Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KEBUDAYAAN INTERNASIONAL DITINJAU DARI ASPEK HUKUM


INTERNASIONAL
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Mata kuliah Hukum Internasional

Dosen Pengampu :
Dr. Aslan Noor,S.H.,MH.,CN.

Anggota :

 Kharisma Gemilang 1810631010053


 Hasna Farida Brilianto 1810631010143
 Dyka nurchaesar 1810631010281
 Moch. Abdul Aziz 1810631010290

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SINGAPRBANGSA KARAWANG

2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum WR.WB. Segala puji bagi Allah SWT shalawat serta


salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad
SAW. Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Hukum
Internasional dengan judul “kebudayaan Internasional di Tinjau Dari Aspek Hukum
Internasional”.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu menyelsaikan makalah ini. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan
di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk
makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terimakasih.

Karawang, 11 September 2019


Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i


DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
B. Tujuan .......................................................................................................................... 2
C. Rumusan masalah ....................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI ................................................................................................... 3
A. Pengertian Hukum Internasional .............................................................................. 3
B. Sejarah Perkembangan Hukum Internasional ........................................................ 4
C. Sumber – Sumber Hukum Internasional.................................................................. 4
D. Masyarakat dan Hukum Internasional..................................................................... 5
E. Hakikat dan Dasar Berlakunya Hukum Internasional ........................................... 7
BAB III PEMBAHASAN ....................................................................................................... 9
A. Contoh Kasus Pengklaiman suatu kebudayaan ....................................................... 9
B. Contoh penyelsaian kasus pengklaiman kebudayaan ............................................. 9
BAB IV ANALISA KASUS.................................................................................................. 10
BAB V PENUTUP................................................................................................................. 13
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 13
B. Saran .......................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk mengetahui adanya hukum internasional maka terlebih dahulu
harus ditunjukan adanya suatu masyarakat internasional sebagai landasan
sosiologis. Adanya masyarakat internasional sebagai landasan hukum
internasional pertama tama harus dapat pula ditunjukan adanya hubungan tetap
antara masyarakat internasional, adanya hubungan yang tetap dan terus
menerus demikian juga merupakan kenyataan yang tidak dapat dibantah lagi.
Hubungan demikian timbul akibat adanya kebutuhan yang disebabkan antara
lain oleh pembagian kekayaan alam dan perkembangan industri yang tidak
merata di dunia.1
Kultur dan budaya adalah sebuah hal yang pada awalnya tidak memiliki
terlalu banyak “tempat‟ di dalam konteks hubungan internasional. Karena
hubungan internasional adalah sebuah ranah yang sangat kental terhadap
pengaruh dari bidang politik, ekonomi, pertahanan dan keamanan sehingga
budaya kemudian dianggap sebagai salah satu bagian kecil di dalam kehidupan
bermasyarakat yang tidak memiliki nilai-nilai esensial di dalam interaksi
internasional. Oleh karena itu, sangat jarang penstudi-penstudi hubungan
internasional melakukan kajian kultural sekaligus menggunakannya sebagai
sebuah perspektif dalam mengamati dan menganalisis fenomena-fenomena
hubungan internasional. Akan tetapi, budaya kemudian menjadi salah satu
aspek yang patut diperhitungkan di dalam ranah studi hubungan internasional
karena sejak era Perang Dingin dan sesudahnya, budaya pada kenyataannya
memainkan peranan yang cukup vital karena di era tersebut. Hal ini disebabkan
oleh semakin menguatnya peranan soft power dalam interaksi yang dilakukan
oleh aktor-aktor internasional dimana budaya kemudian menjadi salah satu
unsur di dalamnya.2 Sebelum melangkah terlalu jauh ke dalam pembahasan
mengenai budaya dan hubungan internasional, penulis mencoba untuk mencari
beberapa definisi mengenai budaya itu sendiri. Menurut Koentjaraningrat,
Pengertian kebudayaan adalah keseluruhan manusia dari kelakuan dan hasil

1
Mochtar Kusumaatmadja,Pengantar Hukum Internasional,PT. Alumni,2019,hlm. 11.
2
https://www.encyclopedia.com/social-sciences-and-law/political-science-andgovernment/political-
science-terms-and-concepts-129

1
yang harus didapatkannya dengan belajar dan semua itu tersusun dalam
kehidupan masyarakat. Sedangkan menurut Menurut Selo Soemardjan dan
Soelaeman Soenardi Merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya,
cipta, dan rasa masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan
kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material culture) yang
diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta
hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat. Sedangkan menurut
KBBI 1) Hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti
kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat; 2) Antar keseluruhan pengetahuan
manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan
serta pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya.3

B. Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai syarat
memenuhi tugas matakuliah Hukum Internasional sekaligus menambah
wawasan baik penulis maupun pembaca terhadap kebudayaan internasional
ditinjau dari aspek hukum internasional.

C. Rumusan masalah
1. Apa hubungan budaya internasional terhadap hukum internasional ?
2. Bagaimanakah eksistensi Hukum internasional dalam melindungi suatu
kebudayaan suatu negara ?
3. Apakah suatu unsur kebudayaan bisa mendapatkan hak paten ?
4. Bagaiman upaya hukum ketika terjadi konflik peng klaiman suatu budaya
oleh negara lain ?
5. Bagaimanakah upaya untuk menghindari pengklaiman suatu kebudayaan
dari pengklaiman negara lain ?

3
Baca lebih lanjut https://www.zonareferensi.com/pengertian-kebudayaan/

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Hukum Internasional


Hukum internasional ialah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang
mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara (hubung-
an internasional) :

1. Negara dengan negara


2. Negara dengan subjek hukum lain bukan negara atau subjek
hukum bukan negara satu sama lain.

Hukum internasional public berbeda dengan hukum internasional


perdata. Adapun perbedaanya terletak dalam sifat hukum hubungan atau
persoalan yang diaturnya (objeknya). Cara membedakan demikian lebih
tepat daripada membedakan berdasarkan pelaku (Subjek hukumnya
dengan mengatakan bahwa hukum internasional public hubungan antara
negara negara sedangkan hukum perdata internasional antara orang dan
perseorangan. Hal ini karena suatu negara (atau badan hukum publik
lainnya) ada kalanya melakukan hubungan perdata sedangkan orang
perseorangan menurut hukum internasional modern ada kalanya dianggap
mempunyai hak dan kewajiban menurut hukum internasional.4 Walaupun
hukum internasional ini tidak semata mata lagi merupakan hukum antar
negara dengan tampilan aktor – aktor non negara, namun dalam kehidupan
internasional negara masih tetap memainkan peran utama memngingat
dampak kedaulatan yang dimilikinya trhadap keseluruhan system hukum
internasional. Disamping itu , negara bukan saja merupakan subjek tetapi
aktor hukum internasional yang paling berperan dalam membuat hukum
internasional baik melalui partisipasinya pada berbagai hubungan atau
interaksi internasional maupun melalui perjanjian perjanjian internasional
ataupun organisasi internasional dengan demikian, hukum internasional
dapat dirumuskan sebagai suatu kaidah atau norma norma yang mengatur
hak- hak dan kewajiban kewajiban para subjek hukum internasional, yaitu

4
Mochtar Kusumaatmadja,Op.cit, hlm 1-4

3
negara, lembaga negara dan organisasi internasional serta individu dan hal
tertentu.5

B. Sejarah Perkembangan Hukum Internasional


Hukum internasional dalam pengertian modern hamper berumur empat
abad, tetapi akarnya telah terdapat semenjak zaman Yunani kuno dan zaman
Romawi. Di jaman Yunani kuno, ahli ahli piker seperti Aristoteles, Socretes
dan plato yang mengemukakan gagasan gagasan mengenai wilayah,
masyarakat dan individu. Walaupun lebih dari dua ribu tahun yang lalu,
City- states di Yunani dialami oleh bangsa dengan Bahasa yang sama,
hubungan mereka telah diatur oleh ketentuan ketentuan yang dinamakan
hukum internasional. Ketentuan ketentuan tersebut kemudian menyangkut
pengaturan pengaturan perang dan kehormatan terhadap utusan utusan
negara. Pada waktu itu ketentuan ketentuan tersebut belum lagi didaasarkan
atas prinsip hukum yang mengikat, tetapi atas percampuran moral, agama,
dan hukum.
Di jaman kekuasaan Romawi, berbeda dengan zaman Yunani kuno,
hubungan internasional sudah ditandai dengan adanya negara negara dalam
arti sebenarnya. Dengan adanya negara – negara dalam arti sebenarnya.
Dengan negara lain, kerajaan Romawi membuat bermacam macam
perjanjian seperti perjanjian persahabatan, persekutuan dan perdamaian.
Disamping itu,kerajaan Romawi juga mengembangkan ketentuan ketentuan
yang berhubungan dengan perang dan damai. Sumbangan Romawi
terhadap pembentukan hukum internasional cukup berarti, tetapi prinsip
yang di rumuskannya tidak banyak berkembang karna itu menaklukan
hampir semua negara lain pada waktu itu.
Hukum internasional dalam arti sekarang, baru berkembang mulai abad
ke -16 dan ke- 17 setelah lahirnya negara negara dengan sitem modern di
Eropa yang dapat dibagi atas 2 aliran utama yaitu golongan naturalis dan
Positivis. 6
C. Sumber – Sumber Hukum Internasional
Dalam hukum internasional tidak ada badan legislative internasional
untuk membuat ketentuan- ketentuan yang mengatur secara langsung
kehidupan masyarakat internasional. Satu satunya organisasi internasional
yang kira kira melakukan fungsi legislative adalah majelis umum PBB,

