Anda di halaman 1dari 24

PENGELOLAAN PESISIR & KELAUTAN NEGARA MAJU DAN

BERKEMBANG
(Studi Kasus Negara Inggris dan Maladewa)

Oleh :

AHMAD FAUZAN ADZIMA


(17/417738/PGE/01286)

PASCASARJANA GEOGRAFI
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang

Wilayah kepesisiran merupakan suatu kawasan dengan potensi sumberdaya alam yang sangat

beragam. Wilayah ini juga sangat dinamis akan perubahan baik yang disebabkan oleh alam

maupun akibat aktifitas manusia. 15 % dari permukaan bumi pada dasarnya merupakan

kawasan pesisir dimana tidak kurang dari 40% penduduk dunia bermukim dan/atau

beraktifitas pada wilayah pesisir. Kondisi seperti ini tentu saja akan mempengaruhi

kelestarian wilayah pesisir karena dengan sempitnya wilayah pesisir yang dihuni atau

menjadi sebagian besar pusat aktifitas penduduk dunia akan memberikan tekanan-tekanan

tertentu baik secara fisik, maupun ekologis.

Di Eropa, hampir sebagian penduduk beraktifitas pada kawasan yang sempit ini

dimana aktifitas-aktifitas tersebut merupakan penyumbang nilai ekonomi terbesar pada

sebagian Negara-negara di benua tersebut. Aktifitas – aktifitas seperti perikanan, perkapalan,

ataupun industri pariwisata tidak kurang dari setengahnya berlangsung di sepanjang 80

kilometer garis pantai yang ada di benua Eropa. Sehingga sangat wajar jika Negara-negara

yang memiliki garis pantai atau potensi pesisir yang baik menaruh perhatian yang sangat

besar pada kawasan ini, apalagi kawasan pesisir merupakan kawasan yang bernilai sangat

tinggi dan sangat rentan rusak akibat aktifitas-aktifitas tersebut.

Transisi antara daratan dan lautan di wilayah pesisir telah membentuk ekosistem yang

beragam dan sangat produktif serta memberikan nilai ekonomi yang luar biasa terhadap

manusia. Sejalan dengan pertambahan penduduk dan peningkatan kegiatan pembangunan

sosial-ekonomi “nilai” wilayah pesisir terus bertambah. Konsekuensi dari tekanan terhadap

pesisir ini adalah masalah pengelolaan yang timbul karena konflik pemanfaatan yang timbul

akibat berbagai kepentingan yang ada di wilayah pesisir.


Sebagai wilayah peralihan darat dan laut yang memiliki keunikan ekosistem, dunia

memiliki kepedulian terhadap wilayah ini, khususnya di bidang lingkungan dalam konteks

pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Secara historis, kota-kota penting

dunia bertempat tidak jauh dari laut. Alasannya, kawasan ini memiliki potensi sumber daya

kelautan dan perikanan, serta memudahkan terjadinya perdagangan antar daerah, pulau dan

benua. Selain itu, wilayah pesisir juga merupakan daerah penghambat masuknya gelombang

besar air laut ke darat, yaitu dengan keberadaan hutan mangrove.

1.2 Rumusan Masalah

Kebijakan-kebijakan apa yang di ambil oleh pemerintah negara maju dan berkembang, dalam

pengelolaan wilayah pesisir dan lautan?


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Negara Maju (Inggris)

2.1.1 Gambaran Umum

Inggris adalah negara bagian terbesar dan terpadat penduduknya dari negara-negara bagian

yang membentuk Persatuan Kerajaan Britania Raya dan Irlandia Utara (United Kingdom of

Great Britain and Northern Ireland). Negara-negara lainnya adalah Skotlandia, Wales dan

Irlandia Utara. Seringkali nama Inggris dipakai untuk menyebut keseluruhan negara ini.

Sesungguhnya secara politik, Inggris atau England adalah salah satu kerajaan bagian dari

serikat kerajaan (United Kingdom) bersama kerajaan bagian lainnya yaitu Wales dan

Scotland yang wilayahnya berada di pulau Britania, serta Ulster yang wilayahnya menempati

bagian Utara pulau Eire (Irlandia Utara). Sementara itu bagian selatan pulau Eire secara

politik merupakan wilayah Republik Irlandia. Dengan demikian United Kingdom atau UK

dimaksudkan pada serikat kerajaan yang terdiri atas England, Wales, Scotland dan Ulster atau

sering pula disebut Britania Raya. Namun, Inggris atau England tetap memiliki kewenangan

lebih, dalam kendali persatuan atau perserikatan kerajaan tersebut. Inggris termasuk salah

satu negara Eropa yang maju di dunia. Pendapatan per kapitanya mencapai 24.340 dolar AS.

