FAKTOR PENDUKUNG
Faktor pendukung adalah faktor-faktor yang mendukung keberhasilan dalam
pengembangan pariwisata berwawasan lingkungan di Bali. berikut merupakan faktor-
faktor pendukung dalam pengembangan pariwisata berwawasan lingkungan di Bali :2
1. Ekonomi : Keinginan masyarakat untuk meningkatkan taraf perekonomian membuat
masyarakat desa wisata memanfaatkan dengan membuka usaha-usaha disana. Keadaan
perekonomian masyarakat desa wisata menengah kebawah mendorong rasa masyarakat
untuk lebih bekerja keras. Walaupun masyarakat desa wisata mayoritas sebagai petani
namun tidak memungkiri bahwa sebagian ada juga yang berdagang di desa wisata.
2. Alam : Selain faktor ekonomi yang menjadi hal utama masyarakat dalam
berpartisipasi. Faktor lingkungan alam juga menjadi pendorong masyarakat dalam
berpartisipasi. Pada faktor lingkungan alam ini masyarakat ikut melestarikan dengan cara
menjaga dan merawat segala yang ada di desa wisata, terlebih lagi masyarakat desa
1
Soemarwoto, Otto, 2006. Pembangunan Berkelanjutan: Antara Konsep dan Realitas. Bandung, Departemen
Pendidikan Nasional Universitas Padjajaran Bandung, H.31
2
Asih Widi Lestari,2014, Faktor Pendukung Dan Faktor Penghambat Dalam Mewujudkan Pembangunan Pariwisata
Berwawasan Lingkungan, Jurnal Administrasi Publik Universitas Diponegoro
bekerja sebagai petani, penting sekali bagi mereka untuk merawat dan menjaga alam desa
mereka. Masyarakat desa wisata sering kali melakukan kerja bakti sosial seperti gotong
royong atau pembersihan-pembersihan yang berhubungan dengan alam. Terlebih lagi
Desa wisata memang menyuguhakan keasrian alamnya. Salah satu potensi wisata desa
wisata ialah panorama alam sawah yang luas dan bukit-bukit. Masyarakat mengerti
betapa pentingnya menjaga dan merawat yang menjadi sumber kehidupan mereka.
FAKTOR PENGHAMBAT
1. Anggaran yang dikeluarkan pemerintah Privinsi Bali dirasa masih kurang untuk
pengembangan pariwisata di desa – desa tertentu. Hal ini dikarenakan Pemerintah Bali
mengutamakan program-program yang lebih penting untuk di danai.
2. Banyaknya investor yang tidak sadar akan lingkungan.3
3
Sutisna, N. 2006. Enam Tolak Ukur Pembangunan Berkelanjutan. Jakarta: Regional Development Institute, H.47
- Pasal 1 Paragraf 2 menetapkan bahwa yang dimaksud dengan perdagangan jasa
dalam GATS adalah pasokan jasa:
1) Cara yang pertama, perdagangan jasa intemasional dilakukan dari wilayah atau negara
pemasok jasa (supplier) ke dalam wilayah negaralain (konsumen) dimana dalam
memberikan jasa tersebut pemasok tidak memasuki wilayah atau negara konsumen.
Cara yang pertama ini dikenal juga dengan istilah Cross Border Supply (CBS) 4, yang
menekankan pada unsur lintas batas negara dalam pemasokan jasa intemasional. Cara
perdagangan jasa yang pertama Ini menurut Bernard Hoekman dan Michel Kostecki,
hanya dapat diterapkan terhadap kegiatan jasayang tidak mensyaratkan kedekatan fisik
antara antara pemasok jasadengan penggunajasa. Contoh kegiatan jasa yang dapat
dilakukan dengan cara pertama ini antara lain adalah jasakonsultasi melalui media
elektronik, dan beberapa macam jasa perbankan yang dilakukan melalui media
elektronik, seperti melalui internet, serta melalui telepon (phone banking).
2) Cara yang kedua, perdagangan jasa intemasional dilakukan dengan cara pengguna jasa
mendatangi pemasok jasadi wilayah negara yang berbeda. Cara perdagangan jasa ini
diterapkan terhadap kegiatan jasa yang membutuhkan kedekatan fisik antara pemasok
jasa dengan pengguna jasa.Contoh yang dapat dikemukakan antara lain seperti seorang
pasien dari Indonesiayang berobat ke Rumah Sakit di Singapura (jasa kesehatan).
Termasuk dalam kategori kegiatan jasa yang dapat dilakukan dengan cara ini adalah
jasa pendidikan dan jasa pariwisata.
3) Pengaturan kebijakan dalam perdagangan jasa pariwista di era globalisasi ialah :
Kebijakan pariwisata di Indonesia itu ialah mencakup 3 aspek :
4
Marzuki Usman, 1995, GATT: Pokok-pokok Pengaturan dan Komitmen Indonesia dalam Sektor Jasa Pariwisata
dalam Mini Economica, No.23, H.47
a) Kepariwisataan sebagai bentuk perdagangan jasa
b) Hubungan kegiatan bisnis kepariwisataan dengan kebudayaan dan lingkungan
hidup
c) Hukum yang mengatur kegiatan perdagangan jasa pariwisata dan hubungan
pariwisata dengan kebudayaan
Cara cara pengaturan kebijakannya ialah:
5
Oka.A.,Yoeti. Pengantar Ilmu Pariwisata.(Bandung: Angkasa.2000), H. 34
6
Daldjoeni, N. Pengantar Geografi Untuk Mahasiswa dan Guru Sekolah. (Bandung: Alumni, 1999), H. 23
7
Sutrisna, Slamet. 1992. “Budaya Keilmuan dan Situasinya di Indonesia” dalam Tantangan Kemanusiaan Universal.