5
Dr.Boer Mauna,hukum internasional pengertian peranan dan fungsi dalam era dinamika global,PT.
Alumni,2000, hlm.1 -2
6
Ibid, hlm.5

4
tetapi resolusi resolusi yang dikeluarkan tidak mengikat kecuali
menyangkut kehidupan organisasi internasional itu sendiri.
J.G. Strake menguraikan bahwa sumber sumber hukum internasional
dapat di definisikan sebagai bahan bahan actual yang digunakan oleh para
ahli hukum internasional dapat di definisikan sebagai bahan bahan actual
yang digunakan oleh ahli hukum internasional untuk menetapkan hukum
yang berlaku bagi suatu peristiwa atau situasi tertentu. Bahan- ahan tersebut
dapat di katagorikan dalam lima bentuk yaitu :
1. Kebiasaan
2. Traktat
3. Keputusan pengadilan atau badan badan arbitrasi
4. Karya karya hukum
5. Keputusan atau ketetapan organ organ

Sedangkan pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah Internasional


menetapkan bahwa sumber hukum internasional yang digunakan oleh
Mahkamah dalam mengadili perkara adalah :

1. Perjanjian internasional (International conventions) baik yang


bersifat umum dan yang bersifat khusus.
2. Kebiasaan internasional (international custom)
3. Prinsip prinsip hukum umum (general principles of law) yang
diakui oleh negara negara beradab.

D. Masyarakat dan Hukum Internasional


Sudah merupakan ketentuan alam bahwa di saat individu- individu
mengatur kehidupan mereka dalam suatu tatanan masyarakat, mereka
merasa perlu membuat ketentuan ketenetuan yang sering mengatur
hubungan satu sama lain. Demikian juga halnya dengan masyarakat politik
yang dalam hubungannya satu sama lain. Demikian juga halnya dengan
masyarakat politik yang dalam hubungannya satu sama laim merasa perlu
untuk membuat ketentuan ketentuan yang mengatur segala macam
hubungan dan kegiatan yang mereka lakukan dimana ada masyarakat tidak
lepas dari bentuk besarnya, akan selalu terdapat ketentuan ketentuan yang
mengatur segala macam hubungan dan kegiatan yang mereka lakukan.
Dimana ada masyarakat tidak lepas dari bentuk apapun besarnya, akan
selalu terdapat ketentuan ketentuan yang mengatur kehidupan masyarakat

5
itu sendiri. Dimana ada masyarakat, disitu pula ada hukum walaupu dalam
bentuk sederhana. 7
Sesungguhnya adanya hukum internasional itu mengaggap terlebih
dahulu harus ditumjukan oleh masyarakat internasional sebagai landasan
sosiologis bidang hukum. Setelah itu akan diuraikan tentang sifat dan
hakikat hukum internasional, sebagai tertib hukum yang mengatur
kehidupan masyarakat internasional. Adanya masyarakat internasional
yang belainan dari suatu negara dunia merupakan kehidupan Bersama dari
negara negara yang merdeka dan sederajat,unsur pertama yang harus di
buktikan ialah adanya sejumlah negara di dunia ini. Adanya sejumlah besar
negara besar saja belum berarti adanya suatu masyarakat internasional.
Pertama tama harus dapat pula di tunjukan adanya hubungan yang hidup
antara masyarakat internasional, apabila negara itu masing masing hidup
terpencil satu dari yang lainnya. Adanya hubungan yang tetap dan terus
menerus demikian juga merupakan kenyataan yang tidak dapat dibantah
lagi. Hubungan demikian tibul karna adanya kebutuhan yang disebabkan
antara lain oleh pembagian kekayaan alam dan perkembangan industry
yang tidak merata di dunia.
Disamping hubungan perniagaan, terdapat pula hubungan di lapang
kebudayaan, ilmu pengetahuan, keagamaan, social dan olahraga. Saling
membutuhkan antara bangsa- bangsa di berbagai lapangan kehidupan yang
mengakibatkan timbulnya hubungan yang tetap dan terus menerus antara
bangsa- bangsa, mengakibatkan pula timbulnya kepentingan untuk
memelihara dan mengatur hubungan yang demikian. Karena kebutuhan
antara bangsa – bangsa timbal balik sifatnya, kepentingan memelihara dan
mengatur sifatnya, kepentingan memelihara dan mengatur hubungan yang
bermanfaat demikian merpakan suatu kepentingan Bersama.
Untuk menertibkan, mengatur dan memelihara hubungan internasional
ini dibutuhkan hukum guna menjamin unsur kepastian yang diperlukan
dalam setiap hubungan teratur. Hubungan antara orang atau kelompok
orang yang tergabung dalam ikatan kebangsaan atau kenegaraan yang
berlainan itu merupakan hubungan tak langsung atau resmi yang dilakukan
para pejabat negara yang mengadakan berbagai perundingan atas nama
negara dan meresmikan persetujuan yang dicapai dalam perjanjian antar
negara.

