DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk
mengurus rumah tangganya sendiri berdasarkan hak asal-usul dan adat istiadat yang
diakui dalam Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah Kabupaten. R.Bintarto
(2010:6) menyatakan desa juga dapat dikatakan sebagai suatu hasil perpaduan anatara
kegiatan sekelompok manusia dengan lingkungannya. Hasil dari perpaduan itu ialah
suatu wujud atau kenampakan di muka bumi yang ditimbulkan oleh unsur – unsur
fisiografi, sosial, ekonomi, politik dan cultural yang saling berinteraksi antar unsur dan
juga dalam hubungannya dengan daerah – daerah.
Desa Wisata adalah sebuah area atau daerah pedesaan yang memiliki daya tarik
khusus yang dapat menjadi daerah tujuan wisata, seperti halnya Desa tinalah
bertepat di Kulon Progo di desa Purwoharjo Daerah istimewa Yogyakarta. Desa
tinalah yaitu desa wisata yang kaya akan potensi wisata alam, edukasi dan budaya.
Terbentuknya desa tinalah tidak terlepas dari peran masyarakat serta pemerintah,
Program pengembangan desa wisata juga berdasarakan dari perubahan trend cara
berwisata. Dimana para wisatawan dengan memiliki motivasi datang ke desa
wisata untuk bisa menikmati kehidupan masyarakat serta dapat mempelajari
budaya yang masih diterapkan didesa wisata tersebut. Desa Wisata Tinalah sendiri
termasuk desa populer di daerah tersebut. Dimana desa tinalah ini memiliki konsep
penyatuan alam dan nilai-nilai budaya dengan slogan Pesona Alam dan Budaya.
Kondisi budaya di Dewi Tinalah masih terlaksana dengan baik berupa gamelan,
kesenian (Jatilah, wayang orang, wayang kulit), adat istiadat peringatan bulan
Sapar, Suro, Kirab Merti Bumi Tinalah, genduri, kelahiran bayi, acara
pernikahan, upacara kematian, dan wiwitan (wiwit tandur, wiwit panen, wiwit
Belik Ngancar). Kehidupan masyarakat di Dewi Tinalah mayoritas adalah
petani sekaligus beternak karena masih mempunyai lahan pertanian yang luas
atau menggarap sawah orang lain dengan sistem bagi hasil, begitu juga dengan
peternakan. Kondisi ini merupakan tatacara kehidupan masyarakat di Dewi
Tinalah. Di Dewi Tinalah Nama Desa Wisata Tinalah sendiri diambil dari nama
Sungai Tinalah. Desa Wisata Tinalah sering disebut dengan nama Dewi Tinalah.
Desa Wisata Tinalah juga menawarkan berbagai paket wisata diantaranya paket
outbond, camping, trekking dan river tubing. Didesa tinalah Wisatawan dapat
menelusuri keindahan alam dengan mendaki Puncak Kleco, menyusuri sungai
Tinalah dan juga Gua Sriti.
A. Konsep Desa Digital
Definisi Desa Digital
Secara singkat desa digital dapat diartikan sebagai suatu proses untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang tinggal di pedesaan mellui TIK yang
berbasiskan digital.
Desa digital merupakan konsep program yang menerapkan sistem pelayanan
pemerintahan, pelayanan masyarakat, dan pemberdayaan masyarakat berbasis
pemanfaatan teknologi informasi. Program ini bertujuan untuk mengembangkan
potensi desa, pemasaran dan percepatan akses serta pelayanan publik.
Dalam desa digital pelayanan publik akan bersifat digital dengan terkoneksi
melalui jaringan nirkabel. Pelayanan yang bersifat digital akan mendorong
peningkatan layanan publik di desa-desa dan mempermudah perangkat desa untuk
melakukan evaluasi dan perbaikan layanan dengan basis data yang nantinya
dimiliki.
Konsep desa digital menjadi penting sebagai salah satu solusi meningkatkan
partisipasi masyarakat agar lebih berdaya dalam implementasi teknologi pada
kehidupan desa.
Undang Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa yang terdiri atas 16 Bab.
Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014, pemerintah mengatur segala
peraturan yang berkaitan dengan desa. Peraturan yang dimuat di dalamnya
meliputi: Desa dan adat desa, kelembagaan desa, badan permusyawaratan desa,
peraturan desa, pemilihan kepala desa, sumber pendapatan desa, pembangunan
desa dan kawasan pedesaan, lembaga kemasyarakatan desa, lembaga adat desa,
dan ketentuan khusus lainnya.
