Anda di halaman 1dari 8

Journal of Indonesian Tourism and E-ISSN : 2338-1647

Development Studies http://jitode.ub.ac.id

KEANEKARAGAMAN HAYATI DI KAWASAN PANTAI KOTA AMBON


DAN KONSEKUENSI UNTUK PENGEMBANGAN PARIWISATA PESISIR

Daniel Anthoni Sihasale

Program Doktor Kajian Lingkungan dan Pembangunan, Program Pascasarjana


Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia

Abstrak
Sebagai suatu daerah yang berada di wilayah Indonesia bagian timur, Pulau Ambon memiliki potensi alam
yang banyak menawarkan keanekaragaman daya tarik wisata. Dengan kondisi biogeofisik, sosial budaya
masyarakat dapat dijadikan sebagai potensi bagi pengembangan pariwisata. Sebagai ibukota propinsi, kota
Ambon memiliki pantai dan kelautan dengan keanekaragaman hayati yang khas, sehingga mempunyai
peluang untuk dapat dijadikan sebagai objek wisata bahari termasuk potensi wisata bawah laut, dengan hal
tersebut maka propinsi Ambon ]l v o vP v • µš v ^The Spice Island Exotic Marine Paradise_X
Keberadaan akan potensi wilayah pesisir laut tersebut dewasa ini belum sepenuhnya dikelola dan di
kembangkan dengan baik untuk pengembangan pariwisata, hal ini dikarenakan minimnya pemahaman akan
bagaimana cara mengelola dan mengembangkan potensi keanekaragaman hayati tersebut dengan baik.

Kata Kunci: Keanekaragaman hayati, Kota Ambon, potensi, pengembangan

PENDAHULUAN Wilayah pesisir yang dangkal dengan terumbu


Indonesia terkenal dengan sebutan karangnya dan hutan bakau melindungi wilayah
megabiodiversity, dengan 18 ribuan pulau, ini dari dampak pasang laut dan tsunami.
sebagai tempat tinggalnya flora dan fauna dari Sehingga tak heran apabila lebih dari 60% atau
dua tipe yang berbeda asal-usulnya yaitu dari sekitar 140 juta penduduk Indonesia hidup di
bagian barat (Indo-Malayan) dan bagian timur wilayah pesisir dan laut dan kehidupan mereka
termasuk kawasan Pasifik dan Australia. Dengan bergantung pada sumberdaya hayati laut dan
luas daratan hanya 1,3% dari seluruh daratan pesisir [13]. Manfaat dan arti penting
bumi, memiliki garis pantai sepanjang 108.000 keanekaragaman hayati pesisir Indonesia telah
km, dengan keanekaragaman flora dan fauna diterima oleh khalayak luas, tetapi sayangnya,
yang unik dan menakjubkan. Sekitar 10% spesies manfaat dan arti penting keanekaragaman hayati
berbunga, 12% spesies mamalia, 16% spesies wilayah pesisir dan lautan tersebut sangat sedikit
reptil dan amphibia, 17% spesies burung serta dibahas.
25% spesies ikan dunia (BSP-Kemala, 2000). Meningkatnya ancaman terhadap ekosistem
Selain itu memiliki panjang wilayah pesisir laut dapat menyebabkan pengrusakan dan
mencapai 81,000 kilometer atau sekitar 14% dari penurunan kualitas dan kuantitas diversitas
panjang pantai dunia, ekosistem kelautan organisme. Ancaman yang terjadi dapat berupa
Indonesia sangat kaya dan bervariasi. Hutan dampak pengembangan industry yang tidak
bakau Indonesia sangat luas dan memiliki jenis mengedepankan konsep kelestarian lingkungan.
terumbu karang yang spektakuler di Asia. Polusi benda padat, cair, dan gas secara tidak
Perairan pesisir Indonesia menjadi sumber langsung dapat menyebabkan perubahan
makanan bagi sejumlah besar mamalia laut, kesetimbangan diekosistem laut.
reptil, ikan dan burung-burung. Adanya potensi keanekaragaman hayati
pesisir dan laut Indonesia ini semestinya dapat
Corresponding Address: mendorong berkembangnya industri-industri
Daniel Anthoni Sihasale kepariwisataan yang handal. Sebagai
Email : Daniel.sihasale@gmail.com megabiodiversiti, Indonesia mestinya lebih
Address : Program Doktor Kajian Lingkungan, Program
Pascasarjana, Universitas Brawijaya Malang,
unggul dari Negara-negara lain di dunia dalam hal
Jl. Veteran, Malang industri pariwisata, namun menurut Data World
Economic Forum menunjukkan, bahwa daya saing
pariwisata Indonesia masih lemah dibandingkan