7
Ibid hlm.4

6
E. Hakikat dan Dasar Berlakunya Hukum Internasional
Walaupun pelnggaran terhadap hukum internasional biasanya lebih
lainnya dapat dikatakan menuruti kaidah kaidah hukum internasional
tersebut. Hukum international tidak memiliki Lembaga- Lembaga yang
lazim diasosiasikan dengan hukum dan pelaksanaanya. Masyarakat
internasional tidak mengenal suatu kekuatan eksekutif pusat yang kuat
seperti dalam negara negara nasional. Seperti telah dikatakan, masyarakat
internasional dalam bentuknya sekarang merupakan suatu tertib hukum
kordinasi dari sejumlah negara yang masing – masing berdaulat. Dalam
tata masyarakat internasional yang demikian, tidak pula terdapat
suatubadan legislative maupun kekuasaan kehakiman dan polisional yang
dapat memaksakan berlakunya kehendak masyarakat internasional
sebagaimana tercermin dalam kaidah hukumnya. 8
Pada dasarnya ketentuan perjanjian internasional telah diatur dalam
Undang - udang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2000 tentang
perjanjian Internasional Pasal 11 Ayat (1) Pengesahan perjanjian melalui
keputusan presiden dilakukan atas perjanjian yang mensyaratkan adanya
pengesahan sebelum memulai berlakunya perjanjian, tetapi memiliki
materi yang bersifat prosedural dan memerlukan penerapan dalam waktu
singkat tanpa mempengaruhi peraturan perundang-undangan nasional.
Jenis-jenis perjanjian yang termasuk dalam kategori ini, di antaranya
adalah perjanjian induk yang menyangkut kerja sama di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi, ekonomi, teknik, perdagangan, kebudayaan,
pelayaran niaga, penghindaran pajak berganda dan kerja sama
perlindungan penanaman modal, serta pengesahan yang bersifat teknis.
Dalam penghapusan segala bentuk rasisme rasial di masyarakat dalam
hal ini telah diatur dalam Undang- undang Republik Indonesia 29 tahun
1999 tetang pengesahan kovensi internasional tentang penghapusan segala
bentuk diskriminasi rasial 1965
Ketentuan-ketentuan Pokok Konvensi. Konvensi mengatur larangan
untuk menerapkan diskriminasi rasial yang diwujudkan dengan
pembedaan, pengucilan, pembatasan, atau preferensi yang didasarkan pada
ras, warna kulit, keturunan, asal-usul kebangsaan atau etnis, kepada siapa
pun dengan dalih apa pun, baik terhadap warga negara maupun bukan
warga negara.

8
Ibid, hlm.45

7
Negara Pihak wajib untuk melaksanakan kebijakan anti diskriminasi
rasial ini, baik dalam peraturan perundang-undangan maupun dalam
prakteknya, dengan melarang dan menghapuskan segala bentuk
diskriminasi rasial dan menjamin hak-hak setiap orang tanpa membedakan
ras, warna kulit, keturunan, asal usul kebangsaan atau etnis, dan
kesederajatan di muka hukum, terutama kesempatan untuk menggunakan
hak-haknya.
Negara Pihak harus mengutuk pemisahan (segregasi) rasial dan apartheid,
dan bertindak untuk mencegah, melarang, dan menghapus seluruh praktek
diskriminasi rasial di wilayah hukumnya.
Negara Pihak wajib menjadikan segala bentuk penghasutan, kekerasan,
provokasi, pengorganisasian, dan penyebarluasan yang didasarkan pada
diskriminasi rasial sebagai tindak pidana.
Negara Pihak juga harus menjamin perlindungan dan perbaikan yang
efektif bagi setiap orang yang berada di bawah yurisdiksinya terhadap
setiap tindakan diskriminasi rasial, serta hak atas ganti rugi yang memadai
dan memuaskan atas segala bentuk kerugian yang diderita akibat perlakuan
diskriminasi.
Negara Pihak akan mengambil langkah-langkah yang segera dan efektif,
khususnya di bidang pengajaran, pendidikan, kebudayaan, dan
penyebarluasan nilai-nilai anti diskriminasi rasial dengan tujuan untuk
memerangi berbagai prasangka yang mengarah kepada diskriminasi rasial.9

