut dapat dilihat dari share sektor akomodasi makan dan
minum dalam PDRB Provinsi Bali pada tahun 2015 sektor akomodasi memberikan share terbesar
Berdasarkan RTRW Provinsi Bali Tahun 2009-2029 wilayah perkotaan di Provinsi Bali
dapat dibagai menjadi empat wilayah, yaitu wilayah Bali Utara yang terdiri dari Kabuaten
Buleleng, wilayah Bali Barat yang terdiri dari 1 Kabuapten yaitu Kabupaten Jembrana, wilayah
Bali Timur yang terdiri dari 3 Kabupaten yaitu Kabuapten Bangli, Karangasem, dan Kelungkung,
dan wilayah Bali Selatan terdiri dari 4 Kabupaten yaitu Kabupaten Badung, Tabanan, Gianyar,
dan Kota Denpasar. Wilayah Bali selatan merupakan tulang punggung perekonomian Provinsi
Bali. Disebut sebagai tulang punggung karena memberikan sumbangan terbesar pada PDRB
Provinsi Bali setiap tahunnya. Pada Tahun 2015 Bali Selatan memberikan share sebesar 66.06%
pusat pariwisata di Provinsi Bali. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya potensi wisata yang
dimiliki oleh masing-masing kabupaten di Bali Selatan. Berdasarkan data potensi wisata, daya
tarik wisata dikelompokan menjadi tiga, yaitu daya tarik wisata alam, buatan, dan budaya. Bali
selatan memiliki jumlah potensi wisata sebanyak 146 daya tarik wisata yang tersebar pada ke
empat kabupaten, diantaranya 36 daya tarik wisata di Kabupten Badung, 28 daya tarik di Kota
Denpasar, 59 daya tarik di Kabupaten Gianyar, dan 23 daya tarik di Kabupaten Tabanan.
Salah satu daya tarik yang terletak di Bali Selatan khusunya Kabupaten Badung yaitu Daya
Tarik Wisata Pantai Melasti. Pantai ini memiliki sumber daya dan potensi pariwisata yang
menarik. Pantai pasir putih yang terletak di sekitar area bukit Ungasan, pengelolaannya dilakukan
masyarakat lokal (Sunarta & Langu, 2019). Pantai Melasti sendiri merupakan salah satu kawasan
pariwisata bahari yang sedang dikembangkan oleh Pemerintah maupun BUMDA Desa Ungasan
yang memiliki potensi Pantai Melasti ini memiliki potensi alam, potensi budaya dan potensi
manusia namun dalam pengeloaannya belum berada dalam skema pengembangan pariwisata yang
sebenarnya.
Environment and Development (WCAD di Brunlad Report pada tahun 1987), disebutkan bahwa,
“Sustainable development is development that meets the needs of present without compromising
sebagai berikut: Sustainable tourism development is tourism development that meet the needs of
the present without comprosing the ability of future generation to meet their own needs”.
Lebih lanjut, definisi dari pariwisata berkelanjutan menurut Heal (1998, dalam Fauzi,
2004) ialah suatu konsep yang dimana mengandung dua dimensi: Pertama adalah dimensi waktu
karena keberlanjutan tidak lain menyangkut apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Kedua
adalah dimensi interaksi antara sistem ekonomi dan sistem sumber daya alam dan lingkungan.
sering disebut dengan alternative tourism adalah kepariwisataan yang dikembangkan dalam
memperhatikan kelestarian alam dan budaya masyarakat setempat sehingga dapat diwariskan
Pantai Melasti pada awalnya merupakan salah pantai di Ungasan yang letaknya
tersembunyi di balik bukit kapur. Pantai Melasti dulunya memiliki akses yang begitu sulit dimana
masyarakat harus sangatlah berhati-hati apabila akan melintasi jalan di pantai ini dikarenakan jalan
yang berliku-liku dan menurun. Karena akses jalan yang berbahaya maka dilakukannya
pembelahan tebing oleh pihak Bendesa setempat yang dibantu oleh masyarakat lokal dan juga
Sebelum menjadi suatu daya tarik wisata di Desa Ungasan, pantai ini menjadi tempat
dilaksanakannya Upacara Melasti oleh masyarakat setempat sehingga masyarakat menamai pantai
ini dengan nama Pantai Melasti. Namun untuk membedakan pantai ini dengan pantai yang terletak
di Kabupaten Tabanan yang juga dinamai dengan nama Pantai Melasti sehingga “Ungasan”
Adapun Pantai Melasti sendiri merupakan suatu ritual atau upacara umat Hindu yang
dilaksanakan tiap tahunnya pada hari-hari tertentu, terlebih khusus pada saat Hari Raya Nyepi.