Permendesa No 13 Tahun 2020 pasal 6 ayat 2/a tentang Prioritas Penggunaan
Dana Desa yang berbunyi “Pendataan desa, pemetaan potensi dan sumber daya,
dan pengembangan teknologi informasi dan komunikasi sebagai upaya
memperluas kemitraan untuk pembangunan desa”.
Permendesa No 21 Tahun 2020 pasal 11 ayat 1 – 5
(1) Sistem Informasi desa bagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (2)
digunkan untuk menyusun:
a. Arah kebijakan Perencanaan Pembangunan Desa; dan
b. Program dan/atau kegiatan prioritas pembangunan Desa untuk mencapai
tujuan SDGs Desa
(2) Sistem informasi Desa Sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat
terbuka dan dapat diakses oleh masyarakat Desa dan Pihak Ketiga yang
membutuhkan data dan Informasi tentang Desa
(3) Pemerintah Pusat dapat mengakses data SDGs Desa melalui dashboard
Sistem informasi Desa berskala nasional di Kementrian
(4) Pemerintah daerah Provinsi dapat mengakses data SDGs melalui dashboard
Sistem Informasi Desa berskala provinsi
(5) Pemerintah daerah Kabupaten/kota dapat mengakses data SDGs Desa
melalui dashboard Sitem Informasi Desa berskala kabupaten/kota
Dewi Tinalah sejak awal bergerak tepatnya pada tahun 2013, sudah berupaya
untuk melakukan pengembangan desa dengan memanfaatkan Teknologi Informasi
dan Komunikasi demi terciptanya desa wisata digital. Langkah awal yang
dilakukan adalah dengan distribusi informasi melalui media sosial dengan
pembuatan video dan gambar digital. Kemudian pemanfaatan layanan cluod atau
hosting juga digunakan dalam Web Dewi Tinalah yang memuat profil, layanan
desa wisata, dan reservasi atau booking secara online. Dewi Tinalah juga memuat
layanan kritik, masukan, dan saran secara online melalui Google Apps.
Saat pandemi melanda pada tahun 2020, Desa Wisata Tinalah melakukan
inovasi desa wisata digital dengan pembuatan aplikasi “Desa Wisata Tinalah-
Visiting Jogja” di mobile apps. Fitur yang ada di dalam aplikasi ini memuat profil
tentang desa wisata, paket desa wisata, booking atau reservasi, game desa wisata,
jelajah desa wisata, serta e-sertifikat untuk pengguna aplikasi aplikasi Dewi
Tinalah. Pembayaran juga dapat dilakukan melalui dompet elektronik atau layanan
pembayaran digital lainnya.
Dalam melakukan pengenalan atau promosi paket desa wisata, Dewi Tinalah
memberlakukan sistem promosi secara daring dan luring. Secara offline atau
luring, Dewi Tinalah melakukannya dengan memperbanyak relasi dengan
membagikan kartu nama, brosur, kalender, serta melakukan kegiatan seminar dan
pameran. Sedangkan secara online atau daring, Dewi Tinalah melakukan kegiatan
promosinya melalui media sosial, email dan layanan dari berbagai developer.
Sistem pemasaran secara online saling terhubung satu sama lain untuk
menunjukkan informasi pemaketan dan pemesanan atau reservasi kegiatan wisata
di Dewi Tinalah.
BAB III
PEMBAHASAN
Karakteristik Desa Wisata Digital juga mempunyai arah digitalisasi desa wisata
atau literasi digital. Pengelola desa wisata perlu memperhatikan dokumen digital
pengelolaan, pusat informasi digital, digital marketing (pemasaran digital), transaksi
digital (pemesanan-pembayaran), komunikasi media sosial, dan literasi digital
masyarakat di desa.
Desa wisata digital adalah desa yang telah memasuki dan melebarkan sayap
melalui pendekatan digital. Desa wisata digital ditantang untuk dapat menunjukkan
komitmen menjadikan digitalisasi sebagai sarana penunjang desa wisata.
Desa wisata telah memiliki situs (website) untuk mempromosikan aktivitas dan
usaha desa wisata.
Situs desa wisata tersebut telah berisikan pemesanan tiket masuk,
memilih paket wisata, memilih tempat pondok wisata (homestay) dan lain-lain
jejaring media sosial.
