Anda di halaman 1dari 56

PROPOSAL PENELITIAN

UPAYA PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGEMBANGKAN


PARIWISATA DI KABUPATEN BUTON TENGAH
(Studi Pada Dinas Pariwisata Kabupaten Buton Tengah)

Oleh :
HAINUN
S1A118009

JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2021
HALAMAN PERSETUJUAN
Telah diperiksa dan disetujui oleh dosen pembimbing untuk dipresentasikan
dalam Seminar Proposal Penelitian pada Jurusan Administrasi Publik Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Halu Oleo

Judul : Upaya Pemerintah Daerah Dalam Mengembangkan Pariwisata Di


Kabupaten Buton Tengah (Studi Pada Dinas Pariwisata Kabupaten
Buton Tengah)

Nama : Hainun

Stambuk : S1A1 18 009

Jurusan : Ilmu Administrasi Publik

Kendari, November 2021


Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Suriyani BB., M.Si La Manguntara, S.Sos., M.AP


NIP. 19661017 199303 2 002 NIP.19731231 200112 1 003
Mengetahui,
Wakil Dekan Bidang Akademik Ketua Jurusan Administrasi Publik

Sartono, S.Sos., M.Si Dr. Muh. Yusuf, S.Sos., M.Si


NIP. 19690514 199802 1 001 NIP.19820507 200812 1 004

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah...........................................................................1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................5

1.3 Tujuan dan Penelitian................................................................................5

1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pariwisata.....................................................................................7

2.1.1 Pengertian Pariwisata..........................................................................7

2.1.2 Pengembangan Pariwisata................................................................12

2.1.3 Tujuan Pengembangan Pariwisata....................................................18

2.1.4 UnsurUnsur Pelayanan Pariwisata....................................................21

2.2 Implementasi Kebijakan.........................................................................24

2.3 Strategi Pengembangan Pariwisata.........................................................29

2.4 Upaya Pengembangan Pariwisata............................................................31

2.5 Faktor Penghambat Pengembangan Pariwisata......................................32

2.6 Peran Pemerintah Dalam Pengembangan Pariwisata.............................33

2.7 Penelitian Terdahulu................................................................................36

2.8 Kerangka Pikir........................................................................................40


i
BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian....................................................................................43

3.2 Jenis Penelitian.......................................................................................43

3.3 Informan Penelitian...............................................................................44

3.4 Jenis dan Sumber data...........................................................................44

3.5 Teknik Pengumpulan Data....................................................................45

3.6 Teknik Analisis Data..............................................................................46

3.7 Definisi Konsep.....................................................................................46

DAFTAR PUSTAKA

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari 17.504 pulau

dengan panjang garis pantai kurang lebih 8.1000 Km dengan jumlah penduduk

Indonesia yang hidup di kawasan pesisir sejumlah 16,42 juta jiwa (Kementrian

Perikanan dan Kelautan). Dengan kekayaan alam yang begitu melimpah tentu masih

banyak daerah yang memiliki potensi sebagai objek pariwisata yang dimana mampu

dikembangkan oleh pemerintah. Pariwisata merupakan salah satu kegiatan yang dapat

memenuhi kebutuhan sekunder manusia dalam hal hiburan. Menurut Undang-

Undang No.10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, pasal 1 ayat 3 pariwisata adalah

berbagai macam kegiatan wisata dan di dukung berbagai fasilitas serta layanan yang

di sediakan oleh masyarakat pengusaha, pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Pariwisata merupakan salah satu bentuk industri pariwisata belakangan ini

menjadi tujuan dari sebagian besar masyarakat. Pariwisata memberikan sungguhan

kepada wisatawan berupa keindahan alam seperti keindahan pantai, air terjun,

lembah, sungai, panorama pegunungan serta keanekaragaman hayati dan pesona alam

lainnya. Pertemuan nasional pariwisata (1996) mendefinisikan pariwisata sebagai

suatu bentuk penyelenggaraan kegiatan wisata yang bertanggung jawab di tempat

tempat atau daerah alami yang di buat berdasarkan kaidah alam yang mendukung

1
upayaupaya pelestarian dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

Berdasarkan definisi tersebut maka keberhasilan pembangunan pariwisata dapat di

lihat dari kemampuannya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat

(Kusnandar, 2020).

Pemerintah daerah memiliki kewenangan dalam mengatur dan mengelolah

urusan kepariwisataan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan

adapun yang di maksud dengan mengelola adalah merencanakan, mengorganisasikan

dan mengendalikan semua urusan kepariwisataan (Pasal 18 UU No.10 Tahun 2009

tentang kepariwisataan). Dari pasal tersebut dapat di artikan bahwa daerah di berikan

kewenangan untuk mengatur dan melaksanakan program pengembangsn pariwisata di

daerah masingmasing yang sejalan dengan peraturan perundangundangan yang

berlaku. Dari kebijakan tersebut maka daerah berkesempatan dan berpeluang untuk

menunjukan potensi wisata yang di miliki dan mengembangkan pariwisata demi

peningkatan pendapatan negara secara umum dan daerah secara khusus untuk

mewujudkan kesejahteraan rakyat.

Pasal 6 UU N0.10 tahun 2009 tentang kepariwisataan menyebutkan bahwa

pembangunan kepariwisataan di lakukan berdasarkan asas sebagaimana di maksud

dalam pasal 2 yang di wujudkan melalui pelaksanaan rencana pembangunan

kepariwisataan dengan memperhatikan keanekaragaman, keunikan dan kekhasan

budaya dana alam serta kebutuhan manusia untuk berwisata yang berarti bahwa

pengembangan pariwisata setiap daerah harus memperhatikan potensi daerah

2
masingmasing (Cintania, 2017)

Kabupaten Buton Tengah merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi

Sulawesi Tenggara yang memiliki berbagai macam objek pariwisata adapun beberapa

potensi wisata yang di miliki antara lain pantai mutiara,pantai katembe, pantai

gubari,pantai wantopi dan pantai labobo serta pantai tanjung buaya yang saat ini

sementara di kembangkan oleh pemerintah Kabupaten Buton Tengah. Tidak hanya

itu potensi pariwisata alam yang ada di Kabupaten Buton Tengah meliputi Goa Loba-

Loba, Goa Oemamba, Goa Bidadari dan Goa Koo. Upaya pemerintah daerah

Kabupaten Buton Tengah dalam pengembangan objek wisata dapat di lihat dengan

jumlah anggaran yang di alokasikan untuk pengembangan objek pariwisata, dimana

pada Tahun 2018 pemerintah mengalokasikan anggaran sebesar 6 Milyar dan di

Tahun 2019 mengalokasikan sebesar 10,1 Milyar untuk pembangunan pengembangan

objek pariwisata yang ada di Kabupaten Buton Tengah. Dari situ dapat kita lihat

bahwa pemerintah daerah Kabupaten Buton Tengah cukup serius dalam

mengembangkan potensi pariwisata di Kabupaten Buton Tengah (BPS Buton Tengah

2021).

Upaya pemerintah dalam pengembangan objek pariwisata tidak selalu

berjalan mulus di satu sisi ada hambatanhambatan yang di lalui seperti kurangnya

perhatian masyarakat dalam mendukung pengembangsn objek pariwisata dan di satu

sisi masih rendahnya tingkat wisatawan lokal maupun manca negara yang

berkunjung. Hal ini tentu menjadi masalah tersendiri dalam upaya pengembangan

3
objek wisata yang ada di Kabupaten Buton Tengah. Pengembangan terhadap

pariwisata sudah dilakukan sejak tahun 2014 silam saat Kabupaten Buton Tengah

masih berstatus sebagai Daerah Otonomi Baru (DOB) dimana aktivitas pemerintahan

masih dijalankan oleh pelaksana jabatan sementara (Zulfikar, 2020). Pengembangan

menjadi semakin masif dilakukan oleh pemerintah ketika terpilihnya bupati definitif

Kabupaten Buton Tengah sejak tahun 2017 hingga saat ini. Hal tersebut dapat dilihat

melalui terus meningkatnya anggaran yang dialokasikan pada sektor pariwisata.

Sebagaimana dikutip dari laman (Kasamea, 2019) bahwa dana yang dikeluarkan

terhadap pengembangan pariwisata di Kabupaten Buton Tengah untuk tahun 2018

yaitu sebesar Rp 6 Milyar dan untuk tahun 2019 ini naik menjadi Rp 10.1 Miliyar.

Dengan peningkatan jumlah anggaran dan rentang waktu yang dimiliki dalam

pengembangan pariwisata tersebut, seharusnya memiliki efek yang signifikan

terhadap penambahan jumlah wisatawan dan waktu kunjungan. Kenyataannya,

jumlah wisatawan yang berkunjung di lokasi pariwisata masih didominasi wisatawan

lokal itu sendiri serta masih cenderung terjadi hanya pada saatsaat hari libur nasional,

seperti tahun baru dan lebaran hal tersebut yang menjadi tantangan tersendiri bagi

pemerintah daerah Kabupaten Buton Tengah dalam meningkatkan tingkat

pengunjung.

Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang

strategi pemerintah dalam pengembangan objek pariwisata yang ada di Kabupaten

Buton Tengah dengan mengangkat judul: Upaya Pemerintah Daerah Dalam

4
Mengembangkan Pariwisata Di Kabupaten Buton Tengah (Studi Pada Dinas

Pariwisata Kabupaten Buton Tengah)

1.2 Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana upaya pemerintah daerah dalam mengembangkan pariwisata di

Kabupaten Buton Tengah?

