Anda di halaman 1dari 26

KONSEP WARGA NEGARA

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi


TugasMata Kuliah : Pendidikan
kewarganegaraan

Dosen Pengampu : Mashuri, M.H

Oleh Kelompok 4 :

Lisa Rahmawati
M. Hidmi
Miftahul Aulia
M. Alwasit Aulawi
Nazipatul Aini

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH


DASARFAKULTAS TARBIYAH
IAI HAMZANWADI NW LOMBOK TIMUR
TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah tuhan semesta alam yang telah memberikan Rahmat
serta rahimnya bagi hamba –hamba yang diridhoinya sehingga makalah Tentang
“Konsep Warganegara “ ini dapat diselesaikan sebagaimana Mestinya. Sholawat
serta salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan alam nabi Besar Muhammad
SAW {Shallallahualaihi wasallam } yang telah membawa Ummatnya dari alam yang
gelap gulita menuju alam yang disinari oleh cahaya Islam .

Makalah ini disusun tidak lepas dan tidak bukan untuk memenuhi tugas Sebagai
bentuk tanggung jawab kami dalam proses perkuliahan namun hal yang Paling
penting dari yang tadi bagaimana makalah ini menjadi salah satu jalan siar Dalam
proses membangun jiwa manusia melalui pendidikan namun kami juga Menyadari
bahwa makalah ini juga jauh dari kata sempurna sehingga saran yang Membangun
sangat kami butuhkan untuk penyempurnaan untuk materi Selanjutnya

Anjani ,22 November 2022

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................ii

DAFTAR ISI..............................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................3

B. Rumusan masalah ............................................................................4

C. Ruang Lingkup...................................................................................5

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Pengertian Warganegara..................................................................6

B. Asas Kewarganegaraan ....................................................................12

C. Problem Status Kewarganegaraan................................................... 16

D. Hak Dan Kewajiban Warganegara.................................................... 22

BAB 3 PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................23

B. Saran .................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................24

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara adalah suatu daerah atau wilayah yang ada di permukaan bumi di
mana terdapat pemerintahan yang mengatur ekonomi, politik, sosial, budaya,
pertahanan keamanan, dan lain sebagainya. Di dalam suatu negara minimal
terdapat unsur-unsur negara seperti rakyat, wilayah, pemerintah yang
berdaulat serta pengakuan dari negara lain.

Pengertian Negara Berdasarkan Pendapat Para Ahli :

- Roger F. Soltau : Negara adalah alat atau wewenang yang mengatur atau
mengendalikan persoalan bersama atas nama masyarakat.

- Georg Jellinek : Negara merupakan organisasi kekuasaan dari kelompok


manusia yang telah berdiam di suatu wilayah tertentu.

- Prof. R. Djokosoetono : Negara adalah suatu organisasi manusia atau kumpulan


manusia yang berada di bawah suatu pemerintahan yang sama.

Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berbentuk republik yang telah
diakui oleh dunia internasional dengan memiliki ratusan juta rakyat, wilayah darat,
laut dan udara yang luas serta terdapat organisasi pemerintah pusat dan
pemerintah daerah yang berkuasa.

Negara merupakan suatu organisasi dari rakyat negara tersebut untuk mencapai
tujuan bersama dalam sebuah konstitusi yang dijunjung tinggi oleh warga negara
tersebut. Indonesia memiliki Undang-Undang Dasar 1945 yang menjadi cita-cita
bangsa secara bersama-sama.

4
Pada dasarnya yang disebut warga Negara adalah orang yang berdomisili di
negaranya sendiri atau orang-orang sebagai bagian dari suatu unsur penduduk
yang menjadi unsur Negara, karena Negara tidak akan pernah ada tanpa adanya
warga. Oleh karena itu, keduanya mempunyai kaitan yang erat dan tidak dapat
dipisahkan satu sama lain.

Di samping itu setiap warga Negara mempunyai persamaan hak, memiliki


kepastian hak dan bertanggungjawab terhadap negaranya.

