Dosen Pengampu :
Dr. Aslan Noor,S.H.,MH.,CN.
Anggota :
FAKULTAS HUKUM
2019/2020
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk mengetahui adanya hukum internasional maka terlebih dahulu
harus ditunjukan adanya suatu masyarakat internasional sebagai landasan
sosiologis. Adanya masyarakat internasional sebagai landasan hukum
internasional pertama tama harus dapat pula ditunjukan adanya hubungan tetap
antara masyarakat internasional, adanya hubungan yang tetap dan terus
menerus demikian juga merupakan kenyataan yang tidak dapat dibantah lagi.
Hubungan demikian timbul akibat adanya kebutuhan yang disebabkan antara
lain oleh pembagian kekayaan alam dan perkembangan industri yang tidak
merata di dunia.1
Kultur dan budaya adalah sebuah hal yang pada awalnya tidak memiliki
terlalu banyak “tempat‟ di dalam konteks hubungan internasional. Karena
hubungan internasional adalah sebuah ranah yang sangat kental terhadap
pengaruh dari bidang politik, ekonomi, pertahanan dan keamanan sehingga
budaya kemudian dianggap sebagai salah satu bagian kecil di dalam kehidupan
bermasyarakat yang tidak memiliki nilai-nilai esensial di dalam interaksi
internasional. Oleh karena itu, sangat jarang penstudi-penstudi hubungan
internasional melakukan kajian kultural sekaligus menggunakannya sebagai
sebuah perspektif dalam mengamati dan menganalisis fenomena-fenomena
hubungan internasional. Akan tetapi, budaya kemudian menjadi salah satu
aspek yang patut diperhitungkan di dalam ranah studi hubungan internasional
karena sejak era Perang Dingin dan sesudahnya, budaya pada kenyataannya
memainkan peranan yang cukup vital karena di era tersebut. Hal ini disebabkan
oleh semakin menguatnya peranan soft power dalam interaksi yang dilakukan
oleh aktor-aktor internasional dimana budaya kemudian menjadi salah satu
unsur di dalamnya.2 Sebelum melangkah terlalu jauh ke dalam pembahasan
mengenai budaya dan hubungan internasional, penulis mencoba untuk mencari
beberapa definisi mengenai budaya itu sendiri. Menurut Koentjaraningrat,
Pengertian kebudayaan adalah keseluruhan manusia dari kelakuan dan hasil
1
Mochtar Kusumaatmadja,Pengantar Hukum Internasional,PT. Alumni,2019,hlm. 11.
2
https://www.encyclopedia.com/social-sciences-and-law/political-science-andgovernment/political-
science-terms-and-concepts-129
1
yang harus didapatkannya dengan belajar dan semua itu tersusun dalam
kehidupan masyarakat. Sedangkan menurut Menurut Selo Soemardjan dan
Soelaeman Soenardi Merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya,
cipta, dan rasa masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan
kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material culture) yang
diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta
hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat. Sedangkan menurut
KBBI 1) Hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti
kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat; 2) Antar keseluruhan pengetahuan
manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan
serta pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya.3
B. Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai syarat
memenuhi tugas matakuliah Hukum Internasional sekaligus menambah
wawasan baik penulis maupun pembaca terhadap kebudayaan internasional
ditinjau dari aspek hukum internasional.
C. Rumusan masalah
1. Apa hubungan budaya internasional terhadap hukum internasional ?
2. Bagaimanakah eksistensi Hukum internasional dalam melindungi suatu
kebudayaan suatu negara ?
3. Apakah suatu unsur kebudayaan bisa mendapatkan hak paten ?
4. Bagaiman upaya hukum ketika terjadi konflik peng klaiman suatu budaya
oleh negara lain ?
5. Bagaimanakah upaya untuk menghindari pengklaiman suatu kebudayaan
dari pengklaiman negara lain ?