2. Faktorfaktor apa yang menghambat pemerintah daerah dalam

mengembangkan pariwisata di Kabupaten Buton Tengah?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui upaya pemerintah daerah dalam mengembangkan

pariwisata di Kabupaten Buton Tengah!

2. Untuk mengetahui faktorfaktor yang menghambat pemerintah daerah dalam

mengembangkan pariwisata di Kabupaten Buton Tengah!

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat sebagai

berikut:

A. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan pembelajaran dan dapat

menambah wawasan bagi pemerintah daerah tentang pengendalian pemerintah dalam

5
pengembangan pariwisata pada dinas pariwisata

B. Manfaat praktis

1. Dinas Pariwisata Kabupaten Buton Tengah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumbangan pemikiran dan

bahan untuk pengendalian pemerintah dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten

Buton Tengah

2. Bagi Peneliti

Berguna untuk menambah pengetahuan serta pemahaman tentang

pengendalian pemerintah dalam pengembangan pariwisata pada dinas pariwisata

Selain itu peneliti dapat menjadikan sebagai perbandingan teori yang di dapat di

bangku kuliah dengan keadaan terjadi sebenarnya di lapangan serta merupakan salah

satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana strata 1 (S1).

3. Bagi Universitas

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pembaca, maupun

digunakan sebagai dasar dan kerangka kerja sebagai salah satu bahan referensi atau

pertimbangan bagi peneliti yang ingin melakukan pengembangan penelitian

berikutnya di bidang yang sama di masa mendatang. Serta untuk menambah referensi

perpustakaan Universitas Halu Oleo khususnya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Ilmu Administrasi Publik.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pariwisata

2.1.1 Pengertian Pariwisata

Menurut UndangUndang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009

tentang kepariwisataan disebutkan bahwa pariwisata adalah berbagai macam kegiatan

wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh

masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Pariwisata adalah

keseluruhan kegiatan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat untuk mengatur,

mengurus dan melayani kebutuhan wisatawan. (Karyono, 1997). Pariwisata

merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh manusia baik secara perorangan

maupun kelompok di dalam wilayah negara lain. Kegiatan tersebut menggunakan

kemudahan, jasa dan faktor penunjang lainnya yang diadakan oleh pemerintah dan

atau masyarakat, agar dapat mewujudkan keinginan wisatawan.

Menurut Ensiklopede Nasional Indonesia Jilid 12 bahwa pariwisata adalah

kegiatan perjalanan seseorang atau serombongan orang dari tempat tinggal asalnya ke

suatu tempat di kota lain atau di negara lain dalam jangka waktu tertentu. Tujuan

perjalanan dapat bersifat pelancongan, bisnis, keperluan ilmiah, bagian kegiatan

agama, muhibah atau juga silahturahim. Pariwisata adalah suatu fenomena

kebudayaan global yang dapat dipandang sebagai suatu sistem. Dalam model yang

dikemukakan oleh Leiper, pariwisata terdiri atas tiga komponen yaitu wisatawan

7
(tourist), elemen geografi (geographical elements) dan industri pariwisata (tourism

industry).

Definisi pariwisata menurut Yoeti (1996) adalah suatu perjalanan yang

dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ketempat

lain, dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah ditempat yang

dikunjungi tetapi sematamata untuk menikmati perjalanan hidup guna bertamasya dan

rekreasi atau memenuhi keinginan yang beranekaragam. Robert Mc.Intosh bersama

Shashiakant Gupta mengungkapkan bahwa pariwisata adalah gabungan gejala dan

hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah serta

masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawanwisatawan ini

serta para pengunjung lainnya (Pendit, 1999).

The Ecotourism Society (1990) mendefinisikan pariwisata sebagai berikut:

“Pariwisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan

dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan

kesejahteraan penduduk setempat”. Pariwisata merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan

ekonomi. Diawali dari kegiatan yang semula hanya dinikmati oleh segelintir orang-

orang yang relatif kaya pada awal abad ke20, kini telah menjadi bagian dari hak asasi

manusia. Hal ini terjadi tidak hanya di negara maju tetapi mulai dirasakan pula di

negara berkembang. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang dalam tahap

pembangunannya, berusaha membangun industri pariwisata sebagai

8
salah satu cara untuk mencapai neraca perdagangan luar negeri yang berimbang.

Melalui industri ini diharapkan pemasukan devisa dapat bertambah (Pendit, 2002).

Sebagaimana diketahui bahwa sektor pariwisata di Indonesia masih

menduduki peranan yang sangat penting dalam menunjang pembangunan nasional

sekaligus merupakan salah satu faktor yang sangat strategis untuk meningkatkan

pendapatan masyarakat dan devisa negara Pariwisata lebih populer dan banyak

dipergunakan dibanding dengan terjemahan yang seharusnya dari istilah tourism,

yaitu turisme, Terjemahan yang seharusnya dari tourism adalah wisata. Yayasan

Alam Initra Indonesia (1995) membuat terjemahan tourism dengan turisme. Di dalam

tulisan ini dipergunakan istilah pariwisata yang banyak digunakan oleh para

rimbawan, mempergunakan istilah pariwisata untuk menggambarkan adanya bentuk

wisata yang baru muncul pada dekade delapan puluhan.

Pengertian tentang pariwisata mengalami perkembangan dari waktu ke

waktu. Namun, pada hakekatnya, pengertian pariwisata adalah suatu bentuk wisata

yang bertanggungjawab terhadap kelestarian area yang masih alami (natural area),

memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya bagi

masyarakat setempat. Atas dasar pengertian ini, bentuk pariwisata pada dasarnya

merupakan bentuk gerakan konservasi yang dilakukan oleh penduduk dunia. Eco-

traveler ini pada hakekatnya konservasionis

Semula pariwisata dilakukan oleh wisatawan pecinta alam yang

menginginkan di daerah tujuan wisata tetap utuh dan lestari, di samping budaya dan

9
kesejahteraan masyarakatnya tetap terjaga. Namun dalam perkembangannya ternyata

bentuk pariwisata ini berkembang karena banyak digemari oleh wisatawan. Pada

tahun 1995 The Tourism Society kemudian mendefinisikan pariwisata sebagai bentuk

baru dari kegiatan perjalanan wisata bertanggungjawab di daerah yang masih alami

atau daerahdaerah yang dikelola dengan kaidah alam dimana tujuannya selain untuk

menikmati keindahannya juga melibatkan unsur pendidikan, pemahaman dan

dukungan terhadap usahausaha konservasi alam dan peningkatan pendapatan

masyarakat setempat sekitar daerah tujuan pariwisata.

Di beberapa wilayah berkembang suatu pemikiran baru yang berkait dengan

pengertian pariwisata. Fenomena pendidikan diperlukan dalam bentuk wisata ini. Hal

ini seperti yang didefinisikan oleh Australian Department of Tourism yang

mendefinisikan pariwisata adalah wisata berbasis pada alam dengan mengikutkan

aspek pendidikan dan interpretasi terhadap lingkungan alami dan budaya masyarakat

dengan pengelolaan kelestarian ekologis. Definisi ini memberi penegasan bahwa

aspek yang terkait tidak hanya bisnis seperti halnya bentuk pariwisata lainnya, tetapi

lebih dekat dengan pariwisata minat khusus, alternatife tourism atau special interest

tourism dengan obyek dan daya tarik wisata alam.

Berdasarkan definisidefinisi di atas, maka terdapat lima hal penting yang

mendasari kegiatan pariwisata :

1. Perjalanan wisata yang bertanggung jawab, artinya bahwa semua pelaku

kegiatan pariwisata harus bertanggung jawab terhadap dampak yang

1
ditimbulkan dari kegiatan pariwisata terhadap lingkungan alam dan budaya

2. Kegiatan pariwisata dilakukan ke/di daerahdaerah yang masih alami (nature

made) atau di/ke daerahdaerah yang dikelola berdasarkan kaidah alam

3. Tujuannya selain untuk menikmati pesona alam, juga untuk mendapatkan

tambahan pengetahuan dan pemahaman mengenai berbagai fenomena alam

dan budaya.

4. Memberikan dukungan terhadap usahausaha konservasi alam.

5. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

Menurut Pendit (1994), ada beberapa jenis pariwisata yang sudah dikenal,

antara lain:

1. Wisata budaya, yaitu perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk

memperluas pandangan hidup seseorang dengan cara mengadakan kunjungan

ke tempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan

adat istiadat mereka, cara hidup mereka, kebudayaan dan seni mereka.

2. Wisata kesehatan, yaitu perjalanan seseorang wisatawan dengan tujuan untuk

menukar keadaan dan lingkungan tempat seharihari di mana ia tinggal demi

kepentingan beristirahat baginya dalam arti jasmani dan rohani.

3. Wisata olahraga, yaitu wisatawanwisatawan yang melakukan perjalanan

dengan tujuan berolahraga atau memang sengaja bermakasut mengambil

bagian aktif dalam pesta olahraga di suatu tempat atau Negara.

4. Wisata komersial, yaitu termasuk perjalanan untuk mengunjungi pameran

1
pameran dan peran raya yang bersifat komersial, seperti pameran industri,

pameran dagang dan sebagainya.

5. Wisata industri, yaitu perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau

mahasiswa, atau orangorang awam ke suatu kompleks atau daerah

perindustrian, dengan maksud dan tujuan untuk mengadakan peninjauan atau

penelitian.

