Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kebijakan publik pada umumnya dipahami sebagai suatu upaya atau

tindakan pemerintah yang dibuat dalam rangka melaksanakan tugas-tugas

pemerintahannya, dalam wujud pengaturan ataupun keputusan. Pada

praktiknya, kebijakan publik merupakan hasil dari proses politik yang

dijalankan dalam suatu sistem pemerintahan negara, yang di dalammya

terkandung langkah-langkah sebagai upaya yang harus dilaksanakan oleh

pemerintah selaku penyelenggara negara (Anggara, 2014).

Di negara modern saat ini kebijakan publik memiliki fokus utama

pada pelayanan publik, yaitu segala sesuatu yang dapat dilakukan oleh negara

sebagai upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidup

orang banyak, dengan menyeimbangkan hak-hak dan kewajiban negara serta

harus mampu mengakomodir berbagai ragam kepentingan kelompok

masyarakat kedalam suatu produk kebijakan yang lebih bersifat prioritas,

yang mengarah pada penataan kepentingan yang lebih luas serta mencapai

amanat konstitusi.

Kebijakan publik yang dapat mempertahankan dan meningkatkan

kualitas hidup orang dapat dihasilkan melalui prosedur yang kompleks,

sebagaimana tahapan kebijakan yang ditawarkan Jones dan beberapa ahli

lainnya, menyatakan domain kebijakan publik meliputi penyusunan agenda,

1
2

formulasi kebijakan, adopsi kebijakan,implementasi, dan penilaian kebijakan.

(Anggara, 2014).

Dari beberapa tahapan kebijakan tersebut tahap penilaian menjadi

penentu bagi para pembuat kebijakan. Sehingga untuk mendapatkan

kebijakan yang sampai pada tujuan harus bisa mengantisipasi dampak dan

implikasinya, sehingga pada semua tahap kebijakan publik dirasa sangat perlu

untuk mengevaluasi berjalannya setiap tahap dari kebijakan.

Evaluasi kebijakan menjadi suatu bagian yang sangat penting setelah

melewati beberapa langkah hingga pada tahap implementasi kebijakan, baik

pada level Nasional maupun daerah, dengan tujuan untuk mengetahui sejauh

mana efektivitas pencapaian tujuan serta kesesuaian harapan dengan realita

yang terjadi pasca implementasi kebijakan, sehingga di rasa sangat perlu

adanya kontrol sejak awal. Maka hasil kebijakan akan menjadi dasar untuk

evaluasi kebijakan dan transmisi antara hasil dan dampak kebijakan

sebelumnya dengan kebijakan selanjutya. Menurut Darwin (Hayat, 2018)

menyatakan bahwa evaluasi kebijakan pada dasarnya adalah suatu proses

untuk menilai seberapa jauh suatu kebijakan membuahkan hasil dengan cara

membandingkan antara hasil yang diperoleh dengan tujuan kebijakan yang

ditentukan.

Istilah evaluasi mempunyai arti yang berhubungan, masing-masing

menunjuk pada aplikasi beberapa skala nilai terhadap hasil kebijakan dan

program. Evaluasi menghasilkan tuntutan-tuntutan yang bersifat evaluatif


3

terhadap hasil kebijakan-kebijakan sebelumnya yang menjadi landasan untuk

mewujudkan tujuan kebijakan selanjutnya. (Dunn, 2003).

Sehubungan dengan hal itu evaluasi kebijakan terkait pengembangan

Sumber Daya Manusia (SDM) di sektor pariwisata khususnya pada sub sektor

perhotelan saat ini dirasa perlu mendapat perhatian khusus, dikarenakan

industri perhotelan khususnya dan pariwisata pada umumnya merupakan

sumber devisa negara yang cukup besar. Pariwisata merupakan salah satu

sektor yang potensial sebagai pemberi sumbangsih besar dalam pertumbuhan

berbagai aspek seperti sosial dan ekonomi di setiap negara, karena dapat

meningkatkanan kesejahteraan masyarakat. Sehingga di perlukan skala

prioritas dari pemerintah baik pusat maupun daerah untuk pengembangan

pariwisata dalam bentuk kebijakan-kebijakan yang mengatur dan mengarah

pada perkembangan pariwisata.