2.1.2 Letak Negara

Secara astronomis Inggris terletak diantara 50º LU – 60º LU dan 8 BBº – 2º BT. Secara

geografis terletak di sebelah barat daratan Eropa. Meninjau dari lingkup yang lebih luas lagi,

letaknya sangat strategis karena berada di jalur transportasi dan perdagangan antara Eropa

dan benua Amerika.

Batas-batas wilayah negara Inggris :

Sebelah utara : Samudra Atlantik

Sebelah selatan : Selat Inggris


Sebelah timur : Laut utara

Sebelah barat : Samudra Atlantik

Gambar 1. Peta Britania Raya

2.1.3 Iklim

Inggris memiliki iklim laut sedang, dengan suhu tidak lebih rendah dari 0 °C (32 °F)

pada musim dingin dan tidak lebih tinggi dari 32 °C (90 °F) pada musim panas. Cuacanya

relatif lembab dan seringkali berubah-ubah. Cuaca terdingin terjadi pada bulan Januari dan

Februari, terutama di wilayah pesisir. Sedangkan cuaca terpanas berlangsung pada bulan Juli.

Bulan dengan cuaca sedang dan hangat adalah bulan Mei, Juni, September dan

Oktober. Curah hujan tersebar cukup merata sepanjang tahun.

Pengaruh terpenting pada iklim Inggris adalah kedekatannya dengan Samudera

Atlantik. Inggris berlokasi di lintang utara dan pemanasan laut dihantarkan oleh Arus Gulf.

Curah hujan yang lebih tinggi terdapat di wilayah bagian barat, dan kawasan di bagian Danau
District menerima hujan yang lebih sering dibandingkan dengan tempat manapun di

Inggris. Sejak pencatatan cuaca mulai dilakukan, suhu tertinggi yang tercatat adalah 38,5 °C

(101,3 °F) pada tanggal 10 Agustus 2003 di Brogdale, Kent. Sedangkan suhu terendah adalah

−26,1 °C (−15,0 °F) pada tanggal 10 Januari 1982 di Edgmond, Shropshire.

2.1.4 Penduduk

Jumlah penduduk ±60.000.000 jiwa. Karena wilayah Inggris relatif kecil (± 244.820 Km²)

dibandingkan dengan jumlah penduduknya, maka Inggris merupakan salah satu negara

terpadat penduduknya. Kepadatan penduduknya cukup tinggi yaitu mencapai 241 jiwa/Km².

Penduduk urban atau penduduk yang tinggal di kota pun sangat tinggi yaitu mencapai 90%.

Mengingat banyaknya arus imigran atau penduduk yang masuk ke Inggris, maka akhirnya

Pemerintah Inggris mengeluarkan kebijakan pembatasan imigran, yaitu dengan menetapkan

undang-undang pembatasan jumlah penduduk masuk ke Inggris. Penduduk asli di Inggris

disebut orang Inggris yaitu bangsa Kelt (Skot, Irlandia, Welsh) dan bangsa Jerman (Anglo,

Saxon, Jute, Denmark, Norman).

2.1.5 Perekonomian

Berdasarkan indikator di atas pada awal pembahasan, jelas menunjukkan bahwa Inggris

merupakan salah satu negara maju di dunia. Sejak digulirkannya revolusi industri di Inggris,

perekonomiannya semakin berkembang. Sektor perekonomian penting di Inggris antara lain:

1. Perindustrian

Pada sektor industri, Inggris telah lama berkembang dan termasuk Negara terkemuka

di Eropa. Jenis industri penting dan merupakan produk ekspor Inggris, yaitu baja,

kapal laut, mobil, kereta api, tekstil, pesawat terbang, alat pertanian, barang

elektronika. Beberapa industri yang ada di Inggris sebagai berikut:

a. Industri berat (wilayah black country) berpusat di Birmingham.


