Anda di halaman 1dari 44

JARINGAN SOSIAL STAKEHOLDER PENGEMBANG DESTINASI

WISATA KOLAM MUDIAK LUGHA DI DESA SILUNGKANG OSO,


KECAMATAN SILUNGKANG

PROPOSAL

FITRIA ADILLAH
NPM : 20070025

PRODI PENDIDIKAN SOSIOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
2024
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...................................................................................................... i


DAFTAR TABEL .............................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5
1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendekatan Teoritis................................................................................... 7
2.2 Penjelasan Konseptual .............................................................................. 9
2.2.1 Stakeholder Pengembangan Wisata.................................................. 9
2.2.2 Peran Stakeholder dalam Pengembangan Objek Wisata ................. 11
2.2.3 Pengembangan Destinasi Wisata .................................................... 13
2.3 Penelitian Relevan .................................................................................. 15
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Tipe Penelitian .............................................................. 25
3.2 Informan Penelitian ................................................................................ 27
3.3 Jenis Data ............................................................................................... 28
3.4 Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 29
3.5 Unit Analisis ........................................................................................... 32
3.6 Analisis Data .......................................................................................... 33
3.7 Lokasi Penelitian .................................................................................... 36
3.8 Jadwal Penelitian .................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA

i
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Pengunjung Destinasi Wisata Kolam Mudiak Lugha Desa


Silungkang Oso ................................................................................... 4
Tabel 3.1 Rencana Jadwal Penelitian ................................................................ 36

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Model Analisis Miles dan Huberman (1992) .................................. 36

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang mempunyai peran penting

dalam perekonomian dan merupakan salah satu sektor yang menjadi sumber

pemasukan negara. Pariwisata dapat dikembangkan sebagai sumber

pendapatan, baik sebagai pendapatan daerah pada umumnya maupun sebagai

pendapatan masyarakat sekitar khususnya. Berbagai pihak seperti pemerintah,

pihak swasta dan masyarkat lokal yang terlibat langsung dengan cara

memanfaatkan objek wisata sebagai peluang usaha akan dapat merasakan

dampak positif dari sektor pariwisata. Pemerintah dapat memperoleh pajak

dan devisa dari sektor pariwisata. Pihak swasta dapat menciptakan peluang

usaha dan ekonomi, sedangkan masyarakat yang terlibat langsung dalam

sektor pariwisata dapat meningkatkan pendapatan masyarakat tersebut.

Dalam Undang- Undang No 10 Tahun 2009 Pasal 1 ayat 3 menyebutkan

bahwa pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung oleh

masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah.

Menurut Sunaryo (2013) pembangunan pariwisata merupakan suatu

proses perubahan pokok yang dilakukan oleh manusia secara terencana pada

suatu kondisi kepariwisataan tertentu yang dinilai kurang baik yang diarahkan

menuju ke suatu kondisi kepariwisataan tertentu yang dianggap lebih baik

atau diinginkan. Pariwisata lokal merupakan potensi wisata baik yang berupa

wisata alam, wisata budaya maupun wisata buatan dan juga pariwisata lokal

dapat memberikan manfaat yang besar bagi daerah yang berusaha

1
2

mengembangkan wisatanya. Hal ini menyatakan bahwa setiap daerah

mempunyai berbagai potensi wisata lokal yang akan digali, diolah, dikelola

serta dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya terhadap

sarana hiburan atau sarana rekreasi. Pengembangan pariwisata lokal selain

dapat memenuhi kebutuhan masyarakat baik dari dalam daerah maupun dari

luar daerah, juga dapat memberikan keuntungan baik secara ekonomi maupun

non ekonomi.

Pemanfaatan peluang pariwisata yang dapat menguntungkan, maka

diperlukan suatu usaha yang kondusif agar dapat menjamin berlangsungnya

kegiatan pariwisata, selanjutnya melalui pengelolaan secara optimal

diharapkan akan dapat menarik dunia usaha untuk melakukan kegiatan

penanaman modal, dapat dipastikan bahwa aktivitas ekonomi akan meningkat

dan pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Pengembangan pariwisata tidak dapat dikendalikan oleh satu pihak saja

tentu diperlukan kolaborasi dari berbagai pihak. Untuk itu terdapat berbagai

stakeholders yang terlibat ( pemerintah, lembaga non pemerintah), SDM,

dana dan fasilitas. Pengembangan tersebut dapat tercapai melalui pengelolaan

yang benar dan terkoordinasi, maka diperlukan peran serta dukungan dari

masyarakat, pemerintah dan sektor yang berperan dalam pengembangan

kepariwisataan.

Menurut Budimanta, Prasetijo, dan Rudito (2008) stakeholder dimaknai

sebagai individu, kelompok atau organisasi yang memiliki kepentingan dan

terlibat dalam kegiatan atau program pembangunan. Setiap pemangku


3

kepentingan memiliki peran yang berbeda yang perlu dipahami agar

pengembangan objek dan daya tarik wisata disuatu daerah dapat terwujud dan

terlaksana dengan baik. Amalyah, Hamid, dan Hakim (2016) mengklasifikan

stakeholder menjadi dua yaitu : (1) Stakeholder primer adalah pihak yang

memiliki kepentingan langsung terhadap sumber daya, baik sebagai mata

pencaharian ataupun terlibat secara langsung. (2) stakeholder sekunder adalah

pihak yang memiliki minat atau kepentingan secara tidak langsung.

Selain peran dari stakeholder tentu jaringan memiliki peran penting

dalam pengembangan destinasi wisata. Jaringan menurut Lawang (2004)

merupakan terjemahan dari network yang berasal dari dua suku kata yaitu net

dan work. Net diartikan sebagai tenunan seperti jala terdiri dari banyak ikatan

antar simpul yang saling berhubungan antar satu sama lain. Sedangkan work

bermakna sebagai kerja. Ikatan yang terjadi antara orang atau kelompok yang

dihubungkan dengan media (hubungan sosial). Hubungan ini di ikat oleh

sebuah kepercayaan, dengan adanya ikatan melalui hubungan sosial menjadi

suatu kerjasama bukan kerja bersama-sama. Jaringan ini tidak dapat berdiri

sendiri jika suatu simpul putus keseluruhan, maka jaringan tersebut tidak bisa

berfungsi lagi sampai simpul tersebut diperbaiki.

Dengan kata lain jaringan ini merupakan suatu hubungan antar individu

yang dikaitkan dengan simpul dan ikatan. Simpul dilihat melalui aktor

individu dalam jaringan sedangkan ikatan merupakan hubungan antar para

aktor tersebut. Hubungan ini kemudian di ikat melalui kepercayaan dan


4

keduanya tidak dapat dipisahkan, karena jika suatu ikatan tersebut putus

maka ikatan dalam jaringan tersebut tidak dapat berfungsi lagi.

Salah satu wisata yang memiliki daya tarik di Kota Sawahlunto

tepatnya di Kecamatan Silungkang yaitu Arena Pemandian Kolam Mudiak

Lugha di Desa Silungkang Oso, yang didirikan pada tahun 2021. Destinasi

wisata ini dikelola oleh stakeholder lokal. Setelah diresmikan destinasi wisata

ini mampu menarik wisatawan untuk berkunjung sehingga pada tahun

pertama wisata ini sudah mengalami peningkatan pengunjung. Dapat kita

lihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 1.1. Pengunjung Destinasi Wisata Kolam Mudiak Lugha, Desa


Silungkang Oso
Tahun Jumlah Pengunjung
2021 8.000 pengunjung
2022 10.075 pengunjung
2023 17.355 pengunjung
Sumber : Rekap Data Pokdarwis Desa Silungkang Oso, 2023

Berdasarkan tabel 1.1 meskipun di kelola oleh stakeholder lokal, objek

wisata kolam mudiak lugha dapat berkembang. Tentu hal ini tidak terlepas

dari hubungan dan kerjasama para stakeholder tersebut. Maka dari itu penulis

tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Jaringan Sosial Stakeholder

Pengembang Destinasi Wisata Kolam Mudiak Lugha di Desa Silungkang

Oso, Kecamatan Silungkang.”

