PENDAHULUAN
Sepanjang sejarah kemerdekaan selama lebih dari tujuh puluh tahun Indonesia merdeka ,
Indonesia telah mengalami beragam kemajuan di bidang pembangunan ekonomi. Bermula dari
sebuah negara yang perekonomiannya berbasis kegiatan pertanian tradisional, saat ini Indonesia
telah menjelma menjadi negara dengan proporsi industri manufaktur dan jasa yang lebih besar.
Kemajuan ekonomi juga telah membawa peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang tercermin
tidak saja dalam peningkatan pendapatan per kapita, namun juga dalam perbaikan berbagai
indikator sosial dan ekonomi lainnya termasuk Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Dampak
tersebut secara umum memiliki peranan signifikan terhadap kesejahteraan umat manusia dengan
Sektor pariwisata memiliki peranan penting sebagai salah satu sumber bagi penerimaan
devisa, serta dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, khususnya dalam mengurangi
merupakan salah satu sektor strategis yang harus dimanfaatkan untuk pembangunan
mempunyai tujuan akhir untuk meningkatkan pendapatan masyarakat yang pada akhirnya dapat
permintaan, baik konsumsi maupun investasi yang pada gilirannya akan menimbulkan kegiatan
produksi barang dan jasa. Penelitian ini mengkaji pengaruh pariwisata terhadap pertumbuhan
ekonomi di Indonesia berdasarkan data time series selama tahun 1975 - 2017. (Anggita Permata
memberikan perluasan kesempatan kerja. Peran tersebut, antara lain, ditunjukkan oleh kontribusi
kepariwisataan dalam penerimaan devisa negara yang dihasilkan oleh kunjungan wisatawan
mancanegara (wisman), nilai tambah PDB, dan penyerapan tenaga kerja. Di samping itu,
pariwisata juga berperan dalam upaya meningkatkan jati diri bangsa dan mendorong kesadaran
produk-produk wisata seperti kekayaan dan keunikan alam dan laut, museum, seni dan tradisi
kerakyatan dan alat yang efektif bagi pelestarian lingkungan alam dan seni budaya tradisional.
(Reni Asworowati, 2017)
Pariwisata Bali merupakan salah satu tujuan wisata yang sudah tidak diragukan lagi oleh
wisatawan asing maupun wisatawan domestik. Pariwisata Bali sudah menjadi tujuan wisata
dunia yang terkenal di seluruh manca negara. Hal Ini terbukti bahwa kunjungan wisatawan asing
maupun wisatawan domestik ke Bali dari tahun ke tahun semakin meningkat. Namun tidak
hanya kunjungan wisatawan untuk berlibur saja yang menyebabkan faktor perkembangan
kunjungan wisatawan ke Bali meningkat, akan tetapi dengan sering diadakannya acara atau event
international di Bali juga salah satu faktor perkembangan peningkatan kunjungan tersebut.
Perkembangan Pariwisata Bali semakin berkembang dengan dukungan dari segala aspek
potensial yang dioptimalkan. Budaya dan keunikan adat istiadat Bali serta alamnya yang asri
dengan berbagai keindahan pada masing-masing potensi yang dikelola dengan berbagai kemasan
membuat Pariwisata Bali semakin berkembang. Dengan masuknya investor yang berinvestasi di
pulau yang juga dikenal dengan sebutan Pulau Dewata ini, semakin banyak pula peluang usaha
dan mampu menambah lapangan pekerjaan sebagai pengembangan tenaga kerja untuk penduduk
Bali dan masyarakat di sekitar Pulau Bali serta lapangan pekerjaan untuk seluruh penduduk
indonesia bagi yang ingin berkarir dan mengembangkan diri dalam bidang pariwisata.
(BPS, Tahun 2019 ) dinyatakan Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Provinsi Bali
Juli 2019 tercatat mencapai 604.493 kunjungan, dengan wisman yang datang melalui bandara
sebanyak 604.480 kunjungan, dan yang melalui pelabuhan laut sebanyak 13 kunjungan.