b. Industri lokomotif (Glasgow)

c. Galangan (Peasly, Greenock, New Caste, London)

d. Industri mobil dan pesawat terbang (London, Birmingham, Oxford)

e. Industri kimia (London)

f. Industri ban (Birmingham)

g. Industri elektronik, alat rumah tangga (London, Leeds, Sheffield)

h. Industri tekstil (Lancashire, Glasgow, Manchester) bahan dasar kapal diimpor dari

AS, Brazil, India, Mesir, Sudan, Afrika Selatan.

i. Industri wol (Bradford, Leeds)

j. Industri Sutra tiruan (Yorkshire dan Lancashire)

2. Pertambangan

Inggris memiliki deposit batu bara dalam jumlah besar. Pusat-pusat penambangan

batu bara di Skotlandia, yaitu: Lanarkshire, Pegunungan Pennine (Pegunungan

Cumberland, Northumberland, dan Durham) di Newcastle dan sekitarnya, Stafford

(Voncentry Selatan), Pegunungan Cambrian Selatan (Swansea-Rhondda), dan Wales

Selatan.

Pegunungan Cambrian Utara menghasilkan tembaga, timah hitam, seng, dan mangan.

Dari pegunungan Pennine dan Cambrian dihasilkan timah hitam, tembaga, biji besi,

dan seng, sedangkan di Midlands terdapat tambang timah hitam, biji besi, dan

tembaga.

3. Pertanian, Peternakan dan Perikanan

Hasil-hasil pertanian, peternakan, perikanan, dan kehutanan yang penting di Inggris

adalah kentang dan sayur mayor terdapat di Lancashire, gandum, barley, dan bit gula

terdapat di Pegunungan Anglia Timur, Kent, Worcester, dan Devon. Susu dan

mentega terdapat di England, Ternak babi dengan ayam terdapat di Yorkshire dan
Lancashire. Hasil hutan terdapat di England, Wales, Skotlandia, dan Irlandia. Ikan

haring dan cod terdapat di perairan laut utara dan Samudra Atlantik.

4. Perdagangan

Barang-barang ekspor Inggris adalah mesin-mesin, barang kimia, wol, tekstil, sintesis,

mobil, truk, plat-plat baja, lokomotif, pesawat terbang, mesin pertanian, dan alat-alat

elektronik. Sedangkan barang-barang impornya adalah minyak bumi, kapas, karet,

tembakau, belerang, dan biji besi.

2.2 Wilayah Kepesisiran Inggris

2..2.1 Permasalahan Wilayah Kepesisiran dan Pengendaliannya

Permasalahan yang muncul baik sebagai akibat dari kondisi alamiah pesisir maupun kegiatan

yang dilakukan di Negara Inggris ini sangatlah kompleks. Permasalahan yang ada dapat

ditinjau dari dua sisi yakni secara fisik maupun ekologis. Secara fisik permasalahan yang

muncul di sepanjang pesisir Inggris adalah erosi, abrasi dan banjir. Sementara secara

ekoloogis yakni meningkatnya tingkat sedimentasi serta banyak gumuk pasir yang terancam

rusak akibat meningkatnya aktifitas manusia di sepanjang pesisir Inggris.

Kondisi pasang surut di beberapa garis pantai juga sangat mempengaruhi bentang

alam pesisir di Negara ini. Di area pantai banyak membentuk sedimen sehingga terjadi

pelebaran garis pantai. Sedimen ini pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh kenaikan muka air

laut terhadap pantai serta ditentukan oleh morfologi pantai itu sendiri. Sementara itu, abrasi

terjadi pada tebing-tebing (cliff erosion) atau pada dataran pantai. Ancaman yang paling

serius di daerah pesisir inggris adalah banjir.

Untuk mencegah permasalah-permasalahan tersebut, pemerintah Inggris membuat

berbagai macam kebijakan dalam mengatasinya. diantaranya;


1. Hard Engineering

a. Pembangunan Groynes dan pembangunan seawalls.

Groynes merupakan penghalang arus yang terbuat dari kayu ataupun batu/beton,

sedangkan sea walls selain dapat mengatasi erosi atau abrasi juga dapat mengatasi

banjir rob yang ada di kawasan pesisir.

