Anda di halaman 1dari 36

KAJIAN PENGEMBANGAN AGROWISATA DI

KECAMATAN CIWIDEY, KABUPATEN BANDUNG

TUGAS AKHIR
Disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perencanaan Wilayah
dan Kota dari Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik,
Universitas Pasundan

Disusun oleh:

Muhammad Syauqi Syamsulhadi


183060046

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
2023
ABSTRAK

Agrowisata merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha


dan lahan pertanian sebagai objek wisata yang bertujuan untuk memperluas
pengetahuan, pengalaman rekreasi, serta hubungan usaha dalam bidang pertanian.
Permasalahannya adalah belum terlihatnya keunggulan produk wisata berupa
produk pertanian maupun seni budaya dari desa-desa yang termasuk dalam desa
wisata. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah merumuskan usulan
pengembangan agrowisata di Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Metode
pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan
penelitian kuantitatif. Pendekatan pengembangan agrowisata di Kecamatan
Ciwidey lebih ditekankan pada model pengembangan yang berbasis masyarakat.
Kecamatan Ciwidey memiliki karakteristik wilayah untuk dapat dijadikan sebagai
kawasan agrowisata berdasarkan komponen pariwisata 4A yang meliputi atraksi,
amenitas, aksesibilitas, serta ancilliary (pelayanan tambahan).

Kata kunci: agrowisata, pertanian, pengembangan agrowisata


ABSTRACT

Agrotourism is part of a tourist attraction that utilizes business and


agricultural land as a tourist attraction that aims to expand knowledge,
recreational experience, and business relationships in agriculture. The problem is
that there is no visible superiority of tourism products in the form of agricultural
products and cultural arts from villages included in tourist villages. The goal to be
achieved in this study is to formulate a proposal for agrotourism development in
Ciwidey District, Bandung Regency. The approach method used in this study is a
descriptive method with quantitative research. The approach to agrotourism
development in Ciwidey District emphasizes more on the community-based
development model. Ciwidey District has regional characteristics to be used as an
agrotourism area based on the 4A tourism component which includes attractions,
amenities, accessibility, and ancilliary (additional services).

Key words: agrotourism, agriculture, agrotourism development


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia memiliki kekayaan alam dan kekayaan hayati yang sangat beragam
dan dapat dijadikan sebagai produk yang mampu menjadi andalan perekonomian
negara (Muhammad, 2010). Pemerintah Indonesia sedang gencar meningkatkan
pembangunan di berbagai sektor, mulai dari sektor ekonomi hingga sektor
pertanian. Pariwisata menjadi sektor unggulan di Indonesia karena dapat
memberikan dampak positif bagi masyarakat, termasuk pariwisata yang berbasis
agrowisata.
Sektor pariwisata berperan cukup penting dalam pembangunan
perekonomian negara, dimana akan semakin terlihat dan semakin majunya tingkat
kesejahteraan ekonomi. Semakin meningkatnya kesejahteraan maka akan
berdampak pada kebutuhan dan gaya hidup manusia. Hal tersebut membuat
pariwisata sebagai gaya hidup atau bagian dari kebutuhan manusia (Maturbongs &
Lekatompessy, 2020). Orang yang melakukan aktivitas pariwisata dapat dikatakan
sebagai wisatawan. Wisatawan adalah orang yang bepergian dari tempat tinggalnya
untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dari kunjungannya
itu (Spillane, 2003). Orang yang bepergian untuk melakukan pariwisata dengan
mengunjungi negara lain untuk menikmati wisata di negara tersebut dapat
dikatakan sebagai wisatawan mancanegara. Sedangkan orang yang bepergian untuk
melakukan pariwisata yang masih berada dalam satu negara dapat disebut sebagai
wisatawan domestik.
Indonesia sebagai negara agraris memiliki lahan pertanian yang sangat luas.
Rangkaian kegiatan pertanian dari budidaya sampai pasca panen dapat dijadikan
daya tarik tersendiri bagi kegiatan pariwisata. Dengan menggabungkan kegiatan
agronomi dengan pariwisata, banyak perkebunan-perkebunan besar di Indonesia
dilakukan pengembangan untuk menjadi objek agrowisata. Pada umumnya, objek
agrowisata perkebunan tersebut berupa hamparan suatu area usaha pertanian milik

1
perusahaan dan milik masyarakat setempat, dengan orientasi objek keindahan alam
dan belum mengunggulkan atraksi keunikan dari aktivitas masyarakat lokal.
Agrowisata merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha
dan lahan pertanian sebagai objek wisata. Tujuannya adalah untuk memperluas
pengetahuan, pengalaman rekreasi, serta hubungan usaha dalam bidang pertanian.
Melalui pengembangan agrowisata yang mengunggulkan budaya lokal dalam
memanfaatkan lahan, pendapatan petani akan meningkat bersamaan dengan upaya
melestarikan sumber daya lahan serta memelihata budaya maupun teknologi lokal
(indigenous knowledge) yang umumnya telah sesuai dengan kondisi lingkungan
alaminya. Komoditas pertanian yang dapat dijadikan sebagai objek agrowisata
meliputi tanaman pangan, tanaman holtikultura, perkebunan, kehutanan, hingga
perternakan dan perikanan, yang didukung dengan keanekaragaman dan keunikan
yang bernilai tinggi serta diperkuat oleh kekayaan kultural yang beragam tentu
mempunyai daya tarik yang kuat sebagai objek agrowisata. Keseluruhan hal
tersebut sangat berpeluang besar untuk menjadi andalan dalam meningkatkan
potensi pertanian dan pariwisata dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.
Selain itu, agrowisata tidak hanya terbatas pada objek dengan skala hamparan yang
luas seperti pada area perkebunan, tetapi juga skala kecil yang keunikannya dapat
menjadi pembeda dari objek agrowisata yang lain, dimana hal itu dapat menjadi
kekuatan dalam menarik minat wisatawan untuk berkunjung.
Pengembangan agrowisata sesuai dengan kapabilitas, tipologi, dan fungsi
ekologis masing-masing lahan akan berpengaruh langsung terhadap kelestarian
sumber daya lahan dan pendapatan petani serta masyarakat sekitarnya. Kegiatan
agrowisata secara tidak langsung akan meningkatkan pendapatan positif kawasan
dan akan menjadi penting sebagai upaya pelestarian sumber daya lahan pertanian.
Lestarinya sumber daya lahan akan berdampak positif terhadap pelestarian
lingkungan hidup yang berkelanjutan. Pengembangan agrowisata dapat menjadi
lapangan pekerjaan bagi masyarakat disekitarnya, karena membutuhkan sumber
daya manusia dalam upaya pengembangan kawasan agrowisata itu sendiri. Hal
tersebut dapat menahan atau mengurangi arus urbanisasi yang saat ini semakin
meningkat. Manfaat yang bisa diperoleh dari adanya agrowisata adalah