Jumlah wisman ke Provinsi Bali pada bulan Juli 2019 naik setinggi 9,96 persen dibandingkan
dengan catatan bulan Juni 2019 (m to m). Bila dibandingkan dengan bulan Juli 2018 (y on y),
Menurut kebangsaan, wisman yang tercatat paling banyak datang ke Bali pada bulan Juli 2019
yaitu wisman dengan kebangsaan Australia (20,40 persen), Tiongkok (18,53 persen), India (4,92
Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang bulan Juli 2019 tercatat mencapai 61,71
persen, naik 1,34 poin dibandingkan TPK bulan sebelumnya (m to m) yang mencapai 60,37
persen. Jika dibandingkan bulan Juli 2018 (y on y) yang mencapai 74,40 persen, tingkat
penghunian kamar di bulan Juli 2019, tercatat menurun sedalam -12,69 poin.
Rata-rata lama menginap tamu asing dan Indonesia pada hotel berbintang di Bali bulan
Juli 2019 tercatat mencapai 2,66 hari, turun -0,03 poin dibandingkan dengan rata-rata lama
menginap tamu pada bulan Juni 2019 (m to m) yang mencapai 2,69 hari. Jika dibandingkan
dengan bulan Juli 2018 (y on y) yang mencapai 3,00 hari, rata-rata lama menginap Juli 2019
Midori Kawabe, dkk (2010) menyampaikan dari hasil risetnya yang disampaikan pada
simposium pengelolaan pesisir bahwa tata kelola bersama telah menjadi lebih dikenal sebagai
terpusat. Namun, bukan tugas yang mudah bagi banyak nelayan pesisir untuk ikut serta dalam
pengelolaan bersama sumber daya pesisir. Untuk melakukan ini, diperlukan partisipasi yang
kuat didalam diri mereka. Saat ini ada kecendrungan melibatkan nelayan skala kecil dikawasan
Asia Tenggara, Kawake, 2010, Seperti yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelam Nelayan Penang/
Penang Inshore Fishermen's Wealfare Association (PIFWA), Dimana masyarakat dikelola dan
perlindungan dan pengelolaan sumber daya pesisir. Dalam presentasi ini, evolusi kegiatan
PIFWA sebagai alternatif cara pemberdayaan masyarakat nelayan skala kecil diperlihatkan.
Pariwisata di kawasan perlindungan laut dari Teluk Nha Trang, Vietnam menunjukkan
masyarakat, seperti yang diharapkan. Faktor utama yang menghalangi penduduk lokal untuk
berpartisipasi dalam industri pariwisata adalah tingkat pendidikan yang rendah, jarak antara
rumah dan tujuan wisata yang jauh, dan persepsi tentang pengaruh pariwisata. Oleh karena itu,
meningkatkan pendidikan dan mendukung masyarakat untuk memenuhi berbagai tujuan sosial
Pada sisi lain terjadinya interaksi antara aktivitas perikanan dan rekreasi pariwisata
berbasis alam di Chili Selatan menunjukan menunjukkan bahwa sebagian besar (67%)
wisatawan berpersepsi negatif terhadap lingkungan pada kegiatan perikanan, sementara hampir
perekonomian masyarakat pesisir. Berkaitan dengan interaksi antara budaya dengan lingkungan
diperlukan kebijakan publik dan khususnya perencanaan tata ruang wilayah untuk
mempertimbangkan interaksi negatif yang kuat dalam rangka pemerataan peluang kedua belah
Salah satu kebijakan untuk mencapai pariwisata yang sadar budaya dan ramah
pembatasan bagi wisatawan untuk memasuki wilayah pesisir dan laut, Model ini diadopsi
Inggris berhubungan dengan waktu dan pengalaman sebelumnya didaerah tropis lebih
mengutamakan perlindungan ekosistem pesisir dan laut. Hasil penelitian ini memberikan
masyarakat dan melaakukan perlindungan terahadap tradisi dan adat istiadat (Tyllianakis, 2019)
Kontribusi dari hasil penelitian ini juga berkaitan dengan manajemen pariwisata dari yang
Selain Fijji salah satu Negara yang memiliki sumber daya laut dan pesisir di ASEAN
Indonesia sebagai salah satu negara bahari di kawasan ASEAN adalah Indonesia. Pengembangan
daerah pesisir telah dituangkan dalam strategi pembangunan jangka panjang dengan pemanfaatan
laut sebagai salah satu sumber pendapaatan nasional di Indonesia saat ini. (MP3EI 2011-2025).