Adapun upacara ini dilakukan untuk penyucian diri serta benda sakral milik Pura (Pralingga atau
Pratima Ida Bhatara dan segala perlengkapannya). Upacara Melasti dilakukan di pantai ataupun
danau, dengan maksud menghanyutkan segala perbuatan buruk menggunakan air kehidupan (air
laut).
Melasti dalam sumber Lontar Sunarigama dan Sanghyang Aji Swamandala yang
dirumuskan dalam bahasa Jawa Kuno menyebutkan “Melasti ngarania ngiring prewatek dewata
angayutaken laraning jagat, papa klesa, letuhing bhuwana" yang memiliki makna bahwa Melasti
meningkatkan Sraddha dan Bhakti untuk pada Dewata menifestasi Tuhan Yang Maha Esa untuk
alam.
Dari kutipan lontar tersebut, Melasti memiliki tujuan bagi kehidupan. Diantaranya adalahh
sebagai berikut.
Artinya adalah upacara Melasti didahului dengan memuja Tuhan dengan segala
manifestasinya. Hal ini bertujuan untuk mengikuti tuntunan pra dewa sebagai
manifestasi Tuhan. Dengan begitu maka manusia akan memiliki kekuatan suci saat
hidup di dunia. Para dewa disimbolikan hadir mengelilingi desa, sarana pretima
sosial seperti kesenjangan antar kelompok, permusuhan, wabah penyakit, dan lain
sebagainya. Dengan begitu penyakit sosial diharapkan dapat dihilangkan dari umat.
3) Papa kelesa
membuat orang papa yakni kegelapan atau mabuk, egois atau mementingkan diri
sendiri, pengumbaran hawa nafsu, pemarah atau mendendam, dan raa takut tanpa
sebab. Kelima kelesa tersebut harus dihilangkan untuk membuat seseoarang tidak
menderita.
4) Letuhing bhuwana
Artinya adalah alam kotor. Upacara Melasti memiliki tujuan untuk meningkatkan
umat Hindu untuk melestarikan alam lingkungan atau dengan bahasa lain adalah
menghilangkan sifat manusia yang dapat merusak alam lingkungan. Di Bali hal ini
Nyepi dan Melasti juga disebut juga melis atau mekiyis bertujuan untuk :
memperoleh air suci (angemet tirta amerta) untuk kehidupan yang pelaksanaannya
dapat dilakukan di laut, danau, dan pada sumber / mata air yang disucikan.