6. Wisata Bahari, yaitu wisata yang banyak dikaitkan dengan danau, pantai atau

laut.

7. Wisata Cagar Alam, yaitu jenis wisata yang biasanya diselenggarakan oleh

agen atau biro perjalanan yang mengkhususkan usahausaha dengan mengatur

wisata ke tempat atau daerah cagar alam, taman lindung, hutan daerah

pegunungan dan sebagainya yang kelestariannya dilindungi oleh undang-

undang.

8. Wisata bulan madu, yaitu suatu penyelenggaraan perjalanan bagi pasangan-

pasangan pengantin baru yang sedang berbulan madu dengan fasilitasfasilitas

khusus dan tersendiri demi kenikmatan perjalanan.

2.1.2 Pengembangan Pariwisata

Mengkaji pengembangan kawasan wisata pada prinsipnya merupakan bagian

dari kegiatan pengembangan pembangunan nasional. Dimana sektor pariwisata

merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi besar terhadap peningkatan

devisa negara. Karena itu, sektor ini merupakan sektor yang berperan penting dalam

1
pengembangan. Sektor pariwisata menjadi sektor yang menuntut pemerintah untuk

memberikan andil yang besar dalam pengelolaannya.

Teori pengembangan yang dapat dijadikan sebagai suatu kajian pegangan

dalam memahami arti pengembangan adalah menggunakan teori “perubahan”. Teori

perubahan yang diperkenalkan oleh Samuelson (1987) menyatakan bahwa dasar

terjadinya pengembangan dari suatu bentuk ke bentuk lain ditentukan oleh adanya

dinamika yang disebut perubahan. Contoh dari makna perubahan tersebut yaitu dari

kondisi wilayah kumuh menjadi wilayah elit, pengembangan wilayah pesisir menjadi

wilayah pantai dan lain sebagainya.

Berikut beberapa pandangan dari para ahli pengwilayahan menyatakan

bahwa pengertian pengembangan adalah suatu perubahan bentuk struktur dan fungsi

dari wilayah.

1. Pengembangan adalah perubahan struktur dan fungsi yang mengarah kepada

perbaikan atau memanfaatkan suatu kondisi lingkungan dalam meningkatkan

kesejahteraan masyarakat (Setiadi, 2000).

2. Pengembangan adalah suatu proses perubahan kondisi statis menjadi dinamis

guna mengembangkan segala potensi pengembangan untuk mencapai suatu

tujuan (Anshory, 2002).

3. Pengembangan dibedakan atas tiga model yaitu pengembangan jangka

pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Pengembangan jangka pendek

yaitu mengembangkan kuantitas suatu wilayah, pengembangan jangka

1
menengah yaitu memperbaiki kualitas suatu wilayah dan pengembangan

jangka panjang memajukan segala potensi suatu wilayah yang dikembangkan

(Trisna, 1998).

Menurut Coherty (1997), setiap perubahan waktu dari suatu kegiatan disebut

pengembangan. Ketiga orientasi terjadinya suatu pengembangan adalah waktu,

kegiatan dan tujuan. Hal tersebut yang akhirnya memberikan suatu pengertian bahwa

pengembangan adalah suatu proses waktu yang digunakan untuk melakukan berbagai

kegiatan atau aktifitas yang bermanfaat dalam mengubah suatu wilayah untuk

mencapai tujuan. Waktu yang dimaksud adalah periode dari suatu kegiatan

pembangunan. Aktifitas adalah kegiatan atau penyelenggaraan pembangunan baik

fisik maupun non fisik. Tujuan yang dimaksud adalah tercapainya pembangunan

yang utuh dan mewujudkan masyarakat yang adil dan merata. Pengembangan

diartikan sebagai suatu proses yang dinamis dengan menggunakan segala sumberdaya

yang ada guna mencapai kesejahteraan yang lebih baik. Pengembangan ini dapat

dalam bentuk wujud fisik maupun wujud mutu dalam artian kuantitas dan kualitas

(Yulius, 1986).

Johara (1986) menyatakan bahwa pengembangan adalah memajukan atau

memperbaiki atau meningkatkan sesuatu yang ada sedangkan pembangunan adalah

mengadakan atau membuat sesuatu yang belum ada. Pengembangan atau

pembangunan mempunyai skala nasional, regional dan lokal. Pengembangan dan

pembangunan skala nasional meliputi seluruh suatu negara dengan tekanan pada

1
perekonomian. Pengembangan dan pembangunan skala regional meliputi seluruh

wilayah dan mempunyai tekanan utama pada perekonomian dan tekanan kedua pada

fisik.

Kaitannya dengan pengembangan wisata, ada beberapa elemen dasar yang

perlu dipertimbangkan, khususnya yang berwawasan lingkungan dan terpadu.

Pertama, melakukan zonasi dalam rangka memisahkan usaha pariwisata dengan

kegiatan pertanian, perkebunan, perikanan atau kegiatan usaha lainnya. Dan kedua,

pengembangan usaha wisata hendaknya dilakukan secara bertahap agar masyarakat

punya cukup waktu untuk memahami dan beradaptasi dengan kegiatan pariwisata.

Pemerintah melalui tenagatenaga ahlinya mulai menginvestasi dalam bidang

infrastruktur dengan kebutuhan masyarakat setempat. Hal ini akan berpengaruh

terhadap usahausaha pariwisata berskala kecil sehingga mampu berkembang dengan

baik

Ada beberapa hal yang menunjang atau menentukan pengembangan suatu

obyek wisata. Menurut Ahdinoto, ada lima jenis komponen dalam pariwisata yaitu :

1. Atraksi wisata : atraksi adalah daya tarik wisatawan untuk berlibur. Atraksi

yang diidentifikasikan (sumber daya alam, sumberdaya manusia, budaya dan

sebagainya) perlu dikembangkan untuk menjadi atraksi wisata. Tanpa atraksi

wisata, tidak ada peristiwa, bagian utama lain tidak akan diperlukan.

2. Promosi dan pemasaran: Promosi adalah suatu rancangan untuk

memperkenalkan atraksi wisata yang ditawarkan dan cara bagaimana agar

1
atraksi dapat dikunjungi. Untuk perencanaan, promosi adalah bagian penting.

3. Pasar wisata : (masyarakat pengirim wisata) : pasar wisata merupakan bagian

yang penting. Walaupun untuk perencanaan belum/tidak diperlukan suatu

riset lengkap dan mendalam, namun informasi mengenai trend perilaku,

keinginan, kebutuhan, asal, motofasi, dan sebagainya dari wisatawan perlu

dikumpulkan dari mereka yang berlibur.

4. Transportasi : pendapat dang keinginan wisatawan adalah berbeda dengan

pendapat penyuplai transportasi. Transporetasi mempunyai dampak besar

terhadap volume dan lokasi pengembangan pariwisata.

5. Masyarakat penerima wisatawan yang menyediakan akomodasi dan pelayan

jasa pendukung wisata (fasilitas dan pelayanan).

Komponen penting dalam pengembangan pariwisata menurut George

Mclntyre, adalah suatu pengembangan pariwisata yang berkelanjutan memiliki

keterkaitan antara turis, warga setempat dan pemimpin masyarakat yang

menginginkan hidup lebih baik. Dalam hal ini terlihat jelas bahwa suatu tempat

wisata harus berisikan komponen tersebut untuk menjadi suatu objek siasat yang

baik.

Unsur pokok yang harus mendapat perhatian guna menunjang

pengembangan pariwisata didaerah tujuan wisata menurut Suwantoro meliputi :

a. Obyek dan daya tarik wisata

Daya tarik wisata yang juga disebut obyek wisata merupakan potensi yang

1
menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. Pada

umumnya daya tarik suatu obyek wisata berdasar pada :

1. Adanya sumberdaya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman,

dan bersih.

2. Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk mengunjunginya

3. Adanya spesifikasi atau ciri khusus yang bersifat langka

4. Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani wisatawan

5. Obyek wisata alam mempunyai daya tarik tinggi (pegunungan, sungai, pantai,

hutan dan lainlain).

6. Obyek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai

khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacaraupacara adat, nilai luhur yang

terkandung dalam suatu obyek buah karya manusia pada masa lampau

b. Prasarana wisata

Prasarana wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya buatan manusia

yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan

wisata, seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan dan lain

sebagainya.

c. Sarana wisata

Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan

untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya.

Berbagai sarana wisata yang harus disediakan di daerah tujuan wisata ialah

1
hotel, biro perjalanan, alat transportasi, restoran dan rumah makan serta sarana

pendukung lainnya.

2.1.3 Tujuan Dan Manfaat Pengembangan Pariwisata

Kepariwisataan merupakan sebuah kegiatan usaha dalam melayani

kebutuhan atau memenuhi keinginan seorang wisatawan yang akan memulai atau

sedang dalam melakukan sebuah perjalanan wisata. Menurut Youti (1997) dalam

bukunya “Pengantar Ilmu Kepariwisataan“ yang menyatakan bahwa: “Pariwisata

adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu yang di

selenggarakan dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan maksud bukan untuk

berusaha ataupun untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjungi tetapi semata mata

hanya untuk menikmati perjalanan bertamasya dan berekreasi atau memenuhi

keinginan yang beraneka ragam.

