Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Seminar Masalah Kebijakan Publik
Dosen Pengasuh:
Minto Hadi, Drs., M.Si
Kelas F :
Indah Sampurna (145030100111080)
Cyntya Thalia (145030107111045)
Inge Sylvarosa Kusdinar (145030101111026)
Page | 1
Dalam Undang-Undang No.10 tahun 2009 Tentang Kepariwisataan juga dijelaskan
bahwa kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di
dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas,
serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan. Dalam
hal ini, pemerintah Indonesia sedang memperbaiki aksesbilitas pariwisata bagi turis asing
yang ingin berkunjung ke Indonesia untuk meningkatkan kepariwisataan Indonesia dengan
mengeluarkan Peraturan Presiden No. 21 tahun 2016 Tentang Bebas Visa Kunjungan dan
di dalamnya terdapat 169 negara yang diberikan bebas visa kunjungan tersebut.
Untuk menambah wawasan terhadap dunia kepariwisataan, serta untuk mengetahui
sektor pariwisata dalam mendorong perekonomian Indonesia, kami tertarik untuk
mengangkat topik kebijakan publikini dengan memberi judul Positif dan Negatif
Kebijakan Bebas Visa Jokowi.
BAB II
PEMBAHASAN
Page | 2
bertindak. Pedoman tersebutdapat sederhana atau kompleks, umum atau khusus, luas atau
sempit, kabur atau jelas, longgar atau terperinci, publik atau privat, kualitatif atau
kuantitatif. Sementara Menurut James E. Anderson (1978) kebijakan adalah perilaku dari
aktor (pejabat, kelompok, instansi pemerintah) atau serangkaian aktor dalam suatu
bidangkegiatan tertentu.
Pengertian ini memberikan pemahaman bahwa kebijakan dapat berasal dari
seorang pelaku atau sekelompok pelaku yang berisi serangkaian tindakan yang
mempunyai tujuan tertentu. Kebijakan ini diikuti dan dilaksanakan oleh seorang pelaku
atau sekelompok pelaku dalam rangka memecahkan suatu masalah tertentu.
Kebijakan dan politik tidak dapat dipisahkan. Pengambilan keputusan mengenai
tujuan dari sistem politik itu menyangkut seleksi antara beberapa alternatif dan
penyusunan skala prioritas. Untuk melaksanakan tujuan itu perlu ditentukan
kebijaksanaan publik (Public Policy) yang menyangkut pembagian (distribution) atau
alokasi (allocation).
James E. Anderson secara lebih jelas menyatakan bahwa yang dimaksud
kebijakan publik adalah kebijakan yang dikembangkan oleh badan-badan dan pejabat
pejabat pemerintah. Pengertian ini, menurutnya, berimplikasi:
1. bahwa kebijakan selalu mempunyai tujuan tertentu atau merupakan tindakan yang
berorientasi pada tujuan,
2. bahwa kebijakan itu berisi tindakan-tindakan atau pola-pola tindakan pejabat-pejabat
pemerintah,
3. bahwa kebijakan merupakan apa yang benar benar dilakukan oleh pemerintah,
4. bahwa kebijakan bisa bersifat positif dalam arti merupakan beberapa bentuk
tindakan pemerintah mengenai suatu masalah tertentu atau bersifat negatif dalam
arti merupakan keputusan pejabat pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu,
5. bahwa kebijakan, dalam arti positif, didasarkan pada peraturan perundang-
undangan dan bersifat memaksa (otoritatif).
Page | 3
pengertian Irfan Islamy meniscayakan adanya kepentingan bagi seluruh masyarakat yang
harus dipenuhi oleh suatu kebijakan dari pemerintah.
Untuk itulah pengertian kebijakan sebagai suatu arah tindakan dapat dipahami
secara lebih baik bila konsep ini dirinci menjadi beberapa kategori. Kategori - kategori
itu antara lain adalah tuntutan-tuntutan kebijakan ( policy demands), keputusan-
keputusan kebijakan (policy decisions), pernyataan-pernyataan kebijakan
(policy statements), hasil-hasil kebijakan ( policy outputs), dan dampak-dampak kebijakan
(policy outcomes).