1.1 Tujuan penulisan

Adapun maksud dan tujuan dalam pembuatan makalah ini yaitu untuk memberi
pengetahuan dan wawasan agar kita dapat memahami dan mengetahui apa
pengertian dari kewarganegaraan,asas warga negara serta memberi pengetahuan
tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara.

B. Rumusan masalah

Dalam tugas kelompok ini kami memiliki tiga rumusan masalah, yaitu :

1. apakah pengertian dari kewarganegaraan ?

2. apakah asas dan unsur dari kewarganegaraan ?

3. Apakah unsur-unsur yang menentukan kewarganegaraan?

4.Apakah problem status kewarganegaraan?

5.Bagaimana Karakteristik warga negara?

6.Bagaimana Cara memperoleh kewarganegaraan Indonesia dan Hak dan


Kewajiban Warga Negara?

5
C. Ruang lingkup

-Pendidikan

Makalah tentang kewarganegaraan bisa dijadikan pembelajaran dalam pendidikan


untuk menambah ilmu pengetahuan kita sebagai mahasiswa, karena makalah ini
sangat penting dalam mengetahui status kewarganegaraan seorang warga

-Sosial

Makalah yang kami buat ini dapat dijadikan sebagai bahan ajar untuk memberi
pengetahuan tentang pentingnya sebuah kewarganegaraan dalam kehidupan
bernegara.

1.2 Teknik penulisan

Metode yang digunakan pemakalah dalam penyusunan makalah ini dengan


menggunakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan referensi dan
buku-buku dan internet sebagai landasan teoritis mengenai masalah yang
akan diselesaikan.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Warga Negara

Warga Negara diartikan dengan orang-orang sebagai bagian dari suatu penduduk
yang menjadi unsur Negara. Istilah warga Negara lebih sesuai dengan
kedudukannya sebagai orang merdeka dibandingkan dengan istilah hamba. Istilah
hamba karena warga Negara mengandung arti peserta, anggota atau warga di
suatu Negara, yakni peserta dari suatu persekutuan yang didirikan dengan
kekuatan bersama atas dasar tanggung jawab bersama untuk kepentingan
bersama.

Warga negara dan penduduk Indonesia diatur dalam pasal 26 dan 27 Undang-
undang Dasar 1945. Undang-undang pertama kali mengatur soal warga itu adalah
UU no.3 tahun 1946 yang dalam pasal 1 menyatakan bahwa warga negara
Indonesia adalah :

a. Orang yang asli dalam daerah negara Indonesia.

b. Orang yang tidak termasuk dalam golongan tersebut, diatas tetapi turunan
dari seseorang dari golongan itu, yang lahir dan bertempat berkedudukan dan
kediaman selama sedikitnya 5 tahun berturut-turut yang paling akhir di dalam
negara Indonesia, yang berumur 21 tahun, atau telah kawin, kecuali jika ia
menyatakan keberataan menjadi warganegara Indonesia karena ia adalah
warganegara lain.

c. Orang yang mendapat kewarganegaraan Indonesia secara naturalisasi.

Pasal 4 UU No.3 tahun 1946, menentukan bahwa pernyataan “keberataan” dalam


pasal 1 sub-b diatas harus disampaikan secara tertulis kepada menteri kehakiman

7
dalam waktu satu tahun setelah peraturan itu berlaku. Berdasarkan UU No.6
tahun 1947, UU No.11 tahun 1948, segala pernyataan keberatan terhadap
kewarganegaraan Indonesia diperpanjang sampai tanggal 17 Agustus 1948.

Pasal 15 UU No. 3 tahun 1946 menyebut bahwa undang-undang tahun 109,


undang itu berlaku pada hari diumumkannya, yakni tanggal 10 April 1946, namun
pasal tersebut diratifikasi melalui berlaku pada tanggal 17 Agustus 1945.