Gambar 2. Groynes (Kiri) dan Sea Walls (Kanan)

b. Pembangun offshore break waters di beberapa tempat.

Bangunan ini pada dasarnya adalah blok beton besar dan batu-batu alam yang

tenggelam di lepas pantai untuk mengubah arah gelombang dan untuk

menyaring energi gelombang dan pasang surut. Gelombang yang datang ke pantai

menjadi lebih statis, sehingga dapat mengurangi kekuatan erosinya.

Gambar 3. Offshore Break water


c. cliff stabilization.

Cliff Stabilization ini digunakan untuk menahan tebing yang menggunakan atau

memanfaatkan struktur alami seperti tanaman, pagar dan terasering, dalam membantu

mencegah tanah longsor dan bencana alam lainnya.

Gambar 4. Cliff Stabilization

d. Pembangunan Pintu Air Themes (Themes Barrier)

Banjir rob pada wilayah pesisir juga dapat dicegah atau diatasi dengan pembangunan

pintu air yang salah satu contohnya adalah Pintu Air Themes (Themes Barrier). Teknik

konstruksi pintu air ini pada awalnya diperkenalkan setelah Banjir Rob pada wilayah

utara Inggris di tahun 1953 dan merupakan metode profilaksis untuk mencegah

kerusakan dari badai atau jenis lain dari bencana alam yang dapat merugikan daerah

dimana tempat masyarakat bermukim. Pintu air ini pada dasarnya terbuka bebas untuk

memperlancar saluran air, namun pada kondisi tertentu dimana bahaya mengancam,

pintu air ini langsung ditutup agar debit air yang masuk sebagai aliran permukaan

dapat dikontrol.

Gambar 5. Pintu Air Themes (Themes Barrier)


2. Natural Structure (Soft Engineering).

Pendekatan ini dilakukan dengan memanfaatkan alam sebagai basis pertahanan alami

suatu wilayah. Beberapa bentuk Soft Engineering yang dikembangkan atau diterapkan di

Negara ini antara lain :

a. Beach Replenishment.

Pada dasarnya merupakan rekayasa keteknikan yang melibatkan pasir pantai dari

daerah lain dan menumpuk di atas pasir yang ada. Pasir yang dilibatkan harus

memiliki kualitas yang sama dengan bahan pantai yang ada sehingga dapat terintegrasi

dengan proses alam yang terjadi pada wilayah yang bermasalah, tanpa menimbulkan

efek samping. Beach replenishment ini pada dasarnya dapat digunakan bersamaan

dengan konstruksi groyne, karena satu sama lain saling mendukung. Skema ini

memerlukan pemeliharaan yang baik, dimana penempatan pasir pantai harus dilakukan

secara konstan, yakni antara 1 sampai 10 tahun sekali. Biaya yang dibutuhkan

mencapai antara £ 5,000 - £ 200.000 per 100 meter, ditambah struktur kontrol,

manajemen yang berkelanjutan dan konstruksi – kontruksi lainnya.

Gambar 6. Beach Replenishment.


b. Sand Dunes Stabilization.

Sand dunes stabilization digunakan sebagai penstabil pertumbuhan sand dunes.

Rekayasa ini dilakukan dengan memanfaatkan vegetasi untuk mendorong

pertumbuhan dune dengan menjebak dan menstabilkan pasir yang dihembuskan dari

laut.

Gambar 7. Sand Dunes Stabilization.

c. Beach Drainage.

Beach Drainage atau drainase pantai juga dikembangkan oleh pemerintah dalam

mengatasi erosi, abrasi, penyempitan pantai maupun banjir. Drainase pantai atau

dewatering berfungsi dalam menurunkan muka air tanah di area pantai. Hal ini

menyebabkan pertambahan pasir di atas sistem drainase.

Gambar 8. Beach Drainage.