Yogyakarta : Kanisius
Menimbang :
a. bahwa pembangunan kepariwisataan bertumpu pada
keanekaragaman, keunikan dan kekhasan budaya dan alam
dengan tidak mengabaikan kebutuhan masa yang akan datang,
sehingga diharapkan mendorong pertumbuhan ekonomi yang
membawa manfaat pada kesejahteraan masyarakat;
b. bahwa pembangunan destinasi pariwisata perlu dilakukan
secara terpadu, berkelanjutan dan bertanggungjawab sehingga
diperlukan adanya penjabaran kriteria destinasi pariwisata yang
berkelanjutan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri
Pariwisata tentang Pedoman Destinasi Pariwisata
Berkelanjutan.8
Fungsi sifatnya
umum (seperti
asas, maksud dan
tujuan), sehingga
tidak perlu
dirumuskan
tersendiri dalam
pasal atau bab.
Hal ini sejalan
dengan petunjuk
Nomor 98
Lampiran II
Undang-Undang
Nomor 12 Tahun
2011 tentang
Pembentukan
Peraturan PUU.
Dalam petunjuk
huruf c
dikatakan bahwa
ketentuan yang
mencerminkan
asas, maksud dan
tujuan
seharusnya
masuk dalam
ketentuan umum
dan tidak
dirumuskan
tersendiri dalam
pasal atau bab.
10
Spillane,J, James, 1987, Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan Prospeknya, Kanisus, Yogyakarta
11
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 49 No. 2 Agustus 2017
Dampak pembangunan pariwisata adalah dampak akibat adanya pembangunan pariwisata
yang menimbulkan akibat positif maupun negatif, sebenarnya tedapat 3 (tiga) bidang
pokok yang kuat dipengaruhi yaitu ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan.12
12
Erawan,I wayan.1985, Pengaruh Kebijakan Pariwisata Terhadap Industri Paiwisata Bali.Denpasar, Universitas
Udayana
- Peningkatan jumlah wisatawan membawa masalah seperti membuang sampah
sembarangan, pencemaran dan erosi jalan setapak. Semua ini membutuhkan waktu dan
uang untuk membersihkan.
- Investasi luar negeri, seperti hotel mewah, dapat berarti bahwa uang akan kembali ke
negara asal. Hotel ini juga dapat mengambil untung dari wisatawan lokal dan asing.
- Budaya lokal bisa mendevaluasi oleh pariwisata. Mereka mungkin hampir menjadi
pertunjukan orang aneh, di mana pengunjung mulai melihat ke bawah pada penduduk
setempat sebagai yang berbeda.
- Adakala wisatawan asing memanfaatkan kelonggaran imigrasi untuk menyelundupkan
narkoba dan menjualnya di lokasi wisata
- Pariwisata dan vulnerability ekonomi, karena di negara kecil dengan perekonomian
terbuka, pariwisata menjadi sumber mudah kena serang atau luka (vulnerability),
khususnya kalau negara tersebut sangat tergantung pada satu pasar asing.
- Polarisasi spasial dari industri pariwisata dimana perusahaan besar mempunyai
kemampuan untuk menerima sumber daya modal yang besar dari kelompok besar
perbankan atau lembaga keuangan lain. Sedangkan perusahaan kecil harus tergantung
dari pinjaman atau subsidi dari pemerintah dan tabungan pribadi. Hal ini menjadi
hambatan dimana terjadi konflik aspasial antara perusahaan kecil dan perusahaan besar.
- Sifat dari pekerjaan dalam industri pariwisata cenderung menerima gaji yang rendah,
menjadi pekerjaan musiman, tidak ada serikat buruh.
- Dampak industri pariwisata terhadap alokasi sumber daya ekonomi industri ini dapat
menaikkan harga tanah dimana kenaikan harga tanah dapat menimbulkan kesulitan bagi
penghuni daerah tersebut yang tidak bekerja disektor pariwisata yang ingin membangun
rumah atau mendirikan bisnis disini.
- Dampak terhadap lingkungan, bisa berupa polusi air atau udara, kekurangan air,
keramaian lalu lintas dan kerusakan dari pemandangan alam yang tradisional.13
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
13
Bakaruddin. 2008. Perkembangan dan Permasalahan Kepariwisataan. Padang: UNP Press, H. 56 - 58
Soemarwoto, Otto, 2006. Pembangunan Berkelanjutan: Antara Konsep dan Realitas.
Bandung, Departemen Pendidikan Nasional Universitas Padjajaran Bandung.
Marzuki Usman, 1995, GATT: Pokok-pokok Pengaturan dan Komitmen Indonesia dalam
Sektor Jasa Pariwisata dalam Mini Economica, No.23.
Sutisna, N. 2006. Enam Tolak Ukur Pembangunan Berkelanjutan. Jakarta: Regional
Development Institute.
Oka.A.,Yoeti. Pengantar Ilmu Pariwisata.(Bandung: Angkasa.2000).
Daldjoeni, N. Pengantar Geografi Untuk Mahasiswa dan Guru Sekolah. (Bandung:
Alumni, 1999).
Spillane,J, James, 1987, Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan Prospeknya, Kanisus,
Yogyakarta
Erawan,I wayan.1985, Pengaruh Kebijakan Pariwisata Terhadap Industri Paiwisata
Bali.Denpasar, Universitas Udayana
Bakaruddin. 2008. Perkembangan dan Permasalahan Kepariwisataan. Padang: UNP
Press.
Jurnal :
Perundang – undangan :