1.2. Rumusan Masalah

Destinasi wisata kolam mudiak lugha memiliki daya tarik wisata yang

tinggi, untuk itu pengembangan perlu dioptimalkan. Pengembangan tersebut

tidak terlepas dari adanya peran aktor di objek wisata tersebut baik itu dari
5

masyarakat, pengelola maupun pemerintah dan tentunya hubungan antar aktor

ini tidak bisa terlepas begitu saja, karna adanya kepercayaan, norma,

kerjasama dari masing-masing aktor atau yang disebut sebagai jaringan

sosial. Untuk itu perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana Jaringan Sosial Stakeholder Pengembang Destinasi Wisata

Kolam Mudiak Lugha Di Desa Silungkang Oso ?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk memetakan aktor yang terlibat dalam pengembangan Objek Wisata

Kolam Mudiak Lugha di Desa Silungkang Oso.

2. Untuk menganalisis Jaringan Sosial Stakeholder Pengembang Objek

Wisata Kolam Mudiak Lugha di Desa Silungkang Oso.

1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka penelitian

ini terdapat 2 (dua) manfaat, yakni manfaat akademis dan manfaat praktis :

1.4.1 Manfaat Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian teori dalam

sosiologi pariwisata, khususnya teori jaringan sosial pada stakeholder

dalam pariwisata. Disamping itu juga menambah wawasan dalam kajian

sosiologi pariwisata khususnya konsep jaringan sosial.

1.4.2. Manfaat Praktis

1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah

dalam meningkatkan pengembangan pariwisata melalui hubungan

kerjasama yang baik.


6

2. Bagi Stakeholder, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pendorong

dan membuka pandangan orang. Hal ini karena dalam pengelolaan

dan pengembangan objek wisata yang bertujuan agar kedepannya

objek wisata tersebut menjadi tempat yang paling banyak diminati

dan juga dapat meningkatkan sarana dan prasarana objek wisata.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pendekatan Teoritis

Penelitian ini menggunakan pendekatan teori jaringan sosial yang

dikemukakan oleh Mitchell J. Clyde (1969). Jaringan sosial adalah

seperangkat hubungan khusus yang terbentuk di antara sekelompok orang,

dimana ciri-ciri hubungan tersebut dapat digunakan untuk

menginterpretasikan motif dibalik perilaku sosial dari orang-orang yang

terlibat di dalamnya Mitchell (1969). Mitchell mengatakan bahwa jaringan

sosial tingkat interpersonal didefenisikan sebagai rangkaian hubungan unik

antara banyak orang dengan karakteristik yang saling melengkapi, dimana

karakteristik hubungan itu secara keseluruhan menginterpretasikan perilaku

sosial individu yang berpartisipasi.

Mitchell J. Clyde (1969) mengungkapkan ada dua karakteristik penting

dari jaringan sosial yaitu :

1. Karakteristik Morphologi adalah hubungan antar satu individu dengan

individu lainnya berdasarkan perilaku sosial dalam suatu jaringan.

Sehingga karakteristik morphologi yang diihat dari aspek struktural

perilaku sosial individu yang ada dalam jaringan sosial terbagi menjadi 4

unsur yaitu :

a. Anchorage adalah sekumpulan hubungan yang terbentuk dalam

jaringan dimana individu berada dalam masalah tertentu yang ingin

mereka amati.

7
8

b. Reachibilty adalah cara perilaku seseorang dipengaruhinoleh

hubungannya dengan orang lain. Individu yang menjalin hubungan

dengan orang lain melewati tahap-tahap tertentu.

c. Densitas adalah dimana terdapat hubungan satu individu dengan

individu lainnya.

d. Range adalah individu yang melakukan kontak secara langsung dengan

individu yang berada dalam suatu jaringan.

2. Karakteristik interaksional adalah suatu hubungan yang dilakukan oleh

individu satu dengan individu yang lain dilihat dari perilaku dan proses

interaksi. Untuk membedakan ciri-ciri tingkah laku manusia, proses

interaksi antar manusia dengan manusia lainnya dibagi menjadi 5 unsur,

yaitu :

a. Content adalah hubungan antara orang-orang, biasanya untuk tujuan

tertentu. Hubungan ini harus dipahami karena berdasarkan norma,

kepercayaan dan nilai yang telah disepakati bersama antar individu.

b. Directednes adalah jaringan dimana dapat dilihat apakah hubungan

antar individu hanya satu arah dari satu individu ke individu lainnya

atau sebaliknya.

c. Durability adalah jaringan sosial ketika individu menyadari hak dan

kewajibannya unutk mengakui orang lain. Kesadaran akan hubungan ini

dapat digunakan untuk suatu tujuan tertentu, untuk mencapai objek

tertentu dan untuk memperoleh beberapa informasi.


9

d. Intensitas adalah jaringan sosial dimana individu menerima tanggung

jawab atau bebas untuk mengekspresikan haknya kepada orang lain.

e. Frekuensi merupakan ciri nyata dari interaksi dalam suatu jaringan yang

dapat dilihat secara simpel dalam kuantitasnya yaitu kontak antar

individu dalam jaringan.

Alasan peneliti memilih teori jaringan sosial yang dikemukakan oleh

Mitchell J. Clyde. Pertama konsep yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan jaringan sosial stakeholder. Kedua, kajian yang digunakan pada

penelitian ini berada pada kajian sosiologi pariwisata yang cenderung melihat

jaringan sosial stakeholder pengembang objek wisata. Ketiga, teori yang

digunakan pada penelitian ini berada pada level Jaringan Sosial Stakeholder

Pengembang Destinasi Wisata Kolam Mudiak Lugha Di Desa Silungkang

Oso. Oleh sebab itu maka penelitian ini menggunakan teori Mitchell J.Clyde

sebagai kacamata teori.

2.2. Penjelasan Konseptual


2.2.1 Stakeholder Pengembangan Wisata

Stakeholder didefenisikan sebagai pihak yang dapat mempengaruhi

atau dipengaruhi (menerima dampak) oleh keputusan yang diambil atau

dapat pula didefenisikan sebagai orang, kelompok atau lembaga yag

memiliki perhatian dan dapat mempengaruhi hasil suatu kegiatan

Kusumedi (2010). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa stakeholder

adalah semua pihak baik secara individu maupun kelompok yang dapat

dipengaruhi atau mempengaruhi pengambilan kpeutusan serta pencapaian

tujuan tersebut.
10

Stakeholder menurut Nugroho (2015) dimaknai sebagai individu,

kelompok atau organisasi yang memiliki kepentingan, terlibat atau

dipengaruhi oleh kegiatan atau program pembangunan. Pembangunan

kepariwisataan pada hakikatnya melibatkan tiga stakeholder yaitu

pemerintah, swasta dan masyarakat. Setiap pemangku kepentingan

memiliki peran dan fungsi yang berbeda yang perlu dipahami agar

pengembangan wisata disuatu daerah dapat terwujud dan terlaksana

dengan baik.

Peran pemerintah dalam pembangunan pariwisata bertugas membuat

kebijakan dan perencanaan yang sistematis. Sebagai contoh, pemerintah

menyediakan dan membangun infrastruktur pendukung kegiatan

pariwisata, meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang bekerja

sebagai tenaga kerja di sektor pariwisata, dan lain-lain. Pihak swasta

sebagai pelaku bisnis mempunyai peran dalam menyediakan sarana

pendukung pariwisata.