tempat patirtan tersebut di atas. Pelaksanaan secara ini dapat dilakukan beberapa hari
Selanjutnya, Pantai Melasti resmi dijadikan sebagai suatu daya tarik wisata berdasarkan
pada Peraturan Bupati Badung (PERBUP) Badung Nomor 4 Tahun 2018 Tanggal 1 Februari 2018
tentang Penetapan Kawasan Pantai Melasti, Pancoran Solas Taman Mumbul Dan Water Blow
Peninsula Nusa Dua Sebagai Daya Tarik Wisata dan mulai beroperasi sebagai suatu daya tarik
Adapun perkembangan pariwisata di Pantai Melasti sebagai suatu daya tarik wisata
berawal dari masyarakat lokal yang mendapati bahwa Pantai Melasti memiliki potensi wisata yang
dapat dikembangkan yang kemudian masyarakat lokal berinisiatif untuk menjadikan Pantai
Melasti sebagai suatu kawasan pariwisata. Lebih lanjut, Pantai Melasti kemudian diresmikan oleh
Pemerintah Kabupaten Badung sebagai suatu daya tarik wisata berdasarkan Peraturan Bupati
Badung (PERBUP) Badung Nomor 4 Tahun 2018 Tanggal 1 Februari 2018 tentang Penetapan
Kawasan Pantai Melasti, Pancoran Solas Taman Mumbul Dan Water Blow Peninsula Nusa Dua
Sebagai Daya Tarik Wisata dengan pertimbangan akan sangat pesatnya perkembangan Pantai
melasti sebagai salah satu daya tarik wisata yang ada di Kabupaten Badung serta telah banyaknya
dikunjungi terutama pada musim liburan baik oleh para wisatawan nusantara maupun wisatawan
mancanegara dan juga dengan pesarnya perkembangan Pantai Melasti sebagai suatu daya tarik
wisata yang sangatlah berpengaruh secara langsung terhadap perekonomian masyarakat setempat
dan berdasarkan Kajian Pengembangan Potensi Kepariwisataan Baru di Kabupaten Badung maka
Kemudian setelah ditetapkan sebagai suatu daya tarik wisata maka kemudian masyarakat
berinisiatif untuk membentuk pengelola BUMDA (Baga Utsaha Manunggal Desa Adat) dan juga
menjalin Kerjasama dengan Program Studi S2 Kajian Pariwisata dari Fakultas Pariwista
Universitas Udayana agar dapat melakukan kajian sekaligus pembinaan kepada masyarakat lokal
secara berkelanjutan. Lebih lanjut, setelah terbentuknya BUMDA Melasti, kini potensi yang ada
di Pantai Melasti mulai dikembangkan lebih maksimal yang menghasilkan atraksi-atraksi wisata
yang baru seperti telah terdapat Anjungan Watu Gangga yang menjorok ke laut, Taman Angsoka,
pementasan tari kecak yang diadakan sebanyak tiga kali seminggu sejak 20 November 2021.
Pantai Melasti juga telah memiliki komponen produk pariwisata yang mumpuni dimana
telah terdapat fasilitas penunjang pariwisata yang baik baik dalam kawasan pantai maupun di
seputaran area kawasan pantai berada serta terdapat tourist information center di dalam kawasan
Pantai Melasti itu sendiri. Saat ini pula Pantai Melasti telah memiliki iconic branding yakni angsa
yang sedang bercinta dimana simbolik dari angsa yang bercinta ini sendiri akan membentuk huruf
Adapun keberhasilan dari suatu daya tarik wisata juga diukur berdasarkan atas jumlah
kunjungan wisatawan (domestik maupun mancanegara) yang berkunjung ke daya tarik tersebut.
Adapun jumlah kunjungan wisatawan ke Pantai Melasti periode pra-pandemi, pandemi dan pasca
1 Agustus 35,881
2 September 35,490
3 Oktober 30,802
4 November 28,866
5 Desember 43,314
6 Januari 42,436
7 Februari 40,678
8 Maret 37,859
9 April 37,130
10 Mei 28,369
11 Juni 50,195
12 Juli 44,352
13 Agustus 46,172
14 September 46,073
15 Oktober 48,064
16 November 52,471
17 Desember 70,136
18 Januari 71,246
19 Februari 54,745
Adapun jumlah keseluruhan dari kunjungan wisatawan di Pantai Melasti sejak beroperasi
di tahun 2018 pada bulan Agustus hingga sebulan sebelum kasus Covid-19 pertama di Indonesia
(post-pandemic) di tahun 2020 pada bulan Februari ialah sebanyak 844.279 orang.