Setelah kita mengetahui berbagai macam pengertian mengenai

“Kepariwisataan” dari berbagai macam sumber yang telah memudahkan kita semua

dalam memahami apa itu kepariwisataan secara baik tanpa merasa ragu untuk

mengaplikasikan nya dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu pengertian dari

kepariwisataan masih ada tujuan serta manfaatnya sesuai dengan intruksi presiden

nomor 9 tahun 1969 yang dikutip dari buku “perencanaan pengembangan pariwisata”

oleh Youti (1997) dikatakan bahwa tujuan dari pengembangan kepariwisataan adalah

sebagai berikut :

1. Meningkatkan pendapatan devisa pada khususnya dan pendapatan Negara

1
serta masyarakat pada umumnya. Memperluas kesempatan serta lapangan

kerja dan mendorong kegiatankegiatan industri penunjang dan industri

sampingan lainnya.

2. Memperkenalkan keindahan alam dan kebudayaan Indonesia.

3. Meningkatkan persaudaraan atau persahabatan nasional dan internasional.

Sesuai dengan instruksi Presiden No 9 Tahun 1969 dikatakan dalam Pasal 2 bahwa

tujuan pengembangan kepariwisataan adalah:

1. Meningkatkan pendapatan devisa pada khususnya dan pendapatan negara dan

masyarakat pada umumnya, perluasan kesempatan serta lapangan kerja dan

mendorong kegiatan industriindustri penunjang dan industriindustri

sampingan lainnya

2. Memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan kebudayaan

Indonesia

3. Meningkatkan persaudaraan/persahabatan nasional dan internasional.

Selain itu manfaat yang didapat dari bidang kepariwisataan yang mencakup

dalam berbagai bidang yaitu ekonomi budaya politik, lingkungan hidup, nilai

pergaulan dan ilmu pengetahuan peluang dan juga kesempatan kerja diantaranya

adalah :

a. Manfaat Kepariwisataan dari segi ekonomi

Pariwisata bisa menghasilkan devisa bagi Negara sehingga dapat

meningkatkan perekonomian suatu Negara (Yoeti,1997)

1
b. Manfaat Kepariwisataan dari segi Budaya

Membawa sebuah pemahaman dan pengertian antar budaya dengan acara

lewat interaksi wisatawan dengan masyarakat lokal tempat daerah wisata

tersebut berada. Sehingga dari segi interaksi inilah para wisatawan dapat

mengenal dan juga menghargai budaya masyarakat setempat dan juga latar

belakang kebudayaan lokal yang dianut oleh masyarakat tersebut (Yoeti,

1996)

c. Manfaat Kepariwisataan dari segi Politik

Memelihara hubungan internasional dengan baik yaitu dalam pengembangan

pariwisata dalam mancannegara. Sehingga terjadinya kunjungan antar bangsa

sebagai wisatawan seperti halnya dalam pariwisata nusantara. Sehingga dapat

memberikan inspirasi untuk selalu mengadakan pendekatan dan saling

mengerti mengerti (www.majalahpendidikan.com).

d. Manfaat Kepariwisataan dari segi lingkungan hidup

Setiap tempat pariwisata apabila ingin dikunjungi oleh banyak wisatawan

harus terjaga kebersihannya sehingga masyarakat secara bersamasama harus

sepakat untuk merawat serta memelihara lingkungan atau daerah yang bisa

dijadikan sebuah objek wisata (www.majalahpendidikan.com)

e. Manfaat Kepariwisataan dari segi nilai pergaulan dan ilmu pengetahuan

Memiliki teman dari berbagai macam Negara sehingga dapat mengetahui

kebiasaan mereka sehingga bisa mempelajari kegiatan baik dari Negara

2
mereka. Sedangkan dari segi ilmu pengetahuan kita bisa mempelajari

pariwisata serta dapat mengetahui dimana letak keunggulan dari sebuah objek

wisata sehingga dapat menerapkan di daerah objek wisata daerah yang belum

berkembang dengan baik (www.pariwisatadan teknologi.blogspot.com).

f. Manfaat Kepariwisataan dari segi peluang dan kesempatan kerja

Menciptakan berbagai macam kesempatan kerja, serta mendirikan berbagai

macam usaha yang bisa mendukung objek pariwisata menjadi lebih baik dan

juga menarik (www.rafansdetik.blogdetik.com).

2.1.4 UnsurUnsur Pelayanan Pariwisata

Menurut Spillane dalam Sari (2011) ada lima unsur komponen pariwisata

yang sangat penting, yaitu:

a. Attractions (daya tarik) attractions dapat digolongkan menjadi site attractions

dan event attractions. Site attractions merupakan daya tarik fisik yang

permanen dengan lokasi yang tetap yaitu tempattempat wisata yang ada di

daerah tujuan wisata seperti kebun binatang, keratin, dan museum. Sedangkan

event attractions adalah atraksi yang berlangsung sementara dan lokasinya

dapat diubah atau dipindah dengan mudah seperti festivalfestival, pameran,

atau pertunjukan pertunjukan kesenian daerah.

b. Facilities (fasilitasfasilitas yang diperlukan) fasilitas cenderung berorientasi

pada daya tarik di suatu lokasi karena fasilitas harus terletak dekat dengan

pasarnya. Selama tinggal di tempat tujuan wisata wisatawan memerlukan

2
tidur, makan dan minum oleh karena itu sangat dibutuhkan fasilitas

penginapan.

c. Infrastructure (infrastruktur) daya tarik dan fasilitas tidak dapat dicapai

dengan mudah kalau belum ada infrastruktur dasar. Perkembangan

infrastruktur dari suatu daerah sebenarnya dinikmati baik oleh wisatawan

maupun rakyat yang juga tinggal di sana, maka ada keuntungan bagi

penduduk yang bukan wisatawan.

d. Transportations (transportasi) dalam objek wisata kemajuan dunia

transportasi atau pengangkutan sangat dibutuhkan karena sangat menentukan

jarak dan waktu dalam suatu perjalanan pariwisata. Transportasi baik

transportasi darat, udara, maupun laut merupakan suatu unsur utama langsung

yang merupakan tahap dinamis gejalagejala pariwisata.

e. Hospitality (keramahtamahan) wisatawan yang berada dalam lingkungan yang

tidak mereka kenal memerlukan kepastian jaminan keamanan khususnya

untuk wisatawan asing yang memerlukan gambaran tentang tempat tujuan

wisata yang akan mereka datangi.

Menurut Sinarta (2010) Sarana Pariwisata adalah segala kelengkapan daerah

tujuan wisata yang diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam

menikmati perjalanan wisatanya yaitu terdiri dari perusahaanperusahaan yang

memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung maupun secara tidak

langsung dan kehidupannya banyak bergantung pada kedatangan wisatawan.

2
Prasarana adalah semua fasilitas yang memungkinkan proses perekonomian

berjalanan dengan lancar sehingga memudahkan para wisatawan untuk memenuhi

kebutuhannya.

Seperti yang kita ketahui bahwa sarana kepariwisataan di bagi menjadi 3

bagian yaitu sarana pokok kepariwisataan, sarana pelengkap kapariwisataan, sarana

penunjang kepariwisataan.

1. Sarana pokok kepariwisataan (main tourism superstructure) adalah sarana

yang berfungsi untuk memberikan fasilitas pokok yang dapat memberikan

pelayanan bagi kedatangan wisatawan.

2. Sarana pelengkap kepariwisataan (supplementing tourism superstructure)

adalah perusahaan yang menyediakan fasilitas rekreasi yang fungsinya

melengkapi sarana pokok kepariwisataan dan membuat wisatawan dapat lebih

lama tinggal disuatu daerah tujuan wisata yang dikunjunginya.

3. Sarana penunjang kepariwisataan (supporting tourism superstructure) adalah

perusahaan yang menunjang sarana pokok dan sarana pelengkap, berfungsi

tidak hanya membuat wisatawan lebih lama tinggal di suatu daerah tujuan

wisata, tetapi juga membuat wisatawan lebih banyak mengeluarkan uang

ditempat yang dikunjunginya.

Kelompok prasarana di bagi menjadi 3 bagian yaitu prasarana umum,

kebutuhan pokok pola hidup modern, prasarana wisata.

1. Prasarana umum yaitu prasarana yang menyangkut kebutuhan orang

2
banyak(umum) bagi perekonomiannya dan termasuk didalamnya adalah

system penyediaan: Air bersih, Kelistrikan, Jalur Lalu Lintas, Sistem

Pembuangan Limbah, Sistem Telekomunikasi.

2. Kebutuhan pola hidup modern misalnya rumah sakit, apotek, pusat pusat

perbelanjaan, kantor pemerintahan dan pom bensin.

3. Prasarana Wisata meliputi tempat penginapan, tempat informasi wisatawan,

kantor informasi dan promosi dikenal dengan tourist information center

(TIC), tempattempat rekreasi dan sport, sarana transportasi penunjang.

2.2 Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan pada prinsipnya merupakan cara agar sebuah

kebijakan dapat mencapai tujuannya. Winarno, (2012) menjelaskan bahwa

implementasi kebijakan adalah alat administrasi hukum dimana berbagai aktor,

organisasi, prosedur dan teknik yang bekerja bersamasama untuk menjalankan

kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan. Jadi implementasi itu

merupakan tindakantindakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan dalam suatu keputusan kebijakan. Akan tetapi Pemerintah

dalam membuat kebijakan juga harus mengkaji terlebih dahulu apakah kebijakan

tersebut dapat memberikan dampak yang buruk atau tidak bagi masyarakat. Hal

tersebut bertujuan agar suatu kebijakan tidak bertentangan dengan masyarakat apalagi

sampai merugikan masyarakat.