[20] J.Ind. Tour. Dev. Std., Vol.1, No.1, Januari, 2013


Kenanekaragaman Hayati di Kawasan Pantai Ambon (Sihasale, Daniel Anthoni)

dengan negara lain. Pada komponen aturan dari jumlah wisatawan yang tercatat pada akhir
perundangan, Indonesia menempati posisi 108 Mei 2010 yang hanya 3.036 orang. Menurut
dengan skor 3.78. Sedangkan untuk komponen keterangan Kepala Dinas Kebudayaan dan
infrastruktur dan iklim investasi pariwisata, Pariwisata (Disbudpar) Maluku, jumlah tersebut
Indonesia berada pada peringkat 86 dengan skor mengalami peningkatan sebanyak 200%.
3.16. Sementara pada komponen Sumberdaya Sementara wisatawan nusantara yang
manusia, budaya dan alam, pariwisata Indonesia sebelumnya hanya 6.495 orang meningkat tajam
berada pada posisi 53 dengan skor 4.17. Secara hingga 20.936 orang. Sedangkan data wisatawan
keseluruhan daya saing pariwisata Indonesia dari berbagai kabupaten di Maluku yang datang
menempati urutan ke 80 dari 130 negara. ke Ambon saat Sail Banda berjumlah 17.133
Posisi indeks daya saing pariwisata orang. Naiknya angka kunjungan wisatawan
Indonesia jauh tertinggal dibandingkan dengan mancanegara hingga mencapai 8.000 itu melebihi
negara tetangga seperti Singapura, Malaysia dan jumlah yang ditargetkan oleh Disbudpar Maluku,
Thailand. Indeks daya pariwisata Singapura apalagi terjadi hanya dalam waktu tiga bulan
menempati peringkat 16 dengan skor 5.06, (BPMD Propinsi Maluku).
disusul kemudian Malaysia pada peringkat 32 Sebagi Propinsi yang pernah dilanda konflik
dengan skor 5.06, kemudian Thailand pada posisi horizontal terbesar, pada 19 Januari 1999, turut
42 dengan skor 4.37. Sementara negara-negara memunculkan berbagai pengaruh negatif dalam
ASEAN dengan indeks daya saing pariwisata di kehidupan sosial ekonomi masyarakat Maluku
bawah Indonesia terdapat Philipina, Vietnam, dan menambah beban pemerintah daerah dalam
dan Kamboja masing -masing pada peringkat pelaksanaan pembangunan. Sebagai daerah yang
81,96, dan 112 [2]. selama ini terkenal dalam bidang pariwisata,
Data Badan Pusat Statistik secara ternyata ikut mengalami keterpurukan akibat
keseluruhan menunjukan bahwa jumlah gejolak sosial yang berkepanjangan tersebut.
wisatawan mancanegara (wisman) yang Hilangnya rasa aman dan nyaman akibat
berkunjung ke Indonesia pada Mei 2010 kerusuhan di daerah ini, memaksa daerah ini
mencapai 600.031 orang, mengalami kenaikan dihindari sejenak oleh para wisatawan, baik
sebesar 15,01% dibanding bulan yang sama domestik maupun mancanegara. Salah satu
tahun sebelumnya. Demikian pula jika dibanding obyek yang langsung terkena dampak kerusuhan
April 2010, jumlah wisman Mei 2010 mengalami tersebut adalah obyek wisata pantai.
kenaikan sebesar 7,94%. Secara kumulatif, Kondisi keberadaan obyek-obyek wisata
selama Januari-Mei 2010, jumlah wisman yang pesisir tersebut selama konflik sosial di Maluku
berkunjung ke Indonesia mencapai 2.767.122 sangat memprihatinkan banyak yang terabaikan
orang, yang berarti meningkat 14,59% dibanding bahkan tidak terurus, sehingga banyak yang
jumlah wisman pada periode yang sama tahun mengalami kerusakan. Potensi akan
2009 [2]. keanekaragaman hayati di kawasan pesisir yang
Propinsi Maluku Sebagai suatu daerah yang tadinya merupakan andalan dalam menunjang
berada di wilayah Indonesia Bagian Timur, pengembangan obyek wisata pesisir tidak lagi
dengan Ambon sebagai ibukotanya memiliki menjadi sesuatu yang memiliki nilai eksotik.
potensi alam yang banyak menawarkan Sementara dulu (sebelum konflik sosial) obyek-
keanekaragaman daya tarik wisata, baik bersifat obyek wisata pesisir tersebut adalah merupakan
alam (bahari, pantai, air terjun/pemandian, obyek-obyek wisata yang menarik bagi
hutan termasuk flora dan fauna) maupun budaya wisatawan mancanegara dan wisatawan
yang dapat dikembangkan menjadi tujuan nusantara.
pariwisata yang layak diperhitungkan untuk Setelah berakhirnya konflik sosial,
dikunjungi. pemerintah daerah kembali berupaya
membangun dan merenovasi sarana dan
Pariwisata di Ambon prasarana obyek-obyek wisata pesisir tersebut.
Berdasarkan data dari kantor Imigrasi Usaha mengembalikan citra Kota Ambon sebagai
Ambon, Polsek dan pusat informasi Disbudpar kota wisata bahari terus digalakan kembali demi
Maluku di Bandara Internasional Pattimura, juga menarik wisatawan mancanegara dan wisatawan
hotel dan penginapan di Kota Ambon, hingga nusantara.
Agustus 2010 tercatat ada 8.172 wisatawan Berdasarkan angka-angka yang di peroleh di
mancanegara yang mengunjungi Maluku. Jumlah atas menunjukan bahwa pembangunan
ini mengalami peningkatan sebanyak 5.136 orang pariwisata di Kota Ambon dari tahun ke tahun

