Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Permasalahan

Masalah yang sering muncul didaerah perkotaan adalah kemacetan. Hal ini
disebabkan akibat buruknya perencanaan tata kota dan tata guna lahan, baik sistem lalu
lintasnya maupun keadaan jalan. Kemacetan bukan suatu hal yang mudah untuk diatasi,
karena membutuhkan perencanaan yang betul-betul matang agar tidak menimbulkan
masalah yang jauh lebih besar.

Permasalahan infrastruktur di kota medan sering juga disebabkan kurangnya


akses jalan untuk memenuhi kebutuhan penggunaan jalan, diantaranya disebabkan oleh
pasar tumpah, peraturan lalu lintas yang buruk dan penyalahgunaan tata guna lahan.

2. Rumusan Masalah

a. Apa itu kemacetan ?


b. Apakah faktor yang membuat kemacetan ?
c. Bagaimana cara pemerintah mengatasi kemacetan ?
d. Perlukah adanya flyover untuk menangani kemacetan ?
e. Apakah penggunaan flyover itu sudah dapat mengurangi kemacetan secara
maksimal ?

3. Tujuan

Tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah :


1. Mengetahui peran pembangunan fly-over khususnya fly-over pertahanan di
daerah Pulo Brayan dan daerah Amplas.
2. Untuk memenuhi tugas dasar-dasar rekayasa transportasi.
3. Sebagai pertimbangan pembangunan flyover dilain tempat.

1
BAB II
SEKILAS FLYOVER DI MEDAN

Jembatan layang merupakan perlengkapan jalan bebas hambatan untuk mengatasi


hambatan karena konflik dipersimpangan, melalui kawasan kumuh yang sulit ataupun
melalui kawasan rawa-rawa.

Jembatan layang difungsikan untuk menghindari daerah/kawasan yang selalu


menghadapi permasalahan kemacetan lalu lintas, melewati persilangan kereta api untuk
meningkatkan keselamatan lalu lintas dan efisiensi

Awalnya pembangunan jembatan layang di kota Medan digunakan untuk


mengatasi segala bentuk kemacetan yang mungkin terjadi. Seiring melonjaknya jumlah
kendaran yang telah muncul,mengakibatkan pemerintah harus lebih fokus terhadap
penyelesaian akses jalan yang akan ditempuh kendaran tersenut. Bukan lagi dengan
masalah kondisi jalan yang sangat memperhatikan, dengan milyaran lubang-lubang yang
menghambat dan mengganggu kenyamanan saat menggunakan kendaraan rodadua
maupun roda empat. Untuk itu diperlukan alternatif yang baik agar masalah tersebut
dapat diatasi, dengan pembangunan jembatan layang.

Kota-kota besar di Indonesia sudah terbiasa dengan jembatan layang, karena


memang lalu lintasnya sangat padat dan ruang kota tidak lagi mampu menampungnya,
karena itu dibuat Jembatan layang, salah satunya untuk mengatur lalu lintas yang telah
padat agar tidak sepenuhnya macet.

Dari jembatan layang, setidaknya orang bisa tahu, bahwa lalu lintas di Medan
sudah mulai padat dan mengalami kemacetan di daerah tertentu, dua jembatan layang
yang ada di Medan yakni jembatan layang di daerah Pulo Brayan dan jembatan layang di
daerah Amplas. Meskipun kota Medan telah memiliki 2 (dua) buah jembatan layang,
namun kegunaan jembatan layang ini belum menunjukkan hasil yang signifikan.
Mengapa ? karena kemacetan justru terjadi di daerah jembatan layang itu sendiri.

Pertanyaan yang mungkin muncul adalah: apakah selain di dua jalur jembatan
layang tidak terjadi kemacetan di Medan? Tentu ada kemacetan di jalur lain Di antaranya
Jalan Sumber Nongko, Padang Bulan, Titi Kuning, Abdul Haris Nasution, Sisingamaraja,
Terminal Amplas, Abdul Rahman Hakim, Gatot Subroto, Setia Budi dan masih banyak
lagi jalur macet lainnya di Medan.