Tuntutan-tuntutan kebijakan adalah tuntutan-tuntutan yang dibuat oleh aktor-
aktor swasta atau pemerintah, ditujukan kepada pejabat-pejabat pemerintah dalam suatu
sistem politik. Keputusan kebijakan diartikan sebagai keputusan-keputusan yang dibuat
oleh pejabat-pejabat pemerintah yang mengesahkan atau memberi arah dan substansi
kepada tindakan-tindakan kebijakan publik. Sedangkan pernyataan-pernyataan kebijakan
adalah pernyataan-pernyataan resmi atau artikulasi-artikulasi kebijakan publik. Hasil-hasil
kebijakan lebih merujuk pada manifestasi nyata dari kebijakan, yaitu hal-hal yang
sebenarnya dilakukan menurut keputusan-keputusan dan pernyataan-pernyataankebijakan.
Adapun dampak-dampak kebijakan lebih merujuk pada akibat-akibatnya bagimasyarakat,
baik yang diinginkan atau tidak diinginkan yang berasal dari tindakan atautidak adanya
tindakan pemerintah.
Kebijakan publik adalah keputusan-keputusan yang mengikat bagi orang banyak
padatataran strategis atau bersifat garis besar yang dibuat oleh pemegang otoritas publik.
Sebagai keputusan yang mengikat publik maka kebijakan publik haruslah dibuat oleh
otoritas politik, yakni mereka yang menerima mandat dari publik atau orang banyak,
umumnya melalui suatu proses pemilihan untuk bertindak atas nama rakyat banyak
Selanjutnya, kebijakan publik akan dilaksanakan oleh administrasi negara yang di
jalankan oleh birokrasi pemerintah. Fokus utama kebijakan publik dalam negara modern
adalah pelayanan publik, yang merupakan segala sesuatu yang bisa dilakukan oleh negara
untuk mempertahankan atau meningkatkan kualitas kehidupan orang banyak.
Menyeimbangkan peran negara yang mempunyai kewajiban menyediakan
pelayan publik dengan hak untuk menarik pajak dan retribusi; dan pada sisi lain
menyeimbangkan berbagai kelompok dalam masyarakat dengan berbagai kepentingan
serta mencapai amanat konstitusi.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik
merupakan serangkaian tindakan yang menjadi keputusan pemerintah untuk melakukan
Page | 4
atau tidak melakukan sesuatu yang bertujuan untuk memecahkan masalah demi
kepentingan masyarakat.
1. Fokus nilai. Evaluasi merupakan usaha untuk mengetahui manfaat dan kegunaan
sosial dari kebijakan atau program yang dilakukan pemerintah, dan bukan sekedar
untuk mengumpulkan informasi mengenai hasil aksi kebijakan yang terantisipasi dan
tidak terantisipasi.
2. Interdependensi Fakta-Nilai. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan kebijakan tidak
hanya didasarkan pada kepuasan sejumlah individu, kelompok, atau seluruh
Page | 5
masyarakat. Tetapi harus didukung oleh buktibukti yang menunjukkan hasil-hasil
kebijakan secara aktual yang merupakan konsekuensi dari aksi-aksi yang dilakukan
dalam pemecahan masalah. Dalam hal ini, pemantauan atas pelaksanaan kebijakan
menjadi prasyarat bagi evaluator dalam melakukan evaluasi kebijakan.
3. Orientasi Masa Kini Dan Masa Lampau. Evaluasi bersifat retrospektif dan setelah
aksi-aksi dilakukan (ex post) dan bersifat prospektif dan dibuat sebelum aksi-aksi
dilakukan (ex ante). Berdasarkan sifat-sifat evaluasi itu, maka tuntutan atas evaluasi
itu sendiri diarahkan untuk mengetahui pada hasil sekarang dan masa lalu.
4. Dualitas nilai. Nilai-nilai yang mendasari tuntutan terhadap adanya evaluasi
mempunyai kualitas ganda karena nilai-nilai itu dipandang sebagai tujuan sekaligus
dipandang sebagai sebuah cara. Dalam hal ini, penataan nilai-nilai dalam suatu
hierarki akan dapat merefleksikan kepentingan relatif dan saling ketergantungan antar
tujuan dan sasaran.