J.Ind. Tour. Dev. Std., Vol.1, No.1, Januari, 2013 [21]


Kenanekaragaman Hayati di Kawasan Pantai Ambon (Sihasale, Daniel Anthoni)

mengalami perkembangan yang pesat, namun 8.2872 Km. Sedangkan luas wilayah kelola laut
apabila disimak dari sisi perencanaan, (12 mil) adalah sebesar 152.570 Km2, dengan
pelaksanaan pembangunan dan pengembangan- kondisi dominan wilayahnya adalah perairan
nya masih terkesan jauh dari apa yang (92,4%), dengan potensi sumberdaya perikanan
diharapakan. Pembangunan pariwisata belum terdiri dari Ikan Pelagis, Demersal dan Biota laut
secara menyeluruh menyentuh kepada lainnya yang bernilai ekonomis tinggi. Pada
kebutuhan masyarakat akan pariwisata. Potensi wilayah Maluku juga terdapat 969 jenis kerang-
keanekaragaman hayati kawasan pesisir, sebagai kerangan yaitu 665 jenis siput dengan 13 jenis
bagian penting dari suatu proses pembangunan yang bernilai ekonomis dan 274 jenis kerang
obyek wisata pantai belum seluruhnya diolah dan dengan 21 jenis yang bernilai ekonomis. [28]
dikembangkan secara baik. Untuk itu makalah ini (Gambar 1, 2, 3, 4).
bermaksud untuk mendiskripsikan ke- Terumbu karang merupakan ekosistem yang
anekaragaman hayati di kawasan pantai Kota khas terdapat di daerah tropis seperti di pulau
Ambon dan konsekwensinya untuk Ambon. Ekosistem ini mempunyai produktivitas
pengembangan pariwista pesisir. organik yang sangat tinggi. Demikian pula dengan
keanekaragaman biota yang ada didalamnya.
Keanekaragaman Hayati Pulau Ambon Komponen biota tersebut meliputi hewan karang
Daratan pesisir Kota Ambon sendiri, berada batu (stony coral), hewan yang tergolong ractinia
‰ ‰}•]•] íîô£ìì[ðî_ dt128°íò[ìð_ d v yang kerangnya terbuat dari bahan kapur.
ï£ïï[ðó_ >^ t ï£ðï[ñì_ >^ ] • u v viµvP > ]Z]šµ Disamping itu adanya berbagai jenis biota lainnya
v ‰}•]•] íîô£ìð[ñò_ d t íîô£íó[ïì_ d v yang hidupnya mempunyai kaitan erat dengan
ï£ïô[ïî_ >^ t ï£ðó[ìò_ >^ ] • u v viµvP karang batu ini, seperti misalnya ikan, plankton,
Leitimur, dengan luas seluruhnya 359,45 km2. alga, lamun, moluska dan yang lainnya.
(BPS 2002). Memiliki pesisir pantai, dan kelautan Kesemuanya terjalin dalam hubungan fungsional
dengan keanekaragaman hayati yang khas yang harmonis dalam satu ekosistem terumbu
berpeluang dijadikan sebagai objek wisata, karang.
terutama wisata bahari termasuk potensi wisata
bawah laut. Dengan memiliki 5 (lima) wilayah
ekologis yaitu; (1).Teluk Ambon Dalam (TAD);
(2).Teluk Ambon Luar (TAL); (3).Teluk Baguala
(TB); (4). Pesisir Selatan Kota Ambon (PSKA); dan
(5). Pulau Tujuh (Lucipara). Dari Ke 5 (lima)
wilayah ekologis ini, masing-masing memiliki
karakteristik potensi keanekaragam hayati yang
beragam.