Menurut l a p o r a n PES (Passenger Exit Survey) 2014, menjelaskan bahwa Daya tarik
wisata (DTW) seperti : Marine Tourism berkontribusi 35%, Eco tourism 45%, dan
Adventure tourism 20%, sementara untuk DTW bahari budaya (Culture) 60%, dan
pencapaian di tahun 2014 sebanyak 9 juta. Untuk perjalanan wisatawan dalam negeri
ditargetkan meningkat dari 250 juta perjalanan pada tahun 2014 menjadi 275 juta di tahun
2019. Untuk mencapai target yang diinginkan tersebut perlu dukungan dari berbagai pihak
Lebih lanjut pertumbuhan ekonomi bali dalam lima tahun 2012 - 2016 dapat
Gambar 1.1
Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali
Tahun 2013 – 2017
Sumber : Bali Dalam Angka Tahun 2018, Badan Pusat Statistik Provinsi Bali
Pertumbuhan ekonomi lima tahun terakhir terjadi fluktuasi dimana dari tahun 2013
hingga 2014 mengalami peningkatan sebesar 0,04 % dan tahun 2014 ke tahun 2015 mengalami
penurunan sebesar 0,7 % sedangkan tahun 2015 ke tahun 2016 kembali terjadi peningkatan
pertumbuhan sebesar 0,29 % dan kembali di tahun 2017 mengalami penurunan dari tahun 2016
sebesar 0,73 %. Selanjutnya sebaran relatif Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Bali
Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2017 dapat disajikan pada gambar
sebagai berikut :
Gambar 1.2
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Menurut
Lapangan Usaha Provinsi Bali Tahun 2017
Sumber : Bali Dalam Angka Tahun 2018, Badan Pusat Statistik Provinsi Bali
Dari laju pertumbuhan ekonomi bali banyak disumbangkan dari sektor penyediaan
akomodasi dan makan minum yaitu sebesar 23,33 persen. Hal ini menurutnya berkaitan dengan
keberadaan bali sebagai penyedia jasa akomodasi bagi wisatawan sekaligus sebagai salah satu
menjadi destinasi tujuan wisata dunia. Sektor lain juga berkontribusi cukup besar bagi laju
pertumbuhan ekonomi bali adalah sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 14,35
persen, disusul bidang transportasi dan pergudangan sebesar 9,45 persen. Sementara jasa
konstruksi 8,83 persen,perdagangan sebesar 8,61 persen dan industri pengolahan 6,05 persen,
informasi dan komunikasi 5,15 persen,administrasi pemerintahan 4,92 persen dan sektor lainnya
19,17 persen.
