Anda di halaman 1dari 28

SOSIOLOGI PEMBANGUNAN

ANALISIS PEMBANGUNAN DESA DIGITAL, STUDI KASUS:


“PENERAPAN TOURISM MARKETING SEBAGAI PROSES
DIGITALISASI PADA DESA TINALAH, YOGYAKARTA.

Dosen Pengampu: Dra. Lina Sudarwati, M.Si

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 3

1. Maro Srikandi Simbolon 210901008

2. Mutiara Adinda Sakinah 210901052

3. Widisyah Putri 210901040

4. Nahwa Zainab Marpaung 210901060

5. Silvia Dwi Kartika 210901018

6. Sabina Fitri Aulia Lubis 210901068

7. Khairany Amelia Putri 210901064

8. Enjel Pamio Cahaya Sitorus 210901074

9. Winda Romaboida Situmorang 210901062

10. Azizah Apriyani Panjaitan 210901030


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................. 2


BAB I ............................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 3
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 4
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 5
BAB II ........................................................................................................................... 6
KERANGKA TEORI & TINJAUAN PUSTAKA ....................................................... 6
2.1 Kerangka Teori.................................................................................................... 6
2.2 Tinjauan Pustaka ............................................................................................... 10
BAB III ....................................................................................................................... 16
PEMBAHASAN ......................................................................................................... 16
3.1 Karakteristik Desa Wisata Digital ..................................................................... 16
3.2 Konsep Tourism Marketing dan Penerapannya di Desa Tinalah ...................... 18
3.3 Kontribusi Penerapan Konsep Tourism ............................................................ 21
3.4 Saran .................................................................................................................. 24
BAB IV ....................................................................................................................... 26
PENUTUP ................................................................................................................... 26
4.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 27
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk
mengurus rumah tangganya sendiri berdasarkan hak asal-usul dan adat istiadat yang
diakui dalam Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah Kabupaten. R.Bintarto
(2010:6) menyatakan desa juga dapat dikatakan sebagai suatu hasil perpaduan anatara
kegiatan sekelompok manusia dengan lingkungannya. Hasil dari perpaduan itu ialah
suatu wujud atau kenampakan di muka bumi yang ditimbulkan oleh unsur – unsur
fisiografi, sosial, ekonomi, politik dan cultural yang saling berinteraksi antar unsur dan
juga dalam hubungannya dengan daerah – daerah.

Adapun pengertian pembangunan desa, sesuai dengan pasal 1 angka 8 UU


nomor 6 tahun 2014 yaitu pembangunan desa adalah Upaya Peningkatan Kualitas
hidup dan kehidupan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan Masyarakat Desa.
Keberhasilan pembangunan desa juga merupakan wujud adanya efektifitas dan
kemampuan serta etos kerja kepala desa dan aparatur pemerintah desa. Pembangunan
desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup
manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar,
pembangunan sarana dan prasarana desa, pengembangan potensi ekonomi lokal, serta
pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan

Salah satu perkembangan dari pembangunan ekonomi suatu negara adalah


melalui perkembangan parawisata. Parawisata ini tidak dapat berdiri sendiri,
maksudnya adalah parawisata memerlukan perhatian dan juga kerja sama dari seluruh
pihak demi menciptakan parawisata yang unggul dan berkelanjutan. Perhatian yang
diberikan Pemerintah selamanya tidak akan pernah cukup untuk memajukan
parawisata, dengan begitu disini para pengelolah objek wisata perlu ikut turun tangan
dengan tidak menyerahkan sepenuhnya kepada Pemerintah, karena balik lagi sangat
diperlukannya kerjasama antar berbagi pihak yang harus berperan aktif dalam
menyediakan layanan terbaik bagi wisatawan juga akan meningkatkan kunjungan
wisatawan.

Wilayah di Yogyakarta tepatnya di Kabupaten Kulon Progo memiliki banyak


sekali daya tarik wisata salah satunya Desa wisata Tinalah yang mana desa ini memiliki
potensi besar dalam bidang parawisata karena letaknya yang berada di kawasan sungai
Tinalah dan pengunungan Manoreh. Desa Tinalah ini memiliki daya tarik sendiri
karena konsepnya yang menggabungkan pesona alam dengan nilai budaya yang ada di
masyarakat.

Kegiatan pemasaran sangat diperlukan demi keberlangsungannya parawisata


yang ada. Kegiatan pemasaran ini tidak hanya berfokus pada menciptakan daya tarik
pengunjung, namun juga berbagai hal yang terkait dengan kepentingan wisatawan
seperti keselamatan dan juga kenyamanan para wisatawan. Di era yang sudah semakin
maju ini banyak sekali cara dan wadah yang tersedia yang bisa dilakukan sebagai
pemasaran parawisata. Salah satu konsep pengembangan parawisata yang dapat
diterapkan adalah dengan menggunakan tourism marketing. Dengan itu kami akan
mencoba menganalisis bagaimana penerapan konsep tourism marketing ini sebagai
proses dari digitalisasi desa Tinalah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana penerapan konsep tourism marketing sebagai proses digitalisasi
desa Tinalah?
2. Bagaimana kesiapan desa Tinalah dalam menerapkan konsep tourism
marketing?
3. Bagaimana dampak dari penerapan tourism mareting di desa Tinalah?
4. Bagaimana strategi serta evaluasi yang dilakukan dalam proses digitalisasi di
desa Tinalah?
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami bagaimana penerapan dari konsep tourism marketing sebagai
proses digitalisasi desa Tinalah.
2. Untuk mengetahui sejauh mana kesiapan desa Tinalah dalam penerapan konsep
tourism marketing.
3. Untuk mengetahui apa saja dampak yang muncul akibat dari penerapan tourism
marketing di desa Tinalah.
4. Untuk mengetahui bagiamana strategi serta evaluasi yang dilakukan dalam
proses digitalisasi di desa Tinalah demi menciptakan pembangunana desa yang
unggul dan berkelanjutan.
BAB II

KERANGKA TEORI & TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teori


Menurut Adisasmita (2006) pembangunan masyarakat pedesaan merupakan
bagian dari pembangunan masyarakat yang diarahkan pula kepada pembangunan
kelembagaan dan partisipasi serta pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan
kesejahteraan pada satuan wilayah pedesaan. Dimana prinsip-prinsip pembangunan
pedesaan meliputi: transparans, partisipatif, dapat dinikmati masyarakat, akuntabilitas,
dan berkelanjutan. Pembangunan masyarakat dan pengembangan wilayah pedesaan
melibatkan berbagai faktor-faktor sosial, ekonomi, budaya dan teknologi, yang satu
sama lain saling berinteraksi dalam proses pembangunan. Setiap pembangunan
menawarkan perubahan, yang dampaknya terhadap satu wilayah dengan wilayah
lainnya boleh jadi akan berlainan, karena karateristik suatu wilayah dengan wilayah
lain berlainan (Sitompul, 2009).

