Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN

PERENCANAAN PEMANFAATAN POTENSI LOKAL DALAM


MEMBANGUN DESA WISATA DENGAN PENDEKATAN
KONSEP COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) DI DESA
BUMI RAHAYU
(Disusun sebagai laporan kegiatan praktek lapangan Mata Kuliah Pengantar
Pembangunan Pedesaan)
Dosen Pengampu : Ika Niswatin Budiarti S.Psi, M.M

Disusun Oleh Kelompok:

Muhammad Alfiansyah (202241031)


Ramadhan Rismha Novriza (202241016)
Muhammad Nabil (202241002)

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KALTARA
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan laporan ini bisa kami selesaikan
dengan baik. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membukakan cahaya pengetahuan dan kebaikan
kepada seluruh umat manusia dimuka bumi.

Kami membuat laporan ini untuk menyelesaikan tugas praktek lapangan mata
kuliah Pengantar Pembangunan Pedesaan dengan Tema “Perencanaan
Pemanfaatan Potensi Lokal dalam Membangun Desa Wisata dengan
Pendekatan Konsep Community Based Tourism (CBT) di Desa Bumi
Rahayu”. Kegiatan ini di selenggarakan di Desa Bumi Rahayu bersama dengan
pihak desa dan masyarakat di desa Bumi Rahayu.

Terlebih dahulu kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ika niswatin
Budiarti S.Psi, M.M selaku Dosen Mata Kuliah Pengantar Pembangunan
Pedesaan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang yang kami tekuni ini.

Laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, diharapkan
kepada para pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang membangun demi
kebaikan dan kesempurnaan Laporan selanjutnya. Akhirnya, mudah-mudahan
Laporan ini bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi para pembaca.

Tanjung Selor, 20 Januari 2024

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Tujuan Kegiatan..............................................................................................2
BAB II KAJIAN PUSTAKA..............................................................................3
2.1 Pembangunan Pedesaan...................................................................................3
2.1.1 Definisi Pembangunan Pedesaan........................................................3
2.1.2 Ruang Lingkup Pembangunan Pedesaan (Fisik-Non Fisik)...............4
2.1.3 Tujuan Pembangunan Pedesaan.........................................................5
2.1.4 Indikator dan Strategi Keberhasilan Pembangunan Desa...................7
2.2 Potensi Desa....................................................................................................7
2.2.1 Definsi Potensi Desa...........................................................................7
2.2.2 Tujuan dan Manfaat Potensi Desa......................................................9
2.2.3 Indikator Potensi Desa........................................................................10
2.3 Desa Wisata.....................................................................................................10
2.3.1 Definisi Desa Wisata..........................................................................10
2.3.2 Tujuan dan Manfaat Desa Wisata.......................................................11
2.3.3 Indikator Keberhasilan Desa Wisata..................................................12
2.3.4 Teori Pendekatan Konsep Community Based Tourism......................13
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................14
3.1 Peserta......................................................................................................14
3.2 Waktu dan Tempat...................................................................................14
3.3 Susunan Panitia/Kelompok......................................................................14
3.4 Pra Kegiatan.............................................................................................14
3.5 Kegiatan....................................................................................................15
BAB IV PENUTUP..............................................................................................17
4.1 Kesimpulan...............................................................................................17
4.2 Saran.........................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Desa wisata merupakan sebuah desa yang hidup mandiri dengan potensi yang
dimilikinya dan tepat dapat menjual berbagai atraksi-atraksinya sebagai daya tarik
wisata tanpa melibatkan investor. Berdasarkan hal tersebut pengembangan desa
wisata merupakan realisasi dari undang-undang otonomi daerah (UU No.22/99),
maka setiap Kabupaten perlu memprogramkan pengembangan desa wisata demi
meningkatkan pendapatan daerah, dan menggalipotensi desa.
Desa Wisata adalah sebuah area atau daerah pedesaan yang memiliki daya
tarik khusus yang dapat menjadi daerah tujuan wisata. Di desa wisata, penduduk
masih memegang tradisi dan budaya yang masih asli. Serta beberapa aktivitas
pendukung seperti sistem bertani, berkebun serta makanan traditional juga
berkontribusi mewarnai keberadaan desa wisata itu sendiri. Selain faktor tersebut,
faktor lingkungan yang masih asli dan terjaga merupakan factor penting yang
harus ada disuatu desa wisata. Menurut Peraturan Kementrian Kebudayaan dan
Pariwisata, desa wisata adalah suatu bentuk kesatuan antara akomodasi, atraksi,
sarana dan prasarana pendukung wisata yang disajikan dalam suatu tatanan
kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tradisi yang berlaku.(Sugiartawan et
al., 2019)
Provinsi Kalimantan Utara telah menetapkan lima desa wisata sebagai
destinasi wisata unggulan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke destinasi
lokal. Lima desa tersebut, yaitu Desa Pulau Sapi, Kecamatan Merang, Kabupaten
Malinau. Potensi kesenian dan budaya, kuliner khas, dan kondisi alam serta
lingkungan desa yang juga sangat indah. Ditemukan pengrajin anyaman, batik,
souvenir hingga kuliner. Lalu Desa Ardimulyo, Kecamatan Tanjung Palas Utara,
Kabupaten Bulungan dengan Wisata Mangrove beserta atraksi kesenian dan
produk kerajinan nya. Desa Metun Sajau dengan Desa wisata nya yang berada di
daerah dataran tinggi dan pegunungan serta diapit oleh dua sungai yaitu sungai
Pungit dan sungai Sajau yang juga menyajikan keindahan alam indah. Selanjutnya
di Kabupaten Nunukan terdapat desa wisata Sumantipal yang memiliki sungai

