Abstrak
Sebagai suatu daerah yang berada di wilayah Indonesia bagian timur, Pulau Ambon memiliki potensi alam
yang banyak menawarkan keanekaragaman daya tarik wisata. Dengan kondisi biogeofisik, sosial budaya
masyarakat dapat dijadikan sebagai potensi bagi pengembangan pariwisata. Sebagai ibukota propinsi, kota
Ambon memiliki pantai dan kelautan dengan keanekaragaman hayati yang khas, sehingga mempunyai
peluang untuk dapat dijadikan sebagai objek wisata bahari termasuk potensi wisata bawah laut, dengan hal
tersebut maka propinsi Ambon ]l v o vP v • µš v ^The Spice Island Exotic Marine Paradise_X
Keberadaan akan potensi wilayah pesisir laut tersebut dewasa ini belum sepenuhnya dikelola dan di
kembangkan dengan baik untuk pengembangan pariwisata, hal ini dikarenakan minimnya pemahaman akan
bagaimana cara mengelola dan mengembangkan potensi keanekaragaman hayati tersebut dengan baik.
dengan negara lain. Pada komponen aturan dari jumlah wisatawan yang tercatat pada akhir
perundangan, Indonesia menempati posisi 108 Mei 2010 yang hanya 3.036 orang. Menurut
dengan skor 3.78. Sedangkan untuk komponen keterangan Kepala Dinas Kebudayaan dan
infrastruktur dan iklim investasi pariwisata, Pariwisata (Disbudpar) Maluku, jumlah tersebut
Indonesia berada pada peringkat 86 dengan skor mengalami peningkatan sebanyak 200%.
3.16. Sementara pada komponen Sumberdaya Sementara wisatawan nusantara yang
manusia, budaya dan alam, pariwisata Indonesia sebelumnya hanya 6.495 orang meningkat tajam
berada pada posisi 53 dengan skor 4.17. Secara hingga 20.936 orang. Sedangkan data wisatawan
keseluruhan daya saing pariwisata Indonesia dari berbagai kabupaten di Maluku yang datang
menempati urutan ke 80 dari 130 negara. ke Ambon saat Sail Banda berjumlah 17.133
Posisi indeks daya saing pariwisata orang. Naiknya angka kunjungan wisatawan
Indonesia jauh tertinggal dibandingkan dengan mancanegara hingga mencapai 8.000 itu melebihi
negara tetangga seperti Singapura, Malaysia dan jumlah yang ditargetkan oleh Disbudpar Maluku,
Thailand. Indeks daya pariwisata Singapura apalagi terjadi hanya dalam waktu tiga bulan
menempati peringkat 16 dengan skor 5.06, (BPMD Propinsi Maluku).
disusul kemudian Malaysia pada peringkat 32 Sebagi Propinsi yang pernah dilanda konflik
dengan skor 5.06, kemudian Thailand pada posisi horizontal terbesar, pada 19 Januari 1999, turut
42 dengan skor 4.37. Sementara negara-negara memunculkan berbagai pengaruh negatif dalam
ASEAN dengan indeks daya saing pariwisata di kehidupan sosial ekonomi masyarakat Maluku
bawah Indonesia terdapat Philipina, Vietnam, dan menambah beban pemerintah daerah dalam
dan Kamboja masing -masing pada peringkat pelaksanaan pembangunan. Sebagai daerah yang
81,96, dan 112 [2]. selama ini terkenal dalam bidang pariwisata,
Data Badan Pusat Statistik secara ternyata ikut mengalami keterpurukan akibat
keseluruhan menunjukan bahwa jumlah gejolak sosial yang berkepanjangan tersebut.