Penetapan kewarganegaraan Republik Indonesia bagi penduduk Irian Jaya


ditentukan oleh Keppres No.7 tahun 1971 tentang digunakannya ketentuan-
ketentuan dalam UU N0.3 tahun 1946 dan bagi penduduk Timor Timur ditetapkan
melalui UU No.7 tahun 1976 tentang pengesahan penyatuan Timor Timur menjadi
rakyat dan warga negara Indonesia. Semua peraturan-peraturan perundangan
Republik Indonesia juga berlaku bagi wilayah Timor Timur, tetapi kini setelah
Timor Timur merdeka, undang-undang-undang ini dicabut, dan penduduk yang
ingin menjadi WNI harus mengikuti ketentuan yang berlaku di negara Indonesia
(prosedur yang sama bagi warga negara asing lainnya yang ingin menjadi WNI).

Pasal 27 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan hak dan kewajiban setiap
warga negara untuk ikut serta dalam pembelaan negara, sedangkan pasal 30 ayat
1 menyatakan tentang hak dan kewajiban warganegara untuk ikut serta dalam
pertahanan dan keamanan negara.[1]1

Sejalan dengan definisi di atas, AS Hikam pun mendefinisikan bahwa Negara yang
merupakan terjemahan dari citizenship adalah anggota dari sebuah komunitas
yang membentuk Negara itu sendiri.

Secara singkat, Koerniatmanto S mendefinisikan warga Negara dengan anggota


Negara. Sebagian anggota Negara, seorang warga Negara mempunyai

1
Elly M. Panduan Kuliah Pendidikan pancasila, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta: 2005
hal 69.

8
kedudukan yang khusus terhadap negaranya yang mempunyai hubungan hak dan
kewajiban yang bersifat timbal balik terhadap negaranya.2

Seperti dikemukakan oleh para ahli sudah menjadi kenyataan yang berlaku umum
bahwa untuk berdirinya negara yang merdeka harus dipenuhi sekurang-kurangnya
tiga syarat, yaitu adanya wilayah, adanya rakyat yang tetap, dan pemerintahan
yang berdaulat. Ketiga syarat ini merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan
satu sama lain. Tanpa adanya wilayah yang pasti, tidak mungkin suatu negara
dapat berdiri, dan begitu pula adalah mustahil untuk menyatakan adanya negara
tanpa rakyat yang tetap. Di samping itu, meskipun kedua syarat wilayah (teriritory)
dan rakyat telah dipenuhi, apabila pemerintahannya bukan pemerintahan yang
berdaulat yang bersifat nasional, belumlah dapat dinamakan negara tersebut
suatu negara yang merdeka. Hindia Belanda dahulu memenuhi syarat yang
pertama, yaitu wilayah dan rakyat, tetapi pemerintahannya adalah pemerintahan
jajahan yang tunduk kepada Pemerintah Kerajaan Belanda, maka Hindia Belanda
tidak dapat dikatakan sebagai satu negara yang merdeka.

Rakyat (people) yang menetap di suatu wilayah tertentu, dalam hubungannya


dengan negara disebut warga negara (citizen). Warga negara secara sendiri-sendiri
merupakan subjek-subjek hukum yang menyandang hak-hak dan sekaligus
kewajiban-kewajiban dari dan terhadap negara. Setiap warga negara mempunyai
hak-hak yang wajib diakui (recognized) oleh negara dan wajib dihormati
(respected), dilindungi (protected), dan difasilitasi (facilitated), serta dipenuhi
(fulfilled) oleh negara. Sebaliknya, setiap warga negara juga mempunyai
kewajiban-kewajiban kepada negara yang merupakan hak-hak negara yang juga

2
Tim ICCE UIN Jakarta, Pendidikan Kewargaan, Prenada Media, Jakarta : 2003 hal 74

9
wajib diakui (recognized), dihormati (respected), dan ditaati atau ditunaikan
(complied) oleh setiap warga negara.3

Mengenai soal kewarganegaraan UUD 1945 dalam pasal 26 ayat 1 menentukan


bahwa “yang menjadi warga negara ialah orang-orang Bangsa Indonesia asli dan
orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang sebagai warga negara,”
sedangkan ayat 3 menyebutkan bahwa syarat-syarat yang mengenai
kewarganegaraan ditetapkan dengan undang-undang” perumusan didasarkan
pada pertimbangan bahwa memang seharunyalah bangsa Indonesia asli yang
menjadi warga negara Indonesia, namun bagi mereka keturunan asing dapat pula
menjadi warganegara dengan akan diatur dalam undang-undang. Sebab adalah
tidak lazim masalah kewarganegaraan diatur dalam undang-undang dasar. Dan
pada waktu penyusunan undang-undang dasar telah dijelaskan bahwa hal
tersebut lebih baik diatur dalam undang-undang biasa. Karena itu bagi mereka
yang keturunan asing tetap dibuka kemungkinan untuk menjadi warga negara
Indonesia, selama mereka mengakui Indonesia sebagai tanah airnya dan bersikap
setia kepada negara Republik Indonesia demikian penjelasan pasal 26 tersebut.