Karena jumlahnya baru sedikit, bahkan tidak sampai hitungan jari lima, jembatan layang
di Medan sekaligus menjadi tanda komunikasi di Medan. Orang bisa menyebut jembatan
layang Pulo Brayan untuk menunjuk arah ke wilayah Kawasan Industri Medan,
sementara jembatan layang Amplas ntuk menunjuk kea rah jalur luar kota, seperti Tebing
Tinggi, Pematang Siantar, Kisaran, dan sebagainya. Orang bisa memahami, bahwa
Medan, setidaknya secara fisik, terus mengembangkan diri dan berubah.

2
BAB III
AKAR PERMASALAHAN

Kota medan sangat mendukung untuk disandang sebagai kota metropolitan, hal
ini tidak terlepas dari beberapa segi yakni, cagar kebuadayaan Kesultanan Deli yang
sangat memikat dan mempesona, kemudian dilihat dari sudut letak geografis yang
menempati kota medan sebagai kota terbesar (baca:terluas) setelah Jakarta dan Surabaya.
Dalam segi kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi pun kota medan tidak
ketinggalan maju dibandingkan dengan daeraha-daerah di pulau jawa yang telah lama
berkembang pesat, hal ini di tandai dengan banyak mengantarkan pelajar-pelajar daerah
ini dalam mencapai prestasi baik tingkat Nasional maupun Internasional.

Seperti layaknya kota metropolitan dengan banyaknya jumlah penduduk mau


tidak mau akan berpengaruh terhadap roda perekonomian kota, diantaranya yakni dapat
mengakibatkan semakin sumpeknya suatu kota apabila kemacetan lalu litas (lalin) tidak
dapat teratasi. Kota Medan sebagai kota terbesar ke-3 di Indoensia memiliki cukup
banyak populasi jumlah penduduk yang dalam kesehariannya tinggal dan hidup di
Medan. Bahkan, dalam Data BPS penduduk kota medan sampai tahun 2008 berkisar
2.889.070 Jiwa. Kemudian dalam hal jumlah kendaraan di Sumut mencapai 2.260.650
unit yang bergerak setiap harinya terlebih lagi bus angkutan umum perlu disurvei layak
atau tidak armada itu bergerak dalam pelayanan umum di jalan,belum ada.Dalam hal ini
polisi lalu lintas sebagai aktor dalam menangani kemacetan lalu lintas tidak dapat
menertibkan hal itu semuanya hanya lewat tilang, apalagi frekwensi kenaikan kendaraan
rata-rata 13,46 persen setiap tahun tidak diimbangi dari sarana-prasarana terlebih
kesadaran berlalulintas yang masih kurang dari masyarakat. Jumlah kendaraan roda dua
beroperasi di jalan mencapai 90%, roda empat hanya 10% sehingga diharapkan
pengendara roda dua menghidupkan lampu di siang hari karena gerakannya lebih cepat
dan mudah menyalip.

Hal ini tidak heran bahwa kemacetan lalu lintas di medan pada tahun 2010 atau
lima tahun ke depan akan sama dengan kemacetan di DKI Jakarta yang sudah tidak asing
lagi ditelingga kita. Setidaknya Pemerintah Kota Medan haruslah berkaca pada
permasalahan kemacetan lalu lintas seperti DKI Jakarta. Tidak banyak yang telah
dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kota Medan saat ini dalam mengatasi permasalahan
kemacetan lalu lintas, bahkan Pemerintah Daerah sepertinya tidak peduli terhadap
kemacetan lalu lintas di kota medan. Kemacetan lalu lintas di medan dapat di lihat dari
beberapa aspek, yang pertama yakni badan jalan yang tidak layak untuk ukuran kota
sebesar medan. Apabila kita melintas jalan di perkotaan bahwa jarak antara bangunan
seperti gedung, rumah, dan toko di pinggir badan jalan sangatlah dekat bahkan tidak ada
jarak sedikitpun hal inilah yang dipakai pengunjung yang ingin ke toko atau gedung-
gedung tersebut di jalan perkotaan untuk memakirkan kendaraan mereka. Badan jalan
yang sudah sedemikian sempit ditambah lagi oleh pengunjung yang memarkirkan
kendaraannya akan semakin membuat para pengguna jalan tidak dapat melintas di
jalanan dengan leluasa.