2
melestarikan sumber daya alam, melestarikan teknologi lokal, serta meningkatkan
pendapatan masyarakat disekitar lokasi wisata. Daerah yang menjadi Daerah
Tujuan Wisata (DTW) dalam pengembangan pariwisata harus memiliki tren
pariwisata yang menarik untuk dikunjungi, yakni adanya sesuatu untuk dilihat
(something to see), sesuatu untuk dilakukan (something to do), sesuatu untuk
dijelajahi (something to explore), dan sesuatu untuk dibagikan (something to share).
Kecamatan Ciwidey menurut Perda Kabupaten Bandung Nomor 4 Tahun
2019 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Tahun 2018-
2025 ditetapkan sebagai Destinasi Pariwisata Daerah (DPD) yang kemudian
termasuk kedalam Kawasan Strategis Pariwisata Daerah (KSPD) Kabupaten
Bandung. Rencana pembangunan KSPD Agrowisata dan Desa Wisata Ciwidey
meliputi hal berikut:
• Tema pengembangan produk pariwisata yang berupa Agroekowisata
Edukatif Budaya dan Sejarah
• Sasaran pengembangan berupa penerapan konsep pengembangan
kawasan Agroekowisata atraksi alam budaya dan sejarah dengan
mempertahankan kualitas lingkungan ekologi
Berdasarkan Perda Kabupaten Bandung Nomor 27 Tahun 2016 tentang
RTRW Kabupaten Bandung Tahun 2016-2036, Kecamatan Ciwidey termasuk
kedalam Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) Agropolitan Pasirjambu-Ciwidey-
Rancabali yang ditetapkan sebagai sentra pertanian lahan basah dan holtikultura
dengan pengembangan agrowisata, industri rumah tangga skala UKM, dan
pendidikan. Kecamatan Ciwidey juga ditetapkan sebagai Pusat Pelayanan Kawasan
(PPK) yang termasuk dalam cakupan pelayanan pusat kegiatan dalam Wilayah
Pengembangan (WP) Soreang-Kutawaringin-Katapang. Selain itu, berdasarkan
Surat Keputusan (SK) Bupati Bandung Nomor 556/Kep.71-Dispopar Tahun 2011
tentang Penetapan Desa Wisata, disebutkan bahwa terdapat tiga desa wisata yang
termasuk kedalam administrasi Kecamatan Ciwidey, yakni Desa Wisata
Lebakmuncang, Desa Wisata Rawabogo, dan Desa Wisata Panundaan. Ketiga desa
wisata tersebut merupakan desa wisata dengan konsep agroekowisata dengan salah
satu produk unggulan berupa pertanian dan seni budaya.

3
Ditetapkannya Kecamatan Ciwidey dalam KSK Agropolitan Pasirjambu-
Ciwidey-Rancabali, karena ketiga wilayah tersebut saling bergantung satu dengan
yang lain. Perlu adanya pengembangan agrowisata di Kecamatan Ciwidey,
dikarenakan Kecamatan Ciwidey memiliki banyak lahan pertanian dan sumber
daya manusia, serta kondisi lingkungan yang beragam. Hal tersebut dimaksudkan
untuk menunjang Kecamatan Ciwidey sebagai bagian dari kawasan pariwisata
untuk dapat mengembangkan wilayahnya dan meningkatkan perekonomian
wilayah itu sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
Kecamatan Ciwidey memiliki potensi untuk dilakukannya pengembangan
agrowisata karena memiliki keunggulan dari segi potensi wisata alam dan
pertanian. Kecamatan Ciwidey termasuk kedalam KSPD menurut Perda Kabupaten
Bandung Nomor 4 Tahun 2019 tentang Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan Daerah Tahun 2018-2025 dan juga termasuk kedalam KSK
Agropolitan Pasirjambu-Ciwidey-Rancabali menurut Perda Kabupaten Bandung
Nomor 27 Tahun 2016 tentang RTRW Kabupaten Bandung Tahun 2016-2036.
Merujuk pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Bandung Tahun 2016-2021, kondisi eksisting sektor pariwisata
Kabupaten Bandung, termasuk Kecamatan Ciwidey, masih dihadapkan pada belum
optimalnya pengembangan agrowisata. Permasalahan yang ada di Kecamatan
Ciwidey yaitu daya tarik wisata yang ada masih harus dilakukan pengembangan
dengan lebih optimal agar tidak menciptakan kondisi wisata yang monoton, juga
pengembangan wisata yang ada belum menunjang budaya lokal atau kesenian yang
dapat menarik minat wisatawan. Selain itu, belum terlihatnya keunggulan produk
wisata berupa produk pertanian maupun seni budaya dari desa-desa yang termasuk
dalam desa wisata yang ditetapkan dalam SK Bupati Bandung Nomor 556/Kep.71-
Dispopar Tahun 2011 tentang Penetapan Desa Wisata, dimana hal itu untuk melihat
produk yang menjadi ciri khas atau keunikan tersendiri dari Kecamatan Ciwidey.
Kemudian permasalahan lain yang termasuk dalam komponen pariwisata 4A
yaitu kondisi jalan menuju dan di dalam area objek wisata belum semuanya dalam
kondisi baik, masih terdapat beberapa ruas jalan yang berlubang dan/atau rusak

4
sehingga membuat pengendara harus lebih berhati-hati. Kendaraan lokal seperti
angkutan umum rute Ciwidey-Patenggang sudah tersedia dengan jalur yang
dilewati adalah jalur utama, karena belum adanya jalur penghubung yang memadai
antar lokasi objek wisata. Fasilitas yang ada juga belum memenuhi petunjuk
operasional yang telah ditetapkan, serta kelembagaan pengelola wisata belum
berkomunikasi dengan baik sehingga masih terdapat beberapa kesenjangan antar
pembangunan yang dilakukan oleh masing-masing pihak. Sehingga permasalahan
pariwisata, termasuk agrowisata, di Kabupaten Bandung belum termanfaatkan
secara optimal.
Disisi lain, untuk mengembangkan agrowisata di Kabupaten Bandung,
masyarakat perlu dibekali dengan pengetahuan tentang pertanian dan pariwisata,
juga pengetahuan tentang agrowisata di daerah lain sehingga dapat menjadi
motivasi untuk menciptakan agrowisata yang menarik bagi wisatawan. Keberadaan
agrowisata, selain bertumpu pada potensi alami yang dimiliki suatu daerah, juga
mengandalkan pada kreativitas masyarakat dan pemerintah setempat untuk
menjadikan pertanian di daerahnya menjadi suatu kawasan wisata yang menarik.
Dengan demikian, berdasarkan permasalahan diatas maka timbulah suatu
pertanyaan penelitian, yaitu:
1. Bagaimana karakteristik agrowisata di Kecamatan Ciwidey?
2. Bagaimana potensi dan permasalahan pengembangan agrowisata di
Kecamatan Ciwidey?
3. Bagaimana usulan pengembangan agrowisata di Kecamatan Ciwidey?
1.3 Tujuan dan Sasaran
1.3.1 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah merumuskan usulan
pengembangan agrowisata di Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung.
1.3.2 Sasaran
Adapun sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Teridentifikasinya karakteristik agrowisata di Kecamatan Ciwidey.
2. Teridentifikasinya potensi dan permasalahan pengembangan agrowisata
di Kecamatan Ciwidey.

