Anda di halaman 1dari 22

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMULIHAN WISATA BUDAYA DI

PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN

PROPOSAL TUGAS AKHIR

MAHARANI INDIRA RAVI MIERDHANI

193404516057

PROGRAM STUDI PARIWISATA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS NASIONAL

JAKARTA

2022

DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan......................................................................................................................

A. Latar Belakang Masalah............................................................................................1

B. Identifikasi Masalah..................................................................................................3

C. Batasan Masalah........................................................................................................3

D. Perumusan Masalah...................................................................................................3

E. Tujuan Penelitian......................................................................................................3

F. Manfaat Penelitian.....................................................................................................4

BAB II Pembahasan......................................................................................................................

A. Kajian Teori..............................................................................................................5

B. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................................................11

C. Kerangka Penelitian ...............................................................................................14

G. Pertanyaan Penelitian..............................................................................................15

BAB III Metode Penelitian...........................................................................................................

A. Jenis Penelitian........................................................................................................16

B. Tempat Pelaksanaan................................................................................................16

C. Populasi dan Sampel...............................................................................................16

D. Definisi Operasional................................................................................................17

E. Teknik dan Pengumpulan Data...............................................................................18

F. Teknik Analisis Data...............................................................................................18

Daftar Pustaka...........................................................................................................................19
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masyarakat merupakan elemen penting dalam suatu negara. Tanpa adanya


