Anda di halaman 1dari 13

HUBUNGAN NEGARA DENGAN HUKUM PUBLIK INTERNASIONAL

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah


Ilmu Negara
Dosen Pengampu:
Iip Nurul Topani, S.H., M.H

Disusun Oleh:
1. Anggun Lestari (2221020018)
2. Gladis Citra Anggraini (2221020267)
3. Hesti Ratna Murni (2221020269)
4. Nabila Marlianti (2221020130)

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN AJARAN 2023/ 1444 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari makalah
ini adalah “Hubungan Negara Dengan Hukum Publik Internasional ”. Sholawat serta salam tak
lupa kami sanjungkan kepada baginda kita Nabi Muhammad SAW.

Kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya kepada Ibu Iip Nurul
Topani, S.H., M.H selaku dosen pengampu mata kuliah “Ilmu Negara”. Yang telah
memberikan tugas kepada kami. Kami juga ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak –
pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini.

Makalah ini jauh dari sempurna, dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan
saran yang membangun senantiasa kami harapkan. Semoga makalah ini dapat berguna bagi
kami pada khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Bandar Lampung, 09 Maret 2023

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
C. Tujuan ......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi dan Hakikat Negara ....................................................................... 3
1. Definisi Negara ....................................................................................... 3
2. Hakikat Negara ....................................................................................... 4
B. Hukum Publik Internasional........................................................................ 5
C. Hubungan Negara Dengan Hukum Internasional ....................................... 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................. 9
B. Saran ............................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hukum internasional adalah bagian hukum yang mengatur aktivitas entitas
berskala internasional. Pada awalnya, Hukum Internasional hanya diartikan sebagai
perilaku dan hubungan antar negara namun dalam perkembangan pola hubungan
internasional yang semakin kompleks pengertian ini kemudian meluas sehingga
hukum internasional juga mengurusi struktur dan perilaku organisasi internasional,
dan pada batas tertentu perusahaan multinasional dan individu. 1
Hukum bangsa-bangsa dipergunakan untuk menunjukkan pada kebiasaan dan
aturan hukum yang berlaku dalam hubungan antara raja-raja zaman dahulu. Hukum
antar bangsa atau hukum antar negara menunjukkan pada kompleks kaedah dan
asas yang mengatur hubungan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa atau
negara. Hukum Internasional terdapat beberapa bentuk perwujudan atau pola
perkembangan yang khusus berlaku di suatu bagian dunia (region) tertentu : (1)
Hukum Internasional regional : Hukum Internasional yang berlaku atau terbatas
daerah lingkungan berlakunya, seperti Hukum Internasional Amerika atau Amerika
Latin, seperti konsep landasan kontinen (Continental Shelf) dan konsep
perlindungan kekayaan hayati laut (conservation of the living resources of the sea)
yang mula-mula tumbuh di Benua Amerika sehingga menjadi hukum Internasional
Umum. (2) Hukum Internasional Khusus : Hukum Internasional dalam bentuk
kaedah yang khusus berlaku bagi negara-negara tertentu seperti Konvensi Eropa
mengenai HAM sebagai cerminan keadaan, kebutuhan, taraf perkembangan dan
tingkat integritas yang berbeda-beda dari bagian masyarakat yang berlainan.
Berbeda dengan regional yang tumbuh melalui proses hukum kebiasaan.
Hukum Internasional didasarkan atas pikiran adanya masyarakat internasional
yang terdiri atas sejumlah negara yang berdaulat dan merdeka dalam arti masing-
masing berdiri sendiri yang satu tidak dibawah kekuasaan lain sehingga merupakan
suatu tertib hukum koordinasi antara anggota masyarakat internasional yang
sederajat.

1
Hasanuddin Hasim | Volume 1, Nomor 2, Desember 2019

1
Hukum Nasional di Indonesia merupakan campuran dari sistem hukum hukum
Eropa, hukum Agama dan hukum Adat. Sebagian besar sistem yang dianut, baik
perdata maupun pidana, berbasis pada hukum Eropa kontinental, khususnya dari
Belanda karena aspek sejarah masa lalu Indonesia yang merupakan wilayah jajahan
dengan sebutan Hindia Belanda 168 (Nederlandsch-Indie). Hukum Agama, karena
sebagian besar masyarakat Indonesia menganut Islam, maka dominasi hukum atau
Syari'at Islam lebih banyak terutama di bidang perkawinan, kekeluargaan dan
warisan. Selain itu, di Indonesia juga berlaku sistem hukum Adat, yang merupakan
penerusan dari aturan-aturan setempat dari masyarakat dan budaya-budaya yang
ada di wilayah Nusantara.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan negara?
2. Apa yang dimaksud dengan hukum publik internasioanal?
3. Bagaimana hubungan negara dengan hukum publik internasional?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu negara.
2. Untuk mengetahui hukum publik internasional.
3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan negara dengan hukum publik
internasional.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi dan Hakikat Negara


