Perempu
Kecamatan Laki-laki Jumlah
an
Sukajadi 29.042 28.074 57.116
Pekanbaru Kota 17.566 16.764 34.330
Sail 13.680 13.300 26.980
Limapuluh 25.941 25.353 51.294
Senapelan 22.625 22.330 44.955
Rumbai 35.060 32.736 67.796
Bukit raya 51.870 49.475 101.345
Tampan 90.329 84.667 174.996
Marpoyan Damai 75.377 70.637 146.014
Tenayan Raya 73.215 68.707 141.922
Payung Sekaki 51.225 48.878 100.103
Rumbai Pesisir 38.337 36.522 74.859
TOTAL 524.267 497.443 1.021.710
Sumber : Disdukcapil Kota Pekanbaru, status data 21 Agustus 2014
Luas
Jumlah Kepadatan
Kecamatan Wilayah
Penduduk Penduduk (jiwa/km2)
(km2)
Sukajadi 3,76 57.116 15.190
Pekanbaru
2,26
Kota 34.330 15.190
Sail 3,26 26.980 8.276
Limapuluh 4,04 51.294 12.697
Senapelan 6,65 44.955 6.760
Rumbai 128,85 67.796 526
Bukit raya 22,05 101.345 4.596
Tampan 59,81 174.996 2.926
Marpoyan
Damai 29,79 146.014 4.901
Tenayan Raya 171,27 141.922 829
Payung
Sekaki 51,36 100.103 1.949
Rumbai
Pesisir 157,33 74.859 476
Jumlah 640,43 1.021.710 1.595
Sumber : Disdukcapil Kota Pekanbaru, Pekanbaru Dalam Angka
kota. Namun sejak tahun 2002 hegemoni mereka berkurang seiring dengan
berdirinya Provinsi Kepulauan Riau dari pemekaran Provinsi Riau.
Masyarakat Jawa awalnya banyak didatangkan sebagai petani pada masa
pendudukan tentara Jepang, sebagian mereka juga sekaligus sebagai
pekerja romusha dalam proyek pembangunan rel kereta api. Sampai tahun
1950 kelompok etnik ini telah menjadi pemilik lahan yang signifikan di Kota
Pekanbaru. Namun perkembangan kota yang mengubah fungsi lahan
menjadi kawasan perkantoran dan bisnis, mendorong kelompok masyarakat
ini mencari lahan pengganti di luar kota, namun banyak juga yang beralih
okupansi.
10 2012 32.901
Sumber : BPS Riau, 2013
Marpoyan
4 111.125 116.563 121.574 126.316 127.369 125.697 2,1
Damai
Pekanbaru
8 30.129 30.016 31.199 31.355 30.092 25.062 0,3
Kota
Dalam hal ini, rendahnya nilai lahan tidak akan banyak memberikan daya
tarik yang dapat mempengaruhi minat penduduk untuk bertempat tinggal di
lokasi-lokasi yang relatif masih kosong, namun memiliki tingkat pelayanan
prasarana dan sarana kota yang rendah.
2. Morfologi
Morfologi Kota Pekanbaru sebagian besar terdiri dari dataran
aluvium, selebihnya terdiri dari perbukitan. Bentuk morfologi Kota
Pekanbaru dibagi menjadi:
- Satuan Morfologi Dataran
Sebarannya menempati daerah Kecamatan Kota Pekanbaru,
Senapelan, Limapuluh, Sukajadi, Sail, sebagian wilayah Rumbai,
sebagian wilayah Rumbai Pesisir, Bukit Raya, sebagian wilayah
Tenayan Raya, serta wilayah Tampan, Marpoyan Damai, dan
Payung Sekaki, dengan proporsi kurang lebih 65% dari luas
keseluruhan Kota Pekanbaru. Daerah ini merupakan daerah
3. Kemiringan Lereng
Secara umum kondisi wilayah Kota Pekanbaru sebagian besar
arealnya mempunyai kelas lereng datar dengan luas 38.624 Ha,
yang terdiri dari 2 (dua) kelas kemiringan lereng yaitu kemiringan
lerengnya 0 – 2% dengan luas 27.818 Ha dan sekitar 10.806 Ha
kemiringan lereng 2 – 8% yang sesuai untuk pengembangan
pembangunan kota. Kemiringan 0 – 2% ini terletak di daerah bagian
Selatan, sedangkan kemiringan lereng 2 – 8% terletak menyebar di
bagian Tenggara Kota Pekanbaru dan sebagian lagi di daerah
Utara.
Untuk kemiringan dengan kelas kelerengan 26 – 40% yang
merupakan daerah agak curam mempunyai luasan terkecil yaitu
2.917 Ha, yang terletak di daerah Utara dan juga daerah Tenggara
2. Struktur Geologi
Berdasarkan pada peta geologi Lembar Pekanbaru dan sekitarnya
(M.C.G. Clarke dkk,1982.) dengan skala 1:250.000, struktur geologi
yang terdapat di Kota Pekanbaru terdiri dari sesar mendatar dengan
arah umum Barat Laut – Tenggara, lipatan Sinklin dan Antiklin dengan
arah penunjaman berarah relatif Timur Laut – Barat Daya.
Struktur – struktur geologi tersebut masuk dalam sistem patahan
Sumatera, sementara itu sesar – sesar mendatar ini termasuk dalam
sistem patahan Semangko, diduga terjadi pada Kala Miosen Tengah.
Struktur geologi dengan skala regional misalnya Sesar Semangko
yang relatif berarah Barat Laut – Tenggara atau relatif searah dengan
Pulau Sumatera dapat berfungsi sebagai pemicu terjadinya gempa di
sepanjang/ disekitar zona sesar tersebut.
3. Jenis tanah
Secara umum kondisi tanah di Kota Pekanbaru mempunyai daya
pikul (T tanah) antara 0,7 kg/cm2 - 1 kg/cm2, kecuali di beberapa lokasi
yang berdekatan dengan anak sungai (T tanah) antara 0,4 kg/cm 2 - 0,6
kg/cm2.
pembangunan Pesisir
3 Dataran Dataran banjir dari Semua Ultisol/Podzolik 49.461 78,23
sungai yang bermeander Kecamatan Kandik/Kandiudults
Sedimen tidak Inceptisol/Kambisol
dibedakaan Distrik/Dyspropepts
Batuan sedimen halus Hapludox
dan kasar
Masam Hapluduts
Lereng < 3% Humittropepts
Datar sampai Ultisol/Podzolik
bergelombang (< 8%) Merah/Paleudults
Berombak Spodosol/Podzolik
Gleiik/Tropaquepts
Berombak sampai Entisol/Litosol/
bergelombang Tropofluvents
Berbukit kecil Tropohemists
Perbukitan kecil (lereng
> 16%)
4 Kubah Kubah gambut oligotrofik Payung Troposaprits 3.822 6,04
Gambut air tawar Sekaki
Kedalaman gambut 0.5 - Rumbai Tropohemists
2 meter
Datar sampai sedikit Tropofibrits
cembung Sulfihemits
4. Listrik/Gas 997
5. Bangunan 34.963
Pertumbuhan
Tahun Inflasi (%)
Ekonomi (%)
Tahun
No Kabupaten/Kota
2006 2007 2008 2009
6 Manajer Orang 30 50 57 57 63
2006 7.000 6.898 98,5 700 648 92,6 120 98 81,7 7.820 7.644 97,7
2007 7.300 7.293 99,9 730 675 92,5 130 115 88,5 8.160 8.083 99,1
2008 7.500 7.457 99,4 750 710 94,7 140 127 90,7 8.390 8.294 98,9
2009 7.700 7.829 101,7 800 758 94,8 150 131 87,3 8.650 8.718 100,8
2010 8.000 8.168 102,1 820 789 96,2 160 136 85,0 8.980 9.093 101,3
Sedangkan nilai impor pada tahun 2009 mencapai 66 juta US$, dan
turun 19 % ada tahun 2008 sebesar 82 juta US$. Namun terjadi
peningkatan yang signifikan ditahun 2010 menjadi 108 juta
US$.Permasalahan masa akan datang adalah ketersediaan dan dana
2. Perkembangan Perdagangan
Dalam hal ini fokus tinjauan diarahakan pada perkembangan
perdagangan luar negeri baik ekspor maupun impor di Pekanbaru.
Selama tahun 2009 realisasi nilai ekspor Kota Pekanbaru mencapai
sekitar 40 juta US$, nilai ini naik 0,88 % (3 juta US$) dibandingkan tahun
2008 yaitu 37 juta US$. Terjadi lonjakan yang signifikan terhadap ekspor
ditahun 2010 menjadi 108 juta US$.
Sedangkan nilai impor pada tahun 2009 mencapai 66 juta US$, dan
turun 19 % ada tahun 2008 sebesar 82 juta US$. Namun terjadi
peningkatan yang signifikan ditahun 2010 menjadi 108 juta US$.
120,000,000.00
100,000,000.00
volume (US$)
80,000,000.00
EKSPOR FOB
60,000,000.00
IMPOR CIF
40,000,000.00
20,000,000.00
-
2006 2007 2008 2009 2010
Walaupun dari segi nilai ekspor dan impor relatif seimbang, namun
terjadi lonjakan prosentase nilai kenaikan impor melebihi ekspor. Ini
menandakan masih perlu digali kemampuan ekspor komoditi
perdagangan Kota Pekanbaru untuk menyeimbangkan kenaikan
prosentase impornya.
3. Perkembangan Perindustrian
Terjadi penurunan jumlah (unit) industri besar dan sedang (sekitar
20%) selaras dengan penurunan jumlah pekerja dan karyawannya.
Kondisi terparah adalah pada kondisi industri besar dimana terjadi
penurunan karyawan sampai 50% (dari 6000 orang sampai 3000 orang
dalam periode 3 tahun, 2007-2010).
30
25
20
INDUSTRI BESAR
unit
15
INDUSTRI SEDANG
10
0
2006 2007 2008 2009 2010
INDUSTRI BESAR 13 11 11 7
INDUSTRI SEDANG 24 25 25 18
tahun
7000
6000
tenaga kerja (orang) 5000
4000 INDUSTRI BESAR
3000 INDUSTRI SEDANG
2000
1000
0
2006 2007 2008 2009 2010
100
99.9
99.87
99.8 99.8
99.77
99.7 99.7
99.6
99.5 99.5
99.4
2006 2007 2008 2009 2010
11.5
11.45
11.4
11.32 11.33
11.35 11.3 11.3
11.3
11.25
11.2
11.15
11.1
11.05
11
2007 2008 2009 2010
Pada Gambar berikut dapat dilihat bahwa sejak tahun 2007 sampai 2010,
rata-rata penduduk Kota Pekanbaru yang berusia 15 tahun ke atas telah
menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani selama 11,3-
11,33 tahun atau setingkat SMA/MA. Capaian ini termasuk kategori sangat
baik, mengingat capaian sampai tingkat SLTA ini melampaui program wajib
belajar 9 tahun, dan hampir (94,4%) mencapai target maksimal, yaitu program
wajib belajar 12 tahun. Namun demikian, karena lamanya bersekolah ini juga
merupakan ukuran akumulasi investasi pendidikan individu yang diharapkan
akan meningkatkan pendapatan individu dengan naiknya nilai rata-rata lama
sekolah ini, maka setiap individu dan pemerintah kota Pekanbaru akan terus
meningkatkan angka ini sampai tingkat tertinggi di perguruan tinggi, sehingga
akumulasi modal manusia Pekanbaru ini setiap tahun semakin meningkat.
(% )
135.59
140 131.15
121.55 122.74
115.59
120 110.72 111.32
99.72 98.26 96.19
100 89.07 89.07 89.69 SD
SMP
80
SMA
56.42
60
46.74
40
2006 2007 2008 2009 2010 (Tahun)
yang sangat mungkin ada yang berusia di luar dari range usia 13-15 tahun
dan 16-18 tahun.
Dapat dilihat pada berikut bahwa nilai APK Tingkat SD/MI pada tahun
2006-2010 sudah di atas 100%, walaupun sempat ada tren turun dari tahun
2007 ke tahun 2008, tapi kemudian nilai APK kembali naik dalam 3 tahun
berikutnya. Tren nilai APK untuk tingkat SLTP sempat turun dari tahun 2006
sampai 2008, dengan nilai APK di bawah 100%, tetapi pada tahun 2009 dan
2010 nilai APK SLTP di atas 100%. Sedangkan APK untuk SLTA pada 2
tahun pertama dari 2006-2010 sangat rendah (46,74% dan 56,42%), namun
pada 3 tahun terakhir (2008-2010) nilai APK SLTA naik signifikan pada angka
di atas 80%, bahkan pada tahun 2010, hanya tinggal sekitar 10% saja anak
usia 16-18 tahun yang belum mengenyam pendidikan setingkat SLTA.
Angka Partisipasi murni (APM) adalah persentase siswa dengan usia yang
berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk di usia yang
sama. APM SD-SLTP dan SLTA Kota Pekanbaru dari tahun 2006 sampai
2010 dipaparkan pada Gambar 2.12 di bawah ini. Dari gambar tersebut
terlihat bahwa partisipasi sekolah penduduk usia SD/MI rata-rata sejak tahun
2006 sampai 2010 sudah di atas 100%. Nilai APM SD di atas 100% ini
menunjukkan bahwa siswa SD di Kota Pekanbaru juga bukan hanya
penduduk Kota Pekanbaru, namun juga penduduk luar Kota Pekanbaru, yaitu
Kabupaten Kampar dan Kabupaten Siak yang bertempat tinggal di daerah
perbatasan.
(% )
120
110 112.2 110.25
104.59
100 99.6 102
94.15 94.92
90 SD
84.43
80 SMP
72.5 74.48
70 SMA
64.98 64.98 63.62
60
50 49.01
40
2006 2007 2008 2009 2010 (Tahun)
Sejak tahun 2005 sampai 2010, sebagian besar tenaga kerja yang
tersedia berpendidikan sampai dengan SLTA, selanjutnya peringkat kedua
background pendidikan tenaga kerja adalah tamatan SLTP, sedangkan
tenaga kerja lulusan sarjana (DIV/S1/S2/S3) hanya sekitar 8,1%.
Pembangunan pendidikan diarahkan agar tenga kerja berpendidikan sarjana
adalah yang dominan.
Tahun
No Sarana Ibadah
2006 2007 2008 2009 2010
Penduduk Agama
Hindu
12 Wihara 12 12 13 13 17
13 Penduduk Agama 16262 16582 17089 17113 21571
Budha
14 Rasio Wihara – 1355 1381 1314 1316 1268
Penduduk Budha
15 Jumlah Penduduk 681414 690497 702320 712387 732327
16 Rasio Mesjid – 1410 1468 1404 1386 1537
Penduduk
17 Rasio Gereja – 10478 12579 12109 12163 9825
Penduduk
18 Rasio Pura – 754467 779899 799213 802788 903902
Penduduk
19 Rasio Wihara – 62872 64991 61277 61752 53170
Penduduk
Sumber: Dinas Sosial Kota Pekanbaru 2011
2006 sampai 2010 hanya kurang dari 4 orang bayi saja yang meninggal
sebelum berusia 1 tahun.
2 Angka kelangsungan
998,7 999,24 998,97 996,08 996,30
hidup bayi
Sumber: Profil Kesehatan Kota Pekanbaru – Dinas Kesehatan, 2011
Catatan: Data kematian bayi tersebut merupakan data yang tercatat pada fasilitas
kesehatan Kota Pekanbaru
Angka Usia Harapan Hidup (AHH) adalah rata-rata tahun hidup yang akan
dijalani oleh bayi yang baru lahir pada tahun tertentu. Pada Gambar 2.19 di
bawah ini dapat dilihat bahwa sejak tahun 2006 sampai 2011, harapan hidup
bayi yang lahir pada tahun 2006 sampai 2011 memiliki harapan hidup sampai
umur sekitar 70 tahun lebih, bahkan pada 4 tahun terakhir AHH nya stabil
pada angka 70,7 tahun.
Persentase Balita Gizi Buruk adalah persentase balita dalam kondisi gizi
buruk terhadap jumlah balita. Klasifikasi status gizi dibuat berdasarkan
standar WHO. Gambar 2.20 di bawah menunjukkan persentase gizi buruk
Kota Pekanbaru pada tahun 2007 – 2011. Dari gambar tersebut dapat dilihat
bahwa pada periode 2007-2011, jumlah bayi berstatus gizi buruk masuk
kategori rendah, bahkan pada tahun 2010, persentase bayi gizi buruk hanya
kurang dari 0,05%, artinya hampir tidak ada kejadian bayi berstatus gizi buruk
di Kota Pekanbaru pada tahun 2007-2011.
Tabel diatas memberikan informasi jumlah kasus bayi berstatus gizi buruk
untuk setiap kecamatan di Kota Pekanbaru dari tahun 2007 sampai 2011.
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah bayi berstatus gizi buruk turun
drastis dari jumlah 55 orang pada tahun 2007 menjadi 25 orang pada tahun
2008, bahkan pada tahun 2011 hanya tinggal 4 orang bayi saja yang
mengalami status gizi buruk. Hal ini merupakan salah satu indikasi
keberhasilan pembangunan bidang kesehatan di kota Pekanbaru.