iv
untuk rafting dan jetski giram.
Desa Bumi Rahayu merupakan desa yang berencana membangun dan
mengembangkan desa wisata dengan memanfaatkan potensi lokal sumber daya
alam yang dimiliki. Desa Bumi Rahayu memiliki sumber daya alam yang
melimpah, udara yang sejuk dan segar, salah satunya adalah aliran sungai yang
berpotensi untuk dikelola menjadi lokasi wisata. Disisi lain masyarakat Desa
Bumi Rahayu mayoritas pekerjaan petani dan berternak. Di desa ini masih kental
dengan adat jawanya dan suku lainnya, dalam rangka program ini pembuatan desa
wisata para pemuda desa bekerjasama yaitu bergotong royong untuk membuat
wisata tersebut, yang berlokasi di lahan hutan. Dalam program ini bertujuan untuk
meningkatkan perekonomian masyarakat lokal dan memajukan sumber daya
manusia desa. Pengelolaan atau pengembangan kegiatan wisata sangat diperlukan
dalam rangka menahan wisatawan untuk tinggal lebih lama di daerah tujuan
wisata dan bagaimana wisatawan membelanjakan uang sebanyak-banyaknya.
memanfaatkan dan melestarikan setiap potensi dirangkaian dimana potensi
tersebut dirangkaikan menjadi satu daya tarik wisata yang memiliki banyak
potensi dan sumber daya alam yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik
wisata.
Desa Bumi Rahayu nantinya akan dibuat wisata yang mempuyai
edukasi,yang bermanfaat bagi pengunjung. Dalam pembuatan wisata ini lebih
dibesarkan untuk permaian outbond dan bumi perkemahan selain itu juga
ditambahkan spot-spot selfie yang nantinya akan menarik para wisatawan.
Pengembangan desa-desa wisata yang diharapkan mampu mendukung
diversifikasikan perdesaan.dan untuk pengelola juga membangun tempat singgah
atau bisa dikenal Gazebo, dan juga bekerjasama dengan masyarakat sekitar untuk
membangun tempat berjualan untuk dijadikan UMKM agar meningkatkan
perekonomiannya.

1.2 Tujuan Kegiatan


Tujuan kegiatan ini adalah menggalang partisipasi masyarakat dalam
merencanakan dan memanfaatkan potensi lokal Desa Bumi Rahayu untuk
mengembangkan Desa Wisata. Melalui pendekatan konsep Community Based

v
Tourism, kami bertujuan untuk memperkuat keterlibatan komunitas lokal dalam
pengelolaan destinasi, meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat, serta
melestarikan budaya dan lingkungan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pembangunan Pedesaan


2.1.1 Definisi Pembangunan Pedesaan
Pembangunan secara umum diartikan sebagai upaya untuk memajukan
kehidupan masyarakat dan warganya. Pada dasarnya Pembangunan perdesaan
merupakan bagian dari pembangunan nasional yang harus memperhatikan
pembangunan yang merata, pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, dan
kestabilan nasional. (Mahardhani, 2014: 62).
Pembangunan pedesaan adalah pembangunan yang dilakukan di
wilayah pedesaan, yang mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat
Desa. Banyaknya masyarakat Indonesia yang tinggal di pedesaan, membuat
pembangunan yang ada di Desa mendapatkan perhatian lebih. Pembangunan
Desa menurut R. Bintoro (2003:25) yaitu pembangunan yang dilaksanakan di
wilayah pemerintahan terendah, yaitu Desa dan Kelurahan dengan ciri utama
pembangunan Desa yang terpenting yaitu keikutsertaan masyarakat pada
pembangunan di Desa atau. Kelurahan, baik dilaksanakan secara langsung
dalam bentuk swadaya mandiri maupun gotong royong.
Pembangunan Desa muncul pada pelita I (19559-1974) yang
melahirkan Jendral Pembangunan Desa di Departemen Dalam Negeri sebagai
suatu kreasi dan ikon Orde Baru. (Eko et al, 2014: 36). Pembangunan Desa
sebagai suatu proses yang diarahkan untuk kepentingan masyarakat,
diharapkan pelaksanannya bisa berjalan atas inisiatif masyarakat setempat.
Dalam hal ini, partisipasi masyarakat Desa sangat diperlukan dalam
pelaksanaan pembangunan yang ada di Desa. Pembangunan pedesaan
diarahkan secara optimal untuk memanfaatkan potensi sumber daya alam
beserta sumber daya manusianya. Pembangunan perdesaan dikatakan telah
berhasil apabila segala potensi yang tersedia di perdesaan digunakan secara

