Dosen Pengampu :
Dr. Aslan Noor,S.H.,MH.,CN.
Anggota :
FAKULTAS HUKUM
2019/2020
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Tujuan.........................................................................................................................2
C. Rumusan masalah......................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................................................3
A. Pengertian Hukum Internasional..............................................................................3
B. Sejarah Perkembangan Hukum Internasional........................................................4
C. Sumber – Sumber Hukum Internasional.................................................................4
D. Masyarakat dan Hukum Internasional....................................................................5
E. Hakikat dan Dasar Berlakunya Hukum Internasional...........................................7
BAB III PEMBAHASAN......................................................................................................9
A. Contoh Kasus Pengklaiman suatu kebudayaan.......................................................9
B. Contoh penyelsaian kasus pengklaiman kebudayaan.............................................9
BAB IV ANALISA KASUS.................................................................................................10
BAB V PENUTUP................................................................................................................13
A. Kesimpulan...............................................................................................................13
B. Saran.........................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk mengetahui adanya hukum internasional maka terlebih dahulu
harus ditunjukan adanya suatu masyarakat internasional sebagai landasan
sosiologis. Adanya masyarakat internasional sebagai landasan hukum
internasional pertama tama harus dapat pula ditunjukan adanya hubungan
tetap antara masyarakat internasional, adanya hubungan yang tetap dan terus
menerus demikian juga merupakan kenyataan yang tidak dapat dibantah lagi.
Hubungan demikian timbul akibat adanya kebutuhan yang disebabkan antara
lain oleh pembagian kekayaan alam dan perkembangan industri yang tidak
merata di dunia.1
Kultur dan budaya adalah sebuah hal yang pada awalnya tidak
memiliki terlalu banyak “tempat‟ di dalam konteks hubungan internasional.
Karena hubungan internasional adalah sebuah ranah yang sangat kental
terhadap pengaruh dari bidang politik, ekonomi, pertahanan dan keamanan
sehingga budaya kemudian dianggap sebagai salah satu bagian kecil di dalam
kehidupan bermasyarakat yang tidak memiliki nilai-nilai esensial di dalam
interaksi internasional. Oleh karena itu, sangat jarang penstudi-penstudi
hubungan internasional melakukan kajian kultural sekaligus menggunakannya
sebagai sebuah perspektif dalam mengamati dan menganalisis fenomena-
fenomena hubungan internasional. Akan tetapi, budaya kemudian menjadi
salah satu aspek yang patut diperhitungkan di dalam ranah studi hubungan
internasional karena sejak era Perang Dingin dan sesudahnya, budaya pada
kenyataannya memainkan peranan yang cukup vital karena di era tersebut.
Hal ini disebabkan oleh semakin menguatnya peranan soft power dalam
interaksi yang dilakukan oleh aktor-aktor internasional dimana budaya
kemudian menjadi salah satu unsur di dalamnya. 2 Sebelum melangkah terlalu
jauh ke dalam pembahasan mengenai budaya dan hubungan internasional,
penulis mencoba untuk mencari beberapa definisi mengenai budaya itu
sendiri. Menurut Koentjaraningrat, Pengertian kebudayaan adalah keseluruhan
manusia dari kelakuan dan hasil yang harus didapatkannya dengan belajar dan
1
Mochtar Kusumaatmadja,Pengantar Hukum Internasional,PT. Alumni,2019,hlm. 11.
2
https://www.encyclopedia.com/social-sciences-and-law/political-science-andgovernment/political-
science-terms-and-concepts-129
semua itu tersusun dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan menurut
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soenardi Merumuskan kebudayaan
sebagai semua hasil karya, cipta, dan rasa masyarakat. Karya masyarakat
menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan
jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai
alam sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan
masyarakat. Sedangkan menurut KBBI 1) Hasil kegiatan dan penciptaan batin
(akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat; 2) Antar
keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan
untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yang menjadi
pedoman tingkah lakunya.3
B. Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai syarat
memenuhi tugas matakuliah Hukum Internasional sekaligus menambah
wawasan baik penulis maupun pembaca terhadap kebudayaan internasional
ditinjau dari aspek hukum internasional.
C. Rumusan masalah
1. Apa hubungan budaya internasional terhadap hukum internasional ?
2. Bagaimanakah eksistensi Hukum internasional dalam melindungi suatu
kebudayaan suatu negara ?
3. Apakah suatu unsur kebudayaan bisa mendapatkan hak paten ?
4. Bagaiman upaya hukum ketika terjadi konflik peng klaiman suatu budaya
oleh negara lain ?