9
UU No 29 tahun 1999 tentang pengesahan konvensi internasional tentang penghapusan segala
bentuk diskrimiasi rasial 1965

8
BAB III

PEMBAHASAN

A. Contoh Kasus Pengklaiman suatu kebudayaan


Merdeka.com - Batik merupakan warisan budaya Indonesia yang harus
dilestarikan. Selain sebagai warisan budaya, keindahan batik juga telah diakui
dunia, beberapa tokoh dunia pernah menggunakan batik Indonesia dalam
berbagai kesempatan seperti Nelson Mandela, Barack Obama dan Bill
gates.Bahkan, Nelson Mandela ketika disemayamkan menggunakan salah satu
batik Indonesia kesayangannya. Dulu Malaysia pernah mengklaim batik adalah
milik mereka. Polemik pun muncul akibat klaim Negeri Jiran terhadap batik
ini.

B. Contoh penyelsaian kasus pengklaiman kebudayaan


Tahun 2008 Pemerintah Indonesia tidak diam dengan klaim Malaysia
tersebut. Pemerintah Indonesia pun mendaftarkan Batik ke dalam jajaran daftar
representatif budaya tak benda warisan manusia UNESCO atau Representative
List of Intangible Cultural Heritage-UNESCO. Untuk mendapat pengakuan
representatif sebagai warisan budaya, proses yang ditempuh oleh pemerintah
Indonesia terbilang cukup panjang. Berawal pada 3 September 2008 dengan
proses Nominasi Batik Indonesia ke UNESCO, yang kemudian diterima secara
resmi oleh UNESCO pada 9 Januari 2009 untuk diproses lebih
lanjut.Puncaknya, pada tanggal 2 Oktober 2009 diakhiri dengan UNESCO
mengukuhkan batik Indonesia dalam daftar representatif Budaya Tak Benda
Warisan Manusia yang dilaksanakan di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Tanggal
2 Oktober juga diperingati sebagai Hari Batik Nasional. "Tahun 2009 UNESCO
menetapkan batik sebagai warisan dunia. Presiden SBY kemudian menjadikan
2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional," kata SBY lewat akun twitternya,
Kamis (2/10).Pengukuhan dari UNESCO serta pendeklarasian dari Presiden
telah menghapus pengklaiman yang digencarkan oleh negara tetangga,
Malaysia.Setelah batik resmi dikukuhkan oleh UNESCO, Kementerian
kebudayaan dan pariwisata berharap batik bisa diapresiasi oleh masyarakat
Indonesia dengan memakai produk budaya sebagai bagian dari aktivitas sehari-
hari.10

10
Merdeka.com,Rizky Andwika.”kisah Batik Indonesia Pernah Mau di Klaim Malaysia”
https://www.merdeka.com/peristiwa/kisah-batik-indonesia-pernah-mau-diklaim-malaysia.html. 7
oktober 2019.2 oktober 2014