wisatawan mancanegara (wisman) yang Hilangnya rasa aman dan nyaman akibat
berkunjung ke Indonesia pada Mei 2010 kerusuhan di daerah ini, memaksa daerah ini
mencapai 600.031 orang, mengalami kenaikan dihindari sejenak oleh para wisatawan, baik
sebesar 15,01% dibanding bulan yang sama domestik maupun mancanegara. Salah satu
tahun sebelumnya. Demikian pula jika dibanding obyek yang langsung terkena dampak kerusuhan
April 2010, jumlah wisman Mei 2010 mengalami tersebut adalah obyek wisata pantai.
kenaikan sebesar 7,94%. Secara kumulatif, Kondisi keberadaan obyek-obyek wisata
selama Januari-Mei 2010, jumlah wisman yang pesisir tersebut selama konflik sosial di Maluku
berkunjung ke Indonesia mencapai 2.767.122 sangat memprihatinkan banyak yang terabaikan
orang, yang berarti meningkat 14,59% dibanding bahkan tidak terurus, sehingga banyak yang
jumlah wisman pada periode yang sama tahun mengalami kerusakan. Potensi akan
2009 [2]. keanekaragaman hayati di kawasan pesisir yang
Propinsi Maluku Sebagai suatu daerah yang tadinya merupakan andalan dalam menunjang
berada di wilayah Indonesia Bagian Timur, pengembangan obyek wisata pesisir tidak lagi
dengan Ambon sebagai ibukotanya memiliki menjadi sesuatu yang memiliki nilai eksotik.
potensi alam yang banyak menawarkan Sementara dulu (sebelum konflik sosial) obyek-
keanekaragaman daya tarik wisata, baik bersifat obyek wisata pesisir tersebut adalah merupakan
alam (bahari, pantai, air terjun/pemandian, obyek-obyek wisata yang menarik bagi
hutan termasuk flora dan fauna) maupun budaya wisatawan mancanegara dan wisatawan
yang dapat dikembangkan menjadi tujuan nusantara.
pariwisata yang layak diperhitungkan untuk Setelah berakhirnya konflik sosial,
dikunjungi. pemerintah daerah kembali berupaya
membangun dan merenovasi sarana dan
Pariwisata di Ambon prasarana obyek-obyek wisata pesisir tersebut.
Berdasarkan data dari kantor Imigrasi Usaha mengembalikan citra Kota Ambon sebagai
Ambon, Polsek dan pusat informasi Disbudpar kota wisata bahari terus digalakan kembali demi
Maluku di Bandara Internasional Pattimura, juga menarik wisatawan mancanegara dan wisatawan
hotel dan penginapan di Kota Ambon, hingga nusantara.
Agustus 2010 tercatat ada 8.172 wisatawan Berdasarkan angka-angka yang di peroleh di
mancanegara yang mengunjungi Maluku. Jumlah atas menunjukan bahwa pembangunan
ini mengalami peningkatan sebanyak 5.136 orang pariwisata di Kota Ambon dari tahun ke tahun
mengalami perkembangan yang pesat, namun 8.2872 Km. Sedangkan luas wilayah kelola laut
apabila disimak dari sisi perencanaan, (12 mil) adalah sebesar 152.570 Km2, dengan
pelaksanaan pembangunan dan pengembangan- kondisi dominan wilayahnya adalah perairan
nya masih terkesan jauh dari apa yang (92,4%), dengan potensi sumberdaya perikanan
diharapakan. Pembangunan pariwisata belum terdiri dari Ikan Pelagis, Demersal dan Biota laut
secara menyeluruh menyentuh kepada lainnya yang bernilai ekonomis tinggi. Pada
kebutuhan masyarakat akan pariwisata. Potensi wilayah Maluku juga terdapat 969 jenis kerang-
keanekaragaman hayati kawasan pesisir, sebagai kerangan yaitu 665 jenis siput dengan 13 jenis
bagian penting dari suatu proses pembangunan yang bernilai ekonomis dan 274 jenis kerang
obyek wisata pantai belum seluruhnya diolah dan dengan 21 jenis yang bernilai ekonomis. [28]
dikembangkan secara baik. Untuk itu makalah ini (Gambar 1, 2, 3, 4).
bermaksud untuk mendiskripsikan ke- Terumbu karang merupakan ekosistem yang
anekaragaman hayati di kawasan pantai Kota khas terdapat di daerah tropis seperti di pulau
Ambon dan konsekwensinya untuk Ambon. Ekosistem ini mempunyai produktivitas
pengembangan pariwista pesisir. organik yang sangat tinggi. Demikian pula dengan
keanekaragaman biota yang ada didalamnya.