Kepariwisataan membutuhkan banyak sarana pendukung seperti

restoran, akomodasi, biro perjalanan, transportasi, dan lain-lain Suwantoro

(2004). Sedangkan masyarakat sebagai pemilik dan pengelola dapat

menjadi bagian dari atraksi wisata untuk menarik wisatawan dengan cara

mengenalkan kebudayaan dan kebiasaan sehari- hari yang menjadi

keunikan dan ciri khas dari objek wisata.

Menurut Amalyah, Hamid, dan Hakim (2016) berdasarkan kekuatan

posisi penting dan pengaruh stakeholder terhadap suatu issu stakeholder


11

dapat dikategorikan kedalam beberapa kelompok yakni stakeholder primer

dan stakeholder sekunder yaitu:

1. Stakeholder primer merupakan setiap stakeholder yang berurusan

langsung dengan permasalahan yang terjadi. Setiap stakeholder primer

biasanya memiliki peran penting dan harus terlibat dalam proses

pengambilan keputusan atas sebuah permasalahan yang harus

ditempatkan sebagai penentu utama dalam proses pengambilan

keputusan. Contoh stakeholder primer adalah pemerintah, masyarakat,

komunitas.

2. Stakeholder sekunder merupakan setiap stakeholder yang tidak

berkaitan secara langsung dengan suatu permasalahan tertentu. Dalam

hal ini para stakeholder biasanya tidak akan dilibatkan secara langsung

dalam proses pengambilan keputusan atas sebuah permasalahan tetapi

memiliki kepedulian dan keprihatinan sehingga mereka turut bersuara

dan berpengaruh terhadap sikap masyarakat dan keputusan

pemerintah. Contoh stakeholder sekunder adalah pemerintah,

akademisi.

2.2.2 Peran Stakeholder dalam Pengembangan Destinasi Wisata

Aspek sosial menyajikan peran yang penting dalam mendukung

kinerja sektor wisata. Aspek sosial bukan hanya mengidentifikasi

stakeholder tapi juga mengorganisasikannya sehingga menghasilkan

manfaat yang optimal bagi masing-masing stakeholder. Stakeholder dalam

wisata meliputi siapapun yang terlibat di dalam objek wisata tersebut


12

seperti penduduk lokal, pemerintah, kelompok masyarakat, sektor swasta

dan pihak lain yang terkait dengan pengembangan objek wisata. Peran

stakeholder sangat dibutuhkan dalam upaya pengembangan pengelolaan

destinasi wisata, bila dikembangkan dengan baik maka akan menjadi suatu

potensi yang dapat meningkatkan pendapatan daerah. Untuk itu perlu

adanya peran stakeholder dalam pengembangan dsetinasi wisata dimana

stakeholder dalam sektor wisata meliputi siapapun yang berpengaruh dan

dipengaruhi sektor wisata.

Dalam pengembangan pariwisata terdapat konsep pentahelix.

Pentahelix merupakan konsep multi pihak dimana unsur pemerintah,

akademisi, pelaku usaha, masyarakat atau komunitas dan media massa

berkolaborasi serta berkomitmen untuk mencapai tujuan yang sama (Talib

Desrika 2021). Ada lima komponen pentahelix yaitu :

1. Pemerintah

Pemerintah memiliki peran yang sangat penting dalam mengembangkan

pariwisata dalam garis besarnya adalah menyediakan infrastruktur,

memperluas berbagai bentuk fasilitas, kegiatan koordinasi antara

aparatur pemerintah.

2. Akademisi

Akademisi adalah orang yang memiliki pengetahuan secara teoritis dan

memiliki kemampuan untuk melakukan kajian-kajian terkait

parwiwisata. Misalnya dalam hal memberikan materi terhadap

pengelola di suatu destinasi wisata.


13

3. Pelaku Usaha

Adalah orang atau sekolompok orang yang melakukan kegiatan

usahanya. Seperti usaha yang menyediakan barang dan jasa untuk

pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan kepariwisataan.

4. Masyarakat atau Komunitas

Merupakan salah satu unsur yang dapat mendukung tercapainya suatu

hasil yang optimal dalam pengembangan pariwisata. Masyarakat dalam

mengembangkan sektor pariwisata juga mempunyai peran penting

dalam pengembangannya seperti melibatkan diri dalam pengelolaan

destinasi wisata.

5. Media

Adalah pihak yang memiliki ide atau gagasan kreatif dalam membuat

suatu destinasi wisata menjadi terkenal. Contohnya mempromosikan

suatu daya tarik wisata yang terdapat di suatu daerah. Tanpa media daya

tarik wisata yang telah disiapakn tidak akan diketahui oleh orang-orang

yang akan berwisata.

2.2.3 Pengembangan Destinasi Wisata

Menurut Undang- Undang No 10 Tahun 2009 destinasi pariwisata

atau daerah tujuan pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam

satu atau lebih wilayah administratif yang didalamnya terdapat daya tarik

wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesbilitas, serta masyarakat

yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisatan. Dalam


14

suatu daerah tujuan memiliki daya tarik wisata sehingga membuat

wisatawan tertarik mengunjunginya.

Pitana (2009) destinasi merupakan suatu tempat yang dikunjungi

dengan waktu yang signifikan selama perjalanan seseorang dibandingkan

dengan tempat lain yang dilalui selama perjalanan misalnya (daerah

transit). Dapat dijelaskan wilayah atau daerah tujuan pariwisata dalah

sesuatu yang sudah dikenal dan mudah diperkenalkan, sebuah industri

pariwisata, keistimewaan geografis dan kesatuan politis yaitu adanya daya

tarik daerah tujuan wisata, fasilitas akomodasi, usaha pengelolaan

makanan, hiburan dan reakreasi serta kemudahan untuk mencapai tujuan

wisata.

Untuk itu diperlukannya suatu pengembangan pariwisata, Anindita

(2015) mengatakan pengembangan pariwisata adalah suatu usaha untuk

mengembangkan atau memajukan objek wisata agar lebih baik dan

menarik ditinjau dari segi tempat dan segala yang ada didalamnya untuk

menarik minat wisatawan untuk mengunjunginya. Aspek pengembangan

wisata adalah sebagai berikut:

1. Atraksi wisata yaitu merupakan daya tarik yang timbul dari keadaan

alam (keindahan panorama, flora dan fauna, sifat khas perairan laut,

danau dan sebagainya), objek buatan manusia (museum, masjid kuno,

dan lainnya) atau unsur -unsur budaya (kesenian, adat istiadat, makanan

dan lainnya ).

2. Transportasi merupakan sesuatu yang berpengaruh atas arus wisatawan


15

dan juga perkembangan akomodasi.

3. Akomodasi merupakasn salah satu sarana untuk menyediakan jasa

pelayanan penginapan yang dielngkapi dengan pelayanan makan dan

minum serta jasa lainnya.

4. Fasilitas pelayanan yaitu penyediaan fasilitas dan pelayanan dan

bervariasi sejalan dengan perkembangan.

5. Infrastruktur yaitu untuk mendukung jasa pelayanan dan fasilitas

penudkung, pembangunan infrastrukur secara tidak langsung juga

memberi manfaat bagi maysarakat sekitar.

2.3. Penelitian Relevan

Penelitian relevan merupakan suatu bagian yang menggunakan

penelitian atau disebut penelitian terdahulu, yang berkaitan dengan

permasalahan yang diteliti saat ini. Berdasarkan telaah yang sudah dilakukan

dari beberapa sumber kepustakaan, maka penulis mengangkat beberapa

penelitian terdahulu atau relevan sebagai berikut :

Pertama , dikutip dari (Ni’mah A. Hidayah, Simon S. Hutagalung, dan

Dedy Hermawan, 2019) dalam penelitiannya (jurnal) yang berjudul “ Analisis

Peran Stakeholder Dalam pengembangan Wisata Talang Air Peninggalan

Kolonial Belanda Di Kelurahan Pajaresuk Kabupaten Pringsewu” penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui peran pemangku kepentingan yang diperlukan

dalam pengembangan wisata talang air peninggalan kolonial belanda. Hasil

penelitiannya yaitu menggambarkan bahwa pemangku kepentingan yang

terlibat dalam pengembangan pariwisata talang air terdiri dari masyarakat ,


16

pemerintah, sektor wisata dan pemangku kepentingan yang terlibat dalam

pengembangan pariwisata talang air telah melakukan berbagai pengembangan

baik pengembangan fisik maupun non fisik. Kerjasama dan komunikasi yang

ada antar pemangku kepentingan relatif baik sehingga mempercepat proses

implementasi pengembangan pariwisata talang air.

