Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Kapita Selekta Geografi

ISSN Print: 2622-4925


ISSN Online: 2622-4933
Volume 2 Nomor 1: Januari 2019 (Halaman: 15-22)
http://ksgeo.ppj.unp.ac.id/index.php/ksgeo

RENCANA LOKASI SHELTER EVAKUASI TSUNAMI


DI KECAMATAN TANJUNG MUTIARA KABUPATEN AGAM

Yosra Afandi¹ dan Endah Purwaningsih2


1
Mahasiswa Program Studi Geografi, FIS UNP
2
Jurusan Geografi, FIS UNP
Email: yosraafandi@gmail.com

ABSTRACT

This study aims to: 1) Planned the location of the shelter location in Tanjung Mutiara
district. 2) knowing the distance of the community to the location of the shelter. This
type of research is descriptive with a quantitative approach. The type of data used in this
study are primary data secondry data. The analytical technique is service area analysis
and route tools in network analyst arcgis 10.2 extension. The result of this study are:
1)Tanjung Mutiara district has 1 shelter building but does not meet the standards set by
BNPB. 6 shelter locations are located in settlements near coastline, 2 locations planned
namely SDN 04 Subang subang and Istiqomah Translok Mosque in Nagari Tiku V
Jorong, The most shelter locations are in Nagari Tiku Selatan which is a densely
populated area, 3 located at the location of the education center, namely Tanjung
Mutiara 1 hight school, Islamic Boarding School-Based Vocational School, MTsN 5
Agam and 1 location is Senen Market which is a place for community activies. 2) there
are still settlements thas are not served by te planned shelter location.

Keywords: Location, Shelter

PENDAHULUAN
Tsunami merupakann bencana alam yang tidak dapat diprediksi dimana dan
akan terjadi (Hermon, 2015), disebabkan oleh gempa bumi, letusan gunung api dan
longsor di dalam laut (Ilyas, 2006; Hermon, 2016; Oktorie, 2017; Oktorie, 2018).
Menurut Perka BNPB No 4 tahun 2008 tsunami diartikan sebagai gelombang pasang
yang timbul akibat terjadinya gempa bumi, letusan gunung api bawah laut atau longsor
di laut dan pengangkatan atau penurunan blok batuan yang terjadi secara tiba-tiba dalam
skala besar dasar laut (Hermon, 2012).
Garis pantai sepanjang wilayah Sumatera Barat merupakan daerah yang
termasuk ke dalam kawasan bahaya tsunami karena terletak pada lempeng Eurasia

15
Jurnal Kapita Selekta Geografi
ISSN Print: 2622-4925
ISSN Online: 2622-4933
Volume 2 Nomor 1: Januari 2019 (Halaman: 15-22)
http://ksgeo.ppj.unp.ac.id/index.php/ksgeo

(Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, 2010; Hermon, 2016; Hermon, 2017).
Garis pantai Kabupaten Agam memiliki daerah yang relatif datar salah satunya
Kecamatan Tanjung Mutiara, merupakan kawasan yang relatif datar dan sedikit berbukit
yang menjadikan kawasan tersebut rentan akan bahaya tsunami.
Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Agam tahun 2016 Kecamatan
Tanjung Mutiara memiliki jumlah penduduk sebanyak 30.020 jiwa yang tersebar di 3
nagari, yaitu Nagari Tiku Selatan sebanyak 11.805 jiwa, Tiku Utara sebanyak 8.983
jiwa, Tiku V Jorong sebanyak 9.232 jiwa. Banyaknya penduduk yang bertempat tinggal
di daerah tersebut, berdampak pada kesiapan masyarakat dalam menghadapi bahaya
tsunami, untuk mengurangi banyaknya jumlah korban jiwa maka diperlukan sebuah
upaya mitigasi.
Dalam pasal 1 ayat 6 PP No 21 tahun 2008, mitigasi merupakann serangkaian
upaya untuk mengurangi risiko bencana baik penyadaran masyarakat maupun
pembangunan fisik seperti shelter. Hasil observasi sementara Kecamatan Tanjung
Mutiara belum ada shelter, sehingga menyebabkan masyarakat kesulitan melakukan
evakuasi saat terjadi tsunami. Pembangunan shelter di Sumatera Barat masih belum
terealisasikan secara menyeluruh karena masih ada kawasan yang belum memiliki
shelter sebagai tempat evakuasi tsunami seperti Kecamatan Tanjung Mutiara.
Pada saat terjadi gempa bumi tahun 2009 episentrum Sumatera 7,9 Skala
Richter dengan kedalaman 71 km dan 57 km Barat Daya Pariaman, dikarenakan tidak
adanya shelter sebagai tempat evakuasi, pada saat gempa bumi tujuan evakuasi
masyarakat yaitu dataran tinggi, keadaan di lapangan menunjukan bahwa kondisi jalur
evakuasi yang ada cukup sempit mengakibatkan kapasitas jalur evakuasi tidak mampu
menampung penduduk yang melakukan evakuasi. Jalan yang ada di Kecamatan
Tanjung Mutiara banyak yang sejajar dengan garis pantai, sehingga arah tujuan
evakuasi menuju ke arah yang lebih tinggi. Apabila terjadi tsunami waktu yang
dibutuhkan menuju lokasi aman memakan waktu lebih dari ketetapan yang ada yaitu 30
menit. Dalam Undang-undang No 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana
pasal 35 dan 36 mengamanatkan agar setiap daerah dalam upaya meningkatkan
penanggulangan bencana mempunyai perencanaan penanggulangan bencana, karena

16
Jurnal Kapita Selekta Geografi
ISSN Print: 2622-4925
ISSN Online: 2622-4933
Volume 2 Nomor 1: Januari 2019 (Halaman: 15-22)
http://ksgeo.ppj.unp.ac.id/index.php/ksgeo

topografi Kecamatan Tanjung Mutiara relatif datar maka berdasarkan undang-undang


tersebut diperlukan suatu metode evakuasi vertikal.

METODE
Persebaran permukiman dalam penelitian ini sangat penting diketahui untuk
perencanaan lokasi shelter, sehingga dapat diketahui berapa jumlah shelter yang
dibutuhkan dan penempatan lokasi shelter secara tepat.
Analisis waktu
Dalam rentang waktu perkiraan datangnya tsunami atau ETA (Estimed Time of
Arrival), tidak dapat digunakan sepenuhnya untuk evakuasi, dikarenakan terdapat waktu
untuk mendeteksi tsunami, waktu persiapan dan waktu persebaran informasi. Dalam
penelitian ini ditetapkan waktu datangnya tsunami di wilayah penelitian selama 30
menit, waktu evakuasi atau waktu respon masyarakat dapat dikalkulasi berdasarkan
formula berikutt:
ToNW = IDT + INT
Rst = ETA – ToNW – RT
Keterangan:
ToNW = waktu teknis peringatan alami
IDT = waktu pegambilan keputusan institusi
INT = waktu pemberitahuan dari institusi
Rst = waktu yang tersedia untuk evakuasi
ETA = Perkiraan waktu tsunami tiba
RT = waktu reaksi masyarakat
(Ahmad Muhajir, Agung Budi Cahyono 2013).
Kecepatan Evakuasi dan Jarak
Kecepatan evakuasi memakai Standar The Japan Institute For Fire Safety And
Disaster Preparadness. Dengan kecepatan 0,751 m/detik atau 45,06 m/menit.

Keterangan
C0 = Kapasitas dasar jalan (nilai dibulatkan ke bawah)
C1 = Kapasitas aktual jalan (nilai dibulatkan ke atas)
V = Kecepatan berjalan saat bencana (m/ dtk)
Vs = Kecepatan berjalan orang 0,751m/detik
W = Lebar jalan
S = Luas lahan yang dibutuhkan tiap pengungsi 0,625 m²

17
Jurnal Kapita Selekta Geografi
ISSN Print: 2622-4925
ISSN Online: 2622-4933
Volume 2 Nomor 1: Januari 2019 (Halaman: 15-22)
http://ksgeo.ppj.unp.ac.id/index.php/ksgeo

Analisis Tempat Evakuasi


Dalam menentukan area evakuasi digunakan peta bahaya tsunami. Adapun
syarat lokasi shelter ialah:
1. Berada dekat jalur evakuasi
2. Berada pada konsentrasi penduduk
3. Lahan yang telah ditetapkan
4. Fasilitas umum
(Ahmad Muhajir dan Agung Budi Cahyono, 2013)
Jaringan jalan merupakann sarana yang dipakai dalam melakukan evakuasi,
maka setiap perpotongan antara jaringan jalan dan batas area bahaya tsunami dijadikan
sebagai titik sasaran evakuasi. Dengan demikian, area evakuasi vertikal dapat
ditentukan dengan menghitung sejauh dari mana seseorang dapat mencapai lokasi
tersebut dalam waktu evakuasi yang tersedia. Untuk mendapatkan lokasi ini, maka
digunakan tool service area yang tersedia pada ekstensi Network Analyst.
Service area analiyst
Service area analyst digunakan untuk menemukan area yang dapat di akses
dari suatu titik yang ada pada suatu jaringan jalan. Service area pada penelitian ini
menggunakan jaringan jalan sebagai dasar perhitungan untuk menentukan lokasi shelter
tsunami. Service area didasarkan pada Algoritma Dijsktra untuk melintasi jaringan
jalan. Dengan ekstensi Network Analyst, dapat ditemukan area layanan setiap lokasi
pada jaringan. Sebuah layanan jaringan merupakann wilayah yang mencakup semua
jalan-jalan yang diakses. Pada Algoritma Dijkstra node digunakan karena menggunakan
diagram pohon untuk menentukan jalur lintasan terpendek dari node asal ke node
terdekat, kemudian ke node berikuttnya dan seterusnya. Berikutt ini adalah contoh
graph berarah dalam mencari dari node asal ke node tujuan dengan melewati semua
node yang ada.

18
Jurnal Kapita Selekta Geografi
ISSN Print: 2622-4925
ISSN Online: 2622-4933
Volume 2 Nomor 1: Januari 2019 (Halaman: 15-22)
http://ksgeo.ppj.unp.ac.id/index.php/ksgeo

Gambar 1. Algoritma Dijkstra

Cara menganalisis jarak jangkauan shelter dengan menggunakan rumus


analisis time line yang berguna untuk menentukan waktu pergerakan evakuasi tsunami
dan dikalikan dengan kecepatan rata-rata berjalan dan berlari sehingga didapatkan hasil
jarak jangkauan maksimum layanan shelter.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil survei dan observasi lapangan di Kecamatan Tanjung Mutiara hanya
tersedia 1 shelter yang dibangun oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Agam,
kondisi shelter yang ada tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan saat ini tidak adanya shelter lain yang
bisa menjadi tujuan evakuasi saat terjadi tsunami di Kecamatan Tanjung Mutiara yang
menjadi kawasan bahaya tsunami, sehingga diperlukan perencanaan lokasi yang bisa
direkomendasikan menjadi shelter evakuasi saat terjadi tsunami.
Menentukan wilayah jangkauan yang dihitung berdasarkan waktu kecepatan
berlari masyarakat saat terjadi tsunami menuju shelter di Kecamatan Tanjung Mutiara
menggunakan Service Area Analyst. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui berapa
jangkauan lokasi shelter yang direncanakan dan berapa banayak shelter yang
dibutuhkan di Kecamatan Tanjung Mutiara dengan persebaran permukiman yang ada.
Pengambilan titik koordinat shelter yang direncanakan pada setiap lokasi ditandai denga
GPS Essentials. Berdasarkan hasil survei dan observasi lapangan didapatkan 6 titik

19
Jurnal Kapita Selekta Geografi
ISSN Print: 2622-4925
ISSN Online: 2622-4933
Volume 2 Nomor 1: Januari 2019 (Halaman: 15-22)
http://ksgeo.ppj.unp.ac.id/index.php/ksgeo

lokasi shelter di Kecamatan Tanjung Mutiara terdiri dari 1 pasar, 1 mesjid, 4 sarana
pendidikan.
Lokasi shelter yang ditetapan tidak hanya difungsikan saat terjadi tsunami, saat
tidak terjadi tsunami, shelter bisa digunakan untuk kepentingan bersama. Berdasarkan
syarat ketinggian dan daya tampung shelter yang telah ditetapkan oleh Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) kriteria minimal tinggi shelter adalah 15 meter dari
permukaan tanah dan memiliki minimal daya tampung 250 jiwa. Saat di lapangan
shelter yang ditemukan mempunyai ketinggian kurang dari 15 meter, sehingga shelter
Kecamatan Tanjung Mutiara tidak memenuhi kriteria tinggi shelter dari BNPB.
Dalam penelitian ini, untuk mengetahui jangkauan shelter di Kecamatan
Tanjung Mutiara, dilakukan pengolahan data titik (point lokasi shelter) yang diperoleh
dari hasil survei, dan data jalan dalam format shp, kemudian data ini dianalisis dengan
menggunakan Network Analyst tools service area, output dari analisis ini adalah
polygon jangkauan dari lokasi shelter yang direncanakan dengan mempertimbangkan
jarak tempuh dengan estimasi waktu evakuasi yang tersedia. Kecepatan lari manusia
yang telah ditetapkan oleh BNPB yaitu 0,751 m/detik. Untuk lebih jelas berapa jarak
yang dapat dijangkau oleh shelter dengan menghitung rata-rata kecepatan lari manusia
menuju lokasi shelter di Kecamatan Tanjung Mutiara.
Jangkauan rencana lokasi shelter Jororng Subang-subang Nagari Tiku V
Jorong Kecamatan Tanjung Mutiara, terdapat 1 bangunan shelter dan 1 rencana lokasi
shelter yaitu SDN 04 Subang subang dan KMP Bahari Makmur, bangunan shelter yang
ada tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh BNPB, jangkauan lokasi shelter
yang direncanakan dengan menghitung kecepatan lari yang telah ditetapkan, lokasi
shelter yang direncanakan mampu menjangkau permukiman yang ada dengan luas
jangkauan pelayanan seluas 58,12 ha.
Lokasi shelter di Jorong Ujung Labung Timur Kecamatan Tanjung Mutiara,
karena jalur evakuasi terlalu jauh dari kawasan aman bahaya tsunami maka Masjid
Istiqomah Translok Ujung Labung Timur dijadikan rencana lokasi shelter evakuasi
tsunami yang mampu menjangkau kawasan permukiman seluas 81,25 ha. Lokasi shelter
di Nagari Tiku Selatan Kecamatan Tanjung Mutiara, karena jalur evakuasi yang cukup
jauh dari kawasan aman bahaya tsunami maka SMAN 1 Tanjung Mutiara dijadikan

20
Jurnal Kapita Selekta Geografi
ISSN Print: 2622-4925
ISSN Online: 2622-4933
Volume 2 Nomor 1: Januari 2019 (Halaman: 15-22)
http://ksgeo.ppj.unp.ac.id/index.php/ksgeo

lokasi shelter yang direncanakan berada dekat dengan kawasan wisata Pantai Tiku dan
menjadi tempat aktivitas warga, lokasi ini mampu menjangkau kawasan seluas 81,25 ha.
Lokasi shelter Nagari Tiku Salatan Kecamatan Tanjung Mutiara, lokasi ini berada dekat
dengan perbatasan Kabupaten Padang Pariaman, tidak adanya akses untuk menuju
tempat aman maka SMK Plus Berbasis Pesantren dijadikan rencana lokasi shelter,
lokasi ini mampu menjangkau permukiman seluas 59,68 ha.
Rencana lokasi shelter Nagari Tiku Selatan Kecamatan Tanjung Mutiara,
lokasi ini berada di Pasar Senin Tiku, lokasi ini merupakann pusat administrasi
Kecamatan Tanjung Mutiara, pada saat terjadi tsunami jalur evakuasi yang ada tidak
mampu menampung warga yang melakukan evakuasi, sehingga lokasi Pasar Senin
dijadikan tempat lokasi shelter, Pasar Senin mampu menjangkau kawasan seluas 124,28
ha. Rencana lokasi shelter Nagari Tiku Selatan Kecamatan Tanjung Mutiara, lokasi ini
berada di tepi pantai yang merupakann kawasan padat penduduk dan menjadi pusat
aktivitas warga, untuk mengurangi banyaknya jumlah korban jiwa saat terjadi tsunami,
MTsN 5 Agam dijadikan lokasi yang direncanakan, lokasi ini mampu menjangkau
permukiman seluas 138,68 ha.

KESIMPULAN
Kecamatan Tanjung Mutiara memiliki 1 bangunan shelter yang tidak
memenuhi standar BNPB, terdapat 6 lokasi shelter yang direncanakan. Rencana lokasi
shelter di Nagari Tiku V Jorong yaitu SDN 04 Subang subang dan Mesjid Istiqomah
Translok. 4 Rencana lokasi shelter di Nagari Tiku selatan 3 diantaranya merupakann
fasilitas pendidikan yaitu MTsN 5 Agam, SMAN 1 Tanjung Mutiara, SMK Plus
Berbasis Pesantren dan 1 fasilitas umum yaitu Pasar Senen Tiku. Hasil penelitian
menunjukan bahwa rencana lokasi shelter masih belum bisa menjangkau seluruh
permukiman yang berada pada kawasan bahaya tsunami.

PUSTAKA

Ade K, A. 2013. Evaluasi Kapasitas Shelter Evakuasi Untuk Bencana Tsunami Di Kota
Padang Berbasis Sistem Informasi Geografi (SIG). Tesis Fakultas Teknik.
Universitas Riau.

21
Jurnal Kapita Selekta Geografi
ISSN Print: 2622-4925
ISSN Online: 2622-4933
Volume 2 Nomor 1: Januari 2019 (Halaman: 15-22)
http://ksgeo.ppj.unp.ac.id/index.php/ksgeo

Badan Pusat Statistik. 2016. Agam Dalam Angka 2016


Budiarjo, A. 2008. Evacution Shelter Building Planning For Tsunami Prone Area: A
Case Study Of Meulaboh City, Indonesia. Thesis ITC, Enschede.
Dewi, R. S. 2010. A GIS-Based Approach To The Selecction Of Evacuation Shelter
Building And Routes For Tsunami Risk Reduction : A Case Study Of Cilacap
Coastal Area, Indonesia. Thesis Gadjah Mada University.
Hermon, D. 2010. Geografi Lingkungan: Perubahan Lingkungan Global. UNP Press.
Hermon, D. 2012. Mitigasi Bencana Hidrometeorlogi: Banjir, Longsor, Degradasi
Lahan, Ekologi, Kekeringan, dan Puting Beliung. UNP Press. Padang.
Hermon, D. 2015. Geografi Bencana Alam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Hermon, D. 2016. Mitigasi Perubahan Iklim. Rajawali Pers (Radjagrafindo).
Hermon, D. 2016. The Strategic Model of Tsunami Based in Coastal Ecotourism
Development at Mandeh Regions, West Sumatera, Indonesia.Journal of
Environment and Earth Science. Volume 6.
Hermon, D. 2017. Climate Change Mitigation. Rajawali Pers (Radjagrafindo).
Ilyas, T, 2006, Mitigasi Gempa dan Tsunami di Daerah Perkotaan Seminar Bidang
Kerekayasaan Fatek-Unsrat, Manado. Universitas Sam Ratulangi.
Manda, S. F. 2014. Daya Tampung Shelter Evakuasi Tsunami di Universitas Negeri
Padang Air Tawar Barat Study Kasus untuk Masyarakat Civitas Akademika
dan Orang orang Yang Bekerja Lingkungan Kampus Uiversitas Negeri Padang
Air Tawar Barat. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang.
Padang
Muhajir, A dan N. C. Agung. 2013. Anaisis Persebaran bangunan Evakuasi Bencana
Tsunami Menggunkan ArcGIS. Surabaya. Teknik Geomatika, Fakultas
Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknik Sepuluh November
Oktorie, O. 2017. A Study of Landslide Areas Mitigation and Adaptation in Palupuah
Subdistrict, Agam Regency, West Sumatra Province, Indonesia. Sumatra
Journal of Disaster, Geography and Geography Education. Volume 1. Issue. 1.
p: 43-49. Master Program of Geography Education.
Oktorie, O. 2018. Model Kebijakan Responsif Pemulihan Bencana Letusan Gunung
Sinabung. Jurnal Kapita Selekta Geografi. Volume 1. Issue 1. p: 15-20.
Park, S. Et Al. 2012. Method to Determine Locations of Tsunami Vertical Evacuation
Shelter Naturaal Hazard: Journal of The International Society for The
Prevention and Mitigasi of Natural Hazard.
Perturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 4 Tahun 2012.
Prihantoro, D dan S. A. H. Sagala. 2014. Evakuasi Tsunami Menggunakan Shelter
Vertikal di Cilacap Kecmatan Cilacap Selatan, Kabupaten Cilacap. Keilmuan
Perencanaan Wilayah dan Pedesaan, ITB.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007.

22

Anda mungkin juga menyukai