Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MANAJEMEN DAN PERENCANAAN HUTAN SDH


PENGELOLAAN AGROWISATA

DOSEN PENGAMPU: Ir. Abdul Rahman S.Hut.,M.Sc

Disusun Oleh :

Kelompok 9

Rachel Pakasi L 13119351


Pricillia E.turangan L 13119347
Gabriel Pratama Putra L 13119285
Mohammad Arya L 13119301
Muammar L Laharuna L 13119346
Yesvi Bing Slamet L 13118311
Frendly Devit M L13118333

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................2
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................................2
1.2 Tujuan Dan Manfaat......................................................................................................4
1.3 Hasil yang diharapkan...................................................................................................5
BAB II METODOLOGI........................................................................................................6
2.1 Jurnal Pengelolaan Agrowisata Berbasis Masyarakat Di Desa Sidomulyo, Kota Batu.6
2.2 Jurnal Strategi Pengelolaan Agrowisata Kebun Kopi Di Desa Purworejo Timur,
Kabupaten Bolaang Mongondow Timur..............................................................................7
2.3 Jurnal Agrowisata Berbasis Usahatani Padi Sawah Tradisional Sebagai Edukasi
Pertanian (Studi Kasus Desa Wisata Pentingsari)................................................................7
2.4 Jurnal Pengembangan Model Agrowisata Salak Berbasis Masyarakat Di Desa Sibetan
.............................................................................................................................................7
BAB III HASIL DAN PERENCANAAN.............................................................................8
3.1 Kriteria Agrowisata.......................................................................................................8
3.2 Komponen Pengembangan Agrowisata.........................................................................8
3.3 Pengembangan Agrowisata...........................................................................................9
3.4 Perencanaan pengembangan kawasan agrowisata harus memenuhi prinsip-prinsip
tertentu yaitu:.....................................................................................................................10
BAB IV PENUTUP..............................................................................................................11
4.1 kesimpulan..................................................................................................................11
4.2 Rekomendasi...............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................12

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Definisi dari agrowisata sendiri adalah rangkaian kegiatan wisata yang


memanfaatkan sektor pertanian atau perkebunan sebagai objek utamanya, sehingga
tentu saja pemandangan alam yang khas dengan kawasan pertanian serta beragam
aktivitas terkait akan menjadi objek utama yang ditonjolkan. Adanya kegiatan
agrowisata juga diharapkan akan dapat memperluas wawasan serta pengalaman
wisata yang berbeda bagi para pengunjungnya.

Agrowisata merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha


pertanian sebagai objek wisata. Melalui pengembangan agrowisata yang menonjolkan
budaya lokal dalam memanfaatkan lahan, pendapatan petani dapat meningkat
bersamaan dengan upaya melestarikan sumberdaya lahan, serta memelihara budaya
maupun teknologi local (indigenous knowledge) yang umumnya telah sesuai dengan
kondisi lingkungan alaminya. Agrowisata yang berkembang ini, bukan saja
menawarkan produk pertanian yang segar untuk dapat dijadikan konsumsi
pengunjung juga dapat dinikmati konsumen dengan membeli langsung dari petani.
tetapi juga wisata ini menjadi sarana pendidikan dan pelatihan serta hiburan yang
menarik bagi para wisatawan. (Popescue,Vasile, 2015).

Indonesia merupakan negara agraris dengan berbagai potensi sumber daya


alam dan budaya yang dimiliki. Letak Indonesia yang strategis menjadi faktor utama
yang sangat berpengaruh bagi pembangunan bangsa dan negara. Kondisi geografis
yang demikian memberikan peluang besar bagi upaya pembangunan pariwisata. Di
Indonesia sektor wisata diantaranya agrowisata berkembang dengan pesat dan telah
memberi kontribusi penting bagi pembangunan masyarakat perdesaan dengan sistem-
sistem pertanian yang ada di perdesaan (Subowo,2002; Andini 2013; Aridiansari,
2015).