Kedua, dikutip dari (Septian Rio Bramana ) dalam penelitiannya

(jurnal) yang berjudul “ Peran Stakeholder Pengembangan Pariwisata Alam di

Kabupaten Jombang”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui siapa saja

stakeholder dalam strategi pengembangan wisata jombang dan untuk

mengetahui bagaimana peran stakeholder dalam strategi pengembangan

sektor wisata jombang. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa para

pemangku kepentingan dalam pengembangan wisata mempunyai peran yang

berbeda-beda, sesuai dengan kepentingan lembaga atau individu. Peran

stakeholder dalam pengembangan pariwisata yaitu (1) modernisator bahwa

pemerintah bertindak unutk mengantarkan masyarakat yang sedang

membangun menuju modernisasi dan meninggalkan cara dan gaya hidup

tradisional yang sudah tidak sesuai lagi dengan tata kehidupan modern. Dari

indikator modernisator peran para lembaga untuk merumuskan strategi

perkembangan pariwisata jombang seperti dispar jobang merumuskan strategi

5 aspek diantaranya penyediaan sarana dan prasarana pariwisata,

pengembangan daya tarik wisata daerah, peningkatanperan serta masyarakat

dan peningkatan peran serta pihak swasta. (2) katalisator bahwa pemerintah

harus dapat memperhitungkan seluruh faktor yang berpengaruh dalam


17

pembangunan nasional. Bahwa stakeholder menanggapi permasalahan

dengan berbagai macam cara seperti diantaranya adalah dengan

memfokuskan anggaran terhadap potensi wisata alam yang di prioritaskan,

kemudian penyuluhan yang bertujuan meningkatkan kesadaran wisata

masyarakat di sekitar objek wisata sehingga masyarakat ikut mempromosikan

wisatanya. (3) dinamisator bahwa pemerintah bertindak sebagai pemberi

bimbingan dan pengarahan kepada masyarakat yang ditujukan dengan sikap,

tindak, perilaku dan cara bekerja yang baik dapat dijadikan panutan bagi

masyarakat dalam melakukan pembangunan. Pada indikator dinamisator

bahwa lembaga ini memberi arahan terhadap stakeholder yang bersangkutan

dengan pembangunan pariwisata seperti halnya Disbudpar jombang

bekerjasama dengan Disbudpar provinsi untuk memberikan bintek atau

penyuluhan tentang tata kelola pariwisata.

Ketiga, dikutip dari (Mahardika Berliandaldo, et. All, 2021) dalam

penelitiannya berjudul “ Kolaborasi dan Sinergitas Antar Stakeholder dalam

Pembangunan Berkelanjutan Sektor Pariwisata di kebun Raya Cibinong”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi para stakeholder yang terlibat

dan melakukan analisa peran stakeholder berdasarkan pengaruh dan

kepentingannya. Hasil penelitiannya menunjukkan peran stakeholder terbagi

kedalam empat kategori analisis peran berdasarkan kepentingan dan pengaruh

yakni sebagai pendukung ( mitra pengelola kebun raya ), sebagai subyek

(pemerintah kabupaten bogor), sebagai pemain kunci (LIPI), sebagai pengikut

lain (kementrian PUPR, Dinas PUPR Kabupaten Bogor, dan Pelaksana


18

TJSL). Pembagian peran dan tanggung jawab masing-masing stakeholder

dapat mempercepat proses pembangunan sektor pariwisata yang dilakukan di

kebun raya cibinong, dampak dari adanya pembangunan dan pengembangan

kebun raya cibinong dapat terlihat dari segi ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Hal yang paling jelas terlihat adalah adanya peningkatan penyerapan tenaga

kerja dan pertumbuhan ekonomi sekitar kawasan kebun raya, sehingga akan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya.

Keempat, dikutip dari ( Ni Putu Tiya Paristha et.al, 2022) dalam

penelitannya berjudul “ Peran Stakeholder Dalam Pengembangan Desa

Wisata Kerta Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar.”. Penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis peran pemangku kepentingan dan merumuskan

model kolaboratif dalam pengembangan desa wisata kerta. Hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa pemangku kepentingan telah memainkan perannya,

namun keterlibatan dunia usaha dan media masih relatif rendah dalam

pengembanga desa wisaa kerta. Model kerja sama satkeholder dalam

pengembangan desa wisata kerta menempatkan komunitas atau masyarakat

lokal sebagai sentral karena merupakan penggerak utama desa wisata. Segala

bentuk pengembangan pariwisata harus mempertimbangkan masyarakat

untuk ikut terlibat dalam pengambilan keputusan karena masyarakat

merupakan pemilik sumber daya serta keunikan tradisi dan budaya yang

terdapat di desa wisata selanjutnya didorong oleh keterlibatan stakeholder lain

yang meliputi pemerintah, perguruan tinggi, bisnis, dan media selaku

stakeholder pendukung.
19

Kelima, dikutip dari (Reski Amalyah, Djamhur Hamid, Luchman

Hakim, 2016) dalam penelitiannya berjudul “Peran stakeholder pariwisata

dalam pengembangan pulau samalona sebagai destinasi wisata bahari.”

Penelitian ini bertujuan mengetahui profil daya tarik dan atraksi wisata di

pulau samalona, peran stakeholder dalam pengembangan pulau samalona, dan

faktor pendorong dan penghambat peran stakeholder dalam pengembangan

pulau samalona. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pulau samalona

merupakan pulau yang memiliki potensi bahari sehingga kegiatan utama yang

dilakukan wisatawan yaitu snorkeling. Pengembangan wisata pulau samalona

melibatkan stakeholder pariwisata yang terdiri dari pemerintah mellaui

Disparekraf kota makassar , pelaku usaha pariwisata dan masyarakat lokal

pulau samalona. Peran stakeholder dalam pengembangan pulau samalona

berupa pneyediaan sarana prasarana, pembinaan sumber daya manusia,

pemberdayaan masyarakat lokal, promosi dan CSR ( corporate social

responbility).Faktor pendukung pengembangan pulau samalona adalah

keterlibatan masyarakat lokal pulau samalona dalam pengelolaan dan

dukungan pihak swasta. Faktor penghambat pengembangan pulau samalona

yaitu peran Disparekraf belum maksimal, masyarakat lokal sebagai pelaku

usaha wisata belum profesional, dan kurangnya koordinasi dari berbagai

stakeholder.

Keenam, dikutip dari ( Endah Dwi Lestari, Yoseb Boari, Melyanus

Bonsapia, Silas Marcelino Anes, 2023) yang penelitiannya berjudul “ Peran

Pemerintah Terhadap Pengembangan Sektor Pariwisata Di Kabupaten Biak


20

Numfor.” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran pemerintah dalam

pengembangan sektor pariwisata di kabupaten biak numfor. Hasil dari

penelitian ini Menunjukkan terdapat empat program pengembangan sektor

pariwisata dikabupaten biak numfor. Keempat program tersebut antara lain,

program pengembangan destinasi pariwisata, program pengembangan

pemasaran pariwisata, program pengembangan kemitraan dan program

pengembangan sarana prasarana pariwisata. Program pengembangan tersebut

merupakan program pengembangan utama yang dilakukan oleh dinas

pariwisata oleh dinas pariwisata untuk pengembangan objek wisata

dikabupaten biak numfor.