Gambar 2. Marine Cnidaria

Selain keanekaragaman terumbu karang


yang di jumpai di pantai-pantai di kota Ambon,
juga ditemukan adanya berbagai jenis Spong
(sponge). Spoge ini sendiri telah diteliti karena
banyak menghasilkan bahan aktif yang potensial
untuk dikembangkan menjadi berbagai jenis
obat-obatan.
Gambar 1. Terumbu karang Pada bagian Selatan dari Kota Ambon
khususnya di semenanjung Leatimur terdapat
Kota Ambon memiliki latar belakang wilayah beberapa pantai seperti; (a). Pantai Hukurila,
laut yang luas dengan total luasnya adalah pantai (b). Namalatu, (c). Pantai naku, (d). Pintu
658.294,69 Km2, dengan panjang garis pantainya Kota, (e). Lelisa, (f). Pantai kilang, dan (g). Pantai

[22] J.Ind. Tour. Dev. Std., Vol.1, No.1, Januari, 2013


Kenanekaragaman Hayati di Kawasan Pantai Ambon (Sihasale, Daniel Anthoni)

Santai. merupakan sebagaian kecil dari pantai- Pariwisata Berbasis Masyarakat


pantai yang berada di Pulau Ambon yang Masyarakat Kota Ambon, khususnya
memiliki karakteristik dan potensi yang besar masyarakat pesisir yang berada pada lokasi
dalam menarik wisatawan untuk melakukan obyek-obyek wisata pantai, belum seluruhnya
kegiatan berenang, menyelam, memancing dan diikutsertakan dalam pengelolaan dan
piknik bersama keluarga. Obyek wisata pantai ini pembangunan kepariwisataan. Obyek-obyek
turut memberikan peluang terbukanya lapangan wisata pantai di Kota Ambon, baik yang dikelola
kerja baru bagi masyarakat lokal. (Gambar.5) oleh pemerintah maupun yang belum, secara
tidak langsung telah memberikan dampak yang
luas kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat di
sekitar lokasi obyek, hal ini terlihat dengan
adanya masyarakat yang melakukan aktifitas
berjualan atau menjajakan segala bentuk
Gambar 3. Sponge makanan dan menyewakan perlengkapan
kebutuhan akan wisata. Usaha masyarakat ini
terpaksa mereka lakukan oleh karena adanya
tuntutan pemenuhan kebutuhan ekonomi
keluarga. Disamping itu usaha tersebut juga
terpaksa mereka lakukan karena mereka
merasakan bahwa areal pantai yang memiliki
potensi untuk pengembangan wisata tersebut
adalah merupakan hak ulayat (lahan) milik
mereka.
Berdasarkan pengamatan di lapangan
ternyata banyak terjadi permasalahan dan
keluhan baik dari wisatawan, investor maupun
pemerintah sebagai fasilitator. Indeks
permasalahan menunjukkan bahwa pengelolaan
Gambar 4. Marine vertebrates and invertebrates pantai-pantai di Kota Ambon yang dilakukan
masyarakat masih sangat lemah dan perlu
Potensi keanekaragaman hayati kawasan pembenahan. Salah satu contoh kasus yaitu
pantai tersebut secara menyeluruh menyebar di obyek wisata Pintu Kota, keberadaan potensi
5 (tiga) kecamatan di Kota Ambon, seperti; alam pantainya cukup menarik sehingga banyak
1).Kecamatan Nusaniwe, Kecamatan Sirimau, 3) wisatawan yang datang kesana. Obyek wisata ini
Kecamatan Teluk Ambon, 4). Kecamatan Teluk pengelolaannya dilakukan oleh masyarakat
Ambon Baguala, dan 5). Kecamatan Leitimur setempat, secara swadaya oleh unit-unit dari
Selatan. Untuk wilayah desa Hutumuri, Rutong, sektor di Jemaat GPM (Gereja Protestan Maluku)
dan Hukurila memiliki kekayaan keanekaragaman Bethesda Air Louw. Pembangunan akan shelter-
hayati kawasan pantai sangat berpotensi untuk shelter buat pengunjung dilakukan sendiri tanpa
dikembangkan sebagai obyek wisata pesisir. adanya bantuan dari pemerintah daerah.
Pengelolaan seperti ini tanpa pengelolaan yang
lebih baik, dikhawatirkan ada sebagian
masyarakat yang memanfaatkan potensi ini
sebagai lahan untuk mencari keuntungan pribadi.
Misalnya adanya kemungkinan pungutan liar
(pungli) menyangkut distribusi masuk, distribusi
parkiran kenderaan, distribusi pengunaan
fasilitas tempat duduk serta bentuk pungutan liar
lainnya.
Pengelolaan pariwisata khususnya obyek
wisata pantai di daerah ini masih jauh tertinggal
dengan daerah lain di Indonesia. Sektor
Gambar 5. Peta lokasi obyek wisata pantai di pariwisata belum mampu memberikan dampak
kota Ambon yang signifikan terhadap denyut nadi
perekonomian masyarakat disekitar lokasi obyek

J.Ind. Tour. Dev. Std., Vol.1, No.1, Januari, 2013 [23]