Implementasi kebijakan menurut Nugroho (2003) terdapat dua pilihan

2
untuk mengimplementasikannya, yaitu langsung mengimplementasikannya dalam

bentuk programprogram dan melalui formulasi kebijakan derivat atau turunan dari

kebijakan tersebut. Oleh karena itu, implementasi kebijakan yang telah dijelaskan

oleh Nugroho merupakan dua pilihan dimana yang pertama langsung

mengimplementasi dalam bentuk program dan pilihan kedua melalui formulasi

kebijakan.

Pengertian implementasi kebijakan di atas, maka George C. Edward III

(Nawawi, 2009:138) mengemukakan beberapa hal yang dapat mempengaruhi

keberhasilan suatu implementasi, yaitu:

1. Comunication (Komunikasi)

2. Resources (Sumber Daya)

3. Disposition (Disposisi)

4. Bureaucratic Structur (Struktur Birokrasi).

Pertama, Komunikasi implementasi mensyaratkan agar implementor

mengetahui apa yang harus dilakukan komunikasi diartikan sebagai proses

penyampaian informasi komunikator kepada komunikan. Selain itu juga dalam

komunikasi implementasi kebijakan terdapat tujuan dan sasaran kebijakan yang harus

disampaikan kepada kelompok sasaran, hal tersebut dilakukan agar mengurangi

kesalahan dalam pelaksanaan kebijakan. Komunikasi kebijakan memiliki beberapa

macam dimensi, antara lain dimensi transformasi (transmission), kejelasan (clarity)

dan konsistensi (consistency). .

2
Dimensi transformasi menghendaki agar kebijakan publik dapat

ditransformasikan kepada para pelaksana, kelompok sasaran dan pihak lain yang

terkait dengan kebijakan. Dimensi kejelasan menghendaki agar kebijakan yang

ditransmisikan kepada para pelaksana, target group dan pihak lain yang

berkepentingan langsung maupun tidak langsung terhadap kebijakan dapat diterima

jelas sehingga dapat diketahui yang menjadi maksud, tujuan dan sasaran. Kedua,

sumber daya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terlaksananya

keberhasilan terhadap suatu implementasi, walaupun isi kebijakan sudah

dikomunikasikan secara jelas dan konsisten, akan tetapi apabila implemen tor

kekurangan sumber daya untuk melaksanakan kebijakan maka tidak akan berjalan

dengan efektif. Sumber daya yang dapat mendukung pelaksanaan kebijakan dapat

berwujud, seperti sumber daya manusia, dan sumber daya anggaran, sumber daya

peralatan, sumber daya informasi dan kewenangan.

Sumber daya manusia merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi

keberhasilan dan kegagalan implementasi. Implementasi sangat tergantung kepada

sumber daya manusia (aparatur), dengan demikian sumber daya manusia dalam

implementasi kebijakan di samping harus cukup juga harus memiliki keahlian dan

kemampuan untuk melaksanakan tugas, anjuran perintah dari atasan (pimpinan). Oleh

karena itu, sumber daya manusia harus ada ketepatan dan kelayakan antara jumlah

staf yang dibutuhkan dan keahlian yang dimiliki sesuai dengan tugas pekerjaan yang

di tanganinya dan Sumber daya anggaran merupakan sumber daya yang

2
mempengaruhi implementasi setelah adanya sumber daya manusia, terbatasnya

anggaran yang tersedia menyebabkan kualitas pelayanan terhadap publik yang harus

diberikan kepada masyarakat juga terbatas. Terbatasnya anggaran menyebabkan

disposisi para pelaku rendah bahkan akan terjadi goal displacement yang dilakukan

oleh pelaku terhadap pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

Terbatasnya fasilitas peralatan yang diperlukan dalam pelaksanaan kebijakan

menyebabkan gagalnya pelaksanaan kebijakan, karena dengan terbatasnya fasilitas

sulit untuk mendapatkan informasi yang akurat, tepat, andal, dan dapat di percaya

akan sangat merugikan pelaksanaan akuntabilitas. Sumber daya informasi dan

kewenangan juga menjadi faktor penting dalam implementasi, informasi yang relevan

dan cukup tentang berkaitan dengan bagaimana cara mengimplementasikan suatu

kebijakan.

Informasi tentang kerelaan atau kesanggupan dari berbagai pihak yang

terlibat dalam implementasi kebijakan, dimaksudkan agar para pelaksana tidak akan

melakukan suatu kesalahan dalam menginterpretasikan tentang bagaimana cara

mengimplementasikan. Kewenangan juga merupakan sumber daya lain yang

mempengaruhi efektifitas pelaksanaan kebijakan. Menurut Edward III menegaskan

bahwa kewenangan (authority) yang cukup untuk membuat keputusan sendiri yang

dimiliki oleh suatu lembaga akan mempengaruhi lembaga itu dalam melaksanakan

suatu kebijakan.

Ketiga, disposisi adalah watak atau karakteristik yang dimiliki oleh

2
pelaksana kebijakan isposisi itu seperti komitmen, kejujuran, dan sifat demokratik.

Apabila pelaksana kebijakan mempunyai karakteristik atau watak yang baik, maka

dia akan melaksanakan kebijakan dengan baik sesuai dengan sasaran tujuan dan

keinginan pembuat kebijakan.

Menurut Van Meter dan Van Horn (Widodo, 2007) terdapat tiga macam

elemen yang mempengaruhi disposisi pengetahuan (cognition), pemahaman dan

pendalaman (comprehension and understanding) terhadap kebijakan, arah respon

mereka apakah menerima, netral atau menolak (acceptance, neutrality, and

rejection), intensitas terhadap kebijakan yaitu Elemen yang dapat mempengaruhi

disposisi adalah pengetahuan, di mana pengetahuan merupakan elemen yang cukup

penting karena dengan pengetahuan tinggi yang dimiliki oleh aparatur dapat

membantu pelaksanaan implementasi tersebut. Pemahaman dan pendalaman juga

dapat membantu terciptanya dan terlaksananya implementasi sesuai dengan tujuan

yang akan di capai. Respon masyarakat juga dapat menentukan keberhasilan suatu

implementasi, karena dapat menentukan sikap apakah masyarakat menerima, netral

atau menolak.

Keempat, struktur birokrasi merupakan suatu badan yang paling sering

terlibat dalam implementasi kebijakan secara keseluruhan. Struktur Organisasi yang

bertugas melaksanakan kebijakan memiliki pengaruh besar terhadap pelaksanaan

kebijakan. Dalam struktur birokrasi terdapat dua hal penting yang mempengaruhinya

salah satunya yaitu aspek struktur birokrasi yang penting dari setiap organisasi adalah

2
adanya prosedur operasi yang standar (standard operating procedures atau SOP). SOP

ini merupakan pedoman bagi pelaksana kebijakan dalam bertindak atau menjalankan

tugasnya. Selain SOP yang mempengaruhi struktur birokrasi adalah fragmentasi yang

berasal dari luar organisasi.

2.3 Strategi Pengembangan Pariwisata

Pengembangan pariwisata menurut Swarbrooke (dalam Soeda dkk, 2017)

merupakan suatu rangkaian upaya untuk mewujudkan keterpaduan dalam

penggunaan berbagai sumber daya pariwisata dan mengintegrasikan segala bentuk

aspek di luar pariwisata yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsung akan

kelangsungan pengembangan pariwisata.

Menurut UU Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, daerah tujuan

wisata yang selanjutnya disebut destinasi pariwisata adalah kawasan geografis yang

spesifik berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang didalamnya terdapat

kegiatan kepariwisataan dan dilengkapi dengan ketersediaan daya tarik wisata,

fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait.

Menurut Rangkuti dalam Nainggolan dan Kampana (2015) bahwa strategi

merupakan kegiatan perusahaan untuk mencari kesesuaian antara kekuatankekuatan

internal perusahaan dan kekuatankekuatan eksternal (peluang dan ancaman) suatu

pasar.

Menurut Chandler (dalam Rangkuti, 2016) menyebutkan bahwa strategi

adalah tujuan jangka panjang dari suatu perusahaan serta pendayagunaan dan alokasi

2
semua sumber daya yang penting untuk mencapai tujuan tersebut. pemahaman yang

baik mengenai konsep strategi dan konsep konsep lain yang berkaitan, sangat

menentukan suksesnya strategi disusun. Konsepkonsep tersebut adalah sebagai

berikut:

a. Distinctive Competence: tindakan yang dilakukan oleh perusahaan agar dapat

melakukan kegiatan lebih baik dibandingkan dengan pesaingnya.

b. Comptetitive Advantage: kegiatan spesifik yang dikembangkan oleh

perusahaan agar lebih unggul dibandingkan dengan pesaingnya.

Menurut Henry Mintzberg (dalam Dayansyah 2014) strategi terbagi atas 5

definisi yaitu strategi sebagai rencana, strategi sebagai pola, strategi sebagai posisi,

strategi sebagai taktik dan strategi sebagai perspektif.

1. Strategi sebagai rencana adalah sebuah program atau langkah terencana (a

directed course of action) untuk mencapai serangkaian tujuan atau cita cita

yang telah ditentukan: sama halnya dengan konsep strategi perencanaan.

2. Strategi sebagai pola adalah sebuah pola perilaku masa lalu yang konsisten,

dengan menggunakan strategi yang merupakan kesadaran daripada

menggunakan yang terencana ataupun diniatkan. Hal yang merupakan pola

berbeda dengan berniat atau bermaksud maka strategi sebagai pola lebih

mengacu pada sesuatu yang muncul begitu saja (emergent).