Grant (1946) dalam Pajak and Leathermen (2002) mengemukakan bahwa ketinggian

air tanah pada wilayah pantai memiliki pengaruh yang sangat penting pada deposisi dan

erosi di wilayah peisisir. Muka air tanah meninggi bersamaan dengan laju erosi pantai, dan

sebaliknya, sebuah air tanah menurun seiring dengan agradasi pantai (muka pantai jenuh),

sehingga air tanah menyumbangkan deposisi dengan mengurangi kecepatan aliran

selama aliran balik dan memperpanjang aliran laminar. Sebaliknya, tingginya kondisi air

tanah dapat mengurangi erosi pantai. Dengan pantai dalam keadaan jenuh, Grant

mengusulkan bahwa kecepatan aliran balik dipercepat dengan penambahan rembesan air

tanah yang keluar dari pantai. Sistem ini mengakibatkan air laut yang dikumpulkan memiliki

kemurnian yang tinggi karena efek filtrasi pasir. Air hasil sistem ini dapat dibuang kembali

ke laut, tetapi juga dapat digunakan untuk mengoksidasi ekosistem pada laguna / marina atau

digunakan sebagai input untuk keperluan penghangat baik itu untuktanaman

desalinasi, budidaya darat, akuarium air laut atau kolam renang.

Selain aksi-aksi penanganan tersebut, pemerintah Inggris juga mengupayakan

langkah-langkah preventif guna menhindari resiko dari bahaya serupa. Langkah preventif ini

dilakukan melalui monitorting wilayah kepesisiran dan sekitarnya sehingga dapat dilihat pola

atau trens dari bahaya ke depannya serta cara dalam menanggulanginya. Monitoring tersebut

dilakukan dengan berbagai tahapan atau cara diantaranya; menempatkan alat peringatan dini

yang berfungi dalam bencana-bencana catastrofi seperti tsunami, maupun badai. Pemetaan

garis pantai juga dilakukan dalam usaha monitoring wilayah pesisir. Pemetaan garis pantai

secara berkelanjutan ini sangat berguna untuk mengetahui perubahan garis pantai dari tahun

ke tahun. Data perubahan garis pantai sangat diperlukan sebagai landasan dalam penentuan

suatu wilayah masuk ke dalam rawan erosi, abrasi atau tidak, sehingga upaya-upaya

penanggulangan selanjutannya dapat diterapkan secara efisien dan efektif. Pemetaan garis

pantai ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan beberapa sumber data, diantaranya; survey

lapangan, foto udara, maupun citra satelit resolusi tinggi.


2.3 Pengelolaan Wilayah Kepesisiran

Negara Inggris merpakan negara industri yang hampir seluruh pendapatan negaranya berasal

dari industri dan pajak. Pengelolaan wilayah kepesisiran Inggris berfokus kepada Pariwisata

dan aktivitas perdagangan yang melibatkan ekspor dan impor barang.

3.1 Negara Berkembang (Maladewa)

3.1.1 Gambaran Umum

Republik Maladewa merupakan negara kepualauan yang terdiri dari kumpulan atol (suatu

pulau koral yang mengelilingi sebuah laguna) di Samudera Hindia. Penduduk setempat

menamakan negara mereka Divehi rājje yang berarti Kerajaan Kepulauan.

Sejak tahun 1887 hingga kemerdekaan Maladewa pada 26 Juli 1965, negara ini

menjadi bagian dari perwalian Inggris. Sejak tahun 1153 hingga 1968, negara ini berbentuk

kesultanan Islam yang independen. Setelah memperoleh kemerdekaan dari Inggris, bentuk

pemerintahan kesultanan hanya bertahan selama tiga tahun dan kemudian dihapuskan serta

diganti menjadi republik.

3.1.2 Letak Negara

Republik Maladewa merupakan pulau dari 26 atol alami yang terdiri atas 1.190 pulau

kecil dataran rendah. Maladewa terletak di sebelah paling barat di wilayh teluk Bengal dan

berlokasi sekitar 700 km barat daya Srilangka dan 500 km selatan Pulau Lakhshadweep

India. Kepulauan Maladewa berada di sebelah barat daya pesisir India yaitu 7º 06‟ 30” LU

sampai 3 º 15‟ LU dan 72 º 32‟ 30” BT sampai 73 º 45‟ 54” BT dengan batas wilayah

sebagai berikut:

Sebelah utara : India


Sebelah selatan : Samudera Hindia

Sebelah barat : Samudera Hindia

Sebelah timur : Srilanka dan Samudera

Gambar 9. Peta Negara Maladewa

3.1.3 Iklim

Maladewa didominasi oleh iklim monsoon India yang merupakan sistem iklim utama dunia

yang mempengaruhi wilayah Africa dan Asia. Negara ini mengalami dua monsoon yang

berbeda (Desember- April) selama angin berhembus dari arah timur-utara dan monsoon barat

daya (Mei-Oktober) ketika sebagian besar angin dari arah selatan ke barat.

