Anda di halaman 1dari 3

Permasalahan yang Ada di Desa Galala Ditinjau dari Berbagai Sumber

1. Desa Galala terdapat usaha pengolahan ikan asap yang di jual masyarakat.
Namun, usaha pengolahan ikan asap belum mampu meningkatkan taraf
hidup mereka. Permasalahan yang sering dihadapi pada usaha pengolahan
adalah belum memperhatikan mutu, model pemasaran yang dilakukan
dengan memasarkan langsung di pasar tanpa ada merek atau kemasan serta
tidak menggunakan standar mutu dan jaminan mutu. Selain itu,
masyarakat juga masih terbatas akses permodalan dan manajemen, tidak
adanya pelatihan dalam mendukung pengolahan perikanan asap terutama
dalam penerapan sanitasi dan hygiene, tidak adanya perluasan atau
perkembangan usaha, lemahnya jejaring dan kemitraan usaha serta belum
intensif pendampingan dan pengawasan (Hiariey, 2015).
2. Hasil penelitian menunjukkan pada tahun 1990 ditemukan tiga jenis lamun
di perairan Desa Galala yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii dan
Halophila ovalis, namun di tahun 2008 hanya ditemukan satu jenis lamun
yaitu Enhalus acoroides (Soselisa, dkk., 2013, dalam Louhenapessy D. G.,
2013). Namun aktivitas masyarakat di sekitar perairan Desa Galala
semakin tinggi. Ada beberapa aktivitas yaitu pembangunan jembatan
merah putih serta fasilitas kesehatan, perkapalan, penyeberangan ferry,
PLN, pembuangan sampah melalui sungai, pembukaan lahan atas
(Louhenapessy D. G., 2013). Lebih lanjut, hal ini berpotensi menimbulk
degradasi sumberdaya di padang lamun. Berdasarkan hasil penelitian
(Louhenapessy D. G., 2013), data luasan komunitas lamun di perairan
Galala sebesar 776 m , sehingga ini menunjukkan bahwa selama kurun 25
2

tahun telah terjadi degradasi terhadap sumberdaya lamun di perairan Desa


Galala. Jika kondisi tersebut berlangsung terus dan semakin meningkat,
maka dapat dipastikan bahwa nantinya sumberdaya lamun di perairan
Desa Galala akan mati dan hilang (Louhenapessy D. G., 2013).
3. Secara umum komunitas hutan mangrove di Teluk Ambon bagian dalam
terdiri dari beberapa famili Rhizoporaceae, Myrsinaceae, Myrtaceae,
Achantaceae, Aviceniaceae dengan luas area mencapai 34 hektar (Suyadi,
2009) salah satunya di Desa Galala. Namun, seiring berjalannya waktu
hutan mangrove di Desa Galala mengalami laju deforestasi yang tinggi
karena alih fungsi lahan menjadi lahan pemukiman, tambak perahu dan
pelabuhan (Mulyadi H. A., (2013). Lebih lanjut, hal ini mengakibatkan
kondisi hutan mangrove sangat memprihatinkan dan terfragmentasi. Selain
itu, tekanan ekologis berupa pencemaran akibat banyaknya buangan
limbah antropogenik dari arah daratan baik berupa sampah organik
maupun plastik sisa pembungkus makanan maupun botol minuman.
Begitu juga dengan adanya proses sedimentasi diduga ikut berkontribusi
terhadap kerusakan hutan mangrove di bagian dalam teluk (Mulyadi H. A.,
2013).
4. Di desa Galala juga terdapat permasalahan lain yaitu menurunnya
presentase terumbu karang akibat dari tingginya aktivitas manusia.
5. Adanya kegiatan perbaikan dan pengecetan kapal yang dilakukan di PT
Perum Perikanan. Hal akan menghasilkan buangan limbah ke laut, yang
mana dapat berimplikasi terhadap biota laut.

Referensi:
1. Hiariey L.Sarah. (2015). Pemberdayaan Ekonomi Nelayan Pengolah Ikan
Asap di Desa Hative Kecil, Kota Ambon, FMIPA Universitas Terbuka,
Jurnal Matematika, Saint, Dan Teknologi, Volume 16, Nomor 1. Hal 26-
34
2. Mulyadi H. A., (2013). Urgensi Pengelolaan Kawasan Pesisir Teluk
Ambon Ditinjau Dari Aspek Sumberdaya Meroplankton. Balai Konservasi
Biota Laut Ambon-LIPI.
3. Louhenapessy D. G., 2013. Pengukuran Luasan Komunitas Lamun di
Perairan Pesisir Galala. Jurnal TRITON Volume 9, Nomor 2, Oktober
2013, hal. 136 – 139. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Pattimura.
4. Batu M. S, Tea M. T. D, Siahaya A. N, Utubira Y, (2019). Analisis
Kandungan Logam Berat Kromium (Cr) dalam Sedimen di Perairan Teluk
Ambon Bagian Dalam. Jurnal Saintek Lahan Kering. Volume 2, Hal 58-
60.

Anda mungkin juga menyukai