1. Definisi Negara
Definisi negara berisi hakikat dan esensi karakteristik negara yang
sesungguhnya. Sekali pun demikian rumusan definisi itu berada dalam alam
gagasan manusia, sehingga tidak berbicara negara itu sendiri, melainkan
gambaran hal-hal yang berkaitan dengan negara. Definisi negara berkembang
dalam pertumbuhan sejarah pemikiran manusia dan umumnya merupakan
hasil dari spekulasi filosofis. Definisi negara yang universal diterima ketika
didasarkan kepada penyelidikan berbagai pemikiran kemudian diambil ciri-
ciri karakteristiknya dari kenyataan yang bersifat umum. Definisi negara
yang paling ideal mempertimbangkan kenyataan manusia sebagai makhluk
politik.
Ciri-ciri umum karakterisitk negara mencakup:
a. Negara merupakan gabungan dari sejumlah kehidupan manusia.
b. Negara eksis karena adanya ikatan jiwa antara manusia dengan negara.
c. Negara terdiri atas kesatuan yang meliputi bangsa-bangsa.2
Pendapat Para Ahli:
Ada sejumlah pendapat yang disampaikan oleh para ahli mengenai definisi
negara.
a. Menurut Poulantzas, negara merupakan badan yang dominan,
hegemonik, dan mandiri dalam membuat kebijakan.3
b. Menurut Anthony Gidden, negara merupakan badan yang kuat untuk
menggapai tujuan jangka panjang guna melindungi sistem produksi
kapitalis.4

2
Dr. Isharyanto, S.H., M.Hum., Ilmu Negara, Cetakan Pertama, (Jateng: Oase Pustaka, 2016), hlm. 31.
3
Richard Bryan, “The State and Instutitonalisation of Capital: Aprroach To Analysis, Journal of
Contemporary Asia, Vol. 17 No. 3, 1987, hlm. 257- 258.
4
Anthony Gidden dan David Held (Editors), 1987, Perdebatan Klasik dan Kontemporer mengenai
Kelompok, Kekuasaan, dan Konflik, terjemahan Vedi R. Hadiz, Jakarta, Penerbit Rajawali Press, hlm. 36.

3
c. Menurut Harold J. Laski, negara adalah suatu masyarakat yang
diintegrasikan karena mempunyai wewenang yang bersifat memaksa di
mana individu atau kelompok merupakan bagian dari masyarakat itu.5
d. Menurut Max Weber, negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai
monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu
wilayah.6
e. Menurut Robert Mac Iver, negara adalah asosiasi yang diselenggarakan
penertiban di dalam suatu masyarakat pada suatu wilayah yang
berdasarkan sistem hukum yang diselenggarakan oleh pemerintah.
f. Menurut Woodrow Wilson, negara merupakan orang-orangyang
diorganisasikan dalam suatu wilayah tertentu.7
g. Menurut Miriam Budiardjo, negara merupakan suatu daerah yang
rakyatnya diperintah oleh pejabat yang menuntut kepatuhan warganya
menurut aturan serta melalui kontrol dan kekuasaan yang sah.8
Jika diperhatikan berbagai pendapat para pakar di atas menunjukkan sifat
spekulasi filosofis mengenai kedudukan negara sebagai alat/agency yang
mempunyai wewenang tertentu dalam mengendalikan persoalan-persolan
dalam suatu wilayah tertentu. Singkatnya, negara merupakan alat untuk
mencapai suatu tujuan dan alat itu berupa organisasi yang berwibawa.9
2. Hakikat Negara
Sifat hakikat dari sebuah negara senantiasa sama walaupun corak negara
itu berbeda satu sama lain. Sebagai organisasi di masyarakat, ia dibedakan
dari organisasi-organisasi lain karena negara mempunyai sifat-sifat yang
khusus. Kekhususannya terletak pada monopoli kekuasaan jasmaniah yang
tidak dimiliki oleh organisasi yang lain. Hal ini karena negara dapat
mendisiplinkan warganya melalui mekanisme penjatuhan hukuman. Selain
itu, negara juga dapat mewajibkan warganya untuk mengangkat senjata kalau
negara itu diserang oleh musuh. Kewajiban itu juga berlaku bagi warga
negara di luar negeri. Negara dapat memerintahkan warga negara untuk
memungut pajak dan menentukan mata uang yang berlaku di dalam

5
Saiful Bahri, op.cit., hlm. 26.
6
Ibid
7
Ibid
8
Ibid., hlm. 27.
9
Azhary, 1992, Negara Hukum, Jakarta, UI Press, hlm. 13.

4
wilayahnya. Dengan demikian hakikat negara dapat dikualifikasi ke dalam 3
karakteristik sebagai berikut:
a. Bersifat memaksa.
b. Bersifat monopoli.
c. Bersifat mencakup semua (all-encompassing all embracing).

B. Hukum Publik Internasional


Ada beberapa istilah yang dipakai untuk menjelaskan hukum
internasional (publik), kita menggunakan istilah hukum internasional publik
untuk membedakan dengan istilah hukum perdata internasional. Dalam modul
ini akan dipakai istilah hukum internasional untuk hukum internasional publik.
Ada beberapa istilah yang dipergunakan untuk hukum internasional ini,
yaitu hukum bangsa-bangsa (the law of nations) sebagaimana digunakan oleh
J.L. Brierly10 yang memberi definisi tentang hukum bangsa-bangsa atau hukum
internasional sebagai berikut:”as the body of rules and principles of action
which are binding upon civilized states to their relations witahunone another”.
Ada juga yang memakai istilah hukum antar negara, hukum
internasional publik (public international law), Common Law of Mankind. Jika
dipakai istilah hukum antar bangsa maka di sini seolah-olah hanya mempelajari
hukum yang mengatur hubungan antar bangsa saja, sedangkan kalau
dipergunakan hukum antara negara maka seolah-olah hukum internasional
hanya mengatur hubungan antara negara saja.
Kenyataannya hukum internasional tidak hanya mengatur hubungan
antar negara saja tetapi mengatur hubungan yang dilakukan antara negara
dengan subyek hukum internasional bukan negara, misalkan hubungan antara
negara dengan organisasi internasional, hubungan antara organisasi
internasional yang satu dengan organisasi internasional yang lain, hubungan
antara negara dengan Tahta Suci, hubungan antara negara dengan individu
dalam hal yang khusus, misalkan hubungan antara negara dengan pengungsi
(refugee), oleh karenanya dalam modul ini akan dipergunakan istilah hukum
internasional untuk hukum internasional publik.

10
J.L. Brierly, The Law of nations, fifth edition, Oxford At The Clarendon Press, 1955, hal 1

5
Pemakaian istilah itu untuk menunjukkan bahwa hubungan hukum yang
diatur oleh hukum internasional tidak hanya mengatur hubungan antar bangsa
atau negara saja tetapi lebih luas dari itu. Pemakaian istilah ini lebih mendekati
kenyataan dan sifat hubungan dan masalah yang menjadi objek bidang hukum
ini, yang pada masa sekarang tidak hanya terbatas pada hukum antara bangsa-
bangsa atau antara negara-negara saja11. Selain itu istilah hukum internasional
sudah lazim dipakai, misalkan pada penulis-penulis di Indonesia seperti Ali
Sastroamidjojo dalam bukunya “Pengantar Hukum Internasional”12,
Djatikoesoemo, Hukum Internasional, Bagian Damai dan Perang,13 Wirjono
Prodjodikoro, Azas-Azas Hukum Publik Internasional6 Perumusan hukum
internasional yang diberikan oleh J.G.Starke14 yaitu: “International Law may be
defined as that body of law which is composed for its greater part of the
principles and rules of conduct which states feel themselves bound to observe,
and therefore, do commonly observe in their relations which each other, and
which includes also”:
1. The rules of law relating to the functioning of international
institutions or organisations, their relations within each other, and
their relations with states, individuals, and
2. Certain rules of law relating to individuals and non state entities so
far, as the rights or duties of such individuals and non-state entities
are the concern of the international community
Selanjutnya Starke menyatakan bahwa dalam perumusan ini telah
meninggalkan perumusan yang tradisional di mana hukum internasional adalah
sistem hukum yang mengatur hubungan antar negara, tetapi dalam
perkembangannya hukum internasional tidak hanya mengatur hubungan antar
negara tetapi lebih luas. Karena dalam perkembangannya meliputi:
1. Munculnya organisasi internasional yang permanen, seperti Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB), WHO (World Health Organization), ICAO
(International Civil Aviation Organisation) dan sebagainya.

11
Mochtar Kusumaatmadja, Etty R. Agus, Pengatar Hukum Internasional, P.T. Alumni, Bandung,
2003, hal, 5.
12
Ali Sastroamidjojo, Pengantar Hukum Internasional, Bharata, Jakarta, 1971.
13
G.P.H. Djatikoesoemo, Hukum Internasional, Penerbit N.V. Pemandangan, Jakarta, 1956.
14
Wirjono Prodjodikoro, Azas-azas Hukum Publik Internasional, Cetakan Pertama, P.T. Pembingbing
Masa, Jakarta, 1967

6
2. Adanya gerakan yang disponsori oleh PBB dan Council of Europe untuk
melindungi hak-hak asasi dan kebebasan individu, yang menciptakan aturan
untuk menghukum seseorang dalam kaitannya dengan kejahatan
internasional dan genocide, adanya keputusan pengadilan Neurenberg tahun
1946 yang menghukum individu yang melakukan tindakan kejahatan yang
melawan perdamaian (crime against peace), kejahatan yang melawan
kemanusiaan (crime against humanity), penjahat perang (war crime).
Pembentukan pengadilan Tokyo tahun 1947 yang mengadili penjahat
perang (Perang Dunia II) di Jepang Pembentukan International Criminal
Tribunal for the Former Yugoslavia (ICTY) dan pembentukan International
Tribunal for Rwanda (ICTR) Perkembangan baru tersebut akan
mempengaruhi perkembangan-perkembangan selanjutnya, oleh karenanya
istilah hukum internasional lebih cocok.

Perumusan yang diberikan oleh Mochtar Kusumaatmadja15: Hukum


internasional ialah keseluruhan kaidah dan asas-asas yang mengatur hubungan
atau persoalan yang melintasi batas negara antara:
1. Antarnegara dengan negara.
2. Negara dengan subjek hukum lain bukan negara atau subjek bukan
negara satu sama lain.

C. Hubungan Negara Dengan Hukum Publik Internasional


Hukum Internasional merupakan suatu aturan yang mengatur hubungan
antar negara yang bersifat lintas batas negara. Setiap negara tidak diwajibkan
untuk terikat maupun tunduk terhadap hukum Internasional, melainkan itu
diserahkan kembali ke setiap negara untuk tunduk atau tidak terhadap hukum
Internasional. Salah satu negara yang tunduk terhadap hukum Internasional
yaitu Negara Singapura, Malaysia, Thailand, Indonesia dan masih banyak
negara lainnya yang juga tunduk terhadap hukum Internasional. Menurut
Mochtar Kusumaatmadja hukum Internasional merupakan keseluruhan kaidah-
kaidah dan asas-asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi
batas negara-negara (hubungan internasional) yang bukan bersifat perdata.
Menurut John O’Brien mengemukakan bahwa hukum Internasional adalah

15
Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R, Agoes, opcit hal 4

7
sistem hukum yang terutama berkaitan dengan hubungan antarnegara. Pendapat
yang dikemukakan oleh Brien ini dapat dipahami mengingat sampai saat ini
negara adalah subjek yang paling utama. Hukum internasional mempunyai
istilah-istilah yang digunakan saat ini atau dengan kata lain dapat dikatakan
yang lebih populer yaitu hukum Internasional (International Law) dan atau
hukum internasional publik (Publik International Law). Dua istilah terakhir ini
ditinggalkan karena dianggap tidak sesuai dengan kebutuhan, hukum
internasional saat ini tidak hanya mengatur hubungan antarbangsa atau
antarnegara saja. Hubungan internasional sudah berkembang pesat sedemikian
rupa sehingga subjek subjek negara tidaklah terbatas pada negara saja
sebagaimana yang diawal pada saat perkembangan hukum internasional.
Istilah hukum Internasional (International Law) dan hukum Bangsa
bangsa (Law Of Nations) menurut Oppenheim, ia menunjukkan bahwa dua
istilah itu sebenarnya tidaklah persis sama, masing-masing istilah itu
mempunyai lingkup materi yang berbeda. Dikatakannya bahwa hukum
internasional meliputi 2 bagian, yakni hukum internasional publik dan hukum
perdata internasional (Istanto,2010:3). Hukum internasional publik tersebut
dapat dikatakan hukum bangsa-bangsa, selain itu hukum internasional publik
juga disebut hukum internasional dalam arti sempit.
Pembahasan hukum Internasional tidak selalu membahas tentang
hubungan antar negara saja tetapi membahas juga tentang hukum diplomatik,
hukum udara, hukum laut internasional dan sebagainya yang terkait dengan
hukum internasional itu sendiri.
Hukum laut internasional merupakan salah satu pembahasan atau bagian
dari hukum internasional yang membahas tentang yurisdiksi dari suatu negara.
Hukum laut internasional merupakan segala aturan atau kaidah-kaidah hukum
yang dimana mengatur tentang suatu hak dan kewenangan suatu negara
terhadap kawasan laut dibawah yurisdiksi negaranya. Pembahasan tentang
hukum laut internasional tidak lepas membahas tentang sejarah terbentuknya
maupun aturan hukum yang mengatur tentang hukum laut lnternasional saja.
hukum laut internasional juga mencakup tentang sengketa perebutan suatu
wilayah, batas wilayah setiap negara dan membahas hal lainnya yang
berhubungan dengan hukum laut internasional.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Negara merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan dan alat itu berupa
organisasi yang berwibawa. Ada tiga karakteristik hakikat negara yaitu bersifat
memaksa, bersifat monopoli, bersifat mencakup semua.
Ada beberapa istilah yang dipakai untuk menjelaskan hukum internasional
(publik), kita menggunakan istilah hukum internasional publik untuk membedakan
dengan istilah hukum perdata internasional. Dalam modul ini akan dipakai istilah
hukum internasional untuk hukum internasional publik.
Hukum internasional tidak hanya mengatur hubungan antar negara saja tetapi
mengatur hubungan yang dilakukan antara negara dengan subyek hukum internasional
bukan negara, misalkan hubungan antara negara dengan organisasi internasional,
hubungan antara organisasi internasional yang satu dengan organisasi internasional
yang lain, hubungan antara negara dengan tahta suci, hubungan antara negara dengan
individu dalam hal yang khusus, misalkan hubungan antara negara dengan pengungsi
(refugee), oleh karenanya dalam modul ini akan dipergunakan istilah hukum
internasional untuk hukum internasional publik.
Hukum Internasional merupakan suatu aturan yang mengatur hubungan antar
negara yang bersifat lintas batas negara. Setiap negara tidak diwajibkan untuk terikat
maupun tunduk terhadap hukum internasional, melainkan itu diserahkan kembali ke
setiap negara untuk tunduk atau tidak terhadap hukum internasional. Salah satu negara
yang tunduk terhadap hukum internasional yaitu negara Singapura, Malaysia, Thailand,
Indonesia dan masih banyak negara lainnya yang juga tunduk terhadap hukum
internasional.

B. Saran
Kami sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih sangat
banyak kekurangan dan kesalahan. Maka nantinya kami akan segera melakukan
perbaikan susunan makalah ini dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber
dan kritik yang membangun tentunya dari pihak pembaca makalah ini.

9
DAFTAR PUSTAKA

Azhary, 1992, Negara Hukum, Jakarta, UI Press, hlm. 13.


Bryn, Richard, “The State and Instutitonalisation of Capital: Aprroach To
Analysis, Journal of Contemporary Asia, Vol. 17 No. 3, 1987, hlm. 257- 258.
Dr. Isharyanto, S.H., M.Hum., Ilmu Negara, Cetakan Pertama, (Jateng: Oase
Pustaka, 2016), hlm. 31.
Gidden, Anthony dan Held, David (Editors), 1987, Perdebatan Klasik dan
Kontemporer mengenai Kelompok, Kekuasaan, dan Konflik, terjemahan Vedi R. Hadiz,
Jakarta, Penerbit Rajawali Press, hlm. 36.
G.P.H. Djatikoesoemo, Hukum Internasional, Penerbit N.V. Pemandangan,
Jakarta, 1956.
Hasanuddin Hasim | Volume 1, Nomor 2, Desember 2019.
J.L. Brierly, The Law of nations, fifth edition, Oxford At The Clarendon Press,
1955, hal 1.
Kusumatmadja, Muchtar, Etty R. Agus, Pengatar Hukum Internasional, P.T.
Alumni, Bandung, 2003, hal, 5.
Prodjodikoro, Wirjono, Azas-azas Hukum Publik Internasional, Cetakan
Pertama, P.T. Pembingbing Masa, Jakarta, 1967.
Sastroamidjojo, Ali, Pengantar Hukum Internasional, Bharata, Jakarta, 1971.

10

Anda mungkin juga menyukai