Anda di halaman 1dari 10

RMK RPS 3

Sampling Audit: Pengujian Rinci Saldo

Mata Kuliah Pengauditan II (EKA 446)

Kelas B3

Disusun Oleh:
Kelompok 3

Nama Anggota :

Ni Komang Priyahita (05/2107531074)


Ni Kadek Yunia Sumirta (06/2107531075)
Ni Ketut Febriyani (08/2107531089)

Dosen : Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, S.E., M.Si., Ak.CA.

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2022/2023
PEMBAHASAN

A. PEMBANDINGAN SAMPLING AUDIT UNTUK PENGUJIAN RINCI SALDO


DENGAN PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIVE
TRANSAKSI
Dalam menerapkan risiko sampling, auditor dapat menggunakan baik metode non-
statistik maupun metoda statistik untuk pengujian pengendalian, pengujian substantif
transaksi, dan pengujian rinci saldo.
1) Pengujian pengendalian:
Efektivitas operasi pengendalian internal
2) Pengujian substantif transaksi:
­ Efektivitas operasi pengendalian internal
­ Kebenaran rupiah transaksi dalam sistem akuntansi
3) Pengujian rinci saldo:
- Apakah jumlah rupiah saldo akun mengandung kesalahan penyajian secara
material
Adapun tujuan auditor melakukan pengujian pengendalian dan pengujian substantif
transaksi adalah:
1. Untuk menentukan apakah tingkat penyimpanan dalam populasi cukup rendah.
2. Untuk menurunkan taksiran risiko pengendalian dan dengan demikian mengurangi
pengujian rinci saldo.
Dalam hal ini auditor menggunakan metoda sampling yang memberikan hasil dalam
bentuk rupiah. Terdapat tiga jenis metoda sampling yang digunakan untuk menghitung
kesalahan penyajian rupiah dalam saldo akun yaitu sampling non-statistik, sampling unit
moneter dan sampling variabel.