5
3. Terumuskannya usulan pengembangan agrowisata di Kecamatan
Ciwidey.
1.4 Ruang Lingkup
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah
Kecamatan Ciwidey termasuk kedalam wilayah administrasi Kabupaten
Bandung yang terletak disebelah selatan Kota Bandung. Kecamatan Ciwidey
mempunyai luas total sebesar 3.535 ha dan secara administratif Kecamatan Ciwidey
memiliki batasan administrasi sebagai berikut:
• Sebelah utara : Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat
• Sebelah timur : Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung
• Sebelah selatan : Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung
• Sebelah barat : Kecamatan Sindangkerta, Kabupaten Bandung Barat
Jumlah penduduk yang ada di Kecamatan Ciwidey sebanyak 86.760 jiwa yang
tersebar dalam tujuh desa.
Tabel 1. 1 Jumlah Penduduk di Kecamatan Ciwidey Tahun 2020
Nama Desa Jumlah Penduduk

Panundaan 13.900

Ciwidey 17.100

Panyocokan 13.140

Lebakmuncang 15.830

Rawabogo 8.500

Nengkelan 6.690

Sukawening 11.510

Jumlah 86.760
Sumber: Kecamatan Ciwidey Dalam Angka, 2021

6
Panundaan

11.510 Ciwidey
13.900
Panyocokan
6.690
Lebakmuncang
Rawabogo
8.500 17.100
Nengkelan
Sukawening
15.830
13.140

Sumber: Kecamatan Ciwidey Dalam Angka, 2021

Gambar 1. 1 Diagram Persentase Luas Desa di Kecamatan Ciwidey

7
Gambar 1. 2 Peta Administrasi Kecamatan Ciwidey

8
1.4.2 Ruang Lingkup Substansi
Ruang lingkup substansi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Teridentifikasinya karakteristik agrowisata Kecamatan Ciwidey
Analisis karakteristik agrowisata berdasarkan komponen pariwisata 4A
(attraction, accesibility, amenity, dan ancilliary) dengan menggunakan teknik
analisis skoring skala Likert. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui potensi yang
layak untuk dikembangkan dan masalah yang harus ditemukan solusi
penanganannya.
2. Teridentifikasinya potensi dan permasalahan pengembangan agrowisata di
Kecamatan Ciwidey
Potensi dan permasalahan pengembangan agrowisata didapatkan berdasarkan
hasil analisis skoring terhadap karakteristik agrowisata yang didukung dengan hasil
wawancara kepada narasumber yang diharapkan dapat menjelaskan potensi dan
permasalahan secara lebih jelas dan tepat. Analisis ini dilakukan dengan
menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif.
3. Terumuskannya usulan pengembangan agrowisata di Kecamatan Ciwidey
Rumusan usulan pengembangan agrowisata dilakukan dengan
mengintegrasikan hasil sasaran satu (1) dan sasaran dua (2). Rumusan usulan
pengembangan ini hanya mempertimbangkan komponen ketersediaan (supply) dan
dilakukan dengan menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif. Setelah
diintegrasikan, maka output yang dihasilkan adalah usulan pengembangan
agrowisata yang dilihat berdasarkan potensi dan masalah dari aspek wisata 4A
sebagai aspek pengembangan wisata.
1.5 Metodologi Penelitian
1.5.1 Metode Pendekatan
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dengan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah jenis
penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang dapat dicapai atau
diperoleh dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari
kuantifikasi (Sujarweni, 2014). Penelitian kuantitatif adalah sebuah usaha
pemeriksaan secara teliti dan menyeluruh dari sebuah fenomena atau masalah
dengan menggunakan ukuran yang objektif dengan tujuan mendapatkan sebuah

9
fakta atau kebenaran, serta menguji teori-teori yang muncul atas munculnya suatu
fenomena atau masalah (Prasetyo & Jannah, 2005). Penelitian kuantitatif dengan
format deskriptif dilakukan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi,
berbagai situasi, atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi
objek penelitian berdasarkan apa yang terjadi, pada umumnya penelitian ini
menggunakan statistik induktif untuk menganalisis data penelitian (Burhan, 2010).
Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif, dimana penelitian yang dilakukan
dibuat berdasarkan fakta, sifat hubungan fenomena yang diselidiki di lapangan dan
kemudian dijabarkan secara sistematis. Penelitian deskriptif pada umumnya
dikumpulkan melalui daftar pertanyaan dalam survei, wawancara, ataupun
observasi hal ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi yang lengkap dan akurat
dari suatu situasi (Boyd, Westfall, & Stasch, 1989)
1. Pendekatan Teoritis
Pendekatan teoritis dilakukan guna memperoleh data-data yang berupa jurnal,
undang-undang, laporan, buku teks, dan lain sebagainya. Hal ini bertujuan untuk
mendukung penulis dalam penelitian yang berkaitan dengan penelitian yang
dikerjakan.
2. Pendekatan Lapangan
Pendekatan lapangan biasanya dilakukan oleh peneliti di lokasi penelitian
yang telah ditentukan, disini penulis melakukan pengamatan/observasi untuk
menghimpun keterangan-keterangan mengenai keadaan yang sebenarnya di
lapangan.
3. Pendekatan Stakeholders
Pendekatan yang dilakukan penulis dalam menghimpun informasi/data dari
masyarakat maupun pihak-pihak yang terkait melalui media kuesioner dan/atau
wawancara.
1.5.2 Metode Pengumpulan Data
1. Pengumpulan Data Primer
Pengumpulan data primer ini merupakan metode pengumpulan data yang
diperoleh peneliti langsung dari lapangan. Teknik untuk mendapatkan data tersebut
adalah dengan cara observasi lapangan, kuesioner, wawancara, dan dokumentasi

10
untuk mendapatkan informasi data-data yang dibutuhkan dengan kunjungan
langsung ke lokasi penelitian.
a) Observasi Lapangan
Observasi lapangan dilakukan dengan cara mengamati keadaan wilayah yang
dikaji, permasalahan pada wilayah studi, potensi yang ada dalam wilayah studi, dan
lainnya. Observasi lapangan adalah penelitian yang dilakukan secara langsung
dengan mengamati kondisi eksisting wilayah yang dikaji.
Tabel 1. 2 Observasi Lapangan
Poin Penjelasan Poin Metode Bentuk
Alat
Observasi Observasi Observasi Dokumentasi
• Daya Tarik Alami:
anugerah keindahan dan
keunikan yang telah
tersedia di alam: seperti
pegunungan/perbukitan,
hutan, sungai, danau, air
terjun
• Daya Tarik Budaya:
upacara/ritual, adat
istiadat, seni pertunjukan,
situs (warisan budaya
yang berupa benda,
bangunan, kawasan,
struktur, dan sebagainya),
Atraksi museum, dll
• Kamera
• Daya Tarik Khusus:
Teknik • Telepon • Foto
pengamatan satwa
visualisasi genggam • Video
tertentu, memancing,
• Alat tulis
berbelanja, wahana
olahraga, wahana
permainan (arung jeram,
offroad, outbound)
• Aktivitas pertanian:
penanaman, pemanenan,
hingga pengolahan
tanaman yang dilakukan
oleh petani
• Komoditas pertanian
unggulan
• Prasarana umum:
ketersediaan jaringan
Amenitas
listrik, jaringan air bersih,
jaringan jalan raya,

11
Poin Penjelasan Poin Metode Bentuk
Alat
Observasi Observasi Observasi Dokumentasi
jaringan persampahan,
terminal angkutan umum.
• Prasarana kebutuhan
masyarakat: rumah sakit,
klinik, apotek, pom
bensin, perbankan.
• Sarana pokok
kepariwisataan: agen
perjalanan, ketersediaan
informasi wisata,
penginapan, rumah
makan, lahan parkir
• Sarana penunjang
kepariwisataan:
ketersediaan toko
cinderamata/oleh-oleh,
gedung pertunjukan seni,
gedung bioskop, panti
pijat, tempat mandi uap
• Aksesibilitas perjalanan
menuju lokasi wisata:
ketersediaan jalan,
kondisi jalan menuju dan
di dalam area objek
Aksesibilitas wisata, ketersediaan moda
transportasi umum, sistem
informasi perjalanan
• Prasarana transportasi
umum: terminal, stasiun,
pelabuhan, bandara
• Tourist Information
Center: ketersediaan
pelayanan informasi
untuk wisatawan
Ancilliary • Agen perjalanan wisata
(Pelayanan • Ketersediaan
Tambahan) brosur/pamflet/peta
wisata
• Keramahtamahan
masyarakat kepada
wisatawan
Sumber: Rumusan Peneliti, 2022