3
Kemudian aspek yang kedua, selain badan jalan yang digunakan untur parkir
kendaraan, juga trotoar umumnya digunakan untuk berjualan (warung) dan kesadaran
masyarakat belum sepenuhnya sehingga timbul kemacetan akibat salah fungsi dari trotoar
tersebut. Sementara bila di luar negeri trotoar ada tiga baris, ada untuk pejalan kaki,
untuk orang cacat dan untuk warga yang bersepeda. Trotoar sangat memiliki fungsi yang
sangat penting dalam suasana perkotaan seperi kota sebesar Medan, hal ini agar tidak
terganggunya para pejalan kaki yang ingin meningmati suasana kota. Apabila trotoar
disalahgunakan sebagai lahan berjualan bagi orang yang tidak mempunyai kesadaran dan
kepedulian akan merusak keindahan kota dan pasti tentunya akan semakin membuat
kemacetan sebab pasti banyak kendaraan yang berhenti apabila ingin membeli sesuatu
yang tidak pada tempatnya tersebut. Sehingga memaksa kendaraan yang berada di
belakang kendaraan yang berhenti tersebut untuk mengerem mendadak.

Selain itu dalam aspek ketiga, trayek bus dan angkutan kota (angkot) di mana
sopir belum punya kesadaran untuk menaikkan dan menurunkan penumpang pada
terminal yang ditentukan. Para sopir angkutan kota sangat egois dalam berkendaraan dan
menaikan serta menurunkan penumpang sampai pada tengah-tenmgah badan jalan, hal ini
disamping mendatangkan bahaya bagi penumpang yang turun juga sangat menzholimi
para pengguna jalan yang tiba-tiba berhenti akan mencelakakan kendaraan yang melintas
dan dapat menimbulkan kematian. Kemudian aparat Dishub (Dinas Perhubungan) yang
belum siap menegakkan peraturan terhadap bus umum yang nakal tersebut agar ditindak
untuk disiplin dan diharapkan terminal dibenahi agar tampak asri.

Dalam hal aspek keempat penyebab kemacetan lalu lintas Kota Medan, yakni
buruknya sarana dan prasarana seperi jalanan yang berlubang dimana-mana. Jalanan yang
berlubang tentunya mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap kemacetan lalu
lintas, sebab para pengguna kendaraan yang melintas dengan adanya lubang didepannya
tentu akan menyelip untuk menghindari lubang tersebut dan yang sangat perlu
diperhatikan pemerintah kota yakni apabila turun hujan maka jalanan yang berlubang
tersebut akan dapat mencelakakan parapengguna jalan. Pembenahan jalanan yang
berlubang tidak cukup hanya dengan menambal pada bagaian jalanan yang
berlubangsebab hal ini tentunya hanya bersifat sementara yang sewaktu-waktu pasti akan
kembali berlubang.

Aspek yang kelima tentunya kesadaran masyarakat pengguna jalan yang tidak
mematuhi rambu-rambu lalu lintas. Pengguna jalan hanya mau mematuhi tata tertib lalu
lintas apabila ada aparat polisi lalu lintas yang berjaga. Belum lagi apabila terjadi
pemadaman aliran listrik yang tentu akan berakibat terhadap semberawutnya
persimpangan lalu lintas, kemudian apabila ada perlintasan kereta api tetap saja ada
kendaraan yang menyelinap masuk melewati batas garis, hal ini tentu sangat mengganggu
pengguna jalan yang lain yang akan dapat berakibat fatal. Tertib dalam berkendaraan dan
tidak saling mementingkan diri sendiri tentu sangat diharapkan oleh setiap pengguna
jalan agar lalu lintas dapat kembali lancar. Perencanaan pembangunan jembatan layang
dibangun untuk mensistematiskan keadaan macet untuk berkurang.

4
Seperti kutipan parencanaan berikut untuk teknis pelaksanaan dan kelancaran
lalulintas, Kepala Dinas Perhubungan Kota Medan, Dearmando Purba mengatakan
pihaknya membuat larangan Angkutan Kota (Angkot), Antar Kota Dalam Propinsi
(AKDP) dan Antar Kota Antar Propinsi (AKAP) masuk atau naik ke fly
over Amplas. “Larangan ini akan kami buat rambunya di rem-nya fly over Amplas
ini,”ujarnya.