masyarakat suatu negara pun tak dapat berdiri. Begitu pun dengan Indonesia yang
merupakan negara demokrasi dengan berbagai macam budaya dan kelompok masyarakat.
Yang dalam pemerintahannya menerapkan sistem pemerintahan “dari rakyat, oleh rakyat,
dan untuk rakyat. Dalam setiap kebijakannya masyarakat juga ikut andil dan memiliki
kebebasan untuk berpendapat dan berpartisipasi. Pariwisata di Indonesia pun juga
merupakan industri yang melibatkan masyarakat, hal ini dikarenakan dalam setiap
kegiatannya pariwisata membutuhkan Sumber Daya Manusia dalam pembangunannya dan
banyak memberikan lapangan kerja sehingga melalui pariwisata roda perekonomian daerah
dan negara mengalami peningkatan dan memberikan kesejahteraan hidup bagi masyarakat.
Seiring dinamika yang terjadi, pembangunan kepariwisataan di Indonesia terus
berkembang.
Peran masyarakat pun merupakan penentu dalam keberhasilan pembangunan. Hal
ini kemudian dikenal sebagai Pariwisata Berbasis Masyarakat atau Community Based
Tourism. Dalam setiap pengelolaan sumber daya alam suatu destinasi wisata atraksi wisata,
nilai-nilai kebudayaan, serta Sumber Daya Manusia dibutuhkan dan unsur dari pariwisata
tidak dapat terpisahkan dari andil masyarakat. Menurut Anstrand, 2006 dalam (I Wayan
Wiwin, 2018) mendefiniskan bahwa Community Based Tourism merupakan pariwisata
yang memperhitungkan dan menempatkan keberlanjutan lingkungan, social dan budaya,
diatur dan dimiliki oleh komunitas dan untuk komunitas. Hal ini menunjukkan bahwa
pariwisata memiliki multiplier effect dalam berbagai aspek yang telah disebutkan.
Community Based Tourism pun juga diharapkan dapat membantu dalam keberlanjutan
masa depan sektor pariwisata di Indonesia.
Pariwisata Berbasis Masyarakat tentunya berkaitan erat dengan partisipasi
masyarakat yang tinggal di daerah wisata tersebut. Menurut Timothy, 1999 dalam (Elim &
Mba , Partisipasi Masyarakat Lokal Dalam Pengembangan Pariwisata Di Kawasan
Pariwisata Prioritas Pembangunan Pemerintah Provinsi NTT Tahun 2019, 2021) partisipasi
masyarakat dalam pariwisata terdiri dari dua perspektif yaitu partisipasi masyarakat lokal
dalam proses pengambilan keputusan dan Partisipasi masyarakat lokal berkaitan dengan
keutungan yang diterima masyarakat dari pembangunan pariwisata. Karena tentunya
1
masyarakat sendiri memiliki penilaian masing-masing terhadap kebijakan pengembangan
destinasi pariwisata di wilayah mereka. Tosun, 2006 dalam (Nugraha & Suryasih, 2017)
mengemukakan tipe- tipe partisipasi masyarakat ke dalam tiga tipe, yaitu; 1) Spontaneous
participation; partisipasi yang dilakukan secara spontan. 2) Coercive participation;
partisipasi yang dilakukan dengan cara kekerasan. 3) Induced participation; partisipasi
yang dilakukan karena masyarakat terdorong untuk melakukannya.
Disamping itu, pada awal 2020 industri pariwisata mengalami goncangan besar saat
pandemic dari virus covid 19 mulai memasuki Indonesia. Pandemi covid 19 sendiri
memberikan impact yang besar pada hampir seluruh aspek dalam pemerintahan khususnya
industry pariwisata yang kegiatannya harus berhenti total agar memutus penyebaran virus
covid 19. Pemerintah pun memberlakukan berbagai cara agar kegiatan tetap berjalan meski
belum efektif. Industri pariwisata pun mulai kembali bangkit dengan mewajibkan
penerapan protokol yang berlaku pada suatu destinasi. Salah satu protokol kesehatan yang
sering diterapkan ditempat-tempat umum itu dikenal dengan protokol CHSE (Cleanliness,
Health, Safety, and Environment Sustainbility). Dalam menerapkan protokol CHSE pun
dibutuhkan kesadaran dari masyarakat sekitar hingga mau untuk berpartisipasi dalam
menjalankan protokol tersebut.
Berdasarkan dengan literature terdahulu, hal ini bersinergi dengan partisipasi
masyarakat setempat dengan melakukan pemulihan wisata budaya di Perkampungan
Budaya Betawi Setu Babakan melalui penerapan protokol CHSE. Sebagai salah satu cagar
ikonik kebudayaan suku betawi, Perkampungan Budaya Betawi dikenal sebagai destinasi
yang menyajikan wisata budaya kepada wisatawan dari berbagai kelompok hingga
mancanegara. Dan merupakan salah satu destinasi popular di DKI Jakarta. Perkampungan
Budaya Betawi memiliki potensi wisata yang begitu besar sehingga menjadikannya Juara 1
Anugerah Desa Wisata Indonesia 2021 pada Kategori CHSE yang diadakan oleh
Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan
merupakan salah satu kawasan yang menjadi dapur kebudayaan suku Betawi yang menjadi
destinasi wisata karena memiliki potensi wisata baik dari segi lingkungan maupun sisi
kebudayaanya. Secara administratif Perkampungan Kebudayaan Betawi terletak di
Kelurahan Srengseng Sawah Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Dengan luas wilayah
yaitu sekitar 289 hektar yang dalam pembagian wilayahnya dimiliki oleh Pemerintah
Daerah Provinsi DKI Jakarta sebanyak 30% dan milik masyarakat sebanyak 70%.
Akan tetapi, partisipasi dari masyarakat sekitar pun tentunya tidak luput dalam
keberhasilan pemulihan Perkampungan Budaya Betawi yang berhasil menerapkan protokol
2
CHSE tersebut. Hal ini dapat dikaji melalui sudut pandang Lingkungan, Sosial, dan Budaya
serta aspek dari Community Based Tourism yang terkandung didalamnya. Dari latar
belakang permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk mengkaji terkait sejauh mana
partisipasi masyarakat dalam upaya pemulihan wisata budaya di Perkampungan Budaya
Betawi Setu Babakan.
B. Identifikasi Masalah

Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan merupakan cagar ikonik kebudayaan

suku Betawi. Sebagai desa wisata yang telah berkembang, partisipasi masyarakat

tentunya tidak luput dalam proses pemulihan wisata budaya di era yang telah

memasuki era modern. Masyarakat tentunya turut berpartisipasi dalam keberhasilan

yang telah dicapai Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan.

C. Batasan Masalah

Batasan-batasan masalah yang dihadapi penulis dalam melakukan observasi adalah

sebagai berikut:

1. Waktu yang terbatas oleh narasumber untuk melakukan penelitian Perkampungan

Budaya Betawi Setu Babakan

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka terdapat rumusan masalah dari

penelitian ini , pertanyaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk partisipasi masyarakat dalam pemulihan Wisata Budaya di

Perkampungan Budaya Betawi

2. Bagaimana pengembangan Perkampungan Budaya Betawi dilihat dari sisi aspek

Lingkungan, dan Sosial Budaya

E. Tujuan Penelitian

1. Mengkaji sejauh mana partisipasi masyarakat dalam pemulihan wisata budaya di

Perkampungan Budaya Betawi

3
2. Mendeskripsikan aspek Lingkungan, dan Sosial Budaya dari Perkampungan

Budaya Betawi Setu Babakan.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan fondasi

dalam pemulihan wisata budaya di Perkampungan Budaya Betawi tentang

pentingnya nilai dari suatu budaya dan berbagai aspek lainnya agar nilai dari

budaya Betawi tidak hilang dimakan waktu.

2. Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan mampu membuka wawasan mengenai

peran dari partisipasi masyarakat yang sangat penting dalam pembangunan dan

pemulihan suatu destinasi wisata.

3. Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat membuat Perkampungan

Budaya Betawi Setu Babakan semakin dikenal luas sebagai cagar dari budaya

Betawi di DKI Jakarta.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kajian Teori

1. Partisipasi Masyarakat

Partisipasi merupakan keikutsertaan seseorang di dalam kelompok sosial untuk

mengambil bagian dari kegiatan masyarakat yang ada, di luar pekerjaannya

(Makhmudi & Muktiali, 2018). Seorang ilmuwan yang bernama Davis

mengemukakan definisinya tentang partisipasi yang dikutip dari Santoso dalam

(Herman, 2019) sebagai berikut: “Partisipasi dapat didefinisikan sebagai keterlibatan

mental atau pikiran atau moral atau perasaan didalam situasi kelompok yang

mendorong untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai

tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan”. Berdasarkan

pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa partisipasi tidak hanya berdasarkan

keterlibatan secara fisik tetapi menyangkut keterlibatan diri seseorang sehingga akan

menimbulkan rasa tanggung jawab seseorang,

Partisipasi adalah keikutsertaan, perhatian dan sumbangan yang diberikan oleh

kelompok yang berpartisipasi dalam hal ini adalah masyarakat. (Pasaribu &

Simanjutak, 1992). Untuk menumbuhkan dan menggerakkan semangat partisipasi,

diperlukan prasyarat yang dapat membangkitkan tenaga sosial dalam masyarakat.

(Pasaribu & Simanjutak, 1992)mengemukakan sebagai berikut :

1. Rasa senasib, sepenanggunan, ketergantungan dan ketertiban, jika dalam

suatu masyarakat terdapat perasaan ini, maka dalam masyarakat ikut dapat

diharapkan timbul partisipasi yang tinggi;

2. Keterikatan tujuan hidup, keterikatan rasa saja tidak membawa kekuatan

untuk berpartisipasi. Bukti nyata dalam hal ini, makan tidak makan asal

5
rumpu tetapi bila tujuan jelas maka ketepatan hati, tahan uji dan kemauan

kerasa akan timbul dalam mencapai tujuan;

3. Kemahiran menyesuaikan. Kemahiran meneysuaikan diri dalam keadaan

sangat penting untuk menimbulkan partisipasi;

4. Adanya prakarsawan, adanya orang yang memprakarsai perubahan,

merupkan prasyarat lahirnya partisipasi; dan

5. Iklim partisipasi, partisipasi yang bagaimanapun tidak akan lahir tanpa lebih

dahulu menciptakan iklim tetapi bila iklimnya sudah ada, maka sangat

mudah partisiasi tumbuh.

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan sangat diperlukan dalam setiap

tahapan pembangunan dan khususnya dalam pemulihan wisata budaya. Menurut

Mikkelsen dalam (Kawulur, Lapian , & Kaawoan) membagi partisipasi masyarakat

menjadi 6 pengertian, yaitu:

1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa

ikut serta dalam pengambilan keputusan

2. Partisipasi adalah “Pemekaan” pihak masyarakat untuk meningkatkan

kemauan menerima dan kemampuan untuk menanggapi.

3. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan

yang ditentukannya sendiri.

4. Partisipasi adalah suatu poses yang aktif, yang mengandung arti bahwa

orang atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan

kebebasaannya untuk melakukan hal itu.

5. Partispasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan

para staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan,monitoring proyek, agar

memperoleh informasi mengenai konteks local, dan dampak-dampak sosial

6
6. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri,

kehidupan, dan lingkungan mereka.

Menurut Sastropoetro, Partisipasi adalah keikutsertaan, peran serta atau

keterlibatan yang berkaitan dengan keadaan lahiriahnya. Pengertian ini menjelaskan

peran masyarakat dalam mengambil bagian, atau turut serta menyumbangkan tenaga

dan pikiran ke daalam suatu kegiatan, berupa keterlibatan ego atau diri sendiri atua

pribadi yang lebih daripada sekedar kegiatan fisik semata

Masyarakat merupakan kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut

suatu sistem adat istiadat tertent yang bersiat berkelnajutan yang terkait oleh suatu

rada iidentitas bersama. Untuk mencapai keberhasian pembangunan, partisipasi

masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan sangat diperlukan. Pembangunan dapat

berjalan terus menerus tetapi hasilnya akan sangat berbeda apabila pembangunan

tersebut didukung dengan partisipasi masyarakatPartisipasi melibatkan mental dan

emosi lebih banyak daripada fisik seseorang

Konsep partisipasi masyarakat dikemukakan oleh Tosun dalam (Putra &

Suryawan , 2018) membagi partisipasi masyarakat menjadi 3 poin, yaitu :

1) Coercive Participation ( Partisipasi Paksaan). Partisipasi ini masih bersifat

paksaan, adanya oengaruh dari pihak luar dan masyarakat menerima segala

keputusan..

2) Induce Participation ( Partisipasi Terdorong). Masyarakat sudah memperoleh

hal tetapi masih bersifat tidak langsung.

3) Spontanneous Participation (Partisipasi Spontan). Masyarakat sudah diberikan

hak untuk merencanakan pariwisata di daerahnya sendiri, dan sudah terlibat

secara langsung.

7
2. Pariwisata Berbasis Masyarakat

Konsep pariwisata berbasis masyarakat diambil dari (Hausler & Stratsdas, 2003)

dalam (Sawu & Sugiarti, 2020) menekankan filosofi keaktifan dari masyarakat local/

Suansri (2003) dalam (Muslimin & Arida, 2018) mendifinisikan CBT (Community

Based Tourism) adalah kegiatan pariwisata dengan menghormati aspek keberlanjutan

lingkungan, sosial, dan budaya. CBT merupakan salah satu media untuk membangun

dan mewujudkan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan.

Menurut Suansri, 2003 dalam (Pradipta M. Y., 2021) prinsip pariwisata berbasis

masyarakat sebagai alat untuk pengembangan masyarakat yaitu;

1) Kelestarian lingkungan terjamin;

2) Kebanggaan masyarakat ikut dipromosikan;

3) Keterlibatan sejak awal anggota masyarakat dalam setiap aspek;

4) Peningkatan kualitas hidup;

5) Mengakui, mendukung dan mempromosikan kepemilikan masyarakat atas

pariwisata;

6) Melestarikan keunikan karakter dan budaya daerah setempat;

7) Menghargai perbedaan budaya dan martabak manusia

8) Membina pembelajaran lintas budaya;

9) Mendistribusikan hasil yang didapat secara adil di antara anggota masyarakat;

10) Menyumbangkan perolehan pendapatan tetap untuk proyek-proyek komunitas

Di Indonesia CBT diterapkan antara lain dalam pengembangan daya tarik wisata

alam maupun budaya. Masyarakat menduduki posisi sebagian integral yang ikut

berperan, baik sebagai subyek maupun obyek pembangunan itu sendiri. Masyarakat

merupakan pelaku langsung kegiatan pariwisata dalam hal pengelolaan sumber daya

alam dan budaya sehingga memiliki komitmen yang kuat untuk mengelola sumber

8
daya secara berkelanjutan karena menyangkut kepentingan hidup mereka. Masyarakat

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari atraksi pariwisata sehingga

pengembangan pariwisata tidak bisa dilakukan tanpa melibatkan masyarakat.

Pariwisata berbasis masyarakat memiliki berbagai kelebihan baik dari aspek

pengembangan masyarakat maupun industri pariwisata. Namun keberhasilan

penerapan CBT sangat tergantung karakteristik dan konsidi masyarakat/komunitas di

destinasi wisata sehingga model pelaksaaan CBT di wilayah satu dengan lainnya

berbeda.

Menurut Anstrand dalam (Suansri & Potjana , 2003)mendefinisikan Community

Based Tourism (CBT) sebagai pariwisata yang memperhitungkan dan menempatkan

keberlanjutan lingkungan, sosial dan budaya, diatur dan dimiliki oleh komunitas,

untuk komunitas. Anstrand (2006:14) mencoba melihat CBT bukan dari aspek

ekonomi terlebih dahulu melainkan aspek pengembangan kapasitas komunitas dan

lingkungan, sementara aspek ekonomi menjadi ‘induced impact’ dari aspek sosial,

budaya dan lingkungan. Suansri (2003:14) menguatkan definisi CBT sebagai

pariwisata yang memperhitungkan aspek keberlanjutan lingkungan, sosial dan budaya

dalam komunitas. CBT merupakan alat bagi pembangunan komunitas dan konservasi

lingkungan.

Pariwisata berbasis masyarakat adalah bentuk kepariwisataan dimana komunitas

lokal memiliki kontrol dan terlibat dalam pembangunan dan pengelolaannya, dan

proporsi manfaat sebagian besar tetap berada di tangan komunitas masyarakat lokal.

Putra (2015) dalam (I Wayan Wiwin, 2018) menyebutkan setidaknya ada empat

prinsip yang harus dipenuhi dalam pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat di

Bali, yaitu :

9
1. Inisiatif pengelolaan CBT datang dari bawah dan dilakukan secara

kelembagaan di bawah payung desa adat/pakraman;

2. Desa menjadi pemilik destinasi wisata yang ada di wilayahnya dan dikelola

melalui yayasan atau badan pengelola;

3. Keuntungan financial digunakan untuk pembangunan desa dan pembiayaan

kegiatan adat keagamaan serta disalurkan kepada masyarakat melalui

lembaga-lembaga yang relevan; dan

4. Peluang kerja dan usaha diutamakan untuk masyarakat local.

3. CHSE (Cleanliness, Health, Safety, Environment Sustainability)

CHSE adalah kebijakan yang dibuat dan dikeluarkan oleh Kementerian

Pariwisata dan Kreatif Perekonomian yang ditujukan kepada

pengusaha/pengelola, pekerja, dan pariwisata lokal dalam memenuhi kebutuhan

pengunjung.kebutuhan.Panduan protokol kesehatan bagi pemerintah provinsi,

kabupaten/kota, desa, termasuk kota-kota adat, asosiasi bisnis dan bidang keahlian

yang terkait dengan pariwisata tujuan, percobaan, pendampingan, pembinaan,

pengamatan, dan ulasan dalam pelaksanaan kebersihan, kesehatan, kelestarian,

dan kelestarian lingkungan.

Dalam kebijakan protokol CHSE, beberapa pedoman dibagi menjadi

pedoman umum dan prosedur khusus. Pelaksanaan pembinaan secara umum

adalah untuk manajemen/tata kelola, tenaga kerja, perangkat daerah pariwisata,

dan pihak-pihak aktif lainnya di daerah tujuan wisata. Manajemen harus

membayar memperhatikan informasi terbaru yang dikeluarkan oleh Pemerintah

mengenai detail Covid-19 dan harus memiliki standar operasional prosedur (SOP)

terkait pencegahan penyebaran Covid19. (Dewi & Faustina, 2022)

10
Implementasi protokol Kesehatan CHSE bila dikaitkan dengan

teori implementasi berdasarkan unsur adanya target. Implementasimerupakan

sebuah tindakan yang dilakukan baik secara individu maupun kelompok dengan

maksud untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Individu ataupun

kelompok bisa dikatakan suatu organisasi. Atas dasar tersebut, bahwa setiap

organisasi merupakan unsur yangsangat penting dalam masyarakat modern baik

di sektor publik (negara) maupun di sektor swasta. Dalam masyarakat modern

seperti Indonesia masa kini dikenal berbagai macam organisasi seperti rumah

sakit, sekolah, universitas, yayasan, badan usaha milik negara dan kantor-

kantor pemerintah. Dalam administrasi negara, organisasi merupakan

unsur yang utama karena menyangkut kerjasama antara orang-orang yang

terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan untuk mencapai

tujuan-tujuan publik seperti pembangunan dan pelayanan masyarakat.

(Aprilia , Marini, & Yahya, 2021)

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Dasar ataupun acuan yang berupa teori, hasil temuan-temuan dari berbegai

penelitian sebelumnya merupakan hal yang diperlukan sebagai data pendukung. Data

pendukung yang diperlukan ialah penelitian terdahulu yang relevan dengan pokok

masalah yang sedang di bahas dalam penelitian ini.

1. Mengutip dari penelitian terdahulu oleh (Elim & Mba , 2021) dengan judul

penelitian Partisipasi Masyarakat Lokal Dalam Pengembangan Pariwisata DI

Kawasan Pariwisata Prioritas Pembangunan Pemerintah Provinsi NTT Tahun

2019, adapun hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa bentuk partisipasi

masyarakat lokal terdiri dari partisipasi dalam kegiatan yang berhubungan

11
langsung dengan kegitan pariwisata dan partispasi dalam kegiatan yang tidak

berhubungan langsung dengan kegiatan pariwisata.

2. Mengutip dari penelitian terdahulu oleh (Nugraha & Suryasih, 2017) dengan judul

penelitian Partisipasi Masyarakat Dalam Mengembangkan Subak Lodtunduh

Sebagai Daya Tarik Wisata Di Desa Singakerta, Kecamatan Ubud, Gianyar, hasil

dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak ada bentuk nyata dari

rancangan rencana tata ruang dan detail budidaya padi Subak Lodtunduh untuk

dijadikan objek wisata. Peran pemerintah sebatas menginisiasi Subak Lodtunduh

untuk lebih produktif di sektor pariwisata sejalan dengan sektor pertanian yang

selama ini digarap masyarakat local masyarakat Subak Lodtunduh.

3. Mengutip dari penelitian terdahulu oleh (Pradipta M. Y., 2021) dengan judul

penelitian Pariwisata Berbasis Masyarakat Sebagai Pelestari Tradisi Di Desa

Samira. Hasil penelitian menunjukkan masyarakat Desa Samiran masih

melakukan tradisi sadranan dan baritan. Tujuan tradisi ini adalah untuk

penghormatan kepada nenek moyang, rasa syukur hasil panen, meminta

keberkahan dan rasa saling menolong. Partisipasi kegiatan tradisi masyarakat

Desa Samiran terdiri dari 2 jenis yaitu partisipas aktif dan pasif. Partisipasi

langsung dilakukan pada tradisi sadranan sedangkan partisipasi tidak langsung

dilakukan pada tradisi baritan.

4. Mengutip dari penelitian terdahulu oleh (Wisnu Wardana & Adikampanan, 2018 )

dengan judul Partisipasi Masyarakat Lokal Dalam Pengembangan Pariwisata DI

Desa Jatiluwih, Kabupaten Tabanan, Bali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pengambilan keputusan dalam partisipasi masyarakat local masih kurang. Mereka

memiliki kesemoatan untuk mendengarkan atau mendengar tetapi pendapat

mereka tidak perlu dipertimbangkan. Manfaat yang diterima masyarakat local dari

12
kegiatan pariwisata adalah masyarakat mulai mendapatkan bagian yang tepat dari

pengembangan pariwisat desa mereka.

5. Mengutip dari penelitian terdahulu oleh (Pehulisya & Nugroho, 2020) dengan

judul Eksistensi Perkampungan Setu Babakan Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya

Betawi, Jakarta Selatan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa partisipasi

warga dalam kegiatan pariwisata terhadap keberadaan kampung Betawi adalah

warga yang memiliki peran dalam memajukan kesenian Betawi. Saran dari para

pemangku kepentingan pariwisata seperti pemerintah, swasta, dan warga dalam

memajukan, mengembangkan dan juga melestarkan desa Betawi adalah menjaga

eksistensi desa di tengan perkembangan saat i

13
C. Kerangka Penelitian

Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

Partisipasi Masyarakat dalam Pemulihan


Wisata Budaya melalui Pendekatan
Pariwisata Berbasis Masyarakat

Pengumpulan Data

Data Premier : Data Sekunder :

- Wawancara - Jurnal Penelitian


- Observasi - Artikel Website
- Buku

Pembahasan
Analisis Kualitatif
Deskiptif

Kesimpulan dan Saran

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir


Sumber : Penulis

14
D. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana bentuk partisipasi masyarakat dalam pemulihan Wisata Budaya di

Perkampungan Budaya Betawi?

2. Apakah aspek pengembangan Lingkungan, dan Sosial Budaya di Perkampungan

Budaya Betawi sudah optimal?

15
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunaka metode penelitian kualitatif. Dengan

menggambarkan keadaan di lokasi objek penelitian sekarang yang berdasarkan pada

fakta yang ada di lapangan. Dalam menganalisis penelitian ini menggunakan analisis

deskriptif kualitatif dengan mendskripsikan hasil dari penelitian yang telah dilakukan.

B. Tempat Pelaksanaan

Objek dari penelitian ini adalah Perkampungan Budaya Betawi yang berada di

Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kabupaten Jakarta

Selatan,Provinsi DKI Jakarta

Gambar 1 Wilayah Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan


Sumber : upk-pbb.business.site

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut (Ferdinand, A, 2014) populasi merupakan perpaduan dari sebuah

kejadian yang menghasilkan hal-hal atau orang tertentu menjadi suatu topik yang

menarik dalam penelitian.

16
2. Sampel

Menurut (Sugiyono, 2011) sampel adalah sub-unit dari besaran dari

karakteristik populasi. Maka, sampel merupakan bagian kecil dari suatu populasi

yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mewakilkan suatu populasi.

Sampel yang akan diambil pada penelitian ini adalah :

a) Pengelola Perkampungan Budaya Betawi

1) Sekretaris Pihak UPK

b) Forum Jibang

1) Ketua Forum Jibang

c) Masyarakat

1) Masyarakat Sekitar Perkampungan Budaya Betawi

D. Definisi Operasional

No Jenis Variabel Variabel Definisi Operasional Ukuran

1. Independen Partisipasi Masyarakat Partisipasi Masyarakat Unit

dalam Pemulihan dalam Pemulihan Wisata

Wisata Budaya Budaya di

Perkampungan Budaya

Betawi

2. Dependen Perkampungan Perkampungan Budaya Unit

Budaya Betawi Setu Betawi Setu Babakan

Babakan

Tabel 3.1 Definisi Operasional


Sumber Penulis

17
E. Teknik dan Pengumpulan Data

Sesuai pada bentuk pendekatan penelitian kualitatif dan dari sumber yang akan

digunakan, maka dari itu peneliti melakukan pengumpulan data yang digunakan

dengan wawancara, observasi, dan studi pustaka.

F. Teknik Analisis Data

1. Reduksi data Reduksi data adalah pemilihan serta penyederhanaan, pengabstrahan

dan transformasi data kasar dari catatan yang tertulis pada lapangan (Rijali, A,

2018)

2. Penyajian data Pada tahap ini semua data yang telah disajikan secara rinci pada

tahap sebelumnya disajikan dalam bentuk yang lebih ringkas dan mudah untuk

dipahami (A & E.A, 2021)

3. Penarikan kesimpulan Menurut Sugiono (2017) dalam (Yuliani, W,

2018)Penarikan kesimpulan merupakan kesimpulan awal yang diutarakan masih

bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti yang kuat, yang

mendukung pada tahap pengumpulan data selanjutnya, Tapi bila kesimpuan

diutarakan pada tahap awal disertai dengan bukti yang kuat dan konsisten saat

peneliti kembali kelapangan maka kesimpulan dapak dikatakan kredibel

Daftar Pustaka

18
A, P., & E.A, A. (2021). Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Pada Topik
Penyajian Data di Pondok Pesantren. Jurnal Pendidikan Matematika.

Aprilia , L. R., Marini, S., & Yahya, I. A. (2021). Implementasi Protokol Kesehatan CHSE
dalam Meningkatkan Kepercayaan Tamu di Hotel . Jurnal Kepariwisataan , 1-15.

Dewi, L., & Faustina, N. (2022). The Appliaction of CHSE to Visitor Satisfication in
Jakarta's Tourist Attraction in The New Normal Era. Budapest International Research
and Crititcs Institute Journal, 10905-10912.