12
b) Kuesioner
Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawab (Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D, 2017). Tipe pertanyaan dalam kuesioner terbagi menjadi dua, yaitu
pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup. Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan
yang mengharapkan responden untuk menuliskan jawabannya berbentuk uraian
atau penjelasan tentang sesuatu hal. Sedangkan pertanyaan tertutup adalah
pertanyaan yang mengharapkan jawaban singkat atau mengharapkan responden
untuk memilih salah satu alternatif jawaban dari setiap pertanyaan yang telah
tersedia.
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis kuesioner
tertutup, karena jawaban dari pertanyaan yang ditanyakan berupa pilihan dan
responden hanya tinggal memilih beberapa jawaban yang sudah tersedia. Instrumen
pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yaitu daftar
pertanyaan yang sudah ditulis dan disusun, yang bertujuan untuk memperoleh data
berupa jawaban menurut pendapat responden. Penilaian terkait hasil jawaban
responden akan dianalisis menggunakan teknik analisis skoring skala Likert.
Sampel responden dalam penelitian ini adalah wisatawan yang berkunjung ke
Kecamatan Ciwidey. Teknik penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan
teknik aksidental. Teknik aksidental adalah suatu teknik penentuan sampel
berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan
peneliti dapat digunakan sebagai sampel bisa dipandang orang yang ditemui itu
dirasa cocok untuk dijadikan sebagai data (Sugiyono, Metode Penelitian
Administrasi, 2003). Dalam penarikan jumlah sampel apabila populasinya tidak
diketahui secara pasti jumlahnya, maka digunakan teknik sesuai dengan teori
(Malhotra, 2006), yakni paling sedikit harus empat atau lima kali dari jumlah item
pertanyaan. Pada penelitian ini terdapat 20 item pertanyaan, maka jumlah sampel
responden yang ditetapkan untuk penelitian ini adalah 80 sampel (20 item
pertanyaan dikali 4). Kuesioner yang digunakan merupakan tes skala kepuasan
wisatawan yang mengacu pada parameter skala Likert. Pilihan jawaban

13
dikategorikan sebagai suatu pernyataan sikap sangat setuju (SS), setuju (S), tidak
setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Kategori netral (N) tidak diikutsertakan
untuk menghindari jawaban ketidaktegasan responden.
c) Wawancara
Wawancara terjadi ketika peneliti menanyakan berbagai pertanyaan terbuka
(open-ended questions) umum kepada seseorang partisipan atau lebih (Clark &
Creswell, 2011). Narasumber dalam penelitian ini merupakan key informan
berdasarkan pengetahuannya terkait karakteristik agrowisata berdasarkan
komponen pariwisata 4A dan mengetahui pengembangan agrowisata di Kecamatan
Ciwidey.
Teknik pemilihan narasumber dalam penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik mengambil sampel tidak
secara acak, daerah atau strata, melainkan berdasarkan atas adanya pertimbangan
yang berfokus pada tujuan tertentu (Arikunto, 2006). Dalam pengertian lain,
purposive sampling adalah pengambilan sampel dengan menggunakan beberapa
pertimbangan tertentu sesuai dengan kriteria yang diinginkan untuk dapat
menentukan jumlah sampel yang akan diteliti (Sugiyono, Metode Penelitian
Kuantitatif, 2018). Dalam pemilihan narasumber penelitian ini menggunakan
purposive sampling dimana berdasarkan kriteria-kriteria tertentu yang telah
ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian. Kemudian ada beberapa kriteria
narasumber yang ditetapkan oleh peneliti yaitu:
1. Mengetahui dan memahami agrowisata dan pengembangan agrowisata
2. Mengetahui potensi dan masalah pengembangan agrowisata yang ada di
Kecamatan Ciwidey
3. Termasuk dalam pelaku aktivitas agrowisata atau wisata pertanian
Berdasarkan kriteria narasumber yang telah ditetapkan, narasumber yang
dipilih dalam penelitian ini berjumlah enam (6) orang, yakni Bidang Pengembangan
Destinasi Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Kepala UPTD Pelaksana
Program Penyuluhan Daerah Ciwidey Dinas Pertanian, Kepala Kecamatan
Ciwidey, dan masyarakat yang termasuk dalam gabungan kelompok tani
(Gapoktan) minimal 3 orang.

14
Tabel 1. 3 Topik dan Kriteria Narasumber
Metode Topik Narasumber Kriteria
• Bidang
• Jenis-jenis agrowisata
Pengembangan
• Potensi dan masalah
Desinasi
pengembangan
Pariwisata, Dinas
agrowisata di Kecamatan
Kebudayaan dan
Ciwidey 1. Mengetahui dan
Pariwisata
memahami
• Kepala UPTD agrowisata dan
Pelaksana pengembangan
• Jenis komoditas pertanian Program agrowisata
• Komoditas unggulan Penyuluhan 2. Mengetahui potensi
Daerah Ciwidey, dan masalah
Wawancara Dinas Pertanian pengembangan
agrowisata yang ada
• Jenis-jenis agrowisata
di Kecamatan
kecamatan
Ciwidey
• Komoditas unggulan • Kepala
3. Termasuk dalam
kecamatan Kecamatan
pelaku aktivitas
• Potensi dan masalah Ciwidey
agrowisata atau
pengembangan wisata pertanian
agrowisata kecamatan
• Jenis komoditas pertanian
• Masyarakat yang
• Aktivitas pertanian
termasuk dalam
(Penanaman, pemetikan,
gapoktan
dan pengolahan)
Sumber: Rumusan Peneliti, 2022

d) Dokumentasi
Merupakan salah satu untuk merekam data-data eksisting. Dokumentasi ini
bertujuan sebagai bukti otentik bagaimana suasana atau kondisi pada wilayah yang
dikaji. Dokumentasi dapat diambil dalam bentuk foto dan/atau video di wilayah
penelitian menggunakan media dokumentasi, seperti ponsel dan/atau kamera.

