BAB 4
RENCANA
STRUKTUR RUANG WILAYAH
Rencana struktur ruang merupakan gambaran struktur ruang yang hendak dituju dalam
kurun waktu 20 tahun, yaitu tahun 2010-2030 mencakup struktur ruang yang telah
terbentuk saat ini dan yang diusulkan untuk dipacu perkembangannya.
Rencana struktur ruang wilayah meliputi sistem perkotaan dan perkampungan, sistem
jaringan transportasi, energi, telekomunikasi, dan sumber daya air.
Kepadatan penduduk pada tahun 2009 terkonsentrasi pada Kota Jayapura sebesar 238
jiwa/km2, kemudian diikuti oleh Kabupaten Biak Numfor sebesar 46 jiwa/km2, Kabupaten
Jayawijaya sebesar 44 jiwa/km2, dan kepadatan terrendah adalah Kabupaten
Mamberamo Raya dan Kabupaten Boven Digoel masing-masing sebesar 1 jiwa/km2.
Perkiraan tingkat kepadatan penduduk yang ditunjukkan pada tabel IV.1 terlihat bahwa
pada tahun 2030 tingkat kepadatan penduduk terbesar adalah Kota Jayapura sebesar
370 jiwa/km2, Kemudian Kabupaten Biak Numfor sebesar 68 jiwa/km 2, Kabupaten
Jayawijaya sebesar 62 jiwa/km2, Kabupaten Kepulauan Yapen sebesar 48 jiwa/km2,
merupakan tingkat kepadatan tinggi. Kabupaten yang termasuk kepadatan Sedang
adalah Kabupaten Paniai sebesar 46 jiwa/km2, Kabupaten Lanny Jaya sebesar 26
jiwa/km2, Kabupaten Puncak Jaya sebesar 25 jiwa/km 2, dan Kabupaten Dogiyai sebesar
24 jiwa/km2.
Untuk lebih jelasnya perkiraan kepadatan penduduk hingga Tahun 2030 dapat dilihat
pada Tabel IV.1 dan Peta 4.1 Perkiraan Kepadatan Penduduk.
1 Kota Jayapura 944 224,709 238 229,541 243 283,118 300 349,201 370
2 Merauke 46,558 176,531 4 180,786 4 228,726 5 289,379 6
3 Jayawijaya 2,341 102,990 44 104,710 45 123,207 53 144,971 62
4 Jayapura 14,356 101,169 7 102,839 7 120,767 8 141,821 10
5 Nabire 12,992 69,388 5 70,387 5 80,965 6 93,134 7
6 Kep. Yapen 2,449 75,332 31 76,966 31 95,117 39 117,549 48
7 Biak Numfor 2,264 105,013 46 106,977 47 128,373 57 154,048 68
8 Paniai 4,566 145,968 32 148,581 33 176,903 39 210,623 46
9 Puncak Jaya 4,956 79,435 16 81,174 16 100,514 20 124,462 25
10 Mimika 20,674 112,789 5 116,466 6 160,051 8 219,947 11
11 Boven Digoel 24,665 35,597 1 36,447 1 46,022 2 58,113 2
12 Mappi 23,181 71,904 3 72,853 3 82,816 4 94,141 4
13 Asmat 24,750 69,242 3 70,655 3 86,212 3 105,196 4
14 Yahukimo 15,096 154,419 10 157,862 10 196,240 13 243,947 16
15 Pegunungan Bintang 14,624 98,277 7 100,135 7 120,398 8 144,763 10
16 Tolikara 6,176 50,551 8 51,896 8 67,278 11 87,220 14
17 Sarmi 14,022 23,931 2 24,563 2 31,781 2 41,122 3
18 Keerom 9,023 46,298 5 48,303 5 73,589 8 112,113 12
19 Waropen 5,392 15,626 3 15,869 3 18,453 3 21,457 4
20 Supiori 677 12,660 19 12,677 19 12,856 19 13,037 19
21 Mamberamo Raya 28,023 20,248 1 20,677 1 25,354 1 31,089 1
22 Mamberamo Tengah 3,400 22,394 7 22,842 7 27,844 8 33,942 10
23 Yalimo 3,671 18,885 5 19,263 5 23,481 6 28,624 8
24 Lanny Jaya 3,474 59,265 17 60,450 17 73,689 21 89,826 26
25 Nduga 5,836 28,821 5 28,821 5 28,821 5 43,683 7
26 Puncak 5,627 50,073 9 51,074 9 62,259 11 74,406 13
27 Dogiyai 4,511 72,060 16 73,501 16 89,597 20 107,077 24
28 Intan Jaya 9,309 28,749 3 29,324 3 35,745 4 42,719 5
29 Deiyai 2,321 26,602 11 27,134 12 33,076 14 39,529 17
Provinsi Papua 315,877 2,098,925 7 2,142,772 7 2,633,255 8 3,257,138 10
Sistem perkotaan terdiri atas PKN, PKW, dan PKL. PKN dan PKW ditentukan oleh
pemerintah, sedangkan PKL ditetapkan dalam RTRW Provinsi berdasarkan
usulan pemerintah kabupaten/kota. Untuk mendorong perkembangan kawasan
perbatasan ditentukan PKSN .
1. Pengembangan PKN
PKN merupakan kawasan perkotaan yang perperan sebagai pintu gerbang ke
kawasan internasional dan memiliki potensi untuk mendorong perkembangan
wilayah sekitarnya dan berfungsi sebagai pusat pengembangan kegiatan jasa,
pusat pengolahan, simpul transportasi dengan skala pelayanan nasional atau
beberapa provinsi.
Penentuan PKN:
a. Perkotaan Jayapura
b. Timika
a. Biak
b. Merauke
Mengusulkan pengembangan PKNp di wilayah selatan diarahkan dapat
mendorong percepatan pertumbuhan bagian selatan Provinsi Papua. Merauke
saat ini memiliki bandara Mopah dan pelabuhan, didukung dengan kebijakan
pengembangan bandara, serta perannya sebagai kawasan andalan.
2. Pengembangan PKW
PKW adalah perkotaan sebagai pusat jasa, pusat pengolahan dan simpul
transportasi yang melayani beberapa kabupaten. PKW ditentukan berdasarkan
kriteria sebagai berikut:
o kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua
kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN;
o kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan
industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten;
dan/atau
Penentuan PKW:
a. Wamena
Pada saat ini Wamena merupakan titik pusat pelayanan utama wilayah
Pegunungan Tengah.
b. Nabire
Nabire memiliki peran sebagai pusat pelayanan wilayah barat.
c. Waris
Waris merupakan pusat pelayanan di wilayah utara. Dalam RTRWN
disebutkan Arso, namun peran pusat pelayanan berada di Waris sebagai
ibukota Kabupaten Keerom.
d. Keppi
Keppi merupakan pusat pelayanan di wilayah tengah selatan. Dalam RTRWN
disebutkan Bade, namun peran pusat pelayanan berada di Keppi sebagai
ibukota Kabupaten Mappi.
e. Sarmi
Pada saat ini merupakan pusat pelayanan wilayah utara bagian tengah.
3. Pengembangan PKL
PKL adalah perkotaan sebagai pusat jasa, pusat pengolahan dan simpul
transportasi yang mempunyai pelayanan satu kabupaten atau beberapa distrik.
Kriteria penentuan PKL adalah:
o kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan
industri dan jasa yang melayani skala kabupaten atau beberapa
kecamatan; dan/atau
o kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
transportasi yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan.
Penentuan PKL:
o semua ibukota kabupaten yang tidak termasuk PKN, PKNp, dan PKW,
ditentukan sebagai PKL
o bagi kabupaten yang telah memiliki RTRW, PKL yang telah ditentukan
dalam RTRW Kabupaten diakomodasi dalam RTRW Provinsi.
Peran Ketersediaan
Kabupaten/ Kota/ Simpul
No Sarana
Kota Perkotaan RTRW Transportasi
RTRWK Regional
P
1 Kab. Jayapura Genyem PKL PKL
Waiya PKL PKL
Ongan Jaya PKL PKL
2 Nabire Topo PKL PKL Pelabuhan Laut
Nabire
Karadiri PKL PKL Bandara Nabire
3 Mimika Mimika Baru PKL PKW Pelabuhan Pomako
Mimika PKL PKW
Barat Jauh
4 Biak Numfor Samofa PKL PKL Bandara Frans
Kaiseipo, Yemburwo
Bosnik PKL PKL Pelabuhan Biak
5 Mappi Bade PKL Dermaga sungai
Obaa PKL PKW Pelabuhan Bade
Kota Edera PKL PKW
Waemeama PKL PKW
n
6 Yahukimo Dekai PKL PKW Bandara Dekai
Sumo PKL PKW Dermaga sungai
Logpon
Seredala PKL PKW
7 Merauke Muting PKL Pelabuhan Kimaam
Wanam PKL PKL Dermaga Sungai
Okaba
Okaba PKL PKL
Harapan PKL PKL
Makmur
8 Keerom Arso PKL PKW Bandara Senggi
9 Puncak Jaya Mulia PKL Rumah Sakit, Mulia dan Fawi
Pasar
10 Jayawijaya
11 Kep. Yapen Serui PKL Rumah Sakit, Bandara Sujarwo,
Pasar Kamanap
Pelabuhan Serui,
Wooi, Poom
12 Paniai Enarotali PKL Rumah Sakit Terminal Oyehe (tipe
C)
Peran Ketersediaan
Kabupaten/ Kota/ Simpul
No Sarana
Kota Perkotaan RTRW Transportasi
RTRWK Regional
P
Bandara Enarotali
13 Boven Digoel Tanah PKL Bandara Tanah
Merah Merah, Patriot,
Wanam, Bomakai,
Mindiptana
14 Asmat Agats PKL Rumah Sakit Bandara Ewer
Pelabuhan Agats,
Eci
Dermaga Sungai
Agats
15 Pegunungan Oksibil PKL Bandara Oksibil,
Bintang Batom, Borme, Aboy
16 Tolikara Karubaga PKL Bandara Karubaga,
Bokodini
17 Sarmi Sarmi PKL Bandara Mararena
Pelabuhan Sarmi,
Holmaten, Teba
18 Waropen Waren PKL Pelabuhan Waren,
Kowada
19 Supiori Sorendeweri PKL Pelabuhan Korido
20 Mamberamo Burmeso PKL
Raya
21 Mamberamo Kobakma PKL Bandara Dabra
Tengah
22 Yalimo Elelim PKL Bandara Elelim
23 Lanny Jaya Tiom PKL Bandara Tiom
24 Nduga Kenyam PKL
25 Puncak Ilaga PKL Bandara Ilaga, Sinak
26 Dogiyai Kigamani PKL Bandara Moanamani
27 Intan Jaya Sugapa PKL Bandara Bilogai,
Obano
28 Deiyai Waghete PKL Bandara Waghete
Sumber: hasil analisis
4. Pengembangan PKSN
PKSN adalah kota atau perkotaan yang mempunyai fungsi pelayanan khusus
dalam menunjang sektor strategis nasional, menunjang pengembangan wilayah
baru atau penyebaran kegiatan ekonomi dan berfungsi sebagai daerah penyangga
aglomerasi pertumbuhan pusat kegiatan yang sudah ada. PKSN ditetapkan
dengan kriteria:
o pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas
dengan negara tetangga;
o pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang
menghubungkan dengan negara tetangga;
No. Kabupaten
0 - 250
> 2500
1000 -
1500 -
2000 -
1500
2000
2500
Jumlah
1 Kota Jayapura 41 1 42
2 Merauke 176 176
3 Jayawijaya 2 1 103 22 1 129
4 Jayapura 97 7 2 106
5 Nabire 67 67
6 Kep. Yapen 114 1 1 116
7 Biak 143 143
8 Paniai 16 16
9 Puncak Jaya 5 19 13 4 41
10 Mimika 59 3 3 1 66
500 - 1000
250 - 500
No. Kabupaten
0 - 250
> 2500
1000 -
1500 -
2000 -
1500
2000
2500
Jumlah
Bahasa, selain digunakan sebagai alat berkomunikasi untuk menyampaikan dan atau
untuk meneruskan pesan-pesan tertentu antar individu dalam rangka mengaktualisasi diri
dan kehidupannya di dalam lingkungan sosial maupun lingkungan alamnya, bahasa
digunakan juga sebagai simbol untuk menyatakan identitas diri seseorang. Suatu
kelompok masyarakat yang menggunakan bahasa yang sama dan mendiami suatu
wilayah tertentu serta memiliki adat istiadat tertentu selalu membedakan dirinya dari
kelompok-kelompok masyarakat lain yang berbeda bahasa, wilayah tempat tinggal serta
adat istiadat. Kelompok-kelompok masyarakat dengan ciri-ciri seperti tersebut di atas
inilah yang secara sosiologis dan antropologis disebut kelompok etnik atau suku bangsa.
Atas dasar penjelasan ini, maka penduduk asli Papua, dari sisi etnis atau
kesukubangsaan dapat dibedakan menjadi 260 suku bangsa sesuai dengan jumlah
bahasa yang ada.
KAWASAN
Hutan Suaka Alam
Areal Penggunaan
Hutan Produksi
Hutan Produksi
Hutan Produksi
Hutan Lindung
No
Konversi
Kabupaten
Terbatas
Jumlah
/ Wisata
.
Lain
1 Kota Jayapura 23 10 1 3 5 42
2 Merauke 62 25 18 36 35 176
3 Jayawijaya 111 3 2 10 3 129
4 Jayapura 12 9 3 68 11 3 106
5 Nabire 21 10 3 28 4 1 67
6 Kep. Yapen 1 9 35 67 4 116
7 Biak 5 45 18 57 18 143
8 Paniai 7 9 16
9 Puncak Jaya 18 23 41
10 Mimika 10 4 3 37 12 66
11 Boven Digoel 1 2 54 42 3 102
12 Mappi 2 68 49 2 121
13 Asmat 29 60 36 15 5 145
14 Yahukimo 4 26 9 20 15 74
15 Pegunungan Bintang 1 27 13 1 28 70
16 Tolikara 19 44 2 65
KAWASAN
Hutan Produksi
Hutan Produksi
Hutan Produksi
Hutan Lindung
No
Konversi
Kabupaten
Terbatas
Jumlah
/ Wisata
.
Lain
17 Sarmi 8 4 36 3 1 52
18 Keerom 23 8 1 13 2 47
19 Waropen 6 4 4 22 2 38
20 Supiori 31 2 2 3 38
21 Mamberamo Raya 2 2 13 7 2 20 46
22 Mamberamo Tengah 9 12 5 1 27
23 Yalimo 2 29 2 33
24 Lani Jaya 16 32 77 29 154
25 Nduga 3 19 22
26 Puncak 4 13 14 31
27 Dogiyai 35 17 52
28 Intan Jaya 12 2 14
29 Deiyai 21 15 2 38
Provinsi Papua 662 218
347 398 275 171 2,071
Sumber: hasil overlay database perkampungan dengan peta kawasan hutan dan perairan
Sebaliknya ada 29 KPH yang wilayah kerjanya akan melintas dua hingga
empat kabupaten, dan 24 KPH yang kampung-kampungnya berada di
dalam satu kabupaten yang sama.
Diluar KPH
No. Kabupaten
I II III IV L LI LII LIII LIV LV LVI V VI VII VIII X XI XII XIII XIV XIX XL XLI XLII XLIII XLIV
1 Kota Jayapura 31
2 Merauke 134 4 18 20
3 Jayawijaya 116 11 2
4 Jayapura 89
5 Nabire 55 2 1 5 4
6 Kep. Yapen 39 77
7 Biak 24
8 Paniai 10 1 5
9 Puncak Jaya 25 14 1 1
10 Mimika 59 3 4
11 Boven Digoel 43 3 14 27 13 1
12 Mappi 49 4 1 1
13 Asmat 43 1 43
14 Yahukimo 35 3
15 Pegunungan Bintang 13 3
16 Tolikara 47 4 11 3
17 Sarmi 44
18 Keerom 37
19 Waropen 28
20 Supiori 35
21 Mamberamo Raya 30 11 2
22 Mamberamo Tengah 15 11 1
23 Yalimo 7 25
24 Lanny Jaya 141 2 1 10
25 Nduga 18 4
26 Puncak 26 5
27 Dogiyai 17 13 6 2 14
28 Intan Jaya 2 4 8
29 Deiyai 15 2 2 2 17
Provinsi Papua 1,227 2 14 7 4 7 14 30 13 4 20 21 9 4 7 40 8 21 5 11 2 77 36 13 25 10 43
1 Kota Jayapura 11 11
2 Merauke 0
3 Jayawijaya 0
4 Jayapura 1 11 1 3 1 17
5 Nabire 0
6 Kep. Yapen 0
7 Biak 119 119
8 Paniai 0
9 Puncak Jaya 0
10 Mimika 0
11 Boven Digoel 1 1
12 Mappi 23 6 20 17 66
13 Asmat 37 14 7 58
14 Yahukimo 8 3 6 3 16 36
15 Pegunungan Bintang 14 4 22 13 1 54
16 Tolikara 0
17 Sarmi 6 2 8
18 Keerom 2 1 4 3 10
19 Waropen 2 1 1 6 10
20 Supiori 3 3
21 Mamberamo Raya 2 1 3
22 Mamberamo Tengah 0
23 Yalimo 1 1
24 Lanny Jaya 0
25 Nduga 0
26 Puncak 0
27 Dogiyai 0
28 Intan Jaya 0
29 Deiyai 0
Provinsi Papua 23 37 20 27 18 2 3 1 6 122 7 2 3 11 1 3 11 1 5 17 4 22 8 16 7 4 16 397
Delineasi masing-masing SWP tersebut ditunjukkan pada peta 4.7, serta uraian
mengenai cakupan dan peran fungsi pusat pengembangan dikemukakan pada
Tabel IV.4 Satuan Wilayah Pengembangan.
Penduduk Tahun 2030
747,898
441,632
306,091
493,081
796,675
399,549
72,210
(Jiwa)
awasan internasional
beberapa kabupaten
egunungan Tengah
an dengan PNG.
aya, Jayapura
Biak
n
.
)
l
Tabel IV.7 Satuan Wilayah Pengembangan (S
SWP Pusat Pengembangan Wilayah Pengembangan Peran dan Fungsi Pusat Pen
Kab/Kota Jayapura Wilayah Pelayanan Kabupaten Ibukota Provinsi dan Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
SWP I Keerom, Kabupaten Pegunungan Pusat pengembangan utama di bagian wilayah utara
Peta 4.7.
SWP VII Sarmi Wilayah Pelayanan Kabupaten Ibukota Kabupaten dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
Mamberamo Raya Pusat kegiatan pertanian yang melayani beberapa kabu
Simpul transportasi yang melayani kabupaten Mambera
IV-24
Simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung
PEMERINTAH PROVINSI PAPUA
Sistem jaringan transportasi terdiri dari sistem jaringan transportasi darat, laut,
dan udara. Sistem jaringan transportasi darat terdiri atas jaringan jalan, jaringan
jalur kereta api, dan jaringan transportasi sungai, danau, dan penyeberangan.
Sistem jaringan transportasi laut terdiri atas tatanan kepelabuhanan dan alur
pelayaran. Sistem jaringan transportasi udara terdiri atas tatanan
kebandarudaraan dan ruang udara untuk penerbangan.
Rencana sistem jaringan transportasi darat terdiri dari: jaringan jalan raya,
jaringan jalan rel kereta api, jaringan sungai, danau, dan penyeberangan.
Jaringan Jalan
1. Mewujudkan pelayanan jalan yang andal dan prima serta berpihak pada
kepentingan masyarakat;
2. Mewujudkan sistem jaringan jalan yang berdaya guna dan berhasil guna untuk
mendukung terselenggaranya sistem transportasi yang terpadu.
5. Jayapura-Sarmi.
6. Jayapura-Hamadi-Holtekamp-Batas Negara Papua New Guinea.
7. Merauke-Waropko.
8. Ring Road Jayapura-Sentani.
9. Depapre-Bongrang.
10. Wamena-Habema-Nduga-Kenyem-Yoguru.
11. Timika-Fotowaiburu-Enarotali.
1 NABIRE-WAGETE-ENAROTALI Nabire-Dogiyai-Deiyai-Paniai Timur-Barat Lintas Tengah 1. Menciptakan dan meningkatkan aksesibilitas antar wilayah.
2. Menarik dan mengembangkan minat investasi.
3. Memadukan sistem pelayanan intra dan antarmoda.
2 TIMIKA-MAPURUJAYA-POMAKO Mimika Timur-Barat Lintas Tengah 1. Meningkatkan jalur distribusi barang dan jasa.
2. Menarik dan mengembangkan minat investasi.
3. Memadukan sistem pelayanan intra dan antarmoda.
3 SERUI-MENAWI-SAUBEBA Kepulauan Yapen Kepulauan 1. Meningkatkan jalur distribusi barang dan jasa.
2. Menarik dan mengembangkan minat investasi.
3. Memadukan sistem pelayanan intra dan antarmoda.
4 JAYAPURA-WAMENA-MULIA Kota/Kab. Jayapura-Keerom- Timur-Barat Lintas Tengah 1. Menciptakan dan meningkatkan aksesibilitas antar wilayah.
Yalimo-Jayawijaya- 2. Mengatasi kesenjangan pembangunan antar wilayah.
Lani Jaya-Puncak Jaya 3. Menarik dan mengembangkan minat investasi.
5 JAYAPURA-SARMI Kota/Kab. Jayapura-Sarmi Timur-Barat Lintas Utara 1. Menciptakan dan meningkatkan aksesibilitas antar wilayah.
2. Mengatasi kesenjangan pembangunan antar wilayah.
3. Memadukan sistem pelayanan intra dan antarmoda.
4. Meningkatkan jalur distribusi barang dan jasa.
6 JAYAPURA-HAMADI-HOLTEKAMP Kota/Kab. Jayapura Timur-Barat Lintas Utara 1. Mempercepat mobilisasi dalam rangka mempertahankan
-BATAS PNG dan mengikat keutuhan wilayah NKRI.
2. Menarik dan mengembangkan minat investasi.
3. Meningkatkan jalur distribusi barang dan jasa.
7 MERAUKE-W AROPKO Merauke-Bouven Digul Utara-Selatan Lintas Timur 1. Mempercepat mobilisasi dalam rangka mempertahankan
IV-28
2. Mengatasi kesenjangan pembangunan antar wilayah.
PEMERINTAH PROVINSI PAPUA
Fungsi Jalan
Sistem jaringan jalan primer terdiri dari jalan arteri primer, kolektor primer, lokal
primer, lingkungan primer.
o Mempunyai kapasitas yang sama atau lebih besar darai volume lalu lintas
rata-rata.
o Pembatasan jumlah jalan masuk.
o Tidak terputus walaupun memasuki kota.
Jalan lokal primer menghubungkan kota jenjang ke satu dengan persil atau
menghubungkan kota jenjang ke dua dengan persil atau menghubungkan kota
jenjang ke tiga dengan kota jenjang ke tiga, kota jenjang ke tiga dengan kota
jenjang di bawahnya, kota jenjang ke tiga dengan persil, atau kota di bawah
jenjang ke tiga sampai persil. Ciri-ciri jalan lokal primer, yaitu:
o Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 (dua puluh)
km/jam dan dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 7,5 (tujuh koma
lima) meter.
o Tidak terputus walaupun memasuki desa.
o Perjalanan jarak dekat.
o Jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
Batas Ruang Pengawasan Jalan diukur dari tepi badan jalan dengan jarak
berdasarkan ketentuan, yaitu:
o Jalan arteri primer tidak kurang dari 15 (lima belas) meter.
o Jalan kolektor primer tidak kurang dari 10 (sepuluh) meter.
o Jalan lokal primer tidak kurang dari 7 (tujuh) meter.
o Jalan lingkungan primer tidak kurang dari 5 (lima) meter.
o Jalan arteri sekunder tidak kurang dari 15 (lima belas) meter.
o Jalan kolektor sekunder tidak kurang dari 5 (lima) meter.
o Jalan lokal sekunder tidak kurang dari 3 (tiga) meter.
o Jalan lingkungan sekunder tidak kurang dari 2 (dua) meter.
o Jembatan tidak kurang dari 100 (seratus) meter ke arah hilir atau hulu.
Berdasarkan evaluasi kesesuaian fungsi jalan saat ini terhadap persyaratan lebar
badan jalan, maka diusulkan pelebaran badan jalan sebagai berikut:
Status Jalan
Berdasarkan Undang-Undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan Peraturan
Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan disebutkan bahwa jalan
diklasifikasikan menjadi jalan umum dan jalan khusus. Jalan umum adalah jalan
yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum. Sedangkan jalan khusus merupakan
jalan yang dibangun dan dipelihara oleh orang atau instansi untuk melayani
kepentingan sendiri.
Termasuk kelompok jalan nasional adalah jalan arteri primer, kolektor primer yang
menghubungkan antar ibu kota provinsi, jalan tol, dan jalan strategis nasional.
Termasuk kelompok jalan provinsi adalah jalan kolektor primer yang
menghubungkan ibu kota provinsi dengan ibu kota kabupaten/kota, jalan kolektor
primer yang menghubungkan antar ibu kota kabupaten/kota, dan jalan strategis
provinsi.
Penetapan status suatu jalan sebagai jalan provinsi dilakukan dengan Keputusan
Menteri Dalam Negeri atas usul Pemerintah Provinsi yang bersangkutan, dengan
memperhatikan pendapat Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah.
Suatu ruas jalan dapat ditingkatkan statusnya menjadi lebih tinggi apabila dipenuhi
persyaratan sebagai berikut:
1. Ruas jalan tersebut berperan penting dalam pelayanan terhadap wilayah yang
lebih luas dari wilayah semula.
2. Ruas jalan tersebut makin dibutuhkan masyarakat dalam rangka
pengembangan sistem transportasi.
Suatu ruas jalan dapat diturunkan statusnya menjadi lebih rendah apabila dipenuhi
persyaratan sebagai berikut:
Suatu ruas jalan khusus apabila digunakan untuk lalu lintas umum, sepanjang
tidak merugikan kepentingan penyelenggara jalan khusus dibangun sesuai
dengan persyaratan jalan umum. Jalan khusus dapat digunakan untuk lalu lintas
umum sepanjang tidak merugikan kepentingan penyelenggara jalan khusus
berdasarkan persetujuan dari penyelenggara jalan khusus. Penyelenggara jalan
khusus dapat menyerahkan jalan khusus kepada pemerintah kabupaten/kota
untuk dinyatakan sebagai jalan umum. Pemerintah kabupaten/kota dapat
mengambil alih suatu ruas jalan khusus tertentu untuk dijadikan jalan umum
dengan pertimbangan:
1. untuk kepentingan pertahanan dan keamanan Negara;
2. untuk kepentingan pembangunan ekonomi nasional dan perkembangan suatu
daerah; dan/atau
3. untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
Kelas Jalan
Pembagian kelas jalan berdasarkan penggunaan jalan dan kelancaran lalu lintas
dan jalan diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang lalu lintas dan angkutan jalan.
2. Jalan raya:
Spesifikasi jalan raya adalah jalan umum untuk lalu lintas secara menerus
dengan persyaratan sebagai berikut:
o pengendalian jalan masuk secara terbatas,
o dilengkapi dengan median,
o paling sedikit 2 (dua) lajur setiap arah,
o lebar lajur paling sedikit 3,5 (tiga koma lima) meter.
3. Jalan sedang:
Spesifikasi jalan sedang adalah jalan umum dengan lalu lintas jarak sedang
dengan persyaratan sebagai berikut:
o pengendalian jalan masuk tidak dibatasi,
o paling sedikit 2 (dua) lajur untuk 2 (dua) arah
o lebar jalur paling sedikit 7 (tujuh) meter.
4. Jalan kecil:
Spesifikasi jalan kecil adalah jalan umum untuk melayani lalu lintas setempat
dengan persyaratan sebagai berikut:
o paling sedikit 2 (dua) lajur untuk 2 (dua) arah
o dengan lebar jalur paling sedikit 5,5 (lima koma lima) meter.
1. Jalan kelas I
Jalan kelas I merupakan jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui kendaraan
bermotor dengan syarat:
a. ukuran lebar tidak melebihi 2.500 mm,
b. ukuran panjang tidak melebihi 18.000 mm,
c. ukuran tinggi tidak melebihi 4.200 mm,
d. muatan sumbu terberat 10 ton.
2. Jalan kelas II
Jalan kelas II merupakan jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang
dapat dilalui kendaraan bermotor dengan syarat:
a. ukuran lebar tidak melebihi 2.500 mm,
b. ukuran panjang tidak melebihi 12.000 mm,
c. ukuran tinggi tidak melebihi 4.200 mm,
d. muatan sumbu terberat 8 ton.
Tabel IV.7
Tabel IV.11 Rencana Fungsi, Status, dan Kelas Jalan
No. RUAS JALAN LOKASI KABUPATEN RENCANA RENCANA RENCANA
FUNGSI JALAN STATUS JALAN KELAS JALAN
1 NABIRE-WAGETE-ENAROTALI Nabire-Dogiyai-Deiyai-Paniai Arteri Primer Nasional Khusus
2 TIMIKA-MAPURUJAYA-POMAKO Mimika Kolektor Primer Nasional Khusus
3 SERUI-MENAWI-SAUBEBA Kepulauan Yapen Kolektor Primer Provinsi I
4 JAYAPURA-WAMENA-MULIA Kota/Kab. Jayapura-Keerom- Kolektor Primer Provinsi I
Yalimo-Jayawijaya-
Lani Jaya-Puncak Jaya
5 JAYAPURA-SARMI Kota/Kab. Jayapura-Sarmi Arteri Primer Nasional I
6 JAYAPURA-HAMADI-HOLTEKAMP Kota/Kab. Jayapura Arteri Primer Nasional I
-BATAS PNG
7 MERAUKE-WAROPKO Merauke-Bouven Digul Arteri Primer Nasional I
8 RING ROAD JAYAPURA-SENTANI Kota/Kab. Jayapura Arteri Primer Nasional Khusus
9 DEPAPRE-BONGRANG Kab. Jayapura Kolektor Primer Nasional Khusus
10 WAMENA-HABEMA-NDUGA- Jayawijaya-Nduga-Asmats Kolektor Primer Provinsi I
KENYEM-YOGURU
11 TIMIKA-FOTOWAIBURU-ENAROTALI Mimika-Deiyai-Paniai Arteri Primer Nasional Khusus
12 SARMI-NABIRE Sarmi-Mamberamo Raya- Arteri Primer Nasional I
Waropen-Nabire
13 WAROPKO-OKSIBIL-MUARANAWA Tanah Merah-Peg. Bintang- Arteri Primer Nasional I
Keerom
14 WAGETE-SUGAPA-ILAGA-MULIA Paniai-Intan Jaya-Puncak- Kolektor Primer Provinsi I
Puncak Jaya
15 ILAGA-JITA Puncak-Mimika Kolektor Primer Provinsi I
Terminal Transportasi
1. Terminal penumpang
Terminal penumpang adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan
menaikkan dan menurunkan penumpang, perpindahan intra dan / atau antar
moda transportasi serta pengaturan kedatangan dan pemberangkatan
kendaraan umum.
b. Terminal tipe B:
Terminal penumpang tipe B berfungsi melayani angkutan antar kota dalam
provinsi (AKDP), angkutan kota dan / atau angkutan perdesaan.
Persyaratan lokasi Terminal Tipe B yakni:
o Terletak di kota atau kota dan dalam jaringan trayek angkutan antar
kota dalam provinsi (AKDP).
o Terletak di jalan arteri atau kolektor dengan kelas jalan sekurang-
kurangnya kelas III B.
o Jarak antara 2 terminal penumpang tipe B atau dengan terminal tipe A
sekurang-kurangnya 15 km di Pulau Jawa, 30 km di pulau lainnya.
o Luas lahan yang tersedia sekurang-kurangnya 3 ha untuk terminal di
Pulau Jawa dan Sumatera dan 2 ha di pulau lainnya.
o Mempunyai jalan akses masuk dan keluar ke dan dari terminal
sekurang-kurangnya berjarak 50 m di Pulau Jawa dan 30 m di pulau
lainnya.
c. Terminal tipe C:
Terminal penumpang tipe C berfungsi melayani angkutan perdesaan.
Persyaratan lokasi Terminal Tipe C yakni:
o Terletak di dalam wilayah kota atau kota dan dalam jaringan trayek
angkutan perdesaan atau perkotaan.
o Terletak di jalan kolektor atau lokal dengan kelas jalan paling tinggi
kelas III A.
o Luas lahan yang tersedia sesuai dengan kebutuhan.
o Mempunyai jalan akses masuk dan keluar ke dan dari terminal sesuai
dengan kebutuhan untuk kelancaran lalu lintas di sekitar terminal.
Lokasi terminal penumpang saat ini dapat dilihat pada peta 4.12 di bawah ini.
Transportasi jalan rel terdiri dari jaringan prasarana, sarana transportasi kereta,
dan simpul transportasi kereta api. Hingga saat ini transportasi jaringan jalan rel
belum tersedia di wilayah Provinsi Papua. Padahal potensi moda kereta api ini
lebih baik daripada moda transportasi darat lainnya dari sisi kapasitas angkut yang
lebih banyak, baik untuk barang maupun penumpang, jarak tempuh yang cukup
jauh, dengan biaya transportasi yang relatif lebih murah, dan tingkat polusi yang
rendah.
3. Lintas Nabire-Timika
4. Lintas Merauke-Asiki.
Transportasi Sungai
Jaringan pelayanan transportasi sungai antar kabupaten di Provinsi Papua saat ini
melayani lintas kabupaten di Sungai Mamberamo, Digul, Timika, Aswets, Pomats,
Siret, dan Bets. Untuk wilayah daratan yang memilki potensi sungai, moda
transportasi ini menjadi alternatif untuk menjangkau wilayah-wilayah pedalaman
yang belum terjangkau moda transportasi lain. Pengembangan transportasi sungai
diarahkan pada sungai yang layak dilayari. Arahan pengembangan transportasi
sungai selengkapnya ditampilkan pada tabel IV.14 di bawah ini.
B Sungai Digul
1 Bade-Moor-Kepi-Senggo (pp) 150
2 Bade-Gatentiri-Tanah Merah (pp) 150
3 Bade-Gatentiri-Anggamburan-Mindiptanah (pp) 150
4 Merauke-Okaba-Kaptel-Muting (pp) 150
C Sungai Timika
1 Pomako 150
D Sungai Yaguru
1 Agats-Kenyam (pp) 150
E Sungai Urumuga
1 Pomako-Kapiraya (pp) 150
F Sungai Agats
1 Agats-Ewer-Sawaerna (pp) 150
2 Agats-Atsy-Yosakor-Kaimu-Binam (pp) 150
Sumber: Rencana, 2009
Tabel IV.4
Tabel IV.5
Tabel IV.6
Tabel IV.7
Tabel IV.8
Tabel IV.9
Tabel IV.10
Tabel IV.11
Tabel IV.12
Tabel IV.13
Tabel IV.14
Transportasi Danau
Jaringan pelayanan angkutan danau saat ini di Provinsi Papua terdapat di Danau
Sentani. Danau lain yang berpotensi untuk dikembangkan adalah Danau Paniai,
Danau Tigi, dan Danau Tege.
Tabel IV.4
Tabel IV.5
Tabel IV.6
Tabel IV.7
Tabel IV.8
Tabel IV.9
Tabel IV.10
Tabel IV.11
Tabel IV.12
Tabel IV.13
Tabel IV.14
Tabel IV.15
Transportasi Penyeberangan
Transportasi penyeberangan adalah angkutan yang berfungsi sebagai jembatan
yang menghubungkan jaringan jalan atau jaringan jalur kereta api yang dipisahkan
oleh perairan untuk mengangkut penumpang dan kendaraan beserta muatannya.
Transportasi penyeberangan juga merupakan moda transportasi air di wilayah
daratan atau di laut dengan jarak yang relatip dekat (antar pulau yang berdekatan
atau selat).
2 Pelabuhan Penyeberangan Lintas Kab. 20 x 7,40 Movable Bridge Lintas Kab. 20 x 7,40 Movable Bridge 500 GRT
Kabuena - Kab. Yapen Waropen ( MB ) - ( MB )
3 Pelabuhan Penyeberangan Lintas Kab. 20 x 7,40 Movable Bridge Lintas Kab. 20 x 7,40 Movable Bridge 500 GRT
Samabusa - Kab. Nabire ( MB ) ( MB )
4 Pelabuhan Penyeberangan Lintas Kab. 20 x 7,40 Movable Bridge Lintas Kab. 20 x 7,40 Movable Bridge 500 GRT
Saubeba - Kab. Yapen Waropen ( MB ) ( MB )
5 Pelabuhan Penyeberangan Lintas Kab. SID SID Lintas Kab. 20 x 7,40 Movable Bridge 500 GRT
Waren - Kab. Waropen ( MB )
6 Pelabuhan Penyeberangan Lintas Prov. - - Lintas Prov. 20 x 7,40 Movable Bridge 500 GRT
Numfor - Kab. Biak Numfor ( MB )
7 Pelabuhan Penyeberangan Lintas Kab. - - Lintas Kab. 20 x 7,40 Movable Bridge 500 GRT
Jayapura - Kab. Jayapura ( MB )
8 Pelabuhan Penyeberangan Lintas Prov. - - Lintas Prov. 20 x 7,40 Movable Bridge 500 GRT
Pomako - Kab. Mimika ( MB )
9 Pelabuhan Penyeberangan Lintas Prov. - - Lintas Prov. 20 x 7,40 Movable Bridge 500 GRT
Merauke - Kab. Merauke ( MB )
Tatanan Kepelabuhanan
Jaringan prasarana transportasi laut terdiri dari simpul yang berupa pelabuhan
laut dan ruang lalu lintas yang berupa alur pelayaran. Pelabuhan laut dibedakan
berdasarkan atas peran, fungsi, klasifikasi dan jenisnya. Hirarki pelabuhan yang
ditetapkan berdasarkan atas peran dan fungsinya sebagai pelabuhan laut terdiri
dari:
1. pelabuhan internasional (utama primer)
2. pelabuhan internasional (utama sekunder)
3. pelabuhan nasional (utama tersier)
4. pelabuhan regional
5. pelabuhan lokal.
Pelabuhan laut yang melayani pelayaran antar kabupaten di Propinsi Papua saat
ini adalah Pelabuhan Jayapura dan Biak, dengan fungsi sebagai pelabuhan
nasional. Sedangkan pelabuhan Merauke, Pomako, Sarmi, Nabire, dan Serui
berfungsi sabagai pelabuhan regional.
Alur Pelayaran
Kegiatan angkutan laut dalam negeri disusun dan dilaksanakan secara terpadu,
baik intra maupun antarmoda yang merupakan satu kesatuan sistem transportasi
nasional. Kegiatan angkutan laut dalam negeri dilaksanakan dengan trayek tetap
dan teratur (liner) serta dapat dilengkapi dengan trayek tidak tetap dan tidak
teratur (tramper). Kegiatan angkutan laut dalam negeri yang melayani trayek tetap
dan teratur dilakukan dalam jaringan trayek. Jaringan trayek tetap dan teratur
angkutan laut dalam negeri disusun dengan memperhatikan:
o pengembangan pusat industri, perdagangan, dan pariwisata,
o pengembangan wilayah dan/atau daerah,
o rencana umum tata ruang,
o keterpaduan intra-dan antarmoda transportasi,
o perwujudan Wawasan Nusantara.
Kegiatan angkutan laut pelayaran rakyat sebagai usaha masyarakat yang bersifat
tradisional dan merupakan bagian dari usaha angkutan di perairan mempunyai
peranan yang penting dan karakteristik tersendiri. Pengembangan angkutan laut
pelayaran rakyat dilaksanakan untuk:
1. meningkatkan pelayanan ke daerah pedalaman dan/atau perairan yang
memiliki alur dengan kedalaman terbatas termasuk sungai dan danau,
2. meningkatkan kemampuannya sebagai lapangan usaha angkutan laut
nasional dan lapangan kerja,
3. meningkatkan kompetensi sumber daya manusia dan kewiraswastaan dalam
bidang usaha angkutan laut nasional.
Kapal Kontainer
Kapal Kontainer
Kapal Perintis
Kapal Perintis
Kapal Perintis
Kapal Perintis
Kapal Perintis
Kapal Perintis
Kapal Perintis
Kapal Perintis
Kapal Perintis
Kapal Perintis
Kapal Perintis
Kapal Perintis
Kapal Perintis
Kapal Perintis
Kapal Perintis
Kapal Perintis
Kapal Perintis
Kapal Perintis
Kapal Perintis
Kapal Perintis
Kapal Perintis
Kapal Perintis
KAPASITAS
Kapal Pelni /
Kapal Pelni /
Kapal Pelni /
Kapal Pelni /
Kapal Pelni
Kapal Pelni
Kapal Pelni
Kapal Pelni
Kapal Pelni
Kapal Pelni
Kontainer
Kontainer
Kontainer
Kontainer
Beton
Beton
Beton
Beton
Beton
Beton
Beton
Beton
Beton
Beton
Beton
Beton
Beton
Beton
Beton
Beton
Beton
Beton
Beton
Beton
Beton
Beton
Beton
Beton
Beton
Beton
Beton
Beton
Beton
Beton
Beton
Beton
Beton
Beton
NA
Tabel IV.14
Tabel IV.15
KONDISI SAAT INI RE
No NAMA PELABUHAN - LOKASI DERMAGA DERMAGA
HIRARKHI KONTRUKSI HIRARKHI
(m) (m)
1 Pelab. Jaya - Kota Jayapura Nasional 197 x 9 Beton Nasional 400 x 23
33 x 6 Beton
80 x 23 Beton
2 Pelab. Depapre - Kab. Jayapura - - - Internasional 140 X 12
IV-62
34 Pelab. Kowada - Kab. Warropen Lokal 35 x 7 Beton Lokal 35 x 7
PEMERINTAH PROVINSI PAPUA
IV-63
71 Pelab. Keakwa - Kab. Mimika Lokal - - Lokal 35 x 7 Beton Kapal Perintis
PEMERINTAH PROVINSI PAPUA
PEMERINTAH PROVINSI PAPUA
Peta 4.17.
Tatanan Kebandarudaraan
Berdasarkan Undang Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan
dinyatakan bahwa kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaitan
dengan penyelenggaraan bandar udara dan kegiatan lainnya dalam
melaksanakan fungsi keselamatan, keamanan, kelancaran, dan ketertiban arus
lalu lintas pesawat udara, penumpang, kargo dan/atau pos, tempat perpindahan
intra dan/atau antarmoda serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional dan
daerah. Sedangkan tatanan kebandarudaraan adalah sistem kebandarudaraan
yang menggambarkan perencanaan bandar udara berdasarkan rencana tata
ruang, pertumbuhan ekonomi, keunggulan komparatif wilayah, kondisi alam dan
geografi, keterpaduan intra dan antarmoda transportasi, kelestarian lingkungan,
keselamatan dan keamanan penerbangan, serta keterpaduan dengan sektor
pembangunan lainnya.
penumpang dengan jumlah lebih besar dari atau sama dengan 500.000 (lima
ratus ribu) dan lebih kecil dari 1.000.000 (satu juta) orang per tahun.
4. Bandar udara bukan pusat penyebaran:
2. Pengusahaan.
Kegiatan pengusahaan bandar udara meliputi: pelayanan jasa
kebandarudaraan, pelayanan jasa terkait bandar udara.
IV-75
PEMERINTAH PROVINSI PAPUA
Tabel IV.20 : Rencana Pengembangan Jaringan Pelayanan
Tabel IV.20 : Rencana Pengembangan Jaringan Pelayanan Transportasi Udara
IV-77
PEMERINTAH PROVINSI PAPUA
PEMERINTAH PROVINSI PAPUA
4. Kelas D:
a. untuk kaidah penerbangan instrumen:
o separasi diberikan antarkaidah penerbangan instrumen;
o diberikan layanan pemanduan lalu lintas penerbangan dan informasi
tentang lalu lintas penerbangan visual;
o kecepatan dibatasi 250 knot pada ketinggian di bawah 10.000 kaki di
atas permukaan laut;
o memerlukan komunikasi radio dua arah; dan
o persetujuan personel pemandu lalu lintas penerbangan kepada pilot.
b. untuk kaidah penerbangan visual:
o tidak diberikan separasi;
o diberikan informasi lalu lintas penerbangan instrumen kepada
penerbangan visual dan antarpenerbangan visual;
o pembatasan kecepatan sebesar 250 knot dibawah 10.000 kaki di atas
permukaan laut;
o memerlukan komunikasi radio dua arah;
o persetujuan personel pemandu lalu lintas penerbangan kepada pilot.
5. Kelas E:
a. untuk kaidah penerbangan instrumen:
1). diberikan separasi antarkaidah penerbangan instrumen;
2). diberikan layanan pemanduan lalu lintas penerbangan sepanjang dapat
dilaksanakan atau informasi lalu lintas penerbangan untuk
penerbangan visual;
3). pembatasan kecepatan sebesar 250 knot di bawah 10.000 kaki di atas
permukaan laut;
4). memerlukan komunikasi radio dua arah; dan
5). persetujuan personel pemandu lalu lintas penerbangan kepada pilot.
b. untuk kaidah penerbangan visual:
1). tidak diberikan separasi;
2). diberikan informasi lalu lintas penerbangan sepanjang dapat
dilaksanakan;
3). pembatasan kecepatan sebesar 250 knot di bawah 10.000 kaki di atas
permukaan laut;
4). tidak diperlukan komunikasi radio;
Tabel IV.17
Tabel IV.18
Tabel IV.19
Tabel IV.20
7. Tingkat polusi. cukup tinggi rendah cukup tinggi cukup tinggi cukup tinggi
Sedangkan bagi penyedia jasa simpul perpindahan moda, maka fungsi jenis
kiss and ride, adalah:
o Sebagai pelayanan dan penyediaan jalan akses dan sirkulasi lalu lintas
kendaraan pribadi pengantar dan angkutan umum.
o Sebagai pelayanan dan penyediaan jalur kedatangan dan keberangkatan
angkutan umum.
o Sebagai pelayanan dan penyediaan jalur pejalan kaki bagi calon
penumpang dari tempat kendaraan pengantar ke angkutan umum.
o Sebagai pelayanan dan penyediaan fasilitas perpindahan moda (tiket, dan
tempat tunggu calon penumpang).
Sedangkan bagi penyedia jasa simpul perpindahan moda, maka fungsi jenis
park and ride, adalah:
o Sebagai pelayanan dan penyediaan jalan akses dan sirkulasi lalu lintas
kendaraan pribadi dan angkutan umum.
Sedangkan bagi penyedia jasa simpul perpindahan moda, maka fungsi jenis
ride and ride adalah:
o Sebagai pelayanan dan penyediaan jalan akses dan sirkulasi lalu lintas
angkutan umum.
o Sebagai pelayanan dan penyediaan jalur kedatangan dan keberangkatan
angkutan umum.
o Sebagai pelayanan dan penyediaan jalur pejalan kaki bagi calon
penumpang dari angkutan umum ke angkutan umum yang lain.
o Sebagai pelayanan dan penyediaan fasilitas perpindahan moda (tiket,
tempat tunggu calon penumpang).
Tabel IV.18
Tabel IV.19
Tabel IV.20
Tabel IV.21
Kondisi kebutuhan listrik di Provinsi Papua sampai tahun 2009 baru mencapai
142.723 kilo watt yang tersebar di 11 kabupaten/kota. Sedangkan kebutuhan
listrik sampai tahun 2009 direncanakan sebesar 773.388 kilo watt, terjadi
kekurangan listrik tahun 2009 di Provinsi Papua sebesar 81.54 %. Rencana
pengembangan listrik sampai tahun 2030 diperkirakan mencapai 156.310.000 kilo
watt yang bersumber dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Kebutuhan listrik
Provinsi Papua tahun 2030 sebesar 1.076.693 Kilo watt, sehingga sampai tahun
2030 dapat mensuplai listrik di seluruh wilayah Provinsi Papua.
Dengan kondisi Provinsi Papua yang rawan bencana, maka kebutuhan listrik
perlu diarahkan pada pengembangan energi yang mandiri, artinya ketersediaan
energi di wilayah ini diharapkan mampu melayani kebutuhan masyarakat, fasilitas
umum pertambangan maupun pengembangan industri besar maupun kecil, baik
dalam kondisi normal maupun darurat. Oleh sebab itu, pengembangan sumber
daya listrik berbasis PLTA dapat dikembangkan dengan baik karena kapaisitas
debit air sungai dan danau sangat besar dan dapat membangkitkan tenaga listrik
yang besar. Sedangkan untuk wilayah di pulau-pulau kecil atau daerah-daerah
terpencil, yang mana sampai saat ini dan masih belum terlayani oleh jaringan
listrik dikembangkan seperti Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD),
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Matahari
(PLTM) dan pengembangan Listrik dengan menggunakan Minyak Nabati (Bio
Fuel). Adapun potensi pengembangan PLTA yang dibangkitkan oleh danau
maupun sungai dapat diuraikan pada Tabel IV.23. dan Peta 4.25.
Tabel IV. 23 Potensi Sungai di Provinsi Papua Sebagai Pembangkit Tenaga Listrik
NO NAMA SUNGAI LOKASI KAPASITAS DAYA (MW)
1 Digoel Boven Digoel 1.522
2 Eilanden Asmat 2.291
3 Lorentz Asmat, Jayawijaya 232
4 Cemara Mimika 237
5 Otokwa Mimika 297
6 Mimika Mimika 154
7 Siriwo Nabire, Paniai 310
8 Mamberamo Mamberamo Raya 9.932
9 Urumuka Mimika 336
Jumlah 15.631
Sumber : Kanwil DPE Irja dan Dinas Pertambangan Provinsi Papua Tahun 2009
Peta 4.25. Rencana Pengembangan Listrik Tenaga Air (PLTA) Provinsi Papua
Tahun 2010-2030
Untuk lebih jelasnya kebutuhan energi listrik di Provinsi Papua 2010 – 2030 dapat
dilihat pada Tabel IV.24.
Sumber : Hasil Analisis Tim Penyusunan RTRW Provinsi Papua Tahun 2009
Sumber : Hasil Analisis Tim Penyusunan RTRW Provinsi Papua Tahun 2009
Sumber : Hasil Analisis Tim Penyusunan RTRW Provinsi Papua Tahun 2009
d. Berada pada kawasan dan/atau di luar kawasan yang memiliki potensi sumber
daya energi; dan
e. Berada pada lokasi yang aman terhadap kegiatan lain dengan memperhatikan
jarak bebas dan jarak aman.
Pesatnya perkembangan penduduk dan aktivitas sosial ekonomi yang ada, dan
ketentuan Rencana Struktur Ruang yang dituju, maka penyediaan energi listrik di
Provinsi Papua diarahkan untuk dapat lebih meningkatkan pertumbuhan wilayah
di Provinsi Papua terutama di wilayah Pegunungan Tengah, Kabupaten Boven
Digoel, Mappi, Asmat, Supiori, Waropen, Dogiyai, Deiyai, Intan Jaya, Puncak
Jaya, Puncak, Mamberamo Tengah dan Sarmi yang selama ini relatif masih
belum memperoleh pelayanan energi yang memadai dibandingkan daerah
lainnya. Wilayah prospektif untuk penyediaan listrik permukiman di Provinsi
Papua meliputi Kota dan Kabupaten Jayapura, Keerom, Merauke, Biak Numfor,
Nabire, Wamena dan Mimika, sehingga wilayah ini menjadi wilayah prioritas bagi
peningkatan pelayanan prasarana energi. Sementara itu di wilayah yang terisolasi
dalam rangka pemerataan pembangunan, di mana prasarana energi merupakan
kebutuhan yang harus dapat terpenuhi di berbagai wilayah, maka perlu adanya
penambahan jaringan prasarana energi untuk setiap tahun perlu dilakukan
penyesuaian untuk 20 tahun yang akan datang.
Energi listrik merupakan sumber energi utama bagi suatu kota dan wilayah untuk
mengaktifkan kegiatan-kegiatan produktif. Pengembangan sistem energi listrik
dengan tingkat pemakaian daya listrik yang terus bertambah dengan
penambahan energi listrik dan perluasan jaringan listrik. Sistem jaringan yang
dipakai adalah sistem bentangan udara dengan pemakaian tiang beton yang
berjarak 50 meter antar tiang dan dilengkapi trafo pengendali. Penempatan
jaringan pada ruang milik jalan di sepanjang jaringan jalan untuk memudahkan
sistem pengendalian dan keterpaduan perletakan infrastruktur.
Tabel IV. 25 : Wilayah Sungai Sebagai Sumber Air Baku Provinsi Papua
Karakteristik
Panjang Catchments Debit
No. Nama Sungai / Lokasi Kabupaten Nama DAS
sungai Area (m3/s)
km km2
MAMBERAMO HILIR
1 Mamberamo 268.500 76,989.000 1,488.348 Waropen, Sarmi
2 Mem1 94.820 951.100 49.196 Waropen, Sarmi
3 Manesi 40.100 506.500 46.616 Waropen, Sarmi
4 Gesa6 61.766 426.300 36.510 Waropen, Sarmi
5 Mem4 61.890 388.100 23.776 Waropen, Sarmi
6 Taborissi 21.800 167.200 20.370 Waropen, Sarmi
7 Mem3 18.730 184.400 14.137 Waropen, Sarmi
8 IDOMBA 21.036 127.000 13.491 Waropen, Sarmi
9 WAREMBARI 28.850 129.600 13.242 Waropen, Sarmi
10 Mem2 22.220 151.100 11.589 Waropen, Sarmi
11 Apiri 9.855 44.770 5.668 Waropen, Sarmi
12 Matabari 10.890 34.090 4.742 Waropen, Sarmi
TURITATU HILIR
13 Taritatu 484.769 44,151.600 911.312 Tolikara, Sarmi
14 Taritatu2 103.074 1,427.000 74.630 Tolikara, Sarmi
15 Taritatu3 150.483 1,479.000 73.593 Tolikara, Sarmi
16 Taritatu1 50.300 815.300 50.345 Tolikara, Sarmi
TURIKU HILIR
17 Tariku3 73.846 1,057.000 77.791 Waropen, Sarmi
18 Tariku2 109.215 1,122.000 78.190 Waropen, Sarmi
19 Tariku1 141.879 2,101.000 128.823 Waropen, Sarmi
20 Tariku4 121.180 1,428.700 94.843 Waropen, Sarmi
21 Tariku6 71.666 584.400 46.873 Waropen, Sarmi
22 Tariku5 60.390 527.100 43.719 Waropen, Sarmi
23 Damar2 65.708 1,176.000 74.242 Paniai
24 Tariku1a 24.120 348.200 24.133 Waropen, Sarmi
25 Tariku 235.160 26,429.400 667.847 Waropen, Sarmi
26 Tariku4a 26.930 138.600 11.368 Waropen, Sarmi
APAUWER
27 Iramuar 19.260 124.000 14.556 sarmi
28 Appuvar 233.330 2,874.000 217.400 Sarmi
WIRU
29 Wiru 117.274 1,953.000 117.932 Sarmi, Jayapura
30 wiru1 37.840 541.800 42.404 Sarmi, Jayapura
VERKUME
31 Muwar 61.374 880.100 89.658 Sarmi
32 Verkam 87.610 837.100 82.380 sarmi
33 Verkam1a 6.814 128.300 16.235 sarmi
BIRI
34 Biri 116.087 2,173.000 142.385 Sarmi, Jayapura
SERMO
35 Sermoif 113.113 1,296.000 83.786 Sarmi, Jayapura
36 Moaif 38.753 303.200 26.987 Sarmi, Jayapura
TOR
37 Tor 129.863 2,097.000 164.060 Sarmi
38 Bier Sarmi
39 Unk Sarmi
40 Bulianang 61.727 475.600 50.519 Sarmi
41 Verkam1 52.700 581.000 48.717 Sarmi
Lanjutan…….
DIGUL BARAT
90 Digul_d 71.990 1,196.000 65.191 Boven Digoel, Peg. Bintang
91 Digul_a 46.570 711.200 43.942 Boven Digul, Peg. Bintang
92 Digul_c 40.070 402.000 22.552 Boven Digul, Peg. Bintang
93 Digul_b 37.380 180.700 11.193 Boven Digul, Peg. Bintang
EIN HILIR
94 KUIS Mappi, Asmat
95 PEGEE Mappi, Asmat
96 CAMBIL Mappi, Asmat
97 Pirir Mappi, Asmat
98 Kumir Mappi, Asmat
99 Yimo Mappi, Asmat
100 Kohgar Mappi, Asmat
101 Surets1 10.110 47.350 2.683 Mappi, Asmat
102 Jiwe1 19.080 61.990 3.059 Mappi, Asmat
103 Juliani 16.820 76.580 3.770 Mappi, Asmat
104 Doyusi1 12.740 77.710 3.948 Mappi, Asmat
105 Kampong2 21.060 107.000 5.301 Mappi, Asmat
106 Jiwe2 9.251 104.900 5.389 Mappi, Asmat
107 Kampong2a 24.070 237.600 10.691 Mappi, Asmat
108 Kampong2a 24.070 237.600 10.691 Mappi, Asmat
109 Emogan 53.560 560.000 20.687 Mappi, Asmat
110 Mapi 47.470 445.500 20.936 Mappi, Asmat
111 Pulau/Baliem/Vriedschaps 569.390 34,940.000 616.363 Mappi, Asmat
112 Eilanden/Bets 276.838 16,660.000 457.354 Mappi, Asmat
113 Kampong 210.439 4,785.000 140.861 Mappi, Asmat
114 Surets 71.700 1,727.000 60.504 Mappi, Asmat
115 Jiwe 80.090 925.000 37.448 Mappi, Asmat
116 Doyusi 143.030 1,095.000 30.874 Mappi, Asmat
117 Kroankel 80.548 835.700 26.200 Mappi, Asmat
118 Eilanden6 51.040 414.900 23.072 Mappi, Asmat
119 Faretsj 43.280 520.200 21.871 Mappi, Asmat
120 Kampong1 44.980 413.600 16.208 Mappi, Asmat
121 Fayit 62.550 423.100 14.489 Mappi, Asmat
122 Menya 30.740 323.900 13.670 Mappi, Asmat
123 Yeica 53.602 295.800 11.113 Mappi, Asmat
EIN HULU
124 Steenboom1 28.330 191.400 10.848 Mappi, Asmat, Peg. Bintang,
125 Kalff/Koltt (a) 31.680 201.800 Yahukimo
11.225 Mappi, Asmat, Peg. Bintang,
126 Eilanden3 56.010 488.500 Yahukimo
21.806 Mappi, Asmat, Peg. Bintang,
127 Eilanden1 29.700 448.600 Yahukimo
21.802 Mappi, Asmat, Peg. Bintang,
128 Eilanden2 50.680 372.500 Yahukimo
18.872 Mappi, Asmat, Peg. Bintang,
129 Kalff/Koltt (a) 140.800 812.800 Yahukimo
46.729 Mappi, Asmat, Peg. Bintang,
130 Steenboom 158.496 2,730.000 Yahukimo
139.727 Mappi, Asmat, Peg. Bintang,
131 Eilanden3a 14.190 92.120 Yahukimo
5.782 Mappi, Asmat, Peg. Bintang,
132 Modera Yahukimo
Mappi, Asmat, Peg. Bintang,
Yahukimo WAPOGA
133 Derewo5 12.732 117.900 10.995 Nabire, Paniai, Waropen
134 Wapoga 214.242 5,096.000 362.564 Nabire, Paniai, Waropen
135 Derewo 304.338 5,279.000 267.640 Nabire, Paniai, Waropen
136 Derewo1 29.810 112.400 9.531 Nabire, Paniai, Waropen
137 Derewo2 9.297 31.840 3.069 Nabire, Paniai, Waropen
138 Derewo3 3.974 Nabire, Paniai, Waropen
139 Wanasamu Nabire, Paniai, Waropen
Lanjutan…….
SOBGER
140 Air 170.977 8,221.000 360.130 Peg. Bintang
141 Taritatu9 266.176 9,015.900 305.340 Peg. Bintang
142 Pelvelt/Pauwasi 39.712 4,273.900 278.010 Peg. Bintang
143 Sobger 188.861 3,255.000 206.053 Peg. Bintang
144 Songgolo 131.199 3,408.000 190.774 Peg. Bintang
145 Taritatu13 140.493 2,501.000 125.040 Peg. Bintang
146 Song1 88.930 1,369.000 93.090 Peg. Bintang
147 Taritatu16 66.830 1,151.000 70.940 Peg. Bintang
148 Taritatu15 62.002 1,044.000 65.851 Peg. Bintang
149 Taritatu14 57.160 536.200 37.435 Peg. Bintang
150 Taritatu17 49.829 399.800 29.438 Peg. Bintang
TURITATU TENGAH
151 Taritatu8 37.450 505.300 34.443 Tolikara, Jayawijaya
152 Taritatu11 43.562 6,795.000 275.257 Tolikara, Jayawijaya
153 Habifuria 157.886 6,173.000 219.039 Tolikara, Jayawijaya
154 Taritatu5 114.965 2,586.000 121.368 Tolikara, Jayawijaya
155 Taritatu4 148.737 2,431.000 111.855 Tolikara, Jayawijaya
156 Taritatu7 43.210 778.900 49.273 Tolikara, Jayawijaya
157 Taritatu10 65.984 475.800 30.587 Tolikara, Jayawijaya
158 Taritatu6 30.880 387.400 27.925 Tolikara, Jayawijaya
159 Taritatu12 19.630 180.300 20.968 Tolikara, Jayawijaya
BIGADU
160 Rouf1 32.720 316.900 23.242 Puncak Paya
161 Bigabu 152.100 6,346.000 245.581 Puncak Paya
162 Rouffaer 114.900 2,375.000 113.066 Puncak Paya
163 Yam 15.780 65.630 6.124 Puncak Paya
SIROWO
164 Siriwo 150.915 4,013.000 233.590 Nabire, Paniai
TURIKU HULU
165 Damar1a 10.410 58.410 6.762 Paniai
166 Damar 61.766 4,855.000 231.548 Paniai
167 Nabuaba 92.390 2,043.000 102.266 Paniai
168 Damar1 64.623 969.200 66.400 Paniai
MARO
169 Merauke/Maro 382.979 6,220.000 211.030 Merauke
170 Uruci 58.383 1,925.700 68.460 Merauke
171 Derire 37.870 722.000 31.249 Merauke
172 Tap 40.162 717.700 30.875 Merauke
173 Tap1 21.490 172.000 9.450 Merauke
174 Derire1 18.920 151.600 8.563 Merauke
175 Pangbabob Merauke
176 Samyatum Merauke
177 Tamapu Merauke
178 Kura Merauke
179 Yamke Merauke
TAMI
180 Tami 108.875 3,409.100 179.842 Kota Jayapura, kab. Jayapura,
181 Sekamto 69.615 1,790.700 110.811 keerom
Kota Jayapura, kab. Jayapura,
182 Senggrum 49.578 858.100 61.704 keerom
Kota Jayapura, kab. Jayapura,
183 Arso 78.560 832.400 56.961 keerom
Kota Jayapura, kab. Jayapura,
184 Tami_a 13.700 125.100 10.879 keerom
Kota Jayapura, kab. Jayapura,
185 Entrop keerom
Kota Jayapura, kab. Jayapura,
keerom
Lanjutan…….
186 Siborgonyi Kota Jayapura, kab. Jayapura,
187 Aryoko keerom
Kota Jayapura, kab. Jayapura,
188 Dok keerom
Kota Jayapura, kab. Jayapura,
189 Acai keerom
Kota Jayapura, kab. Jayapura,
190 Kampwolker keerom
Kota Jayapura, kab. Jayapura,
191 Abiao keerom
Kota Jayapura, kab. Jayapura,
192 Pay keerom
Kota Jayapura, kab. Jayapura,
193 Doyobaru keerom
Kota Jayapura, kab. Jayapura,
194 Amai keerom
Kota Jayapura, kab. Jayapura,
195 Japuri keerom
Kota Jayapura, kab. Jayapura,
196 Mosso keerom
Kota Jayapura, kab. Jayapura,
197 Maru keerom
Kota Jayapura, kab. Jayapura,
198 Nimbu keerom
Kota Jayapura, kab. Jayapura,
199 Bewani keerom
Kota Jayapura, kab. Jayapura,
200 Joas keerom
Kota Jayapura, kab. Jayapura,
201 Dosay keerom
Kota Jayapura, kab. Jayapura,
202 Gou keerom
Kota Jayapura, kab. Jayapura,
203 Aso keerom
Kota Jayapura, kab. Jayapura,
204 Sokuapa keerom
Kota Jayapura, kab. Jayapura,
205 Krawiton keerom
Kota Jayapura, kab. Jayapura,
206 Waske keerom
Kota Jayapura, kab. Jayapura,
207 Toarim keerom
Kota Jayapura, kab. Jayapura,
208 Kemiri keerom
Kota Jayapura, kab. Jayapura,
keerom OMBA
209 Urema 135.113 3,286.000 126.021 Kaimana, Nabire
210 Leng1 22.140 141.600 9.445 Kaimana, Nabire
YAWE
211 Mupuruka1 33.940 188.400 8.891 Mimika
212 Mupuruka 113.349 3,981.900 124.615 Mimika
LORENTZ
213 Lorentz 256.358 4,058.000 122.586 Asmat, Jayawijaya
214 Utumbuwe 137.410 2,287.000 73.265 Asmat, Jayawijaya
215 Reiger 115.286 859.200 38.863 Asmat, Jayawijaya
216 Vandersande 95.059 611.800 27.875 Asmat, Jayawijaya
217 Lorenz3 34.220 270.100 13.045 Asmat, Jayawijaya
218 Catalina1 50.130 312.000 12.663 Asmat, Jayawijaya
219 Lorenz3a 16.940 102.900 5.955 Asmat, Jayawijaya
220 Lorenz1 10.910 79.960 4.981 Asmat, Jayawijaya
221 Utumbuwe1 17.060 68.670 4.544 Asmat, Jayawijaya
222 Lorenz2 14.010 68.020 4.171 Asmat, Jayawijaya
223 Agats Asmat, Jayawijaya
KUMBE
224 Kumbe 262.015 3,282.000 117.225 Merauke
WANGGAR
225 Topo 19.780 192.700 13.831 Nabire
226 Jalu 29.568 219.500 14.822 Nabire
227 Wanggar 83.750 1,893.000 84.695 Nabire
228 Bumi 88.780 897.400 44.646 Nabire
229 Wami 71.093 757.700 32.819 Nabire
230 Surai 34.880 497.000 29.879 Nabire
231 Memi 33.499 318.900 20.343 Nabire
232 Dobumo Nabire
Lanjutan…….
233 Kamorawa Nabire
234 Wai Rai Nabire
235 Sima Nabire
KAPIRAYA
236 Mapia / Edere 41.520 779.600 77.583 Mimika
237 Muppuru 53.000 1,819.000 71.011 Mimika
238 Kakau 26.740 262.300 31.527 Mimika
PETER
239 Darmonduide 280.087 3,795.000 77.110 Asmat, Jayawijaya
240 DM4 61.662 1,027.000 30.754 Asmat, Jayawijaya
241 DM1 31.510 452.000 16.368 Asmat, Jayawijaya
242 Le Cocp D' Armandville 95.445 413.200 16.046 Asmat, Jayawijaya
243 DM2 19.400 259.300 10.620 Asmat, Jayawijaya
244 DM3 39.000 216.200 8.326 Asmat, Jayawijaya
245 DM4b 26.700 184.100 7.539 Asmat, Jayawijaya
246 DM4a 21.830 152.500 6.518 Asmat, Jayawijaya
247 Hellwig/Barai 107.321 4,493.000 131.839 Asmat, Jayawijaya
OTOKWA
248 Mamoa1 15.350 106.000 3.887 Mimika
249 Otokwa1 21.670 195.300 6.259 Mimika
250 Otokwa 150.317 3,094.000 76.445 Mimika
SENTANI
251 Sentani 35.040 968.600 67.156 Jayapura
GRIME
252 Grime 110.725 1,050.000 62.072 Kota Jayapura, kab. Jayapura,
keerom BUNGA
253 Blumen/Bunga 215.946 2,072.000 58.059 jayawijaya, Mimika
254 Kastel Timur 161.162 1,265.000 31.750 jayawijaya, Mimika
255 Bunga1 14.340 90.200 4.115 jayawijaya, Mimika
256 Bunga2 6.335 29.870 1.628 jayawijaya, Mimika
VRIENDSCHAPS
257 Baliem_d2 6.136 11.930 0.819 Asmat Jayawija, Yahukimo
258 Andreu 74.710 1,561.000 57.091 Asmat Jayawija, Yahukimo
259 Andreu2 27.920 351.200 15.052 Asmat Jayawija, Yahukimo
260 Baliem_a 29.380 248.200 12.233 Asmat Jayawija, Yahukimo
261 Andreu1 35.700 285.900 12.197 Asmat Jayawija, Yahukimo
262 Eilanden7 43.590 190.200 9.760 Asmat Jayawija, Yahukimo
263 Catalina2 32.870 216.900 9.636 Asmat Jayawija, Yahukimo
264 Baliem_d 31.360 147.100 9.179 Asmat Jayawija, Yahukimo
265 Baliem_c 11.990 104.100 5.738 Asmat Jayawija, Yahukimo
266 Catalina3 11.090 78.110 4.348 Asmat Jayawija, Yahukimo
267 Baliem_d1 2.530 5.868 0.410 Asmat Jayawija, Yahukimo
268 Catalina 168.196 2,712.000 99.559 Asmat Jayawija, Yahukimo
BIAN
269 Bian 400.989 9,290.000 175.765 Merauke
270 Bian1 46.380 797.000 35.106 Merauke
271 Malo 3.505 Merauke
272 Bian2 4.410 Merauke
273 Eli1 14.130 Merauke
274 Bian4 24.260 86.420 4.997 Merauke
275 Bian3 16.610 116.700 6.865 Merauke
276 Eli 129.934 1,790.000 55.425 Merauke
KAMURA
277 Komura_a 118.525 2,187.600 53.003 Mimika
Lanjutan…….
ROMBAK
278 Sanoringga 81.630 532.100 51.363 Waropen
279 Binatoba 46.440 322.100 35.345 Waropen
280 Dambo 30.910 320.100 29.451 Waropen
281 Waran Waropen
282 Sabia 30.180 153.800 20.866 Waropen
283 Boi 16.450 77.150 11.041 Waropen
284 Rombak 140.509 1,600.000 149.469 Waropen
NADUBUAI
285 Serami 95.564 905.500 63.761 Waropen
286 Barapasi 72.900 642.800 48.990 Waropen
287 Bara1/Kerema 54.144 422.900 35.231 Waropen
288 Nadubuai Waropen
BRAZZA
289 Baliem Barat 44.220 1,004.000 48.783 Mappi, Yahukimo
290 Eilanden4 38.780 284.700 14.166 Mappi, Yahukimo
291 Wamena 29.910 224.200 11.802 Mappi, Yahukimo
292 Teom 29.870 184.300 9.909 Mappi, Yahukimo
293 Brazza 218.643 2,105.000 96.684 Mappi, Yahukimo
294 Brazza1 36.940 138.000 7.838 Mappi, Yahukimo
295 Baliem-b 19.750 137.300 6.955 Mappi, Yahukimo
296 Brazza2 19.040 110.300 6.916 Mappi, Yahukimo
297 Brazza4 13.980 98.050 6.443 Mappi, Yahukimo
298 Mareli 27.460 676.800 31.430 Mappi, Yahukimo
299 Brazza3 16.740 81.660 5.338 Mappi, Yahukimo
PARONGGA
300 Maparwa Mimika
301 Tea 31.330 593.200 27.170 Mimika
YAWE
302 Wai Uta 61.296 1,272.000 48.628 Mimika
AKIMUGA
303 Akimeugah 158.855 1,624.000 45.861 Mimika
304 Atimatia 63.300 395.000 12.967 Mimika
305 Muras Besar 31.600 270.200 11.746 Mimika
306 Ipukwa 35.170 370.900 10.805 Mimika
MIMIKA
307 Kapare 85.067 1,485.000 45.747 Mimika
308 Yawei 75.725 821.400 40.028 Mimika
309 Mimika 110.298 989.400 33.596 Mimika
310 Karwarbeau 38.154 393.000 14.923 Mimika
311 Baupo 25.812 194.200 10.901 Mimika
312 Ukemupuko 34.677 181.800 8.852 Mimika
313 Kapare1 27.900 240.200 8.200 Mimika
314 Kapare2 38.247 207.000 6.922 Mimika
315 Mimika1 18.670 94.940 5.218 Mimika
316 Maakwe 23.160 63.070 3.547 Mimika
317 Idua Mimika
AIDOMA
318 Ain_a 3.474 6.202 0.306 Mimika
319 Buru1 4.000 8.667 0.417 Mimika
320 Ain_b 6.388 23.360 1.019 Mimika
321 Buru 6.063 11.530 0.826 Mimika
322 Aindua1 10.120 30.660 1.505 Mimika
Lanjutan…….
323 Namarepi/Namaripi 19.578 87.480 4.815 Mimika
324 Aindua2 20.010 148.700 5.936 Mimika
325 Aindua 111.972 1,372.000 44.299 Mimika
326 Tapo1 44.860 422.000 20.844 Mimika
327 Potawae 28.120 173.300 7.901 Mimika
328 Taporamay 52.249 900.700 33.831 Mimika
MINAJERWI
329 Aikwa 90.150 1,410.000 43.488 Mimika
330 Minarjerwi 89.875 1,430.000 41.095 Mimika
331 Otomona 56.864 764.100 29.082 Mimika
332 Mauka 69.070 554.700 20.399 Mimika
333 Aimua 45.758 315.800 12.052 Mimika
334 Otomona1/Otomona timur 33.070 310.700 12.019 Mimika
335 Mina2/Aiwainoi 37.700 146.300 4.741 Mimika
336 Mina1/Tawana 26.110 123.100 4.235 Mimika
CEMARA
337 Cemara1 18.080 373.900 14.308 Mimika
338 Cemara 124.100 1,255.000 39.254 Mimika
339 Kastel Barat 138.220 927.500 29.947 Mimika
OTOKWA
340 Mamoa 109.097 1,112.000 34.759 Mimika
341 Seca/Setakwa 71.910 550.000 20.174 Mimika
NORDWEST
342 NW1 24.550 243.100 10.414 Asmat Jayawija
343 NW5 50.135 456.500 17.132 Asmat Jayawija
344 NW2 114.000 1,535.000 42.981 Asmat Jayawija
345 NW2c 39.760 230.500 9.387 Asmat Jayawija
346 NW5a 39.867 185.700 7.738 Asmat Jayawija
347 NW2a 21.670 187.600 8.386 Asmat Jayawija
348 NW2b 15.970 115.600 5.619 Asmat Jayawija
349 NW2d 24.130 99.430 4.669 Asmat Jayawija
350 NW3 17.260 89.410 4.408 Asmat Jayawija
351 NW4 21.308 76.310 3.720 Asmat Jayawija
352 NW3a 11.950 31.670 1.762 Asmat Jayawija
353 Steenkool Asmat Jayawija
354 Nordwest 243.790 4,582.000 127.840 Asmat, jayapura
ODAMUN
355 Yar1 12.080 Mappi
356 Odamun 96.890 2,416.000 67.008 Mappi
357 Mabur 15.310 2,314.200 62.462 Mappi
358 Uwamba 29.160 646.800 23.208 Mappi
359 Mayu 17.600 Mappi
360 Yar 15.090 Mappi
361 Bapai 78.230 1,431.000 40.801 Mappi
DOLOK
362 Kwantua/Kwantoa 8.311 1,130.600 38.302 Merauke
363 Cede 35.000 579.000 21.149 Merauke
364 Imence 17.963 408.800 15.757 Merauke
365 Korima 17.760 324.700 12.886 Merauke
366 SELEMIT 38.780 194.500 9.598 Merauke
367 Kinjaramora 17.963 130.200 5.248 Merauke
368 Korima1 23.520 102.000 4.908 Merauke
369 Cede1 16.900 82.430 4.200 Merauke
Lanjutan…….
370 Bugeram 22.587 95.280 3.849 Merauke
371 Mangubab 12.980 42.510 1.989 Merauke
372 Muli 5.327 15.610 0.807 Merauke
373 Nambum 7.482 13.570 0.722 Merauke
374 Pece Merauke
375 Nuimbiran Merauke
376 Dombu Merauke
377 Bumaka Merauke
378 Koderau Merauke
379 Cudu Merauke
BULAKA
380 Wamal 20.117 289.700 11.182 Merauke
381 Mubke 18.492 436.500 18.467 Merauke
382 Puoige/Yoloki 29.790 376.800 15.814 Merauke
383 Kaut 24.901 190.300 7.414 Merauke
384 Damil 11.300 65.330 3.773 Merauke
385 Mauwekere 13.510 53.930 3.096 Merauke
386 Mubke1 10.650 44.450 2.254 Merauke
387 Menggan Merauke
388 Mob Merauke
389 Wilba Merauke
390 Dokaniem Merauke
391 Muikambur Merauke
392 Wilku Merauke
393 Wilangi Merauke
394 Wappau Merauke
395 Bulaka 202.500 4,961.000 147.040 Merauke
SIRIWO
396 Nabire Nabire Pania
397 Nab1 Nabire Pania
398 Nab2 Nabire Pania
399 Kimi Nabire Pania
400 Kimbo Nabire Pania
401 Kim1 Nabire Pania
402 Kim2 Nabire Pania
403 Bogre Nabire Pania
404 Musatro1 19.700 121.000 9.117 Nabire Pania
405 Tobai 64.011 242.800 20.366 Nabire Pania
406 Legare 50.620 540.800 37.222 Nabire Pania
407 Musatro 21.428 283.000 23.319 Nabire Pania
KUMBE
408 Suba Suba 38.400 483.900 31.303 Merauke
409 Jatun Merauke
PARANGGO
410 Wakia 29.564 230.000 11.897 mimika
411 Year 37.670 261.800 12.975 mimika
412 Aoruka 27.648 283.100 14.418 mimika
KAMURA
413 Iweka 79.287 460.200 17.214 Mimika
414 Wania 63.972 715.000 22.029 Mimika
415 Tuaba 59.086 599.100 21.942 Mimika
416 Wataikwa 60.503 337.100 13.236 Mimika
417 Komura_a 7.590 131.800 4.619 Mimika
Lanjutan…….
MAPPI
418 Obaa/Oba 106.350 1,256.000 40.594 Mappi
419 Oba1 21.450 184.400 8.720 Mappi
420 Manggono 35.300 493.600 20.672 Mappi
421 Mappi_a 25.530 366.000 18.460 Mappi
422 Mappi/Fofi 336.350 5,296.000 116.413 Mappi
BIAK
423 Muuwar Biak Numford
424 Korido Biak Numford
425 Yosem Biak Numford
426 Wafudobi Biak Numford
427 Warboi Biak Numford
428 Wafar Biak Numford
429 Korem1 39.240 193.800 20.098 Biak Numford
430 Korim 16.580 121.100 13.886 Biak Numford
431 Wardo 17.220 111.400 12.817 Biak Numford
432 Surdori 11.230 40.850 5.357 Biak Numford
SOPIORI
433 Sopiori 2 11.628 37.400 6.062 Biak Numford
434 Waradokdo 14.646 66.790 11.877 Biak Numford
435 Sopiori 1 8.710 26.810 4.590 Biak Numford
436 Rasiwardori 6.544 21.260 3.515 Biak Numford
437 Waburdori 7.187 19.510 3.476 Biak Numford
438 Sopiori 5 5.556 17.170 3.173 Biak Numford
439 Mariodari 5.073 15.390 2.889 Biak Numford
440 Rusdori 5.719 12.620 2.771 Biak Numford
441 Kurido 3.708 10.410 2.059 Biak Numford
442 Sopiori 3 4.375 9.129 1.779 Biak Numford
443 Sopiori 4 2.976 6.761 1.391 Biak Numford
444 Sopiori 6 7.335 2.667 0.500 Biak Numford
YAPEN
445 S. Worui 10.060 30.600 4.142 Yapen
446 S. Dayari 10.490 31.000 4.172 Yapen
447 S. Waperai 8.048 30.500 4.239 Yapen
448 S. Wareroni 13.070 69.310 8.583 Yapen
449 S.Pemare 12.940 74.630 9.196 Yapen
450 S. Yobi 17.160 105.200 12.172 Yapen
451 S. Wardayani 22.820 182.600 19.362 Yapen
452 S. Tindaret 11.150 137.300 16.294 Yapen
453 S. Kaonda 9.850 57.250 7.439 Yapen
454 S. Karariri 11.220 55.840 7.160 Yapen
455 S.Waditawai 10.920 46.490 6.061 Yapen
456 S. Sumboi 9.741 41.690 5.551 Yapen
457 S. Buaya II 11.090 37.530 4.957 Yapen
458 S. Yuwawai 11.220 29.900 4.002 Yapen
459 S. Mariadei 5.501 25.380 3.728 Yapen
460 S. Asai 5.090 24.540 3.645 Yapen
461 S. Manoati 6.561 22.130 3.209 Yapen
462 S. Anotaure 7.160 20.930 3.013 Yapen
463 S. Dingin 7.274 20.550 2.956 Yapen
464 S. Wairu 4.754 18.880 2.866 Yapen
465 S. Wooi 6.344 18.720 2.749 Yapen
466 S. Randawaya 7.034 18.000 2.616 Yapen
Lanjutan…….
Selain itu sumber daya air permukaan lainnya adalah Danau Sentani di
Kabupaten Jayapura, Danau Paniai dan Danau Tigi di Kabupaten Paniai.
Pentingnya pengembangan sistem sumber daya air di Provinsi Papua tidak boleh
terlepas dari prinsip utama pengelolaan sumberdaya air adalah pengelolaan
wilayah sungai yang meliputi:
o Wilayah irigasi skala besar yaitu suatu area yang mempunyai jaringan irigasi
dengan pengaliran air sistem grafitasi serta di bawah pengelolaan dan
inventarisasi pemerintah.
o Wilayah irigasi skala kecil yang disebut irigasi desa yaitu suatu area yang
relatif kecil (500 ha) mempunyai jaringan irigasi dengan pengaliran air
sistem gravitasi dan di bawah pengeloaan masyarakat.
o Wilayah irigasi skala kecil yang memakai air dari sumur bor atau irigasi air
tanah untuk kebutuhan air tanamannya.
o Wilayah irigasi yang menggunakan air dari sungai dengan cara dipompa.
Irigasi jenis ini dikembangkan secara sederhana oleh petani secara mandiri.
Pada umumnya pompa tersebut milik petani atau diperoleh dari sewa.
o Suatu wilayah yang mengandalkan air hujan semata.
Luas jaringan irigasi di Provinsi Papua sekitar 5.979 ha yang tersebar di Kota
Jayapura, Kabupaten Jayapura, Keerom, Nabire, dan Jayawijaya. Sedangkan
potensi pengembangan iragasi di Provinsi Papua diarahkan pada sentra produksi
pertanian seperti padi dan palawija khususnya Kota Jayapura, Kabupaten Nabire,
Keerom, Jayawijaya, dan Merauke yang direncanakan sebagai lumbung pangan
nasional, sedangkan untuk palawijaya dikembangkan dengan sistem air tanah
atau pompanisasi
Tabel IV.26 : Potensi Pengembangan Irigasi Provinsi Papua Tahun 2010- 2030
Uraian
Luas Potensial
No Nama Daerah Irigasi Sawah Kolam Hutan Lain-Lain Keterangan
(Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha)
Kabupaten Nabire
1 DI. Kalibumi 6400 Irigasi Teknis
4400 1500 1230.3 1669.7
2000 1500 500
2 DI. Legare 1150 1000 112.5 37.5 Irigasi Teknis
3 DI. Maidey 1000 452 411 137 Irigasi Teknis
4 DI. Topo 1850 1387.5 462.5
5 DI. Wanggar 2300 1725 575
6 DI. Yaro 1000 750 250
Kota Jayapura
1 DI. Koya 4000 1836 950 450 764 Irigasi Teknis
Kabupaten Jayapura
1 DI. Lereh 2100 80 10 1700 310 Irigasi Teknis
2 DI. Besum 950 400 200 250 Irigasi Teknis
3 DI. Nimbokrang 900 380 15 315 110 Irigasi Teknis
4 DI. Sentani 10
5 DI. Dosay 10
6 DI. Kertosari 5
Kabupaten Keerom
1 DI. Arso V 20 Irigasi Teknis
2 DI. Arso PIR 4 300 100 200 Sederhana
Kabupaten Sarmi
1 DI. SP.V Bonggo 20 20
Kabupaten Jayawijaya
1 DI. Pugima 40 6 34 Irigasi Teknis
2 DI. Honaylama 10 10
3 DI. Tulem 129 65 64 Irigasi Teknis
4 DI. Muai 759 50 709 Irigasi Teknis
5 DI. Delakama 48 22 26 Irigasi Teknis
6 DI. Perabaga 49 18 31 Irigasi Teknis
7 DI. Muliama 21 10 11 Irigasi Teknis
8 DI. Waima 40 40
9 DI. Usilimo 33 10 23 Irigasi Teknis
10 DI. Pikhe 26 26
11 DI. Siepkosi 68 30 38 Irigasi Teknis
12 DI. Kurulu 13 13
13 DI. Bambak 147 20 127 Irigasi Teknis
14 DI. Asailega 50 50
Kabupaten Merauke
TOTAL RENCANA 29,848.00 5,979.00 975.00 9,981.30 6,287.70
Sumber : Dinas PU Provinsi Papua dan Analisis Tim Penyusun RTRWP Papua Tahun 2009
Selanjutnya kisaran alternatif dapat berupa ukuran dari sistem irigasi yang akan
dibangun apakah yang diutamakan adalah jaringan-jaringan irigasi berukuran
kecil seperti sistem irigasi sederhana atau sistem irigasi berukuran sedang dan
ukuran besar.
Rehabilitasi sistem irigasi tidak hanya berarti mengembalikan fungsi irigasi seperti
yang direncanakan semula tetapi lebih ditujukan untuk meningkatkan
kemampuannya dalam rangka peningkatan produksi dan pendapatan masyarakat
tani. Rehabilitasi mempunyai implikasi terhadap pemanfaatan sumberdaya
setempat terutama tenaga kerja.
1. Wilayah irigasi teknis: wilayah irigasi teknis yang sudah mengalami kerusakan,
akan dilakukan rehabilitasi bangunan sadap dan saluran serta melengkapi
prasarana dan sarana yang belum ada sehingga intensitas tanam dan
produktivitas lahan bisa ditingkatkan dengan mencukupi kebutuhan air
berdasarkan keseimbangan air.
o Dengan cara suplesi air dari sungai lain langsung ke bendung yang
ada atau ke jaringan irigasi yang ada.
b. Bila wilayah tadah hujan tidak memungkinkan untuk dikembangkan
dengan memanfaatkan sistem irigasi terdekat, alternatifnya adalah:
o Direncanakan dengan pembuatan bangunan utama baik free intake,
bendung ataupun waduk (embung) beserta jaringan irigasi dan
drainase beserta bangunan pelengkap dan infrastruktur lainnya
dengan sistem gravitasi
o Bila tidak memungkinkan dengan sistem gravitasi, akan dikembangkan
dengan cara pompanisasi dan kombinasi gravitasi.
o Dengan cara pompanisasi air sungai ke areal tadah hujan
o Dengan cara pembuatan irigasi air tanah pada wilayah tadah hujan
yang relatif kecil arealnya.
10. Penerapan pola pengembangan wilayah irigasi yang menguntungkan dari segi
ekonomi, teknis dan sosial.
Suplai air bersih tahun 2009 di Provinsi Papua untuk memenuhi kebutuhan
domestik sebesar 10.050.514 M3 dan pelayanan sosial 1.602.133 M3, yang
disediakan Pemerintah Daerah maupun swasta. Namun sejalan dengan
perkembangan jumlah penduduk Provinsi Papua sampai tahun 2030 diperkiraan
sebesar 3.257.138 jiwa, maka diperkirakan kebutuhan air bersih domestik
sebesar 195.428.256 M3 dan pelayanan sosial sebesar 25% dari kebutuhan
rumah tangga atau 48.857.064 M3.
Perencanaan dan penanganan potensi sumber air baku di Provinsi Papua perlu
diselaraskan dalam program pengembangan antar sektor. Di samping itu,
penanganan dan pengelolaannya tidak dapat dilakukan berdasarkan batasan
administrasi wilayah untuk mendapatkan suatu pengelolaan yang efektif dan
efisien dalam hal pembangunan hingga pemanfaatan unsur-unsur yang terkait
dalam investasi pembangunan dan pengembangannya.
Terpenuhinya penyediaan air bersih dari segi kuantitas dan kualitas adalah
sangat penting untuk memungkinkan tingkat kesehatan masyarakat yang lebih
baik. Tersedianya air dalam jumlah yang mencukupi akan menunjang
peningkatan taraf kesehatan masyarakat pada umumnya.
Potensi sumber air bersih di Provinsi Papua dapat dikembangkan pada tabel
IV.27. sebagai berikut
A. Sistem Drainase
Pada prinsipnya pengembangan sistem drainase di Provinsi Papua tetap
memanfaatkan sistem jaringan drainase yang sudah ada serta memanfaatkan
sungai-sungai alam sebagai sistem pembuangan alamiah yang sekaligus
berfungsi sebagai badan air penampungan dari limpasan air hujan sebagai
jaringan pembuangan akhir. Adapun pedoman yang dipergunakan dalam
menyusun rencana pengembangan sistem drainase adalah :
a. Memanfaatkan sistem jaringan drainase yang ada secara maksimal, baik
sungai, anak sungai, maupun saluran alami lainnya.
b. Mengalirkan air hujan secepatnya melalui suatu sistem jaringan drainase ke
badan air terdekat atau tempat pembuangan air akhir (laut atau sungai)
dengan menghemat panjang saluran.
c. Sedapat mungkin mengikuti jalan utama untuk memudahkan pengawasan dan
pemeliharaan.
Lanjutan 4.2.4.3.1
37 M.A. Kurulu Kurulu/Kurulu Mata Air 15
38 M.A. Asologaima Asologaima/Asologaima Mata Air 15
39 M.A. Pikhe Pikhe/Wamena Mata Air 15
40 Sungai Melage Kurima/Kurima Air Sungai 200
41 M.A. Karubate Mulia/Mulia Mata Air 22
42 Sungai Dinggok Mulia/Mulia Air Sungai 284
43 Sungai Wuyu Mulia/Mulia Air Sungai 2,215
44 Kali Wuyu Mulia/Mulia Air Sungai 419
45 M.A. Okut Oksibil/Oksibil Mata Air 8
46 Sungai Okpol Oksibil/Oksibil Air Sungai 26
47 M.A. Sungai Okaluk Oksibil/Oksibil Air Sungai 5
48 Kolam Oksibil Oksibil/Oksibil Air Sungai 711
49 Sungai Oktenma Oksibil/Oksibil Air Sungai 121
50 Sungai Sombong Oksibil/Oksibil Air Sungai 0
51 Sungai Merah Batom/Batom Air Sungai 348
52 Sungai Kanga Kuamki Baru/Mimika Baru Air Sungai 8,970
53 Sungai Kanga Manggelum/Manggelum Air Sungai 20
Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-126
54 M.A. Mindiptana Mindiptana/Mindiptana Mata Air 1
Jumlah 578,108
Sumber : Dinas PU Provinsi Papua dan Hasil Analisis Tim Penyusun RTRWP Papua Tahun 2009
PEMERINTAH PROVINSI PAPUA
Sistem pengelolaan air limbah ini erat hubungannya dengan sanitasi atau
kesehatan lingkungan, sehingga pengelolaan air limbah ini harus benar-benar
direncanakan dengan sebaik mungkin untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan yang berhubungan dengan sanitasi lingkungan masyarakatnya. Dalam
kaitannya dengan hal tersebut, arahan rencana pengelolaan air limbah di Provinsi
Papua akan tetap dilakukan dengan menggunakan sistem pengolahan setempat
(on site system sanitation), yaitu dengan mengembangkan sistem penggunaan
tangki septik yang ada di tiap-tiap rumah dengan lebih meningkatkan kuantitas
dan kualitasnya, serta sebaiknya melengkapinya dengan bidang resapan.
Mengingat penyediaan WC yang dilengkapi tangki septik ini tidak semua
Dalam kaitannya dengan masalah sanitasi ini, maka dalam implementasi rencana
tersebut perlu dilakukan upaya :
1. Penyuluhan kepada penduduk dalam peningkatan kesadaran akan
pentingnya kesehatan dengan menghilangkan kebiasaan untuk membuang
kotorannya di sembarang tempat. Sebagai konsekuensinya penduduk
diharapkan untuk membangun sendiri fasilitas sanitasi di tempat tinggalnya
masing-masing serta pembangunan utilitas MCK untuk penduduk di daerah
padat atau penduduk golongan ekonomi lemah.
2. Penyediaan kendaraan pengangkut tinja untuk membersihkan dan menguras
lumpur tinja pada tangki septik yang sudah penuh.
3. Monitoring untuk memantau pengelolaan air limbah domestik, serta kualitas
dan kuantitas badan-badan air yang ada di perkotaan.
Kebijakan tersebut akan menjadi landasan bagi daerah untuk lebih berperan
serta dalam mengimplementasikan kebijakan pengelolaan lingkungan hidup di
daerahnya secara luas, nyata dan bertanggung jawab. Mengacu kepada
kebijakan tersebut di sektor pertambangan dan energi akan dilakukan kebijakan
pengelolaan lingkungan hidup yang bersifat pembinaan dan bimbingan serta
lebih koordinatif yang dapat menjembatani kepentingan. unsur teknis dengan
BAPEDALDA (Badan Pengendalian dampak Lingkungan Daerah), instansi lain
yang terkait, pemerintah daerah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN),
pengusaha dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
A. Sarana Pendidikan
memiliki skala pelayanan yang cukup luas, yaitu bukan saja mencakup wilayah
provinsi tetapi juga untuk wilayah kabupaten-kabupaten yang berada disekitarnya.
Adapun asumsi yang digunakan dalam menghitung kebutuhan luas lahan
Perguruan Tinggi yaitu minimum jumlah penduduk pendukung sebanyak 240.000
jiwa dan luas lahan yang dibutuhkan 36.000 m2, Proyeksi kebutuhan sarana
Perguruan Tinggi adalah seluas 488.570,06 m2 atau 48,85 ha pada tahun 2030.
Untuk lebih jelasnya mengenai proyeksi kebutuhan sarana pendidikan perguruan
tinggi di Provinsi Papua dari Tahun 2010-2030 dapat dilihat pada Tabel IV.28
Tabel IV. 4.28 : Kebutuhan Luas Lahan Perguruan Tinggi Tahun 2010-2030
Tahun
No. Kabupaten/Kota
2010 2015 2020 2025 2030
1 Kota Jayapura 34,431.08 38,238.84 42,467.70 47,164.23 52,380.16
2 Merauke 27,117.85 30,502.18 34,308.87 38,590.65 43,406.80
3 Jayawijaya 15,706.47 17,037.34 18,480.99 20,046.96 21,745.62
4 Jayapura 15,425.81 16,716.44 18,115.06 19,630.70 21,273.15
5 Nabire 10,558.00 11,323.63 12,144.78 13,025.48 13,970.04
6 Yapen Waropen 11,544.95 12,834.28 14,267.59 15,860.98 17,632.31
7 Biak Numfor 16,046.50 17,578.12 19,255.92 21,093.87 23,107.25
8 Paniai 22,287.17 24,318.71 26,535.42 28,954.19 31,593.44
9 Puncak Jaya 12,176.14 13,549.22 15,077.13 16,777.34 18,669.28
10 Mimika 17,469.94 20,479.58 24,007.71 28,143.65 32,992.11
11 Boven Digoel 5,467.09 6,143.38 6,903.34 7,757.30 8,716.90
12 Mappi 10,927.93 11,651.20 12,422.34 13,244.52 14,121.12
13 Asmat 10,598.24 11,707.05 12,931.87 14,284.83 15,779.33
14 Yahukimo 23,679.34 26,401.22 29,435.98 32,819.58 36,592.11
15 Pegunungan Bintang 15,020.19 16,470.01 18,059.77 19,802.98 21,714.45
16 Tolikara 7,784.35 8,863.27 10,091.73 11,490.46 13,083.05
17 Sarmi 3,684.40 4,190.98 4,767.20 5,422.66 6,168.23
18 Keerom 7,245.40 8,943.01 11,038.38 13,624.70 16,817.00
19 Waropen 2,380.29 2,566.78 2,767.88 2,984.73 3,218.57
20 Supiori 1,901.61 1,914.96 1,928.40 1,941.94 1,955.57
21 Mamberamo Raya 3,101.59 3,434.49 3,803.12 4,211.32 4,663.33
22 Mamberamo Tengah 3,426.30 3,782.91 4,176.64 4,611.35 5,091.30
23 Yalimo 2,889.45 3,190.19 3,522.22 3,888.82 4,293.57
24 Lanny Jaya 9,067.55 10,011.31 11,053.30 12,203.73 13,473.91
25 Nduga 4,323.17 4,323.17 4,323.17 4,323.17 6,552.48
26 Puncak 7,661.14 8,458.52 9,338.89 10,310.89 11,160.84
27 Dogiyai 11,025.17 12,172.68 13,439.62 14,838.43 16,061.59
28 Intan Jaya 4,398.55 4,856.36 5,361.81 5,919.87 6,407.86
29 Deiyai 4,070.04 4,493.66 4,961.36 5,477.74 5,929.29
Jumlah 321,415.75 356,153.50 394,988.21 438,447.06 488,570.64
Sumber : Hasil Perhitungan
B. Sarana Perekonomian
itu berfungsi sebagai penyaluran barang dalam bentuk grosir dan eceran untuk
pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Pengembangan pusat perbelanjaan dialokasikan pada ibukota kabupaten yang
melayani kebutuhan skala wilayah. Jumlah penduduk pendukung minimal
120.000 jiwa dan luas lahan yang dibutuhkan 36.000 m2. Berdasarkan Standar
Nasional Indonesia (SNI), proyeksi kebutuhan luas lahan sarana perdagangan di
Provinsi Papua berupa pasar besar (pusat perbelanjaan) adalah seluas
977.141,40 m2 atau 97,71 Ha pada tahun 2030. Untuk lebih jelasnya mengenai
proyeksi kebutuhan sarana perdagangan di Provinsi Papua dari Tahun 2010-2030
dapat dilihat pada Tabel IV.29.
Tabel IV. 4.29 :Kebutuhan Luas Lahan Sarana Perdagangan Tahun 2010-2030
Tahun
No. Kabupaten/Kota
2010 2015 2020 2025 2030
1 Kota Jayapura 68,862.16 76,477.68 84,935.40 94,328.46 104,760.31
2 Merauke 54,235.70 61,004.35 68,617.75 77,181.30 86,813.59
3 Jayawijaya 31,412.94 34,074.69 36,961.97 40,093.91 43,491.23
4 Jayapura 30,851.62 33,432.89 36,230.12 39,261.40 42,546.29
5 Nabire 21,116.01 22,647.27 24,289.56 26,050.95 27,940.07
6 Yapen Waropen 23,089.91 25,668.56 28,535.19 31,721.96 35,264.62
7 Biak Numfor 32,093.01 35,156.24 38,511.85 42,187.74 46,214.50
8 Paniai 44,574.35 48,637.41 53,070.84 57,908.39 63,186.89
9 Puncak Jaya 24,352.29 27,098.44 30,154.26 33,554.68 37,338.55
10 Mimika 34,939.89 40,959.17 48,015.42 56,287.30 65,984.21
11 Boven Digoel 10,934.18 12,286.77 13,806.67 15,514.60 17,433.79
12 Mappi 21,855.85 23,302.40 24,844.69 26,489.05 28,242.25
13 Asmat 21,196.48 23,414.10 25,863.73 28,569.65 31,558.67
14 Yahukimo 47,358.68 52,802.45 58,871.97 65,639.16 73,184.23
15 Pegunungan Bintang 30,040.38 32,940.01 36,119.53 39,605.96 43,428.90
16 Tolikara 15,568.70 17,726.55 20,183.47 22,980.92 26,166.10
17 Sarmi 7,368.80 8,381.95 9,534.41 10,845.31 12,336.46
18 Keerom 14,490.80 17,886.03 22,076.77 27,249.41 33,634.00
19 Waropen 4,760.59 5,133.56 5,535.75 5,969.46 6,437.14
20 Supiori 3,803.23 3,829.92 3,856.81 3,883.88 3,911.15
21 Mamberamo Raya 6,203.19 6,868.99 7,606.25 8,422.64 9,326.66
22 Mamberamo Tengah 6,852.59 7,565.82 8,353.27 9,222.69 10,182.60
23 Yalimo 5,778.90 6,380.37 7,044.45 7,777.64 8,587.14
24 Lanny Jaya 18,135.11 20,022.63 22,106.60 24,407.47 26,947.82
25 Nduga 8,646.34 8,646.34 8,646.34 8,646.34 13,104.96
26 Puncak 15,322.28 16,917.04 18,677.78 20,621.78 22,321.67
27 Dogiyai 22,050.34 24,345.36 26,879.24 29,676.86 32,123.18
28 Intan Jaya 8,797.10 9,712.71 10,723.62 11,839.74 12,815.72
29 Deiyai 8,140.09 8,987.32 9,922.72 10,955.49 11,858.57
Jumlah 642,831.50 712,306.99 789,976.42 876,894.11 977,141.28
Sumber : Hasil Perhitungan
C. Sarana Kesehatan
Indikator tingkat kesehatan dapat diukur dengan keberadaan fasilitas kesehatan
pada wilayah atas berbagai fungsi yakni pencegahan, penyembuhan dan
perawatan serta penyediaan jenis obat-obatan, dalam rangka meningkatkan
tingkat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Untuk melayani kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat di wilayah Provinsi Papua dibutuhkan rumah sakit
dengan jumlah penduduk pendukung minimal 150.000 jiwa dan luas lahan yang
dibutuhkan 20.000 m2. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI), proyeksi
kebutuhan luas lahan sarana kesehatan di Provinsi Papua berupa rumah sakit
adalah seluas 434.285,01 m2 atau 43,42 Ha pada tahun 2030. Untuk lebih
jelasnya mengenai proyeksi kebutuhan sarana kesehatan di Provinsi Papua dari
Tahun 2010-2030 dapat dilihat pada Tabel IV.30.