Keanekaragaman Hayati Pulau Ambon Komponen biota tersebut meliputi hewan karang
Daratan pesisir Kota Ambon sendiri, berada batu (stony coral), hewan yang tergolong ractinia
‰ ‰}•]•] íîô£ìì[ðî_ dt128°íò[ìð_ d v yang kerangnya terbuat dari bahan kapur.
ï£ïï[ðó_ >^ t ï£ðï[ñì_ >^ ] • u v viµvP > ]Z]šµ Disamping itu adanya berbagai jenis biota lainnya
v ‰}•]•] íîô£ìð[ñò_ d t íîô£íó[ïì_ d v yang hidupnya mempunyai kaitan erat dengan
ï£ïô[ïî_ >^ t ï£ðó[ìò_ >^ ] • u v viµvP karang batu ini, seperti misalnya ikan, plankton,
Leitimur, dengan luas seluruhnya 359,45 km2. alga, lamun, moluska dan yang lainnya.
(BPS 2002). Memiliki pesisir pantai, dan kelautan Kesemuanya terjalin dalam hubungan fungsional
dengan keanekaragaman hayati yang khas yang harmonis dalam satu ekosistem terumbu
berpeluang dijadikan sebagai objek wisata, karang.
terutama wisata bahari termasuk potensi wisata
bawah laut. Dengan memiliki 5 (lima) wilayah
ekologis yaitu; (1).Teluk Ambon Dalam (TAD);
(2).Teluk Ambon Luar (TAL); (3).Teluk Baguala
(TB); (4). Pesisir Selatan Kota Ambon (PSKA); dan
(5). Pulau Tujuh (Lucipara). Dari Ke 5 (lima)
wilayah ekologis ini, masing-masing memiliki
karakteristik potensi keanekaragam hayati yang
beragam.
dan hal ini berakibat masih adanya masyarakat menunjang segala aspirasi masyarakat,
yang miskin. Berdasarkan data Badan Pusat (2).Adanya keberlanjutan lingkungan fisik yang
Statistik (BPS), keluarga miskin di Ambon saat ini ada di masyarakat, caranya melalui konservasi,
berjumlah 15.100 kepala keluarga (kk). Hal ini (3).Adanya keberlanjutan ekonomi melalui
disebabkan karena terbatasnya lapangan pemerataan dan keadilan dalam menikmati hasil-
pekerjaan, kurangnya kemauan untuk berusaha, hasil pembangunan, (4). Menjaga kepuasan
migrasi dan urbanisasi, serta penyandang wisatawan melalui pelayanan yang baik [26].
masalah kesejahteraan sosial.
Dengan demikian alternatif pemecahan Prespektif Sumberdaya Berkelanjutan
masalahnya adalah perlu adanya pembangunan Pengembangan pariwisata di Kota Ambon
pariwisata berbasis masyarakat. Pembangunan harus dapat memanfaatkan potensi perairan laut
pariwisata berbasis masyarakat itu adalah dan teluk yang ada. Kawasan Pariwisata yang
merupakan konsep pariwisata alternatif sebagai direncanakan haruslah mengarah kepada
antisipasi terhadap pariwisata konvensional pengembangan jenis wisata bahari, yang
(Mass Tourism). Pariwisata alternatif mempunyai memanfaatkan potensi pantai di Kota Ambon.