Hasil studi pada Peta Jalan MP3EI Bali, 2012 menunjukkan ketimpangan terjadi oleh
karena struktur pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Bali terbagi dalam tiga pola
yaitu : Perekonomian daerah yang maju dan tumbuh cepat, terdiri dari Kabupaten Badung ;
daerah berkembang cepat tetapi tidak maju, yaitu Kota Denpasar, Kabupaten Gianyar dan
Kabupaten Buleleng ; daerah maju tapi tertekan yaitu Kabupaten Klungkung; dan daerah
tertinggal yaitu Kabupaten Tabanan, Jembrana, Bangli dan Karangasem. Indeks Williamson di
Provinsi Bali berkisar pada nilai 0,68 yang menunjukkan bahwa tingkat ketimpangan
Inequality berbentuk kurva U terbalik (inverted-U curve) tidak berlaku di Provinsi Bali. Oleh
kesejahteraan masyarakat dan perubahan struktur ekonomi dari sektor pertanian ke sektor
industri dan jasa sulit dihindari, maka untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang disertai
dengan pemerataan, Maka dianjurkan kepada pemerintah memberikan subsidi lebih banyak
kepada masyarakat secara langsung berupa pembayaran transfer, dan secara tidak langsung
melalui subsidi pendidikan, penciptaan lapangan kerja, subsidi kesehatan, dan sebagainya.
Koridor Ekonomi Bali mempunyai tema menjadi Pintu Gerbang Pariwisata dan
Pendukung Pangan Nasional. Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh koridor ini, antara
lain populasi penduduk yang tidak merata, tingkat investasi yang rendah serta ketersediaan
infrastruktur dasar yang masih sangat terbatas. Oleh karena itu diperlukan percepatan dan
perluasan pembangunan ekonomi yang akan difokuskan pada 3 (tiga) kegiatan ekonomi utama,
yaitu: Pariwisata, Perikanan dan Peternakan (Peta Jalan MP3EI Bali, 2012)
Kabupaten Buleleng merupakan kabupaten terluas di Provinsi Bali yaitu seluas 136,588
hektar atau 24 % dari luas keseluruhan Provinsi Bali, dan juga memiliki garis pantai terpanjang
yaitu 157,05 km atau sekitar 27,2% dari 430 km total panjang pantai Bali, ( Bali Dalam Angka
Bali khususnya umat Hindu sangat berpotensi digunakan sebagai landasan pengembangan
dari relevansi nilai-nilai kebijaksanaan tradisional yang ada dengan perkembangan kegiatan
ekonomi dalam berbagai bidang usaha atau kegiatan. Sehubungan dengan hal tersebut,
disarankan agar dilakukan eksplorasi terhadap potensi-potensi kearifan lokal lainnya dalam
berbagai bidang ilmu untuk memperkuat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di
masa yang akan datang. (Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 , Juli
1.2.Perumusan Masalah
pada obyek wisata bahari masih kurangnya koordinasi dalam pengelolaan oleh para pemangku
kepentingan yaitu pemerintah, lembaga masyarakat, investor, dan masyarakat lokal di lokasi
wisata itu sendiri. Berdasarkan hal tersebut dapat mempengaruhi semua faktor yang ada, yaitu
faktor ekonomi, faktor lingkungan, faktor sosial & budaya, faktor kelembagaan, dan faktor
teknologi. Jika disetiap faktor terdapat kesenjangan maka akan mempengaruhi keberhasilan
Menurut Pezzey (1992) melihat aspek keberlanjutan dari sisi yang berbeda.
Sustainabilitas memiliki pengertian statis dan dinamis. Keberlanjutan dari sisi statis diartikan
sebagai pemanfaatan sumber daya alam terbarukan dengan laju teknologi yang relatif konstan,
sementara keberlanjutan dari sisi dinamis diartikan sebagai pemanfaatan sumber daya alam yang
umumnya dari kunjungan wisata banyak diminati oleh wisatawan asing dibandingkan
wisatawan domestik, Akan tetapi wisata lainnya tidak dapat dikesampingkan karena
pengembangan pariwisata di Buleleng tidak hanya wisata bahari namun juga pengembangan
wisata lainnya cukup potensial untuk dikembangan seperti Wisata Alam atau Wisata Desa,
Wisata Budaya, Wisata Sejarah maupun Wisata Spiritual. Oleh karena wisata bahari memiliki
potensi relatif besar maka pengelolaan wisata bahari memerlukan perhatian lebih dibanding
pengembangan wisata lainnya. Dalam pengembangan subsektor ini salah satu kunci
keberhasilan dalam penyediaan jasa layanan hal ini sesuai dengan realitas penjualan paket wisata
di Buleleng tidak hanya khusus wisata bahari namun juga dirangkai dengan wisata non bahari
lainnya. Dengan demikian diperlukan model pengelolaan peningkatan kapasitas sumber daya
sumberdaya Alam dan Budaya tetap terjaga. Dengan kata lain pengelolaan wisata bahari
diberdayakan secara maskimal namun kelestarian Alam dan Budayanya agar tetap terjaga.
