Anda di halaman 1dari 16

Pengembangan Agrowisata Bali:

Mengintegrasikan Bisnis Skala


Mikro dan Konservasi Alam
Ni Made Sudarmini; Ida Ayu Ketut Sumawidari; Ida Ayu Kade Werdika
Damayanti; Ni Kadek Muliati; Ni Wayan Suartini

International Journal of Social Science Research and Review

Gede Rizqi Permanasari


(2006541145)
Agrowisata
Agnes Priscadevi Hariyanto
(2006541146)
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan perkembangan agrowisata di Bali yang bermanfaat
bagi perindustrian pariwisata. Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan menggunakan
survei melalui penyebaran kuisioner. Responden berjumlah 60 orang dari sampel 4 kelompok
wirausaha mikro dan menengah di beberapa desa. Dengan menerapkan analisis deskriptif
kualitatif, data yang dikumpulkan baik primer maupun sekunder dianalisis dengan baik. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa (1) Pengembangan agrowisata dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat setempat karena mereka mempunyai kegiatan yang menghasilkan
pendapatan untuk kebutuhan sehari-hari dan menabung untuk orang lain. (2) Konsep agrowisata
yang ingin dikembangkan dapat menghasilkan pelestarian lingkungan. Buktinya adalah upaya
masyarakat dalam menanam tanaman hortikultura, seperti kopi, kakao, cengkeh, vanilla, dan
tanaman pelengkap lainnya seperti jahe, serai, ginseng, kayu manis, rempah-rempah termasuk
buah-buahan dan sayuran local.

Kata kunci: Agrowisata; Usaha Skala Mikro; Konservasi; Pariwisata Berkelanjutan


Pendahuluan
Bisnis pariwisata menjadi primadona dalam memperoleh Pariwisata sistematis, terdiri dari negara atau wilayah
salah satu sumber pendapatan bagi negara seperti penghasil wisatawan dari wisatawan dan wisatawan
Indonesia. Treiblmaier (2021) mengemukakan bahwa negara penerima negara atau wilayah wisata. Hal ini
sektor pariwisata dapat bermafaat bagi kemajuan didukung oleh Gazzola et al (2018) yang menyatakan
perekonomian suatu pemerintahan nasional karena adanya bahwa kekuasaan dan budaya dalam potret hubungan
multiplier effect yang dimilikinya dan menjadikan sektor timbal balik antara tuan rumah dan tamu. Dengan
lain juga hidup sehingga banyak kegiatan dapat tercipta. adanya hubungan tersebut tuan rumah di desa-desa
dapat mengembangkan agrowisata yang dapat menarik
Stasna et al (2020), Krogmann (2021), Hardi et al (2021) pengunjung dimana mereka mendapatkan kepuasan
mengemukakan industry pariwisata bermanfaat untuk dalam mengunjunginya dan tuan rumah mendapatkan
menarik pelancong berbagai negara sebagai pengunjung ke keuntungan multiplier effect dari pengembangannya.
suatu tujuan wisata dan akan memberikan peningkatan Gazzola dkk (2020), Belligiano dkk (2020), Broccardo
devisa negara serta tidak menimbulkan dampak buruk dkk (2017) menguraikan simbiosis mutualisme take
terhadap lingkungan, seperti yang dilakukan oleh sektor and give bagi keduanya. Baum (2015) mendukung
industry lainnya. hubungan untuk menjaga prinsip pembangunan hijau
dan berkelanjutan.
Pendahuluan
Vu & Hartley (2022), Aronica et al (2022), Scarlett (2021), Liulov et al (2020), menyatakan bahwa
memasuki abad ke-21 telah terjadi pergeseran kecenderungan wisata internasional karena pengaruh gaya hidup
di negara asal wisatawan yaitu pariwisata massal hingga pariwisata niche. Tren perjalanan individu lebih
cenderung melihat dan menyaksikan objek dan atraksi minat khusus serta ekowisata. Negara asal wisatawan
umumnya adalah negara-negara industri maju, seperti Australia, Jepang, Eropa Barat, dan Amerika Utara,
Singapura, Korea, dan Taiwan, India, Arab Saudi, Iran (sebagai negara kaya minyak).

