PENDAHULUAN
Indonesia, merupakan negara dengan beragam keanekaragaman hayati, baik itu didarat
maupun dilautannya. Indonesia menjadi negara yang dikenal sebagai negara kepulauan
(archipelago state) terbesar, memiliki panjang garis pantai 95.181 km (KKP, 2012). Badan
Informasi Geospasial (BIG) dalam berita National Geografic Indonesia (2013) juga
menyebutkan bahwa total panjang garis pantai Indonesia adalah 99.093 kilometer.
Ekosistem pesisir umumnya terbagi menjadi tiga kompenen utama yakni terumbu
karang, mangrove dan padang lamun. Padang lamun di Indonesia memiliki luas sekitar
30.000 km2 dan berperan penting dalam ekosistem laut dangkal karena merupakan
Fungsi dan potensi dari padang lamun khususnya lamun atau yang sering disebut
dengan (seagrass) sangat lah beragam. Fungsi ekologis padang lamun diantaranya
adalah sebagai daerah asuhan, daerah pemijahan, daerah mencari makan, dan daerah
untuk mencari perlindungan berbagai jenis biota laut seperti ikan, krustasea, moluska,
echinodermata, dan sebagainya (Phillips dan Menez, 1988; Thomascik et al., 1997).
Potensi fisik tumbuhan lamun ialah sebagai pendaur zat hara dan menstabilkan
sedimen agar perairan tidak keruh (Satrya et al., 2012). Ekosistem lamun juga
berperan sebagai pelindung pantai dengan cara meredam arus dan gelombang.
Dampak positif dengan adanya lamun ialah sebagai penyerap karbon dioksida di
perairan untuk proses fotosintesis (Rangkuti et al., 2017). Selain itu potensi
farmakologis dari lamun dapat sebagai mekanisme pertahanan diri karena
mengandung senyawa bioaktif (Assuyuti, Alfan, Firdaus, & Reza, 2016). Metabolit
sekunder yang dimiliki lamun dijadikan sebagai obat alami oleh masyarakat
Tumbuhan lamun (seagress) atau biasa disebut juga ilalang laut adalah
tumbuhan yang hidup dan tumbuh di bawah permukaan laut dangkal (Permana,
Amir, & Siti, 2016). Istilah lamun untuk seagrass pertama kali diperkenalkan oleh Hutomo kepada para
ilmuwan dan masyarakat umum pada era tahun 1980-an dalam disertasinya yang berjudul “Telaah
Ekologik Komunitas Ikan pada Padang Lamun di Teluk Banten” (Hutomo, 1985). Lamun tumbuh
padat membentuk padang, sehingga lebih dikenal sebagai padang lamun (seagrass beds). Padang
lamun tumbuh dengan kepadatan mencapai 4.000 tumbuhan per segi dan mempunyai biomassa tetap
sebesar 2 kg/ meter persegi (Weby et al., 2015). Faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi
lamun di perairan antara lain, cahaya, suhu, salinitas, sedimen, dan nutrien (Dewi,
Lamun mempunyai bunga, buah, daun dan akar sejati serta tumbuh pada
substrat berlumpur, berpasir sampai berbatu (Sjafrie et al., 2018). Itulah mengapa
tumbuhan yang berada di daratan, lamun berkembang biak secara generatif yaitu
perkembangbiakan secara kawin atau seksual pada tumbuhan berbiji satu (monokotil)
dan vegetatif yang merupakan perkembangbiakan secara aseksual (Sjafrie et al., 2018),
Padang lamun sendiri dapat membentuk vegetasi tunggal, tersusun atas satu jenis lamun yang
tumbuh membentuk padang lebat, sedangkan vegetasi campuran terdiri dari 2-12 jenis lamun yang
Klasifikasi dari lamun sangatlah masing diperdebatkan selain karena perbedaan ketersediaan berbaagai jenis
Tomascik, T., A. J. Mah, A. Nontji, and M. K. Moosa. 1997. The Ecology of the Indonesian
Satrya, C., Muhammad, Y., Muhandis, S., Beginer, S., Dondy, A., & Fitryah, A.
Permana, A. H., Amir, H., & Siti, A. B. (2016). Aktivitas Antioksidan dan Toksisitas
Dewi, N. K., Bekti, K., & Farida, H. (2016). Pemanfaatan Serasah Lamun (Seagrass)
sebagai Bahan Baku POC. Proceeding Biology Education Conference, (hal. 649-
652). Madiun.
Newmaster, A.F., K, J. Berg., S, Ragupathy., M, Palanisamy., K, Sambandan., & S, G.
Assuyuti, Y. M., Alfan, F. R., Firdaus, R., & Reza, B. Z. (2016). Estimasi jumlah
biomassa lamun di Pulau Pramuka, Karya dan Kotok Besar, Kepulauan Seribu,
Ilyas, T. P., Nababan, B., Madduppa, H., & Kushardono, D. (2020). Pemetaan Ekosistem
Lamun Dengan Dan Tanpa Koreksi Kolom Air Di Perairan Pulau Pajenekang, Sulawesi