3
Baca lebih lanjut https://www.zonareferensi.com/pengertian-kebudayaan/
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
Mochtar Kusumaatmadja,Op.cit, hlm 1-4
3
negara, lembaga negara dan organisasi internasional serta individu dan hal
tertentu.5
5
Dr.Boer Mauna,hukum internasional pengertian peranan dan fungsi dalam era dinamika global,PT.
Alumni,2000, hlm.1 -2
6
Ibid, hlm.5
4
tetapi resolusi resolusi yang dikeluarkan tidak mengikat kecuali
menyangkut kehidupan organisasi internasional itu sendiri.
J.G. Strake menguraikan bahwa sumber sumber hukum internasional
dapat di definisikan sebagai bahan bahan actual yang digunakan oleh para
ahli hukum internasional dapat di definisikan sebagai bahan bahan actual
yang digunakan oleh ahli hukum internasional untuk menetapkan hukum
yang berlaku bagi suatu peristiwa atau situasi tertentu. Bahan- ahan tersebut
dapat di katagorikan dalam lima bentuk yaitu :
1. Kebiasaan
2. Traktat
3. Keputusan pengadilan atau badan badan arbitrasi
4. Karya karya hukum
5. Keputusan atau ketetapan organ organ
5
itu sendiri. Dimana ada masyarakat, disitu pula ada hukum walaupu dalam
bentuk sederhana. 7
Sesungguhnya adanya hukum internasional itu mengaggap terlebih
dahulu harus ditumjukan oleh masyarakat internasional sebagai landasan
sosiologis bidang hukum. Setelah itu akan diuraikan tentang sifat dan
hakikat hukum internasional, sebagai tertib hukum yang mengatur
kehidupan masyarakat internasional. Adanya masyarakat internasional
yang belainan dari suatu negara dunia merupakan kehidupan Bersama dari
negara negara yang merdeka dan sederajat,unsur pertama yang harus di
buktikan ialah adanya sejumlah negara di dunia ini. Adanya sejumlah besar
negara besar saja belum berarti adanya suatu masyarakat internasional.
Pertama tama harus dapat pula di tunjukan adanya hubungan yang hidup
antara masyarakat internasional, apabila negara itu masing masing hidup
terpencil satu dari yang lainnya. Adanya hubungan yang tetap dan terus
menerus demikian juga merupakan kenyataan yang tidak dapat dibantah
lagi. Hubungan demikian tibul karna adanya kebutuhan yang disebabkan
antara lain oleh pembagian kekayaan alam dan perkembangan industry
yang tidak merata di dunia.
Disamping hubungan perniagaan, terdapat pula hubungan di lapang
kebudayaan, ilmu pengetahuan, keagamaan, social dan olahraga. Saling
membutuhkan antara bangsa- bangsa di berbagai lapangan kehidupan yang
mengakibatkan timbulnya hubungan yang tetap dan terus menerus antara
bangsa- bangsa, mengakibatkan pula timbulnya kepentingan untuk
memelihara dan mengatur hubungan yang demikian. Karena kebutuhan
antara bangsa – bangsa timbal balik sifatnya, kepentingan memelihara dan
mengatur sifatnya, kepentingan memelihara dan mengatur hubungan yang
bermanfaat demikian merpakan suatu kepentingan Bersama.
Untuk menertibkan, mengatur dan memelihara hubungan internasional
ini dibutuhkan hukum guna menjamin unsur kepastian yang diperlukan
dalam setiap hubungan teratur. Hubungan antara orang atau kelompok
orang yang tergabung dalam ikatan kebangsaan atau kenegaraan yang
berlainan itu merupakan hubungan tak langsung atau resmi yang dilakukan
para pejabat negara yang mengadakan berbagai perundingan atas nama
negara dan meresmikan persetujuan yang dicapai dalam perjanjian antar
negara.
