Anda di halaman 1dari 24

PERKEMBANGAN PARIWISATA DI KAWASAN PANTAI MELASTI, DESA

UNGASAN BERDASARKAN KONSEP PARIWISATA BERKELANJUTAN

Disusun Oleh:

Nugies Asvika 1911511037


Anugerah Yonas Ananda 1911511041
Rivaldo Policarpo Rodriguês Correia 1911511062
Cindy Angelina Silitonga 1911511068
Muhamad Arsalan 1911511073
I Made Anjas Dwi Makerthi Dharma 1911511079
Ilham Faizal Surya 1911511086

FAKULTAS PARIWISATA

PROGRAM STUDI PARIWISATA PROGRAM SARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

JIMBARAN

2022
1. Pendahuluan

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki lebih banyak kawasan perairan

dibandingkan kawasan darat yang membuat potensi yang dapat dikembangkan dari kawasan

perairan sangat banyak dimulai dari mata pencarian seperti halnya nelayan dan juga potensi

pariwisata bahari yang tersebar di seluruh daerah Indoensia. Indonesia memiliki kekayaan potensia

bahari yang dapat dikembangkan menjadi pariwisata serta payung hukum yang menaunginya

membuat pemerintah dapat mengoptimalkannya secara berkelanjutan (Maulana, 2019).

Secara geografis letak kepulauan Indonesia sangat strategis, yakni di daerah tropis yang

diapit oleh dua benua (Asia dan Australia), dua samudera (Pasifik dan India), serta merupakan

pertemuan tiga lempeng benua (Eurasia, India-Australia, dan Pasifik). Interaksi bio-geofisik

menjadikan kepulauan Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang besar yang didukung

oleh adanya sumber daya hayati dan nonhayati yang bernilai tinggi (Durand, 2010 dalam

Masjhoer, 2019). Potensi tersebut didukung dengan data yang dimana menurut Kusumastanto

(2003, dalam Masjhoer, 2019) menyebutkan bahwa potensi sumber daya kelautan yang besar,

yakni 75% wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), selama ini telah memberikan

sumbangan yang sangat berarti bagi keberhasilan pembangunan nasional. Sumbangan tersebut

antara lain berupa penyediaan bahan kebutuhan dasar, peningkatan pendapatan masyarakat,

kesempatan kerja, perolehan devisa, dan pembangunan daerah. Oleh karena itu, kelautan

sesungguhnya memiliki keunggulan komparatif, keunggulan kooperatif, dan keunggulan

kompetitif untuk menjadi sektor unggulan dalam kiprah pembangunan nasional masa depan.

Kekayaan sumber daya alam laut Indonesia tergambar dari keragaman ekosistem terumbu karang,

lamun, dan mangrove. Laut Indonesia memiliki luas terumbu karang sekitar 2,5 juta hektar yang

di dalamnya terdapat 569 jenis karang jenis atau sekitar 67% dari 845 total spesies karang di dunia
(Giyanto dkk, 2017, dalam Masjhoer, 2019). Ekosistem lamun di Indonesia memiliki total luasan

sebesar 150.693,16 ha dengan 15 jenis lamun yang tersebar di 423 titik (Hernawan dkk, 2017).

Sedangkan untuk ekosistem mangrove, Indonesia memiliki 43 jenis mangrove dengan luas

mangrove sebesar 3.112.989 ha atau 22,6% total luas mangrove dunia (Dharmawan, 2014;

Gombos dkk, 2013, dalam dalam Masjhoer, 2019). Kekayaan sumber daya alam bahari di

Indonesia sangat potensial untuk dimanfaatkan sebesar-besarnya demi kesejahteraan rakyat

Indonesia. Salah satu bentuk pemanfaatan kekayaan alam bahari adalah melalui sektor pariwisata.

Manfaat yang akan didapatkan oleh suatu negara dari sektor pariwisata sangatlah besar, maka tidak

mengherankan bila sektor ini pada akhirnya ditetapkan sebagai leading sector dan core economy

oleh Presiden Indonesia, Joko Widodo. Hal tersebut ditunjukkan dengan perhatian yang lebih besar

kepada sektor pariwisata baik dalam kebijakan anggaran maupun dukungan sektoral lintas

kementerian atau lembaga untuk mendukung program-program pembangunan kepariwisataan.

Data statistik menunjukkan bahwa sektor pariwisata pada tahun 2016 telah menjadi sumber

pendapatan devisa terbesar dari sektor non-migas dan menduduki peringkat kedua setelah

komoditas crude palm oil (CPO). Sumbangan devisa dari sektor pariwisata meningkat sejak tahun

2015 dari US$12,2 miliar, 2016 menjadi US$13,6 miliar, dan 2017 naik lagi menjadi US$15

miliar. Tahun 2018 ditargetkan meraup devisa US$17 miliar dan US$20 miliar pada tahun 2020.

Komitmen sektor pariwisata untuk menyumbang devisa nomor satu mengalahkan sektor

perekonomian lain dengan proyeksi nilai sebesar 20 miliar dollar AS pada tahun 2019.