3. Strategi sebagai posisi adalah menentukan merek, produk ataupun perusahaan

dalam pasar, berdasarkan kerangka konseptual para konsumen ataupun para

3
penentu kebijkan: sebuah strategi utamanya ditentukan oleh faktorfaktor

eksternal.

4. Strategi sebagai taktik merupakan sebuah manuver spesifik untuk mengelabui

atau mengecoh lawan (competitor).

5. Strategi sebagai perspektif adalah mengeksekusi strategi berdasarkan teori

yang ada ataupun menggunakan insting alami dari isi kepala atau cara berpikir

ataupun ideologis.

Berdasarkan definisi menurut beberapa ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa

strategi merupakan suatu upaya atau cara yang digunakan seseorang atau kelompok

untuk mencapai suatu tujuan dengan efektif dan efisien.

2.4 Upaya Pengembangan Pariwisata

Upaya dalam KBBI diartikan sebagai usaha, ikhtiar untuk mencapai maksud,

memecahkan persoalan, mencari jalan keluar, dan sebagainya. Sedangkan

pengembangan pariwisata menurut Swarbrooke (dalam Wardhani, 2016) adalah suatu

rangkaian upaya untuk mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan berbagai sumber

daya pariwisata mengintegrasikan segala bentuk aspek di luar pariwisata yang

berkaitan secara langsung maupun tidak langsung akan kelangsungan pengembangan

pariwisata.

Terdapat beberapa jenis pengembangan yaitu:

1. Keseluruhan dengan tujuan baru membangun atraksi disitus yang tadinya

digunakan sebagai atraksi.

3
2. Tujuan baru, membangun atraksi pada situs yang sebelumnya telah digunakan

sebagai atraksi.

3. Pengembangan baru secara keseluruhan pada keberadaan atraksi yang

dibangun untuk menarik pengunjung lebih banyak, dan membuat atraksi

tersebut dapat mencapai pasar yang lebih luas dengan meraih pangsa pasar

yang baru.

4. Pengembangan baru pada keberadaan atraksi yang bertujuan untuk

meningkatkan fasilitas pengunjung atau mengantisipasi meningkatnya

pengeluaran sekunder oleh pengunjung.

5. Penciptaan kegiatankegiatan baru atau tahapan kegiatan yang berpindah dari

suatu tempat ke tempat lain dimana kegiatan tersebut memerlukan modifikasi

bangunan dan struktur (Alfarizi, 2019).

2.5 Faktor Penghambat Pengembangan Pariwisata

Dalam pengembangan suatu daya tarik wisata tidak terlepas dari kondisi

maupun pihak yang dapat menghambat keberlangsungan pengembangan pariwisata

yang ada disuatu daerah maupun negara. Faktor penghambat adalah hal atau kondisi

yang dapat menghambat atau menggagalkan suatu kegiatan, usaha atau produksi

(Wibowo, 2016). Menurut Heri (2011), pengembangan daya tarik wisata pasti tidak

terlepas dari faktorfaktor berikut ini :

1. Kurangnya peran serta masyarakat dalam sektor pariwisata

2. Kurangnya prioritas pembangunan pemerintah kabupaten terhadap sektor

3
pariwisata.

3. Kurangnya kuantitas dan spesialisasi sumber daya manusia pada dinas terkait

4. Kurangnya kerja sama dengan investor

5. Belum terdapat sistem promosi yang menarik

6. Keterbatasan sarana dan prasarana kerja pada dinas terkait dan objek wisata

7. Keterbatasan dan kurangnya perawatan fasilitas penunjang objek wisata

Faktor penghambat pengembangan daya tarik wisata juga berdasarkan pada

letak geografis suatu daya tarik wisata seperti wisata alam kadang mengalami

permasalahan dengan bencana alam juga mengenai status kepemilikan lahan yang

akan menghambat programprogram pengembangan daya tarik wisata, kurangnya

kerja sama dengan investor (pihak ketiga) yang menawarkan kerja sama dengan

pemerintah daerah dalam mengembangkan pariwisata di daerah. Hal ini menjadi

kendala karena jika adanya kerja sama maka akan membantu dalam masalah dana

karena dana merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam

melakukan programprogram yang telah dirumuskan bersama (Nurhadi dkk, 2013).

2.6 Peran Pemerintah Dalam Pengembangan Pariwisata

Pemerintah merupakan manifestasi dari kehendak rakyat, karena itu harus

memperhatikan kepentingan rakyat dan melaksanakan fungsi pelayanan publik dan

pengaturan warga Negara. Paturusi (2008), mengatakan bahwa sesungguhnya

peranan pemerintah dalam pembangunan masyarakat amat luas, mulai dari hal yang

bersifat pelayanan operasional sampai pada halhal yang bersifat ideology dan

3
spiritual. Sehingga untuk menjalankan fungsi dan peran pemerintah yang baik, maka

diperlukan peran pemerintah sebagai berikut:

a. Peran pemerintah dalam membuat regulasi

Peran pemerintah dalam membuat Regulasi merupakan salah satu faktor

terpenting seperti: Undangundang kepariwisataan, dan peraturan peraturan

yang berhubungan dengan perlindungan wisatawan terutama bagi biro

perjalanan wisata, peraturan peraturan tentang retribusi serta peraturan

peraturan lainnya. Dengan adanya regulasi atau undangundang ini maka

tentunya semua kegiatan yang berhubungan dengan kepariwisataan akan

berjalan dengan tertib dan lancar sesuai apa yang diharapkan.

b. Peran pemerintah menyediakan sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana merupakan salah satu elemen yang sangat penting atau

sebagai faktor pendukung untuk menarik perhatian wisatawan seperti

menyediakan meja, kursi, rumah peristirahatan, menyediakan toilet,

memasang lampu dan lainlainnya.

Sarana adalah perlengkapan pembelajaran yang dapat dipindah pindah,

sedangkan prasarana adalah fasilitas dasar untuk menjalankan fungsi sekolah.

Sarana tersebut antara lain seperti gedung, ruang, kelas, meja, kursi serta alat-

alat media pembelajaran. Yang termasuk prasarana antara lain seperti

halaman, taman, lapangan, jalan menuju sekolah dan lainlain. Dengan adanya

sarana dan prasarana yang memadai maka hal ini, akan menarik perhatian

3
wisatawan untuk berkunjung.

c. Peran pemerintah membuat perencanaan

Untuk melaksanakan suatu pekerjaan yang berhasil maka terlebih dahulu

perlu peran pemerintah membuat suatu rencana yang lebih matang dulu, hal

ini sangat penting agar pekerjaan tersebut bisa berjalan dengan baik sesuai

dengan apa yang diinginkan. Pekerjaan kalau tidak melalui dengan suatu

rencana terlebih dahulu maka pekerjaan tersebut tidak akan berjalan sesuai

apa yang diharapkannya.

Menurut Siagian (1994), perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran

dan penentuan secara matang daripada halhal yang akan dikerjakan di masa

yang akan datang dalam rangka pencapaian yang telah ditentukan.

Selanjutnya menurut Terry (1975) perencanaan adalah pemilihan dan

menghubungkan fakta fakta, membuat serta menggunakan asumsiasumsi

yang berkaitan dengan masa datang dengan menggambarkan dan

merumuskan kegiatan kegiatan tertentu yang diyakini diperlukan untuk

mencapai suatu hasil tertentu.

Perencanaan merupakan salah satu proses yang sangat penting dari semua

fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsifungsi lain

pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan tidak akan dapat berjalan.

Rencana dapat berupa rencana informal atau rencana formal. Rencana

informal adalah rencana yang tidak tertulis dan bukan merupakan tujuan

3
bersama anggota suatu organisasi. Proses perencanaan mengembangkan

lingkungan politik, fisik, sosial dan ekonomi sebagai suatu komponen yang

saling terkait dan tergantung dengan yang lainnya (Paturusi, 2008).

d. Peran pemerintah melakukan pengawasan

Pengawasan merupakan salah satu hal terpenting untuk menghubungkan

target dengan realisasi setiap program kegiatan proyek yang harus

dilaksanakan oleh pemerintah. Suatu pekerjaan kalau ingin berjalan secara

efisien dan efektif perlu mengadakan pengawasan, kalau tidak maka

pekerjaan tersebut pasti tidak akan berkualitas serta pekerjaan itu tentu juga

tidak akan selesai pada waktunya. Oleh karena itu peran pemerintah dalam

melakukan pengawasan atau pengontrolan ini sangatlah penting.

Menurut Nawawi (1993) fungsi pengawasan dapat dilakukan setiap saat, baik

selama proses manajemen atau administrasi berlangsung, maupun setelah

berakhir, untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan suatu organisasi atau

unit kerja. Oleh sebab itu pengawasan sangat penting dilakukan agar bisa

mengontrol suatu pekerjaan itu dengan efektif, kalau tidak maka pekerjaan

yang diberikan itu tidak akan terealisir sesuai waktu yang ditetapkannya. Oleh

karena itu, penerapan semua peraturan pemerintah dan undangundang yang

berlaku mutlak dilaksanakan oleh pemerintah.

