Anda di halaman 1dari 4

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Indonesia termasuk salah satu negara maritim karena sebagian besar wilayah Indonesia
berupa lautan. Wilayah pesisir diartikan sebagai wilayah dimana daratan berbatasan dengan
lautan yaitu batas kearah daratan meliputi wilayah-wilayah yang tergenang air maupun yang
tidak tergenang air yang masih terpengaruh oleh proses laut seperti pasang surut, angin laut dan
lain-lain. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari 17.508 pulau dengan garis
pantai sepanjang 81.000 km (berkurang setelah Timor Timur lepas dari Indonesia) serta luas
lautan sekitar 3,1 juta km2 (0,3 juta km2 perairan teritorial dan 2,8 juta km2 perairan kepulauan),
Indonesia memiliki potensi sumber daya pesisir dan lautan yang sangat besar. Dari perspektif
ekonomi sektor riil, satu-satunya yang membuat bangsa Indonesia masih optimis untuk keluar
dari jebakan krisis tersebut adalah kekayaan sumberdaya yang berada di wilayah pesisir dan
lautan yang belum dimanfaatkan secara optimal. Sebagai negara kepulauan dan kelautan terbesar
di dunia, pembangunan kelautan merupakan pilihan yang tepat dalam upaya mencari sumber-
sumber pertumbuhan ekonomi baru (Dahuri, 2001).

Kekayaan alam Indonesia tersebut dibuktikan dengan berbagai ragam sumberdaya hayati
pesisir yang penting seperti hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun dan rumput laut,
dan perikanan (Razali, 2004). Hutan mangrove sering disebut sebagai hutan payau, hutan pasang
surut, hutan pantai atau hutan bakau yang merupakan sumberdaya alam yang berpotensial dan
mempunyai ekosistem yang unik (Wibowo and Handayani, 2006). Mangrove merupakan
sumberdaya alam yang dapat dipulihkan (renewable resources atau flow resources) yang
mempunyai manfaat ganda (manfaat ekonomis dan ekologis) (Baransano, Jubhar and
Mangimbulude, 2011). Hutan mangrove memiliki peran yang kompleks, baik secara fisik, kimia,
biologi maupun sosial ekonomi. Ekosistem hutan mangrove memiliki tingkat produktivitas
paling tinggi dibandingkan dengan ekosistem pesisir lainnya dan menyediakan perlindungan dan
makanan bagi biota perairan berupa bahan-bahan organik yang penting dalam siklus hidup
(tempat pemijahan/spawning ground, asuhan/nursery ground dan mencari makan/feeding
ground) berbagai jenis ikan, udang dan moluska (Eddy et al., 2015). Hutan mangrove di
Indonesia berada dalam ancaman serius dan terus meningkat dari berbagai pembangunan,
diantara yang utama adalah pembangunan yang cepat yang terdapat di seluruh wilayah pesisir
yang secara ekonomi vital. Ancaman langsung yang paling serius terhadap mangrove pada
umumnya diyakini akibat pembukaan liar mangrove untuk pembangunan tambak ikan dan udang
(Purnobasuki, 2011).

Tempat wisata merupakan salah satu wadah yang digunakan untuk merekomendasikan
wilayah tertentu sebagai daerah wisata tertentu untuk meningkatkan perekonomian masyarakat
tertentu (Syakila et al., 2022). Pariwisata adalah suatu kegiatan pembangunan dengan prospek
pertumbuhan yang tinggi. Kemiskinan di daerah tujuan wisata menjadi perhatian para
cendekiawan, komponen pariwisata, dan wisatawan. Upaya yang dilakukan untuk memberantas
kemiskinan, antara lain: untuk melibatkan dan menjadikan masyarakat sebagai subyek pariwisata
yang berpartisipasi langsung dalam mengentaskan kemiskinan (Suardana et al., 2015).
Pariwisata merupakan bagian dari suatu oranga yang menempati suatu tempat dan hanya
melakukan aktifitas dan kegiatan untuk mengisi waktu luang, bersantai maupun kegiatan sakral
hingga berolah raga. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat memberikan dampak positif bagi
penggunanya baik fisik maupun psikisnya (Sari, Saniati and Parjito, 2021). konsep pariwisata
pesisir mencakup rentang penuh pariwisata, hiburan, dan kegiatan yang berorientasi rekreasi
yang terjadi di zona pantai dan perairan pantai. pariwisata pesisir sebagai suatu kegiatan untuk
menikmati pantai, pasir, laut, dan berjemur.

Sustainable Tourism atau yang sering dikenal sebagai pariwisata


berkelanjutan merupakan suatu program pengembangan pariwisata yang sedang ramainya di
lakukan di berbagai negara. Sustainable tourism sebagai suatu konsep mengunjugi suatu tempat
sebagai seorang wisatawan dan memberi dampak positif bagi lingkungan,masyarakat dan
ekonomi di tempat tersebut. Unsur strategi dari pariwisata berkelanjutan ini sangat penting bagi
budaya masyarakat bertujuan untuk merumuskan rencana pengelolaan wisata pantai yang
berkelanjutan untuk memitigasi proses degrasi masyarakat pesisir dengan mempertimbangkan
lingkungan fisik, ekonomi, budaya dan harus menyertakan industri lokal (Ghosh, 2012).