15
2. Pengumpulan Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder merupakan metode pengumpulan data dari literatur yang diperoleh secara tidak langsung melalui
media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) dengan mencari data dari instansi pemerintahan. Berikut checklist data sekunder
yang diperlukan untuk penelitian tugas akhir.
Tabel 1. 4 Checklist Data Tiap Sasaran
Bentuk
No. Sasaran Kebutuhan Data Tahun Data
Data
1. Masterplan pariwisata
2. Jenis agrowisata kecamatan
3. Data komoditas pertanian unggulan
4. Data sarana dan prasarana umum
Identifikasi Karakteristik Agrowisata di 5. Data sarana transportasi umum Dokumen dan
1 Terbaru
Kecamatan Ciwidey 6. Data jaringan jalan dan kondisi jalan SHP
7. Data jaringan air bersih
8. Data jaringan telekomunikasi
9. Data kunjungan jumlah wisatawan
10. Profil Kecamatan Ciwidey
Identifikasi Potensi dan Permasalahan
1. Data output sasaran satu (1)
2 Pengembangan Agrowisata di Kecamatan Dokumen Terbaru
2. Data hasil wawancara
Ciwidey
Usulan Pengembangan Agrowisata di 1. Integrasi output sasaran satu (1) dan dua (2) Dokumen dan
3 Terbaru
Kecamatan Ciwidey 2. Peta Administasi Kecamatan Ciwidey SHP
Sumber: Rumusan Peneliti, 2022

16
Berikut merupakan kompilasi checklist data sekunder secara keseluruhan.

Tabel 1. 5 Kompilasi Checklist Data Sekunder


Bentuk Tahun
No. Instansi Lokasi Kebutuhan Data
Data Data
1. Masterplan pariwisata
Dinas Kebudayaan dan Komplek Pemda Kabupaten Bandung,
2. Jenis agrowisata Kecamatan Ciwidey
1 Pariwisata Kabupaten Jl. Raya Soreang KM.17 Pamekaran, Dokumen Terbaru
3. Data kunjungan jumlah wisatawan
Bandung Soreang, Kabupaten Bandung 40912
Kecamatan Ciwidey
1. Peta Administrasi Kecamatan
Dinas Pekerjaan Umum 2. Data sarana dan prasarana umum
Jl. Raya Soreang-Banjaran, Soreang, Dokumen
2 dan Tata Ruang Kecamatan Ciwidey Terbaru
Kabupaten Bandung 40911 dan SHP
Kabupaten Bandung 3. Data jaringan air bersih
4. Data jaringan telekomunikasi
Dinas Perhubungan Jl. Gandasari No.151 Gandasari, 1. Data sarana transportasi umum Dokumen
3 Terbaru
Kabupaten Bandung Katapang, Kabupaten Bandung 40921 2. Peta jaringan jalan dan kondisi jalan dan SHP
Komplek Pemda Kabupaten Bandung,
Dinas Pertanian
4 Jl. Raya Soreang KM.17 Pamekaran, 1. Data komoditas unggulan Dokumen Terbaru
Kabupaten Bandung
Soreang, Kabupaten Bandung 40912
Sumber: Rumusan Peneliti, 2022

17
1.5.3 Metode Analisis
1) Identifikasi Karakteristik Agrowisata Kecamatan Ciwidey
Dalam mengidentifikasi karakteristik agrowisata di Kecamatan Ciwidey,
dilakukan dengan metode analisis berupa analisis deskriptif kuantitatif kemudian
dengan analisis skoring skala Likert.
• Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan secara ringkas pada tiap
variabel data yang diteliti. Analisis deskriptif karakteristik agrowisata meliputi:
1. Attraction (Atraksi)
Atraksi atau daya tarik merupakan suatu komponen wisata untuk menarik
wisatawan berkunjung ke suatu objek wisata. Atraksi yang dikembangkan
dapat menjadi modal atau sumber daya pariwisata. Dalam penelitian ini,
atraksi yang diteliti berupa daya tarik alami, daya tarik budaya, daya tarik
khusus, aktivitas pertanian, dan komoditas pertanian unggulan.
2. Amenity (Amenitas)
Amenitas merupakan segala macam fasilitas pendukung yang diperlukan oleh
wisatawan selama berada di lokasi objek wisata. Amenitas yang akan diteliti
pada penelitian ini antara lain jaringan listrik, jaringan air bersih, jaringan
jalan raya, penginapan, rumah makan, toko cinderamata, apotek, klinik,
perbankan, hingga pompa bensin.
3. Accesibility (Aksesibilitas)
Sarana dan prasarana yang memberikan kemudahan bagi wisatawan untuk
menuju ke suatu objek wisata. Tidak hanya kemudahan transportasi,
melainkan waktu yang dibutuhkan serta tanda petunjuk arah menuju lokasi
objek wisata. Aksesibilitas yang akan diteliti berupa ketersediaan jalan,
kondisi jalan menuju dan di dalam area objek wisata, ketersediaan moda
transportasi umum, hingga sistem informasi perjalanan.
4. Ancilliary (Pelayanan tambahan)
Merupakan pelayanan tambahan sarana dan prasarana penunjang untuk
memberikan kenyamanan kepada wisatawan selama berada di lokasi objek
wisata. Dalam hal ini, pelayanan tambahan yang dimaksudkan adalah
kelembagaan pengelolaan objek wisata serta ketersediaan informasi wisata
dan ketersediaan brosur/pamflet/peta wisata.

18
• Analisis Skala Likert
Data yang telah didapatkan kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis
skoring skala Likert. Proses penentuan skor atas jawaban responden dilakukan
dengan membuat klasifikasi dan kategori yang cocok tergantung pada opini atau
anggapan responden. Perhitungan skoring dilakukan dengan menggunakan skala
Likert yang pengukurannya sebagai berikut (Riduwan, 2009).
a) Skor 4 untuk jawaban sangat setuju
b) Skor 3 untuk jawaban setuju
c) Skor 2 untuk jawaban tidak setuju
d) Skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, Metode
Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, 2017). Dalam penelitian ini, skala
Likert digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan wisatawan terhadap
karakteristik agrowisata berdasarkan komponen pariwisata 4A.
Tabel 1. 6 Skala Likert
No Simbol Keterangan Skor
1 SS Sangat Setuju 4
2 S Setuju 3
3 TS Tidak Setuju 2
4 STS Sangat Tidak Setuju 1
Sumber: Riduwan (2009)

Setelah semua jawaban responden terkumpul, dilakukan penjumlahan atas


seluruh jawaban responden dari masing-masing kategori. Hasil penjumlahan dari
tiap kategori dikalikan dengan bobot skor yang telah ditetapkan. Pengalian tersebut
dapat dilihat pada rumus berikut:

T x Pn
Dimana:
T : jumlah responden yang memilih
Pn : bobot skor Likert

19
Setelah dilakukan penghitungan dengan menggunakan rumus diatas,
kemudian dilakukan penjumlahan secara keseluruhan. Kemudian melakukan
perhitungan indeks persentase untuk mengetahui hasil jawaban berdasarkan
persentase. Setelah mendapatkan indeks persentase, maka dilakukan penghitungan
panjang kelas interval. Panjang kelas interval untuk mengetahui persepsi wisatawan
terhadap karakteristik agrowisata berdasarkan komponen pariwisata 4A, apakah
termasuk dalam kategori sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, atau sangat tinggi.
Untuk mengetahui nilai maksimal, nilai minimal, panjang kelas interval, dan
persentase skor, berikut adalah urutannya (Riduwan, 2009).
• Nilai maksimal : skor tertinggi x jumlah responden
• Nilai minimal : skor terendah x jumlah responden
• Panjang interval : 100 : jumlah skor (Likert)
• Persentase skor : (total skor : nilai maksimal) x 100
Dengan kriteria interpretasi skor seperti berikut:
• Persentase 0% - 25% = sangat rendah
• Persentase 26% - 50% = rendah
• Persentase 51% - 75% = tinggi
• Persentase 76% - 100% = sangat tinggi
Data yang telah didapatkan dari hasil observasi lapangan dan analisis skala
Likert kemudian dilakukan perbandingan mengenai pembangunan fasilitas
pariwisata yang meliputi pembangunan amenitas dan atraksi (daya tarik) kawasan
pariwisata. Standar pembangunan amenitas dan atraksi (daya tarik) kawasan
pariwisata tercantum pada Permen Parekraf Nomor 3 Tahun 2022 tentang Petunjuk
Operasional Pengelolaan Dana Alokasi Khusus Fisik Bidang Pariwisata Tahun
Anggaran 2022. Hal tersebut untuk mengetahui kondisi amenitas dan atraksi (daya
tarik) eksisting dan berdasarkan persepsi wisatawan telah memenuhi dengan
pedoman yang telah ditentukan atau belum memenuhi pedoman tersebut.