1 Maret 31,017
2 Juli 47,713
3 Agustus 42,300
4 September 34,435
5 Oktober 35,409
6 November 46,049
7 Desember 83,600
8 Januari 53,891
9 Februari 32,323
10 Maret 38,850
11 April 44,086
12 Mei 55,469
13 Juni 62,488
14 Agustus 19,991
15 September 32,843
16 Oktober 58,011
17 November 86,915
18 Desember 125,338
Adapun jumlah keseluruhan dari kunjungan wisatawan di Pantai Melasti yang dimana
beroperasi secara tidak maksimal dikarenakan Pandemi Covid-19 yang berlangsung di Indonesia
(pandemic period) di tahun 2020 pada bulan Maret hingga di Tahun 2021 pada bulan Desember
Jumlah Kunjungan
No Bulan (2022)
(Orang)
1 Januari 134,949
2 Februari 80,418
3 Maret 91,024
4 April 58,680
Adapun jumlah keseluruhan dari kunjungan wisatawan di Pantai Melasti sejak masa
periode pasca pandemi (post-period pandemic) di Indonesia yang terhitung sejak tahun 2022 pada
Berdasarkan atas data-data maka dapat disimpulkan bahwa daya tarik wisata Pantai Melasti
mengalami peningkatan kunjungan wisatawan tiap periodenya baik dari wisatawan mancanegara
maupun wisatawan domestik yang dapat dilihat berdasarkan grafik sebagai berikut.
Kunjungan Wisatawan
930,728
844,279
1,000,000
800,000
600,000 365,071
400,000
200,000
0
1
Dari grafik tersebut dapat diindikasikan bahwa terdapat peningkatan dari kunjungan
wisatawan yang cukup signifikan di Pantai Melasti pada setiap periode dimana terjadi peningkatan
kunjungan di periode pandemi sebanyak 9,19% dari periode sebelumnya (pra-pandemi), kemudian
pada periode selanjutnya yakni pasca pandemi telah mencapai 61% dari total kunjungan wisatawan
di periode sebelumnya yang akan meningkat pula di bulan-bulan yang akan datang.
Pariwisata berkelanjutan ialah suatu jenis pariwisata yang sedang berkembang dengan
sangat pesat termasuk pertambahan arus kapasitas akomodasi, populasi lokal dan lingkungan yang
dimana perkembangan pariwisata dan investasi – investasi baru dalam sektor pariwisata
seharusnya tidak membawa dampak buruk dan dapat menyatu dengan lingkungan, apabila dapat
dimaksimalkan dampak yang positif dan meminimalkan dampak negatif secara maksimal. Dengan
kata lain dapat disimpulkan bahwa pariwisata berkelanjutan ialah suatu konsep pariwisata yang
dimana pariwisata yang sumber daya alamnya dapat dipergunakan secara berkelanjutan dan dapat
Dalam merealisasikan hal ini maka para stakeholder pariwisata harus memikirkan strategi
terbaik dalam mengembangkan daya tarik wisata yang ada di wilayahnya agar perkembangannya
dapat berada dalam skema pengembangan pariwisata yang bersifat berkelanjutan untuk dapat
1) Partisipasi
ikut terlibat dalam menentukan visi pariwisata, mengidentifikasi sumber- sumber daya
yang akan dipelihara dan ditingkatkan, serta mengembangkan tujuan- tujuan dan
kawasan Pantai Melasti yang berada di dalam naungan BUMDA Desa Ungasan itu
sendiri.