5. Bagaimanakah upaya untuk menghindari pengklaiman suatu kebudayaan
dari pengklaiman negara lain ?
3
Baca lebih lanjut https://www.zonareferensi.com/pengertian-kebudayaan/
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
Mochtar Kusumaatmadja,Op.cit, hlm 1-4
subjek hukum internasional, yaitu negara, lembaga negara dan organisasi
internasional serta individu dan hal tertentu.5
7
Ibid hlm.4
Sesungguhnya adanya hukum internasional itu mengaggap terlebih
dahulu harus ditumjukan oleh masyarakat internasional sebagai landasan
sosiologis bidang hukum. Setelah itu akan diuraikan tentang sifat dan
hakikat hukum internasional, sebagai tertib hukum yang mengatur
kehidupan masyarakat internasional. Adanya masyarakat internasional
yang belainan dari suatu negara dunia merupakan kehidupan Bersama
dari negara negara yang merdeka dan sederajat,unsur pertama yang harus
di buktikan ialah adanya sejumlah negara di dunia ini. Adanya sejumlah
besar negara besar saja belum berarti adanya suatu masyarakat
internasional. Pertama tama harus dapat pula di tunjukan adanya
hubungan yang hidup antara masyarakat internasional, apabila negara itu
masing masing hidup terpencil satu dari yang lainnya. Adanya hubungan
yang tetap dan terus menerus demikian juga merupakan kenyataan yang
tidak dapat dibantah lagi. Hubungan demikian tibul karna adanya
kebutuhan yang disebabkan antara lain oleh pembagian kekayaan alam
dan perkembangan industry yang tidak merata di dunia.
Disamping hubungan perniagaan, terdapat pula hubungan di lapang
kebudayaan, ilmu pengetahuan, keagamaan, social dan olahraga. Saling
membutuhkan antara bangsa- bangsa di berbagai lapangan kehidupan
yang mengakibatkan timbulnya hubungan yang tetap dan terus menerus
antara bangsa- bangsa, mengakibatkan pula timbulnya kepentingan untuk
memelihara dan mengatur hubungan yang demikian. Karena kebutuhan
antara bangsa – bangsa timbal balik sifatnya, kepentingan memelihara
dan mengatur sifatnya, kepentingan memelihara dan mengatur hubungan
yang bermanfaat demikian merpakan suatu kepentingan Bersama.
Untuk menertibkan, mengatur dan memelihara hubungan internasional
ini dibutuhkan hukum guna menjamin unsur kepastian yang diperlukan
dalam setiap hubungan teratur. Hubungan antara orang atau kelompok
orang yang tergabung dalam ikatan kebangsaan atau kenegaraan yang
berlainan itu merupakan hubungan tak langsung atau resmi yang
dilakukan para pejabat negara yang mengadakan berbagai perundingan
atas nama negara dan meresmikan persetujuan yang dicapai dalam
perjanjian antar negara.
BAB III
PEMBAHASAN
9
UU No 29 tahun 1999 tentang pengesahan konvensi internasional tentang penghapusan segala
bentuk diskrimiasi rasial 1965
A. Contoh Kasus Pengklaiman suatu kebudayaan
Merdeka.com - Batik merupakan warisan budaya Indonesia yang harus
dilestarikan. Selain sebagai warisan budaya, keindahan batik juga telah diakui
dunia, beberapa tokoh dunia pernah menggunakan batik Indonesia dalam
berbagai kesempatan seperti Nelson Mandela, Barack Obama dan Bill
gates.Bahkan, Nelson Mandela ketika disemayamkan menggunakan salah satu
batik Indonesia kesayangannya. Dulu Malaysia pernah mengklaim batik
adalah milik mereka. Polemik pun muncul akibat klaim Negeri Jiran terhadap
batik ini.
ANALISA KASUS
10
Merdeka.com,Rizky Andwika.”kisah Batik Indonesia Pernah Mau di Klaim Malaysia”
https://www.merdeka.com/peristiwa/kisah-batik-indonesia-pernah-mau-diklaim-malaysia.html. 7
oktober 2019.2 oktober 2014
Pengklaiman budaya menjadi ancaman bagi bangsa Indonesia. Dengan
alasan tersebut, Indonesia sebagai negara yang kaya akan keanekaragaman
budayanya, merasa perlu untuk melindungi kebudayaan nasionalnya dalam
mencegah terjadinya klaim budaya yang bisa saja terulang kembali.
Bagaimanapun juga, Indonesia bertanggung jawab seutuhnya dalam menjaga
dan melestarikan keanekaragaman budayanya. yang di keluarkan Indonesia
dalam menjaga kebudayaan nasionalnya.
Kekayaan budaya Indonesia adalah sebuah warisan besar yang harus dijaga
dan dilestarikan. Karena kebudayaan bangsa merupakan bagian dari wawasan
nusantara. Adanya berbagai permasalahan yang dipicu oleh proses globalisasi
dan modernisasi dapat menjadi ancaman bagi kebudayaan suatu bangsa.
Seperti kasus pengklaiman budaya Indonesia oleh Malaysia. Beberapa
kebudayaan Indonesia diakui oleh Malaysia sebagai kebudayaan asli mereka.
Tentu hal ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Peristiwa ini merupakan suatu
ancaman bagi bangsa Indonesia dan harus segera diseleseikan. Disinilah
pertahanan nasional kita diuji dan harus mampu mewujudkan tujuannya untuk
menjaga, mempertahankan, dan menjamin kelangsungan hidup bangsa dan
negara.
Permasalahan yang paling mendasar adalah Indonesia yang terdiri dari
beratus-ratus pulau mulai dari ujung Sabang sampai Merauke, yang
mempunyai berjuta-juta kebudayaan belum mempunyai satu sistem atau
paling tidak catatan yang jelas terkait dengan jenis kebudayaaan yang asli
Indonesia, selain itu permasalahannya juga berada pada sistem hukum yang
dimiliki. Sistem hukum yang ada belum begitu cukup mengakomodasi
permasalahan yang demikian. Terlihat misalnya pada minimnya pengaturan
tentang perlindungan kebudayan dan kesenian. Satu-satunya undang-undang
yang secara langsung mengatur tentang perlindungan kebudayaan adalah
Undang-Undang No. 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta (UUHC).
Akan tetapi, UUHC tidak mengatur begitu rinci. dalam UUHC hanya
disebutkan bahwa negara memegang folklor dan hasil kebudayaan rakyat, dan
untuk lebih lanjut akan diatur dalam Peraturan Perundang – undangan. Selain
itu, permasalahan mentalitas masyarakat Indonesia yang lebih suka mengekor
pada kebudayaan asing daripada kebudayaan bangsa sendiri.
Adapun beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang
hak cipta dan hak paten kebudayaan suatu bangsa adalah sebagai berikut:
(a) UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang Hak Cipta telah menjamin
perlindungan hak kekayaan intelektual komunal ataupun personal.
Daerah diberi kebebasan mendaftarkan agar mendapat
perlindungan sebagai kekayaan budaya bangsa.
(b) Pasal 10 ayat 2 Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak
Cipta yang pada intinya menyatakan bahwa negara melindungi dan
memegang Hak Cipta atas Ekpresi Budaya Tradisional/Folklor
milik bangsa Indonesia.
(c) Pasal 49 ayat (1) UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.
(d) Pasal 1 ayat (1) Undang-undang (UU) No. 14 Tahun 2001 tentang
Paten, maka Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh
Negara kepada Inventor atas hasil Invensinya di bidang teknologi,
yang untuk selama waktu tertentu.
Hal ini bisa dilacak dari keturunan dan garis darah beberapa sultan di
Malaysia, yang tidak sedikit di antaranya, berasal dari Sumatera, Jawa, dan
Sulawesi.Begitu juga para ulama di Malaysia, di antaranya banyak yang
belajar atau nyantri pada kiai kiai di Sumatera dan Jawa. Dalam konteks inilah
bangsa Indonesia mestinya bisa memahami klaim Malaysia terhadap kesenian
reog Ponorogo dan kerajinan batik.Klaim itu sangat mungkin merupakan
cermin perasaan kedekatan budaya antara Malaysia dan Indonesia. Sayangnya
klaim karena kedekatan budaya tersebut mendapat reaksi yang tidak nyaman
dari bangsa Indonesia.
Padahal, kalau klaim itu ditanggapi positif maka kedekatan kultural antara
Malaysia dan Indonesia makin kental. Dan reog Ponorogo pun akan makin
populer di Malaysia sehingga berdampak positif pada kemajuan pariwisata
Ponorogo. Hal yang identik,bisa kita lihat dalam lagu-lagu pop Malaysia.
Hampir semua lagu yang populer di Indonesia, juga populer di Malaysia.
Artis seperti Krisdayanti, dan Chrisye misalnya, sangat populer di
Malaysia.Yang menarik adalah, jika artis Malaysia ingin populer dan lagu-
lagunya diterima masyarakat yang lebih luas, maka mereka mau tak mau
harus menyanyikan lagu-lagunya dalam bahasa atau cengkok Indonesia.11
Dampak peristiwa historis tersebut, saat ini, banyak sekali kesamaan sosial
dan budaya antara warga Indonesia dan Malaysia. Apalagi di wilayah-wilayah
yang secara geografis amat dekat dengan Malaysia seperti Sumatera,
Kalimantan, dan Jawa. Di wilayah wilayah tersebut tak hanya terjadi
hubungan sosial budaya yang intens tapi juga kekerabatan sedarah. Tak
sedikit para raja, pejabat, dan ulama Malaysia yang asal-usul keturunannya
berasal dari Sumatera, Jawa, dan Sulawesi. Mereka juga banyak yang belajar
ilmu agama di Sumatera,Jawa,dan Sulawesi. Semua itu merupakan modal
besar untuk melakukan pendekatan budaya dalam memecahkan persoalan
yang muncul antara Ipndonesia dan Malaysia.
11
M Bambang Pranowo. “Solusi Budaya Mengatasi Konflik Indonesia-Malaysia”
https://www.uinjkt.ac.id/id/solusi-budaya-mengatasi-konflik-indonesia-malaysia/ 7 oktober 2019.15
September 2015.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hubungan budaya internasional dengan hukum internasional adalah
masyarakat sebagai fungsi sosiologis sebagai landasan hukum
internasional. Dengan adanya hubungan yang tetap dan terus menerus yang
timbul akibat adanya kebutuhan maka sangat pentinglah adanya hukum
yang mengatur persoalan persoalan tersebut.
5. Upaya pencegahan agar suatu kebudayaan tidak di klaim oleh negara lain
1) menjadikan sebuah budaya yang telah kita miliki menjadi suatu bagian
yang tidak terpisahkan dari kehidupan kita sehari-hari. Kita harus
mempunyai rasa memiliki dan menjaga kebudayaan tersebut.
2) untuk melindungi budaya Indonesia, harus ada perlindungan budaya
yang lebih jelas maka diperlukan sebuah Undang-undang yang khusus
untuk perlindungan karya budaya tradisional. Seperti yang tercantum
dalam UU No.19 Tahun 2003 tentang hak cipta telah menjamin
perlindungan hak kekayaan intelektual komunal ataupun personal serta
peraturan lain yang telah dibuat untuk melindungi kebudayaan asli
Indonesia.
3) melakukan promosi kebudayaan bangsa Indonesia ke negara lain
dengan pementasan seni budaya. Dengan begitu masyarakat
internasional mengenal dan mengetahui bahwa kebudayaan tersebut
berasal dari Indonesia. Upaya tersebut juga dapat dilakukan dengan
mengadakan pertukaran budaya antar daerah di Indonesia. Sehingga
kebudayaan bangsa Indonesia dapat dilestarikan.
4) untuk melestarikan budaya Indonesia dapat dilakukan dengan tidak
menganak tirikan provinsi lain, bagi sama rata hak mereka, jangan
pernah membedakan suku-suku yang lain, beri pendidikan yang layak,
transportasi, ekonomi dan usut tuntas pelanggaran hak. Dengan adanya
usaha tersebut, akan mempererat persatuan dan kesatuan Indonesia,
sehingga bangsa kita akan makmur sentosa dan dengan sendirinya
kebudayaan dapat kita jaga.14
B. Saran
Sangat penting bahwasannya terutama kita sebagai generasi muda untuk
melestarikan Kekayaan budaya Indonesia yang merupakan sebuah warisan
besar yang harus kita jaga. Sebagaimana telah dijelaskan dalam wawasan
14
Social Culture Of Indonesia “Pengklaiman Budaya Indonesia Oleh Malaysia”
http://sosialbudayaindonesia5.blogspot.com/2016/12/pengklaiman-budaya-indonesia-oleh.html.9 7
Oktober 2019. Desember 2006.
nusantara, bahwa kebudayaan bangsa merupakan bagian dari wawasan
nusantara. Adanya berbagai permasalahan yang dipicu oleh proses globalisasi
tersebut dapat menjadi ancaman bagi kebudayaan suatu bangsa. Seperti kasus
yang telah kami paparkan di atas, yakni klaim budaya Indonesia oleh
Malaysia. Beberapa kebudayaan Indonesia diakui oleh Malaysia sebagai
kebudayaan asli mereka. Tentu hal ini tidak bisa dibiarkan saja demikian.
Peristiwa ini merupakan suatu ancaman bagi bangsa Indonesia dan harus
segera diselesaikan. Disinilah ketahanan nasional kita diuji dan harus mampu
mewujudkan tujuannya untuk menjaga, mempertahankan, dan menjamin
kelangsungan hidup bangsa dan negara.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.zonareferensi.com/pengertian-kebudayaan/