Kementerian Pariwisata sebagai aktor utama pembangunan pariwisata, pada tahun 2018

menyampaikan beberapa capaian sektor pariwisata Indonesia yang tumbuh pesat dalam empat

tahun terakhir ini. Menurut World Travel & Tourism Council (WTTC) Pariwisata Indonesia
menjadi yang tercepat ke-9 di dunia, nomor 3 di Asia, dan nomor 1 di kawasan Asia Tenggara

(Sakti, 2018, dalam dalam Masjhoer, 2019).

Selain jumlah kawasan perairan yang begitu luas, potensi wisata bahari tersebut didukung

dengan adanya berbagai macam sumber daya alam yang begitu melimpah dengan adanya ebrbagai

macam biota laut yang beragam serta keindahan dari terumbu karang yang masih asri. Dengan

adanya berbagai macam kelebihan tersebut pemerintah kebijakan dalam pembangunan wisata

bahari yang menerapkan konsep pariwisata berkelanjutan dengan meminimalisir resiko dampak

negatif yang dapat merusak kelestarian laut serta regulasi dalam melakukan penataan pemanfaatan

ruang lingkup laut dan pemberian izin terkait pengelolaan wistaa bahari berdasarkan Permen KP.

No. 24/2019.

Selain itu, trend wisata bahari telah menjadi one of the fastest growing areas within the

world’s largest industry (Hall, 2001). Pernyataan ini apabila dikaitkan dengan pengembangan

wisata bahari saat ini dapat dibuktikan melalui fakta dilapangan bahwa wisatawan baik domestik

maupun mancanegara yang cenderung lebih menyukai wisata jenis bahari. Oleh karenanya

mengingat sebagian besar kawasan wisata di indonesia yaitu wisata bahari yang didalamnya

terdapat pantai yang menjadi salah satu daya tarik wisata alam dan banyak diminati oleh wisatawan

(Kardini & Sudiartini, 2020).

Saat ini kegiatan wisata bahari memiliki banyak peminat di kalangan wisatwan. Pernyataan

ini dapat didukung dengan data yang didapat oleh Sudjana, Aini dan Nizar dalam penelitian yang

berjudul Revenge Tourism: Analisis Minat Wisatawan Pasca Pandemi Covid-19 (2020) dengan

hasil survei yang dilakukan didapatkan hasil bahwa wisatawan yang memiliki minat untuk

melakukan wisata bahari ialah sebesar 25,10% yang kemudian disusul oleh Wisata Alam

Pengunungan dan Wisata Kuliner dengan presentasi yang sama yaitu 20,14%.
Dalam perkembangannya sendiri pemerintah telah menetapkan 10 destinasi prioritas yang

mana delapan diantaranya merupakan wisata bahari antara lain Danau Toba, Tanjung Kelayang,

Wakatobi, Pulau Moroti, Kepulauan Seribu, Tanjung Lesung, Labuan Bajo, Mandalika. Dari data

tersebut sudah dapat dibuktikan bahwa potensi bahari yang ada di Indonesia merupakan hal yang

memili potensi besar dalam mendongkrak kemajuan pariwsata Indonesia. Langkah selanjutnya

yang perlu diperhatikan adalah kesinambungan anatara para stakeholder dalam membangun

pariwisata berkelanjutan pada daya tarik wisata bahari supaya dapat bertahan serta dapat dinikmati

hingga di masa yang akan datang.

Provinsi Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terkenal dengan

pariwisatanya. Sebagai salah tujuan destinasi dunia, sektor pariwisata merupakan penggerak dalam

perekonomian Provinsi Bali. Sektor pariwisata memberikan share terbesar kepada perekonomian

di Provinsi Bali setiap tahunnya. Hal tersebut dapat dilihat dari share sektor akomodasi makan dan

minum dalam PDRB Provinsi Bali pada tahun 2015 sektor akomodasi memberikan share terbesar

yaitu 19.43% (BPS, 2016).

Berdasarkan RTRW Provinsi Bali Tahun 2009-2029 wilayah perkotaan di Provinsi Bali

dapat dibagai menjadi empat wilayah, yaitu wilayah Bali Utara yang terdiri dari Kabuaten

Buleleng, wilayah Bali Barat yang terdiri dari 1 Kabuapten yaitu Kabupaten Jembrana, wilayah

Bali Timur yang terdiri dari 3 Kabupaten yaitu Kabuapten Bangli, Karangasem, dan Kelungkung,

dan wilayah Bali Selatan terdiri dari 4 Kabupaten yaitu Kabupaten Badung, Tabanan, Gianyar,

dan Kota Denpasar. Wilayah Bali selatan merupakan tulang punggung perekonomian Provinsi

Bali. Disebut sebagai tulang punggung karena memberikan sumbangan terbesar pada PDRB

Provinsi Bali setiap tahunnya. Pada Tahun 2015 Bali Selatan memberikan share sebesar 66.06%

pada PDRB total (BPS, 2016).