7
Ibid hlm.4
6
E. Hakikat dan Dasar Berlakunya Hukum Internasional
Walaupun pelnggaran terhadap hukum internasional biasanya lebih
lainnya dapat dikatakan menuruti kaidah kaidah hukum internasional
tersebut. Hukum international tidak memiliki Lembaga- Lembaga yang
lazim diasosiasikan dengan hukum dan pelaksanaanya. Masyarakat
internasional tidak mengenal suatu kekuatan eksekutif pusat yang kuat
seperti dalam negara negara nasional. Seperti telah dikatakan, masyarakat
internasional dalam bentuknya sekarang merupakan suatu tertib hukum
kordinasi dari sejumlah negara yang masing – masing berdaulat. Dalam
tata masyarakat internasional yang demikian, tidak pula terdapat
suatubadan legislative maupun kekuasaan kehakiman dan polisional yang
dapat memaksakan berlakunya kehendak masyarakat internasional
sebagaimana tercermin dalam kaidah hukumnya. 8
Pada dasarnya ketentuan perjanjian internasional telah diatur dalam
Undang - udang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2000 tentang
perjanjian Internasional Pasal 11 Ayat (1) Pengesahan perjanjian melalui
keputusan presiden dilakukan atas perjanjian yang mensyaratkan adanya
pengesahan sebelum memulai berlakunya perjanjian, tetapi memiliki
materi yang bersifat prosedural dan memerlukan penerapan dalam waktu
singkat tanpa mempengaruhi peraturan perundang-undangan nasional.
Jenis-jenis perjanjian yang termasuk dalam kategori ini, di antaranya
adalah perjanjian induk yang menyangkut kerja sama di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi, ekonomi, teknik, perdagangan, kebudayaan,
pelayaran niaga, penghindaran pajak berganda dan kerja sama
perlindungan penanaman modal, serta pengesahan yang bersifat teknis.
Dalam penghapusan segala bentuk rasisme rasial di masyarakat dalam
hal ini telah diatur dalam Undang- undang Republik Indonesia 29 tahun
1999 tetang pengesahan kovensi internasional tentang penghapusan segala
bentuk diskriminasi rasial 1965
Ketentuan-ketentuan Pokok Konvensi. Konvensi mengatur larangan
untuk menerapkan diskriminasi rasial yang diwujudkan dengan
pembedaan, pengucilan, pembatasan, atau preferensi yang didasarkan pada
ras, warna kulit, keturunan, asal-usul kebangsaan atau etnis, kepada siapa
pun dengan dalih apa pun, baik terhadap warga negara maupun bukan
warga negara.
8
Ibid, hlm.45
7
Negara Pihak wajib untuk melaksanakan kebijakan anti diskriminasi
rasial ini, baik dalam peraturan perundang-undangan maupun dalam
prakteknya, dengan melarang dan menghapuskan segala bentuk
diskriminasi rasial dan menjamin hak-hak setiap orang tanpa membedakan
ras, warna kulit, keturunan, asal usul kebangsaan atau etnis, dan
kesederajatan di muka hukum, terutama kesempatan untuk menggunakan
hak-haknya.
Negara Pihak harus mengutuk pemisahan (segregasi) rasial dan apartheid,
dan bertindak untuk mencegah, melarang, dan menghapus seluruh praktek
diskriminasi rasial di wilayah hukumnya.
Negara Pihak wajib menjadikan segala bentuk penghasutan, kekerasan,
provokasi, pengorganisasian, dan penyebarluasan yang didasarkan pada
diskriminasi rasial sebagai tindak pidana.
Negara Pihak juga harus menjamin perlindungan dan perbaikan yang
efektif bagi setiap orang yang berada di bawah yurisdiksinya terhadap
setiap tindakan diskriminasi rasial, serta hak atas ganti rugi yang memadai
dan memuaskan atas segala bentuk kerugian yang diderita akibat perlakuan
diskriminasi.