Ketujuh, dikutip dari (Moch Yusuf Syaifudin dan Muhammad Farid

Ma’ruf, 2022) penelitiannya berjudul “Peran Pemerintah Dalam

Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Desa Wisata”.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis terkait peran pemerintah desa

jurug dalam pembangunan dan pemberdayaan masyarakat melalui program

desa wisata jurug. Hasil penelitiannya Peran pemerintah desa sebagai

Pembina. Peran Pemerintah Desa Jurug merumuskan kebijakan terkait

pengembangan desa wisata sudah baik, namun pada pelaksanaan program dan

pembinaan, Pemerintah Desa Jurug masih kurang. Masih terdapat faktor

penghambat dalam pelaksanaan program antara lain: kurangnya tindak lanjut

sosialisasi, kurangnya partisipasi masyarakat, alokasi dana, dan permasalahan

terkait limbah kotoran hewan yang mencemari aliran sungai. Pemerintah

Desa Jurug sudah melakukan pembinaan dibidang ekonomi, kepemudaan dan


21

keagamaan. Namun pembinaan di bidang kepemudaan dan keagaaman masih

belum maksimal dimana belum adanya sebuah kelembagaan kepemudaan

sebagai wadah pemuda untuk bisa berpartisipasi dalam program yang

dijalankan. Pemerintah desa harus menguatkan peran terkait

pengimplementasian kebijakan dan mencari solusi terkait dengan penghambat

dari berjalannya program desa wisata dan memberi fasilitas pada bidang

kepemudaan dan keagaaman.

Kedelapan, dikutip dari (Riska Destiana, Kismartini Dan Tri Yuningsih,

2020) penelitiannya berjudul “Analisis Peran Stakeholder Dalam

Pengembangan Destinasi Pariwisata Halal di Pulau Penyengat Provinsi

Kepulauan Riau.” Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi stakeholder

yang terlibat, menganalisis peran stakeholder, menganalisis hubungan antar

stekholder, dan menganalisis faktor pendukung dan penghambat. Hasil

penelitiannya Menunjukkan bahwa pengembangan destinasi pariwisata halal

pulau penyengat melibatkan stakeholder dengan konsep penthelix, terdiri dari

akademis, bisnis, komunitas, pemerintah dan media massa. Terdapat 38

stakeholders yang terlibat dan diklasifikasikan ke dalam stakeholders primer,

kunci dan sekunder. Peran stakeholders tercermin dalam peran policy creator,

koordinator, fasilitator, implementor dan akselerator. Hubungan antar

stakeholders dilihat dari bentuk dan aktivitasnya. Nilai dan komunikasi

menjadi faktor pendukung dalam pengembangan destinasi pariwisata halal,

serta kepercayaan dan kebijakan menjadi faktor penghambatnya.


22

Kesembilan , dikutip dari ( Tsuraya Annisa Salsabila dan R. Slamet

Santoso) penelitiannya berjudul “ Analisis Stakeholders (Aktor Kebijakan)

Dalam Pengembangan Objek Wisata Candi Gedongsongo di Kabupaten

Semarang.” Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas peran

stakeholder dan hubungan stakeholder dalam pengembangan objek wisata

candi gedongsongo. Hasil penelitiannya menunjukkan efektifitas dalam

Pengembangan obyek wisata Candi Gedongsongo yang dilakukan oleh tujuh

stakeholders yaitu Dinas Pariwisata Kab. Semarang, BPCB Jawa Tengah,

Perum Perhutani, Perwakilan Paguyuban Juru Parkir, Pedagang, dan

Penyewaan Kuda (warga sekitar), pengelola tiket candi gedongsongo,

Barenlitbangda, Kab. Semarang belum dapat dikatakan efektif. Hal ini

disebabkan karena kepentingan dan pengaruh stakeholders masih ada yang

belum sesuai. Hubungan antar stakeholders dalam pengembangan obyek

wisata Candi Gedongsongo secara hubungan memang sudah baik tetapi

dalam koordinasi stakeholders belum dapat dikatakan baik. Hal ini dibuktikan

dengan tidak adanya forum khusus terjadwal antara stakeholders baik yang

terikat perjanjian maupun yang tidak terikat dengan perjanjian.

Kesepuluh , dikutip dari ( Imam Ardiansyah, 2021) penelitiannya

berjudul “ Analisis Stakeholder dalam Pengembangan Ekowisata di Taman

Wisata Alam Gunung Pancar Kabupaten Bogor.” Penelitian ini bertujuan

untuk menentukan stakeholder kunci di taman wisata alam gunung pancar

yang memiliki peranan dalam pengelolaan ekowisata sehingga permasalahan-

permasalahan teridentifikasi dan memberikan rekomendasi dalam


23

memaksimalkan kinerja, koordinasi dan kerjasama yang baik antar

stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan taman wisata alam gunung

pancar. Hasil penelitian ini menunjukkan ada 23 stakeholder yang terlibat

dalam pengelolaan taman wisata alam gunung pancar yang terbagi dari

tingkatan dari level pemerintah pusat, provinsi, kabupaten, tingkat kecamatan

dan desa. Dalam hal tingkat kepentingan dan pengaruh masing-masing

stakeholder mempunyai perbedaan sehingga mengklasifikasikan ke dalam

analisis stakeholder yang terbagi dalam beberapa klasifikasi yaitu subject

(Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor, pihak Desa Karang Tengah,

Kelompok Tani, Akademisi, Pengelola Travel Agent, Rumah Makan,

Wisatawan Dan Masyarakat Lokal), key player (Kementrian Lingkungan

Hidup Dan Kehutanan, Kementrian Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif BKSDA

dan PT Wana Wisata Indah) context setter ( Dinas Kebudayaan Pariwisata

Provinsi Jawa Barat, Dinas Kebudayaan Pariwisata Kabupaten Bogor, Dinas

Pekerjaan Umum, Dinas Perhubungan Kabupaten Bogor, Bapeda Dan Media)

dan crowd( BPBD, Pihak Kecamatan Babakan Malang, Pihak Desa Karang

Tengah, Kelompok Sadar Wisata Dan Tour Guide) bisa memudahkan antar

satkeholder dalam membina hubungan terkait kebijakan dan pengelolaan

taman wisata alam gunung pancar baik dalam bentuk koordinasi, kerjasama,

kolaborasi sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing stakeholder

sehingga dengan adanya pengelolaan secara kolaborasi dapat mempercepat

pengembangan ekowisata di TWA gunung pancar.


24

Berdasarkan penelitian yang relevan seperti yang dijelaskan diatas,

persamaan penelitian relevan dengan penelitian yang akan diteliti adalah

mengkaji tentang stakeholder. Perbedaan dalam penelitian ini yang pertama

terletak pada lokasi penelitian. Lokasi penelitian ini berada di Provinsi

Sumatera Barat terletak di Kecamatan Silungkang. Sedangkan penelitian

sebelumnya berada di pulau jawa, bali, Makassar. Perbedaan kedua terletak

pada kajian yang diteliti. Bidang kajian pada penelitian ini adalah jaringan

sosial stakeholder pengembang objek wisata, sedangkan bidang kajian

terdahulu tentang pengembangan desa wisata, peran stakeholder dalam

pengelolaan objek wisata, kolaborasi dan sinergitas satkeholder dalam

pembangunan objek wisata. Perbedaan ketiga terletak pada teori yang

dikembangkan. Pada penelitian ini menggunakan teori jaringan sosial

sedangkan pada penelitian sebelumnya tidak mencantumkan teori.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk

mengungkapkan dan memahami realitas yang ada di lapangan sesuai dengan

kondisi-kondisi sebenarnya. Menurut Moleong (2011) penelitian kualitatif

adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa

yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,

tindakan, dan lain-lain, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam

bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan

memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

Sedangkan menurut Danial & Nanan (2009) mengemukakan penelitian

kualitatif berdasarkan fenomenologis menurut pendekatan yang holistik

artinya menyeluruh, mendudukan suatu kajian dalam suatu ilmiah apa adanya

bukan parsial. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat deskriptif

dan cenderung menggunakan analisis.