Sebagai pelaksana pasal 26 tersebut, maka pada tanggal 10 April 1946


diundangkan undang-undang no.3 tahun 1946. Undang-undang ini kemudian
beberapa kali mengalami perubahan dengan undang-undang no.6 dan no. 8 tahun
1947. Kalau diperhatikan undang-undang tersebutkan ternyata, bahwa asas
kewarganegaraan yang dianut adalah azas ius soli. Begitu pula alam huruf b
dinyatakan bahwa orang peranakan yang lahir dan bertepat tinggal di Indonesia
paling sedikit untuk lima tahun terakhir dan berturut-turut secara berumur 21
tahun adalah warga negara Indonesia, kecuali kalau ia menyatakan keberatan
menjadi warga negara Indonesia. Perkataan “lahir dan bertempat tinggal di

3
Jimly Asshiddiqie.Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Rajawali Pers, Jakarta: 2010 . hal.
383

10
Indonesia” ini menunjukkan, bahwa asas ius soli ini yang dipakai. Latar belakang
dari pemakaian asas ius soli ini disebabkan kenyataan, bahwa sejak dahulu sudah
banyak peranakan bangsa lain yang bertepat tinggal di Indonesia. Jadi selama
mereka menyatakan kesetiaannya kepada negara dan mengakui bangsa Indonesia
sebagai tanah airnya, maka mereka dapat menjadi warga negara Indonesia (hak
repudiasai). Dalam golongan ini peranakan secara keseluruhan dinyatakan
terlebih dahulu warganegara, tentu saja yang memenuhi syarat-syarat Indonesia,
namun kepada mereka diberikan hak untuk menolak. Disini pemilihan
kewarganegaraan Indonesia itu dengan sendirinya diperoleh apabila tidak
mengajukan pernyataan untuk menolak.4

Menurut Para Ahli, Warga Negara adalah :

1. A.S. Hikam

Menurut A.S. Hikam, pengertian warga negara adalah anggota dari suatu komunitas atau
kelompok yang membentuk suatu negara.

2. Koerniatmanto S

Menurut Koerniatmanto S, pengertian warga negara adalah anggota suatu negara yang
mempunyai kedudukan khusus terhadap negaranya, memiliki hubungan hak dan
kewajiban yang sifatnya timbal-balik terhadap negaranya.

3. Ko Swaw Sik

Menurut Ko Swaw Sik (1957), warga negara adalah semua orang yang memiliki ikatan
hukum dengan suatu negara.

4. Wolhoff

Menurut Wolhoff, pengertian warga negara adalah bentuk keanggotaan dari suatu
bangsa tertentu yaitu sejumlah manusia yang memiliki ikatan satu sama lainnya karena
adanya kesatuan bahasa, kehidupan sosial, budaya, serta kesadaran nasionalnya.

5. Undang-Undang No. 12 Tahun 2006

4
Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, Moh. Kusnardi S.H & Haramaily Ibrahim S.H,
Pusat studi hukum tata negara dan CV “Sinar Bakti”, 1981, Jakarta hal. 297-298

11
Menurut Undang-Undang No. 12 Pasal 1 angka 1 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan
Republik Indonesia, pengertian warga negara adalah orang-orang bangsa Indonesia asli
dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan Undang-Undang sebagai warga
negara Indonesia.

6. Graham Murdock

Menurut Graham Murdock, pengertian kewarganegaraan adalah suatu hak untuk dapat
berpartisipasi secara utuh dalam berbagai pola struktur sosial, politik dan kehidupan
kultural serta untuk dapat membantu menciptakan bentuk-bentuk yang selanjutnya
dengan begitu maka memperbesarkan ide-ide.