2) Identifikasi Potensi dan Permasalahan Pengembangan Agrowisata di


Kecamatan Ciwidey
Dalam mengindentifikasi potensi dan permasalahan pengembangan
agrowisata di Kecamatan Ciwidey digunakan teknik analisis berupa deskriptif

20
kuantitatif yang didapatkan dari hasil analisis karakteristik agrowisata berdasarkan
komponen pariwisata 4A, observasi lapangan, dan didukung dengan hasil
wawancara dari narasumber. Tahapan analisis yang dilakukan yakni dengan
pendekatan sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi karakteristik agrowisata berdasarkan komponen pariwisata
4A di Kecamatan Ciwidey melalui gambaran umum wisata kecamatan yang
didapatkan dari survei data primer dan sekunder. Hal ini diperlukan untuk
mengetahui potensi yang dapat dikembangkan dan permasalahan untuk
ditemukan solusi penanganannya.
2. Pemahaman terhadap teori mengenai agrowisata, kebijakan, hasil survei data
primer dan sekunder yang terkait dengan karakteristik agrowisata.
3. Melakukan wawancara kepada narasumber yang telah ditentukan untuk
mengetahui potensi dan permasalahan pengembangan agrowisata menurut
persepsi masyarakat. Output wawancara dianalisis untuk mendukung hasil
observasi lapangan dalam mendeskripsikan potensi dan permasalahan secara
aktual.
4. Potensi dan masalah pengembangan agrowisata diperoleh dari hasil analisis
karakteristik agrowisata berdasarkan komponen pariwisata 4A dan hasil
wawancara kepada narasumber. Sehingga dapat menghasilkan potensi dan
masalah dalam pengembangan agrowisata di Kecamatan Ciwidey dengan
lebih jelas dan tepat.
3) Perumusan Usulan Pengembangan Agrowisata di Kecamatan Ciwidey
Dalam merumuskan usulan pengembangan agrowisata di Kecamatan
Ciwidey dilakukan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif dengan
mengintegrasi input berupa hasil atau output sasaran satu (1) yaitu identifikasi
karakteristik agrowisata, dan output sasaran dua (2) yaitu identifikasi potensi dan
permasalahan pengembangan agrowisata. Kedua input tersebut kemudian
diintegrasikan dengan tinjauan studi kepustakaan dan studi kasus lain sebagai
pertimbangan dalam merumuskan usulan pengembangan agrowisata di Kecamatan
Ciwidey.

21
Metode yang digunakan dalam perumusan usulan pengembangan agrowisata
di Kecamatan Ciwidey adalah menggunakan penentuan zonasi kawasan. Dalam
menentukan zonasi kawasan pengembangan agrowisata yakni melihat pada
kesesuaian kawasan sesuai dengan fungsinya. Penataan zonasi kawasan dilakukan
dalam upaya mengombinasikan keindahan sumber daya alam dengan potensi
sumber daya pertanian sebagai wisata agro. Penataan zonasi berperan cukup
penting, dimana sistem zonasi yang terencana dengan baik akan memberikan
kualitas yang tinggi terhadap pengalaman wisatawan dan dapat memberikan lebih
banyak pilihan yang akan mempermudah pengelola untuk beradaptasi terhadap
perubahan pasar, serta mempermudah dalam mengembangkan kawasan sesuai
dengan zonasi yang telah ditentukan.

22
1.5.4 Matriks Analisis
Tabel 1. 7 Matriks Analisis
Bentuk
No. Sasaran Metode Pendekatan dan Analisis Pengumpulan Tahun Data Sumber Data
Data
Deskriptif Kuantitatif

• Analisis Skoring Skala Likert


Penentuan skor atas jawaban responden
dilakukan dengan membuat klasifikasi dan
1. Badan Pusat Statistik
kategori yang cocok tergantung pada opini atau
Kabupaten Bandung
anggapan responden.
Teridentifikasinya 2. Dinas Kebudayaan
a) Skor 4 untuk jawaban sangat setuju Observasi lapangan,
1 karakteristik agrowisata Terbaru dan Pariwisata
b) Skor 3 untuk jawaban setuju kuesioner
di Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung
d) Skor 2 untuk jawaban tidak setuju
3. Dinas Pertanian
e) Skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju
Kabupaten Bandung
T x Pn

T : total jumlah masing-masing kategori


Pn : bobot skor Likert
A. Hasil analisis sasaran
Teridentifikasinya Deskriptif Kuantitatif
1
potensi dan
B. Hasil wawancara:
permasalahan Menjelaskan hasil analisis skoring yang telah Observasi lapangan,
2 Terbaru 1. Kepala Kecamatan
pengembangan didapatkan dan didukung dengan kuesioner wawancara
Ciwidey
agrowisata di Kecamatan wisatawan dan hasil wawancara kepada
2. Masyarakat yang
Ciwidey narasumber
bekerja sebagai

23
Bentuk
No. Sasaran Metode Pendekatan dan Analisis Pengumpulan Tahun Data Sumber Data
Data
petani tanaman
agro

Deskriptif Kuantitatif
Terumuskannya usulan
pengembangan Hasil analisis sasaran 1
3 Intergrasi hasil analisis karakteristik - -
agrowisata di Kecamatan dan 2
agrowisata serta potensi dan permasalahan
Ciwidey
pengembangan agrowisata
Sumber: Rumusan Peneliti, 2022

24
Berikut merupakan penjelasan mengenai matriks analisis:
1. Teridentifikasinya karakteristik agrowisata di Kecamatan Ciwidey
Dalam melakukan identifikasi karakteristik agrowisata berdasarkan
komponen pariwisata 4A dilakukan dengan metode analisis skoring Skala Likert
untuk menentukan skor dalam mengetahui karakteristik agrowisata. Data yang
dibutuhkan dalam analisis sasaran ini berupa data primer dan data sekunder. Data
primer diambil dengan melakukan observasi lapangan ke lokasi penelitian,
sedangkan data sekunder diambil dari pihak kedua (instansi) yang telah melakukan
olah data sebelumnya. Data yang dibutuhkan merupakan data dengan tahun terbaru.
2. Teridentifikasinya potensi dan permasalahan pengembangan agrowisata di
Kecamatan Ciwidey
Identifikasi potensi dan masalah pengembangan agrowisata dilakukan dengan
metode analisis deskriptif kualitatif dan data yang telah didapatkan dari hasil
analisis skoring pada sasaran sebelumnya yang kemudian didukung dengan hasil
wawancara kepada narasumber untuk mendapatkan potensi dan masalah yang
sesuai dan akurat. Narasumber dalam wawancara yang dilakukan adalah Kepala
Kecamatan Ciwidey, dan masyarakat yang bekerja sebagai petani tanaman agro.
3. Terumuskannya usulan pengembangan agrowisata di Kecamatan Ciwidey
Perumusan usulan pengembangan agrowisata didapatkan dengan melalui
integrasi hasil sasaran satu (1) dan dua (2). Perumusan usulan ini dilakukan dengan
metode analisis deskriptif kualitatif untuk menjabarkan rumusan usulan
pengembangan agrowisata dengan data yang telah didapatkan sebelumnya
berdasarkan potensi dan masalah pengembangan agrowisata dan komponen
pariwisata 4A sebagai aspek pengembangan pariwisata.