1. Teori Pembangunan Desa Berkelanjutan


Konsep dalam pembangunan berkelanjutan (Sustainable development)
adalah menemukan cara untuk meningkatkan kesejahteraan dengan
menggunakan sumberdaya alam secara bijaksana, sehingga pembangunan
dapat berlangsung secara terus menerus dan konsisten dengan menjaga kualitas
hidup (well being) masyarakat dengan tidak merusak lingkungan dan
mempertimbangkan cadangan sumber daya yang ada untuk kebutuhan generasi
mendatang.
Penataan kembali yang bisa dilakukan guna mendorong pembangunan
berkelanjutan yaitu dengan mengintegrasikan pemanfaatan ganda meliputi
peningkatan nilai ekonomi dan lingkungan atau ekologi, dengan
mempertimbangkan dimensi sosial, lingkungan dan budaya sebagai prinsip
keadilan saat ini dan masa depan.
Dalam bernegara, desa sendiri memiliki peran sangat besar dalam
pembangunan wilayah secara berkelanjutan. Desa, yang di satu sisi selama ini
menjadi potensi strategis karena memiliki sumber daya alam dan budaya yang
berlimpah. Pembangunan desa secara berkelanjutan sangat penting agar tidak
terjadi eksploitasi sumber daya yang tidak terkontrol yang selama ini banyak
dimanfaatkan oleh individu atau kelompok elit bahkan asing.
Tujuan dari pembangunan desa adalah meningkatkan kesejahteraan
masyarakat desa dan kualitas hidup manusia. Upaya penanggulangan
kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan
prasarana desa, membangun potensi lokal, serta pemanfataan sumber daya alam
dan lingkungan secara berkelanjutan masih perlu terus diupayakan. Dengan
begitu, masyarakat desa bisa mendapatkan pekerjaan yang layak dengan
memanfaatkan aset atau modal yang ada di lingkungan sekitar sehingga dapat
meningkatkan perekonomian mereka.
Desa Berkelanjutan selain mengintegrasikan kelestarian lingkungan,
peningkatan ekonomi dan sosial budaya juga bisa menjadi obyek wisata desa
yang menarik bagi wisatawan. Desa yang menerapkan konsep itu bisa
dikategorikan Desa yang ramah lingkungan (Ecovillage). Para wisatawan lokal
maupun mancanegara tidak hanya menikmati kawasan desa, mereka juga
mendapatkan edukasi tentang pelestarian alam. Mulai dari cara mengelola alam
secara ramah lingkungan, melestarikan seni dan tradisi masyarakat desa,
pemanfaatan sumber daya lokal untuk meningkatkan ekonomi keluarga serta
tentang aspek-aspek nilai sosial di masyarakat.
Pembangunan perdesaan dalam konsep sustainable village harus pula
dapat meningkatkan produktivitas masyarakat setempat, serta menerapkan
ekonomi hijau. Infrastuktur atau sarana dan prasarana produksi perlu terus
dibangun dan ditingkatkan kualitasnya denagn berorientasi pada pemanfaatan
modal lokal dengan konsep ramah lingkungan. Peningkatan akses terhadap
masyarakat desa seperti bantuan modal usaha, pemasaran dan informasi pasar
perlu juga ditingkatkan. Lembaga pendukung ekonomi desa seperti koperasi,
BUMDes dan lembaga ekonomi mikro lain harus dibangun untuk memperkuat
pembangunan desa. Targetnya adalah kemakmuran dan kesejahteraan warga
desa akan tercapai tanpa merusak aset desa yang ada.
Peran masyarakat, pemerintah daerah, dan lembaga formal maupun
nonformal yang terlibat di dalam mewujudkan Desa Berkelanjutan mampu
meningkatkan perekonomian nasional, terutama penduduk desa setempat. Hal
tersebut akan meningkatkan produktifitas sumberdaya manusia, melestarikan
alam dan budaya lokal, mengentaskan kemiskinan dan mengurangi angka
pengangguran serta mampu menciptakan lapangan kerja bagi generasi muda.
Sustainable village juga bisa menjadi landasan praktik Pembangunan
Berkelanjutan bagi masyarakat perdesaan di Indonesia. Masih banyak daerah
pedesaan yang belum memahami dan menerapkan upaya pencapaian Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (SDGs/Sustainable Development Goals) yang
hingga kini masih dijadikan rujukan dalam konsep Pembangunan
Berkelanjutan (Sustainable Development) di Indonesia maupun di dunia.
2. Teori Modernisasi (Soerjono Soekanto)
Teori modernisasi merupakan proses transformasi dari masyarakat
tradisional atau terbelakang ke masyarakat modern. Modernisasi merupakan
proses perubahan terhadap sistem ekonomi, sosial dan politik. Teori
modernisasi berfokus pada cara masyarakat pramodern menjadi modern
melalui proses pertumbuhan ekonomi dan perubahan struktur sosial, politik dan
budaya. Masyarakat modern dapat dikatakan sebagai masyarakat industri. Oleh
karena itu, hal yang dapat dilakukan untuk memodernkan masyarakat adalah
dengan industrialisasi.
Soerjono Soekanto mengartikan modernisasi sebagai proses yang
memiliki jejak kehidupan tradisional ke arah yang lebih maju dan terarah atau
directed change sehingga proses perubahan yang terjadi di dalamnya akan
selalu dilandasi dengan perencanaan yang kemudian dikenal dengan istilah
social planning. Hal ini dimaksudkan bahwa kehidupan tradisional lama-
kelamaan akan berubah secara signifikan untuk meningkatkan kesejahteraan
pada suatu kelompok individu.
3. Teori Konflik (Lewis A. Coser)
Menurut Coser Konflik merupakan proses yang bersifat instrumental
dalam pembentukan, penyatuan dan pemeliharaan struktur sosial. Konflik dapat
menempatkan dan menjaga garis batas antara dua atau lebih kelompok. Konflik
dengan kelompok lain dapat memperkuat kembali identitas kelompok dan
melindunginya agar tidak lebur ke dalam dunia sosial sekelilingnya.
Menurut Coser konflik dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Konflik Realistis, berasal dari kekecewaan terhadap tuntutan-tuntutan
khusus yang terjadi dalam hubungan dan dari perkiraan kemungkinan
keuntungan para partisipan, dan yang ditujukan pada obyek yang
dianggap mengecewakan.
b. Konflik Non-Realistis, konflik yang bukan berasal dari tujuan-tujuan
saingan yang antagonis, tetapi dari kebutuhan untuk meredakan
ketegangan, paling tidak dari salah satu pihak.