Pariwisata yang dikembangkan di Bali adalah wisata budaya sebagaimana diatur dalam Peraturan
Daerah Provinsi Bali Nomor 2 Tahun 2012. Disebutkan bahwa konsep “Tri Hita Karana” sebagai penyeimbang
kebahagiaan dapat dikatakan sebagai filosofi dasar untuk mencapai tujuan tersebut. mengembangkan agrowisata demi
kelestarian alam.
Beberapa konsep menurut ahli :
1. Edgell (2016) konsep ini adalah dengan mengeksplorasi kesenjangan (exploring the way) dimana budaya
dimobilisasi untuk wisatawan dan dibaca oleh wisatawan dalam setting tertentu.
2. Sudibya (2002) menjelaskan bahwa niche pariwisata sangat penting untuk dikembangkan karena fakta bahwa
wisatawan saat ini lebih menyukai pesona pedesaan daripada kota yang padat perkotaan
3. Ginaya dkk (2019) menekankan keindahan alam berbasis budaya dan kearifan lokal di desa mengarah pada
pembangunan berkelanjutan itu sendiri
Pendahuluan
Agrowisata di Indonesia diartikan sebagai kegiatan wisata yang memanfaatkan perkebunan yang dikelola
oleh penduduk desa setempat. Selain membangun agribisnis untuk mencari keuntungan juga memiliki fungsi wisata
edu kasi yang mana terlihat hubungan antara bisnis dan pertanian. Melalui pengembangan agrowisata yang
mengedepankan budaya lokal dalam memanfaatkan lahan, diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani
sekaligus melestarikan sumber daya lahan, serta menjaga budaya dan teknologi lokal (indigenous knowledge) yang
secara umum sesuai dengan kondisi dari lingkungan alam mereka.

Pengembangan agrowisata mempunyai banyak manfaat, salah satunya meningkatkan kesejahteraan


petani setempat. Menurut Yusuf dkk (2022), Yasa (2020), Fatimah et al (2019) manfaat pengembangan agrowisata
bagi petani lokal dapat dirinci sebagai berikut:
1. Agrowisata dapat menciptakan peluang bagi petani lokal untuk meningkatkan pendapatan dan meningkatkan
pendapatan mereka. taraf hidup dan keberlanjutan operasionalnya
2. Menjadi sarana yang baik untuk mengedukasi masyarakat/masyarakat mengenai pentingnya pertanian dan
kontribusinya terhadap perekonomian yang lebih luas untuk meningkatkan kualitas hidup
3. Mengurangi arus urbanisasi ke perkotaan karena masyarakat sudah bisa mendapatkan penghasilan yang layak
dari usahanya di desa (agrowisata)
4. Agrowisata dapat menjadi media promosi produk lokal,dan membantu pembangunan daerah dalam memasarkan
usaha dan menciptakan nilai tambah serta “direct-marking” merangsang kegiatan perekonomian dan memberikan
manfaat kepada masyarakat di daerah yang dikembangkan agrowisata
Metodologi
Penelitian ini dilakukan di beberapa desa yang mengembangkan
agrowisata di Bali sebagai studi kasus. Desa tersebut adalah Desa Sekardadi,
Desa Candikuning, Desa Bongkasa, dan Desa Sebatu. Model Penelitian yang
diterapkan adalah Model deskriptif kualitatif melalui observasi, wawancara dan
penyebaran kuisioner dengan metode purposive sampling.