Berlandaskan pada tujuan negara dan cita-cita bangsa Indonesia

yang bersifat Nasional tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar

1945 alenia ke-empat yaitu: “Melindungi segenap bangsa Indonesia dan

seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia

berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial”. Dengan demikian maka

sudah menjadi kewajiban bersama bagi pemerintah dan masyarakat untuk

mewujudkan itu semua khusunya melalui sektor pariwisata. Hal ini menjadi

tanggung jawab kita bersama terutama pemerintah pusat maupun daerah

yang berwenang. Beberapa Peraturan seperti Peraturan Presiden, Peraturan


4

Gubernur maupun Peraturan Bupati/Wali Kota merupakan faktor pendukung

yang kuat bagi pengembangan sektor pariwisata.

Bentuk Negara Indonesia yang merupakan Negara kepulauan

membuat Indonesia mempunyai pemandangan alam yang sangat indah, serta

keberagaman adat budaya yang mampu menawan perhatian para wisatawan

baik lokal maupun mancanegara. Hal ini membuka peluang besar bagi

jalannya sektor-sektor lain yang juga mendukung berlansungnya aktivitas

pariwisata, seperti sosial ekonomi, transportasi, jasa Tour Guide, Restaurant,

Usaha Mikro Kecil Menengan (UMKM), serta yang tak kalah penting yaitu

sub sektor perhotelan. Dampak yang ditimbulkan sejalan dengan Undang-

Undang Nomor 10 Tahun 2009 Pasal 4 yang menjelaskan bahwa tujuan dari

kepariwisataan Indonesia adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

meningkatkan kesejahteraan rakyat, menghapus kemiskinan, mengatasi

pengangguran, melestarikan alam, lingkungan, sumber daya, memajukan

kebudayaan, mengangkat citra bangsa, memupuk rasa cinta tanah air,

memperkukuh jati diri, kesatuan bangsa dan mempererat persahabatan antar

bangsa.

Pariwisata menjadi sebuah industri yang tidak akan bisa lepas dari

pada SDM. Dikarenakan SDM merupakan penggerak bagi jalannya kebijakan

dalam mengembangkan berbagai aspek yang mengarah pada majunya

kepariwisataan. Wisata pun terwujud dari interaksi antara manusia yang

melakukan wisata yang berperan sebagai konsumen, yaitu pihak-pihak yang

melakukan perjalanan wisata atau yang disebut “wisatawan” atau (tourist).


5

Dalam dunia pariwisata manusia juga berperan sebagai produsen,

yaitu pihak-pihak yang menawarkan barang dan jasa kepada wisatawan

dengan kata lain sebagai pelaku wisata atau pekerja (employment). Adapun

peran SDM sebagai pekerja dapat berupa SDM di lembaga pemerintah, SDM

yang bertindak sebagai pengusaha (wirausaha) yang berperan dalam

menentukan kepuasan dan kualitas para pekerja, para ahli dan profesional

yang turut serta dalam mengamati, mengendalikan dan meningkatkan kualitas

kepariwisataan , serta yang tidak kalah pentingnya yaitu masyarakat yang

berada disekitar kawasan wisata yang turut serta mempengaruhi kenyamanan

para wisatawan saat melakukan kegitan wisata di daerah, sehingga aspek

manusia menjadi salah satu motor penggerak bagi kelansungan industri

wisata di suatu Negara.

Untuk lebih memahami pengertian pariwisata terkait dengan SDM

dijelaskan dalam Undang-undang No.10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan,

pariwisata adalah “ berbagai macam kegiatan wisata dan didukung dengan

berbagai fasilitas dan layanan yang disediakan oleh masyarakat,pengusaha,

pemerintah, dan pemerintah daerah”. Sedangkan yang dimaksud dengan

Kepariwisataan adalah “seluruh kegiatan yang berkaitan dengan pariwisata

yang bersifat multi dimensi dan multi disiplin yang muncul sebagai wujud

kebutuhan setiap orang dan negara serta intraksi antar wisatawan dan

masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah daerah, dan pengusaha”.

Sedangkan industri pariwisata adalah “kumpulan usaha pariwisata yang


6

saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan jasa dalam memenuhi

kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata”.

Berdasarkan pada tiga pengertian pariwisata diatas maka yang

dimaksud dengan SDM pariwisata adalah seluruh aspek manusia yang

mendukung kegiatan wisata baik yang bersifat tangibel maupun intangibel

yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan, dan mewujudkan terciptanya

kepuasan wisatawan serta dapat berdampak positif terhadap perkembangan

ekonomi, kesejahteraan, kelestarian lingkungan dan budaya di suatu

kawasan wisata.

Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir tahun 2009-2019

pariwisata dunia terus mengalami peningkatan namun mengalami

penurunan sekitar awal tahun 2020, setelah menyebarnya wabah yang

dikenal dengan Corona Virus Disease (Covid-19) yang awal mula

penyebarannya diberitakan berasal dari Wuhan di China yang diperkirakan

sejak akhir tahun 2019. Namun pandemi dengan sangat cepat menyebar ke

berbagai belahan Negara di dunia termasuk Negara Indonesia, sehingga

akses keluar masuk antar Negara sangat diperketat, bahkan di lock down

untuk mencegah penyebaran Covid-19.

Pandemi Covid-19 membawa dampak buruk bagi dimensi manusia

dan sosial. Berbagai sektor kehidupan masyarakat mengalami penurunan

akibat terdampak pandemi. Tidak hanya sekedar pada pasokan dalam

negeri saja, bahkan juga global mengalami gangguan pada sektor ekonomi

seperti volatilitas pasar keuangan dan guncangan permintaan konsumen.


7

sehingga Covid-19 dapat dikatakan sebagai kejutan bagi ekonomi global

termasuk Indonesia. Hal ini membawa dampak negatif juga di sektor

perjalanan dan pariwisata. Dampak wabah Covid-19 sangat terasa diseluruh

rantai nilai pariwisata hingga banyak mempengaruhi perusahaan kecil dan

menengah.

Tekanan yang terjadi pada industri pariwisata sangat terlihat pada

adanya penurunan jumlah kedatangan wisatawan mancanegara dengan

jumlah yang tinggi terlihat dari pembatalan besar-besaran dan penurunan

pemesanan berbagai akomodasi pariwisata. Penurunan juga terjadi karena

hambatan perjalanan domestik, terutama karena kekhawatiran masyarakat

yang sangat tinggi terhadap dampak Covid-19. Penurunan pada bisnis

pariwisata dan perjalanan sangat berdampak besar terhadap UMKM, dan

dapat memberi dampak gangguan pada lapangan pekerjaan, padahal selama

ini pariwisata merupakan sektor yang padat karya, mampu penyerap bahkan

sampai belasan juta SDM.

Sejak Covid-19 di umumkan pertama kali di Indonesia pada awal

Maret 2020 tingkat hunian hotel sudah mulai menurun, sehubungan juga

dengan adanya kebijakan pemerintah untuk lock down dan Pembatasan

Sosial Bersekala Besar (PSBB). Sehingga hal tersebut sangat berdampak

pada sektor akomodasi khususnya industri perhotelan.

Hampir semua instansi di berbagai lini di lock down, para tenaga

kerja banyak yang di pekerjakan dari rumah (Work From Home), bahkan
8

tidak sedikit para karyawan yang sampai di PHK (Pemutusan Hubungan

Kerja), yang disebabkan oleh terbatasnya aktivitas diluar rumah untuk

menghindari kerumunan terlebih untuk bekerja. Sehingga menekan

pemasukan bagi perusahaan yang membuat kesulitan untuk menggaji para

karyawan.

Namun ketika pemerintah telah melonggarkan PSBB dan menuju

masa adaptasi kenormalan baru atau masa New Normal, sekitar pertengahan

Juli 2020 lalu hingga saat ini industri pariwisata terlihat mulai bergerak

dinamis. Hal ini dapat dilihat dari sektor perhotelan yang pada masa awal

pandemi sangat anjlok kini dikabarkan okupansinya sudah mulai meningkat.

Covid-19 memang telah membawa dampak yang sangat besar bagi

berbagai aspek kehidupan masyarakat khususnya industri perhoten di

berbagai daerah wisata, khususnya Nusa Tenggara Barat (NTB) yang

merupakan salah satu Provinsi yang menjadi destinasi unggulan di

Indonesia. Pada tahun 2016 kawasan Mandalika menjadi sorotan kunjungan

bagi para wisatawan karena telah banyak dibangun resort dan hotel yang

bertaraf Internasional.

Sejak akhir tahun 2019 juga telah dibangun Pertamina Mandalika

Internastional Circuit di Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat

(NTB) yang telah diresmikan oleh presiden Joko Widodo pada bulan

November 2021 yang siap digunakan sebagai lokasi balapan MotoGP di

tahun 2022 . Hal ini tentu akan menjadi peluang besar bagi industri
9

pariwisata, khusunya pelaku usaha di sub sektor perhotelan dengan

banyaknya kunjungan wisatawan baik lokal maupun mancanegara yang

akan menempati kamar hotel, maka akan berdampak juga pada peningkatan

pendapatan masyarakat dan daerah.