3.1.4 Penduduk

Penduduk Maladewa disebut orang Divehi. Mereka menamakan negara mereka Divehi

rājje yang berarti Kerajaan Kepulauan. Secara etnografi, orang Divehi dibagi menjadi tiga

kelompok yaitu kelompok utama penduduk Maldives yang menempati IhavandippuỊu (Haa

Alif) hingga Haddummati (Laamu), kelompok selatan Maladewa yang mendiami tiga atol

paling selatan di ekuator, dan penduduk Minicoy yang menempati pulau sepanjang 10 km

dibawah administrasi India. Berdasarkan etnisnya, penduduk Maladewa dibagi menjadi 4,


yaitu Sinhalese, DravidiaBangsa Dravida, Arab, dan Afrika berkulit hitam. Hanya ada satu

etnik minoritas di negara ini, yaitu Suku Indian.

Berdasarkan sensus penduduk 2014 populasi Maladewa sebanyak 402.071 jiwa yang

terdiri atas 338.434 jiwa adalah penduduk local dan 63.637 adalah pendatang. Jumlah

tersebut tidak termasuk 5.589 penduduk Maladewa yang nomaden. Sehingga jika

dijumlahkan total penduduk Maladewa berjumlah 407.660 jiwa. Sebagai perbandingan, di

tahun 1911 total populasi Maladewa hanya 72.449 jiwa.

Pada pertengahan 2015, rata-rata angka kelahiran dan kematian diperkirakan 22 jiwa

kelahiran dan 3 kematian per seribu jiwa. Biro Kependudukan Maladewa menyebutkan pada

tahun 2015 bahwa rata-rata pertumbuhan populasi mencapai 1,9% per tahun yang

mengakibatkan peningkatan dua kali lipat dalam periode 36 tahun. Peningkatan jumlah

penduduk di Maladewa dapat lebih tinggi disebabkan potensi migrasi internasional yang

bertambah.

3.1.5 Perekonomian

Sebagai negara yang dikelilingi oleh laut, Maladewa sejak lama mengandalkan sektor

perikanan dan sektor pariwisata sebagai tulang punggung perekonomian. Biodiversitas

merepresentasikan basis aktivitas ekonomi yang paling penting di negara Maladewa yang

menghasilkan nilai ekonomi yang besar. Nilai biodiversitas berimplikasi sangat besar secara

langsung. Sektor perikanan dan pariwisata merupakan pendapatan utama negara dengan

kontribusi 7% sektor perikanan dan 20% sektor pariwisata terhadap Gross Domestic Produk

(GDP). Pariwisata merupakan sektor ekonomi terbesar negara Maladewa sebab memainkan

peran penting dalam penghasilan pertukaran mata uang asing. Kepulauan Maladewa menjadi

obyek wisata bagi tourist untuk berkunjung ke negara tersebut.


Matahari, pasir yang halus dan laut yang eksotis menjadi daya tarik bagi wisatawan

mancanegara untuk mengunjungi Maladewa. Penduduk lokal Maladewa mengajarkan seni

menikmati keindahan dan memanjakan diri yang disuguhkan oleh alam kepada wisatawan.

Jumlah kedatangan wisatawan meningkat dengan rata-rata 10% per tahun selama

sekitar 10 tahun terakhir, kecuali saat terjadi Tsunami Desember 2004 terjadi penurunan

secara signifikan sepanjang 2005. Tsunami menyebabkan tutupnya sejumlah resort dan

pembatalan kunjungan wisata sebanyak 35.9% di tahun 2005. Meskipun begitu wisatawan

kembali mengunjunginya setelah kejadian Tsunami tersebut. Pada tahun 2006 rata-rata

pertumbuhan kunjungan wisatawan meningkat hingga 52.3% yaitu sebanyak 779.651

wisatawan. Berikut persentase rata-rata pertumbuhan jumlah kunjungan tahunan.