Selain sebagai tulang punggung perekonomian, Bali selatan juga merupakan salah satu

pusat pariwisata di Provinsi Bali. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya potensi wisata yang

dimiliki oleh masing-masing kabupaten di Bali Selatan. Berdasarkan data potensi wisata, daya

tarik wisata dikelompokan menjadi tiga, yaitu daya tarik wisata alam, buatan, dan budaya. Bali

selatan memiliki jumlah potensi wisata sebanyak 146 daya tarik wisata yang tersebar pada ke

empat kabupaten, diantaranya 36 daya tarik wisata di Kabupten Badung, 28 daya tarik di Kota

Denpasar, 59 daya tarik di Kabupaten Gianyar, dan 23 daya tarik di Kabupaten Tabanan.

Salah satu daya tarik yang terletak di Bali Selatan khusunya Kabupaten Badung yaitu Daya

Tarik Wisata Pantai Melasti. Pantai ini memiliki sumber daya dan potensi pariwisata yang

menarik. Pantai pasir putih yang terletak di sekitar area bukit Ungasan, pengelolaannya dilakukan

masyarakat lokal (Sunarta & Langu, 2019). Pantai Melasti sendiri merupakan salah satu kawasan

pariwisata bahari yang sedang dikembangkan oleh Pemerintah maupun BUMDA Desa Ungasan

yang memiliki potensi Pantai Melasti ini memiliki potensi alam, potensi budaya dan potensi

manusia namun dalam pengeloaannya belum berada dalam skema pengembangan pariwisata yang

sebenarnya.

2. Konsep Pariwisata Berkelanjutan

Adapun konsep Sustainable Tourism yang diperkenalkan oleh World Commission on

Environment and Development (WCAD di Brunlad Report pada tahun 1987), disebutkan bahwa,

“Sustainable development is development that meets the needs of present without compromising

the ability of future generation to meet their own needs”.


Kemudian, pengembangan pariwisata berkelanjutan menurut Weaver (2012) didefinisikan

sebagai berikut: Sustainable tourism development is tourism development that meet the needs of

the present without comprosing the ability of future generation to meet their own needs”.

Lebih lanjut, definisi dari pariwisata berkelanjutan menurut Heal (1998, dalam Fauzi,

2004) ialah suatu konsep yang dimana mengandung dua dimensi: Pertama adalah dimensi waktu

karena keberlanjutan tidak lain menyangkut apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Kedua

adalah dimensi interaksi antara sistem ekonomi dan sistem sumber daya alam dan lingkungan.

Sedangkan menurut Sugiama (2011) mengemukakan bahwa pariwisata berkelanjutan

sering disebut dengan alternative tourism adalah kepariwisataan yang dikembangkan dalam

memperhatikan kelestarian alam dan budaya masyarakat setempat sehingga dapat diwariskan

untuk generasi mendatang.

3. Sejarah Pantai Melasti

Pantai Melasti pada awalnya merupakan salah pantai di Ungasan yang letaknya

tersembunyi di balik bukit kapur. Pantai Melasti dulunya memiliki akses yang begitu sulit dimana

masyarakat harus sangatlah berhati-hati apabila akan melintasi jalan di pantai ini dikarenakan jalan

yang berliku-liku dan menurun. Karena akses jalan yang berbahaya maka dilakukannya

pembelahan tebing oleh pihak Bendesa setempat yang dibantu oleh masyarakat lokal dan juga

investor dalam pembuatan akses jalan menuju pesisir pantai.

Sebelum menjadi suatu daya tarik wisata di Desa Ungasan, pantai ini menjadi tempat

dilaksanakannya Upacara Melasti oleh masyarakat setempat sehingga masyarakat menamai pantai

ini dengan nama Pantai Melasti. Namun untuk membedakan pantai ini dengan pantai yang terletak
di Kabupaten Tabanan yang juga dinamai dengan nama Pantai Melasti sehingga “Ungasan”

ditambahkan kepada pantai ini.

Adapun Pantai Melasti sendiri merupakan suatu ritual atau upacara umat Hindu yang

dilaksanakan tiap tahunnya pada hari-hari tertentu, terlebih khusus pada saat Hari Raya Nyepi.

Adapun upacara ini dilakukan untuk penyucian diri serta benda sakral milik Pura (Pralingga atau

Pratima Ida Bhatara dan segala perlengkapannya). Upacara Melasti dilakukan di pantai ataupun

danau, dengan maksud menghanyutkan segala perbuatan buruk menggunakan air kehidupan (air

laut).

Melasti dalam sumber Lontar Sunarigama dan Sanghyang Aji Swamandala yang

dirumuskan dalam bahasa Jawa Kuno menyebutkan “Melasti ngarania ngiring prewatek dewata

angayutaken laraning jagat, papa klesa, letuhing bhuwana" yang memiliki makna bahwa Melasti

meningkatkan Sraddha dan Bhakti untuk pada Dewata menifestasi Tuhan Yang Maha Esa untuk

menghanyutkan penderitaan masyarakat, menghilangkan papa klesa serta mencegah kerusakan

alam.

Dari kutipan lontar tersebut, Melasti memiliki tujuan bagi kehidupan. Diantaranya adalahh

sebagai berikut.

1) Ngiring prewatek dewata

Artinya adalah upacara Melasti didahului dengan memuja Tuhan dengan segala

manifestasinya. Hal ini bertujuan untuk mengikuti tuntunan pra dewa sebagai

manifestasi Tuhan. Dengan begitu maka manusia akan memiliki kekuatan suci saat

hidup di dunia. Para dewa disimbolikan hadir mengelilingi desa, sarana pretima

dengan segalan abon-abon Ida Bhatara.