pengertian ganda, disatu sisi dianggap sebagai Kawasan yang diarahkan pengembangannya
salah satu bentuk kepariwisataan yang sekarang ini adalah pada diwilayah Kecamatan
ditimbulkan sebagai reaksi terhadap dampak- Nusaniwe (Desa Latuhalat, Desa Amahusu),
dampak negatif dari pengembangan dan Kecamatan Sirimau (Desa Hukurila, Soya),
perkembangan pariwisata konvensional Kecamatan Teluk Ambon Baguala (Desa Passo,
(Kodyat.1997). Pariwisata kerakyatan itu sendiri Rumah Tiga, Lateri, Negeri Lama, dan Laha).
pelaku utamanya adalah rakyat, dengan modal, Kawasan-kawasan ini diharapkan menjadi
kesederhanaan, dan keunikan kehidupan kawasan wisata terpadu dengan dukungan
keseharian serta adat budaya, dimana rakyat sarana dan prasarana seprti hotel, cottage resort,
akan mendapat nilai tambah (value abded) dalam dermaga, dan sarana lain untuk pengembangan
kehidupan ekonominya [14]. kegiatan Pariwisata.
Pariwisata haruslah menekankan kepada 3 Pengembangan kegiatan pariwisata pada ke
(tiga) hal, yakini: 1). Terpeliharanya mutu dan tiga kecamatan ini perlu diarahkan kepada
kelanjutan sumberdaya alam dan bagaimana mengoptimalkan pemberdayaan
budaya/keseimbangan, 2). Meningkatkan ke- potensi pembangunan wilayah pesisir lautan,
sejahteraan masyarakat lokal,3). Serta yaitu dengan melihat kepada: (1).sumberdaya
terwujudnya kepuasan wisatawan. Natori(2001). dapat pulih, (2). sumberdaya tak dapat pulih, dan
Sedangkan dalam pengoperasian pengelolaan (3).jasa-jasa lingkungan.
manajemen komunitas, mengacu kepada tiga Sumberdaya dapat pulih tersebut antara
alasan mendasar, yaitu: 1). Local Variety, lain seperti hutan mangrove, terumbu karang,
maksudnya variasi kehidupan masyarakat lokal padang lamun dan rumput laut, sumberdaya
atau kehidupan yang berbeda menuntut system perikanan laut, serta bahan-bahan radioaktif.
pengelolaan yang berbeda, tidak dapat diberikan Sumberdaya tak dapat pulih meliputi seluruh
perlakuan sama dan masyarakat lokal yang paling mineral dan geologi, sedangkan yang dimaksud
akrab dengan situasinya, 2). Local Resource, dengan jasa-jasa lingkungan meliputi fungsi
artinya sumberdaya secara tradisional dikuasai kawasan pesisir dan lautan sebagai tempat
dan dikelola oleh masyarakat setempat, 3). Local rekreasi dan pariwisata, media transportasi dan
Accountabillity, (tanggung jawab lokal), yaitu komunikasi, sumber energi, sarana pendidikan
pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat dan penelitian, pertahanan dan keamanan,
setempat biasanya lebih bertanggung jawab penampung limbah, pengatur iklim, kawasan
karena kegiatan yang dilakukan secara langsung perlindungan, dan sistem penunjang kehidupan
akan mempengaruhi hidup mereka. (Korten. serta fungsi ekologis lainnya.
1986). Pembangunan pariwisata di wilayah pesisir
Tolak ukur pembangunan pariwisata Kota Ambon secara ideal perlu diarahkan kepada
berbasis kerakyatan adalah terciptanya bagaimana dapat menciptakan saling keterkaitan
hubungan yang harmonis antara masyarakat dan saling menjaga secara harmonis antara
lokal, sumberdaya alam/budaya, dan wisatawan. unsur-unsur lingkungan fisik, sosial dan ekonomi.