Hal yang serupa di kawasan Pandeglang sejak 23 Februari 2015 beroperasi sebagai
Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung sebagaimana ditetapkan melalui PP No. 26 tahun
2012. Sebagaimana dengan hal tersebut akan dibangun infrastruktur wilayah yang menunjang
Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung, yaitu jalan tol Serang-Panimbang, bandara
internasional Banten Selatan, dan reaktivasi jalur kereta api Rangkas Bitung-Labuan.
Pengelolaan sumber daya alam dilakukan secara terus menerus sebagai usaha untuk
harus memperhatikan lingkungan, karena pengelolaan alam yang hanya berorientasi ekonomi
hanya akan membawa efek positif secara ekonomi tetapi menimbulkan efek negatif bagi
Hasil penelitian diharapkan menghasilkan model pengelolaan yang dapat membuat lokasi wisata
Dalam penelitian ini yang menjadi pokok masalah penelitian adalah sebagai berikut :
bahari
Yang menjadi tujuan atau objective dari penelitian ini sebagaimana diuraikan sebagai
berikut :
Kemanfaatan atau utilitas dari penelitian yang dilakukan dapat dilihat dari perspektif
praktis dan perspektif akademis untuk itu dapat diuraikan ringkas sebagai berikut :
1.5.1 Manfaat Praktis : Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi pemangku
bahari) dalam upaya mencari pendekatan dan strategi menuju peningkatkan layanan sekaligus
1.5.2 Manfaat Teoritis : Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
keilmuan tentang mengembangan model teoritis dengan memasukan variabel varibel yang belum
teridentifikasi yang bersifat unik lokalistik seperti kearifan lokal/Local Geneus kedalam faktor-
faktor produksi sebagai faktor penentu terhadap jumlah produksi atau layanan dalam kontek
reflikasi sehingga sesungguhnya tidak memiliki kebaharuan yang berarti karena penelitian
sejenis cukup banyak dilakukan didaerah lainnya di Indonesia bahkan di luar negeri, namun
pemilihan topik penelitian ini memasukan variabel penentu yaitu kearifan lokal yang secara
spesifik dan unik berlaku pada daerah penelitian tersebut. Novelty dari penelitian ini adalah
memasukan aspek kearifan lokal berupa persepsi dan perilaku yang didasarkan atas prinsip
Sagilik Salunglung Sabayantaka Paras Paros Sarpanaya, Megaleng Ombak Mesaput Bias,
Padewasan/Wariga , dan Awig-Awig serta Pacingkrem yang secara eksplisit dikenal dalam
konsep Tri Hita Karana dipergunakan sebagai nilai tuntunan beraktivitas sesuai profesi sebagai
nelayan kecil. Sehingga melalui penelitian nantinya akan digali lebih dalam lagi efektifitas nilai-
nilai keraifan lokal dalam perspektif ekonomi atau mengukur peranan nilai-nilai tersebut
Adapun keterbatasan studi penelitian ini hanya dilakukan satu periode waktu tertentu,
sehingga sangatlah terbatas bahwa dinamika perubahan perilaku masyarakat terus terjadi yang
porfesinya sebagai nelayan kecil yang beralih ke profesi layanan wisata bahari.