3.2 Wilayah Kepesisiran Maladewa

3..2.1 Permasalahan Wilayah Kepesisiran dan Pengendaliaannya

1. Pencemaran Lingkungan

Republik Maladewa terdiri dari pulau-pulau kecil yang rentan terhadap kerusakan

lingkungan, salah satunya adalah pencemaran. Sumber pencemaran wilayah pesisir dapat

berasal dari darat maupun laut itu sendiri. Jarak darat dan laut yang dekat mengakibatkan

pencemaran yang dirasakan signifikan di wilayah pesisir. Pencemaran lingkungan di

Maladewa sebagian besar bersumber dari dan oleh karenanya akan memberikan kontrol dan

management lebih terhadap sumber-sumber pencemaran. Sumber pencemaran di Maladewa

yang paling berpengaruh diantaranya dari darat yaitu kontaminasi dari limbah padat, sampah

dan pembuangan air limbah, pertanian dan mariculture sedangkan dari laut yaitu penemaran

minyak dan air pendinginan mesin kapal.

2. Kontribusi Perikanan Menurun

Pariwisata mulai berkembang pada tahun 1972 di Maladewa dan meningkat dari

tahun ke tahun. Sebaliknya yang terjadi, kontribusi sektor perikanan menjadi kurang penting.
Tahun 1970 sektor perikanan berkontribusi sekitar 30% terhadap GDP dibandingkan dengan

nilai saat ini yakni 7%.

3. Konservasi Biodiversitas yang Sangat Kecil

Sementara nilai konservasi biodiversitas dan lingkungan menjadi fakta dari

eksploitasi yang didapatkan dari aktifitas pesisir. Terdapat kekurangan integrasi lingkungan

antar sektor dan konservasi biodiversity diberikan hanya sebagai prioritas kecil dalam

formula kebijakan ekonomi, perencanaan anggaran, dan implementasi program. Berdasarkan

laporan 5 tahun terakhir, penganggaran pemerintah pada lingkungan hanya sekitar 1% dari

semua alokasi anggaran sektor publik dan sumbangan menghabiskan hanya 3%.

4. Ancaman Lingkungan

Maladewa berkembang dengan ekosistem yang sangat rentan terhadap ancaman

lingkungan seperti:

1. Kenaikan muka air laut oleh pemanasan global. Sekitar 80% area daratan berada

kurang dari 1 meter di atas muka air laut.

2. Menurunnya kuantitas dan kualitas air.

3. Erosi pantai

4. Pencemaran air

5. Kepunahan vegetasi alami.

6. Kerusakan alami dan campur tangan manusia pada sistem terumbu karang

 Coral bleaching dan Crown of Town, Coral Mining

 Perlindungan pesisir dan infrastruktur pantai untuk mengakses pantai

misalnya: Pengerukan laguna untuk pengembangan pelabuhan.

 Perkembangan garis pantai, reklamasi, Penghancuran reef mempengaruhi pola

arus dan merusak habitat alami marine.


 Limbah plastik dan cair dibuang ke laut meresap melalui aquifer dan masuk ke

laguna.

7. Masalah yang berkaitan dengan sampah

8. Aksesibilitas dan konektivitas pulau-pulau kecil yang sulit, garis pantai alami, luasan

dan lokasi laguna

9. Konflik antara dua pengguna utama yaitu pengunjung dan nelayan

3.3.1 Pengelolaan Wilayah Kepesisiran

Pengelolaan kepesisiran Maladewa di fokuskan pada pengembangan pariwisata bahari.

Maldives Island sering kali disebut sebagai surga yang tertinggal. Memang tidak

mengherankan apabila banyak orang menyebut negara kepulauan ini dengan sebutan itu,

karena negara kecil ini mempunyai pesona pantai yang begitu eksotis dan juga memiliki

pemandangan bawah laut yang sangat indah. Pengembangan pariwisata bahari di pulau pulau

kecil di Maladewa diatur dalam Undang-undang yaitu “MALDIVES TOURISM ACT (Law

No.2/99)”. Undang undang ini sangat simpel dan terarah betul, tidak komprehensif, karena

komprehensif berpeluang besar tumpang tindih dengan Undang Undang lain yang sama sama

komprehensif.