Lewis A. Coser juga mengemukakan teori konflik dengan membahas


tentang permusuhan dalam hubungan-hubungan sosial yang intim,
fungsionalitas konflik dan kondisi-kondisi yang mempengaruhi konflik dengan
kelompok luar dan struktur kelompok sosial. Coser menggambarkan konflik
sebagai perselisihan mengenai nilai-nilai atau tuntutan-tuntutan berkenaan
dengan status, kekuasaan, dan sumber-sumber kekayaan yang dari
persediaannya tidak mencukupi. Coser menyatakan, perselisihan atau konflik
dapat berlangsung antar individu, kumpulan (Collectivities), atau antara
individu dan kumpulan. Bagaimanapun, konflik antar kelompok maupun intra
kelompok senantiasa ada ditempat orang hidup bersama. Menurut Coser
konflik juga merupakan unsur interaksi yang penting, dan sama sekali tidak
boleh dikatakan bahwa konflik selalu tidak baik atau memecah bela ataupun
merusak. Konflik bisa saja menyumbang banyak kepada kelestarian kelompok
dan mempererat hubungan antar anggotanya seperti menghadapi musuh
bersama dapat mengintegrasikan orang, menghasilkan solidaritas dan
keterlibatan, dan membuat orang lupa akan perselisihan internal mereka sendiri.

2.2 Tinjauan Pustaka


A. Konsep Desa Wisata
Pengertian desa wisata
Desa wisata merupakan suatu bentuk perkembangan pariwisata yang menitik
beratkan pada kontribusi masyarakat sekitar pedesaan dan pelestarian lingkungan
area pedesaan. Desa wisata memiliki produk wisata yang benilai budaya dan
memiliki karakteristik tradisional yang kuat (Fandeli, Baiquni, Dewi, 2013)
Begitupun menurut Inskeep (2013) mendefinisikan wisata pedesaan yang dimana
sekelompok wisatawan tinggal dalam suasana yang tradisional, tinggal di desa
untuk mempelajari kehidupan di pedesaan.
Menurut Peraturan Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata, desa wisata adalah
suatu bentuk kesatuan antara akomodasi, atraksi, sarana dan prasarana pendukung
wisata yang disajikan dalam suatu tatanan kehidupan masyarakat yang menyatu
dengan tradisi yang berlaku.
Pembangunan dan Pengembangan desa wisata harus memiliki kriteria dimana
telah diatur dalam UU nomor 11 tahun 2019 pasal 5 Dimana:
Desa yang dikembangkan sebagai desa wisata yaitu desa yang memenuhi kriteria
sebagai berikut:
1. Memiliki keunikan budaya lokal, otontesitas adat dan keragaman budaya.
2. Mempunyai keunikan potensi sumber daya alam yang layak dikembangkan
sebagai kawasan wisata atau letak berdekatan dengan kawasan destinasi wisata
alam yang berpotensi atau sedang atau sudah dikembangkan sebagai kawasan
wisata.
3. Adanya keunikan karya kreatif kerajinan usaha kecil masyarakat yang khas
dan diproduksi secara turun temurun.
4. Desa memiliki keunikan berbasis kombinasi sebagaimana dimaksud pada
poin di atas.

B. Desa Wisata Tinalah

Desa Wisata adalah sebuah area atau daerah pedesaan yang memiliki daya tarik
khusus yang dapat menjadi daerah tujuan wisata, seperti halnya Desa tinalah
bertepat di Kulon Progo di desa Purwoharjo Daerah istimewa Yogyakarta. Desa
tinalah yaitu desa wisata yang kaya akan potensi wisata alam, edukasi dan budaya.
Terbentuknya desa tinalah tidak terlepas dari peran masyarakat serta pemerintah,
Program pengembangan desa wisata juga berdasarakan dari perubahan trend cara
berwisata. Dimana para wisatawan dengan memiliki motivasi datang ke desa
wisata untuk bisa menikmati kehidupan masyarakat serta dapat mempelajari
budaya yang masih diterapkan didesa wisata tersebut. Desa Wisata Tinalah sendiri
termasuk desa populer di daerah tersebut. Dimana desa tinalah ini memiliki konsep
penyatuan alam dan nilai-nilai budaya dengan slogan Pesona Alam dan Budaya.
Kondisi budaya di Dewi Tinalah masih terlaksana dengan baik berupa gamelan,
kesenian (Jatilah, wayang orang, wayang kulit), adat istiadat peringatan bulan
Sapar, Suro, Kirab Merti Bumi Tinalah, genduri, kelahiran bayi, acara
pernikahan, upacara kematian, dan wiwitan (wiwit tandur, wiwit panen, wiwit
Belik Ngancar). Kehidupan masyarakat di Dewi Tinalah mayoritas adalah
petani sekaligus beternak karena masih mempunyai lahan pertanian yang luas
atau menggarap sawah orang lain dengan sistem bagi hasil, begitu juga dengan
peternakan. Kondisi ini merupakan tatacara kehidupan masyarakat di Dewi
Tinalah. Di Dewi Tinalah Nama Desa Wisata Tinalah sendiri diambil dari nama
Sungai Tinalah. Desa Wisata Tinalah sering disebut dengan nama Dewi Tinalah.
Desa Wisata Tinalah juga menawarkan berbagai paket wisata diantaranya paket
outbond, camping, trekking dan river tubing. Didesa tinalah Wisatawan dapat
menelusuri keindahan alam dengan mendaki Puncak Kleco, menyusuri sungai
Tinalah dan juga Gua Sriti.
A. Konsep Desa Digital
Definisi Desa Digital
Secara singkat desa digital dapat diartikan sebagai suatu proses untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang tinggal di pedesaan mellui TIK yang
berbasiskan digital.
Desa digital merupakan konsep program yang menerapkan sistem pelayanan
pemerintahan, pelayanan masyarakat, dan pemberdayaan masyarakat berbasis
pemanfaatan teknologi informasi. Program ini bertujuan untuk mengembangkan
potensi desa, pemasaran dan percepatan akses serta pelayanan publik.
Dalam desa digital pelayanan publik akan bersifat digital dengan terkoneksi
melalui jaringan nirkabel. Pelayanan yang bersifat digital akan mendorong
peningkatan layanan publik di desa-desa dan mempermudah perangkat desa untuk
melakukan evaluasi dan perbaikan layanan dengan basis data yang nantinya
dimiliki.