Cadena Iniguez (2017) mendefinisikan analisii kualitatif sebagai


metode dan teknik yang lebih focus terhadap informasi kualitatif daripada
kuantitatif. Selain itu, SWOT juga diterapkan untuk memetakan matriks
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pengembangan agrowisata yang
ramah lingkungan dan berkelanjutan di budaya Bali. Penyajian analisis data
didukung dengan bentuk table dan gambar.
Hasil & Pembahasan
Pertanian merupakan salah satu sektor yang teknologi lokal yang sesuai dengan kondisi alam
mempunyai potensi pariwisata. Agrowisata merupakan lingkungan. Hal terpenting dalam pengembangan
salah satu daya tarik di Bali. Pengembangan pariwisata agrowisata adalah kegiatan agrowisata harus
yang mempunyai manfaat ekonomi berbasis memberikan dampak ekonomi yang positif bagi
lingkungan adalah pengembangan dengan konsep masyarakat setempat, yaitu meningkatkan kualitas
agrowisata. Potensi agrowisata ditunjukkan dari hidup masyarakat, mendorong peningkatan
keindahan alam perkebunan dengan produksi di sektor ini partisipasi warga melalui organisasi lokal, mendorong
yang cukup berkembang. Agrowisata merupakan kelestarian lingkungan hidup. seni budaya tradisional
rangkaian kegiatan wisata yang memanfaatkan dan mendukung pelestarian lingkungan hidup.
pertanian sebagai objek wisatanya, baik berupa Manfaat yang dapat diperoleh dari
bentang alam alam kawasan pertanian maupun agrowisata adalah melestarikan sumber daya alam,
kekhasan dan keanekaragaman kegiatan produksi melestarikan teknologi lokal, dan meningkatkan
dan teknologi pertanian serta budaya masyarakat pendapatan petani/masyarakat sekitar lokasi wisata.
pertanian. Kegiatan agrowisata bertujuan untuk Pengembangan agrowisata mempunyai beberapa tujuan,
menambah pengetahuan, pengalaman rekreasi dan namun pada hakikatnya pengembangan agrowisata
hubungan bisnis di bidang pertanian yang meliputi mempunyai dua tujuan, diantaranya adalah promosi
tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan, produk pertanian Indonesia, mengikat volume penjualan,
dan peternakan. membantu meningkatkan penerimaan devisa negara,
Integrasi pengembangan agrowisata berbasis membantu meningkatkan pendapatan petani. dan
budaya lokal dapat meningkatkan pendapatan petani, masyarakat sekitar, serta meningkatkan jenis dan ragam
melestarikan sumber daya lahan, dan mempertahankan produksi pariwisata Indonesia
Desa Sekardadi, Kec. Kintamani, Kab. Bangli
Desa Sekardadi terletak pada ketinggian sekitar 800-1700 meter dengan kemiringan 20°,
memiliki zona iklim yang tidak memungkinkan pertanian padi secara intensif. Oleh karena itu,
kepadatan penduduk di desa ini tidak tinggi. Dari data Monografi Desa tahun 2014, tidak adanya
lahan sama sekali untuk sawah beririgasi sebagai ciri perekonomian agraris. Kondisi iklim seperti
ini membuat mereka lebih cenderung membudidayakan varietas padi kering yaitu jeruk,
jagung, ubi jalar, pisang, dan sayur-sayuran yang masaknya lambat. Jenis ternak yang cocok
untuk dikembangkan adalah sapi, ayam, dan babi. Dalam beberapa tahun terakhir, selain ekspor
peternakan, ekspor produk pertanian juga mulai berkembang, seperti kopi, jeruk dan cengkeh
bisa diandalkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakatnya.
Selain itu, hasil panen juga dijual kepada usaha mikro dan menengah agrobisnis karena
desa ini memiliki akses jalan utama untuk bus wisata menuju resor wisata Kintamani. Seringkali
terdapat bus wisata di beberapa agribisnis yang didirikan di desa untuk melihat perkebunan
hortikultura dan wisatawan dapat rehat kopi menikmati kopi luwak luwak, coklat panas segar, dan
minuman herbal lainnya. Sebelum pulang mereka bisa membeli beberapa produk agribisnis untuk
dibawa pulang sebagai oleh-oleh.
Desa Bongkasa, Kec. Abiansemal, Kab. Badung
Desa Bongkasa memiliki luas wilayah 462,9 ha dengan jumlah penduduk
1.812 KK dengan jumlah penduduk 6.269 jiwa. Desa ini mempunyai potensi wisata
seperti Arung Jeram Sungai Ayung, Ayunan, Tracking, Wisata Safari Volkswagen,
Bersepeda, dan Pertunjukan Seni (Barong, Wayang Kulit, Lukisan, Karawitan,
Patung/patung, dan Tari) serta fasilitas penginapan berupa dari rumah tinggal dan vila.
Di kawasan Desa Bongkasa terdapat beberapa destinasi wisata seperti Rafting Village,
Swing Village, Swing Heaven, Hideaway Swing Bali, D'Tukad Adventure Club, Bali
Alaska dan Bhuana Swing Bali. Ada pun potensi alam yang dimiliki di Desa Bongkasa
adalah Sungai Ayung-Sungai Adeng (termasuk mata air dan banyak pangkung, telabah
alam), campuhan, pancoran (5 pancoran), tebing, Tegal Lingga, aneka buah-buahan
lokal (durian). , mangga, wani, juwet, sentul, kepundung, rambutan), kopi, jaka (pohon
palem), kelapa, aneka tanaman bunga (soka Bali, kamboja, seroja, Nusa Indah, pandan
wangi), berbagai satwa liar (bangau, kura-kura, burung hantu , sikep, landak, biawak,
luwak, jangkrik, ular), aneka hewan peliharaan (anjing, kucing, ayam jago), sawah
(JuliaRobert pernah menembak di sini) dan areal perkebunan
Desa Candikuning, Kec. Baturiti, Kab. Tabanan
Pertanian hortikultura di kawasan pariwisata biasanya dimanfaatkan untuk konsumsi
pribadi dan juga untuk kebutuhan pariwisata. Pada umumnya produk hortikultura yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan wisata merupakan produk yang bernilai ekonomi tinggi
dan kualitas lebih baik dibandingkan jika dijual ke pasar tradisional.