25
1.5.5 Matriks Variabel Penelitian
Tabel 1. 8 Matriks Variabel Penelitian
Variabel
No Indikator Penelitian Penjelasan Sumber Acuan
Penelitian
• Daya tarik alami (pegunungan/perbukitan,
hutan, sungai, danau, air terjun) • Cooper et. al. 1993.
• Daya tarik budaya (upacara/ritual, adat Tourism Principles &
istiadat, seni pertunjukan, situs) Practice. England.
Atraksi merupakan suatu komponen untuk Longman Group Limited.
• Daya tarik khusus (pengamatan satwa
1
Attraction
tertentu, memancing, berbelanja, wahana
menarik wisatawan berkunjung ke suatu objek • Arifin, HS. 1992.
(Atraksi) wisata. Atraksi yang dikembangkan dapat Beberapa Pemikiran
olahraga, wahana permainan, arung jeram,
menjadi modal atau sumber daya pariwisata. Pengembangan
offroad)
• Aktivitas pertanian (penanaman, pemetikan, Agrowisata pada
pengolahan) Kawasan Cagar Budaya
Betawi di Conde, Jakarta
• Komoditas pertanian yang dikembangkan
Timur. Makalah Seminar
• Ketersediaan jaringan jalan Sarana yang memberikan kemudahan bagi
Wisata Agro. IPB. Bogor.
• Kondisi jalan menuju dan di dalam area objek wisatawan untuk menuju ke suatu objek wisata.
Accesibility • Rai Utama, I Gusti Bagus.
2 wisata Tidak hanya kemudahan transportasi, melainkan
(Aksesibilitas) 2012. Agrowisata sebagai
• Ketersediaan moda transportasi umum waktu yang dibutuhkan serta tanda petunjuk arah
Pariwisata Alternatif di
• Sistem informasi perjalanan menuju lokasi objek wisata.
Indonesia. Denpasar.
• Prasarana umum (jaringan listrik, jaringan • Puspitasari, Silvia. 2010.
telekomunikasi, jaringan air bersih, jaringan Kajian Potensi Wisata
jalan raya, terminal angkutan umum) Agro di Kabupaten
Merupakan segala macam fasilitas yang
Amenity • Prasarana kebutuhan masyarakat (rumah Badung Berdasarkan
3 diperlukan oleh wisatawan selama berada di
(Amenitas) sakit/klinik, apotek, pom bensin, perbankan) Aspek Permintaan dan
daerah tujuan wisata.
• Sarana pokok kepariwisataan (agen Sediaan. Bandung. Institut
perjalanan, ketersediaan informasi wisata, Teknologi Bandung
penginapan, rumah makan)

26
Variabel
No Indikator Penelitian Penjelasan Sumber Acuan
Penelitian
• Sarana penunjang kepariwisataan
(ketersediaan toko cinderamata/oleh-oleh,
gedung pertunjukan)
• Tourist Information Center: ketersediaan
pelayanan informasi untuk wisatawan
Anciliary Sarana dan prasarana penunjang untuk
• Ketersediaan pamflet/brosur/peta wisata
4 (Pelayanan memberikan kenyamanan kepada wisatawan
• Keramahtamahan masyarakat dalam
Tambahan) selama berada di lokasi objek wisata.
menyambut dan melayani wisatawan yang
berkunjung.
Sumber: Rumusan Peneliti, 2022

27
Berikut merupakan penjelasan mengenai tabel matriks variabel penelitian.
1. Attraction (atraksi/daya tarik)
Atraksi merupakan suatu komponen untuk menarik wisatawan berkunjung ke
suatu objek wisata. Atraksi yang dikembangkan dapat menjadi modal atau sumber
daya pariwisata. Indikator yang dinilai dalam atraksi antara lain daya tarik alam
(pegunungan/perbukitan, hutan, sungai, danau, dan air terjun), daya tarik budaya
(upacara/ritual, adat istiadat, seni pertunjukan, dan situs warisan), daya tarik khusus
(pengamatan satwa tertentu, memancing, berbelanja, wanaha olahraga, wahana
permainan, arung jeram, dan offroad), aktivitas pertanian (penanaman, pemetikan,
pengolahan), dan komoditas pertanian yang dikembangkan.
2. Accesibility (aksesibilitas)
Aksesibilitas merupakan segala sarana yang memberikan kemudahan bagi
wisatawan untuk menuju ke suatu objek wisata. Tidak hanya kemudahan
transportasi, melainkan waktu yang dibutuhkan serta tanda petunjuk arah menuju
lokasi objek wisata. Indikator yang dinilai dalam aksesibilitas antara lain
ketersediaan jalan, kondisi jalan menuju dan di dalam area objek wisata,
ketersediaan moda transportasi umum, dan sistem informasi perjalanan.
3. Amenity (amenitas)
Amenitas merupakan segala macam fasilitas yang diperlukan oleh wisatawan
selama berada di daerah tujuan wisata. Indikator yang dinilai dalam amenitas antara
lain jaringan listrik, jaringan air bersih, jaringan jalan raya, penginapan, rumah
makan, toko cinderamata, apotek, klinik, perbankan, hingga pompa bensin.
4. Ancilliary (pelayanan tambahan)
Pelayanan tambahan adalah sarana dan prasarana penunjang untuk
memberikan kenyamanan kepada wisatawan selama berada di lokasi objek wisata.
Indikator yang dinilai dalam pelayanan tambahan yang dimaksudkan adalah
ketersediaan informasi wisata dan ketersediaan brosur/pamflet/peta wisata.
1.6 Kerangka Berpikir
Kecamatan Ciwidey dalam Perda Kabupaten Bandung Nomor 27 Tahun 2016
tentang RTRW Kabupaten Bandung Tahun 2016-2036 ditetapkan sebagai Kawasan
Strategis Kabupaten (KSK) Agropolitan Pasirjambu-Ciwidey-Rancabali dan juga
ditetapkan sebagai Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) dalam Wilayah Pengembangan

28
(WP) Soreang-Kutawaringin-Katapang. Pada ketetapan tersebut, didapatkan hasil
bahwa Kecamatan Ciwidey memiliki potensi untuk dilakukannya pengembangan
wilayah agrowisata karena memiliki keunggulan dari segi potensi wisata alam dan
pertanian.
Namun, Kecamatan Ciwidey memiliki permasalahannya tersendiri.
Permasalahan yang dihadapi Kecamatan Ciwidey adalah daya tarik wisata yang
perlu dilakukan pengembangan dengan lebih optimal agar tidak menciptakan
kondisi wisata yang monoton dan pengembangan wisata belum menunjang budaya
lokal/kesenian yang dapat menarik minat wisatawan. Kondisi jalan menuju dan di
dalam lokasi objek wisata belum semuanya dalam kondisi baik, beberapa ruas jalan
masih berlubang dan/atau rusak. Fasilitas yang ada belum memenuhi petunjuk
operasional yang telah ditentukan, serta kelembagaan yang belum berkoordinasi
dengan baik sehingga menciptakan kesenjangan pembangunan. Pengetahuan
tentang pertanian, pariwisata, dan agrowisata belum sepenuhnya disosialisasikan
pada masyarakat sehingga belum optimalnya pengembangan pariwisata, terkhusus
agrowisata. Maka dari itu, timbullah suatu pertanyaan mengenai bagaimana usulan
pengembangan agrowisata di Kecamatan Ciwidey.
Dalam merumuskan usulan pengembangan agrowisata di Kecamatan
Ciwidey, diperlukannya analisis mengenai karakteristik agrowisata dengan teknik
analisis skoring terhadap karakteristik agrowisata. Hasil analisis skoring
mengeluarkan potensi dan masalah yang kemudian didukung dengan hasil
wawancara kepada narasumber mengenai potensi dan masalah tersebut. Sehingga
pada akhirnya akan mengeluarkan usulan pengembangan agrowisata dengan
melihat potensi dan masalah pengembangan agrowisata dan komponen pariwisata
4A sebagai aspek pengembangan pariwisata.