Undang undang yang mengaturnya

Konsep desa digital menjadi penting sebagai salah satu solusi meningkatkan
partisipasi masyarakat agar lebih berdaya dalam implementasi teknologi pada
kehidupan desa.

Konsep desa digital ini mengacu pada dasar kebijakan

 Undang Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa yang terdiri atas 16 Bab.
Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014, pemerintah mengatur segala
peraturan yang berkaitan dengan desa. Peraturan yang dimuat di dalamnya
meliputi: Desa dan adat desa, kelembagaan desa, badan permusyawaratan desa,
peraturan desa, pemilihan kepala desa, sumber pendapatan desa, pembangunan
desa dan kawasan pedesaan, lembaga kemasyarakatan desa, lembaga adat desa,
dan ketentuan khusus lainnya.
 Permendesa No 13 Tahun 2020 pasal 6 ayat 2/a tentang Prioritas Penggunaan
Dana Desa yang berbunyi “Pendataan desa, pemetaan potensi dan sumber daya,
dan pengembangan teknologi informasi dan komunikasi sebagai upaya
memperluas kemitraan untuk pembangunan desa”.
 Permendesa No 21 Tahun 2020 pasal 11 ayat 1 – 5
(1) Sistem Informasi desa bagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (2)
digunkan untuk menyusun:
a. Arah kebijakan Perencanaan Pembangunan Desa; dan
b. Program dan/atau kegiatan prioritas pembangunan Desa untuk mencapai
tujuan SDGs Desa
(2) Sistem informasi Desa Sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat
terbuka dan dapat diakses oleh masyarakat Desa dan Pihak Ketiga yang
membutuhkan data dan Informasi tentang Desa
(3) Pemerintah Pusat dapat mengakses data SDGs Desa melalui dashboard
Sistem informasi Desa berskala nasional di Kementrian
(4) Pemerintah daerah Provinsi dapat mengakses data SDGs melalui dashboard
Sistem Informasi Desa berskala provinsi
(5) Pemerintah daerah Kabupaten/kota dapat mengakses data SDGs Desa
melalui dashboard Sitem Informasi Desa berskala kabupaten/kota

Kekurangan dan kelebihan desa digital

Implementasi suatu program dan kebijakan tentunya akan terdapat


kekurangandan kelebihannya. Termasuk digitalisasi desa yang bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan penduduk desa secara khususnya dan masyarakat
Indonesia padaumumnya. Adapun kekurangannya adalah:

1. Terjadinya kriminalitas berbasiskan digital;


2. Timbulnya permasalahan sosial yang diakibatkan oleh penggunaan
teknologi digital yang tidak tepat sasaran;
3. Besarnya biaya investasi untuk pengadaan infrastruktur dari teknologi
digital, apabila tidak digunakan secara optimal.
Selain itu kelebihan dari program digitalisasi pedesaan adalah sebagai berikut:

1. Meningkatnya pengetahuan dan kompetensi masyrakat desa untuk


menggunakan teknologi digital yang bertujuan untuk mengembangkan
usahanya;
2. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat desa;
3. Meningkatnya kemampuan usaha lokal pedesaan untuk meningkatkan
produksi, pemasaran, reputasi dan juga keuangannya sehingga mampu
bersaing dengan pebisnis tingkat nasional bahkan pebisnis tingkat global

Digitalisasi desa dewi tinalah

Dewi Tinalah sejak awal bergerak tepatnya pada tahun 2013, sudah berupaya
untuk melakukan pengembangan desa dengan memanfaatkan Teknologi Informasi
dan Komunikasi demi terciptanya desa wisata digital. Langkah awal yang
dilakukan adalah dengan distribusi informasi melalui media sosial dengan
pembuatan video dan gambar digital. Kemudian pemanfaatan layanan cluod atau
hosting juga digunakan dalam Web Dewi Tinalah yang memuat profil, layanan
desa wisata, dan reservasi atau booking secara online. Dewi Tinalah juga memuat
layanan kritik, masukan, dan saran secara online melalui Google Apps.

Saat pandemi melanda pada tahun 2020, Desa Wisata Tinalah melakukan
inovasi desa wisata digital dengan pembuatan aplikasi “Desa Wisata Tinalah-
Visiting Jogja” di mobile apps. Fitur yang ada di dalam aplikasi ini memuat profil
tentang desa wisata, paket desa wisata, booking atau reservasi, game desa wisata,
jelajah desa wisata, serta e-sertifikat untuk pengguna aplikasi aplikasi Dewi
Tinalah. Pembayaran juga dapat dilakukan melalui dompet elektronik atau layanan
pembayaran digital lainnya.