Salah satu tujuan lain adalah dengan rencana menambah keindahan jalan, yaitu
membangun taman kota di bawah jembatan tersebut. Sedangkan Wali Kota Medan,
Rahudman Harahap mengatakan untuk kolong fly over ini akan dijadikan taman,
kemudian segera diamankan dari para penguasaan PBJ. “Kami sudah siapkan
anggarannya tahun ini, jadi tinggal pelaksanaan pembangunannya saja usai lebaran
ini,”ucapnya.

Akan tetapi, apa yang diharapkan tidak sesuai dengan segala rencana yang
disusun. Banyak permasalahan yang timbul akibat pembangunan jembatan ini. Mulai dari
permasalahan material maupun secara fisik. Salah satunya permasalahan yang telah ada
saat jembatan masih dalam proses pembangunan, munculnya berbagai tantangan dan
kritika dari pihak peneliti. Bahwa pembangunan Jembatan layang yang berada di Amplas
belum sesuai dengan Analisa Dampak Lingkungan (AMDAL). Sehingga nantinya apabila
dilanjutkan pembagunannya akan menyebabkan kerugian bagi masyarakat setempat.

Seperti kutipan berikut.


Banyaknya masyarakat yang menolak pembangunan jembatan layang Amplas,
ternyata adalah tuntutan yang wajar, sebab pembangunan jembatan layang itu sendiri
hingga saat ini tidak memenuhi ketentuan amdal yang telah ditetapkan.

Filiyanti Bangun, Pemerhati Transportasi Kota Medan mengatakan


pembangunan jembatan layang Amplas yang tidak memenuhi ketentuan amdal
tersebut berdampak buruk terhadap masyarakat. Menurutnya hingga kini, pemerintah
melalui dinas lingkungan hidup hanya memakai sistem UPL dan UKL saja dalam
pembangunan jembatan layang tersebut. Padahal standar UPL dan UKL dalam
pembangunan jembatan layang tersebut. Padahal standar UPL masih dibawah
standar amdal. Dan selayaknya untuk ukuran pembangunan jembatan layang seperti
di Amplas sudah harus memakai studi amdal.

Untuk itu Filianti Bangun menyarankan agar pemerintah menunda terlebih


dahulu pembangunan jembatan layang tersebut, sebab jika pembangunan ini terus
dilanjutkan tanpa disertakan studi amdal dikhawatirkan akan semakin berdampak
buruk bagi masyarakat.

Selain itu masih banyak dana yang dibutuhkan untuk menyelesaikan


pembangunan jembatan layang tersebut.

5
Para pedagang yang berjualan di bawah flyover (jembatan layang), tidak hanya
akan merusak keindahan tata ruang kota dan kesemrautan lalulintas. Namun, tanpa
disadari kehadiran kios kios pedagang tersebut juga dapat mengancam konstruksi
jembatan layang tersebut (flyover) tersebut, jika terjadi kebakaran.

Hal tersebut diutarakan Sekretaris Himpunan Pengembang Jalan Indonesia (HPJI)


Sumut, Burhan Batubara, kepada MedanBisnis, Kamis (17/9). Dicontohkannya, seperti
adanya kios kios pedagang pakaian di bawah fly over Brayan Medan, jika kios dan
pakaian-pakaian yang dijual pedagang terbakar, lalu kobaran api akan memanggang
gelagar beton flyover diatas kios tersebut, maka konstruksi jembatan tidak akan mampu
bertahan lama dan jikapun akan diperbaiki, harus dibongkar ulang. “Tentunya ini bukan
pekerjaan mudah, juga memerlukan biaya yang tidak sedikit dan menjadi beban
daerah nantinya,” tambahnya.