Masyarakat pesisir memiliki kehidupan yang khas, dihadapkan langsung pada kondisi
ekosistem yang keras, dan sumber kehidupan yang bergantung pada pemanfaatan sumberdaya
pesisir dan laut (selanjutnya disingkat SDP) (Amanah, 2010). Pendekatan perberdayaan
masyarakat pesisir adalah: (1) penciptaan lapangan kerja alternatif sebagai sumber pendapatan
lain bagi keluarga, (2) mendekatkan masyarakat dengan sumber modal dengan penekanan pada
penciptaan mekanisme mendanai diri sendiri (self financing mechanism), (3) mendekatkan
masyarakat dengan sumber teknologi baru yang lebih berhasil dan berdaya guna, (4)
mendekatkan masyarakat dengan pasar, serta (5) membangun solidaritas serta aksi kolektif di
tengah masyarakat (Nikijuluw, 2001). Potensi sumberdaya alam yang tersebar luas di pesisir
Indonesia, potensi pencemaran terhadap lingkungan pesisir dan laut pun memiliki peluang yang
cukup besar. Peluang ini dapat disebabkan oleh padatnya penduduk Indonesia, aktifitas wisata
yang cukup tinggi termasuk transportasi, dan pembangunan yang besar (Djaguna et al., 2019).
Daftar Pustaka
Amanah, S. (2010) ‘Peran Komunikasi Pembangunan dalam Pemberdayaan Masyarakat Pesisir’,
Jurnal Komunikasi Pembangunan, 8(1), p. 245896.
Baransano, H.K., Jubhar, D. and Mangimbulude, C. (2011) ‘Eksploitasi dan Konservasi
Sumberdaya Hayati Laut dan Pesisir di Indonesia’, Jurnal Biologi Papua, 3(1), pp. 39–
45.
Dahuri, R. (2001) ‘159880-ID-pengelolaan-ruang-wilayah-pesisir-dan-la’, Pengelolaan Ruang
Wilayah Pesisir Dan Lautan Seiring Dengan Pelaksanaan Otonomi Daerah, pp. 139–
171.
Djaguna, A. et al. (2019) ‘Identifikasi Sampah Laut Di Pantai Tongkaina Dan Talawaan Bajo’,
Jurnal Pesisir Dan Laut Tropis, 7(3), p. 174. Available at:
https://doi.org/10.35800/jplt.7.3.2019.24432.
Eddy, S. et al. (2015) ‘Degradasi Hutan Mangrove Di Indonesia’, Jurnal Lingkungan dan
Pembangunan, 1(3), pp. 240–254.
Ghosh, T. (2012) ‘Sustainable Coastal Tourism: Problems and Management Options’, Journal of
Geography and Geology, 4(1). Available at: https://doi.org/10.5539/jgg.v4n1p163.
Nikijuluw, V.P.. (2001) ‘Aspek Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir dan Strategi Pemberdayaan
Mereka dalam Konteks Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Secara Terpadu. In : Koleksi
Dokumen Proyek Pesisir 1997-2003’, Academia-Accelerating the World’s Research
[Preprint].
Pencaharian, T.M. et al. (2015) ‘Dampak Pariwisata Terhadap Mata Pencaharian Masyarakat
Pesisir Karangasem:Pendekatan Pro Poor Tourism’, Piramida, 11(2), pp. 76–87.
Purnobasuki, H. (2011) ‘Ancaman terhadap hutan mangrove di Indonesia dan langkah strategis
pencegahannya’, Bulletin PSL Universitas Surabaya, 25(May), pp. 3–6. Available at:
https://www.researchgate.net/profile/Hery_Purnobasuki/publication/
236955343_Ancaman_Terhadap_Hutan_Mangrove_di_Indonesia_dan_Langkah_Strategi
s_Pencegahannya/links/0046351a6d11acdee7000000.pdf.
Razali, I. (2004) ‘Pemberdayaan Komunitas Vol 3 No 2 Mei 2004’, Jurnal Ilmu Kesejahteraan
Sosial, 3(2), pp. 61–68.
Sari, D.R., Saniati and Parjito (2021) ‘E-tourism kebudayaan dan pariwisata kabupaten pesisir
barat’, Jurnal Teknologi dan Sistem Informasi (JTSI), 2(4), pp. 62–67.
Syakila, S. et al. (2022) ‘Pengelolaan Kebersihan Pesisir Laut Sebagai Penunjang Daya Tarik
Wisata Kecamatan Watubangga’, Jurnal Pengabdian Masyarakat Indonesia, 2(4), pp.
491–495. Available at: https://doi.org/10.52436/1.jpmi.701.
Wibowo, K. and Handayani, T. (2006) ‘Pelestarian Hutan Mangrove Melalui Pendekatan Mina
Hutan (Silvofishery)’, Jurnal Teknik Lingkungan, 7(3), pp. 227–233.

Anda mungkin juga menyukai