7. Daryono

Menurut Daryono, pengertian kewarganegaraan adalah keanggotaan seseorang di dalam


satuan politik tertentu (Negara) yang dengannya akan membawa hak untuk dapat

berpartisipasi dalam kegiatan politik. Seseorang dengan keanggotaan yang disebut


dengan warga negara.

Kewarganegaraan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kewarganegaraan adalah hal yang berhubungan
dengan warga negara dan keanggotaan sebagai warga negara. Menurut pasal 1 angka (2)
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia,
kewarganegaraan adalah segala hal Ikhwal yang berhubungan dengan warga negara.
Dalam bahasa Inggris, kewarganegaraan dikenal dengan kata citizenship, artinya
keanggotaan yang menunjukkan hubungan atau ikatan antara negara dengan warga
negara.

1. Kewarganegaraan dalam arti yuridis dan Sosiologis

a) Kewarganegaraan dalam arti Yuridis ditandai dengan adanya ikatan hukum antara
warga negara dengan negara yang menimbulkan akibat-akibat hukum tertentu. Tanda-
tandanya misalnya : akta kelahiran, surat pernyataan, bukti kewarganegaraan, dll.

b) Kewarganegaraan dalam arti Sosiologis tidak ditandai dengan ikatan hukum, tetapi
ikatan emosional, seperti : ikatan perasaan, ikatan keturunan, ikatan sejarah, ikatan
tanah air, dll.

2. Kewarganegaraan dalam arti Formil dan Materiil

a) Kewarganegaraan dalam arti Formil menunjuk pada tempat kewarganegaraan.

12
b) Kewarganegaraan dalam arti Material menunjuk pada akibat hukum dari status
kewarganegaraan, yaitu adanya hak dan kewajiban warga negara.

B. Asas Kewarganegaraan

Dalam menerapkan asas kewarganegaraan ini, dikenal dengan dua pedoman,


yaitu asas kewarganegaraan berdasarkan kelahiran dan berdasarkan perkawinan.
Dari sisi kelahiran, ada dua asas kewarganegaraan yang sering dijumpai, yaitu Ius
Soli (tempat kelahiran) dan Ius Sanguinis (keturunan).

Sudah menjadi pendapat umum, bahwa untuk berdirinya suatu negara yang
merdeka harus dipenuhi beberapa syarat, yaitu harus ada wilayah tertentu, ada
rakyat yang tetap dan pemerintahan yang berdaulat. Ketiga syarat ini merupakan
suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Tanpa adanya wilayah tertentu ada-
lah tidak mungkin untuk mendirikan suatu negara dan begitu pula adalah mustahil
untuk menyebutkan adanya suatu negara tanpa rakyat yang tetap. Walaupun
kedua syarat ini wilayah dan rakyat telah dipenuhi, namun apabila
pemerintahannya bukan pemerintahan yang berdaulat yang bersifat nasional,
belumlah dapat dinamakan negara itu negara yang merdeka. Hindia Belanda
dahulu memenuhi kedua syarat yang pertama wilayah dan rakyat tetapi karena
Pemerintahan Hindia Belanda adalah pemerintahan jajahan yang tunduk kepada
Pemerintah di Negeri Belanda, maka Hindia Belanda bukanlah negara yang
merdeka.

Rakyat yang menetap di suatu wilayah tertentu, dalam hubungannya dengan


negara disebut warga negara. Warga negara itu mempunyai kewajiban-kewajiban
terhadap negara dan sekaligus juga mempunyai hak-hak yang wajib diberikan dan
dilindungi oleh negara. Karena hubungannya dengan dunia internasional, maka
dalam setiap wilayah negara selalu ada warga negara dan orang asing yang ke

13
semuanya disebut penduduk. Jadi setiap warganegara adalah penduduk adalah
warga negara, karena mungkin dia adalah orang asing. Kalau demikian maka
penduduk suatu negara dapat dibagi dua yaitu warga negara dan orang asing.
Keduanya berbeda dalam hubungannya dengan negara. Setiap warga negara
mempunyai hubungan yang tidak terputus, walaupun warganegara yang
bersangkutan telah berdomisili di luar negeri, selarnya dia tidak memutuskan
kewarganegaraannya. Sebaliknya seorang asing hanya mempunyai hubungan
selama dia bertempat tinggal di wilayah negara tersebut. Karena itu adalah
menjadi kewajiban dari negara untuk melindungi kepentingan setiap penduduk di
negara-Nya.