2
Nurhidayati (2011) menemukan bahwa faktor yang memengaruhi
penerapan prinsip ekonomi Community Based Tourism (CBT) adalah struktur
perekonomian Kota Batu, dan peran pemerintah. Faktor yang
mempengaruhi penerapan prinsip sosial adalah status kekhususan Kota Batu,
kekayaan sumber daya alam, dan kekuatan budaya setempat. Faktor yang
memengaruhi penerapan prinsip budaya adalah berkembangnya budaya multikultur,
keterbukaan terhadap informasi, dan etos kerja lokal. Faktor-faktor yang
memengaruhi penerapan prinsip lingkungan CBT adalah kondisi lingkungan
global dan kearifan lokal komunitas. Penelitian ini tidak secara spesifik
mengungkapkan pengembangan pariwisata berkelanjutan yang dilakukan oleh
pengelola dalam hal penggunaan lahan penegakan disiplin pengunjung, serta
konsep pengembangan kawasan agrowisata yang berkelanjutan.

Sektor pariwisata menyatukan dua atau lebih budaya yang berbeda.


Wisatawan memperoleh pengalaman dari budaya lokal, sementara penduduk lokal
memainkan jenis edukasi tentang lingkungan spesifik lokal dan mendapatkan
penghasilan. Sinergi tersebut harus dapat dipelihara dengan kebijakan pemerintah
yang kondusif bagi beroperasinya sektor swasta dan bantuan dari kelompok
masyarakat. Partisipasi masyarakat memiliki peran penting dalam pengembangan
pariwisata. Masyarakat harus berpikir terintegrasi dan jangka panjang untuk
memperoleh manfaat dari sektor pariwisata antara lain peningkatan keterampilan,
kesempatan kerja, peningkatan kesejahteraan, apresiasi nilai budaya dan manfaat
konservasi lingkungan (Brandon, 1996; Campbell, 1999; Lopez and Garcia, 2006;
Gronau and Kaufmann, 2009).

Hal ini menunjukkan bahwa agrowisata bukan saja menawarkan produk hasil
- hasil pertanian kepada pengunjung, tetapi juga menawarkan jasa untuk membuat
pengunjung merasa puas dan terhibur bahkan dapat memiliki kemampuan untuk lebih
memahami lagi tentang sektor pertanian.

3
Peranan pemerintah sangat membantu terwujudnya obyek wisata. Pemerintah
berkewajiban mengatur pemanfaatan ruang melalui distribusi dan alokasi menurut
kebutuhan. Mengelola berbagai kepentingan secara proporsional dan tidak ada pihak
yang selalu dirugikan atau selalu diuntungkan dalam kaitannya dengan pengalokasian
ruang wisata. Kebijakan pengelolaan tata ruang tidak hanya mengatur yang boleh dan
yang tidak boleh dibangun saja, namun terkandung banyak aspek kepastian arah
pembangunan. Merubah potensi ekonomi menjadi peluang nyata, memproteksi ruang
terbuka hijau bagi keseimbangan lingkungan, merupakan beberapa faktor yang perlu
diperhatikan dalam upaya pengalokasian ruang.

1.2 Tujuan Dan Manfaat

1. Tujuan
Tujuan dari agrowisata adalah untuk memperluas pengetahuan,
pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian. Serta
memiliki tujuan agar lebih memahami pentingnya pembinaan agro
wisata sebagai salah satu alternatif dan cara membina masyarakat
dalam mewujudkan sinergitas pariwisata dengan pertanian yang dapat
menghasilkan pertumbuhan sosial, ekonomi dan organisasi
masyarakat.
2. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah dapat meningkatkan nilai estetika
dan keindahan alam, memberikan nilai rekreasi, meningkatkan
kegiatan ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan. Serta manfaat
yang diperoleh bagi mahasiswa dalam membaca jurnal atau makalah
ini bisa menjadi referensi pengetahuan bagi mahasiswa untuk
mengetahui bagaimana system cara mengelolah serta mengembangkan
usaha atau bisnis agrowisata.

4
1.3 Hasil yang diharapkan

Hasil yang diharapkan dari setiap studi kasus pada jurnal adalah tersusunnya
beberapa arahan yang berpengaruh terhadap pengelolaan pengembangan kawasan
agrowisata serta mampu meningkatkan perekonomian masyarakat dan menyerap
tenaga kerja lokal secara lebih baik.Singga pengelolaan agrowisata dilakukan secara
bersama oleh masyarakat dengan melibatkan peran pemerintah sebagai fasilitator
guna memajukan perkembangan wilayah terutama di perdesaan.