2) Anganyutaken laraning jagat

Artinya adalah menghanyutkan penderitaan masyarakat. Sehingga upacara Melasti

bertujuan untuk memotivasi umat dalam menghilangkan berbagai macam penyakit

sosial seperti kesenjangan antar kelompok, permusuhan, wabah penyakit, dan lain

sebagainya. Dengan begitu penyakit sosial diharapkan dapat dihilangkan dari umat.

3) Papa kelesa

Artinya adalah Melasti memiliki tujuan untuk menuntun umat untuk

menghilangkan kemapanan secara individual. Terdapat lima keleas yang dapat

membuat orang papa yakni kegelapan atau mabuk, egois atau mementingkan diri

sendiri, pengumbaran hawa nafsu, pemarah atau mendendam, dan raa takut tanpa

sebab. Kelima kelesa tersebut harus dihilangkan untuk membuat seseoarang tidak

menderita.

4) Letuhing bhuwana

Artinya adalah alam kotor. Upacara Melasti memiliki tujuan untuk meningkatkan

umat Hindu untuk melestarikan alam lingkungan atau dengan bahasa lain adalah

menghilangkan sifat manusia yang dapat merusak alam lingkungan. Di Bali hal ini

menjadi tradisi yang harus dijaga untuk menjaga alam.

5) Ngamet saringing amerta ring telenging segara

Artinya adalah mengambil sari-sari kehidupan di tengah lautan. Tujuan Melasti

adalah mewuhudkan ritual sakral untuk membangun kehidupan spiritual untuk

hidup yang lebih seimbang lahir dan batin.


Kemudian dalam Babad Bali, Melasti, juga disebutkan merupakan rangkaian dari hari raya

Nyepi dan Melasti juga disebut juga melis atau mekiyis bertujuan untuk :

1) Melebur segala macam kekotoran pikiran, perkataan dan perbuatan, serta

memperoleh air suci (angemet tirta amerta) untuk kehidupan yang pelaksanaannya

dapat dilakukan di laut, danau, dan pada sumber / mata air yang disucikan.

2) Bagi pura yang memiliki pratima atau pralingga seyogyanya mengusungnya ke

tempat patirtan tersebut di atas. Pelaksanaan secara ini dapat dilakukan beberapa hari

sebelum dilaksanakanya tawur kesanga untuk memohon kepada Tuhan untuk

kesejahteraan alam lingkungan menjelang pergantian tahun saka.

Selanjutnya, Pantai Melasti resmi dijadikan sebagai suatu daya tarik wisata berdasarkan

pada Peraturan Bupati Badung (PERBUP) Badung Nomor 4 Tahun 2018 Tanggal 1 Februari 2018

tentang Penetapan Kawasan Pantai Melasti, Pancoran Solas Taman Mumbul Dan Water Blow

Peninsula Nusa Dua Sebagai Daya Tarik Wisata dan mulai beroperasi sebagai suatu daya tarik

wisata enam bulan setelahnya yakni pada tanggal 1 Agustus 2018.

4. Perkembangan Pantai Melasti sebagai Daya Tarik Wisata

Adapun perkembangan pariwisata di Pantai Melasti sebagai suatu daya tarik wisata

berawal dari masyarakat lokal yang mendapati bahwa Pantai Melasti memiliki potensi wisata yang

dapat dikembangkan yang kemudian masyarakat lokal berinisiatif untuk menjadikan Pantai

Melasti sebagai suatu kawasan pariwisata. Lebih lanjut, Pantai Melasti kemudian diresmikan oleh

Pemerintah Kabupaten Badung sebagai suatu daya tarik wisata berdasarkan Peraturan Bupati

Badung (PERBUP) Badung Nomor 4 Tahun 2018 Tanggal 1 Februari 2018 tentang Penetapan

Kawasan Pantai Melasti, Pancoran Solas Taman Mumbul Dan Water Blow Peninsula Nusa Dua
Sebagai Daya Tarik Wisata dengan pertimbangan akan sangat pesatnya perkembangan Pantai

melasti sebagai salah satu daya tarik wisata yang ada di Kabupaten Badung serta telah banyaknya

dikunjungi terutama pada musim liburan baik oleh para wisatawan nusantara maupun wisatawan

mancanegara dan juga dengan pesarnya perkembangan Pantai Melasti sebagai suatu daya tarik

wisata yang sangatlah berpengaruh secara langsung terhadap perekonomian masyarakat setempat

dan berdasarkan Kajian Pengembangan Potensi Kepariwisataan Baru di Kabupaten Badung maka

perlu ditetapkan sebagai Daya Tarik Wisata di Kabupaten Badung.

Kemudian setelah ditetapkan sebagai suatu daya tarik wisata maka kemudian masyarakat

berinisiatif untuk membentuk pengelola BUMDA (Baga Utsaha Manunggal Desa Adat) dan juga

menjalin Kerjasama dengan Program Studi S2 Kajian Pariwisata dari Fakultas Pariwista

Universitas Udayana agar dapat melakukan kajian sekaligus pembinaan kepada masyarakat lokal

secara berkelanjutan. Lebih lanjut, setelah terbentuknya BUMDA Melasti, kini potensi yang ada

di Pantai Melasti mulai dikembangkan lebih maksimal yang menghasilkan atraksi-atraksi wisata

yang baru seperti telah terdapat Anjungan Watu Gangga yang menjorok ke laut, Taman Angsoka,

pementasan tari kecak yang diadakan sebanyak tiga kali seminggu sejak 20 November 2021.

Pantai Melasti juga telah memiliki komponen produk pariwisata yang mumpuni dimana

telah terdapat fasilitas penunjang pariwisata yang baik baik dalam kawasan pantai maupun di

seputaran area kawasan pantai berada serta terdapat tourist information center di dalam kawasan

Pantai Melasti itu sendiri. Saat ini pula Pantai Melasti telah memiliki iconic branding yakni angsa

yang sedang bercinta dimana simbolik dari angsa yang bercinta ini sendiri akan membentuk huruf

“M" yang bermakna Melasti.


5. Perkembangan Kunjungan Wisatawan ke Pantai Melasti

Adapun keberhasilan dari suatu daya tarik wisata juga diukur berdasarkan atas jumlah

kunjungan wisatawan (domestik maupun mancanegara) yang berkunjung ke daya tarik tersebut.

Adapun jumlah kunjungan wisatawan ke Pantai Melasti periode pra-pandemi, pandemi dan pasca

pandemi Covid-19 ialah sebagai berikut ini.

Table 1 Jumlah Kunjungan Wisatawan Periode Pra-Pandemi Covid-19

Bulan (2018 Jumlah Kunjungan


No
Hingga 2020) (Orang)

1 Agustus 35,881

2 September 35,490

3 Oktober 30,802

4 November 28,866

5 Desember 43,314

6 Januari 42,436

7 Februari 40,678

8 Maret 37,859

9 April 37,130

10 Mei 28,369

11 Juni 50,195

12 Juli 44,352

13 Agustus 46,172

14 September 46,073
15 Oktober 48,064

16 November 52,471

17 Desember 70,136

18 Januari 71,246

19 Februari 54,745

Total Akhir 844,279

Sumber: BUMDA Melasti, 2022

Adapun jumlah keseluruhan dari kunjungan wisatawan di Pantai Melasti sejak beroperasi

di tahun 2018 pada bulan Agustus hingga sebulan sebelum kasus Covid-19 pertama di Indonesia

(post-pandemic) di tahun 2020 pada bulan Februari ialah sebanyak 844.279 orang.

Table 2 Jumlah Kunjungan Wisatawan Periode Pandemi Covid-19

Bulan (2020 Jumlah Kunjungan


No
Hingga 2021) (Orang)

1 Maret 31,017

2 Juli 47,713

3 Agustus 42,300

4 September 34,435

5 Oktober 35,409

6 November 46,049

7 Desember 83,600

8 Januari 53,891

9 Februari 32,323
10 Maret 38,850

11 April 44,086

12 Mei 55,469

13 Juni 62,488

14 Agustus 19,991

15 September 32,843

16 Oktober 58,011

17 November 86,915

18 Desember 125,338

Total Akhir 930,728

Sumber: BUMDA Melasti, 2022

Adapun jumlah keseluruhan dari kunjungan wisatawan di Pantai Melasti yang dimana

beroperasi secara tidak maksimal dikarenakan Pandemi Covid-19 yang berlangsung di Indonesia

(pandemic period) di tahun 2020 pada bulan Maret hingga di Tahun 2021 pada bulan Desember

ialah sebanyak 929.728 orang.


Table 3 Jumlah Kunjungan Wisatawan Periode Pasca Pandemi Covid-19

Jumlah Kunjungan
No Bulan (2022)
(Orang)

1 Januari 134,949

2 Februari 80,418

3 Maret 91,024

4 April 58,680

Total Akhir 365,071

Sumber: BUMDA Melasti, 2022

Adapun jumlah keseluruhan dari kunjungan wisatawan di Pantai Melasti sejak masa

periode pasca pandemi (post-period pandemic) di Indonesia yang terhitung sejak tahun 2022 pada

bulan Januari hingga bulan April ialah sebanyak 365.071 orang.

Berdasarkan atas data-data maka dapat disimpulkan bahwa daya tarik wisata Pantai Melasti

mengalami peningkatan kunjungan wisatawan tiap periodenya baik dari wisatawan mancanegara

maupun wisatawan domestik yang dapat dilihat berdasarkan grafik sebagai berikut.
Kunjungan Wisatawan

930,728
844,279
1,000,000
800,000
600,000 365,071
400,000
200,000
0
1

Periode Pra-Pandemi Periode Pandemi Periode Pasca Pandemi

Gambar 1 Grafik Total Jumlah Kunjungan Wisatawan Periode Pra-Pandemi, Pandemi

dan Pasca Pandemi Covid-19

Dari grafik tersebut dapat diindikasikan bahwa terdapat peningkatan dari kunjungan

wisatawan yang cukup signifikan di Pantai Melasti pada setiap periode dimana terjadi peningkatan

kunjungan di periode pandemi sebanyak 9,19% dari periode sebelumnya (pra-pandemi), kemudian

pada periode selanjutnya yakni pasca pandemi telah mencapai 61% dari total kunjungan wisatawan

di periode sebelumnya yang akan meningkat pula di bulan-bulan yang akan datang.