Mungkin selama ini, Pemko Medan tidak pernah menyadari dengan adanya
aktifitas di bawah flyover dapat berdampak yang cukup signifikan pada keamanan
konstruksi jembatan. “Padahal menurut tata ruang dan tata bangunan, jelas menyalahi
aturan yang ada, seharusnya pemerintah dapat mengambil tindakan tegas,” katanya.
Tentang bahaya kebakaran ini; HPJI Sumut seingatnya sudah pernah memberi masukan
ke Dinas Jalan/Jembatan Provsu, kala itu sekaligus surat tanggapan menolak rencana
akan dibukanya median jalan pulo Brayan atas permintaan salah satu supermaket
dikawasan itu. Kerusakan jembatan layang yang sempat menghebohkan pernah terjadi
Agustus 2007 akibat terbakarnya pemukiman kumuh ilegal dibawah jalan tol Pluit
Jakarta Utara, seharusnya bisa manjadi pelajaran berharga.

Pengamatan dilapangan memang terlihat pedagang dan kios kios darurat terutama
kios pakaian memenuhi kolong bawah flyover Brayan, terutama dibagian kolong
jembatan arah barat sangat kumuh dan jumlahnya sudah terlalu banyak, sehingga ruang
untuk pejalan kaki sajapun sudah sangat sempit.

6
BAB IV

PENGULASAN MASALAH
Pembangunan jembatan layang (fly over) adalah salah satu upaya yang dilakukan
pemerintah dalam mengatasi kemacetan lalu lintas. Di kota Medan sendiri telah dibangun
2(dua) jembatan layang, yakni yang berada di daerah Pulo Brayan dan di daerah Amplas.
Namun, kedua jembatan layang ini tidak menunjukkan hasil yang sinifikan dalam
fungsinya sebagai pengurang kemacetan, karena kemacetan sendiri justru terjadi di
daerah jambatan layang itu sendiri.

A.Fly Over Pulo Brayan

Terletak di kawasan padat penduduk, tepatnya 5 km dari pusat kota medan, Pulo
brayan adalah salah satu kelurahan di kecamatan Medan Barat. Bagi yang bertempat
tinggal di kawasan Jl. Kl. Yos Sudarso dan sekitarnya, pasti sudah tak asing lagi dengan
kawasan pasar yang selalu ramai baik di hari-hari biasa, maupun hari libur. Ya, Pulo
Brayan namanya. Kawasan pasar dan pertokoan yang juga dikenal dengan "Pajak
Brayan", berlokasi di pangkal bilangan Jalan Kl. Yos Sudarso, berbatasan dengan
kawasan-kawasan lain seperti Jl. Bilal dan Helvetia, Medan Barat.

Pulo Brayan merupakan salah satu titik pusat perdagangan di kota Medan. Selain
penduduk yang tidak sedikit bermukim di daerah ini, banyaknya pedagang baik yang
memiliki toko, maupun hanya memiliki lapak, bahkan ada juga pedagang kaki lima yang
seenaknya meletakkan barang dagangannya di bibir jalan. Hal-hal seperti inilah yang
akhirnya menjadi penyebab kemacetan di daerah Pulo Brayan, padahal di daerah tersebut
telah dibangun fly over.

Ada cerita menarik seputar asal-usul nama Pulo Brayan yang tidak banyak
diketahui masyarakat sekitar yang sehari-hari beraktivitas di lokasi yang aslinya sebuah
kecamatan ini. Konon, kata Pulo dan Brayan, adalah serapan dari Bahasa Melayu yang
berarti Pulau dan Berayun. Jadinya artinya adalah pulau yang berayun. Setidaknya
begitulah kebanyakan cerita dari versi sejumlah orang yang mengetahui seluk-beluk Pulo
Brayan \ini.

Bisa jadi bukan sekedar dongeng seperti Siti Nurbayah ataupun Malin Kundang.
Konon, tadinya kecamatan Pulo Brayan ini adalah sebuah pulau kecil yang dikelilingi
oleh sungai, yang tak lain adalah sungai Deli yang terkenal itu. Saking kecilnya, pulau ini
sering bergoyang-goyang seperti perahu, sehingga disebut-sebut sebagai pulau yang
berayun, atau dalam Bahasa Melayu, "Pulo Berayun". Lama-kelamaan, lidah masyarakat
telah terbiasa mengucapkannya Pulo Brayan saja, sehingga jadilah Pulo Brayan dikenal
demikian hingga sekarang.