vi
maksimal dan mendapatkan hasil yang memuaskan. (Mahardhani, 2014: 63).
Hasil dari pembangunan diharapkan harus bisa dinikmati oleh seluruh
masyarakat Desa. Sebisa mungkin pembangunan Desa dilakukan dengan
memanfaatkan segala potensi yang ada di Desa demi kualitas hidup
masyarakat Desa.
Karakteristik masyarakat Desa berbeda dengan karakteristik masyarakat
yang tinggal di kota. Masyarakat yang tinggal di pedesaan cenderung
memegang erat adat istiadat. Perkembangan pada masyarakat Desa juga
berjalan lambat. Beberapa permasalahan juga dialami di Desa salah satunya
tentang kemiskinan.
Terkait dengan masalah kemiskinan, ternyata sebagian besar
masyarakat yang mengalami permasalahan tersebut berada di Desa. Sehingga
sudah sewajarnya untuk mengatasi hal tersebut pembangunan difokuskan di
Desa. Selama ini pembangunan terfokus di daerah kota sehingga banyak
masyarakat Desa yang akhirnya melakukan urbanisasi. Masyarakat Desa
mengadu nasib di kota dengan keterbatasan yang dimiliki dan pada akhirnya
menjadi persoalan di kota. (Mahardhani, 2014: 54).

2.1.2 Ruang Lingkup Pembangunan Pedesaan (Fisik-Non Fisik)


Pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah umumnya yang
bersifat infrastruktur atau prasarana, yaitu bangunan fisik ataupun lembaga
yang mempunyai kegiatan lain dibidang ekonomi, sosial budaya, politik daan
pertahanan keamanan (Menurut B.S Muljana 2001:3 ).
Menurut artikel Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (2017) dikutip
dari buku yang di terbitkan oleh B.S Muljana (2001) dan Effendi, Bachtiar
(2002) pembangunan pedesaan meliputi dua aspek, yaitu pembangunan fisik
dan pembangunan non-fisik:
1) Pembangunan Fisik
Fisik dalam istilah pembangunan meliputi sarana dan juga prasarana
pemerintahan seperti:
a) Jalan
b) Jembatan

vii
c) Pasar
d) Pertanian dan
e) Irigrasi
Kondisi fisik ini dapat berupa letak geografis, dan sumber- sumber daya
alam. Letak geografis sebuah desa sangat menentukan sekali percepatan
didalam sebuah pembangunan. Letaknya strategis, dalam arti tidak sulit untuk
dijangkau akibat relif geografisnya. Kecepatan proses pembangunan dan
perkembangan suatu kelurahan juga sangat ditentukan oleh intensitas
hubungannya dengan dunia luar, mobilitas manusia dan budaya akan
mempercepat perkembangan desa itu sendiri.
Sumber daya alam yang terdapat dimasing-masing desa. Dimana sebuah
desa yang mempunyai kekayaan sumber daya alam yang banyak dari pada
desa-desa lainnya, sehingga untuk mengembangkan atau dalam proses
pembangunan desa akan jauh lebih baik dari pada desa yang sedikit
mempunyai sumber daya alam,atau tidak ada sama sekali.
2) Pembangunan Non Fisik
Didalam pembangunan suatu wilayah bukan hanya melakukan program
pembangunan yang bergerak dibidang pembanguan fisik saja tetapi juga
harus bergerak dibidang pembangunan non fisik atau sosial. Bachtiar Effendi
(2002:114) oleh karena itu, pembangunan hendaknya harus adanya
keseimbangan antara pembangunan fisik ataupun pembangunan non fisiknya.
Yang menjadi bagian dari pembangunan non fisik atau sosial yaitu :
a) Pendidikan

b) Ekonomi

c) Kesehatan

d) Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan

2.1.3 Tujuan Pembangunan Pedesaan


Berdasarkan UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 78 (1),
pembangunan desa, yaitu peningkatan pelayanan dasar, pembangunan dan
pemeliharaan infrastruktur dan lingkungan, pengembangan ekonomi

viii
pertanian berskala produktif, pengembangan dan pemanfaatan teknologi tepat
guna, dan peningkatan kualitas ketertiban dan ketenteraman masyarakat desa.
Pembangunan desa yaitu pembangunan yang mempunyai peranan yang
strategis dalam rangka pembangunan nasional dan daerah, karena desa
beserta masyarakatnya merupakan landasan atau basis dari kekuatan
ekonomi, politik, sosial-budaya dan pertahanan keamanan. Menurut Nur
Rozuqi dikutip dari Direktur PusBimtek Palira berikut beberapa tujuan dari
pembangunan desa, antara lain:

1) Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, yang tersebar ke seluruh


wilayah.
2) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang ditandai dengan
meningkatnya kualitas hidup, taraf hidup dan kemandirian masyarakat.
3) Mewujudkan desa dan kehidupan masyarakat desa yang maju, namun
tetap bias mempertahankan nilai-nilai sosial dan budaya.
4) Mendukung usaha-usaha menggalakkan ekspor non migas dari
perekonomian pedesaan.
Tujuan tersebut dapat dicapai melalui berbagai tujuan khusus meliputi hal-hal
berikut:

1) Meningkatkan produksi dan produktivitas serta perluasan lapangan kerja


di pedesaan.
2) Meningkatkan rasa tanggung jawab dan kebersamaan dalam
merencanakan, melaksanakan, memanfaatkan serta memelihara objek-
objek pembangunan yang ada, baik pada suatu desa yang ada di
kabupaten maupun di kota.
3) Meningkatkan partisipasi semua lapisan masyarakat termasuk
masyarakat perantau, dalam berbagai usaha dan kegiatan pembangunan
untuk wilayah pedesaan.
4) Meningkatkan pemanfaatan dan pengembangan potensi sumber daya
manusia dan sumber daya alam secara bertahap sesuai dengan
kemampuan yang ada atau yang dapat dikembangkan.
5) Meningkatkan koordinasi pelaksanaan pembangunan proyek-proyek

ix
sektoral dan regional yang dilaksanakan di wilayah pedesaan.

2.1.4 Indikator Keberhasilan dan Strategi Pembangunan Pedesaan


Berhasil tidaknya pelaksanaan pembangunan desa sangat tergantung
kepada aparat serta masyarakat sebagai objek maupun subjek pembangunan.
Keberhasilan tersebut tidak dapat tercapai hanya dengan menyerahkan
sepenuhnya kepada aparat yang terkait tanpa mitra yang bisa mengetahui
sepenuhnya kebutuhan masyarakat desa. Dan kebutuhan masyarakat hanya
diketahui oleh masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu mustahil melaksanakan
pembangunan tanpa melibatkan masyarakat sebagai subjek pembangunan
tersebut sekaligus sebagai objek yang akan menikmati hasil-hasil.
Menurut Titik Poerwati dan Annisa Hamidah Imaduddina (2019)
dikutip dari Soedomo pembangunan desa disebut berhasil jika: Partisipasi
aktif masyarakat dalam pembangunan, Rasa tanggung jawab masyarakat
terhadap pembangunan, Kemampuan masyarakat desa untuk berkembang,
telah dapat ditingkatkan/ ditumbuhkan, Prasarana fisik dan lingkungan hidup
yang serasi telah dapat dibangun dan dipelihara.

2.2 Potensi Desa


2.2.1 Definisi Potensi Desa
Potensi dalam tulisan ini adalah daya, kekuatan, kesanggupan dan
kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dapat dikembangkan
(Depdikbud. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.) Jadi
Potensi desa adalah daya, kekuatan, kesanggupan dan kemampuan yang
dimiliki oleh suatu desa yang mempunyai kemungkinan untuk dapat
dikembangkan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Secara garis besar potensi desa dapat dibedakan menjadi dua; Pertama
adalah poteni fisik yang berupa tanah, air, iklim, lingkungan geografis,
binatang ternak, dan sumber daya manusia. Kedua adalah potensi non-fisik
berupa masyarakat dengan corak dan interaksinya, lembaga-lembaga sosial,

x
lembaga pendidikan, dan organisasi sosial desa, serta aparatur
dan pamong desa. Dikutip dari Drs. Abdurokhman M. Pd. (2014) secara lebih
rinci potensi desa dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Potensi Fisik
a) Tanah mencakup berbagai macam kandungan kekayaan yang terdapat di
dalamnya. misalnya kesuburan tanah, bahan tambang, dan mineral.
b) Air meliputi sumber air dan fungsinya sebagai pendukung kehidupan
manusia. Air sangat dibutuhkan oleh setiap mahkluk hidup untuk bertahan
hidup dan juga aktivitas sehari-hari.
c) Iklim sangat erat kaitannya dengan temperatur dan curah hujan yang
sangat mempengaruhi setiap daerah, sehingga corak iklim sangat
mempengaruhi kehidupan masyarakat desa agraris.
d) Lingkungan geografis, seperti letak desa secara geografis, luas wilayah,
jenis tanah, tingkat kesuburan, sumber daya alam, dan penggunaan lahan
sangat mempengaruhi pengembangan suatu desa.
e) Ternak berfungsi sebagai sumber tenaga dan sumber gizi bagi masyarakat
pedesaan. pada desa agraris ternak juga dapat menjadi investasi dan
sumber pupuk.
f) Manusia merupakan sumber tenaga dalam proses pengolahan lahan
petani, sehingga manusia sebagai potensi yang sangat berharga bagi suatu
wilayah untuk mengelolah sumber daya alam yang ada. Tingkat
pendidikan, ketrampilan dan semangat hidup masyarakat menjadi faktor
yang sangat menentukan dalam pembangunan desa.
2. Potensi Nonfisik
a) Masyarakat desa cirinya memiliki semangat kegotongroyongan yang
tinggi dalam ikatan kekeluargaan yang erat (gemeinschaft) merupakan
landasan yang kokoh bagi kelangsungan program pembangunan.
b) Lembaga desa, seperti Badan Perwakilan Desa (BPD), Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD), Tim Penggerak PKK, Rukun
Warga (RW), Rukun Tetangga (RT), Karang Taruna dan lain-lain.