Negara Pihak akan mengambil langkah-langkah yang segera dan efektif,
khususnya di bidang pengajaran, pendidikan, kebudayaan, dan
penyebarluasan nilai-nilai anti diskriminasi rasial dengan tujuan untuk
memerangi berbagai prasangka yang mengarah kepada diskriminasi rasial.9
9
UU No 29 tahun 1999 tentang pengesahan konvensi internasional tentang penghapusan segala
bentuk diskrimiasi rasial 1965
8
BAB III
PEMBAHASAN
10
Merdeka.com,Rizky Andwika.”kisah Batik Indonesia Pernah Mau di Klaim Malaysia”
https://www.merdeka.com/peristiwa/kisah-batik-indonesia-pernah-mau-diklaim-malaysia.html. 7
oktober 2019.2 oktober 2014
9
BAB IV
ANALISA KASUS
10
(a) UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang Hak Cipta telah menjamin
perlindungan hak kekayaan intelektual komunal ataupun personal.
Daerah diberi kebebasan mendaftarkan agar mendapat perlindungan
sebagai kekayaan budaya bangsa.
Hal ini bisa dilacak dari keturunan dan garis darah beberapa sultan di
Malaysia, yang tidak sedikit di antaranya, berasal dari Sumatera, Jawa, dan
Sulawesi.Begitu juga para ulama di Malaysia, di antaranya banyak yang belajar
atau nyantri pada kiai kiai di Sumatera dan Jawa. Dalam konteks inilah bangsa
Indonesia mestinya bisa memahami klaim Malaysia terhadap kesenian reog
Ponorogo dan kerajinan batik.Klaim itu sangat mungkin merupakan cermin
perasaan kedekatan budaya antara Malaysia dan Indonesia. Sayangnya klaim
karena kedekatan budaya tersebut mendapat reaksi yang tidak nyaman dari
bangsa Indonesia.
Padahal, kalau klaim itu ditanggapi positif maka kedekatan kultural antara
Malaysia dan Indonesia makin kental. Dan reog Ponorogo pun akan makin
populer di Malaysia sehingga berdampak positif pada kemajuan pariwisata
Ponorogo. Hal yang identik,bisa kita lihat dalam lagu-lagu pop Malaysia.
Hampir semua lagu yang populer di Indonesia, juga populer di Malaysia. Artis
seperti Krisdayanti, dan Chrisye misalnya, sangat populer di Malaysia.Yang
menarik adalah, jika artis Malaysia ingin populer dan lagu-lagunya diterima
11
masyarakat yang lebih luas, maka mereka mau tak mau harus menyanyikan
lagu-lagunya dalam bahasa atau cengkok Indonesia.11
Dampak peristiwa historis tersebut, saat ini, banyak sekali kesamaan sosial
dan budaya antara warga Indonesia dan Malaysia. Apalagi di wilayah-wilayah
yang secara geografis amat dekat dengan Malaysia seperti Sumatera,
Kalimantan, dan Jawa. Di wilayah wilayah tersebut tak hanya terjadi hubungan
sosial budaya yang intens tapi juga kekerabatan sedarah. Tak sedikit para raja,
pejabat, dan ulama Malaysia yang asal-usul keturunannya berasal dari
Sumatera, Jawa, dan Sulawesi. Mereka juga banyak yang belajar ilmu agama
di Sumatera,Jawa,dan Sulawesi. Semua itu merupakan modal besar untuk
melakukan pendekatan budaya dalam memecahkan persoalan yang muncul
antara Ipndonesia dan Malaysia.
11
M Bambang Pranowo. “Solusi Budaya Mengatasi Konflik Indonesia-Malaysia”
https://www.uinjkt.ac.id/id/solusi-budaya-mengatasi-konflik-indonesia-malaysia/ 7 oktober 2019.15
September 2015.
12
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hubungan budaya internasional dengan hukum internasional adalah
masyarakat sebagai fungsi sosiologis sebagai landasan hukum internasional.
Dengan adanya hubungan yang tetap dan terus menerus yang timbul akibat
adanya kebutuhan maka sangat pentinglah adanya hukum yang mengatur
persoalan persoalan tersebut.