2.7. Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu yang yang relevan pada penelitian ini adalah

3
sebagai berikut :

1. Dalam penelitian Kusnandar (2020) tentang Strategi Pengembangan

Pariwisata Pada Dinas Pariwisata dimana dijelaskan Dari hasil analisis

lingkungan strategis, dapat diidentifikasi mengenai kekuatan dan kelemahan

yang berasal dari lingkungan internal organisasi serta peluang dan ancaman

yang berasal dari lingkungan eksternal organisasi. Peluang dan kekuatan

merupakan faktor pendukung sedangkan ancaman dan kelemahan merupakan

faktor penghambat perkembangan kepariwisataan. Adanya kesesuaian visi

dan misi Bupati dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dengan kondisi

kepariwisataan sebagai kekuatan internal di dalam pengembangan

kepariwisataan di Kabupaten Boyolali. Adanya usaha dari dinas terkait

pelaksanaan misi dalam pencapaian visi. Melalui programprogram kegiatan

yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Media informasi

kepariwisataan yang disediakan sudah cukup baik. Sudah memanfaatkan

media internet sebagai sarana promosi kepariwisataan. Adanya komitmen

dari stakeholder dalam pengembangan kepariwisataan. Komitmen dari

stakeholder ini berfungsi sebagai salah satu kekuatan di dalam pengembangan

kepariwisataan. Memanfaatkan kesesuaian visi dan misi dengan kondisi

kepariwisataan, sebagai landasan untuk menambah daya tarik wisata melalui

kondisi sosial budaya yang ada serta adanya komitmen dari stakeholder:

Persiapan rencana pengembangan jumlah obyek wisata budaya di Kabupaten

3
Boyolali dengan melibatkan swasta dan masyarakat. Peningkatan perhatian

aparatur terhadap pentingnya pengembangan wisata budaya dengan

melibatkan swasta dan masyarakat. Menambah daya tarik wisata yaitu dengan

membuat semacam obyek wisata khusus pelestarian budaya di Kabupaten

Boyolali dengan bantuan dari masyarakat maupun swasta. Pengalokasian

anggaran guna penambahan fasilitas yang menunjang terhadap kelestarian

budaya, misalnya dengan menyediakan sanggarsanggar tari.

2. Dalam penelitian Cintania (2017) tentang Strategi Dinas Pariwisata Dalam

Mengembangkan Potensi Wisata Budaya menjelaskan Kebijakan Pemerintah

Daerah dalam prioritas pengelolaan kepariwisataan melalui dukungan alokasi

anggaran yang masih minim, sehingga belum mampu memaksimalkan objek

wisata yang ada, terlebih dalam dukungan infrastruktur pariwisata. Promosi

Kepariwisataan yang belum efektif, karena hanya sebatas promosi lewat

brosur, stiker, pamphlet, ataupun pameranpameran, yang tidak dapat

menjangkau masyarakat luas, apalagi sampai tingkat mancanegara, hal ini

diperburuk dengan tidak adanya promosi yang dilakukan melalui website,

diakibatkan belum tersedianya website khusus yang dikelola oleh Dinas

Pariwisata Kabupaten Minahasa. Respond dan partisipai masyarakat dalam

mendukung pengembangan pariwisata di Danau Tondano, dinilai lamban

direspon oleh pemerintah Kabupaten Minahasa, khususnya Dinas Pariwisata,

dimana sampai dengan saat ini belum dikelola secara khusus, baik oleh

3
pemerintah, maupun pihak swasta.

3. Dalam penelitian Hasni (2021) tentang Peran pemerintah dalam

pengembangan potensi wisata menjelaskan Peran Pemerintah sebagai

regulator dalam Pengembangan objek wisata alam Bantimurung pada Dinas

Pariwisata Kabupaten Maros belum dapat dikatakan efektif. Hal ini

disebabkan Pengelolaan wisata alam pada Taman Nasional Bantimurung

belum terkelola sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Peran

Pemerintah sebagai Fasilitator dalam pengembangan potensi wisata alam

Bantimurung dapat dikatakan efektif karena pemerintah sebagai fasilitator

mampu menyediakan sarana dan prasarana, akomodasi, fasilitas penunjang

wisata, serta infrastruktur berupa akses jalan menunju lokasi objek wisata

yang sudah baik, SDM yang berkualitas yang memiliki wawasan

kepariwisataan yang cukup baik. Peran pemerintah sebagai motivator dapat

dikatakan efektif karena Pemerintah mampu menyediakan informasi tentang

objek wisata alam Bantimurung dan pemasarannya melalui media cetak,media

elektronik (TV lokal, Radio Lokal, dan Website di internet), memberikan

bimbingan dan penyuluhan berupa pelatihan berbahasa asing dan pemberian

bantuan usaha kepada masyarakat lokal di objek wisata alam Bantimurung,

melakukan pengembangan penangkaran kupukupu berupa penanaman

kembali pohonpohon untuk mengganti pohonpohon yang dijadikan bangunan

fasilitas penunjang wisata.

3
2.8 Kerangka Pikir

Upaya pemerintah dalam pengembangan objek pariwisata tidak selalu

berjalan mulus di satu sisi ada hambatanhambatan yang di lalui seperti kurangnya

perhatian masyarakat dalam mendukung pengembangan objek pariwisata Hal ini

tentu menjadi masalah tersendiri dalam upaya pengembangan objek wisata yang ada

di Kabupaten Buton Tengah. Dalam penelitian tentang Upaya Pemerintah Daerah

Dalam Mengembangkan Pariwisata Di Kabupaten Buton Tengah (Studi Pada Dinas

Pariwisata Di Kabupaten Buton Tengah), yang dimana telah dijelaskan pada rumusan

masalah dimana peneliti akan mencari tahu terkait dengan Bagaimana upaya

pemerintah daerah dalam mengembangkan pariwisata di Kabupaten Buton Tengah

serta FaktorFaktor apa yang menjadi hambatan pemerintah daerah dalam

mengembangkan pariwisata di Kabupaten Buton Tengah? Adapun yang menjadi

Upaya Pemerintah dalam Mengembangkan Potensi Pariwisata Adalah Sebagai

Berikut

1. Membuat Regulasi

2. Menyediakan Sarana dan Prasarana

3. Membuat Perencanaan

4. Melakukan Pengawasan (Paturusi, 2008).

Sedangkan Hambatanhambatan dalam upaya pengembangan pariwisata adalah

sebagai berikut

1. Kurangnya peran serta masyarakat dalam sektor pariwisata

4
2. Kurangnya prioritas pembangunan pemerintah kabupaten terhadap sektor

pariwisata.

3. Kurangnya kuantitas dan spesialisasi sumber daya manusia pada dinas terkait

4. Kurangnya kerja sama dengan investor

5. Belum terdapat sistem promosi yang menarik

6. Keterbatasan sarana dan prasarana kerja pada dinas terkait dan objek wisata

7. Keterbatasan dan kurangnya perawatan fasilitas penunjang objek wisata Lebih

lanjut akan di gambarkan pada bagan berikut ini :(Heri, 2011).

4
GAMBAR BAGAN KERANGKA PIKIR

PENGEMBANGAN PARIWISATA DI
KABUPATEN BUTON TENGAH

UPAYA PEMERINTAH DALAM PENGEMBANGAN PARIWISATA

1. Membuat Regulasi
2. Menyediakan Sarana dan Prasarana
3. Membuat Perencanaan
4. Melakukan Pengawasan
(Paturusi, 2008)

FAKTOR PENGHAMBAT PENGEMBANGAN PARIWISATA

1. Kurangnya peran serta masyarakat dalam sektor pariwisata


2. Kurangnya prioritas pembangunan pemerintah kabupaten terhadap
sektor pariwisata.
3. Kurangnya kuantitas dan spesialisasi sumber daya manusia pada
dinas terkait
4. Kurangnya kerja sama dengan investor
5. Belum terdapat sistem promosi yang menarik
6. Keterbatasan sarana dan prasarana kerja pada dinas terkait dan objek
wisata
7. Keterbatasan dan kurangnya perawatan fasilitas penunjang objek
wisata
Dari 7 poin diatas peneliti hanya akan mengambil 3 poin yang kontekstual
dengan lokasi penelitian
(Heri, 2012)

4
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan Pada Kantor Dinas Pariwisata Dan

Kebudayaan Kabupaten Buton Tengah dengan pertimbangan bahwa pada penelitian

ini akan membahas terkait dengan pengembangan Pariwisata Kabupaten Buton

Tengah. Disatu sisi pertimbangan lain adalah dimana Kabupaten Buton Tengah

merupakan salah satu Kabupaten yang saat ini lagi gencar gencarnya

mengembangkan dan mengangkat potensi pariwisata di beberapa daerah di

Kabupaten Buton Tengah.

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif Kualitatif,

Menurut Suwandi (2008), penelitian deskriptif Kualitatif mempelajari masalah-

masalah dalam suatu hal serta situasisituasi, termasuk tentang hubungan, kegiatan,

sikap sikap, pandanganpandangan, serta prosesproses yang sedang berlangsung dan

pengaruhpengaruh dari suatu masalah. penelitian deskriptif adalah penelitian yang

bersifat menggambarkan tentang kejadian yang sedang berlangsung serta halhal yang

mempengaruhinya.

Menurut Sugiyono (2013), metode penelitian kualitatif adalah metode

penelitian yang digunakan untuk meliputi pada kondisi objek yang alamiah, dimana

peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara

4
trigulasi, analisis bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan

pada makna dibanding generalisasi.