Page | 6
Indonesia yang ditargetkan sebesar 20 juta wisatawan pada tahun 2019. Berikut adalah
pembebasan visa yang dimaksud:
1. Penerima fasilitas bebas visa adalah orang asing yang bukan warga negara Indonesia
untuk melakukan perjalanan ke Wilayah Indonesia dan diberikan izin tinggal paling
lama tiga puluh hari (tidak boleh diperpanjang).
2. Bebas visa tidak diberikan atas kunjungan dalam rangka jurnalistik.
3. Yang dimaksud dengan visa adalah keterangan tulis yang memuat persetujuan bagi
Orang Asing untuk melakukan perjalanan ke Wilayah Indonesia dan menjadi dasar
pemberian izin tinggal.
4. Terdapat 169 Negara yang terdaftar dalam fasilitas bebas visa kunjungan.
Page | 7
jumlah wisman. Di tahun 2016, wisman sudah mencapai angka 1 juta lebih tiap bulan
sejak bulan Juli.
Selain itu, kebijakan ini bisa mendorong kunjungan turis asing ke Indonesia yang
berdampak kepada pertumbuhan ekonomi daerah. Pasalnya, jika berkunjung ke Indonesia,
satu orang turis setidaknya akan menghabiskan US$ 100 per hari.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menyampaikan bahwa angka proyeksi kunjungan
wisman pada 2015 sebesar 10,017 juta atau tumbuh 7,2 persen. Dari angka tersebut,
perolehan devisa pariwisata mencapai 11,9 miliar dollar AS atau setara Rp 163 triliun
dengan perhitungan rata-rata lama tinggal wisman selama berlibur di Indonesia adalah
8,50 hari dengan pengeluaran sebanyak 1.190 dollar AS per wisman per kunjungan.
Pertumbuhan pariwisata Indonesia tahun 2015 ini diklaim berada di atas
pertumbuhan pariwisata dunia sebesar 4,4 persen dan pertumbuhan pariwisata kawasan
ASEAN sebesar 6 persen. Pertumbuhan pariwisata Indonesia jauh lebih baik dibandingkan
negara kompetitor Malaysia, Singapura, dan Thailand.
Namun kebijakan pemerintah memberikan bebas visa untuk ratusan negara menuai
pro dan kontra. Dalam rapat gabungan bersama pemerintah, Wakil Ketua Komisi I DPR
RI Tubagus Hasanuddin mengatakan, kebijakan bebas visa dalam setahun ini telah
menghilangkan potensi pendapatan negara sampai dengan Rp 1 triliun. Berdasarkan data
Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM, 10 negara yang warga
negaranya paling banyak melanggar kebijakan bebas visa adalah Tiongkok, Afganistan,
Banglades, Filipina, Irak, Malaysia, Vietnam, Myanmar, India, dan Korea Selatan. Berikut
adalah dampak negatif yang ditimbulkan dari kebijakan bebas visa adalah:
Page | 8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mengingat bahwa negara Indonesia merupakan negara kepulauan dan di setiap
pulau memiliki alam yang bagus dan berpotensi dapat di kembangkan menjadi parawisata,
maka Pemerintah Indonesia memformulasikan sebuah kebijakan Bebas Visa yang
sekiranya bisa menambahkan dampak positif bagi Negara indonesia. Tetapi setelah
ditinjau dan di evaluasi dampak negatif lebih banyak dari pada dampak positif yang di
hasilkan.
Tujuan pembebasan visa kunjungan tersebut sebenarnya baik, yaitu untuk
meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia yang ditargetkan sebesar 20
juta wisatawan pada tahun 2019. Masalahnya patut diduga kebijakan pembebasan visa
kunjungan ini tidak diawali dengan studi yang matang dan konsultasi publik yang proper.
Sehingga Pemerintah tidak dapat mengantisipasi dengan baik dampak yang ditimbulkan.
Selain itu kesiapan lembaga pengawas dan penindakan hukum juga belum
dinawacitakan, sehingga pencetakan aparat imigrasi, yang menjadi garda terdepan
menangani kebijakan ini, lambat untuk ditempatkan di seluruh pintu masuk di wilayah
Indonesia. Dari segi jumlah jauh dari cukup. Begitu pula dengan aparat Kementerian
Tenaga Kerja sebagai pemberi izin kerja.