Wisatawan tentu tidak hanya akan melewatkan waktunya dengan

menyaksikan balapan saja. Namun bisa berkeliling menikmati berbagai

macam destinasi wisata yang tak hanya berpusat di kawasan Mandalika saja,

tapi juga di bagian timur Pulau Lombok yang merupakan kaki dan lembah

Gunung Rinjani yang sejuk khususnya di Kabupaten Lombok Timur yang

memiliki banyak destinasi wisata alam yang menawan minat para

wisatawan seperti Desa Wisata Tete Batu, dan Desa Sembalun yang

merupakan surga kecil di kaki gunung Rinjani yang sangat mempesona.

Mengingat pada Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2016 tentang

Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten

Lombok Timur Tahun 2016 Nomor 6, tambahan Lembaran Daerah

Kabupaten Lombok Timur Nomor 4), Sebagaimana yang telah diubah

dengan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2020 (Lembaran Daerah

Kabupaten Lombok Timur Tahun 2020 Nomor 5). Maka ditetapkan

Peraturan Bupati Lombok Timur Nomor 52 Tahun 2020 tentang

(Kedudukan, Struktur Organisasi, Tugas dan Fungsi, serta Tata Kerja Dinas

Pariwisata).
10

Berdasarkan pada Perbup Nomor 52 Tahun 2020 tersebut tertuang

dalam Pasal 4 bahwa Dinas Pariwisata mempunyai tugas merumuskan

bahan kebijakan teknis, perencanaan strategis, pembinaan, fasilitasi,

pengkajian, koordinasi, analisis dan evaluasi penataan bidang pariwisata.

Yang kemudian dikuti dengan fungsi yang selaras sesuai tugas dari masing-

masing bidang yang ada di Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Timur.

Dari sejak pandemi melanda dunia hingga sampai pada masa New

Normal saat ini, dengan adanya Sirkuit Mnadalika di Pulau Lombok, maka

akan menjadi umpan yang empuk bagi para wisatawan dari berbagai manca

negara untuk berdatangan ke Pulau Lombok. Pemerintah dan masyarakat

setempat tentu harus mampu memfasilitasi dan menampung diperkirakan

sekitar puluhan bahkan sampai ratusan ribu wisatawan yang akan datang ke

Pulau Lombok.

Vaksinasi pun juga gencar di ratakan (harus) kepada seruluh

masayarakat di NTB dengan pengewasan ketat dari pemerintah setempat

hingga di cari ke rumah-rumah bagi yang terdata belum vaksinasi. Saat ini

anak-anak di tingkat Sekolah Dasar (SD/MI) juga tengah diratakan untuk

vaksinasi meskipun banyak dari para orang tua wali yang cemas dan tidak

setuju meski di bahasakan dengan imunisasi bagi anak-anak, namun semua

diperuntukkan bagi kesiapan pemerintah masayarakat setempat untuk

menerima kedatanagan wisatawan ke Pulau Lombok. Disamping itu

dikhawatirkan lagi dengan virus varian baru yang kini kian bermunculan

lagi yang disebut Omicron.


11

Jika di tinjau dari dampak pandemi yang menimpa sektor

pariwisata khususnya subsektor perhotelan, sebelumnya banyak hotel-hotel

yang ditutup dan tidak sedikit tenaga kerja (SDM) yang dirumahkan bahkan

banyak pula yang di PHK. Namun kini jelang digelar MotoGP di kawasan

Mandalika, pulau Lombok umumnya dikabarkan akan diledakkan dengan

kedatangan puluhan ribu wisatawan, namum pemanfaatan sektor

penginapan khusunya di kabupaten Lombok Timur masih belum optimal.

Seperti yang dilansir dari Suarantb.com bahwa setelah dicek

tingkat dari keterisian hotel baik hotel bintang maupun non bintang

hasilnya saat ini baru sekitar 54,96 persen yang sudah terbooking untuk

MotoGP. Adapun jumlah kamar hotel, homestay,sarhunta dan camping

ground yang siap digunakan sebagai akomodasi MotoGP sebanyak 24.768

kamar, sehingga para penonton juga nanti akan diarahkan kesana, agar

dampak MotoGP bisa dirasakan oleh para pengelola desa wisata dan

pengelola homestay.