9
BAB IV

ANALISA KASUS

Pengklaiman budaya menjadi ancaman bagi bangsa Indonesia. Dengan


alasan tersebut, Indonesia sebagai negara yang kaya akan keanekaragaman
budayanya, merasa perlu untuk melindungi kebudayaan nasionalnya dalam
mencegah terjadinya klaim budaya yang bisa saja terulang kembali.
Bagaimanapun juga, Indonesia bertanggung jawab seutuhnya dalam menjaga
dan melestarikan keanekaragaman budayanya. yang di keluarkan Indonesia
dalam menjaga kebudayaan nasionalnya.
Kekayaan budaya Indonesia adalah sebuah warisan besar yang harus dijaga
dan dilestarikan. Karena kebudayaan bangsa merupakan bagian dari wawasan
nusantara. Adanya berbagai permasalahan yang dipicu oleh proses globalisasi
dan modernisasi dapat menjadi ancaman bagi kebudayaan suatu bangsa. Seperti
kasus pengklaiman budaya Indonesia oleh Malaysia. Beberapa kebudayaan
Indonesia diakui oleh Malaysia sebagai kebudayaan asli mereka. Tentu hal ini
tidak bisa dibiarkan begitu saja. Peristiwa ini merupakan suatu ancaman bagi
bangsa Indonesia dan harus segera diseleseikan. Disinilah pertahanan nasional
kita diuji dan harus mampu mewujudkan tujuannya untuk menjaga,
mempertahankan, dan menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara.
Permasalahan yang paling mendasar adalah Indonesia yang terdiri dari
beratus-ratus pulau mulai dari ujung Sabang sampai Merauke, yang mempunyai
berjuta-juta kebudayaan belum mempunyai satu sistem atau paling tidak catatan
yang jelas terkait dengan jenis kebudayaaan yang asli Indonesia, selain itu
permasalahannya juga berada pada sistem hukum yang dimiliki. Sistem hukum
yang ada belum begitu cukup mengakomodasi permasalahan yang demikian.
Terlihat misalnya pada minimnya pengaturan tentang perlindungan kebudayan
dan kesenian. Satu-satunya undang-undang yang secara langsung mengatur
tentang perlindungan kebudayaan adalah Undang-Undang No. 19 tahun 2002
tentang Hak Cipta (UUHC).
Akan tetapi, UUHC tidak mengatur begitu rinci. dalam UUHC hanya
disebutkan bahwa negara memegang folklor dan hasil kebudayaan rakyat, dan
untuk lebih lanjut akan diatur dalam Peraturan Perundang – undangan. Selain
itu, permasalahan mentalitas masyarakat Indonesia yang lebih suka mengekor
pada kebudayaan asing daripada kebudayaan bangsa sendiri.
Adapun beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang
hak cipta dan hak paten kebudayaan suatu bangsa adalah sebagai berikut:

10
(a) UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang Hak Cipta telah menjamin
perlindungan hak kekayaan intelektual komunal ataupun personal.
Daerah diberi kebebasan mendaftarkan agar mendapat perlindungan
sebagai kekayaan budaya bangsa.

(b) Pasal 10 ayat 2 Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak


Cipta yang pada intinya menyatakan bahwa negara melindungi dan
memegang Hak Cipta atas Ekpresi Budaya Tradisional/Folklor
milik bangsa Indonesia.
(c) Pasal 49 ayat (1) UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.
(d) Pasal 1 ayat (1) Undang-undang (UU) No. 14 Tahun 2001 tentang
Paten, maka Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara
kepada Inventor atas hasil Invensinya di bidang teknologi, yang
untuk selama waktu tertentu.

Berdasarkan Pendekatan Budaya Sebetulnya dalam hubungan antara


Indonesia dan Malaysia, masalah-masalah budaya jauh lebih intens
interaksinya dibanding masalah-masalah ekonomi. Ini terjadi karena antara
Indonesia dan Malaysia,secara historis mempunyai bahasa dan darah yang
serumpun. Karena itu, hubungan antara Indonesia dan Malaysia, lebih dari
sekadar hubungan ekonomi dan budaya, tapi juga kekerabatan (genealogis).

Hal ini bisa dilacak dari keturunan dan garis darah beberapa sultan di
Malaysia, yang tidak sedikit di antaranya, berasal dari Sumatera, Jawa, dan
Sulawesi.Begitu juga para ulama di Malaysia, di antaranya banyak yang belajar
atau nyantri pada kiai kiai di Sumatera dan Jawa. Dalam konteks inilah bangsa
Indonesia mestinya bisa memahami klaim Malaysia terhadap kesenian reog
Ponorogo dan kerajinan batik.Klaim itu sangat mungkin merupakan cermin
perasaan kedekatan budaya antara Malaysia dan Indonesia. Sayangnya klaim
karena kedekatan budaya tersebut mendapat reaksi yang tidak nyaman dari
bangsa Indonesia.

Padahal, kalau klaim itu ditanggapi positif maka kedekatan kultural antara
Malaysia dan Indonesia makin kental. Dan reog Ponorogo pun akan makin
populer di Malaysia sehingga berdampak positif pada kemajuan pariwisata
Ponorogo. Hal yang identik,bisa kita lihat dalam lagu-lagu pop Malaysia.
Hampir semua lagu yang populer di Indonesia, juga populer di Malaysia. Artis
seperti Krisdayanti, dan Chrisye misalnya, sangat populer di Malaysia.Yang
menarik adalah, jika artis Malaysia ingin populer dan lagu-lagunya diterima

11
masyarakat yang lebih luas, maka mereka mau tak mau harus menyanyikan
lagu-lagunya dalam bahasa atau cengkok Indonesia.11