xi
c) Lembaga pendidikan, seperti sekolah, perpustakaan desa, kelompencapir,
penyuluhan, simulasi,dan lain-lain.
d) Lembaga Kesehatan, seperti puskesmas, posyandu, dan BKIA.
e) Lembaga Ekonomi, seperti Koperasi Unit Desa (KUD), Badan Usaha
Milik Desa (BUMDes), Pasar Desa, dan lumbung desa.
f) Aparatur dan pamong desa merupakan sarana pendukung kelancaran dan
ketertiban pemerintahan desa. peranannya sangat penting bagi perubahan
dan tingkat perkembangan desa.

Potensi fisik dan nonfisik desa tersebut merupakan faktor penunjang


peranan desa sebagai hinterland, yaitu daerah penghasil bahan-bahan pokok
bagi masyarakat kota. Untuk mengetahui secara jelas potensi-potensi apa
yang dimiliki desa tentunya perlu dilakukan pendataan secara cermat dengan
melibatkan segenap stakeholder desa baik perangkat desa, lembaga-lembaga,
dan tokoh masyarakat.

2.2.2 Tujuan dan Manfaat Potensi Desa


Pengembangan potensi desa secara umum tujuan pengembangan
potensi desa adalah untuk mendorong terwujudnya kemandirian masyarakat
Desa/Kelurahan melalui Pengembangan Potensi Unggulan dan Penguatan
Kelembagaan serta Pemberdayaan Masyarakat. Dikutip dari Ahmad Soleh
(2017) sedangkan secara khusus tujuan dan manfaat pengembangan potensi
desa adalah:
a) Meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengambilan keputusan
pembangunan secara terbuka, demokratis dan bertanggung jawab;
b) Mengembangkan kemampuan usaha dan peluang berusaha demi
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan Rumah Tangga Miskin.
c) Membentuk dan mengoptimalkan fungsi dan peran Unit Pengelola
Keuangan dan Usaha (UPKu) sebagai Lembaga Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat.
d) Membentuk, memfasilitasi dan memberikan pembinaan Pokmas UEP
terutama pada aspek kelembagaan dan pengembangan usaha.

xii
e) Mengembangkan potensi ekonomi unggulan Desa/Kelurahan yang
disesuaikan dengan karateristik tipologi Desa/Kelurahan.
f) Mendorong terwujudnya keterpaduan peran dan kemitraan antar
Dinas/Instansi Provinsi dan Kabupaten/Kota maupun stakeholders lainnya
sebagai pelaku dan fasilitator program.

2.2.3 Indikator Potensi Desa


Indikator potensi desa dapat mencakup berbagai aspek yang
mencerminkan kondisi dan potensi suatu daerah. Beberapa indikator potensi
desa yang umum digunakan meliputi:
a) Ekonomi desa: Pendapatan perkapita, Diversifikasi ekonomi dan jenis
usaha lokal, tingkat pengangguran dan tingkat partisipasi dalam sektor
ekonomi.
b) Infrastruktur dan akses: Ketersediaan dan kualitas infrastruktur dasar
(jalan,listrik dan air bersih), akses pendidikan dan fasilitas kesehatan.
c) Sumber daya alam: Produktivitas pertanian dan keberlanjutan praktik
pertanian, konservasi sumber daya alam dan keanekaragaman hayati.
d) Pelestarian Budaya: Keterlibatan masyarakat dalam pengambilan
keputusan, ketersediaan organisasi lokal dan jaringan masyarakat.
e) Kesejahteraan sosial: Tingkat pendidikan dan kesehatan masyarakat,
tingkat kemiskinan dan ketidaksetaraan.
f) Potensi wisata dan pariwisata: Daya tarik wisata lokal, infrastuktur
pariwisata dan partisipasi masyarakat dalam sektor ini.
Indikator yang ditetapkan untuk mencapai tujuan yakni dengan
terbantunya masyarakat dan masyarakat merasa mendapat keuntungan dari
adanya desa wisata ini. Terlepas dari tujuan itu mereka juga memliki strategi
agar desa wisata bisa menjadi lebih baik lagi, para pengelola dan pekerja
yang ada di desa wisata ini memanfaatkan sosial media yang demikian
menjadi strategi sekaligus sebagai wadah untuk mempromosikan desa wisata
melalui laman Instagram yang dikelola sedemikian rupa rapinya dengan
mengupdate setiap hari kegiatan yang ada di lokasi desa wisata.