Kebijakan maupun upaya pemerintah untuk menyikapi sumber

daya manusia sebagai penggerak jalannya aktivitas pariwisata sebelum dan

pasca pandemi tentu akan berbeda. Berdasarkan juga pada tugas dan fungsi

Dinas Pariwisata dalam Peraturan Daerah Nomor 52 Tahun 2020 Kabupaten

Lombok Timur khusnya di masa pandemi sekarang ini, maka dari sinilah

yang melatarbelakangi penelitian ini sehingga peneliti hendak melakukan

sebuah riset untuk menjawab seperti apa bentuk evaluasi kebijakan yang

dilakukan serta faktor yang mempengaruhi evaluasi kebijakan terkait SDM


12

pariwisata khusunya di sub sektor perhotelan dengan mengangkat judul

“Evaluasi Kebijakan Sumber Daya Manusia Di Masa Pandemi Covid-19

pada Sektor Pariwisata Sub Sektor Perhotelan Di Kabupaten Lombok

Timur”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka

rumusan masalah yang akan dijawab sebagai berikut:

1. Bagaimanakah bentuk evaluasi kebijakan Sumber Daya Manusia (SDM)

di masa pandemi Covid-19 pada sektor pariwisata sub sektor perhotelan di

Kabupaten Lombok Timur?

2. Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat pada evaluasi

kebijakan Sumber Daya Manusia (SDM) di masa pandemi Covid-19 pada

sektor pariwisata sub sektor perhotelan di Kabupaten Lombok Timur?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada masalah yang telah dirumuskan diatas, maka

tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk memperoleh fakta-fakta

empiris mengenai bentuk dan faktor-faktor yang mempengaruhi evaluasi

kebijakan Sumber Daya Manusia di masa pandemi Covid-19 sektor

pariwisata sub sektor perhotelan di Kabupaten Lombok Timur.

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu:


13

1. Untuk mendeskripsikan bentuk evaluasi kebijakan Sumber Daya Manusia

di masa pandemi Covid-19 pada sektor pariwisata sub sektor perhotelan di

Kabupaten Lombok Timur.

2. Untuk mendeskripsikan apa saja yang menjadi faktor pendukung dan

penghambat pada evaluasi kebijakan Sumber Daya Manusia di masa

pandemi Covid-19 pada sektor pariwisata sub sektor perhotelan di

Kabupaten Lombok Timur.

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan dari pada penelitian ini, maka hasil

penelitian ini di harapkan dapat memberi kegunaan sebagai berikut:

1. Manfaat Praktis

Untuk manfaat praktis dari penelitian ini, diharapkan dapat

menjadi bahan masukan bagi para pembuat kebijakan (Policy Maker) dan

pelaksana kebijakan (Policy Implementator) untuk Sumber Daya Manusia

dalam sektor pariwisata khususnya sub sektor perhotelan di Kabupaten

Lombok Timur.

2. Manfaat Teoritis

1). Kegunaan teoritis dalam hal ini diharapkan dapat memberi kontribusi

secara ilmiah dan pengembangan teori-teori kebijakan publik yang

telah ada, khusunya kebijakan yang terkait dengan Sumber Daya

Manusia sektor pariwisata subsektor perhotelan.


14

2). Sebagai acuan bagi peneliti lain yang melakukan penelitian di bidang

yang sama.

3). Bagi pendidikan tinggi diharapkan dapat dijadikan masukan dan

sumbangan pemikiran dalam melengkapi bahan bacaan atau literatur

bidang kebijakan publik di bidang pariwisata.

1.5 Sistematika Penulisan

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian
1.5 Sistematika Penulisan

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu


2.2 Teori-Teori
2.2.1 Teori Evaluasi Kebijakan Publik
2.2.2 Teori SDM
2.3 Konsep-Konsep
2.3.1 Konsep Kebijakan Publik
2.3.2 Konsep Pariwisata
2.3.3 Konsep Perhotelan
2.3.4 Konsep Pandemi Covid-19
2.4 Kerangka Konseptual

III METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

3.2 Lokasi dan Fokus Penelitian


15

3.3 Instrumen Penelitian

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.5 Informan

3.6 Teknik Analisis Data

3.7 Teknik Keabsahan Data

IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Kabupaten Lombok Timur

4.2 Gambaran Umum Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Timur

V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.2 Pembahasan

VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan

6.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai