AUDITING II
Oleh : Kelompok 2
NAMA ANGGOTA:
UNIVERSITAS WARMADEWA
Taksiran poin untuk lebih saji dihitung dengan mengalikan jumlah rata-rata lebih
saji dalam unit rupiah yang diaudit dikalikan dengan nilai per pembukuan.
Pendekatan yang sama digunakan untuk menghitung taksiran untuk kurang saji.
Perlu dicatat bahwa apabila asumsi kesalahan penyajian diubah, batas kesalahan
penyajian juga berubah. Metoda yang digunakan untuk menyesuaikan batas untuk
jumlah pengurang hanya salah satu dari berbagai cara yang bisa digunakan.
D. SAMPLING VARIABEL
Sampling variabel adalah metode statistik yang digunakan auditor. Sampel variabel dan
sampling non-statistik memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mengukur kesalahan
penyajian dalam saldo akun. Jika auditor menentukan bahwa jumlah salah saji melampaui
jumlah yang dapat ditoleransi, mereka akan menolak populasi dan melakukan tindakan
tambahan. Sejumlah teknik sampling membentuk metode yang disebut variabel sampling
yaitu: estimasi selisih, estimasi rasio dan estimasi min-per-unit.
DISTRIBUSI SAMPLING
Auditor tidak mengetahui nilai rata-rata (mean) salah saji dalam populasi, distribusi
jumlah salah saji, atau nilai yang diaudit. Karakteristik populasi tersebut harus diestimasi
dari sampel yang tentu saja, merupakan tujuan dari pengujian audit. Untuk setiap sampel,
auditor menghitung nilai rata-rata item dalam sampel sebagai berikut:
X = nilai mean dari unsure sampel
Xj = nilai dari setiap unsure sampel individu
n = ukuran sample
Setelah menghitung nilai rata-rata item sampel, auditor memasukannya ke dalam
distribusi frekuensi.
INFERENSI STATISTIK
Jika sampel diambil dari satu populasi dalam situasi audit actual, auditor tidak
mengetahui karakteristik populasi itu dan biasanya, hanya satu sampel yang akan diambil
dari populasi bersangkutan. Pengetahuan mengenai distribusi sampling akan
memungkinkan auditor untuk menarik kesimpulan statistic, atau inferensi statistic
(statistical inferences ), mengenai populasi.
Auditor dapat menyatakan kesimpulan yang dibuatnya dari interval keyakinan dengan
menggunakan inferensi statistic dalam cara yang berbeda. Akan tetapi, mereka harus
berhati-hati untuk menghindari kesimpulan yang tidak benar, mengingat nilai populasi
yang sebenarnya selalu tidak diketahui. Akan tetapi, auditor dapat mengatakan bahwa
prosedur yang digunakan untuk memperoleh sampel dan menghitung interval keyakinan
akan menghasilkan interval yang berisi nilai rata- rata populasi yang sebenarnya dalam
persentase tertentu pada saat tersebut. Singkatnya, auditor mengetahui reliabilitas proses
inferensi statistic yang digunakan untuk menarik kesimpulan. Menghitung interval
keyakinan rata-rata populasi dengan menggunakan logika yaitu sebagai berikut :
Ukuran sampel awal untuk PT ABC sekarang dapat dihitung dengan menggunakan
formula sebagai berikut :
2
SD ( ZA + ZB ) N
n=
[
TM-E ]
Keterangan :
n = ukuran sampel awal
SD = estimasi standar deviasi di muka
ZA = koefisien confidence untuk ARIA
ZB = koefisien confidence untuk ARIR
N = ukuran populasi
TM = kesalahan penyajian bisa ditoleransi untuk populasi (materialitas)
E = estimasi taksiran poin kesalahan penyajian dalam populasi
Dalam menerim populasi dengan cara ini, auditor mengambil resiko 10% keliru, yaitu
bahwa populasi sesungguhnya mengandung kesalahan penyajian material. Namun
demikian, berdasarkan pertimbangan perencanaan auditor, tingkat resiko ini adalah tepat.
Analisis
Mengingat bahwa standar deviasi (21,2) lebih besar dari pada taksiran di muka (20), dan
taksiran poin sesungguhnya (Rp9.040,-) lebih besar dari pada taksiran dimuka (Rp1.500,)
maka menjadi mengejutkan bahwa populass diterima. Namun, penggunaan ARIR yang
kecil menyebabkan ukuran sampel menjadi besar, dibandingkan apabila ARIRnya 100%.
Apabila ARIR 100%, yang lazim dilakukan apabila tambahan biaya audit untuk
menaikkan ukuran sampel murah, ukuran sampel yang diperlukan hanya 28.