MATA KULIAH
DOSEN PENGAMPU
Dr.Ir. TONDOBALA LINDA DEA
ALVIN JANCE TINANGON ST, MT
1.3. Tujuan.......................................................................................................................... 4
4.2. Karakteristik dan Potensi Daya Tarik Wisata (Alam, Budaya, Buatan) ................... 24
Perkembangan industri pariwisata global yang semakin pesat telah mendorong berbagai
negara di dunia untuk berlomba memperoleh devisa dari sektor kepariwisataan. Sejak beberapa
dekade terakhir ini banyak negara mulai melirik sektor pariwisata sebagai sumber penghasil
devisa sehubungan dengan makin melemahnya daya saing komoditas andalan mereka. Di
samping itu, ancaman krisis ekonomi global juga semakin mendorong mereka untuk
memprioritaskan pembangunan sektor pariwisata sebagai upaya pemulihan ekonomi. Dalam
perkembangan selanjutnya, pariwisata telah menjadikan setiap negara saling terhubung dalam
jejaring industri pariwisata internasional, sehingga menjadikan pariwisata sebagai sebuah
bisnis internasional yang memberikan manfaat yang signifikan di berbagai negara (Mill, 2000)
Salah satu langkah penting terkait pengembangan kepariwisataan adalah studi identifikasi
potensi daya tarik wisata. Hal ini menjadi penting karena perjalanan wisata ke suatu tempat
pada dasarnya dipengaruhi oleh ketertarikan wisatawan terhadap sesuatu yang disebut daya
tarik atau atraksi wisata. Identifikasi daya tarik wisata merupakan langkah awal dari sebuah
rencana pengembangan daya tarik wisata yang dilakukan melalui studi berdasarkan kaidah-
kaidah ilmiah yang bertujuan untuk memahami jenis-jenis dan karakteristik potensi daya tarik
wisata secara lebih luas dan mendalam pada lokasi studi yakni Kecamatan Tomohon Timur.
Kecamatan Tomohon Timur merupakan salah satu kecamatan yang terletak di Kota
Tomohon, Provinsi Sulawesi Utara. Kota ini berjarak 25 km ke arah selatan dari Kota Manado,
ibu kota Provinsi Sulawesi Utara dengan ketinggian sekitar 800 m dari permukaan laut. Secara
umum daerah ini merupakan daerah dengan dataran yang tinggi, sehingga banyak sekali
potensi pariwisata yang sangat menarik untuk dikunjungi di Kota Tomohon ini.
Salah satu potensi pariwisata yang di miliki Kota Tomohon adalah kawasan agropolitan
di Kecamatan Tomohon Timur yang mana seriring berjalannya waktu mulai juga
dikembangkan sebagai kawasan agrowisata. Agrowisata (agro tourism) merupakan rangkaian
kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi pertanian sebagai objek wisata, baik potensi
berupa pemandangan alam kawasan pertaniannya maupun kekhasan dan keanekaragaman
aktivitas produksi dan teknologi pertaniannya serta budaya masyarakat pertaniannya. Kegiatan
agrowisata bertujuan untuk memperluas wawasan pengetahuan, pengalaman rekreasi dan
hubungan usaha di bidang pertanian.
Kawasan agrowisata Kecamatan Tomohon Timur ini lebih tepatnya terletak di Kelurahan
Rurukan dan Rurukan Satu. Kawasan ini dikelola sendiri oleh penduduk setempat secara
tradisional. Namun ternyata dengan potensi agrowisata yang sangat tinggi ini, umumnya belum
sepenuhnya dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal. Dapat dilihat dari masih belum
tersedianya fasilitas penunjang tempat wisata serta kondisi prasarana dan sarana yang tidak
terawat dengan baik.
Oleh karena itu mengacu pada hal diatas tujuan melaksanakan studi ini adalah untuk
mengidentifikasi karakteristik dan potensi daya tarik wisata di Kawasan Agrowisata
Kecamatan Tomohon Timur Kota Tomohon, serta untuk menetapkan konsep dan strategi
pengembangan kawasan wisata di Kecamatan Tomohon Timur, Kota Tomohon agar nantinya
bisa menjadi masukan kepada pihak- pihak yang bersangkutan.
1.3. Tujuan
Ruang lingkup wilayah studi ialah Kecamatan Tomohon Timur, Kota Tomohon,
Sulawesi Utara lebih khususnya pada kelurahan yang memiliki potensi agrowisata seperti:
Kelurahan Rururkan dan Kelurahan Rurukan Satu
BAB II
KAJIAN LITERATUR
Didalam Undang- undang Nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang “Wilayah
adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur yang terkait
kepadanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasakan aspek administratif dan atau
aspek fungsional”.
Pengembangan wilayah merupakan upaya pengembangan pada suatu wilayah untuk
mencapai kesejahteraan masyarakat dengan memanfaatkankan berbagai sumber daya alam,
sumber daya manusia, sumber daya kelembagaan, sumber daya teknologi dan prasarana
fisik secara efektif, optimal dan berkelanjutan (Eta & Santoso, 2014).
Pengembangan wilayah adalah kombinasi antara pendayahgunaan potensi manusia
untuk mengelola sumberdaya alam yang terdapat dalam wilayahnya. Jadi dapat diartikan
pengembangan wilayah adalah suatu usaha untuk mengeksplorasi suatu sumber energi
tertentu yang dari hasil-hasilnya boleh diharapkan akan dapat menunjang usaha
peningkatan kesejahteraan rakyat (Nugraha, 2012).
Prinsip-prinsip dasar dalam pengembangan wilayah adalah: sebagai growth center,
pengembangan wilayah tidak hanya bersifat internal wilayah, namun harus diperhatikan
sebaran atau pengaruh (spread effect) pertumbuhan yang ditimbulkan bagi wilayah
sekitarnya; pengembangan wilayah memerlukan upaya kerjasama pengembangan antar
daerah dan menjadi persyaratan utama bagi keberhasilan pengembangan wilayah; Pola
pengembangan wilayah bersifat integral; Dalam pemetaan strategi development region,
satu wilayah pengembangan diharapkan mempunyai unsur-unsur strategi antara lain berupa
sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan infrastruktur yang saling berkaitan dan
melengkapi sehingga dapat dikembangkan secara optimal dengan memperhatikan sifat
sinergisme diantaranya (Direktorat Pengembangan Wilayah dan Transmigrasi, 2003).
Pengembangan wilayah dapat dirumuskan sebagai rangkaian upaya untuk mewujudkan
keterpaduan dalam penggunaan berbagai sumberdaya, merekatkan dalam penggunaan
berbagai sumber daya, merekatkan dan menyeimbangkan pembangunan nasional dan
kesatuan nasional, meningkatkan keserasian antar kawasan, keterpaduan antar sector
pembangunan melaui proses penataan ruang dalam rangka pencapaian tujuan
pembangunan yang berkelanjutan dalam wadah NKRI (Hariyanto & Tukidi, 2007).
2.2. Pariwisata
1. Pengertian Pariwisata
Istilah pariwisata erat hubungannya dengan pengertian perjalanan wisata, yaitu
sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang di luar tempat tinggalnya
karena suatu alasan bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan upah. Dalam
arti luas, pariwisata bias dikatakan sebagai kegiatan rekreasi di luar tempat tinggal
untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain (Jahid, 2014: 9).