Dapat disimpulkan bahwa pendekatan kualitatif merupakan pendekatan

yang dilakukan secara menyeluruh pada subjek penelitian terdapat suatu

peristiwa dimana peneliti menjadi instrument dalam sebuah penelitian.

Kemudian dari hasil penelitian tersebut diungkapkan dengan kata-kata yang

tertulis dan bersifat alamiah. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang

dilakukan pada penelitian kualitatif digunakan unutuk mendapatkan suatu

data yang mendalam, yaitu data yang mengandung makna.

25
26

Makna tersebut adalah data yang sebenarnya atau data yang pasti yang

merupakan suatu nilai di balik data yang tampak. Penelitian kualitatif tidak

menekankan pada generalisasi tetapi menekankan pada makna. Metode

penelitian kualitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat

positivism, yang digunakan unutk meneliti kondisi suatu objek yang ilmiah,

dimana peneliti sebagai instrument kunci dan analisis data bersifat induktif,

dari hasil tersebut lebih menekankan makna darpada generalisasi.

Tipe penelitian yang digunakan dalam mengkaji fenomena ini adalah

tipe deskriptif. Tipe deskriptif adalah tipe yang digunakan untuk

menggambarkan atau menganalisis suatu hasil dari sebuah penelitian, tetapi

tidak digunakan untuk membuat suatu kesimpulan yang lebih luas Sugiyono

(2005). Penelitian deskriptif adalah suatu metode riset yang memiliki tujuan

untuk dapat menjelaskan secara spesifik peristiwa alam dan sosial yang

terajdi di masyarakat Mogana (2017). Penelitian desktiptif merupakan

karakteristik penelitian yang dapat mengungkapkan atau membedah berbagi

fenomena alam dan sosial secara spesifik.

Alasan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif pada penelitian

ini yaitu pertama penelitian ini berada pada satu variabel, kedua penelitian ini

tidak menguji hipotesis, ketiga penelitian ini berada pada paradigma terpadu

pada fenomena sosial yang terkait Jaringan Sosial Stakeholder Pengembang

Destinasi Wisata.

Alasan menggunakan tipe penelitian deskriptif yaitu pertama, konsep

dirumusan masalah berada pada aspek pertanyaannya bagaimana jaringan


27

sosial stakeholder dalam pengembangan destinasi wisata. kedua, penelitian

ini menggunakan pendekatan kualitatif yang menganalisis fenomena yang

terkait dengan jaringan sosial stakeholder.

3.2 Informan Penelitian

Informan penelitian merupakan seseorang yang memiliki informasi

maupun data yang banyak terkait masalah dan objek yang sedang diteliti

sehingga nantinya akan dimintai informasi mengenai objek penelitian tersebut

Sugiyono (2016).

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive

sampling, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu yang benar-

benar menguasai suatu objek yang peneliti teliti. Purposive sampling adalah

salah satu jenis teknik pengambilan sampel yang biasa digunakan dalam

penelitian ilmiah, purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel

dengan menentukan kriteria-kriteria tertentu Sugiyono (2008).

Peneliti beralasan menggunakan teknik ini untuk mengumpulkan suatu

data yang benar-benar nyata dengan mewawancari seorang informan yang

dianggap mengetahui atau memahami suatu pekerjaan tertentu dibidangnya,

sehingga dari purposive sampling tersebut yang peneliti gunakan untuk

penelitian ini guna untuk mempermudah pengolahan data keperluan

penelitian itu sendiri.

Peneliti mencari informan penelitian dengan cara melihat langsung

kondisi realita yang terjadi di lapangan. Dalam hal ini peneliti harus
28

mengetahui orang-orang yang dipilih dapat memberikan informasi sesuai

dengan permasalahan ini. Adapun kriteria informan sebagai berikut :

1. Pemerintah Desa Silungkang Oso

2. Komunitas Yang Terlibat

3. Pelaku Usaha Yang Berada di Sekitar Wisata Kolam Mudiak Lugha

4. Masyarakat Desa Silungkang Oso

3.3 Jenis Data

Sesuai dengan masalah penelitian yang dirumuskan serta tujuan yang

hendak dicapai, maka peneliti menggunakan data primer dan sekunder untuk

mengumpulkan data.

1. Data Primer

Data primer merupakan suatu kata-kata dan tindakan orang yang

secara langsung diamati ataupun narasumber yang di wawancarai, hal ini

disebut sebagai sumber data utama. Sumber data utama dapat ditulis

melalui rekaman vidio atau audio Moleong (2011). Data primer adalah

data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan dari sumber

asli oleh yang melakukan penelitian. Data primer di dapat dari sumber data

informan yang langsung memberikan data kepada pengumpul data dan

diperoleh secara langsung dari informan penelitian. Data primer pada

penelitian ini adalah observasi dan wawancara. Data primer yang akan

diperoleh data kondisi, aktifitas, interaksi yang terjadi di kolam mudiak

lugha, kelengkapan sarana dan prasarana penunjang destinasi wisata kolam

mudiak lugha, stakeholder yang terlibat dalam pengembangan destinasi


29

wisata kolam mudiak lugha, jaringan sosial stakeholder pengembang

destinasi wisata kolam mudiak lugha.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari

objek penelitian, peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang

dikumpulkan oleh pihak lain dan data sekunder ini data yang diperoleh

dari studi kepustakaan Moleong (2011). Data sekunder dalam penelitian

ini yaitu data yang diperoleh dan dikumpulkan oleh orang yang melakukan

penelitian dari sumber-sumber yang telah ada atau yang terdahulu. Bentuk

data sekunder yang diperoleh pada penelitian ini (1) data pengunjung

objek wisata kolam mudiak lugha tahun 2021-2023, (2) Buku, jurnal,

skripsi yang dibutuhkan untuk bab 1 sampai bab 5, (3) data

aktor/stakeholder yang terlibat dalam pengembangan destinasi wisata

kolam mudiak lugha, (4) data kelengkapan sarana dan prasarana destinasi

wisata kolam mudiak lugha.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah

studi dokumen, observasi dan wawancara mendalam.

1. Studi Dokumen

Dokumen adalah suatu cara yang digunakan untuk memperoleh data

dan informasi dalam bentuk arsip, buku, dokumen tulisan angka dan

gambar yang berupaa laporan serta keterangan yang dapat mendukung

penelitian Sugiyono (2018). Studi dokumen merupakan pelengkap dari


30

dari penggunaan metode observasi atau wawancara, akan lebih dapat

dipercaya atau mempunyai kredibilitas yang tinggi jika didukung oleh

foto-foto atau karya tulis akademik yang sudah ada.

Studi dokumen adalah metode penelitian yang dilakukan terhadap

informasiyang didokumentasikan dalam bentuk rekaman, gambar, suara,

tulisan dan dokumen lainnya. Bentuk rekaman biasanya dikenal dengan

penelitian analisis dokumen atau analisis isi. Analisis isi peneliti bekerja

secara objektif dan sistematik untuk mendeskripsikan isi bahan

komunikasi Arikunto (2010).

Studi dokumen yang peneliti lakukan dimulai dari mencari informasi

dari arsip dan dokumen tulisan angka. Bentuk data studi dokumen yang

diperoleh yaitu data pengunjung destinasi wisata kolam mudiak lugha

Tahun 2021-2023, yang selanjutnya peneliti mengumpulkan data mengenai

sarana dan prasarana di destinasi wisata kolam mudiak lugha, data aktor

yang terlibat dalam pengembangan destinasi wisata kolam mudiak lugha.

2. Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data yang mempunyai

ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain. Observasi

juga tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek-objek yang lain. Melalui

kegiatan observasi penliti dapat belajar tentang perilaku dan makna dari

perilaku tersebut. Observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah observasi

non partisipasin, dimana peneliti tidak ikut aktif dalam bagian kegiatan

observasi (hanya mengamati dari jauh ).


31

Metode penelitian ini dilakukan untuk melihat jaringan sosial

stakeholder pengembang destinasi wisata kolam mudiak lugha. Observasi

yang dilakukan peneliti adalah observasi non partisipan. Observasi ini

yaitu dimana observer tidak ikut andil di dalam kehidupan orang yang

akan di observasi dan secara terpisah berkedudukan selaku pengamat.

Observer hanya bertindak sebagai penonton saja tanpa harus ikut terjun

langsung ke lapangan. Obsevasi atau pengamatan adalah kegiatan

keseharian manusia dengan menggunakan panca indra mata sebagai alat

bantu utamanya selain panca indera lain seperti telinga, hidung. Mulut,

kulit Bungin (2011). Teknik ini menuntut adanya pengamatan dari peneliti

baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek penelitian.

Alasan peneliti menggunakan metode observasi non partisipan ini

yaitu peneliti tidak terlibat secara langsung dalam kegiatan yang dilakukan

oleh informan penelitian. Observasi yang dilakukan peneliti mulai dari

mengumpulkan data- data yang sudah terkumpul melalui pengamatan.

Disini peneliti mengamati kondisi wisata kolam mudiak lugha yang ramai

oleh pengunjung, selanjutnya peneliti mengamati kelengkapan sarana dan

prasarana penunjang pada wisata kolam mudiak lugha dan juga peneliti

mengamati bagaimana aktivitas pengunjung dengan stakeholder yang

terlibat , aktivitas antar stakeholder , pengunjung dengan masyarakat pada

wisata kolam mudiak lugha. Selain itu peneliti juga mengamati bentuk

kerjasama antar stakeholder, hubungan sosial dan interaksi dengan orang


32

lain sehingga terbentuknya jaringan sosial dalam pengembangan destinasi

wisata.

3. Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam merupakan bentuk komunikasi yang

dilakukan antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh

informasi dari orang lain dengan mengajukan pertanyaan berdasarkan

tujuan-tujuan tertentu. Wawancara mendalam merupakan suatu interaksi

antara pewawancara dengan orang yang akan diwawancari secara langsung

dan wawancara dapat dikatakan juga percakapan tatap muka antara

pewawancara dengan orang yang diwawancara.

Wawancara mendalam dilakukan dengan pemerintah desa, pengelola

wisata kolam mudiak lugha, masyarakat dan pengunjung. Sebelum

melakukan wawancara terhadap informan yang telah ditentukan peneliti

terlebih dahulu membuat pedoman wawancara yang berisikan pertanyaan -

pertanyaan yang berkaitan dengan , (1) asal mula dibangunnya destinasi

wisata kolam mudiak lugha (2) siapa saja stakeholder yang terlibat dalam

pengembangan destinasi wisata kolam mudiak lugha (3) latar belakang

terjadinya kerja sama dalam pengembangan destinasi wisata (4) bagaimana

bentuk jaringan sosial stakeholder pengembang destinasi wisata kolam

mudiak lugha.

3.5 Unit Analisis

Unit analisis adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek

penelitian Arikunto (2010). Unit analisis merupakan suatu penelitian yang


33

dapat berupa benda, individu, kelompok, wilayah dan waktu tertentu sesuai

dengan fokus penelitiannya. Penentuan unit analisis dalam penelitian dapat

mengetahui dan menentukan suatu masalah dari penelitian tersebut.

Setiap peneliti harus dapat membedakan secara jelas anatar subjek

penelitian dengan sumber data. Unit analisis juga dapat diartikan sebagai

suatu yang berkaitan dengan fokus atau komponen yang diteliti. Unit analisis

pada penelitian ini adalah individu, alasan memilih individu sebagai unit

analisis karena (1) konsep yang dibangun adalah jaringan sosial stakeholder

pengembang kolam mudiak lugha (2) teori yang digunakan dalam penelitian

ini adalah teori jaringan sosial yang dikemukakan oleh Mitchell J. Clyde.

3.6 Analisis Data

Penelitian ini di analisis menggunakan model Miles dan Huberman.

Adapun model Miles dan Huberman dapat dilakukan beberapa tahapan yaitu :

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan pencarian data dilapangan dengan

membuat catatan sesuai permasalahan yang diteliti Sugiyono (2012). Pada

penelitian ini, peneliti sudah melakukan observasi dan studi dokumen

sebelum melakukan penelitian untuk mencari informan dan data penelitian

terkait jumlah pengunjung objek wisata kolam mudiak lugha. Setelah

peneliti mengumpulkan data dengan metode yaitu studi dokumen,

observasi dan wawancara mendalam , peneliti mendapatkan (1) data

pengunjung objek wisata kolam mudiak lugha tahun 2021-2023. (2)

kondisi objek wisata kolam mudiak lugha ramai oleh pengunjung.(3)


34

kelengkapan sarana dan prasarana wisata kolam mudiak lugha (4) data

stakeholder yang terlibat dalam pengembangan destinasi wisata kolam

mudiak lugha.

2. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar

yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Data yang diperoleh

dari lokasi penelitian atau laporan lengkap dan terinci yang kemudian

dirangkum dan dipilih hal-hal yang fakta, difokuskan pada hal-hal yang

penting. Reduksi data ini akan berlangsung secara terus menerus selama

penelitian ini berlangsung. Peneliti akan melakukan ini sampai peneliti

menemukan gambaran yang cukup jelas Sugiyono (2012).

Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan ,

menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan

mengorganisasi deata dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-

kesimpulan finalnya dapat ditarik dan terverifikasi. Kemudian peneliti

mencatat semua hal yang telah di sampaikan informan dan setelah itu data

yang didapatkan pada lokasi penelitian itu akan dikumpulkan sesuai

dengan jaringan sosial stakeholder pengembang wisata kolam mudiak

lugha. Peneliti memilah informasi yang disampaikan oleh informan

penelitian untuk menyederhanakan informasi dan membuang informasi

yang sekiranya tidak digunakan. Namun peneliti akan memilih data yang
35

diperlukan dan sesuai dengan apa yang didapatkan dalam melakukan studi

dokumen, observasi dan wawancara mendalam.

3. Penyajian Data

Miles & Huberman membatasi suatu penyajian sebagai sekumpulan

informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan

kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk penyajian data yang sering

digunakan untuk menyajikan data dalam proses penelitian kualitatif adalah

dengan teks yang bersifat naratif. Menyajikan data akan memudahkan

untuk memahami data Sugiyono (2012). Peneliti mendapatkan data dan

mengkategorikan kedalam klasifikasi-klasifikasi yang menentukan data

penting dan data tidak penting pada tahap pertama serta setelah

mendapatkan data peneliti membuat tabel yang ditampilkan dilatar

belakang, gambar, grafik yang akan ditampilkan nanti pada bab 4 dan 5.

4. Penarikan Kesimpulan (Verifikasi )

Penelitian yang dialkukan seacra terus menerus sepanjang proses

penelitian sampai terkumpulnya data, peneliti berusaha menganalisa dan

memberi makna data yang akan dikumpulkan dengan mencari pola,

hubungan persamaan, hal-hal yang timbul dan kemudian dituangkan dalam

suatu kesimpulan. Bertambahnya data melalui verifikasi secara terus

menerus sehingga dapat diperoleh sebuah kesimpulan selama penelitian ini

berlangsung Sugiyono (2012). Kesimpulan tersebut ditemukan sebuah

hasil penelitian yang akurat. Penarikan kesimpulan dapat dilakukan

dengan cara menggabungkan dan menganalisa data yang diperoleh dari


36

sebuah hasil studi dokumen, observasi dan wawancara mendalam.