Dalam melakukan pengenalan atau promosi paket desa wisata, Dewi Tinalah
memberlakukan sistem promosi secara daring dan luring. Secara offline atau
luring, Dewi Tinalah melakukannya dengan memperbanyak relasi dengan
membagikan kartu nama, brosur, kalender, serta melakukan kegiatan seminar dan
pameran. Sedangkan secara online atau daring, Dewi Tinalah melakukan kegiatan
promosinya melalui media sosial, email dan layanan dari berbagai developer.
Sistem pemasaran secara online saling terhubung satu sama lain untuk
menunjukkan informasi pemaketan dan pemesanan atau reservasi kegiatan wisata
di Dewi Tinalah.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Karakteristik Desa Wisata Digital


Desa wisata saat ini tidak dapat terlepas dari adanya peran Teknologi Informasi
dan Komunikasi (TIK). Ranah digital menjadi bagian penting dalam sektor TIK.
Penting bagi desa wisata saat ini dapat bertahan dan eksis di era informasi digital. Desa
wisata harus menjadi produsen atau pelaku informasi melalui proses digital marketing.
Penting bagi pengelola desa wisata dan pemerintah desa serta warga di kawasan desa
wisata untuk mengetahui karakteristik desa wisata digital agar dapat mengembangkan
desa wisatanya dengan benar dan terarah.

Karakteristik Desa Wisata Digital juga mempunyai arah digitalisasi desa wisata
atau literasi digital. Pengelola desa wisata perlu memperhatikan dokumen digital
pengelolaan, pusat informasi digital, digital marketing (pemasaran digital), transaksi
digital (pemesanan-pembayaran), komunikasi media sosial, dan literasi digital
masyarakat di desa.

Desa wisata digital adalah desa yang telah memasuki dan melebarkan sayap
melalui pendekatan digital. Desa wisata digital ditantang untuk dapat menunjukkan
komitmen menjadikan digitalisasi sebagai sarana penunjang desa wisata.

Berikut ini beberapa karakteristik suatu desa wisata dapat dikategorikan


sebagai desa wisata digital. Terdapat kategori mengenai literasi digital, strategi
pemasaran, pusat informasi, media sosial, dan pengelolaan terintegrasi.

Literasi Digital Warga Lokal

 Sebagian (>30%) warga / penduduk desa wisata telah memiliki smartphone


berbasis android.
 Sebagian (>30%) warga telah memiliki smartphone dan telah paham dan
mampu menggunakan jaringan dan layanan internet.
 Sebagian warga (>30%) yang memiliki smartphone telah aktif mengelola
produk di platform online.
Strategi Pemasaran Digital

 Desa wisata telah memiliki situs (website) untuk mempromosikan aktivitas dan
usaha desa wisata.
 Situs desa wisata tersebut telah berisikan pemesanan tiket masuk,
memilih paket wisata, memilih tempat pondok wisata (homestay) dan lain-lain
jejaring media sosial.
Pusat Informasi Digital
 Desa wisata dengan mudah dapat ditemukan di internet (media sosial)
 Desa wisata secara jelas dapat menampilkan daya tarik, produk lokal, destinasi
wisata setempat, jadwal pertunjukan, dan lokasi fasilitas umum.
 Desa wisata memiliki alamat dan kontak yang jelas dan mudah dihubungi serta
masih aktif.
Sosial Media Desa Wisata

 Desa Wisata dikelola secara aktif melalui media sosial


seperti WhatsApp (WA), Instagram (IG), Facebook (FB), Twitter, Youtube,
TikTok.
 Desa wisata aktif berinteraksi di sosial media melalui IG, FB, Telegram,
Twitter, WhatsApp (WA), dan lainnya.
Pengelolaan Desa Secara Digital

 Desa wisata telah memiliki WIFI pada satu tempat atau beberapa tempat.
 Desa wisata telah memiliki sistem pencatatan terintegrasi untuk kunjungan,
keuangan, kerjasama, program kerja, dan data lainnya.
3.2 Konsep Tourism Marketing dan Penerapannya di Desa Tinalah
Desa Tinalah merupakan desa yang menjadi juara ke empat dalam kategori desa
wisata digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif. Proses digitalisasi desa wisata tinalah ini merupakan salah satu strategi untuk
mempromosikan wisata melalui pendekatan digital untuk mendukung pembangunan
desa. Salah satu konsep digitalisasi desa yang digunakan di Desa Tinalah ini adalah
tourism marketing.

Konsep tourism marketing

Tourism marketing adalah bagaimana pelaku di industri pariwisata dapat


menangkap nilai yang diinginkan oleh konsumen dan dapat membuat produk ataupun
strategi yang tujuannya untuk menyediakan wisata yang sesuai dengan konsumen
inginkan yaitu dengan memanfaatkan fungsi marketing. Menurut J.Krippendorf (Yoeti,
2005) yang dimaksudkan dengan Pemasaran Pariwisata adalah suatu sistem dan
koordinasi yang harus dilakukan sebagai kebijaksanaan bagi perusahaan-perusahaan
kelompok industri pariwisata, baik milik swasta atau pemerintah, dalam ruang lingkup
lokal, regional, nasional atau internasional untuk mencapai kepuasan wisatawan
dengan memperoleh keuntungan yang wajar".

Terdapat beberapa instrumen dalam penerapan tourism marketing ini,


diantaranya adalah Technology Change, Political Legal Change, Economic Change,
Sosio-Culture Change, dan Market Change. Adapun penerapan berbagai instrumen
Tourism marketing di Desa Tinalah ini adalah sebagai berikut.

Hasil
Instrumen

Tourism Marketing Belum Sebagian Sudah


Diterapkan Diterapkan Diterapkan

Technology Change ✓
Political Legal Change ✓

Economic Change ✓

Sosio-Culture Change ✓

Market Change ✓

Sumber data: Hasil penelitian Agung Sulistyo dalam Journal of Tourism Destination
and Attraction 2021

Melalui data diatas dapat dilihat bahwa penerapan tourism marketing belum
dapat dilaksanakan secara menyeluruh sehingga memerlukan berbagai usaha lebih
untuk mewujudkan desa wisata yang unggul. Instrumen pertama Technology Change,
menurut data diatas sudah diterapkan di Desa Tinalah yang dapat dilihat dari pengadaan
platform (website) dan telah menyediakan fasilitas free wifi maupun berbayar bagi
wisatawan yang berkunjung. Hal ini merupakan salah satu target yang harus dicapai
oleh objek wisata yang menerapkan konsep tourism marketing. Selain pengadaan
website, desa tinalah juga membuat aplikasi di playstore untuk mempermudah akses,
dan ada pula pengadaan media sosial dan informasi di google maps. Hal ini
menggambarkan adanya perubahan teknologi informasi yang berbanding lurus dengan
perubahan kehidupan masyarakat Desa Tinalah dalam bidang pariwisata. Penyebaran
informasi menyebabkan terjadinya penghematan waktu wisatawan dalam menggali
info sebelum mengunjungi daya tarik wisata.