Kenanekaragaman Hayati di Kawasan Pantai Ambon (Sihasale, Daniel Anthoni)

dan hal ini berakibat masih adanya masyarakat menunjang segala aspirasi masyarakat,
yang miskin. Berdasarkan data Badan Pusat (2).Adanya keberlanjutan lingkungan fisik yang
Statistik (BPS), keluarga miskin di Ambon saat ini ada di masyarakat, caranya melalui konservasi,
berjumlah 15.100 kepala keluarga (kk). Hal ini (3).Adanya keberlanjutan ekonomi melalui
disebabkan karena terbatasnya lapangan pemerataan dan keadilan dalam menikmati hasil-
pekerjaan, kurangnya kemauan untuk berusaha, hasil pembangunan, (4). Menjaga kepuasan
migrasi dan urbanisasi, serta penyandang wisatawan melalui pelayanan yang baik [26].
masalah kesejahteraan sosial.
Dengan demikian alternatif pemecahan Prespektif Sumberdaya Berkelanjutan
masalahnya adalah perlu adanya pembangunan Pengembangan pariwisata di Kota Ambon
pariwisata berbasis masyarakat. Pembangunan harus dapat memanfaatkan potensi perairan laut
pariwisata berbasis masyarakat itu adalah dan teluk yang ada. Kawasan Pariwisata yang
merupakan konsep pariwisata alternatif sebagai direncanakan haruslah mengarah kepada
antisipasi terhadap pariwisata konvensional pengembangan jenis wisata bahari, yang
(Mass Tourism). Pariwisata alternatif mempunyai memanfaatkan potensi pantai di Kota Ambon.
pengertian ganda, disatu sisi dianggap sebagai Kawasan yang diarahkan pengembangannya
salah satu bentuk kepariwisataan yang sekarang ini adalah pada diwilayah Kecamatan
ditimbulkan sebagai reaksi terhadap dampak- Nusaniwe (Desa Latuhalat, Desa Amahusu),
dampak negatif dari pengembangan dan Kecamatan Sirimau (Desa Hukurila, Soya),
perkembangan pariwisata konvensional Kecamatan Teluk Ambon Baguala (Desa Passo,
(Kodyat.1997). Pariwisata kerakyatan itu sendiri Rumah Tiga, Lateri, Negeri Lama, dan Laha).
pelaku utamanya adalah rakyat, dengan modal, Kawasan-kawasan ini diharapkan menjadi
kesederhanaan, dan keunikan kehidupan kawasan wisata terpadu dengan dukungan
keseharian serta adat budaya, dimana rakyat sarana dan prasarana seprti hotel, cottage resort,
akan mendapat nilai tambah (value abded) dalam dermaga, dan sarana lain untuk pengembangan
kehidupan ekonominya [14]. kegiatan Pariwisata.
Pariwisata haruslah menekankan kepada 3 Pengembangan kegiatan pariwisata pada ke
(tiga) hal, yakini: 1). Terpeliharanya mutu dan tiga kecamatan ini perlu diarahkan kepada
kelanjutan sumberdaya alam dan bagaimana mengoptimalkan pemberdayaan
budaya/keseimbangan, 2). Meningkatkan ke- potensi pembangunan wilayah pesisir lautan,
sejahteraan masyarakat lokal,3). Serta yaitu dengan melihat kepada: (1).sumberdaya
terwujudnya kepuasan wisatawan. Natori(2001). dapat pulih, (2). sumberdaya tak dapat pulih, dan
Sedangkan dalam pengoperasian pengelolaan (3).jasa-jasa lingkungan.
manajemen komunitas, mengacu kepada tiga Sumberdaya dapat pulih tersebut antara
alasan mendasar, yaitu: 1). Local Variety, lain seperti hutan mangrove, terumbu karang,
maksudnya variasi kehidupan masyarakat lokal padang lamun dan rumput laut, sumberdaya
atau kehidupan yang berbeda menuntut system perikanan laut, serta bahan-bahan radioaktif.
pengelolaan yang berbeda, tidak dapat diberikan Sumberdaya tak dapat pulih meliputi seluruh
perlakuan sama dan masyarakat lokal yang paling mineral dan geologi, sedangkan yang dimaksud
akrab dengan situasinya, 2). Local Resource, dengan jasa-jasa lingkungan meliputi fungsi
artinya sumberdaya secara tradisional dikuasai kawasan pesisir dan lautan sebagai tempat
dan dikelola oleh masyarakat setempat, 3). Local rekreasi dan pariwisata, media transportasi dan
Accountabillity, (tanggung jawab lokal), yaitu komunikasi, sumber energi, sarana pendidikan
pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat dan penelitian, pertahanan dan keamanan,
setempat biasanya lebih bertanggung jawab penampung limbah, pengatur iklim, kawasan
karena kegiatan yang dilakukan secara langsung perlindungan, dan sistem penunjang kehidupan
akan mempengaruhi hidup mereka. (Korten. serta fungsi ekologis lainnya.
1986). Pembangunan pariwisata di wilayah pesisir
Tolak ukur pembangunan pariwisata Kota Ambon secara ideal perlu diarahkan kepada
berbasis kerakyatan adalah terciptanya bagaimana dapat menciptakan saling keterkaitan
hubungan yang harmonis antara masyarakat dan saling menjaga secara harmonis antara
lokal, sumberdaya alam/budaya, dan wisatawan. unsur-unsur lingkungan fisik, sosial dan ekonomi.
Hal ini dapat dilihat dari: (1).Adanya peningkatan Sehinga diharapkan kegiatan ini dapat
antusiasme pembangunan masyarakat melalui meningkatkan pendapatan daerah, memperluas
pembentukan suatu wadah organisasi untuk lapangan kerja, mendorong pengembangan jenis