5
BAB II

METODOLOGI

Penelitian Pamulardi (2006) menjelaskan bahwa konsep pembangunan


agrowisata berwawasan lingkungan adalah dengan mengembangkan budidaya
agro sebagai obyek (atraksi) wisata melibatkan masyarakat. Penelitian ini tidak
secara spesifik mengungkapkan pengembangan pariwisata berkelanjutan yang
dilakukan oleh pengeloladalam hal 3 (tiga) faktor, yaitu penggunaan lahan,
penegakan disiplin pengunjung, serta konseppengembangan kawasan agrowisata
yang berkelanjutan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah
penelitian yang menggambarkan atau menguraikan sejelas mungkin suatu keadaan
tanpa ada perlakuan terdapat obyek yang diteliti. Jika dilihat dari jenis data dan teknik
analisis yang digunakan, penelitian ini termasuk penelitian campuran antara
kualitatif-kuantitatif. Jenis penelitian kuantitatif disebabkan data berupa angka pada
penentuan potensi sumber daya lokal dan penentuan kriteria pengembangan
agrowisata. Sedangkan penelitian kualitatif dilihat dari proses penentuan variabel
terkait kriteria pengembangan agrowisata yang menggunakan sumber data primer
berupa wawancara stakeholders, serta penentuan arahan juga dengan menggunakan
data berupa teks hasil analisis dari sasaran sebelumnya.

2.1 Jurnal Pengelolaan Agrowisata Berbasis Masyarakat Di Desa Sidomulyo,


Kota Batu
 Metodologi yang digunakan, yaitu :
Studi kasus pengelolaan agrowisata yang terkait pada jurnal tersebut
mengunakan metode deskriptif-kualitatif .

6
2.2 Jurnal Strategi Pengelolaan Agrowisata Kebun Kopi Di Desa Purworejo
Timur, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur
 Metodologi yang digunakan, yaitu :
Metode deskriptif dan evaluatif. Metode deskriptif menggunakan data
hasil survey serta metode evaluatif digunakan untuk menilai persepsi
masyarakat.

2.3 Jurnal Agrowisata Berbasis Usahatani Padi Sawah Tradisional Sebagai


Edukasi Pertanian (Studi Kasus Desa Wisata Pentingsari)
 Metodologi yang digunakan, yaitu :
Menggunakan data dan informasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer dan data sekunder yang diperoleh
melalui observasi dan dept interview (wawancara mendalam) dengan
pengelola Desa Wisata Pentingsari.

2.4 Jurnal Pengembangan Model Agrowisata Salak Berbasis Masyarakat Di


Desa Sibetan
 Metode yang digunakan, yaitu :
Penelitian dilakukan dengan metode survei dengan observasi lapangan
wawancara, dan studi pustaka. Analisis datadengan deskriptif kualitatif
melalui pemahaman perdesaan dalam waktu cepat atau RRA (rapid rural
appraisal) dan pemahaman perdesaan secara partisipatif atau PRA
(partisipatory rural appraisal), dan analisis SWOT pengembangan
agrowisata.

7
BAB III
HASIL PERENCANAAN

Menurut R.S Damaji (1995) dalam N.C Bangun (2003) agrowisata merupakan
wisata pertanian dengan objek kunjungan daerah pertanian atau pekerbunan yang
khas, yang telah dikembangkan sedemikian rupa sehingga jenis tumbuhan yang
dibudidayakan itu telah menimbulkan motivasi dan daya tarik bagi wisatawan untuk
mengunjunginya. Aspek-aspek tersebut antara lain, jenis komoditas pertanian yang
khas, cara budi daya dan pengolahan produknya, penggunaan teknik dan
teknologinya, aspek kesejarahannya, lingkungan alam, dan juga sosial budaya di
sekelilingnya