Selain itu, masyarakat juga terlibat secara langsung dalam pelaksanaan kegiatan
pementasan tarian kecak yang diadakan sebanyak tiga kali seminggu dimana terdapat
tiga grup yang dianggotakan sebanyak 125 orang kaum muda per grup dari 15 banjar
Para pelaku yang ikut serta dalam pembangunan pariwisata meliputi kelompok dan
daerah, asosiasi wisata, asosiasi bisnis dan pihak-pihak lain yang berpengaruh dan
berkepentingan serta yang akan menerima dampak dari kegiatan pariwisata. Adapun
melibatkan beberapa bisnis agen wisata dari Association of The Indonesian Tours and
3) Kepemilikan Lokal
dan sebagainya yang seharusnya dapat dikembangkan dan dipelihara oleh masyarakat
penduduk setempat serta kemudahan akses untuk para pelaku bisnis atau wirausahawan
penanaman modal oleh investor lokal atau masyarakat setempat yang melahirkan suatu
usaha pariwisata yang dimana disebut sebagai Usaha Rakyat dan telah terdapat
sebanyak 25 usaha rakyat yang ada di kawasan Pantai Melasti. Selain itu, terdapat juga
investasi dari pihak ketiga atau investor nasional yang melahirkan 4 usaha pariwisata
yang diantaranya ialah Palmilla Beach Club, Cattamaran Beach Club, Mïnoo Beach
dimana terdapat tempat parkir, mushola, toilet dan sebagainya di kawasan Pantai
tidak dapat diperbaharui (irreversible) secara berlebihan. Hal ini juga didukung dengan
pariwisata harus menjamin bahwa sumber daya alam dan buatan dapat dipelihara dan
dalam skema yang berkelanjutan. Namun seiiring berjalannya waktu, fakta di lapangan
pembangunan fasilitas pariwisata telah tidak terkontrol. Hal ini dapat dilihat dari telah
terdapatnya empat beachclubs yang telah beroperasi di dalam kawasan Pantai Melasti.
Hal ini menjadi tanda-tanda perkembangan pariwisata Pantai Melasti dari awalnya
tourism).
5) Mewadahi Tujuan-Tujuan Masyarakat
kondisi yang harmonis antara pengunjung atau wisatawan, tempat dan masyarakat
setempat dapat terwujud. Adapun hal ini terlihat dari adanya pementasan tarian kecak
tiap minggunya sebanyak tiga kali di Pantai Melasti yang dimana bertujuan untuk
6) Daya Dukung
Daya dukung atau kapasitas lahan yang harus dipertimbangkan meliputi daya dukung
fisik, alami, sosial dan budaya. Pembangunan dan pengembangan harus sesuai dan
perbaikan yang dibutuhkan. Skala dan tipe fasilitas wisata harus mencerminkan batas
pengembangan pariwisata ini juga melibatkan Akademisi, Media massa, Sawsta serta
Di Pantai Melasti telah terdapat akademisi yang melakukan penelitian dengan harapan
pengembangan pariwisata di Pantai Melasti tetap dapat berjalan sesuai dengan tujuan
awal.
indikator dan batasan-batasan untuk mengukur dampak pariwisata. Pedoman atau alat-
alat bantu yang dikembangkan tersebut harus meliputi skala nasional, regional dan
lokal. Dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan di Pantai Melasti, aspek monitor
dan evaluasi menjadi ranah dari peran Pemerintah Bali, Pemerintah Kabupaten Badung
kawasan Pantai Melasti dapat sesuai dengan konspe-konsep yang direncanakan yang
bersifat berkelanjutan.
8) Akuntabilitas
sumber daya alam seperti tanah, air, dan udara harus menjamin akuntabilitas serta
9) Pelatihan
relevan.
kegiatan yang memperkuat karakter lansekap, sense of place, dan identitas masyarakat
setempat. Pengelola kawasan wisata Pantai Melasti sendiri telah melakukan kegiatan
promosi secara berkala dalam mempromosikan daya tarik wisata Pantai Melasti seperti
bahkan melakukan Kerjasama bersama dengan travel agents’ yang ada di Indonesia.