[24] J.Ind. Tour. Dev. Std., Vol.1, No.1, Januari, 2013


Kenanekaragaman Hayati di Kawasan Pantai Ambon (Sihasale, Daniel Anthoni)

usaha baru, serta diharapkan mampu Diskusi


meningkatkan kesadaran masyarakat tentang Potensi wisata Pesisir di Kota Ambon
konservasi sumberdaya alam. menyangkut keanekaragaman hayati kawasan
Pembangunan pariwisata di Kota Ambon pesisir, cukup memberikan nilai dan yang
haruslah diarahkan kepada bagaimana spektakuler, sehingga tak heran bila banyak
membangun pariwisata yang berkelanjutan. wisatawan mancanegara maupun wisatawan
Pariwisata berkelanjutan disini diartikan sebagai nusantara mau beramai-ramai datang ke kota ini.
proses pembangunan pariwisata yang Namun potensi yang di miliki tersebut, belum
berorientasi kepada kelestarian sumberdaya sepenuhnya menjadi keunggulan kompetitif
yang dibutuhkan untuk pembangunan pada masa (Competitive Advantage) bagi pemerintah
mendatang, pengertian pembangunan pariwisata daerah, dan belum dapat memberikan kontribusi
Œl o viµš v ]v] ‰µo ] Œš]l v _&}Œu }( š}µŒ]•u besar pada industri pariwisata dan perekonomian
that are consistent with natural, social, and daerah. Oleh karena itu agar pariwisata pesisir
community values and which allow both hosts benar-benar menjadi salah satu penopang
and guests to enjoy positive and worthwhile perekonomian daerah secara berkelanjutan (An
]vš Œ š]}v v •Z Œ Ɖ Œ] v •_ [15]. Economicall Sustainable Area/Ecosystem), maka
Penekanan pembangunan pariwisata pariwisata pesisir yang ada di Kota Ambon
berkelanjutan itu sendiri tidak hanya pada dengan segala bentuk keanekaragaman
ekologi dan ekonomi, tetapi juga keberlanjutan hayatinya harus di bangun dengan strategi yang
kebudayaan karena kebudayaan juga merupakan terencana dan bervisi jangka panjang.
sumberdaya penting dalam pembangunan Pengalaman membuktikan bahwa
kepariwisataan [35]. Konsep pembangunan pengelolaan atau pemanfaatan kawasan pesisir
berkelanjutan itu kemudian oleh Burns dan secara sektoral tidaklah efektif ([12]; [3]; [7]; Kay
Holden (1997) diadaptasikan untuk bidang and Alder 1999). Pembangunan harus mengarah
pariwisata sebagai sebuah model yang kepada pengelolaan wilayah pesisir secara
mengintegrasikan lingkungan fisik (place), terpadu dinyatakan sebagai proses pemanfaatan
lingkungan budaya (host community), dan sumberdaya pesisir dan lautan serta ruang
wisatawan (visitors) [3]. dengan mengindahkan aspek konservasi dan
Pada sisi lain masyarakat diarahkan untuk keberlanjutannya. ([7]; Kay and Alder 1999).
sepatutnya memiliki kepedulian sadar wisata dan Dalam hal ini pembangunan berkelanjutan
menciptakan sapta pesona (keamanan, merupakan suatu paradigma pemanfaatan
ketertiban, kebersihan, kesejukan, keindahan, sumberdaya alam yang dapat dijadikan konsep
keramahtamahan dan kenangan) [11] dalam dasar pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir
upaya menciptakan kepariwisataan yang di Kota Ambon. Pembangunan berkelanjutan itu
berkelanjutan (sustainable tourism). sendiri, didefinisikan sebagai [6] "Pembangunan
Pembangunan pariwisata hendaknya dilihat yang dapat memenuhi kebutuhan generasi
sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan sekarang tanpa mengorbankan generasi yang
fenomena dan relasi yang timbul akibat interaksi akan datang untuk dapat memenuhi
antara wisatawan, pengusaha, pemerintah, dan kebutuhannya."Pada tingkat yang minimum,
masyarakat dalam proses penciptaan daya tarik pembangunan berkelanjutan tidak boleh
dan upaya menjamu wisatawan yang datang [25]. membahayakan sistem alam yang mendukung
Untuk itu diperlukan strategi yang tepat di semua kehidupan di muka bumi. Konsep
berbagai tingkatan, meliputi kebijakan, pembangunan berkelanjutan banyak didasari
perencanaan, penganggaran, dan oleh adanya suatu fakta bahwa penggunaan
operasionalisasi untuk dapat mengembangkan keanekaragaman hayati pada faktanya
dan mengelola secara baik potensi cenderung mengarah kepada perilaku eksploitasi.
kepariwisataan. Untuk mencapai kearah Perlunya dibangun kesadaran masyarakat
tersebut, maka pariwisata harus mampu akan pentingnya keanekaragaman hayati sebagi
diarahkan kepada perbaikan manajemen dan sumber daya alam, fungsinya dalam proses-
daya tarik wisata dengan memanfaatkan tempat, proses ekologis dan peranannya dalam hal sosial
potensi wisata, objek wisata dengan cara dan budaya mendorong terciptanya strategi
mengatur, membina dan memelihara objek serta konservasi. Terutama, untuk menjamin
wisatawan dengan organisasi pengelola yang ada persediaan sumber daya hayati dalam konsep
melalui perencanaan yang matang sesuai tujuan pembangunan berkelanjutan [20]. Pengelolaan
dan sasaran [16]. wilayah pesisir harus secara terpadu PWPT