3.1 Kriteria Agrowisata


Menurut Bappenas (2004) kriteria kawasan agrowisata sebagai berikut :

a. Memiliki potensi atau basis kawasan di sektor agro baik pertanian,


hortikultura, perikanan maupun peternakan,
b. Adanya kegiatan masyarakat yang didominasi oleh kegiatan pertanian dan
wisata dengan keterkaitan dan ketergantungan yang cukup tinggi, antara
lain kegiatan pertanian yang mendorong tumbuhnya industri pariwisata,
dan sebaliknya kegiatan pariwisata yang memacu berkembangnya sektor
pertanian.
c. Adanya interaksi yang intensif dan saling mendukung bagi kegiatan agro
dengan kegiatan pariwisata dalam kesatuan kawasan, antara lain berbagai
kegiatan dan produk wisata yang dikembangkan secara berkelanjutan

3.2 Komponen Pengembangan Agrowisata


Komponen dalam pengembangan agrowisata terbagi menjadi dua yaitu
komponen sediaan (supply) dan komponen permintaan (demand). Berikut
rincian penjelasannya (Puspitasari. 2010):

8
a. Komponen Sediaan (Supply) Wisata Agro Komponen ini merupakan
sesuatu yang ditawarkan oleh objek wisata agro meliputi daya tarik,
sarana-prasarana, transportasi, dan aksesibilitas.
b. Komponen Permintaan (Demand) Wisata Agro Wisatawan dalam wisata
agro adalah pengunjung yang memiliki ketertarikan terhadap pertanian.
Ketertarikan tersebut dapat berupa ketertarikan terhadap jenis
pertaniannya, budidaya pertanian ataupun budidaya para petaninya.

3.3 Pengembangan Agrowisata

Pengembangan Kawasan agrowisata yaitu pengelolaan ruang yang meliputi


pengaturan, evaluasi, penertiban maupun peninjauan Kembali pemanfaatan ruang
sebagai Kawasan agrowisata, baik dari sisi ekologi, ekonomi maupun social budaya.
Penataan Kawasan agrowisata juga dapat mencakup pemanfaatan Kawasan lain
seperti: Kawasan pemukiman dan Kawasan industry (Anonim, 2015). Konsep
Pengembangan Agrowisata Konsep yang digunakan untuk mengembangkan potensi
obyek wisata dikenal dengan konsep A4. Penjelasan tetang konsep A4 adalah sebagai
berikut:

1) Attraction (atraksi)
Atraksi wisata diartikan yang mencakup daya tarik alam, budaya, maupun
buatan/ artificial, seperti event atau yang sering disebut sebagai minat
khusus (special interest (Sunaryo, 2013)
2) Accessibility (aksesibilitas)
Faktor-faktor yang penting didalam aksesibilitas meliputi: transportasi
umum, terminal bus, tarif kendaraan, serta denah perjalanan wisata
3) Amenity (fasilitas)
Fasilitas-fasilitas dasar atau pendukung yang berada di obyek wisata yang
ditujukan untuk memberikan kenyamanan kepada wisatawan. Fasilitas

9
yang dimaksud adalah fasilitas yang memberikan kemudahan bagi
wisatawan dalam menikmati kegiatan wisata.
4) Ancillary (komponen tambahan wisata)
Dalam hal ini komponen tambahan wisata berupa kerjasama kelembagaan
mengelolah wisata agro dan upaya promosi agrowisata

3.4 Perencanaan pengembangan kawasan agrowisata harus memenuhi prinsip-


prinsip tertentu yaitu:
1) Pengembangan kawasan agrowisata harus mempertimbangkan penataan dan
pengelolaan wilayah dan tata ruang yang berkelanjutan baik dari sisi ekonomi,
ekologi maupun sosial budaya setempat.
2) Pengembangan fasilitas dan layanan wisata yang mampu memberikan
kenyamanan pengunjung sekaligus memberikan benefit bagi masyarakat
setempat.
3) Pengembangan kawasan agrowisata harus mampu melindungi sumber daya
dan kekayaan alam, nilai-nilai budaya dan sejarah setempat. Pengembangan
kawasan agrowisata ini tidak hanya memenuhi kebutuhan pasar semata, tetapi
harus dalam koridor melindungi dan melestarikan aset-aset yang menjadi
komoditas utama pengembangan Kawasan.
4) Diperlukan studi dan kajian yang mendalam, berulang (repetitive) dan
melibatkan pihak-pihak yang relevan baik dari unsur masyarakat, swasta
maupun pemerintah. Dengan demikian diharapkan perencanaan &
pengembangan kawasan semakin baik dari waktu ke waktu serta
terdokumentasi dengan baik.

10
BAB IV
PENUTUP

4.1 kesimpulan
Karakteristik agrowisata dapat dibentuk oleh berbagai sumber daya sebagai
suatu potensi yang dapat dikembangkan guna mendukung kegiatan pariwisata baik
secara langsung maupun tidak langsung dan umumnya berupa sumber daya alam,
sumber daya manusia serta sumber daya budaya
Dari hasil penelitian menyimpulkan bahwa strategi pengembangan ekonomi
kreatif terhadap hasil dimana strategi yang dapat dilakukan ialah menjalin kerjasama
antara pengelola dengan masyarakat sekitar dan pihak-pihak terkait dalam proses
pengembangan agrowisata, juga perencanaan pengembangan kawasan agrowisata
harus memenuhi prinsip-prinsip tertentu, serta mengoptimalkan daya tarik yang
dimiliki dengan memanfaatkan dukungan yang diberikan oleh pemerintah. Wisata
tengah sawah sendiri mempunyai peranan yang sangat baik bagi masyarakat, pemilik,
pengunjung maupun pemerintah desa setempat khususnya pada bidang pariwisata
yaitu menyediakan tempat wisata dan meningkatkan pendapatan, menciptakan
pekerjaan, dan sekaligus mempromosikan kepedulian sosial, keragaman budaya, dan
pengembangan manusia.

4.2 Rekomendasi
Hasil Penelitian ini diharapkan dalam menerapkan strategi pengembangan
agrowisata harus dilakuakan secara berkesinambungan mendahulukan program
kegiatan yang mendesak seperti pengadaan sarana dan prasarana. Serta Pemerintah
hendaknya dapat melakukan pengawasan yang optimal dalam pengembangan
kawasan agrowisata nantinya. Juga masyarakat lokal disarankan untuk berperan serta
dalam menjaga dan melestarikan sumber daya yang ada dan membudidayakan hasil
pertanian dan perkebunan dengan baik. Agar Tetap menjaga lingkungan untuk
menambah keindahan dan terpeliharanya lingkungan alami

11
DAFTAR PUSTAKA

Andini, N. 2013. Pengorganisasian Komunitas dalam Pengembangan Agrowisata di


Desa Wisata Studi Kasus: Desa Wisata Kembangarum, Kabupaten Sleman.
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota. 24(3): 173–188.
Anonim. 2015. Pengembangan Agrowisata, dalam http://www.tanindo.com, 2015.
Aridiansari, R., E.E. Nurlaelih, dan K.P. Wicaksono. 2015. Pengembangan
Agrowisata Di Desa Wisata Tulungrejo Kota Batu, Jawa Timur. Jurnal
Produksi Tanaman, Volume 3(5), hlm. 383-390.
(Bappenas) Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2004. Tata Cara
Perencanaan Pengembangan Kawasan untuk Percepatan Pembangunan
Daerah. Direktorat Pengembangan Kawasan Khsusus dan Tertinggal. Jakarta:
Bappenas. http:pu.net
Brandon, K. 1996. Ecotourism and conservation: A review of key issues. The World
Bank.
Campbell, L.M. 1999. Ecotourism in Rural Developing Communities, Pergamon PII :
S0160-7383 (99) 0005, University of Western Ontario Canada Annals of
Tourism Research, Vol. 26(3).
Gronau, W. and R. Kaufmann. 2009. Tourism as A Stimulus for Sustainable
Development in Rural Areas; A Cypriot Perpective, Tourismos An
International Multidisiplinary Journal of Tourism, Vol. 4(1), pp.83-95,
University of Nicosia
Lopez, E.P and F.J.C. Garcia. 2006. Agrotourism, sustainable tourism and
Ultraperipheral areas: The Case of Canary Island
Popescu, G. and A.J. Vasile. 2015. Agricultural Management Strategies in Charging
Economy. IGI Global.
Subowo. 2002. Agrowisata Meningkatkan Pendapatan Petani. Dalam
http://database.deptan.go.id/agrowisata (7 Oktober 2015)

12

Anda mungkin juga menyukai