Defenisi pariwisata memang tidak dapat sama persis diantara para ahli. Berikut ini
adalah beberapa pengertian pariwisata:
a) Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah,
dan pemerintah daerah (UU No 10 Tahun 2009 tentang kepariwistaan).
b) Pariwisata adalah suatu keseluruhan elemen-elemen terkait yang didalamnya
terdiri dari wisatawan, daerah tujuan wisata, perjalanan, industri dan lain
sebagainya yang merupakan kegiatan pariwisata (Devi & R.B, 2017).
c) Pariwisata adalah seluruh kegiatan yang berhubungan dengan gerakan manusia
yang melakukan perjalanan atau persinggahan sementara dari tempat tinggalnya
ke luar lingkungan tempat tinggalnya yang didorong oleh beberapa keperluan
atau motif tanpa bermaksdu mencari nafkah tetap (Dr. Musawar M. Ag & Drs,
Muktamar, M.H, 2019)
2. Jenis Pariwisata
Muljadi & Andri (2014), mengatakan bahwa batasan pariwisata sangat luas dan
sesuai dengan maksud berwisata atau kegiatan yang dilakukan oleh wisatawan, maka
pariwisata dikategorikan menjadi:
a) Wisata Budaya; berkaitan dengan ritual budaya yang sudah menjadi tradisi,
misalnya: mudik lebaran setahun sekali. Atau ada peristiwa budaya yang digelar
pada saat-saat tertentu.
b) Wisata Belanja; dilakukan karena kekhasan barang yang ditawarkan atau bagian
dari jenis pariwisata lain.
c) Wisata Petualangan; dilakukan lebih kea rah olahraga yang sifatnya menantang
kekuatan fisik dan mental para wisatawan. Termasuk dalam jenis wisata
petualangan adalah kegiatan pelatihan (kepemimpinan) di alam terbuka dengan
berbagai atraksi yang menantang dan kadang-kadang mengundang resiko. Terbang
laying, arung jeram, panjat tebing, terjun gantung (buggy jump), menyelam adalah
contoh wisata petualangan.
3. Dampak Pariwisata Suwardjoko (2007), mengatakan bahwa dampak pariwisata antara
lain:
a. Dampak dalam bidang ekonomi
o Dampak Positif
1) Peningkatan arus barang (ekspor-impor).
2) Perluasan hubungan ekonomi antarnegara dan/atau antar daerah.
3) Pertumbuhan ekonomi local.
4) Perluasan peluang kerja.
5) Peningkatan peran industry kecil dan industry rumahan.
6) Percepatan arus peredaran modal.
o Dampak Negatif
1) Ketergantungan pada pasokan barang tertentu dari luar.
2) Masyarakat setempat tersisihkan dalam percaturan ekonomi.
3) Produk setempat tidak mampu turut berperan dalam kepariwisataan.
b. Dampak dalam bidang social dan budaya
o Dampak Positif
1) Peningkatan hubungan budaya antar bangsa.
2) Perubahan pola pikir ke arah modern (rasional).
3) Perubahan citra kedaerahan yang sempit.
o Dampak Negatif
1) Rusaknya tata nilai dan norma budaya bangsa.
2) Menurunnya kepribadian nasional (budaya nasional dianggap sudah
ketinggalan zaman).
3) Meningkatnya gaya pergaulan bebas yang melanggar normanorma agama
dan budaya setempat.
c. Dampak dalam bidang ruang dan wilayah
o Dampak Positif
1) Penyebaran pembangunan ke berbagai wilayah potensial
2) Percepatan pembangunan (fisik) daerah dengan memanfaatkan modal
swasta dan/atau luar negeri.
3) Pemanfaatan daerah tidak produktif dengan memasukkan elemen wisata.
o Dampak Negatif
1) Ancaman terhadap kelestarian lingkungan alam.
2) Pencurian plasma nutfah
3) Kerusakan situs sejarah.
4) Pembangunan tak terkendali (pemerintah kehilangan kendali atas
pembangunan)
2.3. Agrowisata
1. Pengertian Agrowisata
Adnyani, dkk (2015) mengatakan bahwa agrowisata sebagai salah satu alternatif
pariwisata berkelanjutan merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan
usaha pertanian (agro) sebagai wisata yang bertujuan untuk memperluas pengetahuan,
pengalaman, rekreasi dan usaha di bidang pertanian pengembangan agrotourism yang
memanfaatkan lahan berdasarkan budaya lokal ini diharapkan dapat meningkatkan
pendapatan petani serta untuk cadangan sumberdaya tanah, serta memelihara budaya
lokal serta teknologi lokal (pengetahuan masyarakat adat) yang pada umumnya sesuai
dengan kondisi alam lingkungan (Dept. pertanian, 2005). Wijayanti, dkk (2015)
mengatakan bahwa dalam era otonomi daerah, Agrowisata dapat dikembangkan oleh
masing-masing daerah, dengan menyajikan atraksi Agrowisata khas sesuai dengan
budaya dan kondisi daerah. Meningkatnya pertumbuhan Agrowisata di daerah ini
membuat Agrowisata daerah menghadapi persaingan yang tinggi
Agrowisata juga merupakan sebuah bisnis pariwisata, tetapi dia berbeda dengan bisnis
pariwsata lainnya karena basis pngembangannya pada pertanian dan gaya hidup
perdesaan (Budiasa, 2015).
Agrowisata didefenisikan sebagai sebuah rangkaian kegiatan wisata dengan
memanfaatkan potensi pertanian sebagai objek wisata, baik berupa panorama alam
kawasan pertaniannya maupun keunikan dan keanekaragaman aktivitas produksi dan
teknologi pertaniannya serta budaya masyarakat pertaniannya (Palit dkk, 2017).
Keberadaan objek wisata dalam suatu daerah terutama agrowisata tidak terlepas dari
kunjungan wisatawan yang tertarik untuk mengunjungi kawasan tersebut. Wisatawan
merupakan orang yang terlibat secara langsung dalam kegiatan wisata dan biasanya
disebut sebagai pengguna jasa wisata (Ardiansari dkk, 2015).
Fachruddin (1999), mengatakan bahwa Agrowisata secara umum merupakan wisata
yang memanfaatkan objek-objek pertanian yang memiliki ruang lingkup dan potensi
yang dapat dikembangkan sebagai berikut.
o Kebun raya, objek wisata berupa kebun raya memiliki kekayaan tanaman-
tanaman yang berasal dari berbagai spesies. Daya tarik yang dapat ditawarkan
kepada wisatawan mencakup kekayaan flora yang ada, keindahan pemandangan
di dalamnya, dan kesegaran udaranya.
o Perkebunan, meliputi perkebunan tanaman keras dan tanaman lainnya yang
dilakukan oleh perkebunan besar. Berbagai kegiatan objek wisata perkebunan
dapat berupa pra produksi (pembibitaan), produksi, dan pasca- produksi
(pengolahan dan pemasaran). Daya tarik perkebunan sebagai sumber daya
wisata antara lain, (1) daya tarik historis dari perkebunan yang sudah
diusahakan sejak lama; (2) lokasi beberapa wilayah perkebunan terletak di
pegunungan, yang memberikan pemandangan indah, serta berhawa segar; (3)
cara-cara tradisional dalam pola tanaman. Pemeliharaan pengelolaan, dan
prosesnya; (4) perkebunan tehnik pengolaan yang ada.
o Tanaman pangan dan holtikultura meliputi usaha tanaman padi dan palawija,
serta holtikultura, yakni bunga, buah, sayur, dan tanaman obatobatan (jamu-
jamuan). Berbagai Proses kegiatan mulai dari prapanen dan pascapanen berupa
hasil, sampai kegiatan pemasarannya dapat dijadikan objek kegiatan agrowisata.
o Perikanan meliputi kegiatan budi daya perikanan sampai proses pasca panen.
Daya tarik perikanan sebagai sumber daya wisata diantaranya adalah pola
tradisional dalam perikanan, serta kegiatan-kegiatan lain seperi memancing
ikan. Peternakan, meliputi pola beternak, serta budi daya hewan ternak.
2. Pengembangan Agrowisata
Pengembangan adalah memajukan dan memperbaiki, atau meningkatkan sesuatu
yang telah ada. Undang-undang no 9 Tahun 1990, tentang kepariwisataan menyatakan
tujuan suatu pengembangan pariwisata sebagai berikut:
a. Memperkenalkan, mendayahgunakan, melestarikan, dan meningkatkan mutu
ojek dan daya tarik wisata
b. Memupuk rasa cinta tanah air dan meningkatkan persahabatan antar bangsa
c. Memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan memperluas lapangan
kerja
d. Mendorong pendayahguanaan produk nasional
Yoeti (1997), mengatakan bahwa pengembangan pariwisata pada suatu daerah
tujuan wisata memiliki 3 tujuan, yaitu sebagai berikut
a. Pembangunan perekonomian daerah tersebut, dalam arti pengembangan
kepariwisataan pada suatu daerah tujuan wisata selalu akan diperhitungkan
dengan keuntungan dan manfaat bagi rakyat banyak.
b. Pengembangan pariwisata juga bersifat non ekonomis. Dengan majunya
pembangunan dan pengembangan pariwisata disuatu daerah tujuan wisata,
maka hasrat dan keinginan masyarakat setempat untuk memelihara semua asset
wisata yang ada di daerah itu akan semakin meningkat. Dengan demikian
suasana yang nyaman, bersih, dana man serta lingkungan yang terpelihara akan
memberikan kesenanagan dan kepuasan bagi wisatawan yang datang
mengunjungi daerah itu.
c. Pengembangan pariwisata pada suatu daerah wisata juga bertujuan untuk
menghilangkan kepicikan berfikir, mengurangi salah pengertian, mengenal
sikap dan budaya orang lain (wisatawan). Dengan kata lain, adanya interaksi
antara masyarakat setempat dengan para wisatawan akan membuka mata
masyarakat sekitarnya dalam banyak hal.
Pengembangan agrowisata dapat diarahkan dalam bentuk ruangan tertutup (seperti
museum), ruangan terbuka (taman atau lanskap), atau kombinasi antara keduanya.
Tampilan agrowisata ruangan tertutup dapat berupa koleksi alat-alat pertanian yang
khas dan bernilai sejarah atau naskah dan visualisasi sejarah penggunaan lahan maupun
proses pengolahan pertanian. Agrowisata ruang terbuka dapat berupa penataan lahan
yang khas dan sesuai dengan kapanilitas dan tipologi lahan untuk mendukung suatu
system usahatani yang efektif dan berkelanjutan. Komponen utama usaha tani yang
efektif dan berkelanjutan. Komponen utama pengembangan agrowisata ruangan
terbuka dapat berupa flora dan fauna yang dibudidayakan maupun liar, teknologi budi
daya dan pascapanen komoditas pertanian yang khas dan bernilai sejarah, atraksi
budaya pertanian setempat dan pemandangan alam berlatarbelakang pertanian dengan
kenyamanan yang dapat dirasakan. Agrowisata ruangan terbuka dapat dilakukan dalam
dua versi/pola, yaitu alami dan buatan (Anshar, 2014).
3. Upaya Pengembangan Agrowisata
Suwardjoko (2007), mengatakan bahwa upaya pengembangan agrowisata secara
garis besar mencakup aspek-aspek sebagai berikut:
a. Sumberdaya Manusia
Sumberdaya manusia mulai dari pengelola sampai kepada masyarakat berperan
penting dalam keberhasilan pengembangan Agrowisata. Kemampuan pengelola
agrowisata dalam menetapkan target sasaran dan menyediakan paket-paket wisata
serta promosi yang terus menerus sesuai dengan potensi yang dimiliki sangat
menentukan keberhasilan dalam mendatangkan wisatawan. Dalam hal ini
keberadaan/peran pemandu wisata dinilai sangat penting. Kemampuan pemandu
wisata yang memiliki ilmu dan keterampilan menjual produk wisata sangat
menentukan. Pengetahuan pemandu wisata seringkali tidak hanya terbatas kepada
produk dari obyek wisata yang dijual tetapi juga pengetahuan umum terutama hal-
hal yang lebih mendalam berkaitan dengan produk wisata tersebut. Ketersediaan
dan upaya penyiapan tenaga pemandu agrowisata saat ini dinilai masih terbatas.
Pada jenjang pendidikan formal seperti pendidikan pariwisata, mata ajaran
agrowisata dinilai belum memadai sesuai dengan potensi agrowisata di Indonesia.
Sebaliknya pada pendidikan pertanian, mata ajaran kepariwisataan juga praktis
belum diajarkan. Untuk mengatasi kesenjangan tersebut pemandu agrowisata dapat
dibina dari pensiuanan dana tau tenaga yang masih produktif dengan latar belakang
pendidikan pertanian atau pariwisata dengan tambahan kursus singkat pada bidang
yang belum dikuasainya.
b. Promosi
Kegiatan promosi merupakan kunci dalam mendorong kegiatan agrowisata.
Informasi dan peran promosi dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti melalui
leaflet, booklet, pameran, cinderamata, mass media (dalam bentuk iklan atau media
audiovisual), serta penyediaan informasi pada tempat public (hotel, restoran,
bandara dan lainnya). Dalam kaitan ini kerjasama antara objek agrowisata dengan
biro perjalanan, perhotelan, dan jasa angkutan sangat berperan. Salah satu metoda
promosi yang dinilai efektif dalam mempromosikan objek agrowisata adalah
metoda “tasting” yaitu memberi kesempatan kepada calon konsumen/wisatawan
untuk datang dan menetukan pilihan konsumsi dan menimati produk tanpa
pengawasan berlebihan sehingga wisatawan merasa betah. Kesan yang dialami
promosi ini akan menciptakan promosi tahap kedua dan berantai dengan sendirinya.
c. Sumberdaya alam dan lingkungan
Sebagai bagian dari usaha pertanian, usaha agrowisata sangat mengandalkan
alam dan lingkungan tersebut mencakup sumber daya objek wisata yang dijual serta
lingkungan sekitar termasuk masyarakat. Untuk itu upaya mempertahankan
kelestarian dan keasrian sumberdaya alam dan lingkungan yang dijual sangat
menentukan keberlanjutan usaha agrowisata. Kondisi lingkungan masyarakat
sekitar sangat menentukan minat wisatawan untuk berkunjung. Sebaik apapun
objek wisata yang ditawarkan namun apabila berada ditengah masyarakat tidak
menerima kehadirannya akan menyulitkan dalam pemasaran objek wisata. Antara
usaha agrowisata dengan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan terdapat
hubungan timbal balik yang saling menguntungkan. Usaha agrowisata
berkelanjutan membutuhkan sumberdaya alam lingkungan yang lestari, sebaliknya
dari usaha bisnis yang dihasilkannya dapat diciptakan sumberdaya alam dan
lingkungan yang lestari.