B. SAMPLING NON STATISTIK


Berikut ini adalah tahapan sampling untuk pengujian rinci saldo:
1. Menetapkan tujuan pengujian audit.
Dalam pengujian rinci saldo, sampel digunakan untuk menentukan apakah saldo
akun yang sedang diaudit telah ditetapkan dengan wajar.
2. Memutuskan apakah sampling audit bisa diterapkan.
Sampling audit diterapakan apabila auditor merencanakan untuk mengambil
kesimpulan tentang populasi berdasarkan suatu sampel. Biasanya auditor
menggunakan sampel pada banyak akun, namun pada kondisi tentu sampling tidak
dapat diterapkan.
3. Merumuskan kesalahan penyajian.
Dalam pengujian rinci saldo, suatu kesalahan penyajian terjadi apabila unsur
sampel kesalahan penyajian. Pada pengauditan piutang usaha, setiap kesalahan
penyajian yang dilakukan klien pada suatu piutang kepada pelanggan dalam sampepl
yang ditarik auditor merupakan suatu kesalahan penyajian. apabila
4. Merumuskan populasi.
Dalam pengujian rinci saldo, populasi didefinisikan sebagai unsur-unsur yang
membentuk populasi rupiah yang tercatat dalam pembukuan. Apabila terdapat banyak
populasi, auditor akan memilah populasi menjadi dua atau lebih subpopulasi sebelum
menerapkan sampling audit. Hal ini disebut dengan sampling distrarifikasi. Setiap sub
populasi dari cara ini disebut dengan stratum.
5. Merumuskan unit sampling.
Dalam pengujian rinci saldo, unit sampling audit non statistik seluruhnya berupa
unsur-unsur yang membentuk saldo akun.
6. Menetapkan kesalahan penyajian bisa ditoleransi.
Untuk menentukan ukuran sampel dan mengevaluasi hasil dalam sampling non
statistik, auditor menggunakan kesalahan penyajian bisa ditoleransi. Setiap kali
kesalahan penyajian bisa ditoleransi diturunkan auditor, maka ukuran sampel yang
dibutuhkan harus dinaikkan untuk saldo akun atau kelompok transaksi yang
bersangkutan.
7. Menetapkan risiko bisa diterima untuk keliru menerima atau Acceptable Risk Of
Incorrect Acceptance (ARIA).
Besarnya risiko yang bisa diterima auditor dalam menerima suatu saldo akun
sebagai saldo yang benar padahal kesalahan penyajian yang sesungguhnya melampaui
kesalahan penyajian bisa ditoleransi. ARIA berhubungan terbalik dengan ukuran
sampel yang dibutuhkan.
8. Menaksirkan kesalaha penyajian dalam populasi.
Dalam membuat estimasi, biasanya auditor berdasarkan pengalaman tahun
sebelumnya dengan klien yang bersangkutan dan dengan menaksirkan risiko bawaan,
mempertimbangkan hasil pengujian pengendalian, pengujian substantif transaksi, dan
pengujian analisis.
9. Menentukan ukuran sampel awal.
Apabila menggunakan sampling non statistik, tentukan ukuran sampel awal
dengan mempertimbangkan beberapa faktor. Tidak mengherankan bahwa
pertimbangan semua faktor tersebut memerlukan judgement . Untuk membantu
auditor membuat keputusan tentang ukuran sampel, auditor mengikuti pedoman yang
dibuat oleh kantor akuntan masing-masing atau sumber lain.
10. Memilih sampel.
Dalam sampling non statistik, standar auditing mengijinkan auditor untuk
menggunakan salah satu metoda pemilihan. Auditor akan membuat keputusan setelah
mempertimbangkan keuntungan dan kerugian setiap metoda, termasuk pertimbangan
biayanya.
11. Melaksanakan prosedur audit.
Untuk melaksanakan prosedu audit, auditor menerapkan prosedur audit yang
tepat terhadap setiap unsur dalam sampel untuk menentukan apakah berisi kesalahan
penyajian.
12. Generalisasi dari sampel ke populasi dan memutuskan akseptabilitas populasi.
Dalam melakukan generalisasi dari sampel ke populasi auditor menggunakan du
acara yaitu melakukan proyeksi kesalahan penyajian dari hasil sampel ke populasi dan
mempertimbangkan kesalahan sampling dan risiko sampling (ARIA).
13. Menganalisis Kesalahan Penyajian.
Auditor harus mengevaluasi sifat dan penyebab setiap kesalahan penyajian yang
ditemukan dalam pengujian rinci saldo. Auditor harus menentukan mengapa
kesalahan semacam itu sering terjadi, implikasi dan kesalahan penyajian terhadap
bagian audit lainnya, dampak potensial terhadap laporan keuangan, dan pengaruhnya
terhadap operasi perusahaan. Auditor juga harus melakukan analisis kesalahan
penyajian untuk memutuskan apakah diperlukan suatu modifikasi atas model risiko
audit.
14. Tindakan apabila populasi ditolak.
Apabila auditor berkesimpulan bahwa kesalahan penyajian dalam populasi lebih
besar dari kesalahan penyajian bisa ditoleransi setelah mempertimbangkan kesalahan
sampling, populasi dipandang tidak bisa diterima. Dalam situasi tersebut, auditor
memiliki beberapa kemungkinan tindakan.
- Tidak mengambil tindakan apapun dampai pengujian audit lainnya selesai
dikerjakan
- Memperluas pengujian audit pada bidang tertentu
- Menaikkan ukuran sampel
- Menyesuaikan saldo akun
- Minta klien untuk mengoreksi populasi
- Menolak untuk memberi opini wajar tanpa pengecualian

C. SAMPLING UNIT MONETER


Sampling unit moneter atau Monetary Unit Sampling (MUS) adalah metode sampling
statistik yang paling banyak digunakan untuk pengujian rinci saldo karena kesederhanaan
statistik dari sampling atribut yang memberikan hasil statistik yang dinyatakan dalam
bentuk rupiah.
Perbedaan Antara MUS dengan Sampling Nonstatistik
• Rumusan Unit Sampling adalah Rupiah Individual.
Fitur yang terpenting dari MUS adalah perumusan unit sampling sebagai
rupiah individual yang ada dalam saldo akun. Dengan fokus pada rupiah individual
sebagai unit sampling. Namun metode statitistik, sampling unit monitor, berasal dari
fitur yang berbeda-beda. Berhubungan sampel dipilih berdasarkan rupiah individual,
suatu akun dengan saldo besar memiliki kemungkinan lebih besar untuk
diikutsertakan daripada akun dengan saldo yang lebih kecil.
• Ukuran Populasi adalah Rupiah Populasi Menurut Pembukuan.
Karena metode pemilihan sampel dalam MUS, seperti yang telah diuraikan
kemudian, tidaklah mungkin untuk menilai kemungkinan terjadinya unsur dicatat
dalam populasi. MUS tidak dapat digunakan untuk mengevaluasi apakah unsur
persediaan tersebut sungguh-sungguh ada tetapi belum dihitung.
• Pertimbangan pendahuluan Materialitas Digunakan untuk setiap akun Bukan
Kesalahan Penyajian Bisa Ditoleransi.
Teknik sampling lain menghendaki auditor untuk menentukan kesalahan
penyajian bisa ditoleransi untuk setiap akun dengan mengalokasikan pertimbangn
pendahuluan materialitas.
• Ukuran Sampel Ditentukan dengan Menggunakan Formula statistik.
• Pemilihan Sampel Dilakukan dengan Menggunakan PPS.
Sampel PPS dapat diperoleh dengan menggunakan perangkat lunak computer,
tabel nomor acak, atau teknik sampling aiatematika. Satu masalah dalam penggunaan
pemilihan PPS adalah bahwa unsur populasi dalam pembukuan bersaldo nol, tidak
mempunyai kesempatan untuk terpilih dengan pemilihan sampel PPS.
Generalisasi dari Sampel ke Populasi dengan Menggunakan Teknik MUS
Apapun metode sampling yang dipilih, auditor harus melakukan generalisasi dari
sampel ke populasi dengan memproyeksi kesalahan penyajian dari sampel ke populasi
dan dengan menentukan kesalahan samping yang bersangkutan. Ada empat aspek untuk
melakukan hal tersebut dengan MUS yaitu:
1) untuk menghitung hasil digunakan tabel sampling atribut
2) hasil atribut harus dikonversi menjadi rupiah
3) auditor harus membuat suatu asumsi tentang persentase kesalahan penjajian
4) apabila menggunakan MUS hasil statistika disebut batas kesalahan penyajian.
Geberalisasi Menggunakan MUS dari Sampel ke Populasi Seandainya Tidak
Ditemukan Kesalahan Penyajian.
Selama auditor berlangsung tidak ditemukan kesalahan penyajian dalam sampel.
Namun auditor ingin menentukan jumlah maksimum lebih saji dan kurang saji yang
mungkin terkandung dalam populasi walaupun bila sampel tidak berisi kesalahan
penyajian. Hal ini masing-masing disebut batas atas dan batas bawah. Untuk mengonversi
persentase ini menjadi rupiah, auditor harus membuat suatu asumsi tentang rata-rata
persentase kesalahan penyajian dalam rupiah populasi yang berisi kesalahan penyajian.
Generalisasi Apabila Ditemukan Kesalahan Penyajian
Dalam hal ini ada empat aspek yang digunakan untuk melakukan generalisasi dari
sampel ke populasi yaitu sebagai berikut:
1. Jumlah kesalahan penyajian mula-mula dipisahkan dan kemudian digabungkan.
2. Dibuat asumsi kesalahan penyajian yang berbeda untuk setiap kesalahan
penyajian, termasuk nol kesalahan penyajian.
3. Auditor harus menggunakan tabel sampling atribut untuk membuat lapisan tingkat
batas atas penyimpangan terhitung.
4. Asumsi kesalahan penyajian harus dikaitkan dengan setiap lapisan.
Menetapkan Aspektabilitas Populasi dengan Menggunakan MUS
Setelah kesalahan penyajian dihitung, seorang auditor harus menetapkan apakah
populasi tersebut bisa diterima. Untuk melakukan hal tersebut diperlukan aturan
pengambilan keputusan untuk MUS adalah sebagai berikut: Apabila batas bawah
kesalahan penyajian maupun batas atas jatuh di antara jumlah jumlah kurang dan lebih
saji bisa ditoleransi, bisa disimpulkan bahwa nilai per buku tidak mengandung kesalahan
penyajian material.

D. SAMPLING VARIABLE
Sampling variable adalah metode statistic yang digunakan oleh auditor. Sampling
variable dan sampling nonstatistik untuk pengujian atas rincian saldo memiliki tujuan
yang sama, yaitu mengukur salah saji dalam suatu saldo akun. Jika auditor menentukan
bahwa jumlah salah saji melampaui jumlah yang dapat ditoleransi, mereka akan menolak
populasi dan melakukan tindakan tambahan.
• Distribusi Sampling
Auditor tidak mengetahui nilai rata-rata (mean) salah saji dalam populasi, distribusi
jumlah salah saji, atau nilai yang diaudit. Karakteristik populasi tersebut harus
diestimasi dari sampel yang tentu saja, merupakan tujuan dari pengujian audit. Untuk
setiap sampel, auditor menghitung nilai rata-rata item dalam sampel sebagai berikut:
𝜮 𝒙𝒋
�=
𝒙
𝒏