J.Ind. Tour. Dev. Std., Vol.1, No.1, Januari, 2013 [25]


Kenanekaragaman Hayati di Kawasan Pantai Ambon (Sihasale, Daniel Anthoni)

(Integrated Coastal zone Management - ICM) [14] Dhyana, Tri Arya. (2004). Pemulihan
adalah pendekatan yang layak untuk mengelola Ekonomi Bali Melalui Penerapan Pariwisata
masalah yang ada di wilayah pesisir [9]. Kerakyatan Sebagai Perwujudan Ekonomi
Kerakyatan. Analisis Pariwisata No.1 Vol.6,
DAFTAR PUSTAKA Hal 7-10.
[1] Anker HT, Nellemann V, Sverdrup-Jensen S [15] Eadington and Smith. (1992). The
(2004). Coastal zone management in Emergence of Alternative Form of Tourism.
Denmark: ways and means for further Dalam Valene Smith and WR. Eadington
integration. Ocean and Coastal (ed). Tourism Altenative : Potencial and
Management 47: 495-513. Problem in the Tourism Development.
[2] Badan Pusat Statistik, (2010). Berita Resmi Philadelphia.
Statistik. Perkembangan Pariwisata Dan [16] Fandeli, Chafid. (1995). Dasar-Dasar
Trasportasi Nasional, Mei 2010. No. Manajemen Kepariwisaaan
41/07/Th. XIII, 1 Juli 2010. Alam.Yogjakarta: Liberty Offset.
[3] Burns, P. and Holden, A. (1997). Tourism : A [17] Frank. L. Cooley (1987) Mimbar dan Tahta.
New Perspective, Prestice Hall International Pustaka Sinar Hrapan. Jakarta.
(UK) Limited, Hemel Hempstead. [18] GESAMP and IMO/FAO/UNESCO-
[4] Bawa, I Wayan. (1999). Orasi Ilmiah Wisuda IOC/WMO/WHO/IAEA/UN/UNEP (1996).
Akademi Pariwisata Mataram. Mataram : The Contribution of Science to Integrated
AKPAR. Coastal Management, FOOD AND
[5] Badan Penanaman Modal Daerah Propinsi AGRICULTURE ORGANIZATION OF THE
Maluku (2007). Gambaran Umum Maluku. UNITED NATIONS, Rome.
2007, dalam http://www.bkpmd- [19] Gerakis A, Kalburtji K (1998). Agricultural
maluku.com, diakses 19 Januari 2011. activities affecting the functions and values
[6] Costanza, R. (Ed.) (1991) Ecological of Ramsar wetland sites of Greece. Agric.
Economics: The Science and Management Ecosys. Environ. 70: 119-128.
of Sustainability, Columbia University Press, [20] Hakim. L. (2004). Dasar-Dasar Ekowisata.
New York. Malang: Bayu Media Publishing.
[7] Cicin-Sain and R.W. Knecht.(1998). [21] / ' W]š v U ^KÀ ŒÀ] Á W u vPµv v
Integrated Coastal and Marine Pariwisata di Indonesia: Past, Present, and
Management. Island Pres. Washington DC. &µšµŒ _U ]• u‰ ]l v ‰ • Œ] o ]•lµ•]
[8] Chopra R, Verma VK, Sharma PK (2001). RPJMN 2010 t 2014 bidang Pariwisata,
Mapping, monitoring and conservation of Bappenas 4 Juni 2008.
Harike wetland ecosystem, Punjab, India, [22] Jensen JR, Rutchey K, Koch MS, Narumalani
through remote sensing. Int. J. Remote S (1995). Inland wetland change detection
Sensing 1: 89-98. in the Everglades water conservation area
[9] Delaware (1999) University of Delaware, using a time series of normalized remotely
NOAA's National Ocean Service, sensed data. Photogrammetric Engineering
Intergovernmental Oceanographic and Remote Sensing 61: 199-209.
Commission, The World Bank, pp. 50. [23] Ketut Wikantika.(2008). Melestarikan
[10] Dellepiane S, De Laurentiis R, Giordano F Keanekaragaman Hayati Indonesia Dengan
(2004). Coastline extraction from SAR Teknologi Penginderaan Jauh. 2008, dalam
images and a method for the evaluation of http://www.bps.kemala.com, diakses 19
coastline precision. Pattern Recognition Januari 2011.
Letter 25: 1461-1470. [24] Korten David C. (1986). Community
[11] Damardjati, R.S. (1987). Istilah- Istilah Dunia Management Asian Experience And
Pariwisata. Jakarta : Pradnya Paramita. Perspective. Connecticut. Kumarian Press.
[12] Dahuri, R. (1999). Pengelolaan Wilayah [25] McIntosh, Robert W. and Charles R.
Pesisir dalam Kontek Pengembangan Kota Goeldner. (1986). Tourism, Principles,
Pantai dan Kawasan Pantai Secara Practices, Philosophies. New York: John
Berkelanjutan. Makalah di sampaikan dalam Wiley & Sons, Inc.
Seminar Nasional Kemaritiman, Jakarta. [26] Natori, Masahito. (2001). A Gudebook For
[13] Dahuri, R. (2000). Pendayagunaan Tourism Based Community Development.
Sumberdaya Kelautan untuk Kesejahteraan Aptec Osaka-Japan.
Rakyat. LISPI dan DKP. Jakarta.