3.3 Informan Penelitian

Informan menurut Maleong (2006 : 132) adalah orang yang dimanfaatkan

untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Informan

penelitian ini ditentukan dengan teknik purposive yaitu menetapkan informan yang

mengetahui secara langsung tentang objek yang diteliti

Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

No Informan Jumlah

1. Kepala Dinas Pariwisata 1

2. Sub Bagian Perencanaan dan Program 1

3. Bidang Pengembangan Destinasi Dan 1


Industri Pariwisata
4 Masyarakat 3

Jumlah informan keseluruhan adalah 6 orang

3.4 Jenis dan Sumber Data

Data yang akan diambil dan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua

jenis yaitu:

1. Data primer, yakni data yang dikumpulkan langsung dari berbagai sumber, yaitu

data yang diperoleh dari para informan, serta melalui pengamatan secara

langsung.

2. Data sekunder data yang di kumpulkan dari berbagai sumber, yaitu data yang di

peroleh melalui bukubuku, laporanlaporan periodik, laporan tahunan dan

4
sumbersumber lain yang relevan dengan penelitian ini.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan

menggunakan metode dan teknik sebagai berikut :

1. Penelitian lapangan (field research) yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan

secara langsung di lapangan dengan berbagai metode sebagai berikut :

a. Wawancara (interview) yaitu dengan mengadakan tanya jawab secara

langsung kepada pihak (informan) atau mengenai berbagai hal yang relevan

dengan penelitian ini. Dalam wawancara yang akan peneliti lakukan

dilakukan dengan prosedur yang sesuai dengan penelitian peneliti yaitu

tentang Upaya Pemerintah Daerah Dalam Mengembangkan Pariwisata Di

Kabupaten Buton Tengah (Studi Pada Dinas Pariwisata Di Kabupaten Buton

Tengah). Wawancara dilakukan terhadap informan yang ada dalam penelitian

ini.

b. Pengamatan (observation) yaitu mengamati secara langsung di lapangan

tentang apa yang dilakukan oleh para Informan dalam Upaya Pemerintah

Daerah Dalam Mengembangkan Pariwisata Di Kabupaten Buton Tengah

(Studi Pada Dinas Pariwisata Di Kabupaten Buton Tengah), sehingga akan

didapatkan pengamatan yang jelas tentang hal tersebut.

c. Dokumentasi (documention) yaitu sebuah cara yang dilakukan untuk

menyediakan dokumendokumen dengan mengunakan bukti yang akurat dari

4
pencatatan sumbersumber informasi khusus dari karangan atau tulisan, wasiat,

buku, undangundang dan sebagainya.

d. Penelitian kepustakaan (library research) yakni dengan mempelajari,

mengkaji, dan menganalisis berbagai literatur berupa bukubuku, artikel, hasil

penelitian atau tulisan ilmiah yang ada relevansinya dengan masalah yang

diteliti.

3.6 Teknik Analisis Data

Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2012 : 7), teknik analisis

data kualitatif meliputi tiga alur kegiatan sebagai sesuatu yang terjalin pada saat

sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar untuk

membangun suatu analisis, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa

yang menggunakan model interaktif (interactive models of analysis) yang

dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1992 : 16). Adapun penjelasannya yaitu

sebagai berikut :

A. Pengumpulan data

Data yang muncul dalam wujud katakata dan bukan angka dikumpulkan

melalui berbagai cara seperti observasi, wawancara, inti sari dokumen, pita, rekaman

biasanya diproses melalui pencatatan, pengetikkan, penyuntingan, atau ahlitulis.

B. Reduksi data

Suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,

4
membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data sedemikian rupa hingga

kesimpulankesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Reduksi data atau

proses transformasi ini berlanjut terus sesudah penelitian lapangan sampai laporan

akhir tersusun. Jadi, dalam penelitian Kualitatif, reduksi data tidak perlu

mengartikannya sebagai Kuantitatif. Data Kualitatif dapat disederhanakan dan di

transformasikan dalam aneka macam cara, melalui seleksi ketat, melalui ringkasan

atau uraian singkat, menggolongkan dalam suatu pola yang lebih luas, dan

sebagainya.

C. Penyajian data

Penyajian data merupakan alur kedua yang penting dalam kegiatan analisis

dalam penelitian Kualitatif adalah penyajian data, yaitu sebagai sekumpulan

informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan. Melalui data yang disajikan kita melihat dan akan dapat

memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan berdasarkan atas

pemahaman yang didapat dari penyajianpenyajian tersebut.

D. Penarikan kesimpulan/verifikasi

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara,dan akan

berubah bila tidak ditemukan bukti yang kuat yang mendukung pada tahap

pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesipulan yang dikemukakan pada

tahap awal didukung oleh buktibukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali

kelapangan mengumpulkan data. Maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan

4
kesimpulan yang kredibel.

Berikut ini komponenkomponen analisis data model interaktif menurut

Miles dan Huberman (1992)

Bagan 3.

Teknik Analisis Data Model Interaktif Menurut Miles dan Huberman

Pengumpulan
Data Penyajian
Data

Reduksi Data

Penarikan Kesimpulan/Veri
fikasi

Sumber : Miles dan Huberman (1992)

4
3.7 Definisi Konseptual

1. Definisi Pariwisata

Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai

fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan

pemerintah daerah. Pariwisata adalah keseluruhan kegiatan pemerintah, dunia usaha

dan masyarakat untuk mengatur, mengurus dan melayani kebutuhan wisatawan.

2. Pengembangan Pariwisata

Pengembangan adalah memajukan atau memperbaiki atau meningkatkan

sesuatu yang ada sedangkan pembangunan adalah mengadakan atau membuat sesuatu

yang belum ada. Pengembangan atau pembangunan mempunyai skala nasional,

regional dan lokal. Pengembangan dan pembangunan skala nasional meliputi seluruh

suatu negara dengan tekanan pada perekonomian. Pengembangan dan pembangunan

skala regional meliputi seluruh wilayah dan mempunyai tekanan utama pada

perekonomian dan tekanan kedua pada fisik.

3. Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan pada prinsipnya merupakan cara agar sebuah

kebijakan dapat mencapai tujuannya. Winarno, (2012) menjelaskan bahwa

implementasi kebijakan adalah alat administrasi hukum dimana berbagai aktor,

organisasi, prosedur dan teknik yang bekerja bersamasama untuk menjalankan

kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan.

4
4. Upaya Pengembangan Pariwisata

Upaya dalam KBBI diartikan sebagai usaha, ikhtiar untuk mencapai maksud,

memecahkan persoalan, mencari jalan keluar, dan sebagainya. Sedangkan

pengembangan pariwisata menurut Swarbrooke (dalam Wardhani, 2016) adalah suatu

rangkaian upaya untuk mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan berbagai sumber

daya pariwisata mengintegrasikan segala bentuk aspek di luar pariwisata yang

berkaitan secara langsung maupun tidak langsung akan kelangsungan pengembangan

pariwisata.

5. Faktorfaktor penghambat upaya pengembangan pariwisata

Dalam pengembangan suatu daya tarik wisata tidak terlepas dari kondisi maupun

pihak yang dapat menghambat keberlangsungan pengembangan pariwisata yang ada

disuatu daerah maupun negara. Faktor penghambat adalah hal atau kondisi yang

dapat menghambat atau menggagalkan suatu kegiatan, usaha atau produksi (Wibowo,

2016).

5
DAFTAR PUSTAKA

BUKU
Anshory, 2002. Kegiatan Pembekalan dalam pendirian BMT. Jakarta Pustaka
Indonesia
Griffin dan Ebert. 2009. Modul Lingkungan Pengendalian BPKP. Jakarta. Pustaka
Ilmu
Karyono, 1997. Kepariwisataan Indonesia. Jakarta. Pustaka Obor Indonesia
Maleong, j, Lexy. 2006. Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Miles, B. Mathew dan Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif Buku
Sumber Tentang MetodeMetode Baru. Jakarta: UIP.
Pitana dan Gayatri. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta. Pustaka Ilmu
Pendit, 1999. Ilmu Pariwisata. Jakarta. Pustaka Obor Indonesia
Samuelson 1987. Manajemen Pembangunan Kepariwisataan. Jakarta Pustaka Obor
Indonesia
Siagian. 2002.Kepemimpinan Organisasi dan Perilaku Administrasi. Jakarta:
Penerbit Gunung Agung

Setiadi, 2000. Pengetahuan Kepariwisataan. Bogor. Pustaka Ilmu Nusantara


Soekadijo. 2000. Anatomi pariwisata dan memahami pariwisata. Jakarta. Pt
Gramedia
Trisna, 2014. Strategi Pengembangan Daya Tarik Objek Pariwisata. Jakarta Bumi
Persada
Yulius dan Johara. 1986 Teori Dan Konsep Pengembangan. Jakarta. Bumi Persada
Yoeti. 1996. Perencanaan Dan Pengembangan Pariwisata. Bandung. Pustaka
Nusantara
Wibowo. 2016. Manajemen kinerja. Jakarta: Rajawali Pers.
JOURNAL
Cintania. 2017. Strategi Dinas Pariwisata Dalam Pengembangan Objek Wisata.

5
Journal Indonesia
Hasni. 2021. Strategi Pemerintah Daerah Dalam Pengembangan Pariwisata. Journal
Indonesia
Kusnandar. 2020. Pengembangan Pariwisata oleh Dinas Pariwisata. Journal
Indonesia
DOKUMEN
BPS Buton Tengah dalam angka tahun 2021
PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Undang-
Undang No.10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan

Anda mungkin juga menyukai