Maldives Island saat ini tengah membangun sebuah pulau berbentuk bintang yang

akan dinamakan Star Island. Pulau super mewah ini akan menjadi hotel konvensi terapung

yang mewah setelah selesai nantinya. Star Island dirancang sedemikian rupa hingga hasil

akhirnya nanti akan berbaur secara alami dengan pulau-pulau di sekitarnya. Pulau berbentuk

bintang berwarna hijau ini seolah-olah menggambarkan Maldives Island yang ingin

menaklukkan perubahan iklim. Hotel terapung ini rencananya akan menjadi lokasi utama

konvensi perubahan iklim dan pengelolaan air berkelanjutan..


Gambar 10. Pulau Bintang di Maladewa.

Gambar 11. Pariwisata bahari

Gambar 12. Wisata terumbu karang


Gambar 13. Tampak Ibukota Maldives dari laut

Untuk mendukung program pengembangan pariwisata bahari, pemerintah maladewa selain

membuatkan Undang-undang juga membuat suatu perencanaan manajemen pengembangan

untuk melindungi wilayah pesisir dan lingkungannya.

1. Environment Protection Agency (EPA) telah mengidentifikasi sejumlah area laut yang

dilindungi dan lingkungan yang rentan di seluruh Maladewa dan beberapa diantaranya

sudah dibangun. Titik konsentrasi keanekaragaman hayati darat dan laut yang memiliki

perlindungan lingkungan yang penting dalam melindungi lingkungan dan konservasi.

Meskipun begitu, upaya pengelolaan area tersebut terhambat disebabkan oleh perencanaan

manajemen dan mekanisme perencanaan yang buruk. Hal ini memicu konflik

pemamfaatan lahan antara industri pariwisata, nelayan, dan penambang pasir. Sebuah

program percontohan telah diimplementasikan di Atol Baa yang mengajak industri

pariwisata. Program yang sama perlu diperkenalkan di seluruh MPA dan di lingkungan

yang rentan. Khususnya ditempat dimana terdapat industri pariwisata.

2. Pengelolaan yang tepat dan mendesain MPA untuk mengurangi dampak aktivitas manusia

dengan pengelolaan rencana yang dikembangkan oleh lembaga pemerintah, sektor swasta

terkait, dan masyarakat.


3. Membangun komite perencanaan pariwisata pada tingkat nasional yang bertugas

menyiapkan dan mendukung perencanaan pengelolaan MPA serta untuk menetapkan

pemamfaatan sumberdaya alam yang berdampingan dengan pariwisata.

Sementara itu pemerintah Maladewa juga memberikan dukungan dalam praktek Pengelolaan

Limbah pada komunitas lokal, contohnya :

1. Mendampingi pulau berpenghuni yang dekat dengan penginapan untuk menyediakan

sistem pengelolaan limbah berkelanjutan.

2. Mendukung pemerintah dalam pengadaan sistem pengelolaan sampah yang baik di Pulau

Thilafushi.

3. Bekerjasama dengan lembaga setempat untuk menyediakan fasilitas pengelolaan sampah

di pulau berpenghuni yang dipilih.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan pengelolaan

wilayah kepesisiran antara negara maju dan berkembang (Studi kasus Inggris dan Maladewa)

dipengaruhi oleh ancaman bencana dan fokus pengembangannya.


REFERENSI

BOBLME, (2010). Coastal Pollution Loading And Water Quality Criteria, August 2010,
Male, Maldives. BOBLME-2010-Ecology-06

Laporan Kuliah Lapangan Coastal Ecosystem MPPDAS 2016 (PDF Download


Available).https://www.researchgate.net/publication/311576216_Laporan_Kuliah_La
pangan_Coastal_Ecosystem_MPPDAS_2016 (Di akses pada tanggal 23 September
2017)

Mata Garuda Institute Bulletin edisi Mei 2017: Tax Amnesty


Pajak, M.J. and Leatherman, S. P. 2002, ‘The High Water Line as Shoreline Indicator’,
Journal of Coastal Research, 18, 2, pp. 329–337

http://www.didisadili.com/2011/02/maldives-bagaimana-mengelolapulau.html. (Diakses pada


tanggal 23 September 2017)

www.environmental-agency.gov.uk (Diakses pada tanggal 23 September 2017)

www.coastalguide.org (Diakses pada tanggal 23 September 2017)

www.SCOPAC.org.uk (Diakses pada tanggal 23 September 2017)

www.wikipedia.org (Diakses pada tanggal 23 September 2017)

Anda mungkin juga menyukai