OLEH:
Ni Made Ermawati
Fakultas Magister Administrasi Publik
Email: madeermawati79@gmail.com
Abstract
The development of rural tourism requires the participation of local communities inthe
entire development phases starting from the planning, implementation, and
supervision. However, in reality, public participation is often completely overlooked.
This study aims to examine the involvement of local communities inthe development
of rural tourism and formulate the model of tourism development which uphols the
participation of local community. The study is conducted in rural tourism Jatiluwih,
Tabanan Regency, Bali. The process ofcollecting data through thestudi literature, in-depth
interviews and non-participant observation. The analyticalmethod used is descriptive
analysis. The result of the research indicates that the development of rural tourism in
Jatiluwih still does not yet involve the local community. The role of government seems
dominant, but whenreferring to the cleanand sustainable governance approach, the role
of the government is expected to become a facilitator by providing bigger opportunity
to take part as well as the benefits from the development to thelocal community. It is
required the political will of the government to reduce the dominant role in
developingrural tourism, throughopening wider space for the community to participat
Keywords: Development, Rural Tourism, Participation, Local Community.
Pendahuluan
Keindahan alam Desa Jatiluwih dengan terasering sawah telah diakui sebagai salah
satu kekuatan utama kepariwisataan di Bali dalam peta kepariwisataan dunia. Keunikan
terasering sawah telah memosisikan Jatiluwih sebagai salah satu objek yangtermasuk dalam
situs warisan budaya dunia sehingga berkemampuan untuk menggerakkan minat wisatawan
untuk melakukan kunjungan ke Jatiluwih. Penetapan Jatiluwih sebagai warisan budaya
dunia oleh UNESCO dinilai strategis terutama sebagai upaya mendorong partisipasi
masyarakat lokal dalam pelestarian sumber daya yang berbasis kekuatan nilai-nilai budaya
yang ada, mendorong pengembangan wilayah, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat
lokal. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pengembangan Desa Wisata
belum berpihak kepada masyarakat Jatiluwih. Contohnya, sawah dan petani merupakan aset
pariwisata yang dijual untuk kepuasan wisatawan.
Namun, pengembangan desa wisata tidak berpihak kepada kehidupan petani. Petani
tetap miskin sementara investor meraup keuntungan besar dari aktivitas pariwisata ini.
Padahal, jika tidak ada sawah dan petani pariwisata di Jatiluwih tidak akan berkembang.
Kebijakan pemerintah lebih berpihak kepada kaum kapitalis (investor). Investor
dibiarkan membangun fasilitas wisata berupa vila di tengah hutan berdekatan dengan Pura
Luhur Petali. Pembangunan vila tersebut telah melanggar radius kesucian pura (kurang dari
dua kilometer dari Pura Luhur Petali) dan melanggar Peraturan Bupati Tabanan Nomor 9
tahun 2005 khususnya pasal 14 ayat (5). Lokasi dan desain vila nampak arogan dan kontras
dengan lingkungan sekitar. Masyarakat Jatiluwih menentang keras keberadaan vila tersebut
karena ancaman terhadap kesucian pura.
1. Pembahasan
6. SIMPULAN
Peran pemerintah dalam pengelolaan sumber daya pariwisata terlihat dominan.
Padahal bila mengacu pada pendekatan tata kelola pemerintah yang bersih dan
berkelanjutan peran pemerintah diharapkan menjadi fasilitator dengan memberikan
peran dan manfaat yang lebih besar kepada masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa
pembangunan pariwisata berbasis partisipasi masyarakat belum terwujud di wilayah
ini. Masyarakat belum menjadi subjek pembangunan, tetapi masih menjadi objek
pembangunan
7. DAFTAR PUSTAKA
Abe, A. 2002. Perencanaan Daerah Partisipatif. Solo: Pondok Edukasi.
Adiyoso, W. 2009. Menggugat Perencanaan Partisipatif dalam Pemberdayaan
Masyarakat. Jakarta: ITS Press.
Arnstein, S.R. 1969. A Ladder Of Citizen Participation JAIP. Vol 35. No 4, pp 216--224
dilihat pada http;// Lithgow-Schmidt/Sherry-arnstein/ ladder-of-citizen participation. Pdf
tanggal 30 Oktober 2009.
Baiquni, M. 2007. Strategi Penghidupan di Masa Krisis, Belajar dari Desa. . yogyakarta:
Ideas Media.
Damanik, J. dan Weber, H. 2006. Perencanaan Ekowisata: Dari Teori ke Aplikasi.
yogyakarta: Andi Offset.
Dewi, M.H.U. 2004. Dampak Ekonomi Pariwisata terhadap Kesejahteraan Masyarakat
Lokal di Tiga Desa Kawasan Wisata Lovina. Denpasar: Lembaga Penelitian, Universitas
Udayana.
Fandeli, C. Raharjana,D.T. Kaharudin. 2003. Pengembangan Kawasan Pedesaan sebagai
Objek Wisata (Perencanaan Model Kelembagaan, Pasar dan Paket Wisata Pedesaan
Sekitar Gunung Merapi) Yogyakarata. <ogyakarta: Lembaga Penelitian Universitas
Gadjah Mada.