Salah satu desa wisata daerah penghasil produk-produk hortikultura untuk konsumsi
pribadi maupun konsumsi wisatawan adalah Desa Wisata Candikuning yang terletak di Kecamatan
Baturiti, Kabupaten Tabanan. Hampir seluruh warga Desa Candikuning berprofesi sebagai
petani yang membudidayakan tanaman hortikultura. Produk hortikultura yang dihasilkan
antara lain kentang, wortel, kubis, paprika, tomat, stroberi, dan lain-lain. Usaha para petani
menghasilkan produk hortikultura dan menjualnya, menurut warga setempat.

Pak Kadek Sucita telah berlangsung cukup lama kurang lebih 20 tahun dan masih
berlanjut hingga saat ini. Produk hortikultura akan tercukupi apabila hasil produksinya sesuai
dengan permintaan pasar. Tercapainya produksi hortikultura tentunya didasari oleh motivasi dari
para petani untuk membudidayakannya.
Desa Sebatu, Kec. Tegallalang, Kab. Gianyar
Bali Pulina merupakan tempat rekreasi yang memadukan keindahan alam dengan
agrowisata kopi luwak. Salah satu tempat wisata yang dirancang dengan cukup baik, sehingga dapat
menawarkan paket agrowisata khusus dalam produksi kopi luwak. Agrowisata kopi luwak saat ini
sedang populer dan dapat melengkapi kegiatan liburan di Pulau Bali. Tempat-tempat seperti ini
bisa menjadi pelengkap wisata edukasi sehingga cocok dijadikan destinasi liburan keluarga,
terutama anak-anak. Kawasan wisata Tegalalang sendiri menyuguhkan pemandangan alam sawah
bertingkat atau sawah bertingkat, Lokasinya juga sangat strategis, berada di kawasan jalur wisata,
sehingga mudah diakses. Di kawasan wisata Tegalalang banyak terdapat agrowisata kopi luwak
yang menjadi persinggahan wisatawan ketika berwisata menuju atau dari objek wisata Kintamani
dan Ubud.
Liburan di Bali dan menjadwalkan tour ke tempat ini, wisatawan akan diajak untuk
mengenal tata cara pengolahan kopi luwak, mengetahui lebih dekat bagaimana kopi tersebut
dihasilkan dari kopi-kopi pilihan yang dilakukan oleh seekor luwak. Kemudian kopi yang diperoleh
diolah dengan cara tradisional.
Pendapat Stakeholder Terhadap
Pengembangan Agrowisata di Bali
● Kekuatan. Diwakili oleh Sumber daya ekologi, sosial budaya yang menjadi kekuatan pengembangan
agrowisata di Bali. Asumsi ini didukung oleh beberapa elemen kunci yang berkaitan erat dengan
pengembangan agrowisata itu sendiri, yaitu alam (danau, sawah, perkebunan, hutan, sungai), dan budaya
(sumber daya manusia petani, sistem irigasi). Dengan demikian, para pemangku kepentingan sepakat bahwa
faktor alam dan budaya tersebut dipandang sebagai elemen kekuatan yang mutlak.

● Kelemahan. Karena ditemukan beberapa kelemahan, hal tersebut menjadi tanggung jawab para pemangku
kepentingan untuk mengatasinya, seperti berkurangnya rasa memiliki yang dapat meningkatkan dukungan
dari pemerintah, keinginan untuk mengundang investor dan mengembangkan infrastruktur, dan yang paling
penting adalah ketersediaan sumber daya manusia yang terampil.

● Peluang. Para pemangku kepentingan pada prinsipnya mempunyai kebijakan yang sama bahwa
pengembangan agrowisata di Bali dapat menciptakan lapangan kerja sekaligus menunjang pendapatan setiap
keluarga. Selain itu, nilai tambah setiap desa sudah terlihat jelas.