Hal ini dapat dilihat dari: (1).Adanya peningkatan Sehinga diharapkan kegiatan ini dapat
antusiasme pembangunan masyarakat melalui meningkatkan pendapatan daerah, memperluas
pembentukan suatu wadah organisasi untuk lapangan kerja, mendorong pengembangan jenis
(Integrated Coastal zone Management - ICM) [14] Dhyana, Tri Arya. (2004). Pemulihan
adalah pendekatan yang layak untuk mengelola Ekonomi Bali Melalui Penerapan Pariwisata
masalah yang ada di wilayah pesisir [9]. Kerakyatan Sebagai Perwujudan Ekonomi
Kerakyatan. Analisis Pariwisata No.1 Vol.6,
DAFTAR PUSTAKA Hal 7-10.
[1] Anker HT, Nellemann V, Sverdrup-Jensen S [15] Eadington and Smith. (1992). The
(2004). Coastal zone management in Emergence of Alternative Form of Tourism.
Denmark: ways and means for further Dalam Valene Smith and WR. Eadington
integration. Ocean and Coastal (ed). Tourism Altenative : Potencial and
Management 47: 495-513. Problem in the Tourism Development.
[2] Badan Pusat Statistik, (2010). Berita Resmi Philadelphia.
Statistik. Perkembangan Pariwisata Dan [16] Fandeli, Chafid. (1995). Dasar-Dasar
Trasportasi Nasional, Mei 2010. No. Manajemen Kepariwisaaan
41/07/Th. XIII, 1 Juli 2010. Alam.Yogjakarta: Liberty Offset.
[3] Burns, P. and Holden, A. (1997). Tourism : A [17] Frank. L. Cooley (1987) Mimbar dan Tahta.
New Perspective, Prestice Hall International Pustaka Sinar Hrapan. Jakarta.
(UK) Limited, Hemel Hempstead. [18] GESAMP and IMO/FAO/UNESCO-
[4] Bawa, I Wayan. (1999). Orasi Ilmiah Wisuda IOC/WMO/WHO/IAEA/UN/UNEP (1996).
Akademi Pariwisata Mataram. Mataram : The Contribution of Science to Integrated
AKPAR. Coastal Management, FOOD AND
[5] Badan Penanaman Modal Daerah Propinsi AGRICULTURE ORGANIZATION OF THE
Maluku (2007). Gambaran Umum Maluku. UNITED NATIONS, Rome.
2007, dalam http://www.bkpmd- [19] Gerakis A, Kalburtji K (1998). Agricultural
maluku.com, diakses 19 Januari 2011. activities affecting the functions and values
[6] Costanza, R. (Ed.) (1991) Ecological of Ramsar wetland sites of Greece. Agric.
Economics: The Science and Management Ecosys. Environ. 70: 119-128.
of Sustainability, Columbia University Press, [20] Hakim. L. (2004). Dasar-Dasar Ekowisata.
New York. Malang: Bayu Media Publishing.
[7] Cicin-Sain and R.W. Knecht.(1998). [21] / ' W]š v U ^KÀ ŒÀ] Á W u vPµv v
Integrated Coastal and Marine Pariwisata di Indonesia: Past, Present, and
Management. Island Pres. Washington DC. &µšµŒ _U ]• u‰ ]l v ‰ • Œ] o ]•lµ•]
[8] Chopra R, Verma VK, Sharma PK (2001). RPJMN 2010 t 2014 bidang Pariwisata,
Mapping, monitoring and conservation of Bappenas 4 Juni 2008.
Harike wetland ecosystem, Punjab, India, [22] Jensen JR, Rutchey K, Koch MS, Narumalani
through remote sensing. Int. J. Remote S (1995). Inland wetland change detection
Sensing 1: 89-98. in the Everglades water conservation area
[9] Delaware (1999) University of Delaware, using a time series of normalized remotely
NOAA's National Ocean Service, sensed data. Photogrammetric Engineering
Intergovernmental Oceanographic and Remote Sensing 61: 199-209.
Commission, The World Bank, pp. 50. [23] Ketut Wikantika.(2008). Melestarikan
[10] Dellepiane S, De Laurentiis R, Giordano F Keanekaragaman Hayati Indonesia Dengan
(2004). Coastline extraction from SAR Teknologi Penginderaan Jauh. 2008, dalam
images and a method for the evaluation of http://www.bps.kemala.com, diakses 19
coastline precision. Pattern Recognition Januari 2011.
Letter 25: 1461-1470. [24] Korten David C. (1986). Community
[11] Damardjati, R.S. (1987). Istilah- Istilah Dunia Management Asian Experience And
Pariwisata. Jakarta : Pradnya Paramita. Perspective. Connecticut. Kumarian Press.
[12] Dahuri, R. (1999). Pengelolaan Wilayah [25] McIntosh, Robert W. and Charles R.
Pesisir dalam Kontek Pengembangan Kota Goeldner. (1986). Tourism, Principles,
Pantai dan Kawasan Pantai Secara Practices, Philosophies. New York: John
Berkelanjutan. Makalah di sampaikan dalam Wiley & Sons, Inc.
Seminar Nasional Kemaritiman, Jakarta. [26] Natori, Masahito. (2001). A Gudebook For
[13] Dahuri, R. (2000). Pendayagunaan Tourism Based Community Development.
Sumberdaya Kelautan untuk Kesejahteraan Aptec Osaka-Japan.
Rakyat. LISPI dan DKP. Jakarta.
[27] Ringrose S, Matheson W, Boyle T (1988). [33] Titah Siwalima.(2010). 8.172 Wisatawan
Differentiation of ecological zones in the Asing Kunjungi Maluku dalam
Okavango Delta, Bostwana, by classification http://titahsiwalima.com/?p=1615.
and contextual analyses of Landsat MSS [34] Vitousel PM, Mooney HA (1997). Estimates
data. Photogrammetric Engineering and of coastal populations. Sci. 278: 211-1212.
Remote Sensing 54: 601-608. [35] Wall, G. (1993). Towards a Tourism
[28] Rifai., Mien. A, (I990); Biodiversity Flora Typology. Dalam JG. Nelson, R. Buttler and
Hutan Tropis di Dalam Wallacea Area. G. Wall (ed) Tourism and Sustainable
Kumpulan Makalah Lokakarya Nasional Development: Monitoring, Planning,
Pengembangan Riset Pelestarian dan managing. Waterloo Dept. of Gegraphy
Pemanfaatan Sumberdaya Alam. Univ. Waterloo. 23.
[29] Suwantoro, Gamal. (2004). Dasar-Dasar [36] Wang Z, Zhang B, Zhang S, Li X, Liu D, Song
Pariwisata. Yogyakarta : Penerbit Andi. K, Li J, Li F, Duan H (2006). Changes of land
[30] Soegiarto dkk. (1978); Rumput Laut (Algae): use and of ecosystem service values in
Manfaat, Potensi dan Usaha Budidayanya. Sanjiang Plain, Northeast China.
Lembaga Osceanologi Nasiona LIPI. Environmental Monitoring and Assessment
[31] Sherman, P. and J. Dixon, (1991), The 112: 69-91.
economics of nature tourism : Determining [37] W. Pattinama dan M. Pattipelohy. Upacara
if it pays. In Nature Tourism : Managing for Sasi Ikan Lompa di Negeri Haruku.
the Environment, T. Whelan (ed.), Island Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata
Press, Washington, DC. Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional.
[32] Sekolah Pasca Sarjana IPB, Strategi Ambon 2003.
Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Dan [38] Yoeti, Oka. 1997. Ekowisata : Pariwisata
Lautan, Makalah Kelompok 7 Semenster Berwawasan Lingkungan Hidup. Jakarta:
Ganjil 2004 Falsafah Sains (PPS-702) P.Pertja.
Program Pasca Sarjana S3, November 2004,
hal. 3