d. Usaha agrowisata bersifat jangka panjang dan hampir tidak mungkin sebagai usaha
jangka pendek, untuk itu segala usaha perlu dilakukan dalam perspektif jangka
panjang. Sekali konsumen/wisatawan mendapatkan kesan buruknya kondisi
sumberdaya wisata dan lingkungannya. Dapat dikemukakan bahwa agrowisata
merupakan usaha agribisnis yang membutuhkan keharmonisan semua aspek.
e. Dukungan sarana dan prasarana
Kehadiran konsumen/wisatawan juga ditentukan oleh kemudahankemudahan
yang diciptakan, mulai dari pelayanan yang baik, kemudian akomodasi dan
transportasi sampai kepada kesadaran masyarakat sekitarnya upaya menghilangkan
hal-hal yang bersifat formal, kaku dan menciptakan suasana santai serta kesan
bersih merupakan aspek penting yang perlu diciptakan.
f. Kelembagaan
Pengembangan agrowisata memerlukan dukungan semua pihak pemerintah,
swasta terutama pengusaha agrowisata lembaga yang terkait seperti perjalanan
wisata, perhotelan dan lainnya, perguruan tinggi serta masyarakat. Pemerintah
bertindak sebagai fasilitator dalam mendukung berkembangnya agrowisata dalam
bentuk kemudahan perijinan dan lainnya. Intervensi pemerintah terbatas kepada
pengaturan agar tidak terjadi iklim usaha yang saling mematikan. Untuk itu
kerjasama baik antara pengusaha objek agrowisata, maupun antara objek
agrowisata dengan lembaga pendukung (perjalanan wisata, perhotelan dan lainnya)
sangat penting. Terobosan kegiatan bersama dalam rangka lebih mengembangkan
usaha agro diperlukan.
Sastrayuda (2015), mengatakan bahwa beberapa daya tarik perkebunan sebagai
obyek wisata adalah: pertama, daya tarik historis bagi wisatawan yang berkaitan dengan
unsur nostalgia seperti wisatawan belanda, inggris yang sejak dulu memiliki lahan
perkebunan yang sangat luas di Indonesia. Kedua, pemandangan alam yang indah dan
berhawa sejuk. Ketiga, cara tradisional dalam penanaman, pemeliharaan dan
pengelolaan. Keempat, jenis tanaman langka (agro foresty) untuk menciptakan
agrowisata perkebunan ini.
4. Manfaat Agrowisata
Pengembangan aktivitas agrowisata secara langsung dan tidak langsung akan
meningkatkan persepsi positif petani serta masyarakat akan arti pentingnya pelestarian
sumberdaya lahan pertanian. Selain itu pengembangan agrowisata dapat melestarikan
kearifan dan teknologi lokal, dan meningkatkan pendapatan petani atau masyarakat di
sekitar agrowisata. Pengembangan agrowisata akan menciptakan lapangan pekerjaan
dan meningkatkan pendapatan serta meningkatkan kesejahteraan petani. Agrowisata
juga merupakan salah satu wahana yang efektif dalam rangka promosi produk-produk
pertanian dan budaya Nusantara (Ardiansari dkk, 2015).
Fachruddin & Tirtawinata (1999), mengatakan bahwa bilamana agrowisata dikelola
secaraprofesional agrowisata dapat memberikan manfaat cukup luas terhadap:
o Meningkatkan konservasi lingkungan pengembangan dan pengelolaan
agrowisata yang obyeknya benar-benar menyatu dengan lingkungan alamnya
harus memperhatikan kelestarian lingkungan, jangan sampai pembuatan atau
pengembangannya merugikan lingkungan
o Meningkatkan nilai estetika dan keindahan alam Lingkungan alam yang indah,
panorama yang memberikan kenyamanan dan tertata rapi akan memberikan
nuansa alami yang membuat terpesona orang yang melihatnya.
o Memberikan nilai rekreasi Wisata tidak dapat dipisahkan keberadaannya
sebagai sarana rekreasi. Kegiatan rekreasi di tengah-tengah pertanian yang luas
akan memberikan kenikmatan tersendiri. Sebagai tempat rekreasi, pengelola
agrowisata dapat mengembangkan fasilitas lainnya yang dapat menunjang
kebutuhan para wisatawan seperti restaurant, tempat penjual hasil buah-buahan,
bunga, makanan dan lain-lain. Dengan menyediakan fasilitas penunjang, maka
keberadaan agrowisata akan senantiasa berorientasi kepada pelayanan terbaik
bagi pengunjung, disamping itu sebagai perpaduan kegiatan rekreasi dengan
pemanfaatan hasil pertanian, maka dapat dikembangkan nilai ekonomis
agrowisata dengan cara menjual hasil pertanian holtikultura kepada pengunjung
dengan berbagai cara, cara memetik buah atau jenis lainnya memiliki nilai
rekreatif yan tinggi dan sekaligus memiliki nilai pendidikan bagi para
pengunjung.
o Mengembangkan ekonomi masyarakat Agrowisata yang dibina secara baik
dengan memperhatikan dan mendasarkan kepada kemampuan masyarakat, akan
memberikan dampak bagi peningkatan ekonomi masyarakat, dalam bentuk
pendapatan masyarakat, kesempatan kerja, kesempatan berusaha. Beberapa
keuntungan ekonomi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.) Peningkatan pendapatan masyarakat yang dihasilkan melalui berbagai
kegiatan penjualan dari hasil cocok tanam yang dijual secra langsung
kepada pengunjung maupun hasil yang dijual untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat umum, di pasar tradisional dan supermarket
b.) Membuka kesempatan berusaha
Keanekaragaman jenis agrowisata telah mengembangkan lahan yang
diperuntukkan bagi kegiatan bercocok tanam masyarakat. Berbagai jenis
komoditi bagi wisatawan disediakan masyarakat pada lahanlahan yang
memiliki latar belakang keindahan, kesejukan, kenyaman sehingga para
pengunjung dapat melakukan rekreasi di lokasi-lokasi yang dipersiapkan
untuk agrowisata. Dengan berkembangnya jumlah wisatawan /pengunjung
ke lokasi agrowisata akan memberikan pengaruh efek ganda dalam
mengembangkan usaha masyarakat baik dalam bentuk hasil komoditi
pertanian, maupun makanan olahan yang dihasilkan oleh hasil pertanian,
perikanan maupun peternakan, seperti dodol nanas dll. Efek ganda dengan
tumbuh kembangnya agrowisata memungkinkan dapat mendorong
kesempatan berusaha masyarakat yang pada giliranya dapat mendongkrak
factor kemiskinan yang pada saat ini menjadi permasalahan bagi bangsa
Indonesia.
c.) Mengembangkan lama tinggal dan belanja wisatawan
Salah satu keberhasilan pengembangan kepariwisataan adalah bagaimana
para pelaku kepariwisataan dapat meningkatkan lama tinggal wisatawan dan
belanja wisatawan. Lama tinggal wisatawan dapat meningkat, bilamana di
satu daerah tujuan wisata dapat ditingkatkan berbagai atraksi baik kesenian,
kegiatan wisata yang menarik lainnya
d.) Daya dukung promosi
Banyak Negara menjadi terkenal oleh karena hasil komoditi pertanian yang
menyebar luas ke berbagai Negara dan dikonsumsi oleh masyarakat, seperti
Thailand, New Zealand, Francis, dan lain-lain. Negara-negara tersebut
terkenal disebabkan salah satunya melalui keanekaragaman hasil komoditi
pertanian
e.) Meningkatkan produksi dan kualitas
Peningkatan hasil produksi pertanian merupakan acuan dasar bagi tumbuh
berkembangnya sector pertanian dan sejenisnya. Pengelolaan agrowisata
dengan baik, setidaknya akan berpengaruh terhadap peningkatan produksi
masing-masing yang diusahakan. Disamping itu kualitas dari komoditas
yang diusahakan yang dihasilkan oleh pengelola agrowisata, sangat selektif
dan menjadi perhatian pengelola. Segala sesuatu yang disajikan harus
memiliki kualitas, mengingat para wisatawan yang membeli hasil pertanian
dan sejenisnya akan mengkonsumsi dan membeli langsung, dengan
demikian hanya hasil pertanian yang berkualitas yang dapat menjadi daya
tarik untuk dibeli dan dikonsumsi (Sastrayuda, 2015)
BAB III
METODOLOGI
Analisis Deskriptif
Metode Analisis ini merupakan metode yang bersifat deskriptif kualitatif yang
dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian dengan menggambarkan atau menguraikan
secara jelas apa yang ada dilapangan.