12
Pasal 1 konstitusi UNESCO
13
tingkat nasional dan internasional. Paten tidak ada urusannya dengan seni
budaya. 13
5. Upaya pencegahan agar suatu kebudayaan tidak di klaim oleh negara lain
1) menjadikan sebuah budaya yang telah kita miliki menjadi suatu bagian
yang tidak terpisahkan dari kehidupan kita sehari-hari. Kita harus
mempunyai rasa memiliki dan menjaga kebudayaan tersebut.
2) untuk melindungi budaya Indonesia, harus ada perlindungan budaya
yang lebih jelas maka diperlukan sebuah Undang-undang yang khusus
untuk perlindungan karya budaya tradisional. Seperti yang tercantum
dalam UU No.19 Tahun 2003 tentang hak cipta telah menjamin
perlindungan hak kekayaan intelektual komunal ataupun personal serta
peraturan lain yang telah dibuat untuk melindungi kebudayaan asli
Indonesia.
3) melakukan promosi kebudayaan bangsa Indonesia ke negara lain dengan
pementasan seni budaya. Dengan begitu masyarakat internasional
mengenal dan mengetahui bahwa kebudayaan tersebut berasal dari
Indonesia. Upaya tersebut juga dapat dilakukan dengan mengadakan
pertukaran budaya antar daerah di Indonesia. Sehingga kebudayaan
bangsa Indonesia dapat dilestarikan.
4) untuk melestarikan budaya Indonesia dapat dilakukan dengan tidak
menganak tirikan provinsi lain, bagi sama rata hak mereka, jangan
pernah membedakan suku-suku yang lain, beri pendidikan yang layak,
transportasi, ekonomi dan usut tuntas pelanggaran hak. Dengan adanya
usaha tersebut, akan mempererat persatuan dan kesatuan Indonesia,
sehingga bangsa kita akan makmur sentosa dan dengan sendirinya
kebudayaan dapat kita jaga.14
13
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Salah Kaprah Paten
Budaya", https://nasional.kompas.com/read/2009/10/09/03440240/salah-kaprah-paten-
budaya?page=all.7 Oktober 2019. 9 Oktober 2009.
14
Social Culture Of Indonesia “Pengklaiman Budaya Indonesia Oleh Malaysia”
http://sosialbudayaindonesia5.blogspot.com/2016/12/pengklaiman-budaya-indonesia-oleh.html.9 7
Oktober 2019. Desember 2006.
14
B. Saran
Sangat penting bahwasannya terutama kita sebagai generasi muda untuk
melestarikan Kekayaan budaya Indonesia yang merupakan sebuah warisan
besar yang harus kita jaga. Sebagaimana telah dijelaskan dalam wawasan
nusantara, bahwa kebudayaan bangsa merupakan bagian dari wawasan
nusantara. Adanya berbagai permasalahan yang dipicu oleh proses globalisasi
tersebut dapat menjadi ancaman bagi kebudayaan suatu bangsa. Seperti kasus
yang telah kami paparkan di atas, yakni klaim budaya Indonesia oleh Malaysia.
Beberapa kebudayaan Indonesia diakui oleh Malaysia sebagai kebudayaan asli
mereka. Tentu hal ini tidak bisa dibiarkan saja demikian. Peristiwa ini
merupakan suatu ancaman bagi bangsa Indonesia dan harus segera
diselesaikan. Disinilah ketahanan nasional kita diuji dan harus mampu
mewujudkan tujuannya untuk menjaga, mempertahankan, dan menjamin
kelangsungan hidup bangsa dan negara.
15
DAFTAR PUSTAKA
https://www.encyclopedia.com/social-sciences-and-law/political-science-
andgovernment/political-science-terms-and-concepts-129
https://www.zonareferensi.com/pengertian-kebudayaan/
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Salah Kaprah Paten
Budaya", https://nasional.kompas.com/read/2009/10/09/03440240/salah-kaprah-
paten-budaya?page=all.7 Oktober 2019. 9 Oktober 2009.
16