3.2 Saran
Pemerintah perlu langsung mengevaluasi kebijakan pemberian bebas visa untuk
warga negara dari 169 negara. Arus dulu lintas warga negara asing yg semakin deras perlu
diantisipasi dan dievaluasi agar tak sampai mengancam keamanan dan kedaulatan negara.
Terdapat banyak masalah yang ditimbulkan dari kebijakan tersebut beberapa di antaranya,
peningkatan pelanggaran izin tinggal yang dikerjakan sejumlah warga negara asing,
meningkatnya tenaga kerja WNA ilegal yang memanfaatkan bebas visa kunjungan dulu
mempersulit perebutan lapangan kerja di Indonesia, serta pintu masuk terhadap jaringan
narkoba dan terorisme.
Page | 9
Presiden Jokowi mengatakan evaluasi terhadap kebijakan bebas visa terus
dilakukan. Evaluasi tersebut bertujuan bagi pemerintah untuk melihat negara mana yang
layak diberikan bebas visa atau negara mana yang justru memanfaatkan kebijakan bebas
visa untuk melakukan hal-hal yang tak bermanfaat. Untuk mengurangi dampak negatif
yang semakin meluas, maka hal yang perlu di lakukan pemerintah adalah:
1. Kebijakan Bebas Visa Kunjungan untuk 169 negara harus segera dievaluasi dan
segera dikurangi jumlahnya secara drastis. Hanya negara-negara yang
menguntungkan bagi kepentingan Indonesia, baik secara sepihak maupun
resiprokalitas yang dibebaskan. Apa alasan Pemerintah memberikan bebas visa
kunjungan ke beberapa negara yang rakyatnya mempunyai rekam jejak kurang baik,
misalnya negara-negara Afrika dan Tiongkok. Apa alasan pemerintah memberikan
bebas visa kunjungan ke negara yang potensi wisatawannya kecil akan datang ke
Indonesia karena jaraknya jauh (terbang di atas 20 jam) dan tidak punya histori
keterikatan dengan budaya Indonesia, seperti negara-negara Amerika Latin/Selatan.
2. Mengembangkan sekolah-sekolah setingkat perguruan tinggi jurusan Imigrasi secara
crash program, supaya dapat mengejar kebutuhan Indonesia yang mendesak sebagai
negara kepulauan yang terbuka.
3. Mengembangkan visa online bukan bebas visa, sehingga negara mendapat
pemasukkan yang lumayan tetapi bisa menyaring jenis manusianya yang akan masuk
ke Indonesia. Dengan online maka pengurusan visa akan cepat tetapi terhindar dari
pungli seperti yang selama ini terjadi pada pengurusan visa on arrival di titik masuk
negara.
4. Revisi segera Perpres No. 21 Tahun 2016 dan Peraturan Menteri Hukum dan HAM
No. 17 Tahun 2016. Jangan telanjangi NKRI tetapi jangan juga ditutup rapat-rapat.
Berikan semua keindahan dan kemudahan untuk dilihat tetapi pengambil kebijakan
bangsa ini should be smart in the borderless world. Negara manakah yang perlu
diberikan fasilitas bebas visa dan tidak demi keuntungan dan keamangan NKRI.
5. Sistem pengawasan orang asing juga diperketat melalui aplikasi pelaporan orang
asing (APOA) yang dipasang pada setiap hotel untuk mendeteksi keberadaan WNA
serta mengoptimalkan tim pengawasan orang asing (Timpora). Setidaknya, kebijakan
itu jangan dulu diterapkan sampai pemerintah betul-betul siap untuk melakukan
pengawasan ditambah sistem pengawasan terpadu perlu disiapkan sebelum kebijakan
bebas visa itu diberlakukan.
6. Memperkuat penegakan hukum untuk mengantisipasi jika ada Warga Negara Asing
yang melanggar atau menyalahgunakan kebijakan tersebut.
Page | 10
DAFTAR PUSTAKA
Page | 11