7
Sedikit yang berhubungan langsung dengan asl-usul Pulo Brayan, seperti bahwa
Guru Patimpus, putera karo bermarga Sembiring Pelawi , yang mendirikan sebuah
kampung bernama Kampung Medan Putri sekitar tahun 1590-an. Guru Patimpus
memiliki isteri seorang putri Datuk Pulo Brayan. Lebih lanjut, disebutkan pada masa lalu,
kota Medan adalah titik pertemuan dua buah sungai yaitu Sungai Deli dan Sungai
Babura. Ini rasanya cukup menjelaskan bahwa kota Medan pada masa lalu memiliki lebih
banyak

Bagaimanapun ceritanya, Pulo Brayan masih menjadi salah satu pusat


perekonomian masyarakat Medan Barat dan sekitarnya. Dan diharapkan, semakin tertib
semenjak adanya fly-over yang suka goyang - goyang itu kalau mobil - mobil berat lewat.
Kebetulan, beberapa orang menyebutnya "Titi Brayan", secara etimologis berarti
maksudnya adalah titi yang berayun.

Setiap perempatan lampu merah, dipastikan aliran lalu lintas akan berhenti
bergiliran menunggu lampur hijau menyala. Adanya kendaraan yang antri lampu hijau ini
menjadikan kendaraan di belakangnya berhenti atau memperlambat lajunya, sehingga
antrian pun bertambah panjang. Sering angkutan yang seenaknya berhenti itu membuat
kita yang lagi jalan di belakangnya jadi ikut berhenti juga.

8
B.Fly Over Amplas

Jembatan layang (fly over) yang kini sedang dibangun di Simpang Amplas Medan
guna kelancaran arus lalu lintas dari Medan ke arah Tebing Tinggi dan sebaliknya,
memang belum ada penjelasan kapan rampungnya. Ketika pekerjaan sedang dalam
kesibukan puncak, arus kenderaan yang melintasi kawasan ini terpaksa tersendat, karena
jalan yang sempit dan kenderaan yang padat. Para pengemudi harus bersabar, apalagi jika
baru diguyur hujan, ada badan jalan yang berlekuk, yang memaksa kenderaan merayap
dengan sangat lambat.

Di tengah-tengah kesibukan kerja itu, ada saja sosok yang melihat peluang bisnis,
dengan menawarkan kolong jembatan layang menjadi lapak jualan. Mirip dengan lapak
jualan di kolong jembatan layang Pulo Brayan Kota, yang berpotensi memacetkan arus
lalu lintas dari arah Helvetia ke Brayan Kota. Sedangkan kolong jembatan layang yang ke
arah Jalan Cemara difungsikan menjadi taman penghijauan. Para pedagang menggelar
dagangannya nyaris mempersempit jalan, dengan para pengunjung yang lalu lalang dan
tidak jelas apakah hendak berbelanja atau sekedar cuci mata atau cuma nengok-nengok
(CNN).

Ketika lalu lintas terhenti karena traffic light (lampu pengatur lalu lintas) menyala
merah, para lasykar asongan pun siap-siap menjajakan makanan dan minuman dalam
kemasan ke hidung penumpang kenderaan bermotor. Kondisi ini bukan saja
mengundang kemacetan ketika lampu menyala hijau, tapi juga rawan kecelakaan.
Bahayanya jika tidak ada aparat keamanan, mendadak muncul penjambret melakukan
aksi dan kemudian menghilang di tengah-tengah kesibukan arus lalu lintas.

9
JEMBATAN LAYANG. Sejumlah kenderaan melintas di Jembatan Layang yang baru dioperasikan, di
kawasan Terminal Amplas, Jalan Sisingamangaraja Medan, Rabu (14/10/2009)

BAB V

UPAYA PEMERINTAH
Pemko Medan mengusulkan pembangunan lima "fly over" (jembatan layang)
baru untuk mengatasi kemacetan lalulintas disamping juga untuk percepatan
pembangunan menuju kota metropolitan. Kepala Bagian Humas Pemko Medan, Rusdy
Siregar, di Medan, Rabu, mengatakan, pembangunan jembatan layang itu masih bersifat
wacana, dengan harapan usulan yang ditujukan kepada Dirjen Bina Marga Departemen
Pekerjaan Umum itu mendapat tanggapan. Menurut dia, penambahan jembatan layang di
Kota Medan sudah sangat mendesak mengingat jalan-jalan yang ada di ibukota Provinsi
Sumut itu sudah sangat padat dan sempit.