[26] J.Ind. Tour. Dev. Std., Vol.1, No.1, Januari, 2013


Kenanekaragaman Hayati di Kawasan Pantai Ambon (Sihasale, Daniel Anthoni)

[27] Ringrose S, Matheson W, Boyle T (1988). [33] Titah Siwalima.(2010). 8.172 Wisatawan
Differentiation of ecological zones in the Asing Kunjungi Maluku dalam
Okavango Delta, Bostwana, by classification http://titahsiwalima.com/?p=1615.
and contextual analyses of Landsat MSS [34] Vitousel PM, Mooney HA (1997). Estimates
data. Photogrammetric Engineering and of coastal populations. Sci. 278: 211-1212.
Remote Sensing 54: 601-608. [35] Wall, G. (1993). Towards a Tourism
[28] Rifai., Mien. A, (I990); Biodiversity Flora Typology. Dalam JG. Nelson, R. Buttler and
Hutan Tropis di Dalam Wallacea Area. G. Wall (ed) Tourism and Sustainable
Kumpulan Makalah Lokakarya Nasional Development: Monitoring, Planning,
Pengembangan Riset Pelestarian dan managing. Waterloo Dept. of Gegraphy
Pemanfaatan Sumberdaya Alam. Univ. Waterloo. 23.
[29] Suwantoro, Gamal. (2004). Dasar-Dasar [36] Wang Z, Zhang B, Zhang S, Li X, Liu D, Song
Pariwisata. Yogyakarta : Penerbit Andi. K, Li J, Li F, Duan H (2006). Changes of land
[30] Soegiarto dkk. (1978); Rumput Laut (Algae): use and of ecosystem service values in
Manfaat, Potensi dan Usaha Budidayanya. Sanjiang Plain, Northeast China.
Lembaga Osceanologi Nasiona LIPI. Environmental Monitoring and Assessment
[31] Sherman, P. and J. Dixon, (1991), The 112: 69-91.
economics of nature tourism : Determining [37] W. Pattinama dan M. Pattipelohy. Upacara
if it pays. In Nature Tourism : Managing for Sasi Ikan Lompa di Negeri Haruku.
the Environment, T. Whelan (ed.), Island Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata
Press, Washington, DC. Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional.
[32] Sekolah Pasca Sarjana IPB, Strategi Ambon 2003.
Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Dan [38] Yoeti, Oka. 1997. Ekowisata : Pariwisata
Lautan, Makalah Kelompok 7 Semenster Berwawasan Lingkungan Hidup. Jakarta:
Ganjil 2004 Falsafah Sains (PPS-702) P.Pertja.
Program Pasca Sarjana S3, November 2004,
hal. 3

J.Ind. Tour. Dev. Std., Vol.1, No.1, Januari, 2013 [27]

Anda mungkin juga menyukai