Instrumen kedua, Political change mengarah pada disediakannya ruang diskusi


terbuka bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke Desa Tinalah, wisatawan untuk
mengemukakan pendapat, membuka pintu bagi para investor dan memiliki agenda
rutin yang digelar. Hal ini digambarkan melalui berbagai komentar pada media sosial
desa tinalah serta yang diberikan oleh wisatawan baik berupa pendapat, masukan,
maupun pertanyaan kepada operator lapangan (Pihak Dinas Pariwisata). Untuk
investor sendiri, Desa Tinalah belum membuka kerjasama dengan investor melainkan
hanya dengan beberapa perguruan tinggi saja. Agenda yang dimiliki Desa Tinalah
belum bisa dikatakan rutin, tapi kedepan Dinas Pariwisata mengatakan akan
merencanakan dengan lebih baik lagi.

Instrumen ketiga, Economic Change, objek wisata Dewi Tinalah berusaha


memberikan manfaat ekonomi pada masyarakat Desa Tinalah. Konsep tourism
marketing menjelaskan bahwa sebuah objek wisata harus memberikan dampak
perkembangan perekonomian bagi masyarakat, memberikan kontribusi positif bagi
lingkungan dan membuka pintu bagi pihak lain dalam upaya pengembangan dan
pengelolaan objek wisata melalui jumlah investasi yang masuk (Nirwandar &
Kartajaya, 2013). Melalui program pembangunan nasional pemberdayaan masyarakat
(PNPM), pemerintah desa bersama masyarakat melakukan musyawarah untuk
mewujudkan rencana pembangunan Desa Tinalah dengan pembuatan homestay/
pengalihan rumah masyarakat menjadi homestay dan daya tarik lainnya, walaupun
ternyata masyarakat terkendala karena tidak memiliki pengetahuan yang cukup di
bidang tersebut. Disinilah hubungan kerjasama dengan perguruan tinggi terjalin
dengan perguruan tinggi bertugas untuk memberikan pemahaman.

Instrumen keempat Socio Cultural Change, pengelolaan desa wisata Tinalah


belum banyak melakukan kegiatan sosial dalam upaya mendekatkan diri dengan
masyarakat (CSR). Konsep tourism marketing menjelaskan bahwa objek wisata harus
memiliki operator lapangan yang dekat dengan wisatawan, mampu bersinergi dengan
objek wisata lain serta melakukan kegiatan sosial bagi lingkungannya. Kegiatan yang
dilakukan adalah melalui penawaran program live-in (program pembelajaran untuk
mengenal sebuah lingkungan penduduk, dengan mengikuti semua kegiatan mereka
baik di rumah maupun saat bekerja di luar) yang dapat diikuti oleh wisatawan. Hal ini
tentunya menggambarkan bahwa terjadi perubahan kehidupan desa, yang dimana
rumah masyarakat desa yang biasanya hanya dikunjungi oleh orang terdekat saja
kemudian beralih menjadi terbuka bagi wisatawan dan sebagai sumber ekonomi
masyarakat.
Instrumen kelima adalah Market Change, Pengelola desa wisata Tinalah
memberikan ruang bagi para netizen untuk memberikan ulasan terkait objek wisata
yang dikunjungi. Konsep tourism marketing menjelaskan bahwa sebuah objek wisata
harus mampu mengakomodir dengan memberikan perhatian dan penyediaan fasilitas
bagi bisnis, perempuan sebagai wakil dari keluarga, anak muda (milenial), dan para
netizen, serta mampu menghadirkan acara berkelas internasional. Pengadaan paket
wisata di desa wisata Tinalah di desa Tinalah yang didampingi oleh Program Ekonomi
Bisnis Vokasi Universitas Gadjah Mada Desa nyatanya sangat mendorong
pertumbuhan desa wisata ini. Sesuai dengan ungkapan pengelola desa wisata Tinalah,
Galuh Fahmi, yang merupakan seorang anak Desa Tinalah, Desa Tinalah yang
memfokuskan pada pengadaan fasilitas yang baik untuk wisatawan agar dapat
meningkatkan loyalitas wisatawan, sebagai bukti yaitu adanya kunjungan ulang,
adanya rekomendasi wisatawan dengan pihak lain terkait Desa Tinalah yang pastinya
dapat mendorong keuntungan finansial.

Namun, untuk saat ini perkembangan yang terjadi di desa wisata Tinalah menghadapi
beberapa kendala seperti: keterbatasan dalam pengembangan wisata, peran Pemerintah
setempat dan asosiasi pariwisata yang belum maksimal, kurangnya pengetahuan SDM
tentang pengembangan pariwisata, kurangnya peran serta masyarakat dalam
menciptakan inovasi produk, upaya pemasaran yang belum maksimal, serta belum
terbangun sinergi yang baik dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi berbasis
masyarakat. Berbagai inovasi baru perlu dikembangkan oleh pengelola dan dibantu
oleh pemerintah agar nilai wisata desa Tinalah semakin tinggi yang tentunya dapat
memberikan dampak pengembangan ekonomi masyarakat maupun UMKM Indonesia.

3.3 Kontribusi Penerapan Konsep Tourism


Tourism adalah penerapan kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi guna
kepentingan jasa layanan pariwisata

1. Dapat melakukan branding-wisata di Internet melalui digitalisasi.


Branding wisata adalah proses dalam membangun suatu keunikan atau
kekhususan yang dimiliki oleh destinasi pariwisata dan
mengkomunikasikannya kepada wisatawan atau investor dengan menggunakan
nama, tagline, simbol, desain atau kombinasi dari media tersebut untuk
menciptakan image yang positif. Nah, pertanyaannya bagaimana caranya utk
dapat membranding sebuah desa wisata? Caranya adalah dengan
memanfaatkan Internet sebagai sarana penyebaran iklan dan promosi untuk bisa
membangun keunikan dari desa wisata tersebut. Internet dengan sifatnya yang
luas dan tidak terbatas oleh ruang dan waktu menyebabkan internet menjadi
alternatif utama dalam penyebaran konten budaya lokal.
Internet memberikan fasilitas yang kompleks dalam dunia pemasaran suatu
produk, mulai dari target konsumen khusus, pesan khusus, kemampuan
interaktif, akses informasi, kreativitas, ekspos luas dan kecapatannya. Dengan
adanya digitalisasi yang merupakan bagian dari konsep tourism marketing
yakni mempermudah turis atau wisatawan untuk mendapatkan informasi dan
melakukan pemesanan hal-hal berkaitan dengan wisata seperti kamar hotel dan
agen perjalan. Artinya penerapan hal ini akan mempermudah akses untuk
wisatawan untuk berpergian begitupun dengan penyedia jasa wisata untuk
mendapatkan pengunjung.
2. Media promosi ataupun sebagai pembantu akses informasi dan komunikasi
dengan wisatawan.
Untuk menarik wisatawan dapat dilakukan dengan promosi yaitu
memanfaatkan jaringan internet (daring) dengan bentuk-bentuk seperti Media
sosial. Media sosial yang memungkinkan penggunanya untuk saling berbagi,
berpartisipasi dalam menciptakan konten memberi kesempatan yang besar guna
kepentingan pariwisata. Guna utama media sosial yakni untuk membuat
jejaring pertemanan. Beberapa media sosial mempunyai bentuk-bentuk yang
berbeda dalam menyajikan kontennya. Sebagai sarana promosi daerah wisata,
Instagram atau kanal Youtube menjadi dua pilihan utama karena konten visual
yang mereka sajikan lebih banyak diterima oleh khalayak. Proses promosi ini
bisa berbentuk dengan mengontrak seorang influencer sebagai ambassador
tempat wisata.
3. Pembuatan website tempat wisata
Website menjadi pilihan utama untuk promosi karena dapat merangkum semua
hal yang berkenaan dengan tempat wisata. Website sendiri dapat menjadi
semacam wajah dari tempat wisata. Selain sebagai representasi lokasi wisata,
situs web membuat citra lokasi wisata menjadi semakin terlihat professional.
Konten-konten dari situs web biasanya berupa informasi mengenai apa saja
fasilitas yang disediakan oleh tempat wisata atau bagaimana cara masyarakat
mengakses lokasi wisata tersebut, hal ini dapat terealisasi ketika sudah
diterapkannya konsep tourism marketing itu sendiri.
4. Tourism marketing sebagai guna akses.
Tourism marketing diterapkan dalam proses transaksi antara konsumen dengan
penyedia jasa wisata. Gunanya yakni untuk mempermudah akses informasi dan
komunikasi untuk hal-hal yang berkenaan dengan wisata. Dengan penerapan
ini wisatawan yang akan berkunjung ke lokasi tertentu akan dengan mudah
menemukan misalnya penginapan atau lokasi wisata terdekat ataupun rumah
makan terdekat. Sehingga wisatawan selalu bakal mudah untuk berplesir tanpa
mengkhawatirkan hal-hal yang tidak perlu. Akses informasi dan komunikasi ini
dilakukan dengan menggunakan sarana smartphone yang biasanya sudah
dimiliki oleh semua orang. Pembuatan aplikasi ponsel menjadi jalan keluar
untuk mempermudah akases wisatawan.

DAMPAK NEGATIF

1. Kesenjangan dan gesekan antara pelaku usaha wisata dengan konsep tourism
dan non tourism
Pemasaran pariwisata (tourism marketing) yang dikemas dengan metode
komunikasi pariwisata yang baik oleh pelaku usaha wisata cenderung akan
meningkatkan kunjungan wisata. Kurangnya komunikasi pemasaran pariwisata
akan mengakibatkan minimnya kunjungan wisatawan. Pemasaran pariwisata
yang minim atau nihil akan mengakibatkan kurangnya informasi tentang
keunggulan destinasi pariwisata tertentu bagi wisatawan yang pada gilirannya
akan dapat menurunkan kunjungan wisata. Dengan kata lain, seberapa indah
pun objek atau destinasi pariwisata, kalau tidak dilakukan pemasaran pariwisata
dengan baik yaitu tidak dikemas sedemikian rupa sehingga menarik, maka
pariwisata cenderung tidak akan berkembang dan kunjungan wisata akan
minim atau bahkan nihil dan sebaliknya jika destinasi wisata dikemas dengan
baik dengan pemasaran pariwisata oleh pelaku usaha wisata atau dapat
menggunakan konsep tourism yang baik dizaman globalisasi ini, maka
kunjungan wisata akan semakin meningkat.
2. Membuat ranah privasi setiap orang seolah-olah tanpa batas
Tourism adalah penerapan kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi
guna kepentingan jasa layanan pariwisata. Dalam penerpan tourism ini data
pribadi wisatawan mudah terekam di dalam mesin komputer yang mudah
diakses oleh orang lain. Jadi privasi pengunjung atau wisatawan itu sudah tanpa
batas atau semua bisa diperoleh
3. Banyak tenaga kerja menjadi pengangguran karena terbatasnya peluang kerja
dan standar kompetensi tenaga kerja yang tinggi.
Dalam penerapan tourism marketing yang dilakukan banyak tempat wisata ini
berpengaruh terhadap tenaga manusia yang kini sudah banyak tergantikan oleh
sistem-sistem komputer yang ter-program oleh manusia itu sendiri. Ketika
tenaga manusia sudah mulai tergantikan oleh teknologi maka akan berdampak
pada peningkatan pengangguran dan kemiskinan.