xiii
2.3 Desa Wisata
2.3.1 Definisi Desa Wisata
Desa Wisata dalam konteks wisata pedesaan adalah aset kepariwisataan
yang berbasis pada potensi pedesaan dengan segala keunikan dan daya
tariknya yang dapat diberdayakan dan dikembangkan sebagai produk wisata
untuk menarik kunjungan wisatawan ke lokasi desa tersebut. Mengutip
pernyataan Hadiwijoyo (2012), desa wisata memiliki kriteria sebagai berikut.
1) Aksesbilitasnya baik, sehingga mudah dikunjungi wisatawan dengan
menggunakan berbagai jenis alat transportasi.
2) Memiliki objek-objek menarik berupa alam, seni budaya, legenda,
makanan lokal, dan sebagainya untuk dikembangkan sebagai objek wisata.
3) Masyarakat dan aparat desanya menerima dan memberikan dukungan yang
tinggi terhadap desa wisata serta para wisatawan yang dating ke desanya.
4) Keamanan di desa tersebut terjamin.
5) Tersedia akomodasi, telekomunikasi, dan tenaga kerja yang memadai
6) Beriklim sejuk atau dingin
7) Berhubungan dengan objek wisata lain yang sudah dikenal oleh
masyarakat luas.
Masyarakat lokal berperan penting dalam pengembangan desa wisata
karena sumber daya dan keunikan tradisi dan budaya yang melekat pada
komunitas tersebut merupakan unsur penggerak utama kegiatan desa wisata.
Di lain pihak, komunitas lokal yang tumbuh dan hidup berdampingan dengan
suatu objek wisata menjadi bagian dari sistem ekologi yang saling kait
mengait. Keberhasilan pengembangan desa wisata tergantung pada tingkat
penerimaan dan dukungan masyarakat lokal (Wearing, 2001). Masyarakat
lokal berperan sebagai tuan rumah dan menjadi pelaku penting dalam
pengembangan desa wisata dalam keseluruhan tahapan mulai tahap
perencanaan, pengawasan, dan implementasi. Ilustrasi yang dikemukakan
Wearing (2001) tersebut menegaskan bahwa masyarakat lokal berkedudukan
sama penting dengan pemerintah dan swasta sebagai salah satu pemangku
kepentingan dalam pengembangan pariwisata.

xiv
2.3.2 Tujuan dan Manfaat Desa Wisata
Tujuan dari adanya pengembangan desa wisatanya sendiri adalah untuk
melestarikan suatu kondisi lingkungan dan memacu terjadinya pertumbuhan
ekonomi lokal di suatu daerah sehingga melalui konsep desa wisata ini dapat
menjadi salah satu bentuk pariwisata yang ramah lingkungan di masa depan
(Juwita dalam Warpani, 2010).
Manfaat desa wisata dari aspek alam didapatkan beberapa poin penting
yang menjadi indikator manfaat pengembangan Desa Wisata Bumi Rahayu.
Penatahan terhadap alam/lingkungan, di mana selain alam dan lingkungan
dapat dijadikan daya tarik wisata juga sebagai tempat mata pencaharian
masyarakat desa karena kehidupan di desa masih dominan merupakan
kehidupan agraris, di mana faktor alam dan lingkungan ini sangat penting dan
merupakan faktor utama. Di samping itu, kehidupan keseharian masyarakat
(way of life) juga tidak bisa lepas dari ketersediaan dan kelestarian alam dan
lingkungan. Sehingga, dapat disajikan beberapa manfaat desa wisata dari
aspek alam, yaitu:
1) Mengurangi alih fungsi lahan,
2) Terjaganya kawasan konservasi,
3) Terjaganya sumber-sumber air,
4) Kepedulian terhadap alam meningkat,
5) Terjaganya kualitas lingkungan,
6) Mengurangi tingkat pencemaran, dan
7) Kesadaran masyarakat dalam membuang sampah

2.3.3 Indikator Keberhasilan Desa Wisata


Indikator keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target adalah
apabila berhasilnya desa wisata Bumi Rahayu ini kalau masyarakatnya
bertambah ekonomi dan pendapatannya serta merasakan manfaat yang
didapat dari adanya desa wisata ini. Indikator keberhasilan itu dilihat dari
sejauh mana masyarakat memperoleh rasa keuntungan yang dimiliki atas
berkembangnya dunia wisata, bukan keuntungan personal seseorang bukan
juga pemerintah tapi lebih mengedepankan masyarakat itu baru bisa

xv
dikatakan berhasil Berdasarkan hasil riset di lapangan dan berdasarkan teori
dari Amirullah (2015) memaparkan bahwa untuk melihat perencanaan itu
terdapat empat (4) faktor yang mesti diperhatikan antara lain:
1) Menentukan tujuan dan target desa wisata.
2) Merumuskan strategi untuk mencapai tujuan dan target desa wisata.
3) Proses menentukan sumber daya manusia yang dibutuhkan.
4) Menetapkan standar atau indicator keberhasilan dalam pencapaina tujuan.