Elim, Y. V., & Mba , D. A. (2021). Partisipasi Masyarakat Lokal Dalam Pengembangan
Pariwisata Di Kawasan Pariwisata Prioritas Pembangunan Pemerintah Provinsi NTT
Tahun 2019. Jurnal Destinasi Pariwisata.

Elim, Y. V., & Mba, D. A. (2021). Partisipasi Masyarakat Lokal Dalam Pengembangan
Pariwisata Di Kawasan pariwisata Prioritas Pembangunan Pemerintah Provinsi NTT
Tahun 2019. Jurnal Destinasi Pariwisata , 23-32.

Ferdinand, A. (2014). Metodologi Penelitian Manajemen . Semarang : Badan Penerbit


Universitas Diponegoro .

H. N., & S. W. (2003). Latihan tahunan terhadap pariwisata berbasis masyarakat


Zschourtau .

Herman. (2019). TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN


PEMBANGUNAN DESA ULIDANG KECAMATAN TAMMERODO
KABUPATEN MAJENE. Jurnal Ilmiah Ekonomi Pembangunan , 75-98.

I Wayan Wiwin. (2018). Community Based Tourism Dalam Pengembangan Pariwisata Bali .
Pariwisata Budaya.

Kawulur, I., Lapian , M. T., & Kaawoan, J. (n.d.). PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI DESA TALIKURAN KECAMATAN
TOMPASO KABUPATEN MINAHASA. Jurnal Unsrat.

Makhmudi, P. D., & Muktiali, M. (2018). PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM


PEMBANGUNAN PRASARANA LINKUNGAN PADA PROGRAM PENATAAN
LINGKUNGAN PEMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK) DI
KELURAHAN TAMBAKREJO KOTA SEMARANG. Jurnal Pengembangan Kota,
108-117.

Muslimin, A., & Arida, I. S. (2018). Partisipasi Masyarakat Lokal Terhadap Wisata Edukasi
Di Green School Bali, Abiansemal, Badung. Jurnal Destinasi Pariwisata , 1-6.

Nugraha , A. R., & Suryasih, I. A. (2017). Partisipasi Masyarakat Dalam Mengembangkan


Subak Lodtu duh Sebagai Daya Tarik WIsata Di Desa Singakerta, Kecamatan Ubud,
Gianyar. Jurnal Destinasi Pariwisata , 84-90.

19
P. I., & S. B. (1992). Sosiologi Pembangunan . Bandung: Tarsito .

Pehulisya, R. L., & Nugroho, S. (2020). Eksistensi Perkampungan Setu Babakan Sebagai
Daya Tarik Wisata Budaya Betawi, Jakarta Selatan. Jurnal Destinasi Pariwisata, 232-
237.

Pradipta , M. Y. (2021). Pariwisata Berbasis Masyarakat Sebagai Pelestari Tradisi Di Desa


Samiran. Jurnal Kepariwisataan, 99-109.

Pradipta, M. Y. (2021). Pariwisata Berbasis Masyarakat Sebagai Pelestari . Jurnal


Kepariwisataan , 99-109.

Putra, P. G., & Suryawan , I. B. (2018). Partisipasi Masyarakat Desa Jungutbatu Di Daya
Tarik Wisata Mangrove Tour, Nusa Lembongan, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten
Klungkung. Jurnal Destinasi Pariwisata , 130-133.

Rijali, A. (2018). Analisis Data Kualitatif . Jurnal Alhadharah .

Sawu, R. M., & Sugiarti, D. P. (2020). Partisipasi Masyarkat Dalam Pengelolaan Community
Based Tourism Di Desa Wisata Waturaka, Kabupaten Ende. Jurnal Destinasi
Pariwisata, 119-124.

Suansri , & Potjana . (2003). Community Based Tourism Handbook. Thailand: Rest Projet.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kualititatif dan R&D. Bandung: Afabeta.

Wisnu Wardana, I. A., & Adikampanan, I. (2018 ). Partisipasi Masyarakat Lokal Dalam
Pengembangan Pariwisata DI Desa Jatiluwih, Kabupaten Tabanan, Bali. Jurnal
Destinasi Pariwisata, 78-84.

Yuliani, W. (2018). Metode Penelitian Deskriptif Kualittatif dalam Persepektif Bimbuingan


dan Konseling. STKIP Siliwangi Journals.

20

Anda mungkin juga menyukai