Dampak peristiwa historis tersebut, saat ini, banyak sekali kesamaan sosial
dan budaya antara warga Indonesia dan Malaysia. Apalagi di wilayah-wilayah
yang secara geografis amat dekat dengan Malaysia seperti Sumatera,
Kalimantan, dan Jawa. Di wilayah wilayah tersebut tak hanya terjadi hubungan
sosial budaya yang intens tapi juga kekerabatan sedarah. Tak sedikit para raja,
pejabat, dan ulama Malaysia yang asal-usul keturunannya berasal dari
Sumatera, Jawa, dan Sulawesi. Mereka juga banyak yang belajar ilmu agama
di Sumatera,Jawa,dan Sulawesi. Semua itu merupakan modal besar untuk
melakukan pendekatan budaya dalam memecahkan persoalan yang muncul
antara Ipndonesia dan Malaysia.

11
M Bambang Pranowo. “Solusi Budaya Mengatasi Konflik Indonesia-Malaysia”
https://www.uinjkt.ac.id/id/solusi-budaya-mengatasi-konflik-indonesia-malaysia/ 7 oktober 2019.15
September 2015.

12
BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hubungan budaya internasional dengan hukum internasional adalah
masyarakat sebagai fungsi sosiologis sebagai landasan hukum internasional.
Dengan adanya hubungan yang tetap dan terus menerus yang timbul akibat
adanya kebutuhan maka sangat pentinglah adanya hukum yang mengatur
persoalan persoalan tersebut.

2. eksistensi Hukum internasional dalam melindungi suatu kebudayaan suatu


negara dibuktikan dengan adanya Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan
Kebudayaan Perserikatan Bangsa-BangsaOrganisasi Pendidikan, Keilmuan,
dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (bahasa Inggris: United
Nations Educational, Scientific and Cultural Organization,
disingkat UNESCO) yang ber tujujuan mendukung perdamaian, dan
keamanan dengan mempromosikan kerja sama antar negara melalui
pendidikan, ilmu pengetahuan, dan budaya dalam rangka meningkatkan rasa
saling menghormati yang berlandaskan kepada keadilan, peraturan
hukum, HAM, dan kebebasan hakiki12 serta adanya konvensi dan perjanjian
internasional lainnya yang mengatur tentang kebudayaan. Contoh Konvensi
Internasional NO. 11806 Untuk Pengolaan Sumberdaya Budaya di Indonesia
serta Undang - udang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2000 tentang
perjanjian Internasional.

3. Pertama, paten adalah perlindungan hukum untuk teknologi atau proses


teknologi, bukan untuk seni budaya seperti batik. Kedua, tak ada lembaga
internasional yang menerima pendaftaran cipta atau paten dan menjadi polisi
dunia di bidang hak kekayaan intelektual (HKI) Dalam urusan HKI, ada
sejumlah hak yang dilindungi, seperti hak cipta dan paten dengan peruntukan
yang berbeda. Hak cipta adalah perlindungan untuk ciptaan di bidang seni
budaya dan ilmu pengetahuan, seperti lagu, tari, batik, dan program
komputer. Sementara hak paten adalah perlindungan untuk penemuan
(invention) di bidang teknologi atau proses teknologi. Ini prinsip hukum di

12
Pasal 1 konstitusi UNESCO

13
tingkat nasional dan internasional. Paten tidak ada urusannya dengan seni
budaya. 13

4. untuk menanggulangi permasalahan klaim budaya pemerintah Indonesia


mengeluarkan kebijakan kebudayaan nasionalnya seperti dilakukannya
protes diplomatik, mendaftarkan warisan budaya nasionalnya ke UNESCO,
dibuatnya perundang-undangan berkaitan dengan kebudayaan nasional.
melalui kebijaknnya ini dapat mengurangi tingkat klaim budaya yang
dilakukan negara lain terhadap kebudayaan nasional Indonesia.

5. Upaya pencegahan agar suatu kebudayaan tidak di klaim oleh negara lain
1) menjadikan sebuah budaya yang telah kita miliki menjadi suatu bagian
yang tidak terpisahkan dari kehidupan kita sehari-hari. Kita harus
mempunyai rasa memiliki dan menjaga kebudayaan tersebut.
2) untuk melindungi budaya Indonesia, harus ada perlindungan budaya
yang lebih jelas maka diperlukan sebuah Undang-undang yang khusus
untuk perlindungan karya budaya tradisional. Seperti yang tercantum
dalam UU No.19 Tahun 2003 tentang hak cipta telah menjamin
perlindungan hak kekayaan intelektual komunal ataupun personal serta
peraturan lain yang telah dibuat untuk melindungi kebudayaan asli
Indonesia.
3) melakukan promosi kebudayaan bangsa Indonesia ke negara lain dengan
pementasan seni budaya. Dengan begitu masyarakat internasional
mengenal dan mengetahui bahwa kebudayaan tersebut berasal dari
Indonesia. Upaya tersebut juga dapat dilakukan dengan mengadakan
pertukaran budaya antar daerah di Indonesia. Sehingga kebudayaan
bangsa Indonesia dapat dilestarikan.
4) untuk melestarikan budaya Indonesia dapat dilakukan dengan tidak
menganak tirikan provinsi lain, bagi sama rata hak mereka, jangan
pernah membedakan suku-suku yang lain, beri pendidikan yang layak,
transportasi, ekonomi dan usut tuntas pelanggaran hak. Dengan adanya
usaha tersebut, akan mempererat persatuan dan kesatuan Indonesia,
sehingga bangsa kita akan makmur sentosa dan dengan sendirinya
kebudayaan dapat kita jaga.14

13
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Salah Kaprah Paten
Budaya", https://nasional.kompas.com/read/2009/10/09/03440240/salah-kaprah-paten-
budaya?page=all.7 Oktober 2019. 9 Oktober 2009.
14
Social Culture Of Indonesia “Pengklaiman Budaya Indonesia Oleh Malaysia”
http://sosialbudayaindonesia5.blogspot.com/2016/12/pengklaiman-budaya-indonesia-oleh.html.9 7
Oktober 2019. Desember 2006.

14
B. Saran
Sangat penting bahwasannya terutama kita sebagai generasi muda untuk
melestarikan Kekayaan budaya Indonesia yang merupakan sebuah warisan
besar yang harus kita jaga. Sebagaimana telah dijelaskan dalam wawasan
nusantara, bahwa kebudayaan bangsa merupakan bagian dari wawasan
nusantara. Adanya berbagai permasalahan yang dipicu oleh proses globalisasi
tersebut dapat menjadi ancaman bagi kebudayaan suatu bangsa. Seperti kasus
yang telah kami paparkan di atas, yakni klaim budaya Indonesia oleh Malaysia.
Beberapa kebudayaan Indonesia diakui oleh Malaysia sebagai kebudayaan asli
mereka. Tentu hal ini tidak bisa dibiarkan saja demikian. Peristiwa ini
merupakan suatu ancaman bagi bangsa Indonesia dan harus segera
diselesaikan. Disinilah ketahanan nasional kita diuji dan harus mampu
mewujudkan tujuannya untuk menjaga, mempertahankan, dan menjamin
kelangsungan hidup bangsa dan negara.

15
DAFTAR PUSTAKA

Mochtar Kusumaatmadja,Pengantar Hukum Internasional,PT. Alumni,2019

https://www.encyclopedia.com/social-sciences-and-law/political-science-
andgovernment/political-science-terms-and-concepts-129

https://www.zonareferensi.com/pengertian-kebudayaan/

Dr.Boer Mauna,hukum internasional pengertian peranan dan fungsi dalam era


dinamika global,PT. Alumni,2000

UU No 29 tahun 1999 tentang pengesahan konvensi internasional tentang


penghapusan segala bentuk diskrimiasi rasial 1965

Merdeka.com,Rizky Andwika.”kisah Batik Indonesia Pernah Mau di Klaim


Malaysia” https://www.merdeka.com/peristiwa/kisah-batik-indonesia-pernah-mau-
diklaim-malaysia.html. 7 oktober 2019.2 oktober 2014

M Bambang Pranowo. “Solusi Budaya Mengatasi Konflik Indonesia-Malaysia”


https://www.uinjkt.ac.id/id/solusi-budaya-mengatasi-konflik-indonesia-malaysia/ 7
oktober 2019.15 September 2015

Merdeka.com,Rizky Andwika.”kisah Batik Indonesia Pernah Mau di Klaim


Malaysia” https://www.merdeka.com/peristiwa/kisah-batik-indonesia-pernah-mau-
diklaim-malaysia.html. 7 oktober 2019.2 oktober 2014

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Salah Kaprah Paten
Budaya", https://nasional.kompas.com/read/2009/10/09/03440240/salah-kaprah-
paten-budaya?page=all.7 Oktober 2019. 9 Oktober 2009.

Social Culture Of Indonesia “Pengklaiman Budaya Indonesia Oleh Malaysia”


http://sosialbudayaindonesia5.blogspot.com/2016/12/pengklaiman-budaya-indonesia-
oleh.html.9 7 Oktober 2019. Desember 2006.

16

Anda mungkin juga menyukai