Pusat Informasi Digital
Desa wisata dengan mudah dapat ditemukan di internet (media sosial)
Desa wisata secara jelas dapat menampilkan daya tarik, produk lokal, destinasi
wisata setempat, jadwal pertunjukan, dan lokasi fasilitas umum.
Desa wisata memiliki alamat dan kontak yang jelas dan mudah dihubungi serta
masih aktif.
Sosial Media Desa Wisata
Desa wisata telah memiliki WIFI pada satu tempat atau beberapa tempat.
Desa wisata telah memiliki sistem pencatatan terintegrasi untuk kunjungan,
keuangan, kerjasama, program kerja, dan data lainnya.
3.2 Konsep Tourism Marketing dan Penerapannya di Desa Tinalah
Desa Tinalah merupakan desa yang menjadi juara ke empat dalam kategori desa
wisata digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif. Proses digitalisasi desa wisata tinalah ini merupakan salah satu strategi untuk
mempromosikan wisata melalui pendekatan digital untuk mendukung pembangunan
desa. Salah satu konsep digitalisasi desa yang digunakan di Desa Tinalah ini adalah
tourism marketing.
Hasil
Instrumen
Technology Change ✓
Political Legal Change ✓
Economic Change ✓
Sosio-Culture Change ✓
Market Change ✓
Sumber data: Hasil penelitian Agung Sulistyo dalam Journal of Tourism Destination
and Attraction 2021
Melalui data diatas dapat dilihat bahwa penerapan tourism marketing belum
dapat dilaksanakan secara menyeluruh sehingga memerlukan berbagai usaha lebih
untuk mewujudkan desa wisata yang unggul. Instrumen pertama Technology Change,
menurut data diatas sudah diterapkan di Desa Tinalah yang dapat dilihat dari pengadaan
platform (website) dan telah menyediakan fasilitas free wifi maupun berbayar bagi
wisatawan yang berkunjung. Hal ini merupakan salah satu target yang harus dicapai
oleh objek wisata yang menerapkan konsep tourism marketing. Selain pengadaan
website, desa tinalah juga membuat aplikasi di playstore untuk mempermudah akses,
dan ada pula pengadaan media sosial dan informasi di google maps. Hal ini
menggambarkan adanya perubahan teknologi informasi yang berbanding lurus dengan
perubahan kehidupan masyarakat Desa Tinalah dalam bidang pariwisata. Penyebaran
informasi menyebabkan terjadinya penghematan waktu wisatawan dalam menggali
info sebelum mengunjungi daya tarik wisata.
Namun, untuk saat ini perkembangan yang terjadi di desa wisata Tinalah menghadapi
beberapa kendala seperti: keterbatasan dalam pengembangan wisata, peran Pemerintah
setempat dan asosiasi pariwisata yang belum maksimal, kurangnya pengetahuan SDM
tentang pengembangan pariwisata, kurangnya peran serta masyarakat dalam
menciptakan inovasi produk, upaya pemasaran yang belum maksimal, serta belum
terbangun sinergi yang baik dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi berbasis
masyarakat. Berbagai inovasi baru perlu dikembangkan oleh pengelola dan dibantu
oleh pemerintah agar nilai wisata desa Tinalah semakin tinggi yang tentunya dapat
memberikan dampak pengembangan ekonomi masyarakat maupun UMKM Indonesia.
DAMPAK NEGATIF
1. Kesenjangan dan gesekan antara pelaku usaha wisata dengan konsep tourism
dan non tourism
Pemasaran pariwisata (tourism marketing) yang dikemas dengan metode
komunikasi pariwisata yang baik oleh pelaku usaha wisata cenderung akan
meningkatkan kunjungan wisata. Kurangnya komunikasi pemasaran pariwisata
akan mengakibatkan minimnya kunjungan wisatawan. Pemasaran pariwisata
yang minim atau nihil akan mengakibatkan kurangnya informasi tentang
keunggulan destinasi pariwisata tertentu bagi wisatawan yang pada gilirannya
akan dapat menurunkan kunjungan wisata. Dengan kata lain, seberapa indah
pun objek atau destinasi pariwisata, kalau tidak dilakukan pemasaran pariwisata
dengan baik yaitu tidak dikemas sedemikian rupa sehingga menarik, maka
pariwisata cenderung tidak akan berkembang dan kunjungan wisata akan
minim atau bahkan nihil dan sebaliknya jika destinasi wisata dikemas dengan
baik dengan pemasaran pariwisata oleh pelaku usaha wisata atau dapat
menggunakan konsep tourism yang baik dizaman globalisasi ini, maka
kunjungan wisata akan semakin meningkat.