Analisis SWOT
Metode analisis ini merupakan instrumen untuk melakukan analisis strategis.
Menurut Robert Simbolon, (1999), analisis SWOT merupakan suatu alat yang efektif
dalam membantu menstrukturkan masalah, terutama dengan melakukan analisis alas
lingkungan strategis, yang lazim disebut sebagai lingkungan internal dan lingkungan
eksternal.
Dalam lingkungan internal dan eksternal pada dasarnya terdapat empat unsur yang
selalu dimiliki dan dihadapi, yaitu secara internal sejumlah Kekuatan (strengths) atau
sumberdaya, keterampilan atau keunggulan lain yang relative terhadap pesaing yang
berasal dari dalam dan kelemahan-kelemahan (weaknesses) atau keterbatasan /
kekurangan dalam sumberdaya,keterampilan dan kemampuan yang secara serius
menghalangi kinelja efektif suatu sistem, dan secara ekstemal akan berhadapan dengan
berbagai Peluang (opportunities) atau situasi / kecenderungan utama yang
menguntungkan berasal dari luar, dan ancaman - ancaman (threats) situasi /
kecenderungan utama yang tidak menguntungkan berasal dari luar.
Faktor - faktor strategis internal dan ekstemal diberi bobot dan nilai (rating)
berdasarkan pertimbangan professional (Professional Juggment). Pertimbangan
professional adalah pertimbangan berdasarkan kelebihan, kompeten dengan sesuatu
yang dipertimbangkannya (R. Simbolon,1999). Dalam melakukan pertimbangan
profesional pada analisis faktor strategis internal dan eksternal memiliki pembatas.
Pembobotan pada lingkungan internal tingkat kepentingannya didasarkan pada
besamya pengaruh faktor strategis terhadap posisi strategisnya, sedangkan pada
lingkungan ekstemal didasarkan pada kemungkinan memberikan dampak terhadap
faktor strategisnya (Freddy Rangkuti` 2001:22 - 24).
BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN
Lokasi studi terletak di Kota Tomohon yang merupakan salah satu kota di Provinsi
Sulawesi Utara, Indonesia. Secara astronomis Kota Tomohon terletak pada 01 18’ 51” Lintang
Utara dan 124 49’ 40” Bujur Timur. Sedangkan berdasarkan posisi geografisnya Kota
Tomohon seluruhnya dibatasi oleh Kabupaten Minahasa. Kota Tomohon terdiri dari 5
Kecamatan yaitu: Kecamatan Tomohon Selatan, Kecamatan Tomohon Tengah, Kecamatan
Tomohon Timur, Kecamatan Tomohon Barat, Kecamatan Tomohon Utara. Dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.
Sebagaimana tujuan studi, lokasi studi ini hanya difokuskan pada Kecamatan Tomohon
Timur khususnya Kelurahan Rurukan dan Kelurahan Rurukan Satu. Kecamatan Tomohon
Timur adalah salah satu Kecamatan di Kota Tomohon, berjarak sekitar 35 km dari Kota
Manado, ibukota Propinsi Sulawesi Utara.) Berdasarkan letak geografisnya, Kecamatan
Tomohon Timur terletak pada 10 .19’–1 0 .28’ Lintang Utara dan 1 0 .19’28”– 1240 .55’30”
Bujur Timur. Sedangkan Berdasarkan posisi geografisnya, Kecamatan Tomohon Timur
berbatasan dengan:
- Sebelah Utara – Kecamatan Tomohon Tengah;
- Selatan – Tomohon Tengah;
- Barat – Kecamatan Tomohon Tengah;
- Timur – Kabupaten Minahasa.
Kecamatan Tomohon Timur terdiri dari 5 kelurahan, yaitu: Kelurahan Paslaten Dua,
Kelurahan Paslaten Satu, Kelurahan Rurukan, Kelurahan Rurukan Satu, Kelurahan
Kumelembuai dapat dilihat pada peta dibawah ini.
Lebih detail mengenai fokus lokasi studi, dapat dilihat pada gambar berikut ini yakni peta
lokasi studi yang hanya menampilkan Kelurahan Rurukan dan Kelurahan Rurukan Satu.
Gambar: Peta Lokasi Studi
Sumber: Jurnal Spasial
Selain itu, terdapat pula hamparan kebun pertanian yang dikelola oleh masyarakat
setempat secara tradisional di Kelurahan Rurukan dan Rurukan Satu. Lokasi pertanian
terletak di antara lereng-lereng bukit yang dibuat bedengan yang rapi dan ditanami dengan
berbagai jensi tanaman hortikultura (sayur-sayuran). Daerah ini juga memiliki
pemandangan yang indah serta udaranya yang sejuk yang kira- kira suhu udara rata-rata
tiap bulan yakni sekitar 18 ºC – 30 ºC dengan kelembaban udara rata-rata tiap bulan sekitar
89,3 %.
Luas wilayah keseluruhan Kecamatan Tomohon timur ialah 14,02 Km2. Kelurahan
terluas dan terkecil di Kecamatan Tomohon Timur terletak pada lokasi studi. Dimana
Kelurahan Rurukan menjadi yang terluas yakni 3,50 Km2, sedangkan Kelurahan Rurukan
Satu menjadi yang terkecil yakni 1,55 Km2. Jadi, keseluruhan luas lahan lokasi studi
Kawasan Rurukan ini yakni 4,65 km2. Untuk selengkapnya dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel: Luas Lahan Tomohon Timur
Kelurahan Luas (km2) Persentase
Paslaten Dua 2,83 20,21
Paslaten satu 2,96 20,93
Rurukan 3,50 24,75
Rurukan satu 1,15 10,96
Kumelembuai 3,30 23,34
Tomohon 14,14 100,08
Timur
Sumber: Kecamatan Tomohon Timur Dalam Angka 2020
Dengan luas lahan yang cukup besar ini, tentunya tidak akan efektif penggunaannya
apabila jumlah penduduknya tidak sebanding dengan luas lahan yang ada sehingga terjadi
kepadatan penduduk pada kawasan tersebut. Dimana dengan terjadinya kondisi tersebut
banyak sekali dampak buruk yang akan dialami yang tentunya akan berpengaruh dalam
melakukan pengembangan diberbagai aspek termasuk juga kepariwisataan. Untuk
Kelurahan Rurukan dengan luas lahan terluas yakni 3,50 Km2 memiliki jumlah penduduk
yakni 1.808 jiwa yang mana ketika dilakukan perhitungan tingkat kepadatan penduduk
kelurahan ini termasuk pada tingkat kepadatan rendah (tidak padat). Sedangkan untuk
Kelurahan Rurukan Satu yang luasnya terkecil di Kecamatan Tomohon Timur yakni 1,55
Km2 memiliki jumlah penduduk yakni 1.236 jiwa. Dan setelah dilakukan perhitungan
tingkat kepadatan penduduk, kelurahan ini ternyata temasuk pada tingkat kepadatan sedang
(padat). Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan peta kepadatan dibawah ini.
Bedasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa Kelurahan Rurukan dan Rurukan Satu
mengalami kenaikan dan penurunan jumlah penduduk namun jumlahnya cenderung tidak
begitu signifikan. Untuk memperjelasnya, ditampilkanlah grafik dibawah ini dan terlihatlah
grafik tersebut seperti tidak ada perubahan bentuk karena ketiganya terlihat sejajar.
Perkembangan Jumlah Penduduk
1.808
2.000 1.239
jumlah penduduk
1.000 1.808
1.829 1.260 1.218
0
Rurukan Rurukan Satu
kelurahan
Dengan jumlah penduduk tahun 2018 di kawasan rurukan yang sebanyak 3.044 jiwa
terdapat kurang lebih 880 kepala keluarga yang memiliki pekerjaan. Dapat dilihat pada
tabel dibawah ini, untuk jenis mata pencaharian yang mendominasi di Kelurahan Rurukan
Dan Rurukan Satu adalah petani sebanyak 328 dan buruh sebanyak 357. Hal tersebut
membuktikan bahwa penduduk setempat memanfaatkan kondisi kawasan agropolitan
mereka dengan baik dengan mengolah lahan pertanian dan perkebunan dengan baik
sehingga terlihat indah dan memikat wisatawan untuk datang berkunjung.
4.2. Karakteristik dan Potensi Daya Tarik Wisata (Alam, Budaya, Buatan)
Potensi wisata menurut mariotti dalam Yoeti (1983) adalah segala sesuatu yang terdapat
di daerah tujuan wisata, dan merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang
berkunjung ketempat tersebut. Pengembangan kawasan wisata merupakan alternative yang
di harapkan mampu mendorong baik potensi ekonomi maupun upaya pelestarian. Potensi
daya tarik wisata terbagi atas 3 yakni alam, budaya, dan buatan.
Pertama, secara garis besar jenis-jenis daya tarik wisata alam dapat dibedakan atas (1)
daya tarik wisata alam yang berbasis potensi keanekaragaman dan keunikan lingkungan
alam di wilayah perairan laut; dan (2) daya tarik wisata alam yang berbasis potensi
keanekaragaman dan keunikan lingkungan alam di wilayah daratan. Kedua, Daya Tarik
Wisata budaya adalah daya tarik wisata berupa hasil olah cipta, rasa dan karsa manusia
sebagai makhluk budaya. Daya tarik wisata budaya dapat dibedakan atas daya tarik yang
bersifat berwujud (tangible) dan tidak berwujud (intangible). Ketiga Daya tarik wisata hasil
buatan manusia digolongkan sebagai daya tarik wisata khusus yang merupakan kreasi
artifisial (artificially created) dan kegiatan-kegiatan manusia lainnya di luar ranah wisata
alam dan wisata budaya.
Untuk kawaasan rurukan itu sendiri lebih memiliki kecenderungan pada potensi daya
tarik wisata alam. Potensi wisata yang ada di Kecamatan Tomohon Timur khususnya
Kelurahan Rurukan dan Rurukan 1 yaitu: Gunung mahawu, Bukit Tintingon, Puncak
Temboan, Sparta Stable, dan masih banyak lagi. Dapat dilihat pada gambar berikut ini
lokasi potensi wisata di Kelurahan Rurukan dan Rurukan Satu.
Selain itu, saat ini sudah banyak bermunculan pula lokasi wisata yang baru di kawasan
rurukan. Hal ini dimanfaatkan para penduduk setempat yang memiliki lahan didaerah
tersebut. Mereka menyadari adanya potensi Kawasan Rurukan sebagai objek wisata yang
meyuguhkan hamparan pemandangan alam dari ketinggian sehingga mereka pun akhirnya
membagun objek wisata baru dilahan milik mereka yang pastinya akan bernilai dalam segi
ekonomi. Berikut ini beberapa gambar lokasi wisata pemandangan di Kawasan Rurukan
yang begitu popular dikalangan wisatawan dilengkapi juga link lokasi di google maps.
Hal ini didukung oleh posisi geografis yakni pada dataran tinggi di kaki Gunung
Mahawu. Selain berkontribusi pada kesuburan tanah, lokasi ini juga memberikan udara
yang sejuk. Hal ini diperjelas juga dengan data yang diperoleh dari hasil laporan PT.
Shiddiq Sarana Mulya tentang kondisi klimatologis daerah Sulawesi Utara khususnya Kota
Tomohon. Data tersebut menjelaskan bahwa suhu udara berada pada setiap tingkat
ketinggian makin ke atas makin sejuk seperti daerah Kota Tomohon.
Hal inilah yang memungkinkan Kelurahan Rurukan dan Rurukan Satu dilakukan
pengembangan agrowisata dimana kawasan rurukan ini juga sudah ditetapkan sebagai
kawasan agropolitan. Bukan hanya karena adanya berbagai macam jenis tumbuhan namun
yang membuatnya lebih menarik yakni adanya konsep penanaman atau penataan tumbuh-
tumbuhan secara terasering sehingga terlihat sangat rapih, indah seperti lukisan. Begitupula
dengan keindahan panorama alam dan lingkungan yang sangat cantik. Memperjelas
pembahasan diatas berikut ini dapat dilihat pada beberapa gambar yang memperlihatkan
kawasan agropolitan di Kelurahan Rurukan dan Rurukan satu yang memiliki daya tarik
wisata alam beserta link lokasinya di google maps.
Kawasan Agropolitan Rurukan
https://goo.gl/maps/sAp7SihFBxP3kENr8
Sumber: google.com
1) Yang pertama yakni mengenai sarana prasarana. Sarana dan prasarana mempunyai
peranan yang besar tak hanya sebagai pelengkap tetapi yang terutama untuk
kenyamanan dan kepuasan wisatawan karena dengan begitu akan memberikan
kesan yang baik dan muncul keinginan untuk berkunjung lagi ke tempat wisata
tersebut. Oleh karenanya sumber daya alam dan potensi pariwisata yang besar tidak
dapat berkembang bila sarana dan prasarana tidak dikelola.
Dari hasil kajian dikatakan bahwa untuk ketersedian sarana dan prasarana yang
mendukung pengembangan kawasan wisata telah tersedia dan bahkan sudah cukup
banyak. Namun yang menjadi permasalahannya yakni kualitas sarana dan prasarana
tersebut belum dalam kondisi baik. Dengan kata lain, sarana dan prasarana tersebut
tidak dikelolah dengan baik dapat diberi contoh tempat penginapan. Biasanya
terjadi penumpukan di beberapa tempat penginapan saja. Hal ini dikarena banyak
penginapan yang tidak memperhatikan masalah- masalah menyangkut kebersihan,
daya tarik tersendiri dan juga kreatifitas. Banyak pengelola penginapan tidak
memperhatikan hal itu sehingga banyak wisatawsan yang memilih tempat
penginapan tertentu yang sudah terbukti kualitasnya.