Lebih lanjut ia menjelaskan, di Kota Medan saat ini sudah ada dua jembatan
layang, yakni di Pulau Brayan dan Amplas. Jembatan layang di Pulau Brayan sudah
selesai dikerjakan dan sudah digunakan masyarakat, sedangkan jembatan layang di
Amplas masih dikerjakan. Sebelumnya, Kepala Bappeda Kota Medan, Harmes Joni,
mengatakan pihaknya mengusulkan rencana pembangunan lima paket proyek "fly over"
tambahan kepada pemerintah dalam upaya mempercepat pertumbuhan kota. "Kelima 'fly
over' itu tiga diantaranya di Pinang Baris, Jalan Jamin Ginting dan jalan Aksara. Dua
lagi masih belum tahu lokasinya yang tepat," katanya. Menurut dia, studi tentang
tentang rencana pembangunan jembatan layang itu sedang dan sudah disiapkan.
"Master plan sudah disesuaikan dengan draf Ranperda Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) yang saat ini masih sedang disusun," katanya.

10
BAB VI
KESIMPULAN
Kemacetan merupakan salah satu masalah mendasar yang pada umumnya
dialami oleh kota – kota besar, termasuk Medan yang merupakan kota terbesar ketiga
setelah Jakarta dan Surabaya. Pertumbuhan ekonomi yang dialami kota Medan, tentunya
dibarengi dengan bertambahnya pertumbuhan penduduk, perkembangan perdagangan,
serta pertambahan volume kendaraan bermotor, baik kendaraan roda dua maupun
kendaraan roda empat.

Sistem penataan kota yang belum tepat, juga salah satu pemicu kemacetan lalu
lintas di kota Medan. Peran serta aparat keamanan, dalam hal ini polisi lalu lintas dan
juga pegawai Dishub ( Dinas Perhubungan ) belum dapat menunjukan hasil kerja yang
efektif dan signifikan terhadap masalah lalu lintas tanpa adanya peran serta dan juga
kesadaran dari seluruh lapisan masyarakat.

Hal yang paling sulit diatasi dalam masalah kemacetan ini adalah menumbuhkan
kesadaran berdisiplin dalam mematuhi peraturan lalu lintas. Masalah ini dikarenakan sifat
alamiah manusia yang tidak bisa sabar dan kurang peduli terhadap ketertiban umum.
Apabila sikap berdisiplin itu bisa tumbuh dengan sendirinya, maka solusi – solusi yang
telah ditelurkan oleh para pakar maupun opini – opini masyarakat akan sangat mudah
terealisasi guna mewujudkan suasana lalu lintas kota Medan yang nyaman, aman, serta
jauh dari yang namanya kemacetan.

Salah satu cara yang signifikan untuk mengatasi kemacetan adalah dengan
pembangunan fly over ( jembatan layang ). Dengan adanya jembatan layang ini, maka
kemacetan dapat dikurangi. Namun kadangkala hasil yang didapat tidak sesuai dengan
apa yang diharapkan, karena meskipun jembatan layang telah dibangun tetapi ada
beberapa masalah baru yang memicu kemacetan. Kesadaran masyarakat untuk
mengurangi kemacetan juga diperlukan. Akan tetapi munculnya pedagang kaki lima serta
parkir sembarangan menumbuhkan kemacetan di bawah fly over.

Dengan itu permasalahan yang mengakibatkan kemacetan dapat diatasi dengan


peran serta masyarakat dan seluruh oknum – oknum keamanan lalu lintas untuk
memaksimalkan daya guna fly over. Peraturan – peraturan yang telah dibuat pemerintah
tentang lalu lintas akan membantu mengurangi kemacetan

Maka dari itu, marilah bersama – sama menimbulkan kesadaran berdisiplin dalam
berlalu lintas yang dimulai dari dalam diri kita sendiri. Karena untuk memulai suatu
usaha yang besar, kita harus memulainya dari yang kecil terlebih dahulu, dalam hal ini
untuk menciptakan kesadaran berdisiplin berlalu lintas masyarakat kita harus
memulainya dari diri kita sendiri.

11
12

Anda mungkin juga menyukai