29
Kecamatan Ciwidey dalam Perda Kabupaten Bandung Nomor 27 Tahun 2016 tentang RTRW
Kabupaten Bandung Tahun 2016-2036 ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Kabupaten (KSK)
Agropolitan Pasirjambu-Ciwidey-Rancabali dan juga ditetapkan sebagai Pusat Pelayanan Kawasan
(PPK) dalam Wilayah Pengembangan (WP) Soreang-Kutawaringin-Katapang.

Kecamatan Ciwidey memiliki potensi untuk dilakukannya pengembangan wilayah agrowisata karena
memiliki keunggulan dari segi potensi wisata alam dan pertanian.

Permasalahan
1. Daya tarik wisata perlu dilakukan pengembangan dengan lebih optimal agar tidak menciptakan
kondisi wisata yang monoton dan pengembangan wisata belum menunjang budaya lokal/kesenian
yang dapat menarik minat wisatawan.
2. Kondisi jalan menuju dan di dalam lokasi objek wisata belum semuanya dalam kondisi baik, beberapa
ruas jalan masih berlubang dan/atau rusak.
3. Fasilitas yang ada belum memenuhi petunjuk operasional yang telah ditentukan, serta kelembagaan
yang belum berkoordinasi dengan baik sehingga menciptakan kesenjangan pembangunan
4. Pengetahuan tentang pertanian, pariwisata, dan agrowisata belum sepenuhnya disosialisasikan pada
masyarakat sehingga belum optimalnya pengembangan pariwisata, terkhusus agrowisata.

Bagaimana usulan pengembangan wilayah agrowisata di Kecamatan Ciwidey?

Dasar Kebijakan
1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Kajian Teori
tentang Kepariwisataan 1. Perencanaan
2. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung 2. Wilayah
Nomor 27 Tahun 2016 tentang RTRW 3. Perencanaan Wilayah
Kabupaten Bandung Tahun 2016-2036 4. Pengembangan Wilayah
3. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung 5. Pariwisata
Nomor 4 Tahun 2019 tentang Rencana 6. Potensi Wisata
Induk Pembangunan Kepariwisataan 7. Konsep Pariwisata 4A
Daerah Tahun 2018 – 2025 8. Agrowisata
9. Ruang Lingkup dan Potensi Agrowisata
10. Kriteria Kawasan Pengembangan
Data Agrowisata
1. Karateristik Agrowisata Berdasarkan 11. Prinsip-prinsip Agrowisata
Komponen Pariwisata 4A 12. Pendekatan Pengembangan Agrowisata
2. Potensi dan Masalah Pengembangan 13. Komponen Pengembangan Agrowisata
Agrowisata Menurut Hasil Kuesioner dan 14. Model Pengembangan Agrowisata
Wawancara

Perumusan usulan pengembangan agrowisata di Kecamatan Ciwidey

Analisis Karakteristik Agrowisata Berdasarkan Komponen Pariwisata 4A

Analisis Potensi dan Masalah Pengembangan Agrowisata

Usulan Pengembangan Agrowisata di Kecamatan Ciwidey

Gambar 1. 3 Kerangka Pemikiran

30
1.7 Kerangka Analisis

Analisis Skoring Karakteristik


Agrowisata Berdasarkan Komponen Potensi yang bisa dikembangkan
Analisis Karakteristik Agrowisata di Pariwisata 4A
1. Skoring Skala Likert
Kecamatan Ciwidey
Penentuan skor atas jawaban
Masalah yang harus diselesaikan
responden dengan membuat
klasifikasi dan kategori yang cocok
tergantung pada jawaban responden.

1. Potensi dan masalah berdasarkan


Analisis Potensi dan Masalah analisis skoring komponen pariwisata
4A sebagai aspek pengembangan
Pengembangan Agrowisata
pariwisata
2. Wawancara kepada narasumber

Usulan Pengembangan Agrowisata Kesimpulan dan Rekomendasi

Gambar 1. 4 Kerangka Analisis

31
Dalam melakukan identifikasi karakteristik agrowisata berdasarkan
komponen pariwisata 4A, dilakukan analisis skoring skala Likert untuk
menentukan skor dalam mengetahui karakteristik agrowisata. Hasil analisis skoring
mengeluarkan suatu potensi yang bisa dikembangkan dan masalah untuk bisa
ditemukan solusi penanganannya.
Potensi dan masalah yang telah didapatkan dari hasil analisis skoring
kemudian dijabarkan secara detail. Untuk memperkuat hasil potensi dan masalah
yang telah didapat, dilakukan wawancara kepada narasumber sebagai statement
pendukung terkait potensi dan masalah tersebut. Statement pendukung dari hasil
wawancara diharapkan mampu menjelaskan terkait potensi dan masalah
pengembangan agrowisata dengan lebih jelas dan tepat.
Perumusan usulan pengembangan agrowisata dilakukan dengan
mengintegrasikan hasil analisis skoring terhadap karakteristik agrowisata
berdasarkan komponen pariwisata 4A dan hasil wawancara terkait potensi dan
masalah kepada narasumber. Rumusan usulan pengembangan agrowisata ini
dikeluarkan dengan melihat potensi dan masalah pengembangan agrowisata dan
komponen pariwisata 4A sebagai aspek pengembangan pariwisata.
1.8 Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah dalam memahami isi laporan, maka sistematika
pembahasan pada laporan ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan pembahasan mengenai latar belakang, rumusan masalah,
tujuan dan sasaran penelitian, ruang lingkup penelitian yang terdiri dari ruang
lingkup wilayah dan ruang lingkup substansi, metodologi penelitian, kerangka
berpikir, kerangka analisis, dan sistematika pembahasan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan mengenai tinjauan teori-teori dan kebijakan yang berkaitan
dengan isi daripada laporan yang diambil dari beberapa ahli dan bersumber pada
kepustakaan formal, seperti buku, jurnal akademis, laporan ilmiah, dan sebagainya.
BAB III GAMBARAN UMUM

32
Bab ini membahas mengenai kondisi wilayah kajian saat ini yang berisikan
data-data dan fakta empirik yang berkaitan dengan topik dan variabel penelitian.
Bab ini meliputi gambaran umum kebijakan, wilayah, dan pariwisata.
BAB IV ANALISIS
Bab ini berisikan mengenai hasil penelitian yang disusun dan ditulis secara
sistematis sesuai dengan sasaran dan ruang lingkup substansi penelitian tugas akhir.
Keluaran dari bab ini berupa Usulan Pengembangan Agrowisata di Kecamatan
Ciwidey.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan penutup dari laporan penelitian tugas akhir. Kesimpulan
berisi ringkasan pokok dari tujuan dan sasaran penelitian. Sedangkan rekomendasi
berisi hal-hal yang dapat dilakukan untuk mendukung hasil penelitian.

33

Anda mungkin juga menyukai