2.3.4 Teori Pendekatan Konsep Community Based Tourism


Konsep Community Based Tourism akan melibatkan pula masyarakat
dalam proses pembuatan keputusan khususnya terkait dengan perolehan
pendapatan, kesempatan kerja, serta pelestarian lingkungan dan budaya asli
setempat yang pada akhirnya menumbuhkan jati diri dan rasa bangga dari
penduduk setempat yang tumbuh akibat peningkatan kegiatan pariwisata
(Setyaningsih, 2010:20).
Community Based Tourism merupakan sebuah pembangunan
berkelanjutan dengan merangkul komunitas sebagai pelaku utama melalui
pemberdayaan masyarakat dalam berbagai kegiatan kepariwisataan. Sehingga
kemanfaatan kepariwisataan sebesar-besarnya diperuntukan masyarakat.
Sasaran utama dari konsep CBT adalah pengembangan kepariwisataan dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat (Nurhayati, 2012:20).
Konsep Community Based Tourism yaitu konsep pengembangan suatu
destinasi wisata melalui pemberdayaan masyarakat lokal, dimana masyarakat
turut andil dalam perencanaan, pengelolaan dan pemberian suara berupa
keputusan dalam pembangunannya. Ada tiga kegiatan pariwisata yang dapat
mendukung konsep CBT yakni penjelajahan (adventure travel), wisata
budaya (cultural tourism) dan ekowisata (ecotourism).

xvi
BAB III
KEGIATAN

3.1 Peserta
Mahasiswa Universitas Kaltara
Staf desa Bumi Rahayu
Masyarakat setempat.

3.2 Waktu dan Tempat


Waktu yang kami gunakan untuk penelusuran dimulai sejak tanggal 25
Desember 2023 – 14 Januari 2024.Tempat pelaksanaan penelusuran ini adalah
Daerah PDAM bagian jalur sungai, pada pagi hari di Desa Bumi Rahayu
kecamatan Tanjung Selor Kabupaten Bulungan.

3.3 Susunan/Kelompok
Dosen Pengampu MK : Ika Niswatin Budiarti, S.Psi., M.M
Ketua Panitia : Muhammad Alfiansyah
Sekretaris Panitia : Ramadhan Rishma Novriza
Bendahara Panitia : Muhammad Nabil

3.4 Pra Kegiatan


Sebelum melakukan kegiatan turun ke lokasi tersebut, kami melakukan
pertemuan terlebih dahulu bersama pihak desa dan selanjutnya kami meminta
ijin kepada pihak desa dan masyarakat setempat untuk melakukan
penelusuran. Tidak hanya itu kami diberikan denah peta berupa titik koordinat
aliran sungai yang ingin dijadikan tempat wisata. Tujuan kami melakukan
observasi wilayah sekitar sungai di desa Bumi Rahayu adalah adanya potensi

xvii
kawasan tersebut menjadi destinasi wisata warga Kabupaten Bulungan dengan
keindahan alam, sungai dan aneka ragam tanaman. Dengan adanya kawasan
wisata tersebut juga dapat membantu peningkatan perekonomian UMKM
warga Desa Bumi Rahayu. Setelah mendapatkan ijin pada tanggal 25
Desember 2023 kami meninjau lahan yang akan dibuat wisata, sembari kami
menelusuri jalur sungai tersebut dan merintis jalan untuk bisa masuk. Bersama
masyarakat desa kami melihat dan meninjau lahan serta melakukan diskusi
mengenai konsep yang akan kami buat untuk wisata tersebut. Dalam hal ini
juga kami meminta saran kepada pihak desa maupun masyarakat setempat
pada wisata tersebut apa saja yang ingin di buat, yang nantinya akan kami
masukan di dalam konsep tersebut. Pada tanggal 11 - 14 Januari 2024 kami
menelusuri lagi lahan tersebut karena pada hari-hari sebelumnya kami belum
bisa masuk lebih jauh dikarenakan terlalu tingginya semak dan pohon-pohon
yang rimbun. Kurang lebih 500 M kami meninjau lahan tersebut dan
merancang apa saja yang akan kami buat disana.

3.5 Kegiatan
Pada tanggal 24 Januari 2024 kami mengadakan pertemuan bersama pihak
desa yang diwakili oleh Bapak Syaiful Hidayat Kesra dari Desa Bumi Rahayu.
Dalam hal ini kami mempresentasikan hasil gambaran konsep desa wisata
yang sudah kami buat. Dalam penjelasan tersebut kami mendapatkan
masukan/saran mengenai gambaran konsep yaitu, dari konsep tersebut kami
belum memasukkan adanya tempat sampah itu yang menjadi masukan dari
pihak desa.
Setelah itu kami melanjutkan presentasi kami mengenai gambaran konsep
Desa Wisata yang didalamnya berisi: Parkiran dengan luas 50x50 m, gerbang
masuk, ada tujuh UMKM, terdapat juga 4 spot foto bagi para pengunjung,
area outbond dengan luas 100x50 m, 4 toilet juga disediakan , ada juga
wahana perahu dan disediakan juga rest area setiap 200 m, bumi perkemahan
pemanfaatannya seperti anak-anak sekolah jika ada kegiatan dan juga untuk
pengunjung yang ingin berkemah dengan luas 250x100 m, kami juga sediakan
sewa ban dan pelampung untuk para pengunjung, terdapat juga gazebo untuk

xviii
bersantai.
Pada pembuatan gazebo dan UMKM yaitu dari ecobrick pemanfaatan
sampah plastik, tentu tidak hanya dari sampah saja, melainkan sebagian
kerangka bangunan ada yang menggunakan kayu agar tetap kokoh. Selain itu
untuk UMKM diberdayakan masyarakat desa untuk memperkenalkan atau
memasarkan produk unggulannya seperti Amplang lele, keripik pepaya dan
keripik pisang di isi dengan produk-produk unggulan Desa Bumi Rahayu.
Untuk spot foto dibuat juga dari pemanfaatan limbah plastik atau kayu ulin.
Rest area guna untuk tempat beristirahat dan sekaligus bersantai bagi
pengunjung yang bermain di wahana perahu.
Dalam perencanaan dan pembangunan desa wisata Bumi Rahayu
masyarakat setempat tentunya sebagai pelaku utama dalam menunjang
terjaganya kebersihan, keasrian alamnya dan keamanan Sehingga tempat
wisata ini akan terus berkembang agar masuk dalam salah satu destinasi
wisata di Provinsi Kalimantan Utara yang terkenal yang tentunya akan
menambah pendapatan masyarakat setempat.
Mengenai gambaran konsep yang dipresentasikan kami mendapatkan
apresiasi atas konsep yang telah kami buat, tidak hanya itu dari pihak desa
juga memberitahu bahwa mereka ingin menanam pohon di sekitaran pinggir
area sungai agar tidak terjadi longsor atau erosi. Akan tetapi di tahun ini pihak
desa memfokuskan pada penanaman nya saja dikarenakan proses nya yang
bertahap secara pelan-pelan.

xix
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Perencanaan pemanfaatan potensi lokal dengan pendekatan Community Based
Tourism (CBT) di Desa Bumi Rahayu memiliki tujuan untuk membangun desa
wisata secara berkelanjutan. Melalui kolaborasi dengan komunitas lokal, rencana
ini bertujuan mengoptimalkan sumber daya dan warisan lokal, menciptakan
peluang ekonomi, serta mempromosikan interaksi positif antara wisatawan dan
masyarakat setempat.
Kesimpulannya , perencanaan ini mendukung pembangunan desa wisata yang
inklusif dan berdaya saing.

4.2 Saran
Saran kami selama melakukan observasi di kawasan sungai desa Bumi
Rahayu adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah desa segera merealisasikan pembukaan jalan di area sungai.
2. Pemerintah desa dan masyarakat setempat melakukan gotong royong setiap
seminggu sekali agar kebersihan area pinggiran sungai tetap terjaga dan
mengurangi adanya semak yang tinggi.

xx
DAFTAR PUSTAKA

Abdurkhman, D., & Pd, M. (2014). Pengembangan Potensi Desa. Widyaiswara


pada Kantor Diklat Kabupaten Banyumas.
Arifin, A. P. R. (2017). Pendekatan Community Based Tourism dalam Membina
Hubungan Komunitas di Kawasan Kota Tua Jakarta. Jurnal Visi
Komunikasi, 16(01), 111-130.
Daerah, B. P. P. (2017). Definisi Pembangunan Fisik dan Pembangunan Non Fisik
Di Dalam Kehidupan Masyarakat.
Mayumi, R. C., Ariani, N. M., & Sulistyawati, A. S. (2021). Motivasi Wisatawan
Nusantara dan Mancanegara dalam melakukan Online Reservasi melalui
Online Travel Agent di Padma Resort Legian Bali.
Poewarti, T., & Imaduddina, A. H. (2019). Keberhasilan Pembangunan Desa
Ditinjau dari Bentuk Partisipasi Masyarakat melalui Lembaga Ketahanan
Masyarakat Desa. Pawon, 3(2).
Soleh, A. (2017). Strategi pengembangan potensi desa. Jurnal Sungkai, 5(1), 32-
52
Urmila, M., Abdullah, I, Gusti, R. (2021). Perencanaan Desa Wisata Rindu
Hati Bengkulu Tengah. Journal Of Lifelong Learning, 4(2), 79-86
Utomo, S. J, & Satriawan, B. (2017). Strategi Pengembangan Desa Wisata di
Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang. Jurnal Neo-Bis, 11(2), 142-
153

xxi
LAMPIRAN
1. DOKUMENTASI

xxii
2. Anggaran Dana yang Digunakan
Untuk rincian biaya kami selama satu bulan melakukan observasi
kelapangan diantaranya, bensin Rp. 200.000,- lima kali perjalanan untuk
observasi, snack dan minuman Rp. 50.000,-

xxiii
3. Foto Konsep

xxiv
xxv

Anda mungkin juga menyukai