6. Perkembangan Pariwisata di Pantai Melasti dalam Konsep Pariwisata Berkelanjutan

Pariwisata berkelanjutan ialah suatu jenis pariwisata yang sedang berkembang dengan

sangat pesat termasuk pertambahan arus kapasitas akomodasi, populasi lokal dan lingkungan yang

dimana perkembangan pariwisata dan investasi – investasi baru dalam sektor pariwisata

seharusnya tidak membawa dampak buruk dan dapat menyatu dengan lingkungan, apabila dapat

dimaksimalkan dampak yang positif dan meminimalkan dampak negatif secara maksimal. Dengan

kata lain dapat disimpulkan bahwa pariwisata berkelanjutan ialah suatu konsep pariwisata yang
dimana pariwisata yang sumber daya alamnya dapat dipergunakan secara berkelanjutan dan dapat

dinikmati pada generasi selanjutnya di masa yang akan datang.

Dalam merealisasikan hal ini maka para stakeholder pariwisata harus memikirkan strategi

terbaik dalam mengembangkan daya tarik wisata yang ada di wilayahnya agar perkembangannya

dapat berada dalam skema pengembangan pariwisata yang bersifat berkelanjutan untuk dapat

melindungi sumber atau asset penting pariwisata yang ada.

Adapun prinsip-prinsip pengembangan pariwisata berkelanjutan meliputi.

1) Partisipasi

Dalam pelaksanaan pembangunan pariwisata di kawasan wisata Pantai Melasti,

asyarakat setempat harus mengawasi atau mengontrol pembangunan pariwisata dengan

ikut terlibat dalam menentukan visi pariwisata, mengidentifikasi sumber- sumber daya

yang akan dipelihara dan ditingkatkan, serta mengembangkan tujuan- tujuan dan

strategi-strategi untuk pengembangan dan pengelolaan daya tarik wisata, serta

berpartisipasi dalam mengimplementasikan strategi-strategi yang telah disusun

sebelumnya. Adapun partisipasi masyarakat berada dalam susunan pengelola utsaha

kawasan Pantai Melasti yang berada di dalam naungan BUMDA Desa Ungasan itu

sendiri.

Selain itu, masyarakat juga terlibat secara langsung dalam pelaksanaan kegiatan

pementasan tarian kecak yang diadakan sebanyak tiga kali seminggu dimana terdapat

tiga grup yang dianggotakan sebanyak 125 orang kaum muda per grup dari 15 banjar

di Desa Adat Ungasan.


2) Keikutsertaan Para Pelaku atau Stakeholder Involvement

Para pelaku yang ikut serta dalam pembangunan pariwisata meliputi kelompok dan

institusi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), kelompok sukarelawan, pemerintah

daerah, asosiasi wisata, asosiasi bisnis dan pihak-pihak lain yang berpengaruh dan

berkepentingan serta yang akan menerima dampak dari kegiatan pariwisata. Adapun

peran pelaku lain dalam pengembangan pariwisata di kawasan Pantai Melasti

melibatkan beberapa bisnis agen wisata dari Association of The Indonesian Tours and

Travel Agencies (ASITA) atau Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia.

3) Kepemilikan Lokal

Pembangunan pariwisata harus menawarkan lapangan pekerjaan yang berkualitas

untuk masyarakat setempat. Fasilitas penunjang kepariwisataan seperti hotel, restoran,

dan sebagainya yang seharusnya dapat dikembangkan dan dipelihara oleh masyarakat

setempat. Beberapa pengalaman menunjukkan bahwa pendidikan dan pelatihan bagi

penduduk setempat serta kemudahan akses untuk para pelaku bisnis atau wirausahawan

setempat benar-benar dibutuhkan dalam mewujudkan kepemilikan lokal. Lebih lanjut,

keterkaitan (linkages) antara pelaku-pelaku bisnis dengan masyarakat lokal harus

diupayakan dalam menunjang kepemilikan lokal tersebut. Di Pantai Melasti, terdapat

penanaman modal oleh investor lokal atau masyarakat setempat yang melahirkan suatu

usaha pariwisata yang dimana disebut sebagai Usaha Rakyat dan telah terdapat

sebanyak 25 usaha rakyat yang ada di kawasan Pantai Melasti. Selain itu, terdapat juga

investasi dari pihak ketiga atau investor nasional yang melahirkan 4 usaha pariwisata

yang diantaranya ialah Palmilla Beach Club, Cattamaran Beach Club, Mïnoo Beach

Club, dan Origano Beach Club & Bar.


Selain itu, fasilitas-fasilitas pariwisata di Pantai Melasti telah tergolong memadai

dimana terdapat tempat parkir, mushola, toilet dan sebagainya di kawasan Pantai

Melasti dalam menunjang kegiatan kepariwisataan yang ada di Pantai Melasti.