2) Yang kedua yakni permasalahan sumber daya manusia yang belum memadai.
Dimana untuk pelayanan pariwisata secara umum belum maksimal karena masih
minim kerja sama pemerintah dan pihak lainya seperti swasta. Pemerintah harus
lebih memperhatikan petugas yang ada contohya denga memberikan pelatihan
tentang kepariwisataan untuk meningkatkan kinerja mereka terutama informasi
mengenai objek wisata sehingga wisatawan bisa mengetahui informasi dengan tepat
dan jelas.
3) Yang ketiga ini menurut pendapat dan pengalaman pribadi saya yakni mengenai
transportasi. Transportasi merupakan suatu hal yang utama dalam kita melakukan
perjalanan wisata apabila ketersediaan sarana transportasi sudah baik maka
wisatawan bisa dengan mudah menjangkau objek- objek wisata yang ada di
kawasan tertentu. Lain halnya dengan kawasan agrowisata rurukan ini, untuk
berwisata di daerah ini biasanya wisatawan harus menggunakan angkutan pribadi
karena untuk angkutan umum belum menjangkau objek- objek wisata tertentu dan
juga angkutan umum tersebut hanya melewati jalur- jalur jalan yang sudah
ditetapkan. Hal ini tentunya akan menjadi salah satu faktor yang menghambat
pengembangan pariwisata di Kelurahan Rurukan dan Rurukan Satu. Memang untuk
ketersediaan transportasi online seperti grab, gojek, dan indriver sudah ada namun
masih ada keterbatasan dalam menggunakan transportasi online tersebut. Rata- rata
transportasi online itu memiliki biaya yang lebih tinggi dibanding angkutan umum.
Selain itu, para driver transportasi online itu cenderung sudah tidak menerima
pesanan ketika malam tiba karena untuk menjangkau kawasan rurukan tersebut
jalannya cukup sulit karena kawasan tersebut berada di dataran yang lebih tinggi
dan masih kurangnya lampu- lampu penerangan jalan. Adapula yang menerima
pesanan namun biayanya menjadi lebih tinggi dari biasanya.
4) Adapula permasalahan yang sangat penting ketika melakukan perencanaan dan
pengembangan potensi pariwisata di Kawasan Agrowisata Rurukan dan Rurukan
yakni permasalahan mengenai kebencanaan. Seperti yang sudah dijelaskan
sebelum- sebelumnya, karaktersitik kawasan di dua kelurahan ini sebagian besar
memiliki lahan yang miring sampai curam sehingga menjadi kawasan rawan
bencana khususnya bencana longsor. Pemerintah Kota Tomohon juga sudah
menginformasikan bahwa terdapat 3 ruas jalan yang sangat rawan longsor salah
satunya rusa jalan rurukan ini. Bencana longsor sudah terjadi sejak dahulu dan
umum terjadi ketika musim penghujan tiba. Ketika hujan turun terus menerus pada
suatu kawasan tertentu maka kontur tanah akan menjadi lembek dan mudah longsor.
Hal inilah yang terjadi di sepanjang ruas jalan Rurukan dan Rurukan Satu yang
banyak didapati lembah dan bukit. Permasalahan bencana longsor ini sangat
berpengaruh dalam berakitivitas termasuk kegiatan berwisata di Kawasan
Agrowisata Rurukan dan Rurukan Satu. Karena jalan merupakan unsur yang sangat
penting ketika melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lainnya. Apabila
terjadi longsor maka badan jalan akan terhalang dengan material- material hasil
longsor seperti batu, tanah, ataupun pohon yang tumbang dan untuk
membersihkannya perlu waktu yang cukup lama.
a) Dampak Ekonomi
Menurut Kusudianto dalam Paramitasari, 2010 suatu tempat wisata yang
direncanakan dengan baik, tidak hanya meberikan keuntungan ekonomi yang
memperbaiki taraf, kualitas dan pola hidup komunitas setempat, tetapi juga
peningkatan dan pemeliharaan lingkungan yang lebih baik. Pengembangan Obyek
Wisata yang terjadi meningkatkan kunjungan wisatawan dan mengakibatkan
adanya peluang bagi masyarakat untuk menunjang perekonomian. Berdasarkan
kajian literature yang dilakukan, teridentifikasi bahwa pengembangan kawasan
wisata Rurukan berdampak positif seperti:
1) Meningkatkan pendapatan masyaraka. Perkembangan pembangunan kawasan
wisata yang terjadi ini telah meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung
ke Kelurahan Rurukan dan Rurukan Satu, sehingga terbukalah juga peluang
bagi masyarakat untuk membuka usaha di sepanjang jalan yang akan dilalui
oleh wisatawan maupun di kawasan wisata. Peluang ini tentunya jika
dimanfaatkan dengan baik akan meningkatkan pendapatan dari masyarakat
Kelurahan Rurukan dan Rurukan Satu
2) Penyerapan tenaga kerja. Pembangunan Obyek Wisata yang terus meningkat di
Kelurahan Rurukan dan Rurukan Satu, membuka kesempatan kerja bagi
masyarakat setempat. Hal ini didukung oleh data yang diperoleh dari pengelolah
kawasan wisata bahwa 50 % tenaga kerja yang ada berasal dari Kelurahan
Rurukan maupun Rurukan Satu, baik sebagai karyawan maupun pelaku usaha.
Penyerapan tenaga kerja ini bersifat positif karena ikut mengurangi jumlah
pengangguran yang ada didua kelurahan tersebut
3) Peluang berusaha. Berdasarkan hasil kajian literatur yang dilalkukan, peneliti
mendapat 2 dari 6 responden telah membuka usaha di kawasan wisata tersebut.
Usaha ini mampu meningkatkan pendapatan mereka, karena responden yang
rata-rata sudah berusia tidak produktif untuk mengelolah usaha pertanian,
memperoleh pendapatan yang baru dari usaha yang mereka jalankan.
4) Membantu menanggulangi beban pembangunan sarana prasarana. Berdasarkan
hasil kajian literatur yang dilalkukan, peneliti melihat keputusan responden
yang kehidupan perekonomiannya sebagai petani memiliki pendapatan yang
kecil, sehingga tidak mampu memenuhi semua keperluan termasuk dalam
pembangunan sarana prasarana mereka atau rumah sebagai tempat tinggal,
dengan adanya penjualan lahan yang dilakukan, peneliti menemukan adanya
responden yang memanfaatkan hasil penjualan lahan mereka dengan
memperbaiki rumah sehingga lebih layak untuk ditempati.