3.4 Saran
Berdasarkan pembahasan diatas dapat diketahui bahwa penerapan konsep
analisis tourism marketing pada objek wisata Dewi Tinalah belum seluruhnya
diterapkan. Instrumen konsep tourism tersebut yaitu: political legal change, economic
change, sosio-culture change market change. Beberapa saran yang dapat kelompok
kami berikan untuk tourism marketing pada desa tinalah, yaitu:
1. Sebaiknya pengelola objek wisata Dewi Tinalah semakin memberikan
pemahaman mengenai konsep digitalisasi desa kepada masyarakat. Dengan
begitu, masyarakat turut memberikan kontribusi bagi penyediaan rumah
mereka menjadi homestay bagi wisatawan dan dapat mendorong paket Live
in di desa wisata Tinalah.
2. Pengelola sebaiknya tetap menjalin kerjasama dengan para mahasiswa
untuk membantu mendampingi pengelolaan masyarakat desa wisata
Tinalah agar masyarakat tetap dapat menghadapi perubahan digital secara
terarah dari generasi muda.
3. Memperluas pintu bagi investor merupakan salah satu cara untuk
mendorong pertumbuhan desa Tinalah dan sebaiknya tetap
mempertahankan tujuan untuk mendorong kesejahteraan masyarakat desa
Tinalah

Berbagai inovasi baru perlu dikembangkan oleh pengelola dan dibantu oleh
pemerintah agar nilai wisata desa Tinalah semakin tinggi yang tentunya dapat
memberikan dampak pengembangan ekonomi masyarakat maupun UMKM Indonesia.
Hal hal diatas benar benar harus diperhatikan serta adaanya progres perbaikan atas
kendala-kendala yang ada di desa tinalah agar tidak adanya hambatan terhadap desa
tinalah untuk menjadi desa yang unggul. Begitu pula dengan desa-desa lainnya,
harapan kami agar dapat seperti desa tinalah dengan memanfaatkan objek wisata untuk
peningkatan pembangunan desa agar terciptanya desa yang unggul dan tidak
ketinggalan dengan kehidupan di perkotaan untuk kesejahteraan masyarakat desa.
BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Proses digitalisasi merupakan proses yang perlu melibatkan kontribusi
masyarakat. Untuk meningkatkan keterampilan diperlukan keterlibatan masyarakat
dalam mencoba teknologi yang ada dalam peningkatan kualitas desa. Proses digitalisasi
desa wisata tinalah ini merupakan salah satu strategi untuk mempromosikan wisata
melalui pendekatan digital untuk mendukung pembangunan desa. Dengan penerapan
tourism marketing yang mana pelaku industri pariwisata dapat menangkap nilai yang
di inginkan oleh konsumen dan dapat membuat produk ataupun strategi yang tujuannya
untuk menyediakan wisata yang sesuai dengan konsumen inginkan yaitu dengan
memanfaatkan fungsi marketing agar mewujudkan desa wisata yang unggul. Dengan
tourism marketing ini maka pengelola desa tinalah dapat mengetahui apa saja wisata
yang di inginkan oleh para pengunjung.

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai penerapan tourism


marketing sebagai proses digitalisasi pada desa tinalah, maka ada beberapa media
digital marketing yang dimanfaatkan oleh wisatawan untuk mendapatkan informasi
seputar desa tinalah diantaranya adalah Facebook, Twitter, Instagram, dan apalikasi
aplikasi lainnya. Hal ini sangat berdampak bagus pada perkembangan wisata tinalah
yang mana objek wisata pada desa tinalah akan lebih banyak dikenal oleh khalayak
banyak.
DAFTAR PUSTAKA

Badri, M. (Desember 2016). PEMBANGUNAN PEDESAAN BERBASIS


TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI. Jurnal RISALAH, Vol. 27,
No. 2, 62-73.

Sulistyo, Agung. (2021). "PENERAPAN TOURISM MARKETING 3.0 PADA DESA


WISATA TINALAH DALAM UPAYA MENINGKATKANKUALITAS PRODUK
WISATA" dalam Journal of Tourism Destination and Attraction Volume 9 No.3 (hlm.
1-8). Yogyakarta

Tualeka, M. W. (Januari 2017). TEORI KONFLIK SOSIOLOGI KLASIK DAN


MODERN. JURNAL AL-HIKMAH, Volume, 3 Nomor, 1, 32-48.

Parlupi, B. (2021). Desa Berkelanjutan sebagai Landasan Pembangunan


Berkelanjutan. Retrieved 2022, from SEPUTAR PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN: https://pustakaborneo.org/berita/seputar-pembangunan-
berkelanjutan/desa-berkelanjutan-sebagai-landasan-pembangunan-
berkelanjutan.html#gsc.tab=0

Kurniasih, W. (n.d.). Teori Modernisasi. Retrieved November 13, 2022, from


Pengertian, Syarat dan Contoh-contohnya:
https://www.gramedia.com/literasi/teori-modernisasi/

Pradana, Yudha. “Pengembangan Desa Wisata”. BBPLM Jakarta. Selasa, 13


November 2018, https://bbplm-
jakarta.kemendesa.go.id/index.php/view/detil/365/pengembangan-desa-wisata
Apa Itu Desa Wisata?. (21 Agustus 2020). Digides.com.
https://digitaldesa.id/artikel/apa-itu-desa-wisata
Alvaro, Rendy dan Emilia Octavia. 2019. “Desa Digital: Potensi dan Tantangannya”
dalam Buletin APBN (hlm 8-11). Jakarta
“Pembangunan dan Pengembangan Desa Digital”. Pendampingdesa.com. Sabtu 12
November 2022, https://pendampingdesa.com/pembangunan-dan-
pengembangan-desa-digital/

“Kembangkan Desa Digital Untuk Gerakkan Ekonomi Masyarakat Desa”.


kominfo.go.id. Sabtu, 07 November 2020,
https://www.kominfo.go.id/content/detail/30637/kembangkan-desa-digital-
untuk-gerakkan-ekonomi-masyarakat-desa/0/berita

Nugroho, Lucky. (2021). Pengantar Manajemen Potensi Desa: Aku Yakin Desaku
Punya Sejuta Potensi. Bojonegoro: CV. Agrapana Media

Pemerintah Indonesia. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2020 Tentang Pedoman


Umum Pembanunan Desa dan Pemberdayaan Masyarakat Desa. Jakarta

“Konsep Desa Wisata Digital: Digitasi - Digitalisasi – Transformasi Sosial.(27 Juni


2021). dewitinalah.com. https://www.dewitinalah.com/2021/06/desa-wisata-
digital.html

Rizki, Galuh. (2021). Desa Wisata Tinalah Mercusuar Indonesia-Pengembangan Desa


Wisata Untuk Kemandirian Bangsa.
https://www.researchgate.net/publication/350157939_DESA_WISATA_TINA
LAH_MERCUSUAR_INDONESIA_-
_Pengembangan_Desa_Wisata_untuk_Kemandirian_Bangsa

Anda mungkin juga menyukai