4) Penggunaan Sumber Daya yang Berkelanjutan

Pembangunan pariwisata harus dapat menggunakan sumber daya dengan berkelanjutan

yang artinya kegiatan-kegiatannya harus menghindari penggunaan sumber daya yang

tidak dapat diperbaharui (irreversible) secara berlebihan. Hal ini juga didukung dengan

keterkaitan lokal dalam tahap perencanaan, pembangunan dan pelaksanaan sehingga

pembagian keuntungan yang adil dapat diwujudkan. Dalam pelaksanaannya, kegiatan

pariwisata harus menjamin bahwa sumber daya alam dan buatan dapat dipelihara dan

diperbaiki dengan menggunakan kriteria-kriteria dan standar-standar internasional.

Di kawasan Pantai Melasti pada awal pembangunan pariwisata telah menjalin

kerjasama secara langsung dengan Fakultas Pariwisata Universitas Udayana untuk

menentukan kajian pariwisata agar pengembangan pariwisata di Pantai Melasti berada

dalam skema yang berkelanjutan. Namun seiiring berjalannya waktu, fakta di lapangan

menunjukkan hasil yang berbeda dari tujuan sebelumnya dimana dikarenakan

pembangunan fasilitas pariwisata telah tidak terkontrol. Hal ini dapat dilihat dari telah

terdapatnya empat beachclubs yang telah beroperasi di dalam kawasan Pantai Melasti.

Hal ini menjadi tanda-tanda perkembangan pariwisata Pantai Melasti dari awalnya

bersifat berkesinambungan (sustainable tourism) menuju pariwisata massal (mass

tourism).
5) Mewadahi Tujuan-Tujuan Masyarakat

Tujuan-tujuan masyarakat hendaknya dapat diwadahi dalam kegiatan pariwisata agar

kondisi yang harmonis antara pengunjung atau wisatawan, tempat dan masyarakat

setempat dapat terwujud. Adapun hal ini terlihat dari adanya pementasan tarian kecak

tiap minggunya sebanyak tiga kali di Pantai Melasti yang dimana bertujuan untuk

melestarikan budaya Bali.

6) Daya Dukung

Daya dukung atau kapasitas lahan yang harus dipertimbangkan meliputi daya dukung

fisik, alami, sosial dan budaya. Pembangunan dan pengembangan harus sesuai dan

serasi dengan batas-batas lokal dan lingkungan. Rencana dan pengoperasiannya

seharusnya dievaluasi secara reguler sehingga dapat ditentukan penyesuaian atau

perbaikan yang dibutuhkan. Skala dan tipe fasilitas wisata harus mencerminkan batas

penggunaan yang dapat ditoleransi (limits of acceptable use). Daya dukung

pengembangan pariwisata ini juga melibatkan Akademisi, Media massa, Sawsta serta

komunitas. Atau dalam istilah Pentahelix.

Di Pantai Melasti telah terdapat akademisi yang melakukan penelitian dengan harapan

pengembangan pariwisata di Pantai Melasti tetap dapat berjalan sesuai dengan tujuan

awal.

7) Monitor dan Evaluasi

Kegiatan monitor dan evaluasi pembangunan pariwisata berkelanjutan mencakup

penyusunan pedoman, evaluasi dampak kegiatan wisata serta pengembangan indikator-

indikator dan batasan-batasan untuk mengukur dampak pariwisata. Pedoman atau alat-

alat bantu yang dikembangkan tersebut harus meliputi skala nasional, regional dan
lokal. Dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan di Pantai Melasti, aspek monitor

dan evaluasi menjadi ranah dari peran Pemerintah Bali, Pemerintah Kabupaten Badung

maupun akademisi pariwisata dengan maksud agar pengembangan pariwisata di

kawasan Pantai Melasti dapat sesuai dengan konspe-konsep yang direncanakan yang

bersifat berkelanjutan.

8) Akuntabilitas

Perencanaan pariwisata harus memberi perhatian yang besar pada kesempatan

mendapatkan pekerjaan, pendapatan dan perbaikan kesehatan masyarakat lokal yang

tercermin dalam kebijakan-kebijakan pembangunan. Pengelolaan dan pemanfaatan

sumber daya alam seperti tanah, air, dan udara harus menjamin akuntabilitas serta

memastikan bahwa sumber-sumber yang ada tidak dieksploitasi secara berlebihan di

kawasan Pantai Melasti.

9) Pelatihan

Pembangunan pariwisata berkelanjutan membutuhkan pelaksanaan program-program

pendidikan dan pelatihan untuk membekali pengetahuan masyarakat dan meningkatkan

keterampilan bisnis, vocational dan profesional. Pelatihan sebaiknya meliputi topik

tentang pariwisata berkelanjutan, manajemen perhotelan, serta topik-topik lain yang

relevan.

Adapun di kawasan Pantai Melasti telah mendapatkan pelatihan langsung dalam

menjalankan kegiatan kepariwisataan di Pantai Melasti.


10) Promosi

Pembangunan pariwisata berkelanjutan juga meliputi promosi penggunaan lahan dan

kegiatan yang memperkuat karakter lansekap, sense of place, dan identitas masyarakat

setempat. Pengelola kawasan wisata Pantai Melasti sendiri telah melakukan kegiatan

promosi secara berkala dalam mempromosikan daya tarik wisata Pantai Melasti seperti

menggunakan media online, melibatkan media televisi, media massa-elektronik,

bahkan melakukan Kerjasama bersama dengan travel agents’ yang ada di Indonesia.