● Ancaman. Dalam hal ini, penipisan sumber daya alam, pencemaran, pengalihan lahan menjadi fasilitas
wisata dapat menjadi bentuk ancaman fisik. Di sisi lain dapat terjadi degradasi sosial dan budaya seperti
perubahan perilaku, komitmen, dan ideologi hedonisme dan pragmatisme juga dapat menjadi ancaman.
Pameran Produk Agrobisnis untuk
Pariwisata Kreatif

Lingkungan alam yang asri, panorama yang memberikan kenyamanan, dan tertata rapi
akan memberikan nuansa alami yang membuat terpesona bagi yang melihatnya. Setiap
pengembangan agrowisata tentunya mempunyai nilai kesesuaian dan manfaat tersendiri,
pertimbangan mendalam terhadap komponen pendukung seperti bangunan yang terbuat dari
beton, patut menjadi pertimbangan untuk menghindari keberadaannya. Sebagai tempat rekreasi,
pengelola agrowisata dapat mengembangkan fasilitas lain yang dapat menunjang kebutuhan
wisatawan seperti restoran, akomodasi bila memungkinkan, panggung hiburan, dan yang
terpenting tempat menjual hasil pertanian. Dengan penyediaan fasilitas penunjang maka
keberadaan agrowisata akan selalu berorientasi pada pelayanan yang terbaik bagi pengunjung,
selain itu juga sebagai perpaduan kegiatan rekreasi dengan pemanfaatan produk hasil pertanian,
maka nilai ekonomi dari agrowisata dapat dikembangkan dengan menjual produk pertanian
hortikultura kepada pengunjung dengan berbagai cara. Salah satunya dengan mengajak
pengunjung untuk memetik sendiri buah atau jenis lainnya, untuk kemudian ditimbang dan
pengunjung dapat membelinya.
Pameran Produk Agrobisnis untuk
Pariwisata Kreatif

Agrowisata yang dibina secara baik dengan memperhatikan dan berdasarkan kemampuan masyarakat, akan
berdampak pada peningkatan perekonomian masyarakat, berupa pendapatan masyarakat, lapangan kerja, dan
peluang berusaha. Secara khusus, pendapatan langsung yang dihasilkan dari pembelian langsung oleh
wisatawan di lokasi agrowisata mempunyai dampak yang luas terhadap kelangsungan dan keberadaan
agrowisata. Misalnya saja agrowisata stroberi petik mandiri di kawasan Candi Kuning Bedugul, Kabupaten
Tabanan, Bali, telah mampu meningkatkan pendapatan petani stroberi. Pengunjung/wisatawan dalam memetik
buah strawberry terkadang merasa tidak mendapat jumlah yang cukup besar sehingga harus mengeluarkan biaya
yang cukup besar. Jumlah wisatawan yang datang ke lokasi agrowisata stroberi cukup banyak terutama pada saat
hari libur, dan hampir seluruh wisatawan yang datang ke lokasi melakukan aktivitas pemetikan stroberi.
Kesimpulan dan Saran
Kontribusi Agrowisata yang dikembangkan di pedesaan tidak hanya dari sisi ekonomi
semata dalam arti peluang usaha seperti penjualan produk agrobisnis tetapi juga dapat merangsang
masyarakat untuk melakukan pelestarian alam sebagai implementasi dari menjalankan slogan
agrowisata. bertindak secara lokal, berpikir secara global. Oleh karena itu, dapat disamakan manfaat
pengembangan agrowisata bagi pemberdayaan dan revitalisasi. Indikator-indikator pengentasan
kemiskinan dan penurunan tingkat pengangguran serta pencegahan lebih banyak orang bermigrasi
ke kota adalah salah satu indikator yang disepakati untuk dijawab oleh para pemangku kepentingan.

Sejalan dengan pembangunan pariwisata berkelanjutan di Bali, survei tersebut


menyebutkan bahwa pengembangan agrowisata dapat memberikan kontribusi positif terhadap
konservasi dan pelestarian planet itu sendiri. Kontribusi ini sesuai dengan SDG’s atau tujuan
pembangunan berkelanjutan (bertahan, layak, adil, dan berkelanjutan dari persinggungan alam,
sosial, ekonomi). Disarankan lebih lanjut agar poin-poin penting mengenai alam dan budaya harus
ditetapkan dan dipromosikan dengan baik karena faktor-faktor kekuatan ini akan mampu
menciptakan efek multiplier keadilan dan kesejahteraan masyarakat pedesaan di samping unsur-
unsur tri keuntungan manusia, bumi, dan keuntungan dapat terlihat dalam arti tidak ada satupun
yang dominan. Hanya melalui kebijakan inilah keseimbangan hidup dapat tercapai.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai