Anda di halaman 1dari 134

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

BAB 4

RENCANA
STRUKTUR RUANG WILAYAH

Rencana struktur ruang merupakan gambaran struktur ruang yang hendak dituju dalam
kurun waktu 20 tahun, yaitu tahun 2010-2030 mencakup struktur ruang yang telah
terbentuk saat ini dan yang diusulkan untuk dipacu perkembangannya.

Kebijakan pengembangan struktur ruang Provinsi Papua meliputi:


a. Peningkatan peran kawasan perkotaan sebagai pusat pelayanan yang berkembang
secara berimbang dan berjenjang (hirarkis), sesuai daya dukung dan daya tampung
lingkungan
b. Peningkatan aksesibilitas dan kualitas pelayanan pendukung peran pusat pelayanan.

Peningkatan peran kawasan perkotaan sebagai pusat pelayanan dilakukan melalui


strategi sebagai berikut:
o Memantapkan peran pusat-pusat pelayanan yang sudah berkembang, dan
mengembangkan pusat-pusat pelayanan baru yang melayani wilayah bagian tengah.
o Mengakomodasi eksistensi perkampungan sebagai representasi keberadaan
masyarakat.
o Meningkatkan aksesibilitas antar pusat pelayanan, dan antara pusat pelayanan
dengan wilayah yang dilayani.

Sedangkan peningkatan aksesibilitas dan kualitas pelayanan pendukung peran pusat


pelayanan dilakukan melalui strategi:
o Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan pelayanan
transportasi dengan prioritas transportasi sungai, danau, laut, dan udara
o Mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi terutama di kawasan terisolasi
o Meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbarukan dan tak
terbarukan secara optimal serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga
listrik

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-1


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

o Meningkatkan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan keterpaduan sistem


jaringan sumber daya air.

Rencana struktur ruang wilayah meliputi sistem perkotaan dan perkampungan, sistem
jaringan transportasi, energi, telekomunikasi, dan sumber daya air.

4.1. Rencana Sistem Pusat Pelayanan


4.1.1. Kependudukan

Perkiraan kepadatan jumlah penduduk dilakukan untuk menentukan pola pertumbuhan


penduduk Provinsi Papua pada masa yang akan datang. Distribusi kepadatan penduduk
hingga tahun 2030 diperkirakan akan sama dengan pola perkembangan penduduk
eksisting.

Kepadatan penduduk pada tahun 2009 terkonsentrasi pada Kota Jayapura sebesar 238
jiwa/km2, kemudian diikuti oleh Kabupaten Biak Numfor sebesar 46 jiwa/km2, Kabupaten
Jayawijaya sebesar 44 jiwa/km2, dan kepadatan terrendah adalah Kabupaten
Mamberamo Raya dan Kabupaten Boven Digoel masing-masing sebesar 1 jiwa/km2.

Perkiraan tingkat kepadatan penduduk yang ditunjukkan pada tabel IV.1 terlihat bahwa
pada tahun 2030 tingkat kepadatan penduduk terbesar adalah Kota Jayapura sebesar
370 jiwa/km2, Kemudian Kabupaten Biak Numfor sebesar 68 jiwa/km 2, Kabupaten
Jayawijaya sebesar 62 jiwa/km2, Kabupaten Kepulauan Yapen sebesar 48 jiwa/km2,
merupakan tingkat kepadatan tinggi. Kabupaten yang termasuk kepadatan Sedang
adalah Kabupaten Paniai sebesar 46 jiwa/km2, Kabupaten Lanny Jaya sebesar 26
jiwa/km2, Kabupaten Puncak Jaya sebesar 25 jiwa/km 2, dan Kabupaten Dogiyai sebesar
24 jiwa/km2.

Untuk kabupaten kabupaten yang lainnya merupakan Kabupaten dengan kepadatan


rendah. Sedangkan rata-rata kepadatan penduduk Provinsi Papua yaitu sebesar 10
jiwa/km2. Dengan demikian perkembangan wilayah baik perkotaan maupun distrik dan
kampung dimasa yang akan datang perlu diantisipasi dengan sistem pendistribusian
penduduk ke seluruh wilayah secara merata dengan penyediaan dan kelengkapan sarana
dan prasarana pendukung aktivitas sosial ekonomi termasuk infrastruktur yang lebih baik,
sehingga penduduk tidak lagi terkonsentrasi di wilayah terpadat, terutama di daerah
perkotaan.

Untuk lebih jelasnya perkiraan kepadatan penduduk hingga Tahun 2030 dapat dilihat
pada Tabel IV.1 dan Peta 4.1 Perkiraan Kepadatan Penduduk.

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-2


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Tabel IV.1 : Perkiraan Kepadatan Penduduk Provinsi Papua Tahun 2030

2009 2010 2020 2030


Luas (Km²)
No. Kabupaten/Kota Berdasarkan
Perhitungan GIS Jumlah Kepadatan Jumlah Kepadatan Jumlah Kepadatan Jumlah Kepadatan

1 Kota Jayapura 944 224,709 238 229,541 243 283,118 300 349,201 370
2 Merauke 46,558 176,531 4 180,786 4 228,726 5 289,379 6
3 Jayawijaya 2,341 102,990 44 104,710 45 123,207 53 144,971 62
4 Jayapura 14,356 101,169 7 102,839 7 120,767 8 141,821 10
5 Nabire 12,992 69,388 5 70,387 5 80,965 6 93,134 7
6 Kep. Yapen 2,449 75,332 31 76,966 31 95,117 39 117,549 48
7 Biak Numfor 2,264 105,013 46 106,977 47 128,373 57 154,048 68
8 Paniai 4,566 145,968 32 148,581 33 176,903 39 210,623 46
9 Puncak Jaya 4,956 79,435 16 81,174 16 100,514 20 124,462 25
10 Mimika 20,674 112,789 5 116,466 6 160,051 8 219,947 11
11 Boven Digoel 24,665 35,597 1 36,447 1 46,022 2 58,113 2
12 Mappi 23,181 71,904 3 72,853 3 82,816 4 94,141 4
13 Asmat 24,750 69,242 3 70,655 3 86,212 3 105,196 4
14 Yahukimo 15,096 154,419 10 157,862 10 196,240 13 243,947 16
15 Pegunungan Bintang 14,624 98,277 7 100,135 7 120,398 8 144,763 10
16 Tolikara 6,176 50,551 8 51,896 8 67,278 11 87,220 14
17 Sarmi 14,022 23,931 2 24,563 2 31,781 2 41,122 3
18 Keerom 9,023 46,298 5 48,303 5 73,589 8 112,113 12
19 Waropen 5,392 15,626 3 15,869 3 18,453 3 21,457 4
20 Supiori 677 12,660 19 12,677 19 12,856 19 13,037 19
21 Mamberamo Raya 28,023 20,248 1 20,677 1 25,354 1 31,089 1
22 Mamberamo Tengah 3,400 22,394 7 22,842 7 27,844 8 33,942 10
23 Yalimo 3,671 18,885 5 19,263 5 23,481 6 28,624 8
24 Lanny Jaya 3,474 59,265 17 60,450 17 73,689 21 89,826 26
25 Nduga 5,836 28,821 5 28,821 5 28,821 5 43,683 7
26 Puncak 5,627 50,073 9 51,074 9 62,259 11 74,406 13
27 Dogiyai 4,511 72,060 16 73,501 16 89,597 20 107,077 24
28 Intan Jaya 9,309 28,749 3 29,324 3 35,745 4 42,719 5
29 Deiyai 2,321 26,602 11 27,134 12 33,076 14 39,529 17
Provinsi Papua 315,877 2,098,925 7 2,142,772 7 2,633,255 8 3,257,138 10

Sumber : Hasil Analisis

4.1.2. Sistem Perkotaan

Pusat perkotaan disusun secara berjenjang menurut fungsi dan besarannya


sehingga terwujud pelayanan prasarana dan sarana yang efektif dan efisien.
Pengembangan pusat perkotaan dilakukan secara selaras, saling memperkuat,
dan serasi dalam ruang wilayah provinsi.

Dalam pusat perkotaan dikembangkan kawasan untuk peningkatan kegiatan


ekonomi, sosial, budaya, dan pelestarian lingkungan hidup secara harmonis, serta
jaringan prasarana dan sarana pelayanan dan menunjang fungsi pusat perkotaan.
Sebagai pusat pelayanan perkembangan kegiatan budi daya, pusat perkotaan
mempunyai fungsi:
o ekonomi, yaitu sebagai pusat produksi dan pengolahan barang;

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-3


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

o jasa perekonomian, yaitu sebagai pusat pelayanan kegiatan keuangan/bank,


dan/atau sebagai pusat koleksi dan distribusi barang, dan/atau sebagai pusat
simpul transportasi;
o jasa sosial, yaitu sebagai pusat pemerintahan, pusat pelayanan pendidikan,
kesehatan, kesenian, dan/atau budaya.

Peta 4.1. Perkiraan Kepadatan Penduduk Provinsi Papua

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-4


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Sistem perkotaan terdiri atas PKN, PKW, dan PKL. PKN dan PKW ditentukan oleh
pemerintah, sedangkan PKL ditetapkan dalam RTRW Provinsi berdasarkan
usulan pemerintah kabupaten/kota. Untuk mendorong perkembangan kawasan
perbatasan ditentukan PKSN .

Rencana sistem perkotaan Provinsi Papua ditentukan sebagai berikut:

1. Pengembangan PKN
PKN merupakan kawasan perkotaan yang perperan sebagai pintu gerbang ke
kawasan internasional dan memiliki potensi untuk mendorong perkembangan
wilayah sekitarnya dan berfungsi sebagai pusat pengembangan kegiatan jasa,
pusat pengolahan, simpul transportasi dengan skala pelayanan nasional atau
beberapa provinsi.

Kriteria PKN adalah:


o kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama
kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional;
o kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan
industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi;
dan/atau
o kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama
transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

Penentuan PKN:

a. Perkotaan Jayapura

RTRWN menetapkan PKN untuk Provinsi Papua berada di Jayapura dan


Timika. Penentuan Jayapura perlu dipertegas dalam RTRW Provinsi Papua,
mengingat adanya 2 wilayah administratif yakni Kota dan Kabupaten Jayapura.
Sebagai simpul utama transportasi nasional, Kota Jayapura memiliki
pelabuhan laut, dan Kabupaten Jayapura memiliki bandara Sentani. Bandara
Sentani saat ini memiliki peran sebagai simpul utama transportasi skala
nasional.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, penentuan peran PKN tidak hanya


berada di Kota Jayapura tetapi juga kawasan perkotaan Kabupaten Jayapura.
Penentuan sebagai PKN perlu dipertegas menjadi kawasan perkotaan

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-5


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Jayapura, mencakup wilayah Kota Jayapura dan kawasan perkotaan


Kabupaten Jayapura.

b. Timika

Timika, merupakan simpul transportasi utama yang melayani wilayah selatan


Provinsi Papua dan kawasan pertambangan sebagai kawasan strategis
nasional, didukung dengan keberadaan bandara Moses Kilangin.

Beberapa kawasan perkotaan di Provinsi Papua memiliki potensi berperan


sebagai PKN, disamping perkotaan Jayapura dan Timika. Pusat-pusat perkotaan
tersebut dapat dipromosikan sebagai PKNp. Penentuan PKNp:

a. Biak

Berdasarkan pertimbangan luasnya wilayah yang dilayani, dan sebagai upaya


penyeimbang perkembangan di wilayah barat-utara-timur-selatan, diusulkan
memacu perkembangan pusat pelayanan Biak dan Merauke. Biak saat ini
memiliki bandara Frans Kaisepo yang kualitas prasarananya layak menjadi
bandara internasional. Pemilihan Biak sebagai PKNp didukung dengan
perannya saat ini sebagai PKW, sebagai kawasan strategis nasional, dan
sebagai kawasan andalan. Potensi Kabupaten Biak Numfor dalam
pengembangan pariwisata bahari turut mendukung penetapannya sebagai
PKNp.

b. Merauke
Mengusulkan pengembangan PKNp di wilayah selatan diarahkan dapat
mendorong percepatan pertumbuhan bagian selatan Provinsi Papua. Merauke
saat ini memiliki bandara Mopah dan pelabuhan, didukung dengan kebijakan
pengembangan bandara, serta perannya sebagai kawasan andalan.

2. Pengembangan PKW
PKW adalah perkotaan sebagai pusat jasa, pusat pengolahan dan simpul
transportasi yang melayani beberapa kabupaten. PKW ditentukan berdasarkan
kriteria sebagai berikut:
o kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua
kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN;
o kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan
industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten;
dan/atau

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-6


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

o kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul


transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

Dalam RTRWN, pusat-pusat perkotaan di Provinsi Papua yang ditentukan sebagai


PKW adalah Merauke, Biak, Muting, Bade, Wamena, Nabire, Arso, Sarmi.
Dengan diusulkannya Merauke dan Biak sebagai PKNp, maka keduanya tidak lagi
sebagai PKW.

Penentuan PKW:

a. Wamena
Pada saat ini Wamena merupakan titik pusat pelayanan utama wilayah
Pegunungan Tengah.

b. Nabire
Nabire memiliki peran sebagai pusat pelayanan wilayah barat.

c. Waris
Waris merupakan pusat pelayanan di wilayah utara. Dalam RTRWN
disebutkan Arso, namun peran pusat pelayanan berada di Waris sebagai
ibukota Kabupaten Keerom.

d. Keppi
Keppi merupakan pusat pelayanan di wilayah tengah selatan. Dalam RTRWN
disebutkan Bade, namun peran pusat pelayanan berada di Keppi sebagai
ibukota Kabupaten Mappi.

e. Sarmi
Pada saat ini merupakan pusat pelayanan wilayah utara bagian tengah.

3. Pengembangan PKL

PKL adalah perkotaan sebagai pusat jasa, pusat pengolahan dan simpul
transportasi yang mempunyai pelayanan satu kabupaten atau beberapa distrik.
Kriteria penentuan PKL adalah:
o kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan
industri dan jasa yang melayani skala kabupaten atau beberapa
kecamatan; dan/atau
o kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
transportasi yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan.

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-7


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Penentuan PKL:
o semua ibukota kabupaten yang tidak termasuk PKN, PKNp, dan PKW,
ditentukan sebagai PKL
o bagi kabupaten yang telah memiliki RTRW, PKL yang telah ditentukan
dalam RTRW Kabupaten diakomodasi dalam RTRW Provinsi.

Tabel IV.2 : Penentuan PKL

Peran Ketersediaan
Kabupaten/ Kota/ Simpul
No Sarana
Kota Perkotaan RTRW Transportasi
RTRWK Regional
P
1 Kab. Jayapura Genyem  PKL PKL    
  Waiya  PKL PKL    
  Ongan Jaya PKL PKL    
2 Nabire Topo PKL PKL   Pelabuhan Laut
Nabire
  Karadiri PKL PKL   Bandara Nabire
3 Mimika Mimika Baru  PKL PKW   Pelabuhan Pomako
  Mimika  PKL PKW    
Barat Jauh
4 Biak Numfor Samofa PKL PKL   Bandara Frans
Kaiseipo, Yemburwo
  Bosnik PKL PKL   Pelabuhan Biak
5 Mappi Bade PKL     Dermaga sungai
  Obaa  PKL PKW   Pelabuhan Bade
  Kota Edera  PKL PKW    
  Waemeama  PKL PKW    
n
6 Yahukimo Dekai  PKL PKW   Bandara Dekai
  Sumo  PKL PKW   Dermaga sungai
Logpon
  Seredala  PKL PKW    
7 Merauke Muting PKL     Pelabuhan Kimaam
  Wanam PKL PKL   Dermaga Sungai
Okaba
  Okaba PKL PKL    
  Harapan PKL PKL    
Makmur
8 Keerom Arso PKL PKW   Bandara Senggi
9 Puncak Jaya Mulia PKL   Rumah Sakit, Mulia dan Fawi
Pasar
10 Jayawijaya
11 Kep. Yapen Serui PKL   Rumah Sakit, Bandara Sujarwo,
Pasar Kamanap
          Pelabuhan Serui,
Wooi, Poom
12 Paniai Enarotali PKL   Rumah Sakit Terminal Oyehe (tipe
C)

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-8


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Peran Ketersediaan
Kabupaten/ Kota/ Simpul
No Sarana
Kota Perkotaan RTRW Transportasi
RTRWK Regional
P
          Bandara Enarotali
13 Boven Digoel Tanah PKL     Bandara Tanah
Merah Merah, Patriot,
Wanam, Bomakai,
Mindiptana
14 Asmat Agats PKL   Rumah Sakit Bandara Ewer
          Pelabuhan Agats,
Eci
          Dermaga Sungai
Agats
15 Pegunungan Oksibil PKL     Bandara Oksibil,
Bintang Batom, Borme, Aboy
16 Tolikara Karubaga PKL     Bandara Karubaga,
Bokodini
17 Sarmi Sarmi PKL Bandara Mararena
          Pelabuhan Sarmi,
Holmaten, Teba
18 Waropen Waren PKL     Pelabuhan Waren,
Kowada
19 Supiori Sorendeweri PKL     Pelabuhan Korido
20 Mamberamo Burmeso PKL      
Raya
21 Mamberamo Kobakma PKL     Bandara Dabra
Tengah
22 Yalimo Elelim PKL     Bandara Elelim
23 Lanny Jaya Tiom PKL     Bandara Tiom
24 Nduga Kenyam PKL      
25 Puncak Ilaga PKL     Bandara Ilaga, Sinak
26 Dogiyai Kigamani PKL     Bandara Moanamani
27 Intan Jaya Sugapa PKL     Bandara Bilogai,
Obano
28 Deiyai Waghete PKL     Bandara Waghete
Sumber: hasil analisis

4. Pengembangan PKSN
PKSN adalah kota atau perkotaan yang mempunyai fungsi pelayanan khusus
dalam menunjang sektor strategis nasional, menunjang pengembangan wilayah
baru atau penyebaran kegiatan ekonomi dan berfungsi sebagai daerah penyangga
aglomerasi pertumbuhan pusat kegiatan yang sudah ada. PKSN ditetapkan
dengan kriteria:
o pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas
dengan negara tetangga;
o pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang
menghubungkan dengan negara tetangga;

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-9


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

o pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang


menghubungkan wilayah sekitarnya; dan/atau
o pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat
mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.

RTRWN menentukan PKSN berada di Jayapura, Tanah Merah, dan Merauke,


namun perlu ditambahkan dengan Keerom dan Pegunungan Bintang yang juga
merupakan kabupaten perbatasan dengan Papua New Guinea. Penentuan PKSN
perlu dipertegas dengan arahan lokasi yang lebih tepat sesuai kriteria, yakni:
a. Muara Tami di Kota Jayapura
b. Mandiptana di Kabupaten Boven Digoel
c. Toray di Kabupaten Merauke
d. Kibay di Kabupaten Keerom
e. Batom di Kabupaten Pegunungan Bintang.

Pengembangan PKSN dimaksudkan untuk menyediakan pelayanan yang


dibutuhkan bagi pengembangan kegiatan masyarakat di kawasan perbatasan,
termasuk pelayanan kegiatan lintas batas antarnegara. Untuk lebih jelasnya
mengenai Sistem Perkotaan Provinsi Papua dapat dilihat pada Tabel IV.3 dan
Peta 4.2 Sistem Perkotaan Provinsi Papua.

Tabel IV.3 : Rencana Sistem Perkotaan Provinsi Papua

RTRWN RTRW Provinsi Papua


No. Provinsi Papua
PKN PKW PKSN PKN PKW PKL PKSN
1 Kota Jayapura Jayapura   Jayapura Jayapura     Muara
Tami
2 Kab. Jayapura Jayapura     Jayapura   Genyem  
              Waiya  
              Ongan  
Jaya
3 Kab. Nabire   Nabire     Nabire Topo  
              Karadiri  
4 Kab. Mimika Timika     Timika   Mimika  
Baru
              Mimika  
Barat
Jauh
5 Kab. Biak   Biak   Biak   Samofa  
Numfor
              Bosnik  
6 Kab. Mappi   Bade     Kepi Bade  
              Obaa  
              Kota  

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-10


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

RTRWN RTRW Provinsi Papua


No. Provinsi Papua
PKN PKW PKSN PKN PKW PKL PKSN
Edera
              Waemea  
man
7 Kab. Yahukimo           Dekai  
              Sumo  
              Seredala  
8 Kab. Merauke   Merauke Merauke Merauke   Muting Toray
      Muting       Wanam  
              Okaba  
              Harapan  
Makmur
9 Keerom   Arso     Waris Arso Kibay
10 Puncak Jaya           Mulia  
11 Jayawijaya   Wamena     Wamena    
12 Kep. Yapen           Serui  
13 Paniai           Enarotali  
14 Boven Digoel     Tanah       Mindiptana
Merah
15 Asmat           Agats  
16 Pegunungan           Oksibil Batom
Bintang
17 Tolikara           Kaubaga  
18 Sarmi   Sarmi     Sarmi    
19 Waropen           Botawa  
20 Supiori           Sorende  
weri
21 Mamberamo           Burmeso  
Raya
22 Mamberamo           Kobakma  
Tengah
23 Yalimo           Elelim  
24 Lany Jaya           Tiom  
25 Nduga           Kenyam  
26 Puncak           Ilaga  
27 Dogiyai           Kigamani  
28 Intan Jaya           Sugapa  
29 Deiyai           Waghete  
Sumber : Hasil Analisis
 

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-11


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Peta 4.2. Sistem Perkotaan Provinsi Papua

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-12


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

4.1.3. Sistem Perkampungan

Perkampungan merupakan konsentrasi kegiatan penduduk yang berfungsi sebagai


pengembangan lahan permukiman kampung dan aktivitas penunjangnya. Arahan
pengembangan sistem pusat permukiman kampung didasarkan pada hasil survei
lapangan menggunakan GPS ke kantor-kantor kampung, kelurahan, distrik
maupun kabupaten yang dapat dijangkau dan dari sumber-sumber yang memiliki
peta atau posisi pemukiman di Papua, dengan kecenderungan:
o Lokasi Kampung yang berkelompok akan tumbuh pesat yang akan mengarah
pada terbentuknya kawasan perkotaan dan berdampak pada tingginya
kebutuhan sarana dan prasarana, serta perubahan fungsi lahan.
o Lokasi kampung yang tersebar akan memiliki pertumbuhan relatif lambat, akan
membentuk kawasan perdesaan yang berorientasi pada pengelolaan
sumberdaya alam.
o Lokasi kampung yang berada di kawasan hutan akan mengalami pertumbuhan
lambat dan mengarah pada kawasan terpencil.

Secara spasial kegiatan perkampungan, diarahkan untuk dapat saling bersinergi


dan saling menunjang satu sama lain dalam pemenuhan kebutuhan
pembangunan masing-masing.

Hal inilah yang perlu dipertimbangkan dalam menata dan mengembangkan


wilayah di Provinsi Papua, sehingga keterkaitan antara perkampungan dan
perkotaan dapat terwujud. Konsentrasi permukiman kampung berkembang secara
linier mengikuti pola jaringan dan bentuk jaringan jalan dengan
mempertimbangkan kemudahan aksesibilitas dalam menunjang aktivitas
pelayanan masyarakat. Sedangkan kecenderungan pembentukan pola
permukiman menyebar dan berkelompok dengan konsentrasi dekat dengan
tempat aktivitas, membentuk perkampungan dengan kelengkapan sarana dan
prasarana pendukung sosial dan ekonomi. Kawasan permukiman kampung
secara konsentris berkembang menjadikan pusat-pusat perkampungan sebagai
pusat pelayanan dengan kegiatan informal dalam skala yang terbatas, utamanya
akses ke kawasan perkotaan.

Peranan kawasan kampung tidak hanya sebagai kawasan belakang (penyangga)


terhadap kawasan perkotaan, akan tetapi diharapkan akan membentuk jaringan
interkoneksitas antara kawasan perdesaan dengan kawasan perkotaan, dalam hal
akan saling menunjang kegiatan ekonomi masing-masing.

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-13


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Pusat permukiman kampung dikembangkan untuk memberikan dukungan


terhadap kawasan perkotaan dan memberikan hubungan sinergi antar kawasan.
Dengan demikian arahan pengembangan kawasan kampung diarahkan pada
sistem kegiatan berikut :
o Permukiman kampung yang lokasinya tersebar.
o Budidaya pertanian (tanaman pangan, tanaman keras, perkebunan,
peternakan, dan perikanan), sesuai dengan potensi kesesuaian lahan.
o Kegiatan pada kawasan kampung harus memperhatikan ketentuan yang telah
ada mengenai kawasan lindung, suaka alam dan cagar budaya.

Lokasi keberadaan permukiman menurut ketinggian tempat huniannya


dapat menunjukkan karakter umum kehidupan masyarakatnya. Sebagai
contoh, sagu tidak tumbuh di Pegunungan Tengah, melainkan di pesisir
utara dan selatan yang berawa. Sebaliknya masyarakat Pegunungan
Tengah mengandalkan umbi sebagai makanan pokok mereka. Sebuah
kabupaten yang memiliki permukiman di beberapa kelompok ketinggian
tentunya lebih rumit pengelolaannya dibandingkan dengan kabupaten lain
yang hanya berada pada satu atau dua kelompok ketinggian saja. Tabel
IV.4 di bawah menyajikan sebaran permukiman berdasarkan ketinggian
tempat permukiman itu berada.

Tabel IV.4 : Permukiman Menurut Kelompok Ketinggian

Kelompok Ketinggian Pemukiman (M dpl)


500 - 1000
250 - 500

No. Kabupaten
0 - 250

> 2500
1000 -

1500 -

2000 -
1500

2000

2500

Jumlah

1 Kota Jayapura 41 1 42
2 Merauke 176 176
3 Jayawijaya 2 1 103 22 1 129
4 Jayapura 97 7 2 106
5 Nabire 67 67
6 Kep. Yapen 114 1 1 116
7 Biak 143 143
8 Paniai 16 16
9 Puncak Jaya 5 19 13 4 41
10 Mimika 59 3 3 1 66

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-14


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Kelompok Ketinggian Pemukiman (M dpl)

500 - 1000
250 - 500
No. Kabupaten

0 - 250

> 2500
1000 -

1500 -

2000 -
1500

2000

2500
Jumlah

11 Boven Digoel 102 102


12 Mappi 121 121
13 Asmat 145 145
14 Yahukimo 10 1 14 33 12 4 74
15 Pegunungan Bintang 9 5 7 21 19 6 3 70
16 Tolikara 8 2 3 9 23 14 6 65
17 Sarmi 52 52
18 Keerom 38 7 2 47
19 Waropen 38 38
20 Supiori 38 38
21 Mamberamo Raya 43 2 1 46
22 Mamberamo Tengah 1 8 5 9 4 27
23 Yalimo 4 8 9 4 6 2 33
24 Lani Jaya 13 89 52 154
25 Nduga 4 2 7 6 3 22
26 Puncak 3 2 6 17 3 31
27 Dogiyai 9 37 4 2 52
28 Intan Jaya 7 5 2 14
29 Deiyai 2 1 1 34 38
Provinsi Papua 1,322 33 37 76 334 191 78 2,071
Sumber: hasil overlay database perkampungan dan peta ketinggian

Bahasa, selain digunakan sebagai alat berkomunikasi untuk menyampaikan dan atau
untuk meneruskan pesan-pesan tertentu antar individu dalam rangka mengaktualisasi diri
dan kehidupannya di dalam lingkungan sosial maupun lingkungan alamnya, bahasa
digunakan juga sebagai simbol untuk menyatakan identitas diri seseorang. Suatu
kelompok masyarakat yang menggunakan bahasa yang sama dan mendiami suatu
wilayah tertentu serta memiliki adat istiadat tertentu selalu membedakan dirinya dari
kelompok-kelompok masyarakat lain yang berbeda bahasa, wilayah tempat tinggal serta
adat istiadat. Kelompok-kelompok masyarakat dengan ciri-ciri seperti tersebut di atas
inilah yang secara sosiologis dan antropologis disebut kelompok etnik atau suku bangsa.
Atas dasar penjelasan ini, maka penduduk asli Papua, dari sisi etnis atau
kesukubangsaan dapat dibedakan menjadi 260 suku bangsa sesuai dengan jumlah
bahasa yang ada.

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-15


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Keberadaan penduduk Papua yang diwakilkan lewat posisi permukiman


(yang belum lengkap) memperlihatkan bahwa berdasarkan data yang telah
terhimpun saja (2.071 posisi permukiman), hanya sekitar 17% yang berada
di kawasan Areal Penggunaan Lain (APL), selebihnya tersebar di berbagai
lahan dengan status hutan (Hutan Lindung, Hutan Produksi, Hutan
Produksi Terbatas, Hutan Produksi Konversi, dan Suaka Alam / Wisata).
Kenyataan ini membuat pembangunan di permukiman tersebut akan
menemui berbagai tantangan dan kendala.

Tercatat ada 11 kabupaten yang seluruh kawasan permukimannya berada


di dalam kawasan hutan, termasuk ibukota kabupatennya, yakni Kabupaten
Asmat, Deiyai, Dogiyai, Intan Jaya, Kepulauan Yapen, Mappi, Nduga,
Paniai, Puncak, Puncak Jaya, dan Tolikara.

Tabel IV.5 : Jumlah Permukiman Dibandingkan Dengan Status Hutan Berdasarkan


Kabupaten

KAWASAN
Hutan Suaka Alam
Areal Penggunaan

Hutan Produksi

Hutan Produksi

Hutan Produksi
Hutan Lindung

No
Konversi

Kabupaten
Terbatas

Jumlah
/ Wisata

.
Lain

1 Kota Jayapura 23 10 1 3 5 42
2 Merauke 62 25 18 36 35 176
3 Jayawijaya 111 3 2 10 3 129
4 Jayapura 12 9 3 68 11 3 106
5 Nabire 21 10 3 28 4 1 67
6 Kep. Yapen 1 9 35 67 4 116
7 Biak 5 45 18 57 18 143
8 Paniai 7 9 16
9 Puncak Jaya 18 23 41
10 Mimika 10 4 3 37 12 66
11 Boven Digoel 1 2 54 42 3 102
12 Mappi 2 68 49 2 121
13 Asmat 29 60 36 15 5 145
14 Yahukimo 4 26 9 20 15 74
15 Pegunungan Bintang 1 27 13 1 28 70
16 Tolikara 19 44 2 65

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-16


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

KAWASAN

Hutan Suaka Alam


Areal Penggunaan

Hutan Produksi

Hutan Produksi

Hutan Produksi
Hutan Lindung
No

Konversi
Kabupaten

Terbatas
Jumlah

/ Wisata
.

Lain
17 Sarmi 8 4 36 3 1 52
18 Keerom 23 8 1 13 2 47
19 Waropen 6 4 4 22 2 38
20 Supiori 31 2 2 3 38
21 Mamberamo Raya 2 2 13 7 2 20 46
22 Mamberamo Tengah 9 12 5 1 27
23 Yalimo 2 29 2 33
24 Lani Jaya 16 32 77 29 154
25 Nduga 3 19 22
26 Puncak 4 13 14 31
27 Dogiyai 35 17 52
28 Intan Jaya 12 2 14
29 Deiyai 21 15 2 38
Provinsi Papua 662 218
347 398 275 171 2,071
Sumber: hasil overlay database perkampungan dengan peta kawasan hutan dan perairan

Ketika dibandingkan dengan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH), seluruh


permukiman di Kabupaten Biak, Kepulauan Yapen, Kota Jayapura, Nduga,
Puncak, dan Supiori berada dalam satu wilayah pengelolaan KPH,
sementara kabupaten lainnya akan memiliki beberapa (dua hingga tujuh)
KPH dan akan mengelola mulai dari 1 kampung hingga maksimal 27
kampung.

Sebaliknya ada 29 KPH yang wilayah kerjanya akan melintas dua hingga
empat kabupaten, dan 24 KPH yang kampung-kampungnya berada di
dalam satu kabupaten yang sama.

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-17


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Tabel IV.6 : Jumlah Permukiman Dibandingkan Dengan Kesatuan Pengelolaan


Hutan
Kesatuan Pengelolaan Hutan

Diluar KPH
No. Kabupaten
I II III IV L LI LII LIII LIV LV LVI V VI VII VIII X XI XII XIII XIV XIX XL XLI XLII XLIII XLIV

1 Kota Jayapura 31
2 Merauke 134 4 18 20
3 Jayawijaya 116 11 2
4 Jayapura 89
5 Nabire 55 2 1 5 4
6 Kep. Yapen 39 77
7 Biak 24
8 Paniai 10 1 5
9 Puncak Jaya 25 14 1 1
10 Mimika 59 3 4
11 Boven Digoel 43 3 14 27 13 1
12 Mappi 49 4 1 1
13 Asmat 43 1 43
14 Yahukimo 35 3
15 Pegunungan Bintang 13 3
16 Tolikara 47 4 11 3
17 Sarmi 44
18 Keerom 37
19 Waropen 28
20 Supiori 35
21 Mamberamo Raya 30 11 2
22 Mamberamo Tengah 15 11 1
23 Yalimo 7 25
24 Lanny Jaya 141 2 1 10
25 Nduga 18 4
26 Puncak 26 5
27 Dogiyai 17 13 6 2 14
28 Intan Jaya 2 4 8
29 Deiyai 15 2 2 2 17
Provinsi Papua 1,227 2 14 7 4 7 14 30 13 4 20 21 9 4 7 40 8 21 5 11 2 77 36 13 25 10 43

Lanjutan Tabel IV.6 : Jumlah Permukiman Dibandingkan Dengan Kesatuan


Pengelolaan Hutan
Kesatuan Pengelolaan Hutan

No. Kabupaten Jumlah


XLIX XLV XLVI XLVII XLVIII XV XVI XVII XVIII XX XXI XXII XXIX XXV XXVI XXVII XXVIII XXX XXXI XXXII XXXIII XXXIV XXXIX XXXV XXXVI XXXVII XXXVIII

1 Kota Jayapura 11 11
2 Merauke 0
3 Jayawijaya 0
4 Jayapura 1 11 1 3 1 17
5 Nabire 0
6 Kep. Yapen 0
7 Biak 119 119
8 Paniai 0
9 Puncak Jaya 0
10 Mimika 0
11 Boven Digoel 1 1
12 Mappi 23 6 20 17 66
13 Asmat 37 14 7 58
14 Yahukimo 8 3 6 3 16 36
15 Pegunungan Bintang 14 4 22 13 1 54
16 Tolikara 0
17 Sarmi 6 2 8
18 Keerom 2 1 4 3 10
19 Waropen 2 1 1 6 10
20 Supiori 3 3
21 Mamberamo Raya 2 1 3
22 Mamberamo Tengah 0
23 Yalimo 1 1
24 Lanny Jaya 0
25 Nduga 0
26 Puncak 0
27 Dogiyai 0
28 Intan Jaya 0
29 Deiyai 0
Provinsi Papua 23 37 20 27 18 2 3 1 6 122 7 2 3 11 1 3 11 1 5 17 4 22 8 16 7 4 16 397

Sumber: hasil overlay database perkampungan dengan peta KPH

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-18


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Peta 4.3. Sebaran Kampung Menurut Wilayah Administrasi

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-19


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Peta 4.4. Sebaran Kampung Menurut Ekosistem Wilayah

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-20


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Peta 4.5. Sebaran Kampung Menurut Kawasan Hutan dan Perairan

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-21


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Peta 4.6. Sebaran Kampung Menurut Kelompok Bahasa

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-22


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

4.1.4. Sistem Perwilayahan

Dengan karakter perkembangan wilayah Provinsi Papua yang merupakan


perpaduan antara wilayah pegunungan di bagian tengah, wilayah dataran rendah
di bagian selatan dan di bagian utara dan wilayah kepulauan di kawasan Teluk
Cendrawasih, maka penetapan satuan wilayah pengembangan menjadi penting
sebagai acuan. Dengan prinsip bahwa interaksi antara bagian-bagian wilayah
tersebut akan memacu perkembangan selanjutnya, terutama rangsangan
perkembangan dari pusat pelayanan pada bagian wilayah Pegunungan Tengah
yang diharapkan menjalar ke wilayah pedalaman dan dari dataran wilayah selatan
dan utara, maka penetapan satuan wilayah pengembangan (SWP) ini akan terdiri
atas perpaduan keempat karakter perkembangan tersebut.

Dengan acuan skenario penjalaran perkembangan tersebut, maka dalam rencana


pembagian SWP ini dipakai pendekatan wilayah keterjangkauan geografi dan
jangkauan pelayanan pusat yang dapat dijadikan pusat SWP, direncanakan
adanya 7 SWP, yaitu :

o SWP I, dengan pusatnya adalah Jayapura dan Sentani;


o SWP II, dengan pusatnya adalah Merauke;
o SWP III, dengan pusatnya adalah Biak;
o SWP IV, dengan pusatnya adalah Nabire;
o SWP V, dengan pusatnya adalah Wamena;
o SWP VI, dengan pusatnya adalah Timika;
o SWP VII, dengan pusatnya adalah Sarmi;

Delineasi masing-masing SWP tersebut ditunjukkan pada peta 4.7, serta uraian
mengenai cakupan dan peran fungsi pusat pengembangan dikemukakan pada
Tabel IV.4 Satuan Wilayah Pengembangan.
Penduduk Tahun 2030

747,898

441,632

306,091

493,081

796,675

399,549

72,210
(Jiwa)

awasan internasional

beberapa kabupaten

egunungan Tengah
an dengan PNG.

aya, Jayapura

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-23


Jayapura
angan

Biak

n
.
)

l
Tabel IV.7 Satuan Wilayah Pengembangan (S

SWP Pusat Pengembangan Wilayah Pengembangan Peran dan Fungsi Pusat Pen

Kab/Kota Jayapura Wilayah Pelayanan Kabupaten Ibukota Provinsi dan Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
SWP I Keerom, Kabupaten Pegunungan Pusat pengembangan utama di bagian wilayah utara
Peta 4.7.

Bintang dan Seluruh Kabupaten


Simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerban
Se Provinsi Papua
Pusat kegiatan industri dan jasa-jasa berskala nasional
Simpul utama transportasi skala nasional
Merauke Wilayah Pelayanan Kabupaten Ibukota Kabupaten dan Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
SWP II Boven Digoel, Mappi Pusat pengembangan utama di bagian wilayah selatan
Simpul utama kegiatan ekspor-impor dan kawasan perb
Pusat kegiatan industri dan pertanian berskala nasional
Simpul utama transportasi skala nasional
Biak Wilayah Pelayanan Kabupaten Ibukota Kabupaten dan Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
SWP III Supiori, Kep. Yapen, Waropen Pusat pengembangan utama di kawasan Teluk Cendra
Simpul utama kegiatan ekspor-impor berskala nasional

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030


Pusat kegiatan pertanian, industri dan perdagangan
Simpul utama transportasi skala Internasional
Nabire Wilayah Pelayanan Kabupaten Ibukota Kabupaten dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
SWP IV Paniai, Dogiyai, Intan Jaya, Pusat kegiatan pertanian dan pertambangan yang mela
Deiyai
Simpul transportasi yang melayani beberapa kabupaten
Simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung
Jayawijaya Wilayah Pelayanan Kab. Yalimo, Ibukota Kabupaten dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
SWP V Nduga, Lanny Jaya, Mamberamo Pusat kegiatan pertanian yang melayani beberapa kabu
Tengah, Tolikara, Puncak Jaya,
Simpul transportasi yang melayani beberapa kabupaten
Yahukimo
Mimika Wilayah Pelayanan Kabupaten Ibukota Kabupaten dan Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
SWP VI Asmat, Puncak Pusat pengembangan utama di bagian wilayah selatan
Simpul utama kegiatan ekspor-impor berskala internasi
Pusat kegiatan pertambangan dan industri berskala nas
Simpul utama transportasi skala nasional
Delineasi Satuan Wilayah Pengembangan (SWP)

SWP VII Sarmi Wilayah Pelayanan Kabupaten Ibukota Kabupaten dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
Mamberamo Raya Pusat kegiatan pertanian yang melayani beberapa kabu
Simpul transportasi yang melayani kabupaten Mambera

IV-24
Simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung
PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Sumber : Hasil Analisis


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

4.2. Rencana Sistem Jaringan Prasarana


Sistem jaringan prasarana terdiri dari sistem jaringan transportasi, energi,
telekomunikasi, sumber daya air, dan prasarana lain.

4.2.1. Sistem Jaringan Transportasi

Sistem jaringan transportasi terdiri dari sistem jaringan transportasi darat, laut,
dan udara. Sistem jaringan transportasi darat terdiri atas jaringan jalan, jaringan
jalur kereta api, dan jaringan transportasi sungai, danau, dan penyeberangan.
Sistem jaringan transportasi laut terdiri atas tatanan kepelabuhanan dan alur
pelayaran. Sistem jaringan transportasi udara terdiri atas tatanan
kebandarudaraan dan ruang udara untuk penerbangan.

Strategi pengembangan sistem jaringan transportasi diarahkan pada upaya


meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan
pelayanan transportasi dengan prioritas transportasi sungai, danau, laut, dan
udara.

4.2.1.1. Sistem Jaringan Transportasi Darat

Rencana sistem jaringan transportasi darat terdiri dari: jaringan jalan raya,
jaringan jalan rel kereta api, jaringan sungai, danau, dan penyeberangan.

A. Rencana Jaringan Jalan

Jaringan Jalan

Berdasarkan Undang-Undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan disebutkan


bahwa jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian
jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan
bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di
bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan
kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. Penyelenggaraan jalan berdasarkan pada
asas kemanfaatan, keamanan dan keselamatan, keserasian, keselarasan dan
keseimbangan, keadilan, transparansi dan akuntabilitas, keberdayagunaan dan
keberhasilgunaan, serta kebersamaan dan kemitraan, dengan tujuan di antaranya
adalah untuk:

1. Mewujudkan pelayanan jalan yang andal dan prima serta berpihak pada
kepentingan masyarakat;

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-25


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

2. Mewujudkan sistem jaringan jalan yang berdaya guna dan berhasil guna untuk
mendukung terselenggaranya sistem transportasi yang terpadu.

Jalan sebagai bagian prasarana transportasi mempunyai peran penting dalam


bidang ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup, politik, pertahanan dan
keamanan, serta dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Jalan
juga sebagai prasarana distribusi barang dan jasa merupakan urat nadi kehidupan
masyarakat, bangsa, dan negara. Selain itu jalan merupakan satu kesatuan sistem
jaringan jalan menghubungkan dan mengikat seluruh wilayah Republik Indonesia.

Berdasarkan uraian tersebut, maka arahan pengembangan jaringan jalan di


Provinsi Papua sebagai berikut:
1. Untuk menciptakan dan meningkatkan aksesibilitas antar wilayah.
2. Untuk meningkatkan jalur distribusi barang dan jasa, dan mengatasi
kesenjangan pembangunan antar wilayah.
3. Untuk menarik dan mengembangkan minat investasi di berbagai sektor
pertambangan, perkebunan, pertanian, perikanan, dan pariwisata.
4. Sebagai prasarana untuk meningkatkan pelayanan transportasi darat
berbasis jalan dan memadukan sistem pelayanan intra dan antarmoda.
5. Sebagai prasarana untuk mempercepat mobilisasi dalam rangka
mempertahankan dan mengikat keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Rencana pengembangan jaringan jalan di Provinsi Papua diarahkan pada jaringan


jalan strategis. Jalan strategis nasional adalah jalan yang melayani kepentingan
nasional dan internasional atas dasar kriteria strategis, yaitu mempunyai peranan
untuk membina kesatuan dan keutuhan nasional, melayani daerah rawan,
merupakan bagian dari jalan lintas regional atau lintas internasional, melayani
kepentingan perbatasan antarnegara, melayani aset penting negara serta dalam
rangka pertahanan dan keamanan. Jalan strategis provinsi adalah jalan yang
diprioritaskan untuk melayani kepentingan provinsi berdasarkan pertimbangan
untuk membangkitkan pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan, dan keamanan
provinsi. Jaringan jalan strategis di Provinsi Papua terdiri dari 11 ruas yaitu:
1. Nabire-Wagete-Enarotali.
2. Timika-Mapurujaya-Pomako.
3. Serui-Menawi-Saubeba.
4. Jayapura-Wamena-Mulia.

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-26


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

5. Jayapura-Sarmi.
6. Jayapura-Hamadi-Holtekamp-Batas Negara Papua New Guinea.
7. Merauke-Waropko.
8. Ring Road Jayapura-Sentani.
9. Depapre-Bongrang.
10. Wamena-Habema-Nduga-Kenyem-Yoguru.
11. Timika-Fotowaiburu-Enarotali.

Penentuan 11 ruas jalan strategis tersebut perlu didukung dengan pengembangan


jaringan jalan pendukung, yakni Sarmi-Nabire, Waropko-Oksibil-Muaranawa,
Wagete-Sugapa-Ilaga-Mulia, dan Ilaga-Jita. Arahan pengembangan jaringan jalan
selengkapnya dapat dilihat pada tabel IV.8 dan peta 4.8 di bawah ini.

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-27


Tabel IV.5
Tabel IV.6

No. RUAS JALAN LOKASI KABUPATEN AKSES JARINGAN SASARAN

1 NABIRE-WAGETE-ENAROTALI Nabire-Dogiyai-Deiyai-Paniai Timur-Barat Lintas Tengah 1. Menciptakan dan meningkatkan aksesibilitas antar wilayah.
2. Menarik dan mengembangkan minat investasi.
3. Memadukan sistem pelayanan intra dan antarmoda.
2 TIMIKA-MAPURUJAYA-POMAKO Mimika Timur-Barat Lintas Tengah 1. Meningkatkan jalur distribusi barang dan jasa.
2. Menarik dan mengembangkan minat investasi.
3. Memadukan sistem pelayanan intra dan antarmoda.
3 SERUI-MENAWI-SAUBEBA Kepulauan Yapen Kepulauan 1. Meningkatkan jalur distribusi barang dan jasa.
2. Menarik dan mengembangkan minat investasi.
3. Memadukan sistem pelayanan intra dan antarmoda.
4 JAYAPURA-WAMENA-MULIA Kota/Kab. Jayapura-Keerom- Timur-Barat Lintas Tengah 1. Menciptakan dan meningkatkan aksesibilitas antar wilayah.
Yalimo-Jayawijaya- 2. Mengatasi kesenjangan pembangunan antar wilayah.
Lani Jaya-Puncak Jaya 3. Menarik dan mengembangkan minat investasi.
5 JAYAPURA-SARMI Kota/Kab. Jayapura-Sarmi Timur-Barat Lintas Utara 1. Menciptakan dan meningkatkan aksesibilitas antar wilayah.
2. Mengatasi kesenjangan pembangunan antar wilayah.
3. Memadukan sistem pelayanan intra dan antarmoda.
4. Meningkatkan jalur distribusi barang dan jasa.
6 JAYAPURA-HAMADI-HOLTEKAMP Kota/Kab. Jayapura Timur-Barat Lintas Utara 1. Mempercepat mobilisasi dalam rangka mempertahankan
-BATAS PNG dan mengikat keutuhan wilayah NKRI.
2. Menarik dan mengembangkan minat investasi.
3. Meningkatkan jalur distribusi barang dan jasa.
7 MERAUKE-W AROPKO Merauke-Bouven Digul Utara-Selatan Lintas Timur 1. Mempercepat mobilisasi dalam rangka mempertahankan

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030


dan mengikat keutuhan wilayah NKRI.
2. Mengatasi kesenjangan pembangunan antar wilayah.
3. Menciptakan dan meningkatkan aksesibilitas antar wilayah.
4. Menarik dan mengembangkan minat investasi.
8 RING ROAD JAYAPURA-SENTANI Kota/Kab. Jayapura Timur-Barat Lintas Utara 1. Memadukan sistem pelayanan intra dan antarmoda.
2. Meningkatkan jalur distribusi barang dan jasa.
9 DEPAPRE-BONGRANG Kab. Jayapura Timur-Barat Lintas Utara 1. Meningkatkan jalur distribusi barang dan jasa.
2. Menarik dan mengembangkan minat investasi.
3. Memadukan sistem pelayanan intra dan antarmoda.
10 WAMENA-HABEMA-NDUGA- Jayawijaya-Nduga-Asmats Timur-Barat Lintas Tengah 1. Menciptakan dan meningkatkan aksesibilitas antar wilayah.
KENYEM-YOGURU 2. Mengatasi kesenjangan pembangunan antar wilayah.
3. Menarik dan mengembangkan minat investasi.
11 TIMIKA-FOTOWAIBURU-ENAROTALI Mimika-Deiyai-Paniai Timur-Barat Lintas Tengah 1. Menciptakan dan meningkatkan aksesibilitas antar wilayah.
2. Mengatasi kesenjangan pembangunan antar wilayah.
3. Menarik dan mengembangkan minat investasi.
12 SARMI-NABIRE Sarmi-Mamberamo Raya- Timur-Barat Lintas Utara 1. Menciptakan dan meningkatkan aksesibilitas antar wilayah.
Waropen-Nabire 2. Mengatasi kesenjangan pembangunan antar wilayah.
3. Menarik dan mengembangkan minat investasi.
4. Memadukan sistem pelayanan intra dan antarmoda.
13 WAROPKO-OKSIBIL-MUARANAWA Tanah Merah-Peg. Bintang- Utara-Selatan Lintas Timur 1. Menciptakan dan meningkatkan aksesibilitas antar wilayah.
Keerom 2. Mengatasi kesenjangan pembangunan antar wilayah.
3. Mempercepat mobilisasi dalam rangka mempertahankan
dan mengikat keutuhan wilayah NKRI.
14 WAGETE-SUGAPA-ILAGA-MULIA Paniai-Intan Jaya-Puncak- Timur-Barat Lintas Tengah 1. Menciptakan dan meningkatkan aksesibilitas antar wilayah.
Puncak Jaya 2. Mengatasi kesenjangan pembangunan antar wilayah.
3. Menarik dan mengembangkan minat investasi.
15 ILAGA-JITA Puncak-Mimika Timur-Barat Lintas Tengah 1. Menciptakan dan meningkatkan aksesibilitas antar wilayah.

IV-28
2. Mengatasi kesenjangan pembangunan antar wilayah.
PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

3. Menarik dan mengembangkan minat investasi.


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Peta 4.8. Rencana Pengembangan Jaringan Jalan di Provinsi Papua

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-29


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Fungsi Jalan

Berdasarkan Undang-Undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan Peraturan


Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan disebutkan bahwa fungsi jalan
(berdasarkan sifat dan pergerakan lalu lintas dan angkutan jalan) diklasifikasikan
menjadi:
1. Sistem jaringan jalan primer:
Sistem jaringan jalan primer disusun mengikuti ketentuan pengaturan tata
ruang dan struktur pengembangan wilayah tingkat nasional, yang
menghubungkan simpul-simpul jasa distribusi sebagai berikut:
a. Dalam satu Satuan Wilayah Pengembangan menghubungkan secara
menerus kota jenjang ke satu, kota jenjang ke dua, kota jenjang ke tiga,
dan kota jenjang di bawahnya sampai ke Persil.
b. Menghubungkan kota jenjang ke satu antar Satuan Wilayah
Pengembangan.
c. Menghubungkan kota jenjang ke satu yang terletak berdampingan atau
menghubungkan kota jenjang ke satu dengan kota jenjang ke dua.

Sistem jaringan jalan primer terdiri dari jalan arteri primer, kolektor primer, lokal
primer, lingkungan primer.

Ciri-ciri jalan arteri primer, yaitu:


o Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60 (enam puluh)
km/jam dan dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 11 (sebelas) meter.
o Mempunyai kapasitas jalan yang lebih besar dari volume lalu lintas rata-
rata.
o Lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang alik
(commuter), lalu lintas lokal, dan kegiatan lokal.
o Pembatasan jumlah jalan masuk.
o Pengaturan pada persimpangan jalan sebidang.
o Tidak terputus walaupun memasuki kota.

Jalan kolektor primer menghubungkan kota jenjang ke dua dengan kota


jenjang ke dua atau menghubungkan kota jenjang ke dua dengan kota jenjang
ke tiga. Ciri-ciri jalan kolektor primer, yaitu:
o Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40 (empat puluh)
km/jam dan dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 9 (sembilan) meter.

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-30


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

o Mempunyai kapasitas yang sama atau lebih besar darai volume lalu lintas
rata-rata.
o Pembatasan jumlah jalan masuk.
o Tidak terputus walaupun memasuki kota.

Jalan lokal primer menghubungkan kota jenjang ke satu dengan persil atau
menghubungkan kota jenjang ke dua dengan persil atau menghubungkan kota
jenjang ke tiga dengan kota jenjang ke tiga, kota jenjang ke tiga dengan kota
jenjang di bawahnya, kota jenjang ke tiga dengan persil, atau kota di bawah
jenjang ke tiga sampai persil. Ciri-ciri jalan lokal primer, yaitu:
o Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 (dua puluh)
km/jam dan dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 7,5 (tujuh koma
lima) meter.
o Tidak terputus walaupun memasuki desa.
o Perjalanan jarak dekat.
o Jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

Jalan lingkungan primer menghubungkan antarpusat kegiatan di dalam


kawasan perdesaan dan jalan di dalam lingkungan kawasan perdesaan. Ciri-
ciri jalan lingkungan primer yaitu:
o Jalan lingkungan primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling
rendah 15 (lima belas) kilometer per jam dengan lebar jalan paling sedikit
6,5 (enam koma lima) meter.
o Persyaratan teknis jalan lingkungan primer diperuntukkan bagi kendaraan
bermotor beroda 3 (tiga) atau lebih.
o Jalan lingkungan primer yang tidak diperuntukkan bagi kendaraan
bermotor beroda 3 (tiga) atau lebih harus mempunyai lebar badan jalan
paling sedikit 3,5 (tiga koma lima) meter.

2. Sistem jaringan jalan sekunder:


Sistem jaringan jalan sekunder disusun mengikuti ketentuan pengaturan tata
ruang kota yang menghubungkan kawasan-kawasan yang mempunyai fungsi
primer, fungsi sekunder ke satu, fungsi sekunder ke dua, fungsi sekunder ke
tiga dan seterusnya sampai ke perumahan. Sistem jaringan jalan sekunder
terdiri dari jalan arteri sekunder, kolektor sekunder, dan lokal sekunder,
dengan ketentuan sebagai berikut:

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-31


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

1. Jalan arteri sekunder menghubungkan kawasan primer dengan kawasan


sekunder ke satu atau menghubungkan kawasan sekunder ke satu dengan
kawasan sekunder ke satu atau menghubungkan kawasan sekunder ke
satu dengan kawasan sekunder ke dua.
2. Jalan kolektor sekunder menghubungkan kawasan sekunder dengan
kawasan sekunder ke dua atau menghubungkan kawasan sekunder ke
dua kawasan sekunder ke tiga.
3. Jalan lokal sekunder menghubungkan kawasan sekunder ke satu dengan
perumahan, menghubungkan kawasan sekunder ke dua dengan
perumahan, kawasan sekunder ke tiga dan seterusnya sampai ke
perumahan.

Ciri-ciri jalan arteri sekunder, yaitu:


o Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 30 (tiga puluh)
km/jam dan dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 11 (sebelas) meter.
o Mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata.
o Lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat.
o Pengaturan pada persimpangan jalan sebidang.

Ciri-ciri jalan kolektor sekunder, yaitu:


o Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 (dua puluh)
km/jam dan dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 9 (sembilan) meter.
o Mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata.
o Lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat.
o Pengaturan pada persimpangan jalan sebidang.

Ciri-ciri jalan lokal sekunder, yaitu:

o Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10 (sepuluh)


km/jam dan dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 7,5 (tujuh koma
lima) meter.

Ciri-ciri jalan lingkungan sekunder yaitu:


o Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10 (sepuluh)
km/jam dan dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 6,5 (enam koma
lima) meter.
o Persyaratan teknik di atas diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda
3 (tiga) atau lebih.

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-32


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

o Yang tidak diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda 3 (tiga) atau


lebih harus mempunyai lebar badan jalan tidak kurang dari 3,5 (tiga koma
lima) meter.

Batas Ruang Pengawasan Jalan diukur dari tepi badan jalan dengan jarak
berdasarkan ketentuan, yaitu:
o Jalan arteri primer tidak kurang dari 15 (lima belas) meter.
o Jalan kolektor primer tidak kurang dari 10 (sepuluh) meter.
o Jalan lokal primer tidak kurang dari 7 (tujuh) meter.
o Jalan lingkungan primer tidak kurang dari 5 (lima) meter.
o Jalan arteri sekunder tidak kurang dari 15 (lima belas) meter.
o Jalan kolektor sekunder tidak kurang dari 5 (lima) meter.
o Jalan lokal sekunder tidak kurang dari 3 (tiga) meter.
o Jalan lingkungan sekunder tidak kurang dari 2 (dua) meter.
o Jembatan tidak kurang dari 100 (seratus) meter ke arah hilir atau hulu.

Persyaratan fungsi jalan selengkapnya ditampilkan pada tabel IV.9 berikut.

Tabel IV.9 : Persyaratan Fungsi Jalan


No. Fungsi Jalan Kecepatan Lebar Badan Ruang
(km/jam) Jalan (m) Pengawasan
Jalan (m)
1. Arteri primer > 60 > 11 > 15
2. Arteri sekunder > 30 > 11 > 15
3. Kolektor primer > 40 >9 > 10
4. Kolektor sekunder > 20 >9 >5
5. Lokal primer > 20 > 7,5 >7
6. Lokal sekunder > 10 > 7,5 >3
7. Lingkungan primer > 15 > 6,5 >5
8. Lingkungan sekunder > 10 > 6,5 >2
Sumber: UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan & PP No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan
Ket: ruang pengawasan jalan diukur dari tepi badan jalan

Berdasarkan evaluasi kesesuaian fungsi jalan saat ini terhadap persyaratan lebar
badan jalan, maka diusulkan pelebaran badan jalan sebagai berikut:

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-33


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Tabel IV.10 Usulan Penyesuaian Lebar Jalan terhadap Fungsi Jalan


NO. KABUPATEN NOMOR NAMA RUAS STATUS PANJANG LEBAR FUNGSI SYARAT EVALUASI USULAN
RUAS (KM) (M) JALAN FUNGSI (Ya/Tidak) PELEBARAN
I JAYAPURA
1 016.11 K Jln. Koti N 0.28 6.00 Arteri 11.00 Tidak 5.00
2 016.12 K Jln. Argapura N 2.75 6.00 Arteri 11.00 Tidak 5.00
3 016.13 K Jln. Tasangkapura N 2.92 6.00 Arteri 11.00 Tidak 5.00
4 016.14 K Jln. Raya Abepura (Abepura) N 13.10 6.00 Arteri 11.00 Tidak 5.00
5 016 Jayapura - Sentani N 17.00 6.00 Arteri 11.00 Tidak 5.00
6 018.1 Abepura - Arso N 55.00 6.00 Arteri 11.00 Tidak 5.00
7 018.2 Arso - Waris N 50.00 5.00 Arteri 11.00 Tidak 6.00
8 019.1 Waris - Yetti N 9.00 4.50 Arteri 11.00 Tidak 6.50
9 019.2 Yetti - Ubrub N 69.58 5.00 Kolektor 9.00 Tidak 4.00
10 039.1 Yetti - Senggi - Mamberamo N 155.00 4.50 Arteri 11.00 Tidak 6.50
11 039.2 Mamberamo-Tengon (Yauli) N 104.00 4.50 Arteri 11.00 Tidak 6.50
12 040 Holtekang-Koya-Skow N 40.50 7.00 Arteri 11.00 Tidak 4.00
II BIAK NUMFOR
13 032.11 K Jln. Imam Bonjol N 0.60 7.00 Kolektor 9.00 Tidak 2.00
14 032.12 K Jln. Sorido Raya N 3.70 7.00 Kolektor 9.00 Tidak 2.00
15 032 Biak - Adoki N 8.18 7.00 Kolektor 9.00 Tidak 2.00
16 037.11 K Jln. Ahmad Yani N 0.90 4.50 Kolektor 9.00 Tidak 4.50
17 037.12 K Jln. Moh. Yamin N 2.15 4.50 Kolektor 9.00 Tidak 4.50
18 037.13 K Biak-Mokmer (Jln. Arah Ke Mokmer) N 1.35 4.50 Kolektor 9.00 Tidak 4.50
19 054 Adoki - Samber (Kp. Baru) N 18.00 5,00-7,00 Kolektor 9.00 Tidak 2.00
III MERAUKE
20 022.1 Tanah Merah - Mindiptanah N 71.00 4.50 Kolektor 9.00 Tidak 4.50
21 022.2 Mindiptanah - Waropko N 108.00 4.50 Kolektor 9.00 Tidak 4.50
22 023 Sota - Erambu - Bupul N 116.30 6.50 Kolektor 9.00 Tidak 2.50
23 024.11 K Jln. Raya mandala N 5.10 6.50 Kolektor 9.00 Tidak 2.50
24 024.12 K Jln. Ahmad Yani N 1.43 6.50 Kolektor 9.00 Tidak 2.50
25 024.1 Merauke - Km. 40 N 34.48 6.50 Kolektor 9.00 Tidak 2.50
26 024.2 Km.40 - Sota N 41.60 6.50 Kolektor 9.00 Tidak 2.50
27 044 Bupul - Muting N 16.00 6.50 Kolektor 9.00 Tidak 2.50
28 045.1 Muting - Getentiri N 110.00 4.50 Kolektor 9.00 Tidak 4.50
29 045.2 Getentiri - Tanah Merah N 101.00 4.50 Kolektor 9.00 Tidak 4.50
IV JAYAWIJAYA
30 033.11 K Jln. Yos Sudarso N 2.00 5.00 Arteri 11.00 Tidak 6.00
31 033.12 K Jln. Piramid N 1.00 5.00 Arteri 11.00 Tidak 6.00
32 033 Wamena - Piramid N 27.70 5.00 Arteri 11.00 Tidak 6.00
33 035 Piramid - Tiom N 40.00 5.00 Arteri 11.00 Tidak 6.00
34 038.11 K Jln. Trikora N 0.80 5.00 Arteri 11.00 Tidak 6.00
35 038.12 K Jln. Hom-Hom N 2.00 5.00 Arteri 11.00 Tidak 6.00
36 038.13 K Jln. Pike N 2.20 5.00 Arteri 11.00 Tidak 6.00
37 038.1 Wamena - Pasvaley-Elelim N 125.00 5.00 Arteri 11.00 Tidak 6.00
38 038.2 Elelim - Tengon (Yauli) N 68.00 5.00 Arteri 11.00 Tidak 6.00
V NABIRE
39 015.11 K Jln. Sisingamangaraja N 0.70 6.00 Kolektor 9.00 Tidak 3.00
40 015.12 K Jln. Yos Sudarso N 0.60 6.00 Kolektor 9.00 Tidak 3.00
41 015.13 K Jln. R.E. Martadinata N 6.20 2 x 6,00 Kolektor 9.00 Ya -
42 015 Nabire - Kimibay N 13.28 6.00 Kolektor 9.00 Tidak 3.00
43 025.11 K Jln. Jend. Sudirman N 2.15 5.00 Arteri 11.00 Tidak 6.00
44 025.12 K Jln. Perintis N 3.80 4.50 Arteri 11.00 Tidak 6.50
45 025.1 Nabire - Bedudipa N 100.00 6.00 Arteri 11.00 Tidak 5.00
46 025.2 Bedudipa - Moanemani/Bonemani N 83.00 7.00 Arteri 11.00 Tidak 4.00
47 052.11 K Jln. Trikora N 1.40 5.00 Arteri 11.00 Tidak 6.00
48 052.12 K Jln. Siliwangi N 0.30 5.00 Arteri 11.00 Tidak 6.00
49 052.13 K Jln. Kristina Marta N 2.50 4.50 Arteri 11.00 Tidak 6.50
50 052 Nabire - Wanggar N 42.10 4.50 Arteri 11.00 Tidak 6.50
51 057 Wanggar - Yaur N 58.00 5.00 Arteri 11.00 Tidak 6.00
VI KEPULAUAN YAPEN
52 036.11 K Jln. Yos Sudarso N 0.50 4.50 Kolektor 9.00 Tidak 4.50
53 036.12 K Jln. Kartika N 0.10 4.50 Kolektor 9.00 Tidak 4.50
54 036.13 K Jln. Mangga N 0.50 4.50 Kolektor 9.00 Tidak 4.50
55 036.14 K Jln. Frans Kaisepo N 1.40 4.50 Kolektor 9.00 Tidak 4.50
56 036.15 K Jln. Ke Menawi N 3.55 4.50 Kolektor 9.00 Tidak 4.50
57 036.1 Serui - Menawi N 16.70 5.00 Kolektor 9.00 Tidak 4.00
58 056 Menawi - Saubeba N 30.55 5.00 Kolektor 9.00 Tidak 4.00

Sumber: hasil analisis

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-34


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Peta 4.9. Rencana Fungsi Jalan di Provinsi Papua

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-35


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Status Jalan
Berdasarkan Undang-Undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan Peraturan
Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan disebutkan bahwa jalan
diklasifikasikan menjadi jalan umum dan jalan khusus. Jalan umum adalah jalan
yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum. Sedangkan jalan khusus merupakan
jalan yang dibangun dan dipelihara oleh orang atau instansi untuk melayani
kepentingan sendiri.

Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan ke dalam jalan nasional, jalan


propinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa. Jalan umum yang
pembinaannya dilakukan oleh Menteri dikelompokkan dalam jalan nasional. Jalan
umum yang pembinaannya dilakukan oleh Pemerintah Daerah dikelompokkan
dalam jalan daerah. Wewenang penyusunan rencana jangka panjang, menengah,
dan program perwujudan jaringan jalan arteri, jalan kolektor, dan jalan lokal pada
jaringan jalan primer ada pada pemerintah. Wewenang penyusunan rencana
jangka menengah dan program perwujudan jalan arteri, jalan kolektor, dan jalan
lokal pada jaringan jalan sekunder diserahkan kepada pemerintah daerah dan
dilimpahkan kepada pejabat atau instansi di pusat atau di daerah.

Termasuk kelompok jalan nasional adalah jalan arteri primer, kolektor primer yang
menghubungkan antar ibu kota provinsi, jalan tol, dan jalan strategis nasional.
Termasuk kelompok jalan provinsi adalah jalan kolektor primer yang
menghubungkan ibu kota provinsi dengan ibu kota kabupaten/kota, jalan kolektor
primer yang menghubungkan antar ibu kota kabupaten/kota, dan jalan strategis
provinsi.

Penetapan status suatu jalan sebagai jalan provinsi dilakukan dengan Keputusan
Menteri Dalam Negeri atas usul Pemerintah Provinsi yang bersangkutan, dengan
memperhatikan pendapat Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah.

Termasuk kelompok jalan kabupaten/kota adalah:


1. Jalan kolektor primer yang tidak menghubungkan ibu kota provinsi dengan ibu
kota kabupaten/kota, dan tidak menghubungkan antar ibu kota
kabupaten/kota.
2. Jalan lokal primer yang menghubungkan ibukota kabupaten/kota dengan
ibukota kecamatan, antaribukota kecamatan, ibukota kecamatan dengan desa,
dan antardesa.
3. Jalan strategis kabupaten/kota.

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-36


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Penetapan status suatu jalan sebagai jalan kabupaten dilakukan dengan


Keputusan Gubernur, atas usul Pemerintah Kabupaten/Kota yang bersangkutan
dengan mempertimbangkan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Permukiman
dan Prasarana Wilayah. Termasuk kelompok jalan desa adalah jaringan jalan
sekunder di dalam desa. Penetapan status suatu ruas jalan sebagai jalan desa
dilakukan dengan Keputusan Bupati dengan memperhatikan pedoman yang
ditetapkan oleh Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah.

Suatu ruas jalan dapat ditingkatkan statusnya menjadi lebih tinggi apabila dipenuhi
persyaratan sebagai berikut:
1. Ruas jalan tersebut berperan penting dalam pelayanan terhadap wilayah yang
lebih luas dari wilayah semula.
2. Ruas jalan tersebut makin dibutuhkan masyarakat dalam rangka
pengembangan sistem transportasi.

Suatu ruas jalan dapat diturunkan statusnya menjadi lebih rendah apabila dipenuhi
persyaratan sebagai berikut:

1. Ruas jalan tersebut oleh sebab-sebab tertentu, menjadi berkurang peranannya


dan menjangkau wilayah terbatas, lebih sempit dari wilayah semula.
2. Ruas jalan tersebut lebih banyak melayani masyarakat dalam wilayah
wewenang Pembina Jalan yang baru.

Suatu ruas jalan khusus apabila digunakan untuk lalu lintas umum, sepanjang
tidak merugikan kepentingan penyelenggara jalan khusus dibangun sesuai
dengan persyaratan jalan umum. Jalan khusus dapat digunakan untuk lalu lintas
umum sepanjang tidak merugikan kepentingan penyelenggara jalan khusus
berdasarkan persetujuan dari penyelenggara jalan khusus. Penyelenggara jalan
khusus dapat menyerahkan jalan khusus kepada pemerintah kabupaten/kota
untuk dinyatakan sebagai jalan umum. Pemerintah kabupaten/kota dapat
mengambil alih suatu ruas jalan khusus tertentu untuk dijadikan jalan umum
dengan pertimbangan:
1. untuk kepentingan pertahanan dan keamanan Negara;
2. untuk kepentingan pembangunan ekonomi nasional dan perkembangan suatu
daerah; dan/atau
3. untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-37


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Peta 4.10. Rencana Status Jalan di Provinsi Papua

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-38


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Kelas Jalan

Berdasarkan Undang-Undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan Peraturan


Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan disebutkan bahwa kelas jalan
dikelompokkan berdasarkan penggunaan jalan dan kelancaran lalu lintas dan
angkutan jalan, serta spesifikasi penyediaan prasarana jalan.

Pembagian kelas jalan berdasarkan penggunaan jalan dan kelancaran lalu lintas
dan jalan diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang lalu lintas dan angkutan jalan.

Kelas jalan berdasarkan spesifikasi penyediaan prasarana jalan dikelompokkan


atas:

1. Jalan bebas hambatan:


Spesifikasi jalan bebas hambatan meliputi:
o pengendalian jalan masuk secara penuh,
o tidak ada persimpangan sebidang,
o dilengkapi pagar ruang milik jalan,
o dilengkapi dengan median,
o paling sedikit mempunyai 2 (dua) lajur setiap arah,
o lebar lajur paling sedikit 3,5 (tiga koma lima) meter.

2. Jalan raya:
Spesifikasi jalan raya adalah jalan umum untuk lalu lintas secara menerus
dengan persyaratan sebagai berikut:
o pengendalian jalan masuk secara terbatas,
o dilengkapi dengan median,
o paling sedikit 2 (dua) lajur setiap arah,
o lebar lajur paling sedikit 3,5 (tiga koma lima) meter.

3. Jalan sedang:
Spesifikasi jalan sedang adalah jalan umum dengan lalu lintas jarak sedang
dengan persyaratan sebagai berikut:
o pengendalian jalan masuk tidak dibatasi,
o paling sedikit 2 (dua) lajur untuk 2 (dua) arah
o lebar jalur paling sedikit 7 (tujuh) meter.

4. Jalan kecil:

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-39


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Spesifikasi jalan kecil adalah jalan umum untuk melayani lalu lintas setempat
dengan persyaratan sebagai berikut:
o paling sedikit 2 (dua) lajur untuk 2 (dua) arah
o dengan lebar jalur paling sedikit 5,5 (lima koma lima) meter.

Spesifikasi penyediaan prasarana jalan meliputi:


o pengendalian jalan masuk,
o persimpangan sebidang,
o jumlah dan lebar lajur,
o ketersediaan median,
o pagar.

Berdasarkan Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan


Angkutan Jalan disebutkan bahwa kelas jalan dikelompokkan berdasarkan:
1. Fungsi dan intensitas lalu lintas guna kepentingan pengaturan penggunaan
jalan dan kelancarana lalu lintas dan angkutan jalan.
2. Daya dukung untuk menerima muatan sumbu terberat dan dimensi kendaraan.

Pengelompokan jalan menurut kelas jalan terdiri atas:

1. Jalan kelas I
Jalan kelas I merupakan jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui kendaraan
bermotor dengan syarat:
a. ukuran lebar tidak melebihi 2.500 mm,
b. ukuran panjang tidak melebihi 18.000 mm,
c. ukuran tinggi tidak melebihi 4.200 mm,
d. muatan sumbu terberat 10 ton.

2. Jalan kelas II
Jalan kelas II merupakan jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang
dapat dilalui kendaraan bermotor dengan syarat:
a. ukuran lebar tidak melebihi 2.500 mm,
b. ukuran panjang tidak melebihi 12.000 mm,
c. ukuran tinggi tidak melebihi 4.200 mm,
d. muatan sumbu terberat 8 ton.

3. Jalan kelas III


Jalan kelas III merupakan jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang
dapat dilalui kendaraan bermotor dengan syarat:

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-40


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

a. ukuran lebar tidak melebihi 2.100 mm,


b. ukuran panjang tidak melebihi 9.000 mm,
c. ukuran tinggi tidak melebihi 3.500 mm,
d. muatan sumbu terberat 8 ton.

4. Jalan kelas khusus


Jalan kelas khusus merupakan jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan
bermotor dengan syarat:
a. ukuran lebar melebihi 2.500 mm,
b. ukuran panjang melebihi 18.000 mm,
c. ukuran tinggi tidak melebihi 4.200 mm,
d. muatan sumbu terberat lebih dari 10 ton.

Tabel IV.7
Tabel IV.11 Rencana Fungsi, Status, dan Kelas Jalan
No. RUAS JALAN LOKASI KABUPATEN RENCANA RENCANA RENCANA
FUNGSI JALAN STATUS JALAN KELAS JALAN
1 NABIRE-WAGETE-ENAROTALI Nabire-Dogiyai-Deiyai-Paniai Arteri Primer Nasional Khusus
2 TIMIKA-MAPURUJAYA-POMAKO Mimika Kolektor Primer Nasional Khusus
3 SERUI-MENAWI-SAUBEBA Kepulauan Yapen Kolektor Primer Provinsi I
4 JAYAPURA-WAMENA-MULIA Kota/Kab. Jayapura-Keerom- Kolektor Primer Provinsi I
Yalimo-Jayawijaya-
Lani Jaya-Puncak Jaya
5 JAYAPURA-SARMI Kota/Kab. Jayapura-Sarmi Arteri Primer Nasional I
6 JAYAPURA-HAMADI-HOLTEKAMP Kota/Kab. Jayapura Arteri Primer Nasional I
-BATAS PNG
7 MERAUKE-WAROPKO Merauke-Bouven Digul Arteri Primer Nasional I
8 RING ROAD JAYAPURA-SENTANI Kota/Kab. Jayapura Arteri Primer Nasional Khusus
9 DEPAPRE-BONGRANG Kab. Jayapura Kolektor Primer Nasional Khusus
10 WAMENA-HABEMA-NDUGA- Jayawijaya-Nduga-Asmats Kolektor Primer Provinsi I
KENYEM-YOGURU
11 TIMIKA-FOTOWAIBURU-ENAROTALI Mimika-Deiyai-Paniai Arteri Primer Nasional Khusus
12 SARMI-NABIRE Sarmi-Mamberamo Raya- Arteri Primer Nasional I
Waropen-Nabire
13 WAROPKO-OKSIBIL-MUARANAWA Tanah Merah-Peg. Bintang- Arteri Primer Nasional I
Keerom
14 WAGETE-SUGAPA-ILAGA-MULIA Paniai-Intan Jaya-Puncak- Kolektor Primer Provinsi I
Puncak Jaya
15 ILAGA-JITA Puncak-Mimika Kolektor Primer Provinsi I

Sumber: hasil analisis

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-41


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Peta 4.11. Rencana Kelas Jalan di Provinsi Papua

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-42


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Terminal Transportasi

Definisi terminal transportasi merupakan:


1. Titik simpul dalam jaringan transportasi jalan yang berfungsi sebagai
pelayanan umum.
2. Tempat pengendalian, pengawasan, pengaturan, dan pengoperasian lalu
lintas.
3. Prasarana angkutan yang merupakan bagian dari sistem transportasi untuk
melancarkan arus penumpang dan barang.
4. Unsur tata ruang yang mempunyai peranan penting bagi efisiensi kehidupan
kota.

Berdasarkan jenis angkutan terminal dibedakan menjadi:

1. Terminal penumpang
Terminal penumpang adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan
menaikkan dan menurunkan penumpang, perpindahan intra dan / atau antar
moda transportasi serta pengaturan kedatangan dan pemberangkatan
kendaraan umum.

Terminal penumpang berdasarkan fungsi pelayanannya dibagi menjadi:


a. Terminal tipe A:
Terminal penumpang tipe A berfungsi melayani kendaraan umum untuk
angkutan antar kota antar provinsi (AKAP), dan / atau angkutan lintas
batas negara, angkutan antar kota dalam provinsi (AKDP), angkutan kota
dan angkutan perdesaan.
Persyaratan lokasi Terminal Tipe A yakni:
o Terletak di Ibu kota provinsi, kota atau kota dalam jaringan trayek
angkutan antar kota antar provinsi (AKAP) dan / atau angkutan lintas
batas negara.
o Terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas III
A.
o Jarak antara 2 terminal penumpang tipe A sekurang-kurangnya 20 km
di Pulau Jawa, 30 km di Pulau Sumatera dan 50 km di pulau lainnya.
o Luas lahan yang tersedia sekurang-kurangnya 5 ha untuk terminal di
Pulau Jawa dan Sumatera dan 3 ha di pulau lainnya.

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-43


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

o Mempunyai jalan akses masuk dan keluar ke dan dari terminal


sekurang-kurangnya berjarak 100 m di Pulau Jawa dan 50 m di pulau
lainnya.

b. Terminal tipe B:
Terminal penumpang tipe B berfungsi melayani angkutan antar kota dalam
provinsi (AKDP), angkutan kota dan / atau angkutan perdesaan.
Persyaratan lokasi Terminal Tipe B yakni:
o Terletak di kota atau kota dan dalam jaringan trayek angkutan antar
kota dalam provinsi (AKDP).
o Terletak di jalan arteri atau kolektor dengan kelas jalan sekurang-
kurangnya kelas III B.
o Jarak antara 2 terminal penumpang tipe B atau dengan terminal tipe A
sekurang-kurangnya 15 km di Pulau Jawa, 30 km di pulau lainnya.
o Luas lahan yang tersedia sekurang-kurangnya 3 ha untuk terminal di
Pulau Jawa dan Sumatera dan 2 ha di pulau lainnya.
o Mempunyai jalan akses masuk dan keluar ke dan dari terminal
sekurang-kurangnya berjarak 50 m di Pulau Jawa dan 30 m di pulau
lainnya.

c. Terminal tipe C:
Terminal penumpang tipe C berfungsi melayani angkutan perdesaan.
Persyaratan lokasi Terminal Tipe C yakni:
o Terletak di dalam wilayah kota atau kota dan dalam jaringan trayek
angkutan perdesaan atau perkotaan.
o Terletak di jalan kolektor atau lokal dengan kelas jalan paling tinggi
kelas III A.
o Luas lahan yang tersedia sesuai dengan kebutuhan.
o Mempunyai jalan akses masuk dan keluar ke dan dari terminal sesuai
dengan kebutuhan untuk kelancaran lalu lintas di sekitar terminal.

Dengan mempertimbangkan persyaratan penentuan tipe dan lokasi terminal


penumpang serta kondisi saat ini, maka pengembangan terminal penumpang
direncanakan sebagaimana tercantum pada tabel IV.12.

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-44


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Tabel IV.12 Rencana Pengembangan Terminal Penumpang


Tipe Tipe Tahun Rencana Rencana
No. Nama Terminal Terminal Terminal Pentahapan Anggaran
Saat Ini Rencana Pembangunan
1. Skow, Kab. Jayapura - B 2010-2015 APBD
2. Nabire, Kab. Nabire C A 2015-2020 APBN
3. Merauke, Kab. Merauke - A 2020-2025 APBN
4. Entrop, Kota Jayapura C A 2010-2015 APBN
5. Sentani, Kab. Jayapura - B 2010-2015 APBD
6. Keerom, Kab. Keerom - B 2010-2015 APBD
7. Oyehe, Kab. Nabire C B 2010-2015 APBD
8. Sarmi, Kab. Sarmi - B 2010-2015 APBD
9. Wamena, Kab. Jaya Wijaya C B 2020-2025 APBD
10. Mulia, Kab. Puncak Jaya - B 2020-2025 APBD
11. Asiki, Kab. Boven Digul - B 2010-2015 APBD
12. Timika, Kab. Mimika - B 2015-2020 APBD
13. Darfuar, Kab. Biak Numfor C B 2015-2020 APBD
14. Oksibil, Kab. Pegunungan Bintang - B 2020-2025 APBD
15. Botawa, Kab. Waropen - B 2020-2025 APBD
16. Elelim, Kab. Yalimo - B 2020-2025 APBD
Sumber: hasil analisis

Lokasi terminal penumpang saat ini dapat dilihat pada peta 4.12 di bawah ini.

B. Rencana Jaringan Jalan Rel

Transportasi jalan rel terdiri dari jaringan prasarana, sarana transportasi kereta,
dan simpul transportasi kereta api. Hingga saat ini transportasi jaringan jalan rel
belum tersedia di wilayah Provinsi Papua. Padahal potensi moda kereta api ini
lebih baik daripada moda transportasi darat lainnya dari sisi kapasitas angkut yang
lebih banyak, baik untuk barang maupun penumpang, jarak tempuh yang cukup
jauh, dengan biaya transportasi yang relatif lebih murah, dan tingkat polusi yang
rendah.

Arahan pengembangan jaringan jalan rel kereta api harus mempertimbangkan


kondisi topografi medan yang relatif datar. Sehingga wilayah yang layak
dikembangkan berada di utara, barat, dan selatan Provinsi Papua.
Pengembangan pelayanan kereta api juga memperhatikan wilayah yang menjadi
pusat pertumbuhan, dan pusat produksi barang dalam skala besar.

Arahan pengembangan jaringan pelayanan transportasi kereta api di Provinsi


Papua sebagai berikut:
1. Lintas Jayapura-Sarmi-Nabire
2. Lintas Nabire-Manokwari-Sorong

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-45


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

3. Lintas Nabire-Timika
4. Lintas Merauke-Asiki.

Sedangkan arahan pengembangan simpul transportasi kereta api berupa stasiun


di kota pusat pertumbuhan, atau pusat produksi barang yang dilalui jalan rel yaitu:
a. Jayapura.
b. Sarmi.
c. Nabire.
d. Timika.
e. Merauke.
f. Asiki.
Arahan pembangunan jaringan jalan rel kereta selengkapnya ditampilkan pada
tabel IV.13.

Tabel IV.13 Rencana Pembangunan Jaringan Jalan Rel KA

No. Rute Lokasi Kabupaten Lokasi Stasiun

1. Jayapura-Sarmi-Nabire Kota/Kab. Jayapura- Jayapura, Depapre,


Sarmi-Mamberamo Sarmi, Trimuris,
Raya-Waropen-Nabire. Botawa, Nabire.

2. Nabire-Manokwari Nabire-Papua Barat Nabire


(Papua Barat)-Sorong
(Papua Barat)

3. Nabire-Timika Nabire-Dogiyai-Deiyai- Nabire, Moanamani,


Paniai-Mimika. Waghete, Enarotali,
Timika, Pomako.

4. Merauke-Asiki Merauke-Bouven Digul Merauke, Asiki.


Sumber: hasil analisis

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-46


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Peta 4.12. Rencana Lokasi Terminal di Provinsi Papua

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-47


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Peta 4.13. Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Rel di Provinsi Papua

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-48


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

C. Rencana Transportasi Sungai, Danau, dan Penyeberangan

Transportasi Sungai
Jaringan pelayanan transportasi sungai antar kabupaten di Provinsi Papua saat ini
melayani lintas kabupaten di Sungai Mamberamo, Digul, Timika, Aswets, Pomats,
Siret, dan Bets. Untuk wilayah daratan yang memilki potensi sungai, moda
transportasi ini menjadi alternatif untuk menjangkau wilayah-wilayah pedalaman
yang belum terjangkau moda transportasi lain. Pengembangan transportasi sungai
diarahkan pada sungai yang layak dilayari. Arahan pengembangan transportasi
sungai selengkapnya ditampilkan pada tabel IV.14 di bawah ini.

Tabel IV.14 Arahan Pengembangan Transportasi Sungai


KONDISI SAAT INI RENCANA PENGEMBANGAN
No. TRAYEK TONNAGE No. TRAYEK TONNAGE
KAPAL KAPAL
A Sungai Digul A Sungai Mamberamo
1 Merauke-Kimaam-Bade-Gatentiri 100 GRT 1 Pagai-Dabra-Papasena-Kaiy-Taiyayi (pp) 150
2 Merauke-Atsy-Senggo-Asgon-Agats 100 GRT 2 Pagai-Dabra-Papasena-Kasonaweja- 150
Bagusa-Waremberi-Teba (pp)

B Sungai Digul
1 Bade-Moor-Kepi-Senggo (pp) 150
2 Bade-Gatentiri-Tanah Merah (pp) 150
3 Bade-Gatentiri-Anggamburan-Mindiptanah (pp) 150
4 Merauke-Okaba-Kaptel-Muting (pp) 150

C Sungai Timika
1 Pomako 150

D Sungai Yaguru
1 Agats-Kenyam (pp) 150

E Sungai Urumuga
1 Pomako-Kapiraya (pp) 150

F Sungai Agats
1 Agats-Ewer-Sawaerna (pp) 150
2 Agats-Atsy-Yosakor-Kaimu-Binam (pp) 150
Sumber: Rencana, 2009

Tabel IV.4

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-49


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Tabel IV.5
Tabel IV.6
Tabel IV.7
Tabel IV.8
Tabel IV.9
Tabel IV.10
Tabel IV.11
Tabel IV.12
Tabel IV.13
Tabel IV.14

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-50


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Tabel IV.15 Arahan Pengembangan Prasarana Transportasi Sungai


KONDISI SAAT INI RENCANA
NO NAMA DERMAGA - LOKASI DERMAGA DERMAGA
HIRARKI KONSTRUKSI HIRARKI KONSTRUKSI KAPASITAS
(M) (M)
1 Dermaga Sungai Trimuris Lokal - - Lokal 160 M² KAYU Kapal Perintis
Kab. Mamberamo Raya
2 Dermaga Sungai Pagai Lokal - - Lokal 160 M² KAYU Kapal Kayu
Kab. Mamberamo Raya
3 Dermaga Sungai Papasena Lokal - - Lokal 160 M² KAYU Kapal Kayu
Kab. Mamberamo Raya
4 Dermaga Sungai Kaiy Lokal - - Lokal 160 M² KAYU Kapal Kayu
Kab. Mamberamo Raya
5 Dermaga Sungai Taiyayi Lokal - - Lokal 160 M² KAYU Kapal Kayu
Kab. Mamberamo Raya
6 Dermaga Sungai Kasonaweja Lokal - - Lokal 160 M² KAYU Kapal Kayu
Kab. Mamberamo Raya
7 Dermaga Sungai Bagusa Lokal - - Lokal 160 M² KAYU Kapal Kayu
Kab. Mamberamo Raya
8 Dermaga Sungai Waremberi Lokal - - Lokal 160 M² KAYU Kapal Kayu
Kab. Mamberamo Raya
9 Dermaga Sungai Logpond Dekai Lokal - - Lokal 35 x 7 BETON Kapal Perintis
Kab. Yahukimo
11 Dermaga Sungai di S. Digul Pengumpul - - Pengumpul 160 M² KAYU Kapal Kayu
Kab. Merauke dan Lokal dan Lokal
12 Dermaga Sungai di S. Digul Pengumpul - - Pengumpul 160 M² KAYU Kapal Kayu
Kab. Boven Digul dan Lokal dan Lokal
13 Dermaga Sungai di Kab. Mimika Lokal - - Lokal 160 M² KAYU Kapal Kayu
Kab. Mimika
14 Dermaga Sungai di S. Mappi Pengumpul - - Pengumpul 160 M² KAYU Kapal Kayu
Kab. Mappi dan Lokal dan Lokal
15 Dermaga Sungai di S. Yaguru - - - Pengumpul 70 M x 8 M BETON Kapal Perintis
Kab. Nduga dan Lokal
16 Dermaga Sungai Kapiraya - - - Pengumpul 70 M x 8 M BETON Kapal Perintis
Kab. Mimika dan Lokal

Sumber: hasil analisis

Transportasi Danau

Jaringan pelayanan angkutan danau saat ini di Provinsi Papua terdapat di Danau
Sentani. Danau lain yang berpotensi untuk dikembangkan adalah Danau Paniai,
Danau Tigi, dan Danau Tege.

Tabel IV.4

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-51


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Tabel IV.5
Tabel IV.6
Tabel IV.7
Tabel IV.8
Tabel IV.9
Tabel IV.10
Tabel IV.11
Tabel IV.12
Tabel IV.13
Tabel IV.14
Tabel IV.15

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-52


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Tabel IV.16 Arahan Pengembangan Transportasi Danau


KONDISI SAAT INI RENCANA
NO NAMA DERMAGA - LOKASI DERMAGA DERMAGA
HIRARKI KONSTRUKSI HIRARKI KONSTRUKSI KAPASITAS
(M) (M)
1 Dermaga Danau Yahim Lokal 12 x 4 Kayu Lokal 12 x 4 Kayu
Kab. Jayapura 9 x7,5 Beton 9 x7,5 Beton
(Plengsengan) (Plengsengan)
2 Dermaga Danau Putali Lokal - - Lokal 160 M² KAYU Bus Air
Kab. Jayapura
3 Dermaga Danau Abar Lokal - - Lokal 160 M² KAYU Bus Air
Kab. Jayapura
4 Dermaga Danau Kamiyaka Lokal 40 x 3 Kayu Lokal 160 M² KAYU Bus Air
Kab. Jayapura
5 Dermaga Danau Simporo Lokal - - Lokal 160 M² KAYU Bus Air
Kab. Jayapura
6 Dermaga Danau Telaga Maya Lokal - - Lokal 160 M² KAYU Bus Air
Kab. Jayapura
7 Dermaga Danau Ayapo Lokal - - Lokal 160 M² KAYU Bus Air
Kab. Jayapura
8 Dermaga Danau Kalkote Lokal 30 x 3 Kayu Lokal 160 M² KAYU Bus Air
Kab. Jayapura
9 Dermaga Danau Yoka Lokal - - Lokal 160 M² KAYU Bus Air
Kota Jayapura
10 Dermaga Danau Puay Lokal - - Lokal 160 M² KAYU Bus Air
Kota Jayapura
11 Dermaga Danau Paniai Lokal - - Lokal 160 M² KAYU Bus Air
Kab. Paniai
12 Dermaga Danau Tigi Lokal - - Lokal 160 M² KAYU Bus Air
Kab. Paniai
13 Dermaga Danau Tage Lokal - - Lokal 160 M² KAYU Bus Air
Kab. Paniai

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-53


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Sumber: Rencana, 2009

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-54


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Peta 4.14. Rencana Pengembangan Pelayanan Angkutan Sungai di


Provinsi Papua

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-55


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Peta 4.15. Rencana Pengembangan Pelayanan Angkutan Danau di


Provinsi Papua

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-56


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Transportasi Penyeberangan
Transportasi penyeberangan adalah angkutan yang berfungsi sebagai jembatan
yang menghubungkan jaringan jalan atau jaringan jalur kereta api yang dipisahkan
oleh perairan untuk mengangkut penumpang dan kendaraan beserta muatannya.
Transportasi penyeberangan juga merupakan moda transportasi air di wilayah
daratan atau di laut dengan jarak yang relatip dekat (antar pulau yang berdekatan
atau selat).

Penetapan lintas angkutan penyeberangan dilakukan dengan mempertimbangkan:


o pengembangan jaringan jalan dan/atau jaringan jalur kereta api yang
dipisahkan oleh perairan,
o fungsi sebagai jembatan,
o hubungan antara dua pelabuhan, antara pelabuhan dan terminal, dan antara
dua terminal penyeberangan dengan jarak tertentu,
o tidak mengangkut barang yang diturunkan dari kendaraan pengangkutnya,
o jaringan trayek angkutan laut sehingga dapat mencapai optimalisasi
keterpaduan angkutan antar dan intramoda.

Angkutan penyeberangan dilaksanakan dengan menggunakan trayek tetap dan


teratur. Angkutan di perairan untuk daerah masih tertinggal dan/atau wilayah
terpencil wajib dilaksanakan oleh pemerintah dan/atau pemerintah daerah.
Angkutan di perairan dilaksanakan dengan pelayaran-perintis dan penugasan
pelayaran perintis dilaksanakan dengan biaya yang disediakan oleh pemerintah
dan/atau pemerintah daerah. Penugasan diberikan kepada perusahaan angkutan
laut nasional dengan mendapatkan kompensasi dari pemerintah dan/atau
pemerintah daerah sebesar selisih antara biaya produksi dan tarif yang ditetapkan
pemerintah dan/atau pemerintah daerah sebagai kewajiban pelayanan publik.
Pelayaran perintis dan penugasan dilaksanakan secara terpadu dengan sektor
lain berdasarkan pendekatan pembangunan wilayah. Angkutan perairan untuk
daerah masih tertinggal dan/atau wilayah terpencil dievaluasi oleh Pemerintah
dan/atau pemerintah daerah setiap tahun.

Jaringan pelayanan lintas penyeberangan antar kabupaten di Provinsi Papua saat


ini melayani:
a. Mokmer (Biak)-Kabuena-Waren-Samabusa (Nabire) (pp)
b. Mokmer (Biak)-Numfor (pp).

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-57


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Lintas penyeberangan antar kabupaten di Provinsi Papua yang berpotensi untuk


dikembangkan adalah:
a. Mokmer (Biak)-Saubeba (pp)
b. Kabuena-Waren (pp)
c. Kabuena-Samabusa (Nabire) (pp)

Prasarana transportasi penyeberangan berupa dermaga penyeberangan saat ini


berada di Samabusa (Kab. Nabire), Kabuena, dan Mokmer (Biak). Dermaga
penyeberangan lain yang berpotensi untuk dikembangkan yaitu di Numfor,
Saubeba, di Waren dan di Jayapura.

Tabel IV.17 Arahan Pengembangan Transportasi Penyeberangan

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-58


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

KONDISI SAAT INI RENCANA


NO NAMA PELABUHAN - LOKASI DERMAGA DERMAGA
HIRARKI KONSTRUKSI HIRARKI KONSTRUKSI KAPASITAS
(M) (M)
1 Pelabuhan Penyeberangan Lintas Kab. 20 x 7,40 Movable Bridge Lintas Kab. 20 x 7,40 Movable Bridge 500 GRT
Mokmer - Kab. Biak Numfor ( MB ) - ( MB )

2 Pelabuhan Penyeberangan Lintas Kab. 20 x 7,40 Movable Bridge Lintas Kab. 20 x 7,40 Movable Bridge 500 GRT
Kabuena - Kab. Yapen Waropen ( MB ) - ( MB )

3 Pelabuhan Penyeberangan Lintas Kab. 20 x 7,40 Movable Bridge Lintas Kab. 20 x 7,40 Movable Bridge 500 GRT
Samabusa - Kab. Nabire ( MB ) ( MB )

4 Pelabuhan Penyeberangan Lintas Kab. 20 x 7,40 Movable Bridge Lintas Kab. 20 x 7,40 Movable Bridge 500 GRT
Saubeba - Kab. Yapen Waropen ( MB ) ( MB )

5 Pelabuhan Penyeberangan Lintas Kab. SID SID Lintas Kab. 20 x 7,40 Movable Bridge 500 GRT
Waren - Kab. Waropen ( MB )

6 Pelabuhan Penyeberangan Lintas Prov. - - Lintas Prov. 20 x 7,40 Movable Bridge 500 GRT
Numfor - Kab. Biak Numfor ( MB )

7 Pelabuhan Penyeberangan Lintas Kab. - - Lintas Kab. 20 x 7,40 Movable Bridge 500 GRT
Jayapura - Kab. Jayapura ( MB )

8 Pelabuhan Penyeberangan Lintas Prov. - - Lintas Prov. 20 x 7,40 Movable Bridge 500 GRT
Pomako - Kab. Mimika ( MB )

9 Pelabuhan Penyeberangan Lintas Prov. - - Lintas Prov. 20 x 7,40 Movable Bridge 500 GRT
Merauke - Kab. Merauke ( MB )

Sumber: hasil analisis

Peta 4.16. Rencana Pelayanan Angkutan Penyeberangan di Provinsi


Papua

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-59


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

4.2.1.2. Sistem Jaringan Transportasi Laut

Tatanan Kepelabuhanan

Berdasarkan Undang Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran disebutkan


bahwa angkutan laut terdiri dari:
1. angkutan laut dalam negeri;
2. angkutan laut luar negeri;
3. angkutan laut khusus; dan
4. angkutan laut pelayaran-rakyat.

Jaringan prasarana transportasi laut terdiri dari simpul yang berupa pelabuhan
laut dan ruang lalu lintas yang berupa alur pelayaran. Pelabuhan laut dibedakan
berdasarkan atas peran, fungsi, klasifikasi dan jenisnya. Hirarki pelabuhan yang
ditetapkan berdasarkan atas peran dan fungsinya sebagai pelabuhan laut terdiri
dari:
1. pelabuhan internasional (utama primer)
2. pelabuhan internasional (utama sekunder)
3. pelabuhan nasional (utama tersier)
4. pelabuhan regional
5. pelabuhan lokal.

Pelabuhan laut yang melayani pelayaran antar kabupaten di Propinsi Papua saat
ini adalah Pelabuhan Jayapura dan Biak, dengan fungsi sebagai pelabuhan
nasional. Sedangkan pelabuhan Merauke, Pomako, Sarmi, Nabire, dan Serui
berfungsi sabagai pelabuhan regional.

Potensi pengembangan pelabuhan nasional yaitu di Holmafen, Nabire, Agats, dan


Bade. Sedangkan pelabuhan yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai
pelabuhan regional adalah Pelabuhan Korido, Bagusa, Wasior, Serui, dan Asiki.

Alur Pelayaran
Kegiatan angkutan laut dalam negeri disusun dan dilaksanakan secara terpadu,
baik intra maupun antarmoda yang merupakan satu kesatuan sistem transportasi
nasional. Kegiatan angkutan laut dalam negeri dilaksanakan dengan trayek tetap
dan teratur (liner) serta dapat dilengkapi dengan trayek tidak tetap dan tidak
teratur (tramper). Kegiatan angkutan laut dalam negeri yang melayani trayek tetap

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-60


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

dan teratur dilakukan dalam jaringan trayek. Jaringan trayek tetap dan teratur
angkutan laut dalam negeri disusun dengan memperhatikan:
o pengembangan pusat industri, perdagangan, dan pariwisata,
o pengembangan wilayah dan/atau daerah,
o rencana umum tata ruang,
o keterpaduan intra-dan antarmoda transportasi,
o perwujudan Wawasan Nusantara.

Kegiatan angkutan laut pelayaran rakyat sebagai usaha masyarakat yang bersifat
tradisional dan merupakan bagian dari usaha angkutan di perairan mempunyai
peranan yang penting dan karakteristik tersendiri. Pengembangan angkutan laut
pelayaran rakyat dilaksanakan untuk:
1. meningkatkan pelayanan ke daerah pedalaman dan/atau perairan yang
memiliki alur dengan kedalaman terbatas termasuk sungai dan danau,
2. meningkatkan kemampuannya sebagai lapangan usaha angkutan laut
nasional dan lapangan kerja,
3. meningkatkan kompetensi sumber daya manusia dan kewiraswastaan dalam
bidang usaha angkutan laut nasional.

Armada angkutan laut pelayaran-rakyat dapat dioperasikan di dalam negeri dan


lintas batas, baik dengan trayek tetap dan teratur maupun trayek tidak tetap dan
tidak teratur.
Kapal Kontainer

Kapal Kontainer

Kapal Kontainer
Kapal Perintis

Kapal Perintis

Kapal Perintis

Kapal Perintis
Kapal Perintis
Kapal Perintis

Kapal Perintis
Kapal Perintis
Kapal Perintis
Kapal Perintis
Kapal Perintis
Kapal Perintis
Kapal Perintis
Kapal Perintis
Kapal Perintis
Kapal Perintis
Kapal Perintis
Kapal Perintis

Kapal Perintis

Kapal Perintis
Kapal Perintis

Kapal Perintis
KAPASITAS
Kapal Pelni /

Kapal Pelni /

Kapal Pelni /

Kapal Pelni /
Kapal Pelni
Kapal Pelni

Kapal Pelni

Kapal Pelni

Kapal Pelni
Kapal Pelni
Kontainer

Kontainer

Kontainer

Kontainer

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-61


NTRUKSI
Beton

Beton

Beton
Beton
Beton
Beton

Beton

Beton

Beton
Beton
Beton

Beton
Beton
Beton
Beton
Beton
Beton
Beton
Beton
Beton
Beton
Beton
Beton
Beton
Beton
Beton
Beton
Beton
Beton
Beton
Beton
Beton
Beton
Beton
Beton
NA
Tabel IV.14
Tabel IV.15
KONDISI SAAT INI RE
No NAMA PELABUHAN - LOKASI DERMAGA DERMAGA
HIRARKHI KONTRUKSI HIRARKHI
(m) (m)
1 Pelab. Jaya - Kota Jayapura Nasional 197 x 9 Beton Nasional 400 x 23
33 x 6 Beton
80 x 23 Beton
2 Pelab. Depapre - Kab. Jayapura - - - Internasional 140 X 12

3 Pelab. Sarmi - Kab. Sarmi Regional 55.75 x 8 Beton Regional 55.75 x 8


4 Pelab. Holmaten - Kab. Sarmi - Studi Studi - 140 x 12
5 Pelab. Biak - Kab. Biak Numfor Nasional 142 x 13 Beton Internasional 270 x 15
6 Pelab. Marsram - Kab. Supiori - - - Internasional 200 x 23

7 Pelab. Nabire - Kab. Nabire Regional 80 x 15 Beton Regional 150 x 15

8 Pelab. Pomako - Kab. Mimika Regional 50 x 12 Beton Internasional 270 x 15

9 Pelab. Serui - Kab. Kep. Yapen Regional 70 x 8 Beton Regional 105 x 8


10 Pelab. Waren - Kab. Waropen Lokal 70 x 8 Beton / kayu Lokal 105 x 8
11 Pelab. Merauke - Kab. Merauke Regional 74 x 12 Beton Nasional 200 x 12

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030


84 x 15 Beton
12 Pelab. Bade - Kab. Mappi Lokal 50 x 8 Baja / Kayu Lokal 105 x 8
13 Pelab. Agats - Kota Asmat Lokal 35 x 8 Beton Lokal 140 x 8
14 Pelab. Asiki - Kab. Boven Digul - Studi Studi Regional 140 x 12
15 Pelab. Subur - Kab. Boven Digul Lokal Lokal
16 Pelab. Bagusa - Kab. Mamberamo Raya - Studi Studi Regional 140 x 12
17 Pelab. Anus - Kab. Sarmi Lokal - - Lokal 35 x 7
18 Pelab. Jamna - Kab. Sarmi Lokal - - Lokal 35 x 7
19 Pelab. Wakde - Kab. Sarmi Lokal - - Lokal 35 x 7
20 Pelab. Liki - Kab. Sarmi Lokal - - Lokal 35 x 7
21 Pelab. Teba - Kab. Sarmi Lokal 70 x 8 Beton Lokal 70 x 8
22 Pelab. D. Rombelai - Kab. Mamberamo Raya Lokal - - Lokal 35 x 7
23 Pelab. Moor - Kab. Nabire Lokal - - Lokal 35 x 7
24 Pelab. P. Mambor - Kab. Nabire Lokal - - Lokal 35 x 7
25 Pelab. Wapoga - Kab. Nabire Lokal - - Lokal 35 x 7
26 Pelab. Napan - Kab. Nabire Lokal - - Lokal 35 x 7
27 Pelab. Wooi - Kab. Kep. Yapen Lokal 45 x 8 Baja/Lantai kayu Lokal 80 x 8
28 Pelab. Poom - Kab. Kep. Yapen Lokal 35 x 7 Beton Lokal 35 x 7
29 Pelab. Kalpuri - Kab. Kep. Yapen Lokal - - Lokal 35 x 7
30 Pelab. Dawai - Kab. Kep. Yapen Lokal - - Lokal 35 x 7
31 Pelab. Miosnum - Kab. Kep. Yapen Lokal - - Lokal 35 x 7
32 Pelab. Kurudu - Kab.Kep. Yapen Lokal - - Lokal 35 x 7
33 Pelab. Manawi - Kab. Kep. Yapen Lokal - - Lokal 35 x 7

IV-62
34 Pelab. Kowada - Kab. Warropen Lokal 35 x 7 Beton Lokal 35 x 7
PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

35 Pelab. Pulway - Kab. Waropen Lokal - - Lokal 35 x 7


Tabel IV.18 : Rencana Pengembangan Pelabuhan

KONDISI SAAT INI RENCANA


No NAMA PELABUHAN - LOKASI DERMAGA DERMAGA
HIRARKHI KONTRUKSI HIRARKHI KONTRUKSI KAPASITAS
(m) (m)
36 Pelab. Nau - Kab. Waropen Lokal - - Lokal 35 x 7 Beton Kapal Perintis
37 Pelab. Mapia - Kab. Supiori Lokal - - Lokal 70 x 7 Beton Kapal Perintis
38 Pelab. Korido - Kab. Supiori Lokal 70 x 8 - Lokal 70 x 8 Beton Kapal Perintis
39 Pelab. Insobadi - Kab. Supiori Lokal - - Lokal 75 x 7 Beton Kapal Perintis
40 Pelab. Miosbefondi - Kab. Supiori Lokal - - Lokal 35 x 7 Beton Kapal Perintis
41 Pelab. Sowek - kab. Supiori Lokal - - Lokal 35 x 7 Beton Kapal Perintis
42 Pelab. Suator - Kab. Asmat Lokal - - Lokal 35 x 7 Beton Kapal Perintis
43 Pelab. Sagoni - Kab. Asmat Lokal - - Lokal 35 x 7 Beton Kapal Perintis
44 Pelab. Eci - Kab. Asmat Lokal 35 x 7 - Lokal 35 x 7 Beton Kapal Perintis
45 Pelab. Kanami - Kab. Asmat Lokal - - Lokal 35 x 7 Beton Kapal Perintis
46 Pelab. Jinak - Kab. Asmat Lokal - - Lokal 35 x 7 Beton Kapal Perintis
47 Pelab. Binam - Kab. Asmat Lokal - - Lokal 35 x 7 Beton Kapal Perintis

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030


48 Pelab. Senggo - Kab. Asmat Lokal - - Lokal 35 x 7 Beton Kapal Perintis
49 Pelab. Akat - Kab. Asmat Lokal - - Lokal 35 x 7 Beton Kapal Perintis
50 Pelab. Yamas - Kab. Asmat Lokal - - Lokal 35 x 7 Beton Kapal Perintis
51 Pelab. Sawaerma - Kab. Asmat Lokal - - Lokal 35 x 7 Beton Kapal Perintis
52 Pelab. Atsy - Kab. Asmat Lokal - - Lokal 35 x 7 Beton Kapal Perintis
53 Pelab. Bayun - Kab. Asmat Lokal - - Lokal 35 x 7 Beton Kapal Perintis
54 Pelab. Boma - Kab. Mappi Lokal - - Lokal 35 x 7 Beton Kapal Perintis
55 Pelab. Kisi - Kab. Mappi Lokal - - Lokal 35 x 7 Beton Kapal Perintis
56 Pelab. Kepi - Kab. Mappi Lokal - - Lokal 70 x 7 Beton Kapal Perintis
57 Pelab. Mur - Kab. Mappi Lokal - - Lokal 35 x 7 Beton Kapal Perintis
58 Pelab. Tagemon - Kab. Mappi Lokal - - Lokal 35 x 7 Beton Kapal Perintis
59 Pelab. Ampera - Kab. Boven Digul Lokal - - Lokal 35 x 7 Beton Kapal Perintis
60 Pelab. Tanah Merah - Kab. Boven Digul Lokal - - Lokal 35 x 7 Beton Kapal Perintis
61 Pelab. Gatentiri - Kab. Boven Digul Lokal - - Lokal 35 x 7 Beton Kapal Perintis
62 Pelab. Wanam - Kab. Merauke Lokal - - Lokal 35 x 7 Beton Kapal Perintis
63 Pelab. Kimaam - Kab, Merauke Lokal 70 x 8 - Lokal 35 x 7 Beton Kapal Perintis
64 Pelab. Saribi - Kab. Biak Numfor Lokal - - Lokal 35 x 7 Beton Kapal Perintis
65 Pelab. Manggari - Pulau Numfor Lokal Lokal Beton Kapal Perintis
66 Pelab. Sabarmiokre - Kab. Supiori Lokal beton Lokal Beton Kapal Perintis
67 Pelab. Mbromsi - Kep. Padaido Biak Timur Lokal PP. Samudera Beton Kapal Ikan
68 Pelab. Tiptop - Kab. Biak Numfor Lokal Lokal Beton Kapal Perintis
69 Pelab. Feri Mokmer - Kab. Biak Numfor Lokal Lokal Beton Kapal Perintis
70 Pelab. Bosnik - Kab. Biak Numfor Lokal beton Lokal Beton Kapal Perintis

IV-63
71 Pelab. Keakwa - Kab. Mimika Lokal - - Lokal 35 x 7 Beton Kapal Perintis
PEMERINTAH PROVINSI PAPUA
PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Tabel IV.19 : Rencana Pengembangan Jaringan Pelayanan Transportasi Laut

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-64


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Tabel IV.19 : Rencana Pengembangan Jaringan Pelayanan Transportasi Laut

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-65


Tabel IV.19 : Rencana Pengembangan Jaringan Pelayanan Transportasi La
PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Peta 4.17.

Peta Rencana Lokasi Pelabuhan di Provinsi Papua

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-66


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Peta 4.18. Peta Rencana Jaringan Pelayanan Transportasi Laut Perintis di


Provinsi Papua

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-67


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Peta 4.19. Peta Rencana Jaringan Pelayanan Transportasi Laut Niaga


Berjadwal

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-68


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-69


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

4.2.1.3. Sistem Jaringan Transportasi Udara

Tatanan Kebandarudaraan
Berdasarkan Undang Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan
dinyatakan bahwa kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaitan
dengan penyelenggaraan bandar udara dan kegiatan lainnya dalam
melaksanakan fungsi keselamatan, keamanan, kelancaran, dan ketertiban arus
lalu lintas pesawat udara, penumpang, kargo dan/atau pos, tempat perpindahan
intra dan/atau antarmoda serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional dan
daerah. Sedangkan tatanan kebandarudaraan adalah sistem kebandarudaraan
yang menggambarkan perencanaan bandar udara berdasarkan rencana tata
ruang, pertumbuhan ekonomi, keunggulan komparatif wilayah, kondisi alam dan
geografi, keterpaduan intra dan antarmoda transportasi, kelestarian lingkungan,
keselamatan dan keamanan penerbangan, serta keterpaduan dengan sektor
pembangunan lainnya.

Bandar udara memiliki peran sebagai:


o simpul dalam jaringan transportasi sesuai dengan hierarkinya;
o pintu gerbang kegiatan perekonomian;
o tempat kegiatan alih moda transportasi;
o pendorong dan penunjang kegiatan industri dan/atau perdagangan;
o pembuka isolasi daerah, pengembangan daerah perbatasan, dan penanganan
bencana;
o prasarana memperkukuh Wawasan Nusantara dan kedaulatan negara.

Lokasi bandar udara ditetapkan oleh Menteri Perhubungan. Penetapan lokasi


bandar udara dilakukan dengan memperhatikan:
a. rencana induk nasional bandar udara;
b. keselamatan dan keamanan penerbangan;
c. keserasian dan keseimbangan dengan budaya setempat dan kegiatan lain
terkait di lokasi bandar udara;
d. kelayakan ekonomis, finansial, sosial, pengembangan wilayah, teknis
pembangunan, dan pengoperasian, serta kelayakan lingkungan:
o Kelayakan ekonomis adalah kelayakan yang dinilai akan memberikan
keuntungan secara ekonomis bagi pengembangan wilayah, baik secara
langsung maupun tidak langsung.

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-70


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

o Kelayakan finansial adalah kelayakan yang dinilai akan memberikan


keuntungan bagi badan usaha bandar udara atau unit penyelenggara
bandar udara.
o Kelayakan sosial adalah kelayakan yang dinilai berdasarkan dampak yang
ditimbulkan oleh adanya bandar udara tidak akan meresahkan masyarakat
sekitar serta memberikan nilai tambah bagi masyarakat sekitar.
o Kelayakan pengembangan wilayah adalah kelayakan yang dinilai
berdasarkan kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah provinsi dan
rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota.
o Kelayakan teknis pembangunan adalah kelayakan yang dinilai
berdasarkan faktor kesesuaian fisik dasar antara lain topografi, kondisi
meteorologi dan geofisika, serta daya dukung tanah.
o Kelayakan pengoperasian adalah kelayakan yang dinilai berdasarkan jenis
pesawat, pengaruh cuaca, penghalang, penggunaan ruang udara,
dukungan navigasi penerbangan, serta prosedur pendaratan dan lepas
landas.
o Kelayakan lingkungan yaitu suatu kelayakan yang dinilai dari besarnya
dampak yang akan ditimbulkan serta kemampuan mengurangi dampak
(mitigasi), pada masa konstruksi, pengoperasian, dan/atau pada tahap
pengembangan selanjutnya.

Pembagian bandar udara berdasarkan atas fungsi, penggunaan, klasifikasi,


status, dan penyelenggaraan kegiatan:

a. Fungsi Bandar Udara


Berdasarkan pada fungsinya, bandar udara merupakan pusat penyebaran yang
terdiri atas:
1. Bandar udara pusat penyebaran primer: adalah bandar udara sebagai salah
satu prasarana penunjang pelayanan PKN yang melayani penumpang dengan
jumlah lebih besar atau sama dengan 5.000.000 (lima juta) orang per tahun.
2. Bandar udara pusat penyebaran sekunder: adalah bandar udara sebagai salah
satu prasarana penunjang pelayanan PKN yang melayani penumpang dengan
jumlah lebih besar dari atau sama dengan 1.000.000 (satu juta) dan lebih kecil
dari 5.000.000 (lima juta) orang per tahun.
3. Bandar udara pusat penyebaran tersier: adalah bandar udara sebagai salah
satu prasarana penunjang pelayanan PKN dan PKW terdekat yang melayani

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-71


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

penumpang dengan jumlah lebih besar dari atau sama dengan 500.000 (lima
ratus ribu) dan lebih kecil dari 1.000.000 (satu juta) orang per tahun.
4. Bandar udara bukan pusat penyebaran:

b. Penggunaan Bandar Udara


Penggunaan bandar udara terdiri atas bandar udara internasional dan bandar
udara domestik. Penetapan bandar udara internasional dilaksanakan dengan
mempertimbangkan:
o rencana induk nasional bandar udara;
o pertahanan dan keamanan negara;
o pertumbuhan dan perkembangan pariwisata;
o kepentingan dan kemampuan angkutan udara nasional;
o pengembangan ekonomi nasional dan perdagangan luar negeri.

c. Hirarki Bandar Udara


Hierarki bandar udara terdiri atas bandar udara pengumpul (hub) dan bandar
udara pengumpan (spoke). Bandar udara pengumpul terdiri atas bandar udara
pengumpul dengan skala pelayanan primer, sekunder, dan tersier. Bandar udara
pengumpan merupakan bandar udara tujuan atau penunjang dari bandar udara
pengumpul dan merupakan salah satu prasarana penunjang pelayanan kegiatan
lokal.

d. Klasifikasi Bandar Udara


Klasifikasi bandar udara terdiri atas beberapa kelas bandar udara yang ditetapkan
berdasarkan kapasitas pelayanan dan kegiatan operasional bandar udara. Yang
dimaksud dengan kapasitas pelayanan adalah kemampuan bandar udara untuk
melayani jenis pesawat udara terbesar dan jumlah penumpang/barang.

e. Status Bandar Udara


Bandar udara terdiri atas:
1. Bandar udara umum: adalah bandar udara yang digunakan untuk melayani
kepentingan umum.
2. Bandar udara khusus.

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-72


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

f. Penyelenggaraan Kegiatan Bandar Udara


Bandar udara berfungsi sebagai tempat penyelenggaraan kegiatan terdiri dari:
1. Pemerintahan.
Kegiatan pemerintahan di bandar udara meliputi: pembinaan kegiatan
penerbangan, kepabeanan, keimigrasian, dan kekarantinaan.

2. Pengusahaan.
Kegiatan pengusahaan bandar udara meliputi: pelayanan jasa
kebandarudaraan, pelayanan jasa terkait bandar udara.

Pengembangan bandar udara di wilayah Provinsi Papua diarahkan untuk:


a. Membuka isolasi daerah, pengembangan wilayah perbatasan, dan
penanganan bencana;
b. Meningkatkan kegiatan perekonomian (sebagai pintu gerbang jalur distribusi
barang dan jasa);
c. Menarik dan meningkatkan minat investasi;
d. Memadukan sistem pelayanan intra dan antarmoda transportasi;
e. Mempercepat mobilisasi dalam rangka mempertahankan dan mengikat
keutuhan wilayah NKRI.

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-73


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-74


nsportasi Udara

KONDISI SAAT INI RENCANA PENGEMBANGAN


No. NAMA BANDARA DAN LOKASI
HIRARKI RUNWAY (m) KONSTRUKSI HIRARKI RUNWAY (m) KONSTRUKSI KAPASITAS
1 Bandara Sentani-Kab.Jayapura PP 2.180 x 45 Aspal Hotmix PP 2.500 x 45 Aspal Hotmix B.737-400
2 Bandara Mopah-Kab.Merauke BPP 2.050 x 45 Aspal Hotmix PP 2.500 x 45 Aspal Hotmix B.737-400
3 Bandara Wamena-Kab. Jayawijaya BPP 1.822 x 30 Aspal Kolakan PP 1.850 x 30 Aspal Kolakan ATR-72
Hercules
Bae 146-100
4 Bandara Nabire-Kab.Nabire PP 1.400 x 30 Aspal Kolakan PP 1.400 x 30 Aspal Kolakan F-27
Hercules
Bae 146-100
5 Bandara Frans Kaisiepo-Kab.Biak Numfor PP 3.570 x 45 Aspal Hotmix PP 3.570 x 45 Aspal Hotmix B.737-400
6 Bandara Moses Kilangin-Kab.Mimika PP 2.200 x 45 Aspal Hotmix PP 2.200 x 45 Aspal Hotmix B.737-400
7 Bandara Tanah Merah-Kab.Boven Digul BPP 1.050 x 20 Aspal penetrasi BPP 1.050 x 20 Aspal penetrasi DASH-7
8 Bandara Patriot-Kab.Boven Digul - - - BPP 1.400 x 30 Aspal Kolakan ATR-72
Hercules
Bae 146-100
9 Bandara Kepi-Kab.Mappi BPP 700 x 23 Aspal Kolakan BPP 700 x 23 Aspal Kolakan DHC-6
10 Bandara Ewer-Kab. Asmat BPP 645 x18 PSP / Plat Baja BPP 645 x 18 PSP / Plat Baja DHC-6
11 Bandara Dekai-Kab.Yakuhimo BPP 1.400 x 30 Aspal Kolakan PP 1.400 x 30 Aspal Kolakan ATR
Hercules
Bae 146-100
12 Bandara Oksibil-Kab. Peg. Bintang BPP 1.350 x30 Aspal Kolakan BPP 1.200 x 30 Aspal Kolakan ATR-72

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030


Bae 146-100
13 Bandara Mulia-Kab.Puncak Jaya BPP 850 x 180 Aspal penetrasi BPP 1.200 x 30 Aspal DSHC-6
14 Bandara Sinak-Kab.Puncak BPP 650 x 18 Aspal penetrasi BPP 1.400 x 30 Aspal Kolakan ATR
Hercules
Bae 146-100
15 Bandara Kaubaga-Kab.Tolikara BPP 650 x18 Aspal penetrasi BPP 750 x 23 Aspal DSHC-6
16 Bandara Tayeve II (Baru) - Studi Studi BPP 1.400 x 30 Aspal Kolakan ATR-72
Hercules
Bae 146-100
17 Bandara Waghete-Kab.Deiyai BPP 1.400 x 18 Aspal penetrasi BPP 1.400 x 30 Aspal Kolakan ATR-72
Hercules
Bae 146-100
18 Bandara Mararena-Kab.Sarmi BPP 700 x 20 Aspal penetrasi BPP 1.200 x 30 Aspal Kolakan ATR-72
Bae 146-100
19 Bandara Senggeh-Kab. Keerom BPP 750 x 18 Aspal penetrasi BPP 750 x 18 Aspal DHC-6
20 Bandara Sujarwo C-Kab. Kepulauan Yapen BPP 710 x 20 Aspal Kolakan BPP 710 x 20 Aspal Kolakan DHC-6
21 Bandara Kamanap-Kab.Kepulauan Yapen BPP 600 x 18 Aspal Penetrasi BPP 1.400 x 30 Aspal Kolakan ATR-72
Hercules
Bae 146-100
22 Bandara Waropen Bawah-Kab. Waropen - BPP 1.400 x 30 Aspal Kolakan ATR-72
Hercules
Bae 146-100

IV-75
PEMERINTAH PROVINSI PAPUA
Tabel IV.20 : Rencana Pengembangan Jaringan Pelayanan
Tabel IV.20 : Rencana Pengembangan Jaringan Pelayanan Transportasi Udara

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030


IV-76
PEMERINTAH PROVINSI PAPUA
KONDISI SAAT INI RENCANA PENGEMBANGAN
No. NAMA BANDARA DAN LOKASI
HIRARKI RUNWAY (m) KONSTRUKSI HIRARKI RUNWAY (m) KONSTRUKSI KAPASITAS
23 Bandara Baudi-Kab. Mamberamo Raya - BPP 1.400 x 30 Aspal Kolakan ATR-72
Hercules
Bae 146-100
24 Bandara Wanggar-Kab.Nabire - PP 2.000 x 45 Aspal Kolakan B.737-400
25 Bandara Batom-Kab.Peg Bintang BPP 850 x 23 Aspal penetrasi BPP 850 x 23 Aspal penetrasi DHC-6
26 Bandara Boma-Kab.Peg.Bintang BPP 630 x 18 Aspal penetrasi BPP 630 x 18 Aspal penetrasi DHC-6
27 Bandara Aboy-Kab. Peg.Bintang - Studi Studi BPP 600 x 18 Aspal penetrasi DHC-6
28 Bandara Illu-Kab. Puncak Jaya BPP 600 x 18 Aspal penetrasi BPP 600 x 18 Aspal penetrasi DHC-6
29 Bandara Illaga-Kab.Puncak BPP 600 x 18 Aspal penetrasi BPP 600 x 18 Aspal penetrasi DHC-6
30 Bandara Beoga-Kab.Intan Jaya BPP 488 x 24 Rumput BPP 600 x 18 Aspal penetrasi DHC-6
31 Bandara Fawi-Kab.Puncak Jaya BPP 310 x 25 Rumput BPP 600 x 18 Aspal penetrasi DHC-6
32 Bandara Tiom-Kab.Lani Jaya BPP 700 x 18 Aspal penetrasi BPP 700 x 18 Aspal penetrasi DHC-6
33 Bandara Bokodini-Kab.Tolikara BPP 775 x 18 Aspal penetrasi BPP 775 x 18 Aspal penetrasi DHC-6
34 Bandara Sugapa-Kab.Intan Jaya BPP 650 x 24 Aspal penetrasi BPP 650 x 24 Aspal penetrasi DHC-6
35 Bandara Enarotali-Kab.Paniai BPP 900 x 23 Aspal penetrasi BPP 900 x 23 Aspal penetrasi DHC-6
36 Bandara Obano-Kab. Paniai BPP 600 x 18 Aspal Kolakan BPP 600 x 18 Aspal penetrasi DHC-6
37 Bandara Moanamani-Kab.Dogiyai BPP 600 x 18 Aspal Kolakan BPP 600 x 18 Aspal Kolakan DHC-6

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030


38 Bandara Yemburwo-Kab.Biak Numfor BPP 1.75 x 23 Aspal penetrasi BPP 600 x 18 Aspal penetrasi DHC-6
39 Bandara Pagai-Kab.Jayapura BPP 658 x 21 Rumput BPP 600 x 18 Aspal penetrasi DHC-6
40 Bandara Dabra-Kab. Mamberamo Raya BPP 600 x 18 Aspal penetrasi BPP 600 x 18 Aspal penetrasi DHC-6
41 Bandara Kimaam-Kab.Merauke BPP 650 x 18 Aspal Sand BPP 650 x 18 Aspal Sand DHC-6
42 Bandara Kamur-Kab.Merauke BPP 650 x 26 Rumput BPP 650 x 18 Aspal penetrasi DHC-6
43 Bandara Muting-Kab. Merauke BPP 600 x 20 Rumput BPP 650 x 18 Aspal penetrasi DHC-6
44 Bandara Okaba-Kab.Merauke BPP 600 x 18 Aspal penetrasi BPP 650 x 18 Aspal penetrasi DHC-6
45 Bandara Wanam-Kab.Merauke BPP 1.650 x 25 Beton BPP 1.650 x 25 Beton DHC-6
46 Bandara Bomakia-Kab. Boven Digul BPP 800 x 21 Rumput BPP 650 x 18 Aspal penetrasi DHC-6
47 Bandara Mindiptana-Kab. Boven Digul BPP 600 x 18 Aspal Penetrasi BPP 650 x 18 Aspal penetrasi DHC-6
48 Bandara Senggo-Kab.Asmat BPP 762 x 20 Rumput BPP 650 x 18 Aspal penetrasi DHC-6
49 Bandara Bade-Kab.Mappi BPP 600 x 18 Aspal penetrasi BPP 650 x 18 Aspal penetrasi DHC-6
50 Bandara Kokonao-Kab.Mimika BPP 600 x 23 Aspal Kolakan BPP 650 x 18 Aspal penetrasi DHC-6
51 Bandara Jila-Kab.Mimika BPP 500 x 15 Rumput BPP 650 x 18 Aspal penetrasi DHC-6
52 Bandara Ugimuga-Kab.Mimika BPP 600 x 18 Aspal penetrasi BPP 650 x 18 Aspal penetrasi DHC-6
53 Bandara Potowai-Kab.Mimika BPP 700 x 18 Rumput BPP 650 x 18 Aspal penetrasi DHC-6
54 Bandara Alama-Kab.Mimika BPP 500 x 18 Rumput BPP 650 x 18 Aspal penetrasi DHC-6
55 Bandara Jita-Kab.Mimika BPP 570 x 31 Rumput BPP 650 x 18 Aspal penetrasi DHC-6
56 Bandara Agimuga-Kab.Mimika BPP 592 x 20 Rumput BPP 650 x 18 Aspal penetrasi DHC-6
57 Bandara Numfor-Kab. Biak Numfor BPP 2300 x 30 Aspal Kolakan BPP 2300 x 30 Aspal Kolakan Hercules

IV-77
PEMERINTAH PROVINSI PAPUA
PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Ruang Udara untuk Penerbangan


Yang dimaksud dengan jalur udara (airway) adalah suatu ruang udara yang
terkontrol dalam bentuk koridor yang dilengkapi dengan peralatan radio navigasi.
Tatanan navigasi penerbangan memuat:
1. ruang udara yang dilayani;
2. klasifikasi ruang udara;
3. jalur penerbangan;
4. jenis pelayanan navigasi penerbangan.

Jalur penerbangan bertujuan untuk mengatur arus lalu lintas penerbangan.


Penetapan jalur penerbangan memperhatikan paling sedikit:
1. pembatasan penggunaan ruang udara;
2. klasifikasi ruang udara;

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-78


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

3. fasilitas navigasi penerbangan;


4. efisiensi dan keselamatan pergerakan pesawat udara;
5. kebutuhan pengguna pelayanan navigasi penerbangan.

Jalur penerbangan meliputi:


1. jalur udara (airway);
2. jalur udara dengan pelayanan saran panduan (advisory route);
3. jalur udara dengan pemanduan (control route) dan/atau jalur udara tanpa
pemanduan (uncontrolled route);
4. jalur udara keberangkatan (departure route) dan jalur udara kedatangan
(arrival route).

Klasifikasi ruang udara disusun dengan mempertimbangkan:


1. kaidah penerbangan;
2. pemberian separasi;
3. pelayanan yang disediakan:
4. pembatasan kecepatan:
5. komunikasi radio;
6. persetujuan personel pemandu lalu lintas penerbangan (Air Traffic Control
Clearance).

Ruang udara yang dilayani meliputi:


1. wilayah udara Republik Indonesia, selain wilayah udara yang pelayanan
navigasi penerbangannya didelegasikan kepada negara lain berdasarkan
perjanjian;
2. ruang udara negara lain yang pelayanan navigasi penerbangannya
didelegasikan kepada Republik Indonesia;
3. ruang udara yang pelayanan navigasi penerbangannya didelegasikan oleh
Organisasi Penerbangan Sipil Internasional kepada Republik Indonesia.

Klasifikasi ruang udara terdiri atas:


1. Kelas A:
o hanya digunakan untuk kaidah penerbangan instrumen;
o diberikan separasi kepada semua pesawat udara;

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-79


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

o diberikan pelayanan pemanduan lalu lintas penerbangan;


o tidak ada pembatasan kecepatan;
o memerlukan komunikasi radio dua arah; dan
o persetujuan personel pemandu lalu lintas penerbangan kepada pilot (Air
Traffic Control Clearance).
2. Kelas B
o digunakan untuk kaidah penerbangan instrumen dan visual;
o diberikan separasi kepada semua pesawat udara;
o diberikan pelayanan pemanduan lalu lintas penerbangan;
o tidak ada pembatasan kecepatan;
o memerlukan komunikasi radio dua arah; dan
o persetujuan personel pemandu lalu lintas penerbangan kepada pilot.
3. Kelas C:
a. untuk kaidah penerbangan instrumen:
1). diberikan separasi kepada:
o antarkaidah penerbangan instrumen;
o antara kaidah penerbangan instrumen dengan kaidah
penerbangan visual.
2). pelayanan yang diberikan berupa:
o layanan pemanduan lalu lintas penerbangan untuk pemberian
separasi dengan kaidah penerbangan instrumen;
o layanan informasi lalu lintas penerbangan antar kaidah
penerbangan visual.
3). tidak ada pembatasan kecepatan;
4). memerlukan komunikasi radio dua arah; dan
5). persetujuan personel pemandu lalu lintas penerbangan kepada pilot.
b. untuk kaidah penerbangan visual:
o diberikan separasi antara penerbangan visual dan penerbangan
instrumen;
o pelayanan pemanduan lalu lintas penerbangan;
o kecepatan dibatasi 250 knot pada ketinggian di bawah 10.000 kaki di
atas permukaan laut;
o memerlukan komunikasi radio dua arah;
o persetujuan personel pemandu lalu lintas penerbangan kepada pilot.

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-80


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

4. Kelas D:
a. untuk kaidah penerbangan instrumen:
o separasi diberikan antarkaidah penerbangan instrumen;
o diberikan layanan pemanduan lalu lintas penerbangan dan informasi
tentang lalu lintas penerbangan visual;
o kecepatan dibatasi 250 knot pada ketinggian di bawah 10.000 kaki di
atas permukaan laut;
o memerlukan komunikasi radio dua arah; dan
o persetujuan personel pemandu lalu lintas penerbangan kepada pilot.
b. untuk kaidah penerbangan visual:
o tidak diberikan separasi;
o diberikan informasi lalu lintas penerbangan instrumen kepada
penerbangan visual dan antarpenerbangan visual;
o pembatasan kecepatan sebesar 250 knot dibawah 10.000 kaki di atas
permukaan laut;
o memerlukan komunikasi radio dua arah;
o persetujuan personel pemandu lalu lintas penerbangan kepada pilot.
5. Kelas E:
a. untuk kaidah penerbangan instrumen:
1). diberikan separasi antarkaidah penerbangan instrumen;
2). diberikan layanan pemanduan lalu lintas penerbangan sepanjang dapat
dilaksanakan atau informasi lalu lintas penerbangan untuk
penerbangan visual;
3). pembatasan kecepatan sebesar 250 knot di bawah 10.000 kaki di atas
permukaan laut;
4). memerlukan komunikasi radio dua arah; dan
5). persetujuan personel pemandu lalu lintas penerbangan kepada pilot.
b. untuk kaidah penerbangan visual:
1). tidak diberikan separasi;
2). diberikan informasi lalu lintas penerbangan sepanjang dapat
dilaksanakan;
3). pembatasan kecepatan sebesar 250 knot di bawah 10.000 kaki di atas
permukaan laut;
4). tidak diperlukan komunikasi radio;

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-81


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

5). tidak diperlukan persetujuan personel pemandu lalu lintas


penerbangan kepada pilot.
6. Kelas F:
a. untuk kaidah penerbangan instrumen:
1). diberikan separasi antarkaidah penerbangan instrumen sepanjang
dapat dilaksanakan;
2). diberikan bantuan layanan pemanduan lalu lintas penerbangan atau
layanan informasi lalu lintas penerbangan;
3). pembatasan kecepatan sebesar 250 knot di bawah 10.000 kaki di atas
permukaan laut;
4). memerlukan komunikasi radio dua arah; dan
5). tidak diperlukan persetujuan personel pemandu lalu lintas penerbangan
kepada pilot.
b. untuk kaidah penerbangan visual:
1). tidak diberikan separasi;
2). diberikan layanan informasi penerbangan;
3). pembatasan kecepatan sebesar 250 knot di bawah 10.000 kaki di atas
permukaan laut;
4). tidak diperlukan komunikasi radio; dan
5). tidak diperlukan persetujuan personel pemandu lalu lintas penerbangan
kepada pilot.
7. Kelas G:
a. untuk kaidah penerbangan instrumen:
1). tidak diberikan separasi;
2). diberikan layanan informasi penerbangan;
3). pembatasan kecepatan sebesar 250 knot di bawah 10.000 kaki di atas
permukaan laut;
4). memerlukan komunikasi radio dua arah;
5). tidak diperlukan persetujuan personel pemandu lalu lintas penerbangan
kepada pilot.
b. untuk kaidah penerbangan visual:
1). tidak diberikan separasi;
2). diberikan layanan informasi penerbangan;
3). pembatasan kecepatan sebesar 250 knot di bawah 10.000 kaki di atas
permukaan laut;

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-82


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

4). tidak diperlukan komunikasi radio; dan


5). tidak diperlukan persetujuan personel pemandu lalu lintas penerbangan
kepada pilot.

Peta 4.20. Peta Rencana Lokasi Bandar Udara di Provinsi Papua

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-83


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Peta 4.21. Peta Rencana Jaringan Pelayanan Transportasi Udara Perintis


di Provinsi Papua

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-84


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Peta 4.22. Rencana Jaringan Pelayanan Transportasi Udara Niaga


Berjadwal

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-85


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

4.2.1.4. Sistem Transportasi Antarmoda

Transportasi antarmoda adalah transportasi penumpang dan atau barang yang


menggunakan moda lebih dari satu dalam satu perjalanan yang
berkesinambungan. Transportasi intramoda adalah transportasi penumpang dan
atau barang yang menggunakan satu moda dalam beberapa jenis sarana dalam
satu perjalanan yang berkesinambungan. Transportasi multimoda adalah
angkutan barang yang menggunakan minimal dua moda yang berbeda, yang
dilakukan berdasarkan suatu kontrak berupa dokumen angkutan multimoda
antara pelaku usaha dan pengguna jasa.

Karakteristik Pelayanan Moda Transportasi:

1. Pelayanan Moda Transportasi Jalan Raya


Karakteristik pelayanan moda transportasi jalan raya, antara lain tidak dapat
melayani volume angkutan barang dan penumpang yang besar, namun
memiliki kelebihan dalam hal kemampuan untuk melakukan penetrasi sampai
ke pelosok wilayah dengan sangat fleksibel. Untuk jangka pendek biaya
investasinya relatif rendah. Moda ini efisien untuk melayani jarak yang tidak
terlalu jauh dengan muatan relatif kecil, akan tetapi untuk jarak jauh dan
muatan yang besar menjadi tidak efisien. Selain itu dari segi kelestarian alam
dan lingkungan hidup tidak menguntungkan karena moda ini terdiri dari unit-
unit kecil penghasil emisi, sehingga dalam jumlah yang banyak akan
menghasilkan komulatif emisi yang besar.

2. Pelayanan Moda Transportasi Jalan Rel


Moda transportasi kereta api untuk angkutan barang dan penumpang dapat
melayani dalam jumlah yang besar dan jarak yang relatip lebih jauh dari moda
jalan raya. Akan tetapi penetrasi moda tersebut tidak dapat mencapai pelosok-
pelosok, dan kurang fleksibel. Sehingga moda ini lebih efisien untuk
pelayanan jarak jauh dan muatan yang besar. Ditinjau dari segi kelestarian
alam serta lingkungan hidup moda jalan rel relatif lebih menguntungkan
dibandingkan dengan moda jalan raya.

3. Pelayanan Moda Transportasi Sungai dan Penyeberangan


Sebagai wilayah kepulauan dan memiliki potensi sungai-sungai besar, moda
transportasi sungai dan penyeberangan di Papua memiliki peran yang cukup
besar. Karakteristik pelayanan moda ini mampu memuat barang dan

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-86


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

penumpang yang relatif besar, kecepatan jelajah relatif rendah, biaya


angkutan per ton mil relatif rendah. Meskipun demikian moda ini memiliki
keterbatasan dalam hal fleksibilitas.

4. Pelayanan Moda Transportasi Laut


Moda transportasi laut mempunyai karakteristik pelayanan yang dapat
memuat angkutan barang dan penumpang dalam jumlah besar, kecepatan
jelajah relatif rendah, biaya angkutan per ton mil relatif rendah, dan sangat
menguntungkan untuk lintas jarak jauh dengan volume angkutan yang sangat
besar. Meskipun demikian moda ini memiliki keterbatasan dalam hal
fleksibilitas dan penetrasi pelayanannya, sehingga agar angkutan laut tersebut
menjadi lebih efektif dan efisien, moda angkutan laut perlu didukung oleh
moda darat yang terintegrasi dengan baik, sehingga angkutan selanjutnya
menuju daerah belakang (hinterland) akan menjadi lancar. Di wilayah Provinsi
Papua pelayanan moda laut ditujukan untuk melayani daerah-daerah yang
mempunyai potensi ekonomi juga daerah-daerah yang secara ekonomi
kurang memiliki potensial atau daerah terisolasi sebagai pelayaran perintis.

5. Pelayanan Moda Transportasi Udara


Moda transportasi udara mempunyai karakteristik hanya dapat melayani
angkutan barang dan penumpang dalam jumlah yang relatif terbatas sehingga
biaya angkutan per ton mil relatif mahal. Pelayanan moda udara ini
mempunyai kelebihan dalam hal kecepatan dan kemampuan melakukan
penetrasi sampai pelosok pedalaman yang tidak dapat dijangkau oleh
pelayanan moda lain. Di wilayah Provinsi Papua moda transportasi udara
dapat dipergunakan untuk melayani transportasi antar daerah yang secara
ekonomi potensial maupun kurang potensial, sesuai karakteristiknya yang
mampu menjangkau daerah terpencil. Diharapkan dengan adanya hubungan
udara tersebut, di masa mendatang daerah-daerah tersebut menjadi potensial
secara ekonomis.

Penggunaan moda transportasi tertentu untuk perjalanan memiliki kelebihan dan


kekurangan. Pemilihan penggunaan moda tersebut tergantung dari beberapa
faktor, antara lain segi pelayanan, keandalan dalam bergerak, biaya, jarak
tempuh, kecepatan, keperluan, fleksibilitas, tingkat polusi atau pencemaran,
penggunaan energi/bahan bakar dan lain sebagainya.

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-87


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Tabel IV.17

Tabel IV.18

Tabel IV.19

Tabel IV.20

Tabel IV.21 :Perbandingan Karakteristik Penggunaan Moda


No. Faktor Moda Jalan Moda Jalan Moda Sungai Moda Laut Moda Udara
Pemilihan Raya Rel
1. Pelayanan dari pintu ke perlu moda perlu moda perlu moda perlu moda
pengguna moda pintu penghubung penghubung penghubung penghubung
Kapasitas
2. penumpang dan sedikit cukup banyak cukup banyak banyak sedikit
barang.

3. Penetrasi wilayah cukup baik terbatas terbatas terbatas baik


(fleksibilitas).

4. Jarak tempuh. pendek cukup jauh cukup jauh jauh jauh

5. Kecepatan. cukup cepat cukup cepat rendah rendah cepat

6. Biaya perjalanan cukup mahal murah murah murah mahal


(jarak jauh).

7. Tingkat polusi. cukup tinggi rendah cukup tinggi cukup tinggi cukup tinggi

Sumber: Analisis 2009

Jenis keterpaduan antarmoda yang terjadi di simpul transportasi adalah:


1. Kiss and ride (antar dan berkendara):
Bagi calon penumpang yang diantar dengan kendaraan pribadi oleh orang
lain, maka ketika sampai di simpul perpindahan moda semisal bandara, dia
segera turun untuk segera membeli tiket sesuai dengan lintasan rute dan arah
yang dituju. Selanjutnya dia menuju ke ruang tunggu di mana pesawat yang
dimaksud berada, dan menunggu beberapa saat sampai pesawat dimaksud
datang. Selanjutnya dia naik ke pesawat dan bersama pesawat pergi dari
bandara. Dengan demikian, bagi calon penumpang tipe kiss and ride, fungsi
simpul transportasi adalah:
o Sebagai tempat turun dari kendaraan penghantar
o Sebagai tempat kendaraan pengahantar datang dan langsung pergi

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-88


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

o Sebagai tempat membeli tiket


o Sebagai tempat menunggu angkutan umum
o Sebagai tempat naik angkutan umum dan memulai perjalanannya

Sedangkan bagi penyedia jasa simpul perpindahan moda, maka fungsi jenis
kiss and ride, adalah:
o Sebagai pelayanan dan penyediaan jalan akses dan sirkulasi lalu lintas
kendaraan pribadi pengantar dan angkutan umum.
o Sebagai pelayanan dan penyediaan jalur kedatangan dan keberangkatan
angkutan umum.
o Sebagai pelayanan dan penyediaan jalur pejalan kaki bagi calon
penumpang dari tempat kendaraan pengantar ke angkutan umum.
o Sebagai pelayanan dan penyediaan fasilitas perpindahan moda (tiket, dan
tempat tunggu calon penumpang).

2. Park and ride (parkir dan berkendara):


Bagi calon penumpang yang menggunakan kendaraan pribadi ke bandara,
maka pada saat di bandara akan memarkir kendaraannya dan masuk ke
bandara untuk membeli tiket, sesuai dengan lintasan rute dan tujuannya.
Selanjutnya dia menuju ke ruang tunggu dimana pesawat yang dimaksud
berada, dan menunggu beberapa saat sampai pesawat dimaksud datang.
Kemudian naik pesawat dan bersama pesawat pergi dari bandara. Dengan
demikian, bagi calon penumpang tipe park & ride, fungsi simpul transportasi
adalah:
o Sebagai tempat parkir kendaraan pribadi selama melakukan perjalanan.
o Sebagai tempat membeli tiket.
o Sebagai tempat menunggu angkutan umum.
o Sebagai tempat naik angkutan umum dan memulai perjalanannya.
o Sebagai tempat mengakhiri perjalanan dengan angkutan umum untuk
kemudian menggunakan kendaraan pribadi yang diparkir untuk pulang ke
rumah.

Sedangkan bagi penyedia jasa simpul perpindahan moda, maka fungsi jenis
park and ride, adalah:
o Sebagai pelayanan dan penyediaan jalan akses dan sirkulasi lalu lintas
kendaraan pribadi dan angkutan umum.

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-89


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

o Sebagai pelayanan dan penyediaan jalur kedatangan dan keberangkatan


angkutan umum.
o Sebagai pelayanan dan penyediaan jalur pejalan kaki bagi calon
penumpang dari tempat parkir kendaraan pribadi ke angkutan umum.
o Sebagai pelayanan dan penyediaan fasilitas perpindahan moda (tiket, dan
tempat tunggu calon penumpang).
o Sebagai pelayanan dan penyediaan tempat parkir kendaraan pribadi
(sepeda motor, mobil) yang aman, dan nyaman.

3. Ride and ride (berkendara dan berkendara):


Bagi calon penumpang yang naik kendaraan umum, maka ketika sampai di
bandara, dia segera turun untuk segera membeli tiket sesuai dengan lintasan
rue dan arah yang dituju. Selanjutnya menuju ke ruang tunggu dimana
pesawat yang dimaksud berada, dan menunggu beberapa saat sampai
pesawat dimaksud datang. Selanjutnya naik ke pesawat dan bersama
pesawat pergi dari bandara. Dengan demikian, bagi calon penumpang tipe
ride and ride, fungsi simpul transportasi adalah:
o Sebagai tempat turun dari angkutan umum
o Sebagai tempat membeli tiket
o Sebagai tempat menunggu angkutan umum
o Sebagai tempat naik angkutan umum dan memulai perjalanannya.

Sedangkan bagi penyedia jasa simpul perpindahan moda, maka fungsi jenis
ride and ride adalah:
o Sebagai pelayanan dan penyediaan jalan akses dan sirkulasi lalu lintas
angkutan umum.
o Sebagai pelayanan dan penyediaan jalur kedatangan dan keberangkatan
angkutan umum.
o Sebagai pelayanan dan penyediaan jalur pejalan kaki bagi calon
penumpang dari angkutan umum ke angkutan umum yang lain.
o Sebagai pelayanan dan penyediaan fasilitas perpindahan moda (tiket,
tempat tunggu calon penumpang).

Dari penjelasan jenis keterpaduan transportasi antarmoda di atas, maka jenis


keterpaduan yang ada di Provinsi Papua adalah sebagaimana ditampilkan pada
tabel IV.22 di bawah ini.

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-90


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Tabel IV.18

Tabel IV.19

Tabel IV.20

Tabel IV.21

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-91


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Tabel IV.22 Analisis Keterpaduan Transportasi Antarmoda


Wilayah Kabupaten/ Moda Transportasi Simpul Sarana Jenis
Kota Transportasi Keterpaduan
Utara Jayapura Darat, Terminal, Angkutan Kota, Kiss and ride
Udara (reguler, Bandara, Kendaraan Pribadi, Park and ride
perintis), Pelabuhan Pesawat, Kapal Ride and ride
Laut (reguler, perintis)
Utara Sarmi Darat, Bandara, Kendaraan Pribadi, Kiss and ride
Udara (reguler), Pelabuhan Pesawat, Kapal Park and ride
Laut (perintis)
Utara Biak Darat, Bandara, Kendaraan Pribadi, Kiss and ride
Udara (reguler, Pelabuhan Pesawat, Kapal Park and ride
perintis),
Laut (reguler, perintis)
Barat Nabire Darat, Bandara, Kendaraan Pribadi, Kiss and ride
Udara (reguler, Pelabuhan Pesawat, Kapal Park and ride
perintis) ,
Laut (reguler, perintis)
Barat Timika Darat, Bandara, Kendaraan Pribadi, Kiss and ride
Udara (reguler, Pelabuhan Pesawat, Kapal Park and ride
perintis),
Laut (reguler)
Sungai
Barat Agats Darat, Bandara, Kendaraan Pribadi, Kiss and ride
Udara (reguler, Pelabuhan Pesawat, Kapal Park and ride
perintis),
Laut (perintis)
Sungai
Selatan Merauke Darat, Terminal, Angkutan Kota, Kiss and ride
Udara (reguler, Bandara, Kendaraan Pribadi, Park and ride
perintis), Pelabuhan Pesawat, Kapal Ride and ride
Laut (reguler, perintis)
Sungai
Timur Tanah Darat, Bandara, Kendaraan Pribadi, Kiss and ride
Merah Udara (reguler, Pelabuhan Pesawat, Kapal Park and ride
perintis),
Sungai
Timur Oksibil Darat, Bandara Kendaraan Pribadi, Kiss and ride
Udara (perintis) Pesawat Park and ride

Tengah Wamena Darat, Terminal, Angkutan Kota, Kiss and ride


Udara (reguler, Bandara Kendaraan Pribadi, Park and ride
perintis) Pesawat Ride and ride

Sumber: Analisis 2009

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-92


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Bentuk pelayanan keterpaduan antarmoda transportasi secara menerus (single


seamless service) berupa:

1. Sistem satu tiket untuk perjalanan lebih dari 2 moda:


sistem ini memerlukan koordinasi kerjasama antar operator moda transportasi,
meliputi; tiket, tarif, jadwal, rute, kapasitas moda, tingkat okupansi, dan
sebagainya.

2. Sistem keterhubungan (interkoneksi) masing-masing simpul perpindahan


antarmoda (halte, terminal, stasiun, bandara, pelabuhan) berupa:
o Daftar rute, trayek angkutan kota, bus kota bus AKDP, bus AKAP, kereta
api, kapal laut, pesawat terbang.
o Jadwal keberangkatan dan kedatangan.
o Lama waktu tempuh (travel time).
o Biaya perjalanan (tarif).

Sistem ini memerlukan koordinasi kerjasama antar operator moda transportasi


yang bersifat informatif. Sistem ini lebih mudah dan realistis untuk
dilaksanakan.

Bentuk pelayanan keterpaduan antarmoda transportasi secara menerus (single


seamless service) di wilayah Provinsi Papua tersebut di atas belum berlangsung.

Arahan pengembangan transportasi antarmoda di Papua adalah sebagai berikut:


1. Pelabuhan Pomako Mimika (kapal) – Agats – Dermaga Logpon – jalan raya –
Bandara Dekai (pesawat) – Bandara Wamena atau Bandara Oksibil.
2. Pelabuhan Pomako Mimika (kapal) – Agats – Sawaema – jalan raya Yuguru –
Habema – Wamena.
3. Pagai (kapal) – Papasena – jalan raya – Burmeso – Kasonaweja (kapal) –
Bagusa – Teba.
4. Mulia – jalan raya – Pawi – Mamberamo Hulu (kapal).
5. Bandara Merauke – Sungai Digul (pesawat amphibi) – jalan raya ke Asiki
(Boven Digul).
Rencana pengembangan transportasi terpadu di wilayah Papua digambarkan
pada peta 4.23 di bawah ini.

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-93


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Peta 4.23. Rencana Jaringan Pelayanan Transportasi Antarmoda di


Provinsi Papua

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-94


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Peta 4.24. Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi Papua

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-95


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

4.2.2. Sistem Jaringan Energi

A. Rencana Pembangkit Tenaga Listrik

Kondisi kebutuhan listrik di Provinsi Papua sampai tahun 2009 baru mencapai
142.723 kilo watt yang tersebar di 11 kabupaten/kota. Sedangkan kebutuhan
listrik sampai tahun 2009 direncanakan sebesar 773.388 kilo watt, terjadi
kekurangan listrik tahun 2009 di Provinsi Papua sebesar 81.54 %. Rencana
pengembangan listrik sampai tahun 2030 diperkirakan mencapai 156.310.000 kilo
watt yang bersumber dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Kebutuhan listrik
Provinsi Papua tahun 2030 sebesar 1.076.693 Kilo watt, sehingga sampai tahun
2030 dapat mensuplai listrik di seluruh wilayah Provinsi Papua.

Dengan kondisi Provinsi Papua yang rawan bencana, maka kebutuhan listrik
perlu diarahkan pada pengembangan energi yang mandiri, artinya ketersediaan
energi di wilayah ini diharapkan mampu melayani kebutuhan masyarakat, fasilitas
umum pertambangan maupun pengembangan industri besar maupun kecil, baik
dalam kondisi normal maupun darurat. Oleh sebab itu, pengembangan sumber
daya listrik berbasis PLTA dapat dikembangkan dengan baik karena kapaisitas
debit air sungai dan danau sangat besar dan dapat membangkitkan tenaga listrik
yang besar. Sedangkan untuk wilayah di pulau-pulau kecil atau daerah-daerah
terpencil, yang mana sampai saat ini dan masih belum terlayani oleh jaringan
listrik dikembangkan seperti Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD),
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Matahari
(PLTM) dan pengembangan Listrik dengan menggunakan Minyak Nabati (Bio
Fuel). Adapun potensi pengembangan PLTA yang dibangkitkan oleh danau
maupun sungai dapat diuraikan pada Tabel IV.23. dan Peta 4.25.

Tabel IV. 23 Potensi Sungai di Provinsi Papua Sebagai Pembangkit Tenaga Listrik
NO NAMA SUNGAI LOKASI KAPASITAS DAYA (MW)
1 Digoel Boven Digoel 1.522
2 Eilanden Asmat 2.291
3 Lorentz Asmat, Jayawijaya 232
4 Cemara Mimika 237
5 Otokwa Mimika 297
6 Mimika Mimika 154
7 Siriwo Nabire, Paniai 310
8 Mamberamo Mamberamo Raya 9.932
9 Urumuka Mimika 336
Jumlah 15.631
Sumber : Kanwil DPE Irja dan Dinas Pertambangan Provinsi Papua Tahun 2009

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-96


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Peta 4.25. Rencana Pengembangan Listrik Tenaga Air (PLTA) Provinsi Papua
Tahun 2010-2030

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-97


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Untuk lebih jelasnya kebutuhan energi listrik di Provinsi Papua 2010 – 2030 dapat
dilihat pada Tabel IV.24.

Tabel IV.24 : Kebutuhan Energi Listrik di Provinsi Papua 2010-2030


Kebutuhan Listrik Untuk Rumah Tangga (watt)  
No Kabupaten/kota
2010 2015 2020 2025 2030  
1 2 3 4 5 6 7  

1 Merauke 44,844,280 49,017,800 54,369,120 59,896,460 65,437,320  


2 Jayawijaya 59,328,620 62,986,820 67,363,660 71,556,420 75,378,420  
3 Jayapura 25,892,360 27,466,660 29,345,940 31,141,240 32,771,960  
4 Nabire 45,186,180 47,545,940 50,285,040 52,821,860 55,025,880  
5 Yapen Waropen 20,222,280 21,898,240 24,006,840 26,139,620 28,225,600  
6 Biak Numfor 28,415,920 30,404,400 32,835,400 35,221,160 37,466,260  
7 Paniai 31,904,080 34,031,140 36,610,340 39,118,820 41,451,540  
8 Puncak Jaya 31,945,160 34,610,940 37,967,800 41,368,340 44,698,680  
9 Mimika 37,306,360 42,146,000 48,715,420 55,927,560 63,673,740  
10 Boven Digoel 9,044,360 9,875,840 10,940,280 12,037,220 13,133,640  
11 Mappi 18,462,340 19,335,160 20,328,360 21,228,220 21,983,780  
12 Asmat 17,653,480 19,016,400 20,710,560 22,402,900 24,032,320  
13 Yahukimo 39,296,140 42,640,000 46,864,480 51,158,640 55,382,340  
14 Peg. Bintang 25,092,860 26,868,140 29,042,520 31,180,240 33,197,580  
15 Tolikara 12,810,200 14,138,540 15,873,000 17,699,760 19,572,540  
16 Sarmi 9,155,120 10,096,840 11,324,300 12,615,200 13,936,520  
17 Keerom 11,544,520 13,593,320 16,546,660 20,004,920 23,985,260  
18 Waropen 6,074,900 6,418,880 6,824,740 7,206,680 7,547,020  
19 Supiori 3,286,920 3,308,760 3,348,540 3,407,820 3,481,920  
Kota Jayapura
20 57,228,340 61,907,040 67,778,620 73,704,540 79,482,520  
21 Kab. Mamberamo Raya 3,721,911 4,121,391 4,563,748 5,053,584 5,595,995  
22 Kab. Mamberamo Tengah 4,111,557 4,539,491 5,011,965 5,533,614 6,109,557  
Kab. Yalimo 3,467,341 3,828,225 4,226,669 4,666,585 5,152,286  
23
24 Kab. Lani Jaya 10,881,065 12,013,575 13,263,958 14,644,481 16,168,690  
25 Kab. Nduga 5,187,802 5,187,802 5,187,802 5,187,802 7,862,976  
26 Kab. Puncak 9,193,370 10,150,223 11,206,666 12,373,065 13,393,004  
27 Kab. Dogiyai 9,193,370 14,607,215 16,127,546 17,806,114 19,273,910  
Kab. Intan Jaya 5,278,261 5,827,627 6,434,171 7,103,845 7,689,430  
28
29 Kab. Deiyai 4,884,054 5,392,390 5,953,634 6,573,293 7,115,144  
JUMLAH 590,613,153 642,974,803 703,057,784 764,780,008 828,225,840  

Sumber : Hasil Analisis Tim Penyusunan RTRW Provinsi Papua Tahun 2009

Lanjutan : Tabel IV.24 : Kebutuhan Energi Listrik di Provinsi Papua 2010-2030

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-98


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Kebutuhan Listrik Untuk Fasilitas Umum (watt)  


No Kabupaten/kota
2010 2015 2020 2025 2030  
1 2 3 4 5 6 7  
11,211,07 13,592,28 16,359,33
1 Merauke 0 12,254,450 0 14,974,115 0  
14,832,15 16,840,91 18,844,60
2 Jayawijaya 5 15,746,705 5 17,889,105 5  
3 Jayapura 6,473,090 6,866,665 7,336,485 7,785,310 8,192,990  
11,296,54 12,571,26 13,756,47
4 Nabire 5 11,886,485 0 13,205,465 0  
5 Yapen Waropen 5,055,570 5,474,560 6,001,710 6,534,905 7,056,400  
6 Biak Numfor 7,103,980 7,601,100 8,208,850 8,805,290 9,366,565  
10,362,88
7 Paniai 7,976,020 8,507,785 9,152,585 9,779,705 5  
11,174,67
8 Puncak Jaya 7,986,290 8,652,735 9,491,950 10,342,085 0  
12,178,85 15,918,43
9 Mimika 9,326,590 10,536,500 5 13,981,890 5  
1 13,283,41
0 Boven Digoel 2,261,090 2,468,960 2,735,070 3,009,305 0  
1
1 Mappi 4,615,585 4,833,790 5,082,090 5,307,055 5,495,945  
1
2 Asmat 4,413,370 4,754,100 5,177,640 5,600,725 6,008,080  
1 11,716,12 13,845,58
3 Yahukimo 9,824,035 10,660,000 0 12,789,660 5  
1 6,717,03 7,795,06
4 Peg. Bintang 6,273,215 5 7,260,630 0 8,299,395  
1 3,534,63 4,424,94
5 Tolikara 3,202,550 5 3,968,250 0 4,893,135  
1 2,524,21 3,153,80
6 Sarmi 2,288,780 0 2,831,075 0 3,484,130  
1 3,398,33 5,001,23
7 Keerom 2,886,130 0 4,136,665 0 5,996,315  
1 1,604,72 1,801,67
8 Waropen 1,518,725 0 1,706,185 0 1,886,755  
1
9 Supiori 821,730 827,190 837,135 851,955 870,480  
2 Kota Jayapura 14,307,08 16,944,65 19,870,63
0 5 15,476,760 5 18,426,135 0  
Kab. Mamberamo Raya
1,302,669 1,140,937 1,398,999  
21 1,030,348 1.263,396
Kab. Mamberamo Tengah
1,439,045 1,252,991 1,527,389  
22 1,134,873 1.383,404
Kab. Yalimo
1,213,569 957,056 1,056,667 1,288,072  
23 1.166,646
Kab. Lani Jaya
3,808,373 3,315,989 4,042,173  
24 3,003,394 3.661,120
Kab. Nduga
1,815,731 1,296,950 1,965,744  
25 1,296,950 1.296.950
Kab. Puncak
3,217,679 2,801,667 3,348,251  
26 2,537,556 3.093,266
Kab. Dogiyai
3,217,679 4,031,887 4,818,478  
27 3,651,804 4.451,528
Kab. Intan Jaya
1,847,391 1,608,543 1 ,922,358  
28 1,456,907 1.775,961
2 Kab. Deiyai
1,709,419 1,488,409 1,778,786  
9 1,348,097 1.643,323
JUMLAH 153,245,164 160,743,704 175,764,450 191,195,007 207,056,465  

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-99


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Sumber : Hasil Analisis Tim Penyusunan RTRW Provinsi Papua Tahun 2009

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-100


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Lanjutan : Tabel IV.24 : Kebutuhan Energi Listrik di Provinsi Papua 2010-2030


Kebutuhan Listrik Untuk Penerangan Jalan (watt)
No Kabupaten/kota
2010 2015 2020 2025 2030
1 2 13 14 15 16 17

1 Merauke 2,242,214 2,450,890 2,718,456 2,994,823 3,271,866


2 Jayawijaya 2,966,431 3,149,341 3,368,183 3,577,821 3,768,921
3 Jayapura 1,294,618 1,373,333 1,467,297 1,557,062 1,638,598
4 Nabire 2,259,309 2,377,297 2,514,252 2,641,093 2,751,294
5 Yapen Waropen 1,011,114 1,094,912 1,200,342 1,306,981 1,411,280
6 Biak Numfor 1,420,796 1,520,220 1,641,770 1,761,058 1,873,313
7 Paniai 1,595,204 1,701,557 1,830,517 1,955,941 2,072,577
8 Puncak Jaya 1,597,258 1,730,547 1,898,390 2,068,417 2,234,934
9 Mimika 1,865,318 2,107,300 2,435,771 2,796,378 3,183,687
10 Boven Digoel 452,218 493,792 547,014 601,861 656,682
11 Mappi 923,117 966,758 1,016,418 1,061,411 1,099,189
12 Asmat 882,674 950,820 1,035,528 1,120,145 1,201,616
13 Yahukimo 1,964,807 2,132,000 2,343,224 2,557,932 2,769,117
14 Peg. Bintang 1,254,643 1,343,407 1,452,126 1,559,012 1,659,879
15 Tolikara 640,510 706,927 793,650 884,988 978,627
16 Sarmi 457,756 504,842 566,215 630,760 696,826
17 Keerom 577,226 679,666 827,333 1,000,246 1,199,263
18 Waropen 303,745 320,944 341,237 360,334 377,351
19 Supiori 164,346 165,438 167,427 170,391 174,096
Kota Jayapura
20 2,861,417 3,095,352 3,388,931 3,685,227 3,974,126
21 Kab. Mamberamo Raya 186,096 206,070 228,187 252,679 279,800
22 Kab. Mamberamo Tengah 205,578 226,975 250,598 276,681 305,478
Kab. Yalimo 173,367 191,411 211,333 233,329 257,614
23
24 Kab. Lani Jaya 544,053 600,679 663,198 732,224 808,435
25 Kab. Nduga 259,390 259,390 259,390 259,390 393,149
26 Kab. Puncak 459,668 507,511 560,333 618,653 669,650
27 Kab. Dogiyai 459,668 730,361 806,377 890,306 963,696
Kab. Intan Jaya 263,913 291,381 321,709 355,192 384,472
28
29 Kab. Deiyai 244,203 269,619 297,682 328,665 355,757
JUMLAH 29,530,671 32,148,754 35,152,904 38,239,016 41,411,309

Sumber : Hasil Analisis Tim Penyusunan RTRW Provinsi Papua Tahun 2009

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-101


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

B. Rencana Transmisi Tenaga Listrik


Rencana pengembangan sistem jaringan listrik di Provinsi Papua dimaksudkan
untuk menunjang kegiatan sosial, ekonomi, pertahanan keamanan, dan pusat
permukiman. Pengembangan jaringan kelistrikan diselaraskan dengan
pengembangan pusat perkotaan, pusat produksi, dan pusat distribusi sesuai
dengan kebutuhan dan tingkat perkembangannya yang mengacu pada RTRWN.

Pelayanan sistem jaringan kelistrikan merupakan salah satu program yang


bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Rencana penyediaan
kebutuhan listrik, selain untuk meningkatkan ketersediaan listrik, juga untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat sehingga dapat membantu
kegiatan sosial dan pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua.

Dalam RTRWN, pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik dengan kriteria:


a. Mendukung ketersediaan pasokan tenaga listrik untuk kepentingan umum di
kawasan perkotaan hingga perdesaan;
b. Mendukung pengembangan kawasan perdesaan, pulau-pulau kecil, dan
kawasan terisolasi;
c. Melintasi kawasan permukiman, wilayah sungai, laut, hutan, persawahan,
perkebunan, dan jalur transportasi;
d. Berada pada lokasi yang aman terhadap kegiatan lain dengan memperhatikan
persyaratan ruang bebas dan jarak aman;
e. Merupakan media penyaluran tenaga listrik adalah kawat saluran udara, kabel
bawah laut, dan kabel bawah tanah; dan
f. Menyalurkan tenaga listrik berkapasitas besar dengan tegangan nominal lebih
dari 35 (tiga puluh lima) kilo Volt.

Di Provinsi Papua akan dikembangkan jaringan transmisi tenaga listrik, yang


dikembangkan untuk menyalurkan tenaga listrik antar sistem yang menggunakan
kawat saluran udara dengan kemampuan 200 MW.

Dalam RTRWN, pembangkit tenaga listrik ditetapkan dengan kriteria:


a. Mendukung ketersediaan pasokan tenaga listrik untuk kepentingan umum di
kawasan perkotaan, perdesaan hingga kawasan terisolasi;
b. Mendukung pengembangan kawasan perdesaan, pulau-pulau kecil, dan
kawasan terisolasi;
c. Mendukung pemanfaatan teknologi baru untuk menghasilkan sumber energi
yang mampu mengurangi ketergantungan terhadap energi tak terbarukan;

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-102


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

d. Berada pada kawasan dan/atau di luar kawasan yang memiliki potensi sumber
daya energi; dan
e. Berada pada lokasi yang aman terhadap kegiatan lain dengan memperhatikan
jarak bebas dan jarak aman.

Rencana pengembangan jaringan dan pelayanan listrik untuk memenuhi


kebutuhan masyarakat Provinsi Papua adalah dalam bentuk :
a. Peningkatan dan penambahan kapasitas daya listrik yang ada saat ini untuk
mengantisipasi meningkatnya kebutuhan listrik pada masa mendatang, baik
kebutuhan listrik rumah tangga (domestik) maupun kebutuhan listrik non
domestik (sarana umum, seperti: industri, perkantoran; penerangan jalan
umum; dan fungsi lainnya);
b. Sedapat mungkin meminimalkan jumlah gangguan serta meningkatkan
pelayanannya.
c. Mempercepat dan mempermudah prosedur permohonan berlangganan bagi
masyarakat, terutama bagi masyarakat di perdesaan yang belum terlayani
jaringan listrik PLN;

Pengembangan kebutuhan listrik Provinsi Papua 20 (dua puluh) tahun kedepan


baik yang sudah ada maupun direncanakan oleh Pemerintah Daerah, swasta,
PLN maupun bantuan dari Pemerintah Pusat meliputi:

(1) Pengembangan PLTA Urumuka yang berada di Kabupaten Mimika yang


dapat membangkitkan listrik sebesar 336 MW dengan sistem
pengengembangan SUTET yang dapat memenuhi kebutuhan PT Freport
Indonesia Wilayah Kabupaten Kabupaten Mimika, Paniai, Deyai dan Dogiyai
(2) Pengembangan PLTA Mamberamo yang berada di Kabupaten Mamberamo
Raya yang dapat membangkitkan listrik sebesar 9.932 MW dengan
pengembangan SUTET yang dapat melayani Kabupaten Mamberamo Raya,
Sarmi, Keerom, Nabire, Waropen, Jayapura dan Kota Jayapura
(3) Pengembangan PLTA Digoel yang berada di Kabupaten Boven Digoel dapat
membangkitkan listrik sebesar 1.522 MW dengan pengembangan SUTET
yang dapat melayani Kabupaten Boven Digoel, Mappi dan Kabupaten
Merauke
(4) Pengembangan PLTA Lorentz yang berada di Kabupaten Jayawijaya dapat
membangkitkan listrik sebesar 232 MW dengan pengembangan SUTET

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-103


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

yang dapat melayani Kabupaten Pegunungan Tengah yakni Kabupaten


Jayawijaya, Tolikara, Lanny Jaya, Yalimo, Nduga dan Puncak Jaya.
(5) Pengembangan Energi Listrik Tenaga Diesel.

Pesatnya perkembangan penduduk dan aktivitas sosial ekonomi yang ada, dan
ketentuan Rencana Struktur Ruang yang dituju, maka penyediaan energi listrik di
Provinsi Papua diarahkan untuk dapat lebih meningkatkan pertumbuhan wilayah
di Provinsi Papua terutama di wilayah Pegunungan Tengah, Kabupaten Boven
Digoel, Mappi, Asmat, Supiori, Waropen, Dogiyai, Deiyai, Intan Jaya, Puncak
Jaya, Puncak, Mamberamo Tengah dan Sarmi yang selama ini relatif masih
belum memperoleh pelayanan energi yang memadai dibandingkan daerah
lainnya. Wilayah prospektif untuk penyediaan listrik permukiman di Provinsi
Papua meliputi Kota dan Kabupaten Jayapura, Keerom, Merauke, Biak Numfor,
Nabire, Wamena dan Mimika, sehingga wilayah ini menjadi wilayah prioritas bagi
peningkatan pelayanan prasarana energi. Sementara itu di wilayah yang terisolasi
dalam rangka pemerataan pembangunan, di mana prasarana energi merupakan
kebutuhan yang harus dapat terpenuhi di berbagai wilayah, maka perlu adanya
penambahan jaringan prasarana energi untuk setiap tahun perlu dilakukan
penyesuaian untuk 20 tahun yang akan datang.

Energi listrik merupakan sumber energi utama bagi suatu kota dan wilayah untuk
mengaktifkan kegiatan-kegiatan produktif. Pengembangan sistem energi listrik
dengan tingkat pemakaian daya listrik yang terus bertambah dengan
penambahan energi listrik dan perluasan jaringan listrik. Sistem jaringan yang
dipakai adalah sistem bentangan udara dengan pemakaian tiang beton yang
berjarak 50 meter antar tiang dan dilengkapi trafo pengendali. Penempatan
jaringan pada ruang milik jalan di sepanjang jaringan jalan untuk memudahkan
sistem pengendalian dan keterpaduan perletakan infrastruktur.

4.2.3. Sistem Jaringan Telekomunikasi

Interkoneksi antar pusat kegiatan antar wilayah di Provinsi Papua maupun


dengan wilayah luar sangat memerlukan dukungan sistem komunikasi dan akses
informasi, dengan menggunakan sistem konvensional dengan kabel maupun
sistem nir-kabel. Untuk mendukung sistem interkoneksi tersebut diarahkan
pengembangan jaringan kabel telepon mengikuti pola jalan, sedangkan sistem
telekomunikasi nir-kabel yang memanfaatkan sistem satelit dan didukung dengan

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-104


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

menara-menara penerima dan pemancar yang ditempatkan pada bukit-bukit di


dekat ibukota provinsi dan ibukota kabupaten.

Adapun arahan pengembangan sistem prasarana telekomunikasi di Provinsi


Papua dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Mempertahankan dan memelihara jaringan telekomunikasi melalui integrasi
dengan sistem komunikasi lain dan dengan sistem permukiman.
2. Mengembangkan jaringan komunikasi dengan cara :
a. Mengembangkan prasarana dan sarana telekomunikasi untuk
meningkatkan keterkaitan antar wilayah di Provinsi Papua
b. Mengembangkan jaringan telekomunikasi sampai ke desa-desa terutama
Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) dalam rangka meningkatkan keterkaitan
kota-desa.
3. Mengembangkan jaringan telekomunikasi untuk mendukung pengembangan
kota-kota dan kawasan-kawasan prioritas.

Rencana pembangunan sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud


antara lain:
a. Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi untuk melayani PKN, PKW,
PKSN, PKL dan kawasan strategis di Provinsi Papua untuk meningkatkan
kemudahan pelayanan telekomunikasi bagi dunia usaha dan masyarakat.
b. Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi pada kawasan yang tersebar
dan terpencil baik di dataran maupun pulau-pulau kecil di Provinsi Papua,
sehingga komunikasi tetap berjalan, utamanya pada kawasan perbatasan dan
kawasan prioritas.
c. Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan satelit dalam mendorong
pengembangan sistem prasarana telekomunikasi.
d. Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi untuk mengantisipasi
terjadinya bencana alam.

Kawasan pengembangan/peningkatan pelayanan sistem jaringan telekomunikasi


meliputi:
o Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yaitu Kota Jayapura dan Timika;
o Pusat Kegiatan Wilayah (PKW),
o Pusat Kegiatan Lingkungan (PKL)
o Kota-kota kecamatan;
o Kawasan permukiman;

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-105


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

o Kawasan perdagangan jasa, industri dan pertambangan.

Secara umum rencana pengembangan sistem telekomunikasi untuk Papua


diterapkan dengan jaringan mikro digital yang melintasi seluruh kabupaten/kota di
Provinsi Papua.

4.2.4. Sistem Jaringan Sumberdaya Air

A. Sistem Jaringan Air Baku


Pengembangan sistem sumber daya air di Provinsi Papua sangat potensial.
Potensi sumber air baku di Provinsi Papua sebanyak 170 DAS yang melintas
negara sebanyak 5 DAS dan yang melintas Provinsi Papua sebanyak 3 DAS.
Saat ini wilayah sungai yang telah diidentifikasi potensi ketersediaan air sebanyak
396 sungai dengan kapasitas mencapai 20.464.018 m3/s per tahun dengan sisa
cadangan 8.141.322 m3/s, sedangkan yang belum diidentifikasi sebanyak 96
sungai, yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari rumah
tangga, proses industri, pertanian, dan sebagainya.

Pola Pengelolaan SDA adalah kerangka dasar dalam merencanakan,


melaksanakan, memantau dan mengevaluasi kegiatan konservasi SDA,
pendayagunaan SDA dan pengendalian daya rusak air.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11A/PRT/M2006


tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai, Pengelolaan Sumber Daya Air
dilaksanakan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan wewenang
dan tanggung jawabnya berdasarkan penetapan wilayah sungai. Adapun
Wilayah sungai di Wilayah Provinsi Papua disajikan pada Tabel IV.25.

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-106


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Tabel IV. 25 : Wilayah Sungai Sebagai Sumber Air Baku Provinsi Papua

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-107


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Karakteristik
Panjang Catchments Debit
No. Nama Sungai / Lokasi Kabupaten Nama DAS
sungai Area (m3/s)
km km2
MAMBERAMO HILIR
1 Mamberamo 268.500 76,989.000 1,488.348 Waropen, Sarmi
2 Mem1 94.820 951.100 49.196 Waropen, Sarmi
3 Manesi 40.100 506.500 46.616 Waropen, Sarmi
4 Gesa6 61.766 426.300 36.510 Waropen, Sarmi
5 Mem4 61.890 388.100 23.776 Waropen, Sarmi
6 Taborissi 21.800 167.200 20.370 Waropen, Sarmi
7 Mem3 18.730 184.400 14.137 Waropen, Sarmi
8 IDOMBA 21.036 127.000 13.491 Waropen, Sarmi
9 WAREMBARI 28.850 129.600 13.242 Waropen, Sarmi
10 Mem2 22.220 151.100 11.589 Waropen, Sarmi
11 Apiri 9.855 44.770 5.668 Waropen, Sarmi
12 Matabari 10.890 34.090 4.742 Waropen, Sarmi
TURITATU HILIR
13 Taritatu 484.769 44,151.600 911.312 Tolikara, Sarmi
14 Taritatu2 103.074 1,427.000 74.630 Tolikara, Sarmi
15 Taritatu3 150.483 1,479.000 73.593 Tolikara, Sarmi
16 Taritatu1 50.300 815.300 50.345 Tolikara, Sarmi
TURIKU HILIR
17 Tariku3 73.846 1,057.000 77.791 Waropen, Sarmi
18 Tariku2 109.215 1,122.000 78.190 Waropen, Sarmi
19 Tariku1 141.879 2,101.000 128.823 Waropen, Sarmi
20 Tariku4 121.180 1,428.700 94.843 Waropen, Sarmi
21 Tariku6 71.666 584.400 46.873 Waropen, Sarmi
22 Tariku5 60.390 527.100 43.719 Waropen, Sarmi
23 Damar2 65.708 1,176.000 74.242 Paniai
24 Tariku1a 24.120 348.200 24.133 Waropen, Sarmi
25 Tariku 235.160 26,429.400 667.847 Waropen, Sarmi
26 Tariku4a 26.930 138.600 11.368 Waropen, Sarmi
APAUWER
27 Iramuar 19.260 124.000 14.556 sarmi
28 Appuvar 233.330 2,874.000 217.400 Sarmi
WIRU
29 Wiru 117.274 1,953.000 117.932 Sarmi, Jayapura
30 wiru1 37.840 541.800 42.404 Sarmi, Jayapura
VERKUME
31 Muwar 61.374 880.100 89.658 Sarmi
32 Verkam 87.610 837.100 82.380 sarmi
33 Verkam1a 6.814 128.300 16.235 sarmi
BIRI
34 Biri 116.087 2,173.000 142.385 Sarmi, Jayapura
SERMO
35 Sermoif 113.113 1,296.000 83.786 Sarmi, Jayapura
36 Moaif 38.753 303.200 26.987 Sarmi, Jayapura
TOR
37 Tor 129.863 2,097.000 164.060 Sarmi
38 Bier Sarmi
39 Unk Sarmi
40 Bulianang 61.727 475.600 50.519 Sarmi
41 Verkam1 52.700 581.000 48.717 Sarmi

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-108


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Lanjutan…….
DIGUL BARAT
90 Digul_d 71.990 1,196.000 65.191 Boven Digoel, Peg. Bintang
91 Digul_a 46.570 711.200 43.942 Boven Digul, Peg. Bintang
92 Digul_c 40.070 402.000 22.552 Boven Digul, Peg. Bintang
93 Digul_b 37.380 180.700 11.193 Boven Digul, Peg. Bintang
EIN HILIR
94 KUIS Mappi, Asmat
95 PEGEE Mappi, Asmat
96 CAMBIL Mappi, Asmat
97 Pirir Mappi, Asmat
98 Kumir Mappi, Asmat
99 Yimo Mappi, Asmat
100 Kohgar Mappi, Asmat
101 Surets1 10.110 47.350 2.683 Mappi, Asmat
102 Jiwe1 19.080 61.990 3.059 Mappi, Asmat
103 Juliani 16.820 76.580 3.770 Mappi, Asmat
104 Doyusi1 12.740 77.710 3.948 Mappi, Asmat
105 Kampong2 21.060 107.000 5.301 Mappi, Asmat
106 Jiwe2 9.251 104.900 5.389 Mappi, Asmat
107 Kampong2a 24.070 237.600 10.691 Mappi, Asmat
108 Kampong2a 24.070 237.600 10.691 Mappi, Asmat
109 Emogan 53.560 560.000 20.687 Mappi, Asmat
110 Mapi 47.470 445.500 20.936 Mappi, Asmat
111 Pulau/Baliem/Vriedschaps 569.390 34,940.000 616.363 Mappi, Asmat
112 Eilanden/Bets 276.838 16,660.000 457.354 Mappi, Asmat
113 Kampong 210.439 4,785.000 140.861 Mappi, Asmat
114 Surets 71.700 1,727.000 60.504 Mappi, Asmat
115 Jiwe 80.090 925.000 37.448 Mappi, Asmat
116 Doyusi 143.030 1,095.000 30.874 Mappi, Asmat
117 Kroankel 80.548 835.700 26.200 Mappi, Asmat
118 Eilanden6 51.040 414.900 23.072 Mappi, Asmat
119 Faretsj 43.280 520.200 21.871 Mappi, Asmat
120 Kampong1 44.980 413.600 16.208 Mappi, Asmat
121 Fayit 62.550 423.100 14.489 Mappi, Asmat
122 Menya 30.740 323.900 13.670 Mappi, Asmat
123 Yeica 53.602 295.800 11.113 Mappi, Asmat
EIN HULU
124 Steenboom1 28.330 191.400 10.848 Mappi, Asmat, Peg. Bintang,
125 Kalff/Koltt (a) 31.680 201.800 Yahukimo
11.225 Mappi, Asmat, Peg. Bintang,
126 Eilanden3 56.010 488.500 Yahukimo
21.806 Mappi, Asmat, Peg. Bintang,
127 Eilanden1 29.700 448.600 Yahukimo
21.802 Mappi, Asmat, Peg. Bintang,
128 Eilanden2 50.680 372.500 Yahukimo
18.872 Mappi, Asmat, Peg. Bintang,
129 Kalff/Koltt (a) 140.800 812.800 Yahukimo
46.729 Mappi, Asmat, Peg. Bintang,
130 Steenboom 158.496 2,730.000 Yahukimo
139.727 Mappi, Asmat, Peg. Bintang,
131 Eilanden3a 14.190 92.120 Yahukimo
5.782 Mappi, Asmat, Peg. Bintang,
132 Modera Yahukimo
Mappi, Asmat, Peg. Bintang,
Yahukimo WAPOGA
133 Derewo5 12.732 117.900 10.995 Nabire, Paniai, Waropen
134 Wapoga 214.242 5,096.000 362.564 Nabire, Paniai, Waropen
135 Derewo 304.338 5,279.000 267.640 Nabire, Paniai, Waropen
136 Derewo1 29.810 112.400 9.531 Nabire, Paniai, Waropen
137 Derewo2 9.297 31.840 3.069 Nabire, Paniai, Waropen
138 Derewo3 3.974 Nabire, Paniai, Waropen
139 Wanasamu Nabire, Paniai, Waropen

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-109


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Lanjutan…….
SOBGER
140 Air 170.977 8,221.000 360.130 Peg. Bintang
141 Taritatu9 266.176 9,015.900 305.340 Peg. Bintang
142 Pelvelt/Pauwasi 39.712 4,273.900 278.010 Peg. Bintang
143 Sobger 188.861 3,255.000 206.053 Peg. Bintang
144 Songgolo 131.199 3,408.000 190.774 Peg. Bintang
145 Taritatu13 140.493 2,501.000 125.040 Peg. Bintang
146 Song1 88.930 1,369.000 93.090 Peg. Bintang
147 Taritatu16 66.830 1,151.000 70.940 Peg. Bintang
148 Taritatu15 62.002 1,044.000 65.851 Peg. Bintang
149 Taritatu14 57.160 536.200 37.435 Peg. Bintang
150 Taritatu17 49.829 399.800 29.438 Peg. Bintang
TURITATU TENGAH
151 Taritatu8 37.450 505.300 34.443 Tolikara, Jayawijaya
152 Taritatu11 43.562 6,795.000 275.257 Tolikara, Jayawijaya
153 Habifuria 157.886 6,173.000 219.039 Tolikara, Jayawijaya
154 Taritatu5 114.965 2,586.000 121.368 Tolikara, Jayawijaya
155 Taritatu4 148.737 2,431.000 111.855 Tolikara, Jayawijaya
156 Taritatu7 43.210 778.900 49.273 Tolikara, Jayawijaya
157 Taritatu10 65.984 475.800 30.587 Tolikara, Jayawijaya
158 Taritatu6 30.880 387.400 27.925 Tolikara, Jayawijaya
159 Taritatu12 19.630 180.300 20.968 Tolikara, Jayawijaya
BIGADU
160 Rouf1 32.720 316.900 23.242 Puncak Paya
161 Bigabu 152.100 6,346.000 245.581 Puncak Paya
162 Rouffaer 114.900 2,375.000 113.066 Puncak Paya
163 Yam 15.780 65.630 6.124 Puncak Paya
SIROWO
164 Siriwo 150.915 4,013.000 233.590 Nabire, Paniai
TURIKU HULU
165 Damar1a 10.410 58.410 6.762 Paniai
166 Damar 61.766 4,855.000 231.548 Paniai
167 Nabuaba 92.390 2,043.000 102.266 Paniai
168 Damar1 64.623 969.200 66.400 Paniai
MARO
169 Merauke/Maro 382.979 6,220.000 211.030 Merauke
170 Uruci 58.383 1,925.700 68.460 Merauke
171 Derire 37.870 722.000 31.249 Merauke
172 Tap 40.162 717.700 30.875 Merauke
173 Tap1 21.490 172.000 9.450 Merauke
174 Derire1 18.920 151.600 8.563 Merauke
175 Pangbabob Merauke
176 Samyatum Merauke
177 Tamapu Merauke
178 Kura Merauke
179 Yamke Merauke
TAMI
180 Tami 108.875 3,409.100 179.842 Kota Jayapura, kab. Jayapura,
181 Sekamto 69.615 1,790.700 110.811 keerom
Kota Jayapura, kab. Jayapura,
182 Senggrum 49.578 858.100 61.704 keerom
Kota Jayapura, kab. Jayapura,
183 Arso 78.560 832.400 56.961 keerom
Kota Jayapura, kab. Jayapura,
184 Tami_a 13.700 125.100 10.879 keerom
Kota Jayapura, kab. Jayapura,
185 Entrop keerom
Kota Jayapura, kab. Jayapura,
keerom

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-110


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Lanjutan…….
186 Siborgonyi Kota Jayapura, kab. Jayapura,
187 Aryoko keerom
Kota Jayapura, kab. Jayapura,
188 Dok keerom
Kota Jayapura, kab. Jayapura,
189 Acai keerom
Kota Jayapura, kab. Jayapura,
190 Kampwolker keerom
Kota Jayapura, kab. Jayapura,
191 Abiao keerom
Kota Jayapura, kab. Jayapura,
192 Pay keerom
Kota Jayapura, kab. Jayapura,
193 Doyobaru keerom
Kota Jayapura, kab. Jayapura,
194 Amai keerom
Kota Jayapura, kab. Jayapura,
195 Japuri keerom
Kota Jayapura, kab. Jayapura,
196 Mosso keerom
Kota Jayapura, kab. Jayapura,
197 Maru keerom
Kota Jayapura, kab. Jayapura,
198 Nimbu keerom
Kota Jayapura, kab. Jayapura,
199 Bewani keerom
Kota Jayapura, kab. Jayapura,
200 Joas keerom
Kota Jayapura, kab. Jayapura,
201 Dosay keerom
Kota Jayapura, kab. Jayapura,
202 Gou keerom
Kota Jayapura, kab. Jayapura,
203 Aso keerom
Kota Jayapura, kab. Jayapura,
204 Sokuapa keerom
Kota Jayapura, kab. Jayapura,
205 Krawiton keerom
Kota Jayapura, kab. Jayapura,
206 Waske keerom
Kota Jayapura, kab. Jayapura,
207 Toarim keerom
Kota Jayapura, kab. Jayapura,
208 Kemiri keerom
Kota Jayapura, kab. Jayapura,
keerom OMBA
209 Urema 135.113 3,286.000 126.021 Kaimana, Nabire
210 Leng1 22.140 141.600 9.445 Kaimana, Nabire
YAWE
211 Mupuruka1 33.940 188.400 8.891 Mimika
212 Mupuruka 113.349 3,981.900 124.615 Mimika
LORENTZ
213 Lorentz 256.358 4,058.000 122.586 Asmat, Jayawijaya
214 Utumbuwe 137.410 2,287.000 73.265 Asmat, Jayawijaya
215 Reiger 115.286 859.200 38.863 Asmat, Jayawijaya
216 Vandersande 95.059 611.800 27.875 Asmat, Jayawijaya
217 Lorenz3 34.220 270.100 13.045 Asmat, Jayawijaya
218 Catalina1 50.130 312.000 12.663 Asmat, Jayawijaya
219 Lorenz3a 16.940 102.900 5.955 Asmat, Jayawijaya
220 Lorenz1 10.910 79.960 4.981 Asmat, Jayawijaya
221 Utumbuwe1 17.060 68.670 4.544 Asmat, Jayawijaya
222 Lorenz2 14.010 68.020 4.171 Asmat, Jayawijaya
223 Agats Asmat, Jayawijaya
KUMBE
224 Kumbe 262.015 3,282.000 117.225 Merauke
WANGGAR
225 Topo 19.780 192.700 13.831 Nabire
226 Jalu 29.568 219.500 14.822 Nabire
227 Wanggar 83.750 1,893.000 84.695 Nabire
228 Bumi 88.780 897.400 44.646 Nabire
229 Wami 71.093 757.700 32.819 Nabire
230 Surai 34.880 497.000 29.879 Nabire
231 Memi 33.499 318.900 20.343 Nabire
232 Dobumo Nabire

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-111


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Lanjutan…….
233 Kamorawa Nabire
234 Wai Rai Nabire
235 Sima Nabire
KAPIRAYA
236 Mapia / Edere 41.520 779.600 77.583 Mimika
237 Muppuru 53.000 1,819.000 71.011 Mimika
238 Kakau 26.740 262.300 31.527 Mimika
PETER
239 Darmonduide 280.087 3,795.000 77.110 Asmat, Jayawijaya
240 DM4 61.662 1,027.000 30.754 Asmat, Jayawijaya
241 DM1 31.510 452.000 16.368 Asmat, Jayawijaya
242 Le Cocp D' Armandville 95.445 413.200 16.046 Asmat, Jayawijaya
243 DM2 19.400 259.300 10.620 Asmat, Jayawijaya
244 DM3 39.000 216.200 8.326 Asmat, Jayawijaya
245 DM4b 26.700 184.100 7.539 Asmat, Jayawijaya
246 DM4a 21.830 152.500 6.518 Asmat, Jayawijaya
247 Hellwig/Barai 107.321 4,493.000 131.839 Asmat, Jayawijaya
OTOKWA
248 Mamoa1 15.350 106.000 3.887 Mimika
249 Otokwa1 21.670 195.300 6.259 Mimika
250 Otokwa 150.317 3,094.000 76.445 Mimika
SENTANI
251 Sentani 35.040 968.600 67.156 Jayapura
GRIME
252 Grime 110.725 1,050.000 62.072 Kota Jayapura, kab. Jayapura,
keerom BUNGA
253 Blumen/Bunga 215.946 2,072.000 58.059 jayawijaya, Mimika
254 Kastel Timur 161.162 1,265.000 31.750 jayawijaya, Mimika
255 Bunga1 14.340 90.200 4.115 jayawijaya, Mimika
256 Bunga2 6.335 29.870 1.628 jayawijaya, Mimika
VRIENDSCHAPS
257 Baliem_d2 6.136 11.930 0.819 Asmat Jayawija, Yahukimo
258 Andreu 74.710 1,561.000 57.091 Asmat Jayawija, Yahukimo
259 Andreu2 27.920 351.200 15.052 Asmat Jayawija, Yahukimo
260 Baliem_a 29.380 248.200 12.233 Asmat Jayawija, Yahukimo
261 Andreu1 35.700 285.900 12.197 Asmat Jayawija, Yahukimo
262 Eilanden7 43.590 190.200 9.760 Asmat Jayawija, Yahukimo
263 Catalina2 32.870 216.900 9.636 Asmat Jayawija, Yahukimo
264 Baliem_d 31.360 147.100 9.179 Asmat Jayawija, Yahukimo
265 Baliem_c 11.990 104.100 5.738 Asmat Jayawija, Yahukimo
266 Catalina3 11.090 78.110 4.348 Asmat Jayawija, Yahukimo
267 Baliem_d1 2.530 5.868 0.410 Asmat Jayawija, Yahukimo
268 Catalina 168.196 2,712.000 99.559 Asmat Jayawija, Yahukimo
BIAN
269 Bian 400.989 9,290.000 175.765 Merauke
270 Bian1 46.380 797.000 35.106 Merauke
271 Malo 3.505 Merauke
272 Bian2 4.410 Merauke
273 Eli1 14.130 Merauke
274 Bian4 24.260 86.420 4.997 Merauke
275 Bian3 16.610 116.700 6.865 Merauke
276 Eli 129.934 1,790.000 55.425 Merauke
KAMURA
277 Komura_a 118.525 2,187.600 53.003 Mimika

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-112


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Lanjutan…….
ROMBAK
278 Sanoringga 81.630 532.100 51.363 Waropen
279 Binatoba 46.440 322.100 35.345 Waropen
280 Dambo 30.910 320.100 29.451 Waropen
281 Waran Waropen
282 Sabia 30.180 153.800 20.866 Waropen
283 Boi 16.450 77.150 11.041 Waropen
284 Rombak 140.509 1,600.000 149.469 Waropen
NADUBUAI
285 Serami 95.564 905.500 63.761 Waropen
286 Barapasi 72.900 642.800 48.990 Waropen
287 Bara1/Kerema 54.144 422.900 35.231 Waropen
288 Nadubuai Waropen
BRAZZA
289 Baliem Barat 44.220 1,004.000 48.783 Mappi, Yahukimo
290 Eilanden4 38.780 284.700 14.166 Mappi, Yahukimo
291 Wamena 29.910 224.200 11.802 Mappi, Yahukimo
292 Teom 29.870 184.300 9.909 Mappi, Yahukimo
293 Brazza 218.643 2,105.000 96.684 Mappi, Yahukimo
294 Brazza1 36.940 138.000 7.838 Mappi, Yahukimo
295 Baliem-b 19.750 137.300 6.955 Mappi, Yahukimo
296 Brazza2 19.040 110.300 6.916 Mappi, Yahukimo
297 Brazza4 13.980 98.050 6.443 Mappi, Yahukimo
298 Mareli 27.460 676.800 31.430 Mappi, Yahukimo
299 Brazza3 16.740 81.660 5.338 Mappi, Yahukimo
PARONGGA
300 Maparwa Mimika
301 Tea 31.330 593.200 27.170 Mimika
YAWE
302 Wai Uta 61.296 1,272.000 48.628 Mimika
AKIMUGA
303 Akimeugah 158.855 1,624.000 45.861 Mimika
304 Atimatia 63.300 395.000 12.967 Mimika
305 Muras Besar 31.600 270.200 11.746 Mimika
306 Ipukwa 35.170 370.900 10.805 Mimika
MIMIKA
307 Kapare 85.067 1,485.000 45.747 Mimika
308 Yawei 75.725 821.400 40.028 Mimika
309 Mimika 110.298 989.400 33.596 Mimika
310 Karwarbeau 38.154 393.000 14.923 Mimika
311 Baupo 25.812 194.200 10.901 Mimika
312 Ukemupuko 34.677 181.800 8.852 Mimika
313 Kapare1 27.900 240.200 8.200 Mimika
314 Kapare2 38.247 207.000 6.922 Mimika
315 Mimika1 18.670 94.940 5.218 Mimika
316 Maakwe 23.160 63.070 3.547 Mimika
317 Idua Mimika
AIDOMA
318 Ain_a 3.474 6.202 0.306 Mimika
319 Buru1 4.000 8.667 0.417 Mimika
320 Ain_b 6.388 23.360 1.019 Mimika
321 Buru 6.063 11.530 0.826 Mimika
322 Aindua1 10.120 30.660 1.505 Mimika

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-113


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Lanjutan…….
323 Namarepi/Namaripi 19.578 87.480 4.815 Mimika
324 Aindua2 20.010 148.700 5.936 Mimika
325 Aindua 111.972 1,372.000 44.299 Mimika
326 Tapo1 44.860 422.000 20.844 Mimika
327 Potawae 28.120 173.300 7.901 Mimika
328 Taporamay 52.249 900.700 33.831 Mimika
MINAJERWI
329 Aikwa 90.150 1,410.000 43.488 Mimika
330 Minarjerwi 89.875 1,430.000 41.095 Mimika
331 Otomona 56.864 764.100 29.082 Mimika
332 Mauka 69.070 554.700 20.399 Mimika
333 Aimua 45.758 315.800 12.052 Mimika
334 Otomona1/Otomona timur 33.070 310.700 12.019 Mimika
335 Mina2/Aiwainoi 37.700 146.300 4.741 Mimika
336 Mina1/Tawana 26.110 123.100 4.235 Mimika
CEMARA
337 Cemara1 18.080 373.900 14.308 Mimika
338 Cemara 124.100 1,255.000 39.254 Mimika
339 Kastel Barat 138.220 927.500 29.947 Mimika
OTOKWA
340 Mamoa 109.097 1,112.000 34.759 Mimika
341 Seca/Setakwa 71.910 550.000 20.174 Mimika
NORDWEST
342 NW1 24.550 243.100 10.414 Asmat Jayawija
343 NW5 50.135 456.500 17.132 Asmat Jayawija
344 NW2 114.000 1,535.000 42.981 Asmat Jayawija
345 NW2c 39.760 230.500 9.387 Asmat Jayawija
346 NW5a 39.867 185.700 7.738 Asmat Jayawija
347 NW2a 21.670 187.600 8.386 Asmat Jayawija
348 NW2b 15.970 115.600 5.619 Asmat Jayawija
349 NW2d 24.130 99.430 4.669 Asmat Jayawija
350 NW3 17.260 89.410 4.408 Asmat Jayawija
351 NW4 21.308 76.310 3.720 Asmat Jayawija
352 NW3a 11.950 31.670 1.762 Asmat Jayawija
353 Steenkool Asmat Jayawija
354 Nordwest 243.790 4,582.000 127.840 Asmat, jayapura
ODAMUN
355 Yar1 12.080 Mappi
356 Odamun 96.890 2,416.000 67.008 Mappi
357 Mabur 15.310 2,314.200 62.462 Mappi
358 Uwamba 29.160 646.800 23.208 Mappi
359 Mayu 17.600 Mappi
360 Yar 15.090 Mappi
361 Bapai 78.230 1,431.000 40.801 Mappi
DOLOK
362 Kwantua/Kwantoa 8.311 1,130.600 38.302 Merauke
363 Cede 35.000 579.000 21.149 Merauke
364 Imence 17.963 408.800 15.757 Merauke
365 Korima 17.760 324.700 12.886 Merauke
366 SELEMIT 38.780 194.500 9.598 Merauke
367 Kinjaramora 17.963 130.200 5.248 Merauke
368 Korima1 23.520 102.000 4.908 Merauke
369 Cede1 16.900 82.430 4.200 Merauke

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-114


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Lanjutan…….
370 Bugeram 22.587 95.280 3.849 Merauke
371 Mangubab 12.980 42.510 1.989 Merauke
372 Muli 5.327 15.610 0.807 Merauke
373 Nambum 7.482 13.570 0.722 Merauke
374 Pece Merauke
375 Nuimbiran Merauke
376 Dombu Merauke
377 Bumaka Merauke
378 Koderau Merauke
379 Cudu Merauke
BULAKA
380 Wamal 20.117 289.700 11.182 Merauke
381 Mubke 18.492 436.500 18.467 Merauke
382 Puoige/Yoloki 29.790 376.800 15.814 Merauke
383 Kaut 24.901 190.300 7.414 Merauke
384 Damil 11.300 65.330 3.773 Merauke
385 Mauwekere 13.510 53.930 3.096 Merauke
386 Mubke1 10.650 44.450 2.254 Merauke
387 Menggan Merauke
388 Mob Merauke
389 Wilba Merauke
390 Dokaniem Merauke
391 Muikambur Merauke
392 Wilku Merauke
393 Wilangi Merauke
394 Wappau Merauke
395 Bulaka 202.500 4,961.000 147.040 Merauke
SIRIWO
396 Nabire Nabire Pania
397 Nab1 Nabire Pania
398 Nab2 Nabire Pania
399 Kimi Nabire Pania
400 Kimbo Nabire Pania
401 Kim1 Nabire Pania
402 Kim2 Nabire Pania
403 Bogre Nabire Pania
404 Musatro1 19.700 121.000 9.117 Nabire Pania
405 Tobai 64.011 242.800 20.366 Nabire Pania
406 Legare 50.620 540.800 37.222 Nabire Pania
407 Musatro 21.428 283.000 23.319 Nabire Pania
KUMBE
408 Suba Suba 38.400 483.900 31.303 Merauke
409 Jatun Merauke
PARANGGO
410 Wakia 29.564 230.000 11.897 mimika
411 Year 37.670 261.800 12.975 mimika
412 Aoruka 27.648 283.100 14.418 mimika
KAMURA
413 Iweka 79.287 460.200 17.214 Mimika
414 Wania 63.972 715.000 22.029 Mimika
415 Tuaba 59.086 599.100 21.942 Mimika
416 Wataikwa 60.503 337.100 13.236 Mimika
417 Komura_a 7.590 131.800 4.619 Mimika

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-115


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Lanjutan…….
MAPPI
418 Obaa/Oba 106.350 1,256.000 40.594 Mappi
419 Oba1 21.450 184.400 8.720 Mappi
420 Manggono 35.300 493.600 20.672 Mappi
421 Mappi_a 25.530 366.000 18.460 Mappi
422 Mappi/Fofi 336.350 5,296.000 116.413 Mappi
BIAK
423 Muuwar Biak Numford
424 Korido Biak Numford
425 Yosem Biak Numford
426 Wafudobi Biak Numford
427 Warboi Biak Numford
428 Wafar Biak Numford
429 Korem1 39.240 193.800 20.098 Biak Numford
430 Korim 16.580 121.100 13.886 Biak Numford
431 Wardo 17.220 111.400 12.817 Biak Numford
432 Surdori 11.230 40.850 5.357 Biak Numford
SOPIORI
433 Sopiori 2 11.628 37.400 6.062 Biak Numford
434 Waradokdo 14.646 66.790 11.877 Biak Numford
435 Sopiori 1 8.710 26.810 4.590 Biak Numford
436 Rasiwardori 6.544 21.260 3.515 Biak Numford
437 Waburdori 7.187 19.510 3.476 Biak Numford
438 Sopiori 5 5.556 17.170 3.173 Biak Numford
439 Mariodari 5.073 15.390 2.889 Biak Numford
440 Rusdori 5.719 12.620 2.771 Biak Numford
441 Kurido 3.708 10.410 2.059 Biak Numford
442 Sopiori 3 4.375 9.129 1.779 Biak Numford
443 Sopiori 4 2.976 6.761 1.391 Biak Numford
444 Sopiori 6 7.335 2.667 0.500 Biak Numford
YAPEN
445 S. Worui 10.060 30.600 4.142 Yapen
446 S. Dayari 10.490 31.000 4.172 Yapen
447 S. Waperai 8.048 30.500 4.239 Yapen
448 S. Wareroni 13.070 69.310 8.583 Yapen
449 S.Pemare 12.940 74.630 9.196 Yapen
450 S. Yobi 17.160 105.200 12.172 Yapen
451 S. Wardayani 22.820 182.600 19.362 Yapen
452 S. Tindaret 11.150 137.300 16.294 Yapen
453 S. Kaonda 9.850 57.250 7.439 Yapen
454 S. Karariri 11.220 55.840 7.160 Yapen
455 S.Waditawai 10.920 46.490 6.061 Yapen
456 S. Sumboi 9.741 41.690 5.551 Yapen
457 S. Buaya II 11.090 37.530 4.957 Yapen
458 S. Yuwawai 11.220 29.900 4.002 Yapen
459 S. Mariadei 5.501 25.380 3.728 Yapen
460 S. Asai 5.090 24.540 3.645 Yapen
461 S. Manoati 6.561 22.130 3.209 Yapen
462 S. Anotaure 7.160 20.930 3.013 Yapen
463 S. Dingin 7.274 20.550 2.956 Yapen
464 S. Wairu 4.754 18.880 2.866 Yapen
465 S. Wooi 6.344 18.720 2.749 Yapen
466 S. Randawaya 7.034 18.000 2.616 Yapen

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-116


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Lanjutan…….

467 S. Marau 6.416 17.720 2.606 Yapen


468 S. Tamuma 6.678 17.610 2.578 Yapen
469 S. Kanaka 6.007 17.100 2.538 Yapen
470 S. Sasawa 4.776 15.260 2.339 Yapen
471 S. Wed 6.519 15.730 2.322 Yapen
472 S. Abondeni 5.230 15.000 2.277 Yapen
473 S. Poom 4.901 13.400 2.059 Yapen
474 S. Aromarae 7.647 12.850 1.878 Yapen
475 S,. Mandemoain 7.134 11.150 1.652 Yapen
476 S. Kairawi 4.030 10.090 1.604 Yapen
477 S. Impui 6.343 9.495 1.434 Yapen
478 S. Awado 3.392 8.038 1.314 Yapen
479 S. Borai 3.724 7.352 1.191 Yapen
480 S. Mananoani 2.548 2.860 0.492 Yapen
481 S. Konoapi 2.168 2.385 0.418 Yapen
482 S. Katiri 1.976 1.769 0.313 Yapen
GESA
483 Gesa1 15.328 68.220 8.302 Waropen
484 Bara2 15.411 112.800 12.566 Waropen
485 Gesa3 5.462 21.490 3.189 Waropen
486 Gesa2 5.276 18.810 2.822 Waropen
487 Gesa Cabang/Rapamai 109.938 716.700 64.714 Waropen
488 Gesa5/Tamakuri 29.437 402.000 37.821 Waropen
489 Gesa Induk 189.811 3,043.000 170.816 Waropen
490 Gesa4/Anasi 87.316 1,168.000 83.699 Waropen
Sumber : Dinas PU Provinsi Papua dan Hasil Analisis Tim Penyusunan RTRWP Papua Tahun 2009

Beberapa arahan yang perlu dilakukan dalam pengelolaan berbagai wilayah


sungai tersebut adalah:
1. Pembagian peran yang tegas dalam pengelolaan sumber daya air di antara
Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota sesuai
dengan kewenangan masing-masing;
2. Konservasi kawasan di bagian hulu dan tengah aliran sungai;
3. Perlindungan kawasan yang berfungsi menampung limpasan air di bagian
hilir;
4. Perlindungan sempadan sungai, kawasan sekitar danau dan waduk, serta
kawasan sekitar mata air dari kegiatan yang berpotensi merusak kualitas air;
5. Pemulihan fungsi hidrologis yang telah menurun akibat kegiatan budi daya di
kawasan resapan air, sempadan sungai, kawasan sekitar danau, dan waduk,
serta kawasan sekitar mata air;

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-117


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

6. Pengaturan pemanfaatan ruang untuk kegiatan budidaya dalam rangka


pencegahan erosi dan pencemaran air;
7. Pengendalian penggunan air dari eksloitasi secara besar-besaran;
8. Pengaturan pemanfaatan sumber daya air untuk berbagai kegiatan budidaya
secara seimbang dengan memperhatikan tingkat ketersediaan dan kebutuhan
sumber daya air;
9. Pengendalian daya rusak air untuk melindungi masyarakat, kegiatan
budidaya, serta prasarana dan sarana penunjang perikehidupan manusia;
10. Pengembangan sistem prasarana sumber daya air yang selaras dengan
pengembangan sistem pusat permukiman, kawasan budidaya, dan kawasan
lindung; dan pengembangan sistem prasarana sumber daya air untuk
mendukung sentra produksi pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan
pangan nasional

Selain itu sumber daya air permukaan lainnya adalah Danau Sentani di
Kabupaten Jayapura, Danau Paniai dan Danau Tigi di Kabupaten Paniai.

Untuk mewujudkan keseimbangan ketersediaan air pada musim hujan dan


kemarau serta meningkatkan dan mempertahankan jaringan irigasi yang ada
dalam rangka ketahanan pangan, pengembangan sistem sumber daya air
melalui program pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa dan air
baku dilaksanakan dengan kegiatan :
o Pembangunan waduk untuk menyediakan air baku serta konservasi sumber
air.
o Pemanfaatan sumber air baku alternatif yaitu air bawah permukaan.
o Pembangunan prasarana pengendali banjir.
o Pembangunan dan pemeliharaan jaringan irigasi.
o Pembangunan jaringan air bersih
o Normalisasi saluran sungai
o Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air
o Rehabilitasi dan pemeliharaan bantaran dan tanggul sungai
o Pembangunan sarana pengamanan pantai dan pemecah ombak.

Pentingnya pengembangan sistem sumber daya air di Provinsi Papua tidak boleh
terlepas dari prinsip utama pengelolaan sumberdaya air adalah pengelolaan
wilayah sungai yang meliputi:

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-118


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

a. Pemeliharaan daerah hulu sungai melalui langkah-langkah pelestarian


kawasan, pengamanan kawasan penyangga, pelestarian dan pengamanan
sumber air, pencegahan erosi, serta pencegahan pencemaran air.
b. Pengamanan daerah tengah sungai melalui langkah-langkah pelestarian air,
pengembangan irigasi, penyediaan air baku, pelestarian air pada badan
sungai, dan pencegahan banjir.
c. Pemeliharaan daerah hilir sungai melalui langkah-langkah pengembangan
irigasi, penyediaan air baku, pengendalian banjir, pelaksanaan sistem
drainase, pengendalian air bawah tanah, pencegahan pencemaran air, dan
pengamanan daerah pantai.

B. Sistem Jaringan Irigasi


Pemenuhan kebutuhan irigasi diarahkan pada upaya membantu percepatan
peningkatan produksi dan produktivitas lahan pertanian khususnya pertanian
lahan basah (sawah) dan lahan kering potensial untuk dikembangkan dalam skala
yang relatif besar.

Secara khusus pengembangan jaringan irigasi ditujukan untuk mendukung


percepatan swasembada pangan beras yang diharapkan dapat dicapai, bahkan
lebih jauh dapat membantu menopang ketahanan pangan nasional yang semakin
hari cenderung semakin melemah diakibatkan terutama oleh terjadinya konversi
lahan produktif sekaligus peluang tersebut.

Di wilayah Provinsi Papua terdapat beberapa macam pengembangan area


yang berpotensi menghasilkan padi maupun palawija dan area tersebut
dikelompokkan menjadi 5 macam:

o Wilayah irigasi skala besar yaitu suatu area yang mempunyai jaringan irigasi
dengan pengaliran air sistem grafitasi serta di bawah pengelolaan dan
inventarisasi pemerintah.

o Wilayah irigasi skala kecil yang disebut irigasi desa yaitu suatu area yang
relatif kecil (500 ha) mempunyai jaringan irigasi dengan pengaliran air
sistem gravitasi dan di bawah pengeloaan masyarakat.

o Wilayah irigasi skala kecil yang memakai air dari sumur bor atau irigasi air
tanah untuk kebutuhan air tanamannya.

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-119


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

o Wilayah irigasi yang menggunakan air dari sungai dengan cara dipompa.
Irigasi jenis ini dikembangkan secara sederhana oleh petani secara mandiri.
Pada umumnya pompa tersebut milik petani atau diperoleh dari sewa.
o Suatu wilayah yang mengandalkan air hujan semata.

Luas jaringan irigasi di Provinsi Papua sekitar 5.979 ha yang tersebar di Kota
Jayapura, Kabupaten Jayapura, Keerom, Nabire, dan Jayawijaya. Sedangkan
potensi pengembangan iragasi di Provinsi Papua diarahkan pada sentra produksi
pertanian seperti padi dan palawija khususnya Kota Jayapura, Kabupaten Nabire,
Keerom, Jayawijaya, dan Merauke yang direncanakan sebagai lumbung pangan
nasional, sedangkan untuk palawijaya dikembangkan dengan sistem air tanah
atau pompanisasi

Rencana pengembangan jaringan irigasi Provinsi Papua sampai tahun 2030


dapat dilihat pada tabel IV.26.

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-120


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Tabel IV.26 : Potensi Pengembangan Irigasi Provinsi Papua Tahun 2010- 2030

Uraian
Luas Potensial
No Nama Daerah Irigasi Sawah Kolam Hutan Lain-Lain Keterangan
(Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha)
Kabupaten Nabire
1 DI. Kalibumi 6400 Irigasi Teknis
4400 1500 1230.3 1669.7
2000 1500 500
2 DI. Legare 1150 1000 112.5 37.5 Irigasi Teknis
3 DI. Maidey 1000 452 411 137 Irigasi Teknis
4 DI. Topo 1850 1387.5 462.5
5 DI. Wanggar 2300 1725 575
6 DI. Yaro 1000 750 250

Kota Jayapura
1 DI. Koya 4000 1836 950 450 764 Irigasi Teknis

Kabupaten Jayapura
1 DI. Lereh 2100 80 10 1700 310 Irigasi Teknis
2 DI. Besum 950 400 200 250 Irigasi Teknis
3 DI. Nimbokrang 900 380 15 315 110 Irigasi Teknis
4 DI. Sentani 10
5 DI. Dosay 10
6 DI. Kertosari 5
Kabupaten Keerom
1 DI. Arso V 20 Irigasi Teknis
2 DI. Arso PIR 4 300 100 200 Sederhana

Kabupaten Sarmi
1 DI. SP.V Bonggo 20 20

Kabupaten Jayawijaya
1 DI. Pugima 40 6 34 Irigasi Teknis
2 DI. Honaylama 10 10
3 DI. Tulem 129 65 64 Irigasi Teknis
4 DI. Muai 759 50 709 Irigasi Teknis
5 DI. Delakama 48 22 26 Irigasi Teknis
6 DI. Perabaga 49 18 31 Irigasi Teknis
7 DI. Muliama 21 10 11 Irigasi Teknis
8 DI. Waima 40 40
9 DI. Usilimo 33 10 23 Irigasi Teknis
10 DI. Pikhe 26 26
11 DI. Siepkosi 68 30 38 Irigasi Teknis
12 DI. Kurulu 13 13
13 DI. Bambak 147 20 127 Irigasi Teknis
14 DI. Asailega 50 50

Kabupaten Merauke
TOTAL RENCANA 29,848.00 5,979.00 975.00 9,981.30 6,287.70

Sumber : Dinas PU Provinsi Papua dan Analisis Tim Penyusun RTRWP Papua Tahun 2009

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-121


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Penyusunan perencanaan, kebijaksanaan dalam suatu sistem irigasi memerlukan


masukan baik yang berasal dari pemerintah maupun dari masyarakat tani untuk
memilih alternatife strategi system irigasi yang diperlukan yaitu:
o Pembangunan Jaringan Irigasi baru seperti jaringan irigasi yang
menggunakan bendung dan irigasi yang mengunakan waduk.
o Adalah rehabilitasi sarana irigasi yang telah ada.

Selanjutnya kisaran alternatif dapat berupa ukuran dari sistem irigasi yang akan
dibangun apakah yang diutamakan adalah jaringan-jaringan irigasi berukuran
kecil seperti sistem irigasi sederhana atau sistem irigasi berukuran sedang dan
ukuran besar.

Rehabilitasi sistem irigasi tidak hanya berarti mengembalikan fungsi irigasi seperti
yang direncanakan semula tetapi lebih ditujukan untuk meningkatkan
kemampuannya dalam rangka peningkatan produksi dan pendapatan masyarakat
tani. Rehabilitasi mempunyai implikasi terhadap pemanfaatan sumberdaya
setempat terutama tenaga kerja.

Konsep dasar pada perencanaan irigasi Provinsi Papua adalah:

1. Wilayah irigasi teknis: wilayah irigasi teknis yang sudah mengalami kerusakan,
akan dilakukan rehabilitasi bangunan sadap dan saluran serta melengkapi
prasarana dan sarana yang belum ada sehingga intensitas tanam dan
produktivitas lahan bisa ditingkatkan dengan mencukupi kebutuhan air
berdasarkan keseimbangan air.

2. Wilayah Irigasi Semi Teknis: meningkatkan menjadi irigasi teknis, dengan


sasaran:
o Menenuhi kebutuhan air sesuai target pola tata tanam dan intensitas
tanam sehingga produktivitas bisa meningkat berdasarkan keseimbangan
air.
o Normalisasi saluran pembuang dari sedimentasi dan perbaikan bangunan
pelengkap di saluran pembuang.
o Normalisasi saluran irigasi sehingga kapasitas saluran sesuai dengan
kebutuhan dan mengurangi kebocoran sehingga pemakaian air efisien.
o Bila debit yang tersedia kurang, akan dilakukan dengan suplesi dari sungai
atau pembuatan waduk di hulu bendung atau dengan penggabungan
beberapa daerah irigasi menjadi satu sistem interkoneksi.

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-122


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

3. Wilayah Tadah Hujan


Wilayah tadah hujan akan dikembangkan dengan beberapa alternatif:
a. Bila wilayah tadah hujan berdekatan dengan sistem irigasi teknis, akan
dikembangkan dengan menggabungkannya dengan sistem irigasi yang
telah ada dengan cara:

o Bila air cukup dan elevasi memenuhi, dikembangkan dengan


penambahan jaringan.
o Bila air tidak mencukupi dengan kebutuhan, akan dikembangkan
dengan pembuatan waduk di hulu bendung bila ada potensi.

o Dengan cara suplesi air dari sungai lain langsung ke bendung yang
ada atau ke jaringan irigasi yang ada.
b. Bila wilayah tadah hujan tidak memungkinkan untuk dikembangkan
dengan memanfaatkan sistem irigasi terdekat, alternatifnya adalah:
o Direncanakan dengan pembuatan bangunan utama baik free intake,
bendung ataupun waduk (embung) beserta jaringan irigasi dan
drainase beserta bangunan pelengkap dan infrastruktur lainnya
dengan sistem gravitasi
o Bila tidak memungkinkan dengan sistem gravitasi, akan dikembangkan
dengan cara pompanisasi dan kombinasi gravitasi.
o Dengan cara pompanisasi air sungai ke areal tadah hujan
o Dengan cara pembuatan irigasi air tanah pada wilayah tadah hujan
yang relatif kecil arealnya.

Pengembangan sistem irigasi di Provinsi Papua diarahkan untuk mewujudkan


sasaran berikut:

1. Peningkatan produksi padi dan palawija seiring dengan perbaikan jaringan


irigasi

2. Peningkatan luas areal tanam


3. Peningkatan intensitas tanam pada wilayah irigasi yang sebelumnya kurang
dari 1 kali menjadi 2-3 kali setiap tahun
4. Peningkatan pertumbuhan dan produktivitas tanaman beririgasi, serta
mencegah kerusakan tanaman akibat pengenangan (kebanjiran).
5. Perbaikan jalan inspeksi dan jalan tani untuk meningkatkan aksesibilitas
kegiatan pertanian.

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-123


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

6. Peningkatan pemerataan pelayanan sehingga seluruh areal layanan dapat


dicukupi kebutuhan air tanamannya.
7. Pemanfaatan areal pertanian untuk kegiatan lain diperketat khususnya pada
sawah yang mendapatkan layanan jaringan irigasi teknis.
8. Pemanfaatan secara efektif sumber air yang tersedia dengan waduk/
bendungan yang mampu menampung air pada saat musim hujan untuk
digunakan pada saat musim kemarau.

9. Pemberdayaan organisasi atau lembaga yang terkait didalam kegiatan irigasi


dan pertanian misalnya P3A dan kelompok tani dan lembaga lainnya.

10. Penerapan pola pengembangan wilayah irigasi yang menguntungkan dari segi
ekonomi, teknis dan sosial.

Pengembangan sistem irigasi Provinsi Papua mengacu pada keberadaan lahan


pada sistem DAS, melalui:
a. Pengembangan sistem irigasi sederhana dan semi teknis menjadi irigasi
teknis terutama pada Kabupaten Merauke,Nabire, keerom, Jayapura,
Jayawijaya, Sarmi dan Kota Jayapura.
b. Perluasan wilayah irigasi potensial menjadi irigasi fungsional
c. Penanggulangan wilayah rawan genangan dan fungsi saluran irigasi
dikembangkan untuk meningkatkan produktifitas dalam bentuk
pembangunan/peningkatan konstruksi saluran termasuk sistem drainase
pembuang utama sehingga menambah jumlah luas sawah yang dapat dialiri.
d. Pola tata tanam mengacu pada kondisi iklim setempat, pola tanam padi-
padian atau palawija dengan intensitas tanam dapat mencapai maksimal

C. Sistem Jaringan Air Bersih

Suplai air bersih tahun 2009 di Provinsi Papua untuk memenuhi kebutuhan
domestik sebesar 10.050.514 M3 dan pelayanan sosial 1.602.133 M3, yang
disediakan Pemerintah Daerah maupun swasta. Namun sejalan dengan
perkembangan jumlah penduduk Provinsi Papua sampai tahun 2030 diperkiraan
sebesar 3.257.138 jiwa, maka diperkirakan kebutuhan air bersih domestik
sebesar 195.428.256 M3 dan pelayanan sosial sebesar 25% dari kebutuhan
rumah tangga atau 48.857.064 M3.

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-124


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Perencanaan dan penanganan potensi sumber air baku di Provinsi Papua perlu
diselaraskan dalam program pengembangan antar sektor. Di samping itu,
penanganan dan pengelolaannya tidak dapat dilakukan berdasarkan batasan
administrasi wilayah untuk mendapatkan suatu pengelolaan yang efektif dan
efisien dalam hal pembangunan hingga pemanfaatan unsur-unsur yang terkait
dalam investasi pembangunan dan pengembangannya.

Pada kawasan perkotaan, pengembangan jaringan air bersih melalui sistem


jaringan pipa yang dapat dikelola oleh PDAM atau swasta, maka dapat
dimanfaatkan potensi sumber air baku yang berasal dari sungai dan danau serta
melalui sistem pengeboran (sumur bor). Potensi air baku yang berasal dari sungai
cukup besar potensinya.

Pada kawasan perdesaan penyediaan air bersih melalui sistem Instalasi


Pengolahan Air Bersih Sederhana secara kelompok/komunal dengan sumber air
baku utama lebih diarahkan pada air tanah yang relatif tidak memerlukan biaya
pengolahan yang relatif besar.

Terpenuhinya penyediaan air bersih dari segi kuantitas dan kualitas adalah
sangat penting untuk memungkinkan tingkat kesehatan masyarakat yang lebih
baik. Tersedianya air dalam jumlah yang mencukupi akan menunjang
peningkatan taraf kesehatan masyarakat pada umumnya.

Potensi sumber air bersih di Provinsi Papua dapat dikembangkan pada tabel
IV.27. sebagai berikut

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-125


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

Tabel IV.27 :Sumber Air Bersih di Wilayah Provinsi Papua

4.2.5. Sistem Prasarana Lainnya

A. Sistem Drainase
Pada prinsipnya pengembangan sistem drainase di Provinsi Papua tetap
memanfaatkan sistem jaringan drainase yang sudah ada serta memanfaatkan
sungai-sungai alam sebagai sistem pembuangan alamiah yang sekaligus
berfungsi sebagai badan air penampungan dari limpasan air hujan sebagai
jaringan pembuangan akhir. Adapun pedoman yang dipergunakan dalam
menyusun rencana pengembangan sistem drainase adalah :
a. Memanfaatkan sistem jaringan drainase yang ada secara maksimal, baik
sungai, anak sungai, maupun saluran alami lainnya.
b. Mengalirkan air hujan secepatnya melalui suatu sistem jaringan drainase ke
badan air terdekat atau tempat pembuangan air akhir (laut atau sungai)
dengan menghemat panjang saluran.
c. Sedapat mungkin mengikuti jalan utama untuk memudahkan pengawasan dan
pemeliharaan.
Lanjutan 4.2.4.3.1
37 M.A. Kurulu Kurulu/Kurulu Mata Air 15
38 M.A. Asologaima Asologaima/Asologaima Mata Air 15
39 M.A. Pikhe Pikhe/Wamena Mata Air 15
40 Sungai Melage Kurima/Kurima Air Sungai 200
41 M.A. Karubate Mulia/Mulia Mata Air 22
42 Sungai Dinggok Mulia/Mulia Air Sungai 284
43 Sungai Wuyu Mulia/Mulia Air Sungai 2,215
44 Kali Wuyu Mulia/Mulia Air Sungai 419
45 M.A. Okut Oksibil/Oksibil Mata Air 8
46 Sungai Okpol Oksibil/Oksibil Air Sungai 26
47 M.A. Sungai Okaluk Oksibil/Oksibil Air Sungai 5
48 Kolam Oksibil Oksibil/Oksibil Air Sungai 711
49 Sungai Oktenma Oksibil/Oksibil Air Sungai 121
50 Sungai Sombong Oksibil/Oksibil Air Sungai 0
51 Sungai Merah Batom/Batom Air Sungai 348
52 Sungai Kanga Kuamki Baru/Mimika Baru Air Sungai 8,970
53 Sungai Kanga Manggelum/Manggelum Air Sungai 20
Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-126
54 M.A. Mindiptana Mindiptana/Mindiptana Mata Air 1
Jumlah 578,108
Sumber : Dinas PU Provinsi Papua dan Hasil Analisis Tim Penyusun RTRWP Papua Tahun 2009
PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

d. Pengaliran air hujan diupayakan memanfaatkan energi gravitasi dan


menghindari penggunaan pompa.
e. Wilayah yang mempunyai ketinggian antara 0 – 6 meter di atas permukaan
laut terutama wilayah Kabupaten Merauke, Asmat, Biak Numfor, Kepulauan
Yapen, Nabire, dan Kota Jayapura dikembangkan sistem pompanisasi untuk
mengurangi genangan air.
f. Penampang saluran dapat berbentuk empat persegi panjang, trapesium
maupun bulat, disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan setempat.

Sasaran pengembangan sistem jaringan drainase di Provinsi Papua adalah :


a. Mengalirkan limpasan air hujan agar tidak terjadi genangan air/banjir, yaitu
dengan membuat jaringan drainase dengan kapasitas dan desain geometrik
yang memadai atau sesuai dengan kondisi alamnya.
b. Menampung limpasan air hujan dalam bentuk catchment area atau waduk dari
sistem saluran pembuangan air hujan untuk dijadikan sebagai sumber air
baku secara komunal.
c. Menampung air hujan dalam suatu tempat melalui upaya pembuatan sumur-
sumur penampung air hujan di setiap rumah untuk dijadikan sebagai sumber
air baku secara individu.

Mengingat kemampuan pemerintah dalam membiayai penyediaan saluran


drainase ini amat terbatas, maka dalam proses pelaksanaannya Pemerintah
Daerah perlu meningkatkan peran masyarakat melalui kemitraan.

B. Sistem Pengelolaan Limbah Cair

Sistem pengelolaan air limbah ini erat hubungannya dengan sanitasi atau
kesehatan lingkungan, sehingga pengelolaan air limbah ini harus benar-benar
direncanakan dengan sebaik mungkin untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan yang berhubungan dengan sanitasi lingkungan masyarakatnya. Dalam
kaitannya dengan hal tersebut, arahan rencana pengelolaan air limbah di Provinsi
Papua akan tetap dilakukan dengan menggunakan sistem pengolahan setempat
(on site system sanitation), yaitu dengan mengembangkan sistem penggunaan
tangki septik yang ada di tiap-tiap rumah dengan lebih meningkatkan kuantitas
dan kualitasnya, serta sebaiknya melengkapinya dengan bidang resapan.
Mengingat penyediaan WC yang dilengkapi tangki septik ini tidak semua

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-127


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

golongan masyarakat mampu menyediakannya karena harus tersedia lahan yang


cukup luas, maka dalam pengadaannya dibutuhkan bantuan Pemerintah Daerah
yang berupa penyediaan WC atau MCK umum.

Dalam kaitannya dengan masalah sanitasi ini, maka dalam implementasi rencana
tersebut perlu dilakukan upaya :
1. Penyuluhan kepada penduduk dalam peningkatan kesadaran akan
pentingnya kesehatan dengan menghilangkan kebiasaan untuk membuang
kotorannya di sembarang tempat. Sebagai konsekuensinya penduduk
diharapkan untuk membangun sendiri fasilitas sanitasi di tempat tinggalnya
masing-masing serta pembangunan utilitas MCK untuk penduduk di daerah
padat atau penduduk golongan ekonomi lemah.
2. Penyediaan kendaraan pengangkut tinja untuk membersihkan dan menguras
lumpur tinja pada tangki septik yang sudah penuh.
3. Monitoring untuk memantau pengelolaan air limbah domestik, serta kualitas
dan kuantitas badan-badan air yang ada di perkotaan.

C. Pengembangan Sistem Persampahan

Arahan pengembangan sistem pengelolaan sampah adalah sebagai berikut:


1. Rencana pengembangan sistem persampahan untuk wilayah kabupaten/kota
yang berdekatan dilakukan kerjasama terkait dengan sistem pengelolaan
sampah secara terpadu yang dalam implementasinya dilakukan kerjasama
baik lokasi maupun sistem pengelolaan.
2. Pengembangan persampahan untuk kabupaten/kota seperti Kabupaten
Asmat, Kepulauan Yapen akan dikembangkan pada masing-masing
kabupaten dengan lokasi Tempat Pengelolaan Akhir yang jauh dari
permukiman atau dengan melakukan sistem pengelolaan daur ulang.
3. Sedangkan sistem pengelolaan persampahan untuk daerah-daerah yang
belum terjangkau oleh sistem pelayanan ini, terutama yang ada di pulau-pulau
diarahkan penanganannya melalui pengelolaan secara individu atau secara
komunal setempat atau pengembangan pengelolaan daur ulang seperti
pembuatan pupuk kompos. Dengan sistem pengelolaan persampahan seperti
ini diharapkan dapat dihindari terjadinya masalah-masalah lingkungan, seperti
pencemaran lingkungan, timbulnya genangan, gangguan estetika dan
penyebaran penyakit.

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-128


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

D. Pengelolaan Lingkungan Khusus Pertambangan

Pelaksanaan Otonomi Daerah di bidang pengelolan lingkungan sektor


pertambangan dan energi dimulai dengan diberlakukannya Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisa Mengenai Dampak
Lingkungan pada bulan November 2000. Kesiapan pelaksanaan Otonomi
Daerah di bidang Pengelolaan Lingkungan sebagai tindak lanjut dari UU Nomor
23 Tahun 1997 dan PP No. 27 Tahun 1999. Hal ini dimaksudkan juga, siap
dengan perangkat-perangkat kebijaksanaan serta kemampuan sumber daya
manusia di daerah dalam mengimplementasikan kebijaksanaan pengelolaan
lingkungan.

Kebijakan tersebut akan menjadi landasan bagi daerah untuk lebih berperan
serta dalam mengimplementasikan kebijakan pengelolaan lingkungan hidup di
daerahnya secara luas, nyata dan bertanggung jawab. Mengacu kepada
kebijakan tersebut di sektor pertambangan dan energi akan dilakukan kebijakan
pengelolaan lingkungan hidup yang bersifat pembinaan dan bimbingan serta
lebih koordinatif yang dapat menjembatani kepentingan. unsur teknis dengan
BAPEDALDA (Badan Pengendalian dampak Lingkungan Daerah), instansi lain
yang terkait, pemerintah daerah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN),
pengusaha dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

Beberapa kebijakan yang akan dilaksanakan sejalan dengan pelaksanaan


otonomi daerah antara lain sebagai berikut :
1. Melakukan analisis kebijakan lingkungan yang terkait dengan kegiatan
pertambangan dan energi, termasuk mekanisme dan proses AMDAL.
2. Melakukan pembinaan dan bimbingan peningkatan kualitas sumberdaya
manusia dan kemungkinan perbantuan teknis.
3. Melakukan koordinasi dan menjembatani kepentingan teknis dengan
BAPEDALDA, instansi lain yang terkait, Pemerintah Daerah, BUMN,
Pengusaha dan LSM di bidang pengelolaan lingkungan.
4. Membantu merumuskan dan menyusun kebijakan teknis pengelolaan
lingkungan dari kegiatan pertambangan dan energi.
5. Melakukan inventarisasi data dan penyebarluasan informasi lingkungan.

Pendekatan yang digunakan dalam penyusunan kebijakan pengelolaan


lingkungan pertambangan dan energi adalah "bottom-up", yaitu menampung
semua aspirasi dari pihak-pihak yang akan terkait langsung maupun tidak

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-129


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

langsung dengan adanya kebijakan yang disusun, seperti perusahaan, asosiasi,


perkumpulan profesi, perguruan tinggi (masyarakat ilmiah) dan LSM. Dalam hal
ini pemerintah bertindak sebagai fasilitator yang akan menampung semua
aspirasi yang muncul dan merumuskannya menjadi kebijakan yang nantinya
akan dilaksanakan oleh pihak perusahaan pertambangan dan diawasi langsung
oleh pemerintah dan masyarakat dengan menggunakan rambu-rambu dari
norma yang berlaku dan disepakati bersama.

Di sektor pertambangan dan energi upaya peningkatan kepedulian lingkungan


dan sosial akan dilaksanakan melalui perencanaan yang terpadu dengan
memasukan aspek penambangan yang berwawasan lingkungan secara dini.

Reklamasi dan pemanfaatan lahan pasca tambang secara produktif melalui


penerapan konsep penambangan berkelanjutan dan pemanfaatan lahan
berganda. Selain usaha tersebut, juga mengupayakan pengembangan teknologi
bersih, daur ulang serta pemanfaatan limbah. Merencanakan akreditasi
laboratorium penguji, pengalokasian lahan usaha pertambangan dan penertiban
kegiatan pertambangan tanpa ijin.

Aspek lingkungan ditingkatkan dengan penyempurnaan peraturan perundang-


undangan di bidang perlindungan lingkungan dalam kegiatan operasi
penambangan serta meningkatkan pengawasan atas pelaksanaannya dan
didukung pelaksanaan konservasi bahan galian secara efisien, efektif dan
bertanggung jawab.

Adanya peraturan dan perundang-undangan disertai kesadaran para pengelola


pertambangan baik dari pihak pengusaha, pemerintah, dan masyarakat untuk
mengelola sumberdaya alam harus seimbang dengan keselarasan dan
keserasian lingkungan hidup maka usaha pertambangan berwawasan lingkungan
tidak terlampau sulit dilaksanakan.

4.3. Rencana Penyediaan Sarana Sosial Ekonomi

A. Sarana Pendidikan

Berdasarkan lingkup wilayah Provinsi Papua fasilitas pendidikan yang akan


dibahas dalam RTRW Provinsi Papua yaitu Perguruan Tinggi. Perguruan Tinggi
merupakan sekolah lanjutan dari tingkat SMU yang menampung siswa SMU yang
terdapat di wilayah Provinsi Papua. Dilihat dari skala pelayanan, Perguruan Tinggi

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-130


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

memiliki skala pelayanan yang cukup luas, yaitu bukan saja mencakup wilayah
provinsi tetapi juga untuk wilayah kabupaten-kabupaten yang berada disekitarnya.
Adapun asumsi yang digunakan dalam menghitung kebutuhan luas lahan
Perguruan Tinggi yaitu minimum jumlah penduduk pendukung sebanyak 240.000
jiwa dan luas lahan yang dibutuhkan 36.000 m2, Proyeksi kebutuhan sarana
Perguruan Tinggi adalah seluas 488.570,06 m2 atau 48,85 ha pada tahun 2030.
Untuk lebih jelasnya mengenai proyeksi kebutuhan sarana pendidikan perguruan
tinggi di Provinsi Papua dari Tahun 2010-2030 dapat dilihat pada Tabel IV.28
Tabel IV. 4.28 : Kebutuhan Luas Lahan Perguruan Tinggi Tahun 2010-2030
Tahun
No. Kabupaten/Kota
2010 2015 2020 2025 2030
1 Kota Jayapura 34,431.08 38,238.84 42,467.70 47,164.23 52,380.16
2 Merauke 27,117.85 30,502.18 34,308.87 38,590.65 43,406.80
3 Jayawijaya 15,706.47 17,037.34 18,480.99 20,046.96 21,745.62
4 Jayapura 15,425.81 16,716.44 18,115.06 19,630.70 21,273.15
5 Nabire 10,558.00 11,323.63 12,144.78 13,025.48 13,970.04
6 Yapen Waropen 11,544.95 12,834.28 14,267.59 15,860.98 17,632.31
7 Biak Numfor 16,046.50 17,578.12 19,255.92 21,093.87 23,107.25
8 Paniai 22,287.17 24,318.71 26,535.42 28,954.19 31,593.44
9 Puncak Jaya 12,176.14 13,549.22 15,077.13 16,777.34 18,669.28
10 Mimika 17,469.94 20,479.58 24,007.71 28,143.65 32,992.11
11 Boven Digoel 5,467.09 6,143.38 6,903.34 7,757.30 8,716.90
12 Mappi 10,927.93 11,651.20 12,422.34 13,244.52 14,121.12
13 Asmat 10,598.24 11,707.05 12,931.87 14,284.83 15,779.33
14 Yahukimo 23,679.34 26,401.22 29,435.98 32,819.58 36,592.11
15 Pegunungan Bintang 15,020.19 16,470.01 18,059.77 19,802.98 21,714.45
16 Tolikara 7,784.35 8,863.27 10,091.73 11,490.46 13,083.05
17 Sarmi 3,684.40 4,190.98 4,767.20 5,422.66 6,168.23
18 Keerom 7,245.40 8,943.01 11,038.38 13,624.70 16,817.00
19 Waropen 2,380.29 2,566.78 2,767.88 2,984.73 3,218.57
20 Supiori 1,901.61 1,914.96 1,928.40 1,941.94 1,955.57
21 Mamberamo Raya 3,101.59 3,434.49 3,803.12 4,211.32 4,663.33
22 Mamberamo Tengah 3,426.30 3,782.91 4,176.64 4,611.35 5,091.30
23 Yalimo 2,889.45 3,190.19 3,522.22 3,888.82 4,293.57
24 Lanny Jaya 9,067.55 10,011.31 11,053.30 12,203.73 13,473.91
25 Nduga 4,323.17 4,323.17 4,323.17 4,323.17 6,552.48
26 Puncak 7,661.14 8,458.52 9,338.89 10,310.89 11,160.84
27 Dogiyai 11,025.17 12,172.68 13,439.62 14,838.43 16,061.59
28 Intan Jaya 4,398.55 4,856.36 5,361.81 5,919.87 6,407.86
29 Deiyai 4,070.04 4,493.66 4,961.36 5,477.74 5,929.29
Jumlah 321,415.75 356,153.50 394,988.21 438,447.06 488,570.64
Sumber : Hasil Perhitungan

B. Sarana Perekonomian

Sektor perdagangan sebagai bagian penting dalam pertumbuhan ekonomi


dikembangkan untuk mendistribusikan dan menampung hasil alam. Di samping

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-131


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

itu berfungsi sebagai penyaluran barang dalam bentuk grosir dan eceran untuk
pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Pengembangan pusat perbelanjaan dialokasikan pada ibukota kabupaten yang
melayani kebutuhan skala wilayah. Jumlah penduduk pendukung minimal
120.000 jiwa dan luas lahan yang dibutuhkan 36.000 m2. Berdasarkan Standar
Nasional Indonesia (SNI), proyeksi kebutuhan luas lahan sarana perdagangan di
Provinsi Papua berupa pasar besar (pusat perbelanjaan) adalah seluas
977.141,40 m2 atau 97,71 Ha pada tahun 2030. Untuk lebih jelasnya mengenai
proyeksi kebutuhan sarana perdagangan di Provinsi Papua dari Tahun 2010-2030
dapat dilihat pada Tabel IV.29.
Tabel IV. 4.29 :Kebutuhan Luas Lahan Sarana Perdagangan Tahun 2010-2030
Tahun
No. Kabupaten/Kota
2010 2015 2020 2025 2030
1 Kota Jayapura 68,862.16 76,477.68 84,935.40 94,328.46 104,760.31
2 Merauke 54,235.70 61,004.35 68,617.75 77,181.30 86,813.59
3 Jayawijaya 31,412.94 34,074.69 36,961.97 40,093.91 43,491.23
4 Jayapura 30,851.62 33,432.89 36,230.12 39,261.40 42,546.29
5 Nabire 21,116.01 22,647.27 24,289.56 26,050.95 27,940.07
6 Yapen Waropen 23,089.91 25,668.56 28,535.19 31,721.96 35,264.62
7 Biak Numfor 32,093.01 35,156.24 38,511.85 42,187.74 46,214.50
8 Paniai 44,574.35 48,637.41 53,070.84 57,908.39 63,186.89
9 Puncak Jaya 24,352.29 27,098.44 30,154.26 33,554.68 37,338.55
10 Mimika 34,939.89 40,959.17 48,015.42 56,287.30 65,984.21
11 Boven Digoel 10,934.18 12,286.77 13,806.67 15,514.60 17,433.79
12 Mappi 21,855.85 23,302.40 24,844.69 26,489.05 28,242.25
13 Asmat 21,196.48 23,414.10 25,863.73 28,569.65 31,558.67
14 Yahukimo 47,358.68 52,802.45 58,871.97 65,639.16 73,184.23
15 Pegunungan Bintang 30,040.38 32,940.01 36,119.53 39,605.96 43,428.90
16 Tolikara 15,568.70 17,726.55 20,183.47 22,980.92 26,166.10
17 Sarmi 7,368.80 8,381.95 9,534.41 10,845.31 12,336.46
18 Keerom 14,490.80 17,886.03 22,076.77 27,249.41 33,634.00
19 Waropen 4,760.59 5,133.56 5,535.75 5,969.46 6,437.14
20 Supiori 3,803.23 3,829.92 3,856.81 3,883.88 3,911.15
21 Mamberamo Raya 6,203.19 6,868.99 7,606.25 8,422.64 9,326.66
22 Mamberamo Tengah 6,852.59 7,565.82 8,353.27 9,222.69 10,182.60
23 Yalimo 5,778.90 6,380.37 7,044.45 7,777.64 8,587.14
24 Lanny Jaya 18,135.11 20,022.63 22,106.60 24,407.47 26,947.82
25 Nduga 8,646.34 8,646.34 8,646.34 8,646.34 13,104.96
26 Puncak 15,322.28 16,917.04 18,677.78 20,621.78 22,321.67
27 Dogiyai 22,050.34 24,345.36 26,879.24 29,676.86 32,123.18
28 Intan Jaya 8,797.10 9,712.71 10,723.62 11,839.74 12,815.72
29 Deiyai 8,140.09 8,987.32 9,922.72 10,955.49 11,858.57
Jumlah 642,831.50 712,306.99 789,976.42 876,894.11 977,141.28
Sumber : Hasil Perhitungan

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-132


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

C. Sarana Kesehatan
Indikator tingkat kesehatan dapat diukur dengan keberadaan fasilitas kesehatan
pada wilayah atas berbagai fungsi yakni pencegahan, penyembuhan dan
perawatan serta penyediaan jenis obat-obatan, dalam rangka meningkatkan
tingkat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Untuk melayani kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat di wilayah Provinsi Papua dibutuhkan rumah sakit
dengan jumlah penduduk pendukung minimal 150.000 jiwa dan luas lahan yang
dibutuhkan 20.000 m2. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI), proyeksi
kebutuhan luas lahan sarana kesehatan di Provinsi Papua berupa rumah sakit
adalah seluas 434.285,01 m2 atau 43,42 Ha pada tahun 2030. Untuk lebih
jelasnya mengenai proyeksi kebutuhan sarana kesehatan di Provinsi Papua dari
Tahun 2010-2030 dapat dilihat pada Tabel IV.30.

Tabel IV. 30 : Kebutuhan Luas Lahan Sarana Kesehatan Tahun 2010-2030


Tahun
No. Kabupaten/Kota
2010 2015 2020 2025 2030
1 Kota Jayapura 30,605.41 33,990.08 37,749.07 41,923.76 46,560.14
2 Merauke 24,104.75 27,113.05 30,496.78 34,302.80 38,583.82
3 Jayawijaya 13,961.31 15,144.31 16,427.54 17,819.52 19,329.44
4 Jayapura 13,711.83 14,859.06 16,102.28 17,449.51 18,909.46
5 Nabire 9,384.89 10,065.45 10,795.36 11,578.20 12,417.81
6 Yapen Waropen 10,262.18 11,408.25 12,682.31 14,098.65 15,673.17
7 Biak Numfor 14,263.56 15,624.99 17,116.38 18,750.11 20,539.78
8 Paniai 19,810.82 21,616.63 23,587.04 25,737.06 28,083.06
9 Puncak Jaya 10,823.24 12,043.75 13,401.89 14,913.19 16,594.91
10 Mimika 15,528.84 18,204.07 21,340.19 25,016.58 29,326.32
11 Boven Digoel 4,859.64 5,460.79 6,136.30 6,895.38 7,748.35
12 Mappi 9,713.71 10,356.62 11,042.08 11,772.91 12,552.11
13 Asmat 9,420.66 10,406.27 11,494.99 12,697.62 14,026.08
14 Yahukimo 21,048.30 23,467.76 26,165.32 29,172.96 32,526.32
15 Pegunungan Bintang 13,351.28 14,640.01 16,053.13 17,602.65 19,301.73
16 Tolikara 6,919.42 7,878.46 8,970.43 10,213.74 11,629.38
17 Sarmi 3,275.02 3,725.31 4,237.51 4,820.14 5,482.87
18 Keerom 6,440.36 7,949.35 9,811.90 12,110.85 14,948.45
19 Waropen 2,115.82 2,281.58 2,460.33 2,653.09 2,860.95
20 Supiori 1,690.32 1,702.19 1,714.14 1,726.17 1,738.29
21 Mamberamo Raya 2,756.97 3,052.88 3,380.55 3,743.40 4,145.18
22 Mamberamo Tengah 3,045.60 3,362.59 3,712.57 4,098.97 4,525.60
23 Yalimo 2,568.40 2,835.72 3,130.87 3,456.73 3,816.51
24 Lanny Jaya 8,060.05 8,898.94 9,825.15 10,847.76 11,976.81
25 Nduga 3,842.82 3,842.82 3,842.82 3,842.82 5,824.43
26 Puncak 6,809.90 7,518.68 8,301.23 9,165.23 9,920.74
No. Kabupaten/Kota Tahun

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-133


PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

2010 2015 2020 2025 2030


27 Dogiyai 9,800.15 10,820.16 11,946.33 13,189.71 14,276.97
28 Intan Jaya 3,909.82 4,316.76 4,766.05 5,262.11 5,695.87
29 Deiyai 3,617.82 3,994.36 4,410.10 4,869.11 5,270.48
Jumlah 285,702.89 316,580.88 351,100.63 389,730.72 434,285.01
Sumber : Hasil Perhitungan

Laporan Akhir RTRW Provinsi Papua Tahun 2010-2030 IV-134

Anda mungkin juga menyukai