7. Kesimpulan dan Saran

a. Kesimpulan

Bali merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia yang terkenal akan

pariwisatanya. Sektor pariwisata menjadi pilar utama penggerak dari perekonomian yang ada di

Bali, khususnya pada kawasan Bali Selatan. Pantai Melasti Unggasan merupakan salah satu

destinasi wisata yang sedang popular untuk dikunjungi oleh wisatawan dan saat ini sedang

mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal ini dapat terlihat dari berbagai fasilitas yang

mulai representatif serta kolaborasi yang mulai dijalankan oleh para stakeholder yang ada di daya

tarik wisata Pantai Melasti Unggasan. Namun sayangnya, perkembangan tersebut tampak mulai

tak terkontrol yang dapat dilihat melalui mulai banyaknya beachclubs yang beroperasi di seputaran

kawasan pantai serta fasilitas pariwisata lainnya yang mulai membanjiri kawasan pantai yang

kelak dapat memberikan dampak negatif pada Pantai Melasti apabila dibiarkan, seperti perubahan

fungsi lahan, dan rusaknya lingkungan seputaran pantai.


b. Saran

Bagi pihak pengelola destinasi wisata Pantai Melasti Unggasan diharapkan mampu

mempertahankan kondisi eksistensi dari kegiatan pariwisata yang ada di kawasan tersebut. Selain

menjaga atraksi wisata yang ada, kolaborasi mengenai amphitheater berbasis kearifan budaya

lokal diharapkan mampu meningkatkan pendapatan rencana pembangunan serta menjaga dan

melestarikan adat istiadat, sosial dan budaya agar kelak dapat dinikmati dari generasi ke generasi

sesuai dengan visi misi pariwisata berkelanjutan, seperti mulai mengontrol pembangunan fasilitas

pariwisata di seputaran kawasan pantai agar kedepannya kegiatan kepariwisataan di Pantai Melasti

tidak akan menimbulkan berbagai masalah lingkungan yang signifikan di kawasan Pantai Melasti.
Daftar Pustaka

Langu, B. I. R. dan I Nyoman Sunarta. (2019). Studi Perkembangan Pariwisata di Pantai Melasti
Desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung. Jurnal Destinasi Pariwisata,
pg. 116-122.
Masjhoer, Jusaac M. (2019). Pengantar Wisata Bahari. Yogyakarta: Khitah Publishing.
Arida, I. N. Sukma. (tt). Pariwisata Berkelanjutan.
Setiono, S. T. dkk. (2021). Implementasi Pengelolaan Pariwisata Berkelanjutan di Kota Semarang.
PERSPEKTIF, 10(1), pg. 26–35.
Hall, C. M. (2001). Trends in Ocean and coastal tourism: The end of the last frontier? Ocean
& Coastal Management, 44(9-10), 601-618.
Sudjana, Annisa Aulya, Siti Nur Aini dan Hilman Khaerul Nizar. (2020). Revenge Tourism:
Analisis Minat Wisatawan Pasca Pandemi Covid-10, Jurnal Pringgitan, Vol. 02 No. 01
Maret 2021:1-10 Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo Yogyakarta.
Julyantara, I. P. W. E dan I N. Sunarta (2019). Strategi Pengembangan Pantai Melasti sebagai
Daya Tarik Wisata di Desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung. Jurnal
Destinasi Pariwisata, pg. 188-195.
Baiq Aninnisa Nilna Savitri, Nanin. (2019.) Pengembangan Kampung Wisata Berbasis
Pemberdayaan Masyarakat Suku Sasak Ende, Kabupaten Lombok Tengah. Undergraduate
(S1) thesis, Universitas Muhammadiyah Malang.
Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. (2016). Provinsi Bali dalam Angka (Bali Province in Figures)
2016.
Pemerintah Kabupaten Buleleng. (2021). Makna Dan 5 Tujuan Upacara Melasti Tradisi Hindu,
web diposting pada 16 Maret 2021, dilihat pada 22 Oktober 2022,
https://buleleng.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/57-makna-dan-5-tujuan-
upacara-melasti-tradisi-hindu.
Pemerintah Kota Denpasar, Kecamatan Denpasar Barat, Kelurahan Padangsambian. (2021).
Melasti, web diposting pada 9 Maret 2021, dilihat pada 22 Oktober 2022,
https://www.padangsambian.denpasarkota.go.id/artikel/melasti.
Maulana, Arief. (2021). Indonesia Bisa Kelola Lebih Banyak Sektor Pariwisata Bahari, web
diposting pada 11 Agustus 2021, dilihat pada 16 Oktober 2022,
https://www.unpad.ac.id/2021/08/indonesia-bisa-kelola-lebih-banyak-sektor-pariwisata-
bahari/.
Peraturan Bupati Badung Nomor 4 Tahun 2018 Tentang Penetapan Kawasan Pantai Melasti,
Pancoran Solas Taman Mumbul Dan Water Blow Peninsula Nusa Dua Sebagai Daya Tarik
Wisata.

Anda mungkin juga menyukai