2. Membuat ranah privasi setiap orang seolah-olah tanpa batas
Tourism adalah penerapan kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi
guna kepentingan jasa layanan pariwisata. Dalam penerpan tourism ini data
pribadi wisatawan mudah terekam di dalam mesin komputer yang mudah
diakses oleh orang lain. Jadi privasi pengunjung atau wisatawan itu sudah tanpa
batas atau semua bisa diperoleh
3. Banyak tenaga kerja menjadi pengangguran karena terbatasnya peluang kerja
dan standar kompetensi tenaga kerja yang tinggi.
Dalam penerapan tourism marketing yang dilakukan banyak tempat wisata ini
berpengaruh terhadap tenaga manusia yang kini sudah banyak tergantikan oleh
sistem-sistem komputer yang ter-program oleh manusia itu sendiri. Ketika
tenaga manusia sudah mulai tergantikan oleh teknologi maka akan berdampak
pada peningkatan pengangguran dan kemiskinan.
3.4 Saran
Berdasarkan pembahasan diatas dapat diketahui bahwa penerapan konsep
analisis tourism marketing pada objek wisata Dewi Tinalah belum seluruhnya
diterapkan. Instrumen konsep tourism tersebut yaitu: political legal change, economic
change, sosio-culture change market change. Beberapa saran yang dapat kelompok
kami berikan untuk tourism marketing pada desa tinalah, yaitu:
1. Sebaiknya pengelola objek wisata Dewi Tinalah semakin memberikan
pemahaman mengenai konsep digitalisasi desa kepada masyarakat. Dengan
begitu, masyarakat turut memberikan kontribusi bagi penyediaan rumah
mereka menjadi homestay bagi wisatawan dan dapat mendorong paket Live
in di desa wisata Tinalah.
2. Pengelola sebaiknya tetap menjalin kerjasama dengan para mahasiswa
untuk membantu mendampingi pengelolaan masyarakat desa wisata
Tinalah agar masyarakat tetap dapat menghadapi perubahan digital secara
terarah dari generasi muda.
3. Memperluas pintu bagi investor merupakan salah satu cara untuk
mendorong pertumbuhan desa Tinalah dan sebaiknya tetap
mempertahankan tujuan untuk mendorong kesejahteraan masyarakat desa
Tinalah
Berbagai inovasi baru perlu dikembangkan oleh pengelola dan dibantu oleh
pemerintah agar nilai wisata desa Tinalah semakin tinggi yang tentunya dapat
memberikan dampak pengembangan ekonomi masyarakat maupun UMKM Indonesia.
Hal hal diatas benar benar harus diperhatikan serta adaanya progres perbaikan atas
kendala-kendala yang ada di desa tinalah agar tidak adanya hambatan terhadap desa
tinalah untuk menjadi desa yang unggul. Begitu pula dengan desa-desa lainnya,
harapan kami agar dapat seperti desa tinalah dengan memanfaatkan objek wisata untuk
peningkatan pembangunan desa agar terciptanya desa yang unggul dan tidak
ketinggalan dengan kehidupan di perkotaan untuk kesejahteraan masyarakat desa.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Proses digitalisasi merupakan proses yang perlu melibatkan kontribusi
masyarakat. Untuk meningkatkan keterampilan diperlukan keterlibatan masyarakat
dalam mencoba teknologi yang ada dalam peningkatan kualitas desa. Proses digitalisasi
desa wisata tinalah ini merupakan salah satu strategi untuk mempromosikan wisata
melalui pendekatan digital untuk mendukung pembangunan desa. Dengan penerapan
tourism marketing yang mana pelaku industri pariwisata dapat menangkap nilai yang
di inginkan oleh konsumen dan dapat membuat produk ataupun strategi yang tujuannya
untuk menyediakan wisata yang sesuai dengan konsumen inginkan yaitu dengan
memanfaatkan fungsi marketing agar mewujudkan desa wisata yang unggul. Dengan
tourism marketing ini maka pengelola desa tinalah dapat mengetahui apa saja wisata
yang di inginkan oleh para pengunjung.
Nugroho, Lucky. (2021). Pengantar Manajemen Potensi Desa: Aku Yakin Desaku
Punya Sejuta Potensi. Bojonegoro: CV. Agrapana Media