a. Kesimpulan
Bali merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia yang terkenal akan
pariwisatanya. Sektor pariwisata menjadi pilar utama penggerak dari perekonomian yang ada di
Bali, khususnya pada kawasan Bali Selatan. Pantai Melasti Unggasan merupakan salah satu
destinasi wisata yang sedang popular untuk dikunjungi oleh wisatawan dan saat ini sedang
mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal ini dapat terlihat dari berbagai fasilitas yang
mulai representatif serta kolaborasi yang mulai dijalankan oleh para stakeholder yang ada di daya
tarik wisata Pantai Melasti Unggasan. Namun sayangnya, perkembangan tersebut tampak mulai
tak terkontrol yang dapat dilihat melalui mulai banyaknya beachclubs yang beroperasi di seputaran
kawasan pantai serta fasilitas pariwisata lainnya yang mulai membanjiri kawasan pantai yang
kelak dapat memberikan dampak negatif pada Pantai Melasti apabila dibiarkan, seperti perubahan
Bagi pihak pengelola destinasi wisata Pantai Melasti Unggasan diharapkan mampu
mempertahankan kondisi eksistensi dari kegiatan pariwisata yang ada di kawasan tersebut. Selain
menjaga atraksi wisata yang ada, kolaborasi mengenai amphitheater berbasis kearifan budaya
lokal diharapkan mampu meningkatkan pendapatan rencana pembangunan serta menjaga dan
melestarikan adat istiadat, sosial dan budaya agar kelak dapat dinikmati dari generasi ke generasi
sesuai dengan visi misi pariwisata berkelanjutan, seperti mulai mengontrol pembangunan fasilitas
pariwisata di seputaran kawasan pantai agar kedepannya kegiatan kepariwisataan di Pantai Melasti
tidak akan menimbulkan berbagai masalah lingkungan yang signifikan di kawasan Pantai Melasti.
Daftar Pustaka
Langu, B. I. R. dan I Nyoman Sunarta. (2019). Studi Perkembangan Pariwisata di Pantai Melasti
Desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung. Jurnal Destinasi Pariwisata,
pg. 116-122.
Masjhoer, Jusaac M. (2019). Pengantar Wisata Bahari. Yogyakarta: Khitah Publishing.
Arida, I. N. Sukma. (tt). Pariwisata Berkelanjutan.
Setiono, S. T. dkk. (2021). Implementasi Pengelolaan Pariwisata Berkelanjutan di Kota Semarang.
PERSPEKTIF, 10(1), pg. 26–35.
Hall, C. M. (2001). Trends in Ocean and coastal tourism: The end of the last frontier? Ocean
& Coastal Management, 44(9-10), 601-618.
Sudjana, Annisa Aulya, Siti Nur Aini dan Hilman Khaerul Nizar. (2020). Revenge Tourism:
Analisis Minat Wisatawan Pasca Pandemi Covid-10, Jurnal Pringgitan, Vol. 02 No. 01
Maret 2021:1-10 Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo Yogyakarta.
Julyantara, I. P. W. E dan I N. Sunarta (2019). Strategi Pengembangan Pantai Melasti sebagai
Daya Tarik Wisata di Desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung. Jurnal
Destinasi Pariwisata, pg. 188-195.
Baiq Aninnisa Nilna Savitri, Nanin. (2019.) Pengembangan Kampung Wisata Berbasis
Pemberdayaan Masyarakat Suku Sasak Ende, Kabupaten Lombok Tengah. Undergraduate
(S1) thesis, Universitas Muhammadiyah Malang.
Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. (2016). Provinsi Bali dalam Angka (Bali Province in Figures)
2016.
Pemerintah Kabupaten Buleleng. (2021). Makna Dan 5 Tujuan Upacara Melasti Tradisi Hindu,
web diposting pada 16 Maret 2021, dilihat pada 22 Oktober 2022,
https://buleleng.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/57-makna-dan-5-tujuan-
upacara-melasti-tradisi-hindu.
Pemerintah Kota Denpasar, Kecamatan Denpasar Barat, Kelurahan Padangsambian. (2021).
Melasti, web diposting pada 9 Maret 2021, dilihat pada 22 Oktober 2022,
https://www.padangsambian.denpasarkota.go.id/artikel/melasti.
Maulana, Arief. (2021). Indonesia Bisa Kelola Lebih Banyak Sektor Pariwisata Bahari, web
diposting pada 11 Agustus 2021, dilihat pada 16 Oktober 2022,
https://www.unpad.ac.id/2021/08/indonesia-bisa-kelola-lebih-banyak-sektor-pariwisata-
bahari/.
Peraturan Bupati Badung Nomor 4 Tahun 2018 Tentang Penetapan Kawasan Pantai Melasti,
Pancoran Solas Taman Mumbul Dan Water Blow Peninsula Nusa Dua Sebagai Daya Tarik
Wisata.