Penarikan kesimpulan yang akan dilakukan yaitu dengan melakukan

analisis lanjutan dari reduksi data sehingga dapat disimpulkan dalam

bentuk deskriptif sebagai laporan penelitian dan tahap ini terkahir dari data

yang akan disimpulkan, unutk lebih jelasnya dalam metode Analisa dapat

dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 3.1 Model Analisis Miles dan Huberman (1992)

3.7 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Destinasi Wisata Kolam Mudiak Lugha

Desa Silungkang Oso. Alasan peneliti memilih lokasi ini adalah (1) Destinasi

Wisata Kolam Mudiak Lugha Desa Silungkang Oso termasuk kawasan wisata

favorit pengunjung.(2)Destinasi wisata kolam mudiak lugha mengalami

peningkatan pengunjung meskipun dikelola oleh stakeholder lokal. (3)

Bentuk jaringan sosial stakeholder pengembang Destinasi Wisata Kolam

Mudiak Lugha di Desa Silungkang Oso.

3.8. Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2024. Adapun tahapan

pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada tabel berikut :


37

Tabel 3.1. Rencana Jadwal Penelitian


Bulan
No Nama Kegiatan
Januari Februari Maret April
1. Penelitian
1. Seminar proposal
2. Pengolahan data dan Analisis data
3. Bimbingan Skripsi
4. Ujian Kompre
DAFTAR PUSTAKA
A.Hidayah, Ni’mah, Simon S. Hutagalung, dan Dedy Hermawan. 2019. “Analisis
Peran Stakeholder Dalam Pengembangan Objek Pariwisata Alam Dan
Sejarah Di Kelurahan Pajaresuk Kabupaten Pringsewu.” Publikauma : Jurnal
Administrasi Publik Universitas Medan Area 7(1): 55.
Amalyah, Reski, Djamhur Hamid, dan Luchman Hakim. 2016. “Peran
Stakeholder Pariwisata Dalam Pengembangan Pulau Samalona Sebagai
Destinasi Wisata Bahari.” Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) 37(1): 158–63.
Anindita. 2015. “Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kunjungan ke
kolam renang baja.”
Arikunto. 2010. “prosedur penelitian suatu pendekatan praktik.”Semarang :
UNDIP Press.
Berliandaldo, Mahardhika, Achmad Chodiq, dan Driszal Fryantoni. 2021.
“Kolaborasi dan Sinergitas Antar Stakeholder dalam Pembangunan
Berkelanjutan Sektor Pariwisata Di Kebun Raya Cibinong.” INOBIS: Jurnal
Inovasi Bisnis dan Manajemen Indonesia 4(2): 221–34.
Bramana, Septian Rio. 2018. “Peran Stakeholder Dalam Pengembangan
Pariwisata Alam di Kabupaten Jombang.” Ilmu Administrasi Negara: 1–7.
Budimanta, Arif, Adi Prasetijo, dan Bambang Rudito. 2008. “Corporate Social
Responsibility, Alternatif Bagi Pembangunan Indonesia. Indonesia Center
for Sustainibility Development.” Jurnal ICSD 6(1).
Bungin. 2011. “penelitian kualitatif.”Jakarta : Kencana Perdana Media Group.
Destiana, Riska, Kismartini Kismartini, dan Tri Yuningsih. 2020. “Analisis Peran
Stakeholders Dalam Pengembangan Destinasi Pariwisata Halal Di Pulau
Penyengat Provinsi Kepulauan Riau.” Jurnal Ilmu Administrasi Negara
ASIAN (Asosiasi Ilmuwan Administrasi Negara) 8(2): 132–53.
Endang & Nanan. 2009. “Metode Penulisan Karya Ilmiah Dalam: Metode
Penulisan Karya Ilmiah.”
G, Suwantoro. 2004. “Dasar-dasar pariwisata.”Penerbit Andi Yogyakarta.
Imam Ardiansyah. “Analisis stakeholder pengembangan ekowisata di taman
wisata alam gunung pancar kabupaten bogor.”
J clyde mitchell. 1969. social networks in urban situations.Manchester University
Press.
Kusumedi, Priyo, dan Achmad Rizal HB. 2010. “Analisis Stakeholder Dan
Kebijakan Pembangunan Kph Model Maros Di Propinsi Sulawesi Selatan.”
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan 7(3): 179–93.
Lawang, Robert. M.Z. 2004. “Kapital sosial : Dalam perspektif sosiologi.”Jakarta:

38
39

FISIP UI Press.
Lestari, Endah Dwi, Yoseb Boari, Melyanus Bonsapia, dan Silas Marcelino Anes.
2023. “Peran Pemerintah Terhadap Pengembangan Sektor Pariwisata di
Kabupaten Biak Numfor.” Journal of Economics Review (JOER) 3(1): 21–
35.
Mitchell, James. 1969. “The Concept and Use of Social Networks. In Social
Network in Urban Situations.” Manchester University Press.
Mogana, A. Maryam. 2017. “Metode Penelitian Dan Pengembangan.” Kerangka
Konsep Penelitian 53(9): 1–15.
Moleong. 2011. “metode penelitian kualitatif.”Bandung. Rmaja Rosdakarya.
Nugroho, Iwan. 2015. “Ekowisata dan pembangunan berkelanjutan.”Yogyakarta.
Pustaka Pelajar.
Paristha, Ni Putu Tiya, I Nyoman Sukma Arida, dan Gde Indra Bhaskara. 2022.
“Peran Stakeholder dalam Pengembangan Desa Wisata Kerta Kecamatan
Payangan Kabupaten Gianyar.” Jurnal Master Pariwisata (JUMPA) 8: 625.
Pitana, I Gde dan surya Diarta, I ketut. 2009. “Pengantar Ilmu
Pariwisata.”Yogyakarta: Penerbit Andi.
Prof. Dr. Sugiyono. 2019. “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan
R&DMetode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.” Angewandte
Chemie International Edition, 6(11), 951–952.
Safitri, Niluh Ari. 2020. “Tinjauan Pustaka Tinjauan Pustaka.” Convention Center
Di Kota Tegal (938): 6–37.
Septadiani, Widya Putri, Oka Sindhu I.G Pribadi, dan Dwi Rosnarti. 2022. “Peran
Model Pentahelix Dalam Pengembangan Pariwisata Di Kawasan Ekonomi
Khusus Mandalika.” Universitas Trisakti. WIDYA PUTRI SEPTADIANI: 22–
31.
Sugiyono. 2005. “memahami penelitian kualitatif.”CV.Alfabeta
Sugiyono. 2012. “metodologi penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D.”Alfabeta.
Sugiyono. 2008. “metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D.”Bandung.
Alfabeta.
Sugiyono. 2016. “metode penelitian kuantitatif kualitatif R&D.”Bandung. PT.
Alfabet
Sukandarumidi. 2002. “metode penelitian.”Yogyakart : Gadjah Mada University
Press.
Sunaryo, Bambang. 2013. “Kebijakan pembangunan destinasi pariwisata: konsep
dan aplikasinya di Indonesia (Tourism destination development policies:
concepts and applications in Indonesia).” : 233–40.
40

Syaifudin, Moch Yusuf, dan Muhammad Farid Ma’ruf. 2022. “Peran Pemerintah
Desa Dalam Pengembangan Dan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Desa
Wisata (Studi Di Desa Jurug Kabupaten Ponorogo).” Publika: 365–80.
Talib Desrika. 2021. “Analisis peran stakeholder dalam pengembangan destinasi
wisata, Tulisan Ilmiah Pariwisata.”
Tsuraya Annisa Salsabila, R. Slamet Santoso. “Analisis stakeholder (aktor
kebijakan) dalam pengembangan objek wisata candi gedongsongo di
kabupaten semarang.”
Wijaya, M. 2007. “sosiologi ekonomi.”Surakarta : Lindu Pustaka.

Dokumen
Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat 3 Tentang Kepariwisataan.

Anda mungkin juga menyukai