Setelah menghitung nilai rata-rata item sampel, auditor memplotnya ke dalam


distribusi frekuensi.
• Inferensi Statistik
Jika sampel diambil dari satu populasi dalam situasi audit actual, auditor tidak
mengetahui karakteristik populasi itu dan biasanya, hanya satu sampel yang akan
diambil dari populasi bersangkutan. Pengetahuan mengenai distribusi sampling akan
memungkinkan auditor untuk menarik kesimpulan statistic, atau inferensi statistic
(statistical inferences), mengenai populasi.
• Metode Variabel
1. Estimasi Perbedaan
Auditor menggunakan estimasi perbedaan (difference estimation) untuk
mengukur estimasi jumlah salah saji total dalam populasi apabila ada nilai tercatat
maupun nilai yang diaudit bagi setiap item sampel, yang hampir selalu terjadi
dalam audit.
2. Estimasi Rasio
Estimasi rasio (ratio estimation) serupa dengan estimasi perbedaan kecuali
auditor menghitung rasio antara salah saji dan nilai tercatatnya serta
memproduksikan hal ini dengan populasi untuk mengestimasi total salah saji
populasi. Estimasi rasio dapat menghasilkan ukuran sampel yang jauh lebih kecil
ketimbang estimasi perbedaan jika ukuran salah saji populasi proporsional dengan
nilai tercatat item populasi.
3. Estimasi Rata-rata per Unit
Estimasi rata-rata per unit (mean per unit estimation) auditor berfokus
pada nilai yang teraudit dan bukan pada jumlah salah saji setiap item dalam
sampel. Kecuali untuk definisi apa yang sedang diukur, estimasi rata-rata per unit
dihitung dengan cara yang sama seperti estimasi perbedaan. Titik estimasi nilai
yang diaudit sama dengan rata-rata nilai item yang di audit dalam sampel
dikalikan dengan ukuran populasi.
• Metode Statistik Berstratifikasi (Berjenjang)
Sampling stratifikasi adalah metode sampling dimana semua unsur dalam total
populasi dibagi menjadi dua atau lebih subpopulasi. Setiap subpopulasi kemudian
diuji secara independen. Perhitungannya dilakukan bagi setiap strata dan kemudian
digabung menjadi satu estimasi populasi secara keseluruhan untuk interval keyakinan
populasi secara menyeluruh. Hasilnya diukur secara statistic. Stratifikasi dapat
diterapkan pada estimasi perbedaan, rasio, dan rata-rata per unit, tetapi paling sering
digunakan dengan estimasi rata-rata per unit.
• Risiko Sampling
Risiko yang dapat diterima atas penerimaan yang salah (ARIA) untuk
sampling nonstatistik. Untuk sampling variabel, auditor menggunakan ARIA serta
risiko yang dapat diterima atas penolakan yang salah (Acceptable Risk of Incorrect
Rejection = ARIR).
1) ARIA
ARIA adalah risiko statistic bahwa auditor telah menerima populasi yang, dalam
kenyataannya, mengandung salah saji yang material.
2) ARIR
Risiko yang dapat diterima atas penolakan yang salah (Acceptable Risk of
Incorrect Rejection = ARIR) adalah risiko statistic bahwa auditor telah
menyimpulkan suatu populasi mengandung salah saji yang material padahal
sebenarnya tidak.
E. ILUSTRASI PENGGUNAAN ESTIMASI SELISIH
Untuk mengilustrasikan konsep dan metodologi sampling variabel, kita tela memilih
estimasi perbedaan dengan menggunakan pengujian hipotesis karena relative sederhana.
 Merencanakan Sampel dan Menghitung Ukuran Sampel dengan Menggunakan
Estimasi Perbedaan (Selisih)
1. Menyatakan Tujuan Pengujian Audit
2. Memutuskan Apakah Sampling Audit Dapat Diterapkan
3. Merumuskan Kondisi Salah Saji
4. Merumuskan Populasi
5. Merumuskan Unit Sampling
6. Menetapkan Salah Saji yang Dapat Ditoleransi
7. Menetapkan Risiko yang Dapat Diterima
8. Mengestimasi Salah Saji dalam Populasi
­ Estimasi titik estimasi yang diharapkan.
­ Melakukan estimasi deviasi standar populasi dimuka – variabilitis populasi.
9. Menghitung Ukuran Sampel Awal
 Memilih Sampel dan Melaksanakan Prosedur Audit
 Mengevaluasi Hasil
1. Generalisasi dari Sampel ke Populasi
2. Menganalisis kesalahan penyajian
3. Menentukan akseptabilitas populasi
 Tindakan Apabila Hipotesis Ditolak
Jika satu atau kedua batas keyakinan terletak diluar rentang salah saji yang
dapat ditoleransi, populasi dianggap tidak dapat diterima. Tindakan yang akan diambil
auditor adalah sama seperti untuk sampling nonstatistik, kecuali estimasi yang lebih
baik terhadap salah saji populasi telah dibuat. Jika interval presisi yang dihitung
melampaui salah saji yang dapat ditoleransi, auditor tidak akan mengharuskan
pembukuan disesuaikan.
DAFTAR PUSTAKA

Jusup, A. H. (2014). AUDITING (Pengauditan Berbasis ISA), Edisi II. Yogyakarta: STIE
YKPN.

Anda mungkin juga menyukai