Dengan pengelolaan pembangunan pariwisata yang tepat, dapat memaksimalkan
keuntungan dan meminimalkan permasalahan. Penduduk setempat mempunyai peran
yang sangat penting dalam upaya pengembangan obyek wisata, karena penduduk
setempat mau tidak mau terlibat langsung dalam aktifitas-aktifitas yang berkaitan
dengan kepariwisataan di daerah tersebut. Akan tetapi apabila suatu obyek wisata tidak
dikembangkan atau ditangani dengan baik atau tidak direncanakan dengan matang,
dapat menyebabkan kerusakan atau kerugian baik secara ekonomi, maupun sosial
budaya (Wibowo, 2007). Dampak negatif yang dialami masyarakat setempat dengan
adanya pembangunan pariwisata terhadap aspek ekonomi yakni menurunnya
pendapatan petani, dampak ini hanya dirasakan oleh responden yang masih dapat
mengolah lahan ini dan juga buruh tani yang memanfaatkan lahan ini sebagai sumber
pendapatan. Responden tersebut merasakan perubahan pendapatan, sebelum menjual
lahan tersebut responden memiliki pendapatan ±Rp. 2.500.000,- dan setelah lahan ini
dijual, responden mengalami perubahan pendapatan sekitar ±Rp. 1.000.000,- sehingga
pendapatan responden menjadi ±Rp. 1.500.000,-/ Bulan.
b) Dampak Sosial-Budaya
Menurut Hardinoto, (1996) kebudayaan adalah salah satu daya tarik wisata yang
dapat ditunjukan melalui atraksi, yang dapat diidentifikasikan berupa (sumber daya
alam, budaya, kehidupan sosial dan sebagainya). Berdasarkan kajian literature yang
dilakukan, teridentifikasi bahwa pengembangan kawasan wisata Rurukan berdampak
positif terhadap sosial budaya masyarakat yakni sebegai berikut:
1) Aksesbilitas
Untuk memperjelasnya akses ke kawasan agrowisata rurukan dari luar kota tomhon
dapat dilihat pada gambar peta dibawah ini.
2) Jaringan Jalan
Jaringan jalan juga menjadi salah satu aspek yang penting dimana dengan kondisi
jalan yang baik akan menimbulkan rasa nyaman dalam berkendara sehingga para
wisatawan tersebut mendapat kesan yang baik dan ingin berkunjung lagi. Berdasarkan
kajian literature didapatkan hasil pengamatan lapangan yakni ketersediaan jaringan
jalan sudah mampu mendukung arus pergerakan wisatawan serta kendaraan dimana
konstruksi jaringan jalan yang ada sebagian besar sudah beraspal dengan lebar rata-rata
3-5 meter. Dilihat dari kondisinya, terdapat beberapa ruas jalan yang mengalami
kerusakan ringan atau berlubang
Gambar: Kondisi Jaringan Jalan
Sumber: Jurnal Spasial
Untuk memperjelas jaringan jalan yang ada di Kelurahan Rurukan dan Rurukan Satu
dapa dilihat pada peta jaringan jalan berikut ini.
3) Jaringan Listrik
Jaringan listrik menjadi salah satu aspek yang penting juga dimana ketika malam
tiba jaringan listrik dalam hal ini lampu- lampu penerangan jalan sangat diperlukan agar
menimbulkan rasa aman dalam berkendara sehingga para wisatawan yang berkunjung
mendapat kesan yang baik dan ingin kembali berwisata lagi. Berdasarkan kajian
literature, kebutuhan jaringan listrik di lokasi studi sudah terpenuhi dengan baik yang
dapat dilihat dengan banyaknya tiang listrik yang tersebar di lokasi studi dan juga sudah
ada dua gardu listrik. Dapat dilihat pada di bawah ini.
Gambar: Kondisi Jaringan Listrik
Sumber: Jurnal Spasial
4) Jaringan Telekomunikasi
Jaringan telekomunikasi menjadi salah satu aspek yang penting juga dimana ketika
seseorang berwisata tentunya ada kebutuhan untuk bersosial media seperti menguplod
status, story dan lain sebagainya. Apabila suatu kawasan wisata tidak memilik jaringan
internet maka akan muncul pertimbangan bagi para wisatawan ketika akan berkunjung.
Untuk lokasi studi yakni kawasan agrowisata rurukan ini sudah memiliki akses untuk
sinyal handphone dengan kekuatan sinyal yang cukup kuat dilihat dengan tersedianya
tower pemancar sinyal dari PT. Telkomsel sehingga masyarakat terlebih lagi wisatawan
yang berkunjung ke kawasan agrowisata dapat menggunakannya dengan nyaman.
Dapat dilihat pada berikut ini
Untuk jaringan air bersih di lokasi studi sudah tersedia dengan baik, dilihat dari
adanya sumur gali/bor baik dirumah-rumah warga ataupun tempat wisata tertentu.
Selain itu, sudah tersedia pula jaringan air bersih dari PDAM yang menjangkau banyak
tempat termasuk objek- objek wisata yang ada di Kelurahan Rurukan dan Rurukan Satu.
Gambar: Kondisi JaringanTelekomunikasi
Sumber: Jurnal Spasial
Hal ini dibuktikan dengan melihat peran aktif masyarakat untuk terus melestarikan
budaya daerah mereka melalui pelaksanaan kegiatan daerah yang menampilkan berbagai
macam kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat di Kelurahan Rurukan dan Rurukan
Satu. Oleh karena itu, agar konsep ini dapat terlaksana dengan baik perlu juga kerja sama
antar pihak pemerintah dan masyarakat setempat. Dimana keduanya memiliki peranan
yang penting dalam rangka perencanaan dan pelaksanaan program pengembangan kawasan
agrowisata. Selain itu perlu juga keterlibatan kedua pihak tersebut dalam penetapan
kebijakan-kebijakan yang berkaitan langsung dengan aktivitas masyarakat dalam kawasan
agrowisata.
Setelah menetapkan konsep untuk pengembangan destinasi wisata maka diperlukan
juga suatu strategi dalam melakukan pengembangan destinasi wisata ini. Untuk
menentukan strategi ini digunakanlah suatu metode analisis yakni SWOT. Analisis SWOT
adalah instrument yang digunakan untuk melakukan analisis strategis. Menurut Drs. Robert
Simbolon, MPA (1999), analisis SWOT merupakan suatu alat yang efektif dalam
membantu menstrukturkan masalah, terutama dengan melakukan analisis atas lingkungan
strategis, yang lazim disebut sebagai lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Berikut
ini hasil analisis berdasarkan kajian literature yang sudah dilakukan.
Analisis Faktor Internal Kawasan Agrowisata di Kecamatan Tomohon Timur
Analisis IFAS digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal dari potensi-
potensi kawasan agrowisata yang ada di Kecamatan Tomohon Timur yang telah
teridentifikasi. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel Strategi Internal Kekuatan dan
Strategi Internal Kelemahan berikut ini.
o Dari hasil analisis diatas, dapat ditarik kesimpulan yaitu faktor-faktor eksternal dalam
pengembangan Agrowisata. Faktor kekuatan (Strenghts) dengan Riset/Nilai yaitu 340,
sedangkan untuk kelemahan (Weaknesess) dengan jumlah skor pembobotan adalah 300.
Maka hasil perhitungan dari kedua factor tersebut yaitu 340 – 300 = 40 (S-W). Yakni
kekuatan memiliki sifat positif.
o Dari hasil analisis diatas, dapat ditarik kesimpulan yaitu faktor-faktor eksternal dalam
pengembangan Agrowisata. Faktor Peluang (Opportunity) dengan jumlah skor hasil
pehitungan dari Bobot dan Riset/Nilai yaitu 370. Sedangkan untuk Ancaman (Threats)
dengan jumlah skor pembobotan adalah 300. Maka hasil perhitungan dari kedua faktor
tersebut yaitu 370 – 320 = 50 (O-T). yakni peluang bersifat positif.
Elisabeth Ante. 2016. Dampak Ekonomi dan Sosial Ahli Fungsi Lahan Pertanian
Holtikultura menjdai Kawasan Wisata Bukit Rurukan di Kecamatan Tomohon Timur, Kota
Tomohon
Julius Laatung. 2021. Sempat Tertutup Longsor, Ruas Jalan Rurukan Sudah Bisa
Diakses