Undang-undang Dasar 1945 sendiri ada kalanya memberikan perlindungan


kepada penduduk Negara Republik Indonesia tanpa melihat apakah dia warga
negara atau orang asing. Umpamanya dalam pasal 29 ayat (2) disebutkan “Negara
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-
masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaan-Nya itu.” Ini
berarti bahwa negara akan memberikan perlindungan dalam masalah agama
terhadap setiap orang yang ada diwilayah Negara Republik Indonesia, dengan
tidak melihat apakah dia warga negara atau orang asing. Di bagian lain Undang-
Undang Dasar 1945 hanya menyebutkan hak khusus untuk warga negara, yaitu
pasal 27 ayat (2) yang menyebutkan “Tiap-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.” Ini berarti, bahwa
setiap warga negaralah yang berhak atas penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan tidak untuk orang asing hak mana kemudian dapat dituntut oleh
warga negara.

Di muka telah dijelaskan, bahwa tanpa adanya warga negara adalah tidak mungkin
mendirikan suatu negara. Dan karena itu adalah negara yang berdaulat, maka
setiap negara berhak untuk menentukan sendiri syarat-syarat untuk menjadi

14
warga negara.5 Sedangkan dari sisi perkawinan dikenal pula asas kesatuan hukum
dan asas persamaan derajat.6

a. Dari sisi kelahiran

Pada umumnya penentuan kewarganegaraan berdasarkan pada sisi kelahiran


seseorang yang dikenal dengan asas kewarganegaraan Ius soli dan ius sanguinis.
Kedua istilah tersebut berasal dari bahasa latin. Ius berarti hukum, dalil atau
pedoman. Soli berasal dari kata solum yang berarti Negara, tanah atau darah dan
songuinis berasal dari kata sanguis yang berati darah. Dengan demikian ius soli
berarti pedoman kewarganegaraan yang berdasarkan tempat atau daerah

kelahiran, sedangkan ius sanguinis adalah pedoman kewarganegaraan


berdasarkan darah atau keturunan.

Sebagai contoh jika sebuah Negara menganut asas ius soli, maka seseorang yang
dilahirkan di Negara tersebut mendapatkan hak sebagai warga Negara. Begitu pula
dengan asas ius sanguinis. Jika sebuah Negara menganut asas ius sanguinis, maka
seseorang yang lahir dari orang tua yang memiliki kewarganegaraan suatu Negara
Indonesia misalnya maka anak tersebut berhak mendapatkan status
kewarganegaraan orang tuanya, yakni warga Negara Indonesia. Tidak jarang pula
kita mendapatkan Negara-negara yang memanfaatkan kedua asas tersebut,
tegasnya baik ius sanguinus maupun ius soli dalam pemberian kewarganegaraan
terhadap penduduk yang berada di wilayah negaranya.

Dalam pewarganegaraan ini ada yang aktif dan ada juga yang pasif.

5
Moh.Kusnadi dan Harmaily Ibrahim. Pengantar Hukum Tata Negara. Pusat Study Hukum dan CV
Sinar Bakti. Jakarta : 1981 hal. 291
6
Ibid, Pengantar Hukum Tata Negara. Pusat Study Hukum dan CV Sinar Bakti. Jakarta :
1981 hal 7

15
1. Dalam pewarganegaraan yang aktif, seseorang dapat menggunakan hak opsi
untuk memilih atau menyatukan kehendak menjadi warga Negara dari suatu
Negara.

2. Dalam pewarganegaraan pasif, seseorang yang tidak mau diwarganegarakan


oleh sesuatu Negara atau tidak mau diberi dan dijadikan warga Negara suatu
Negara, maka yang bersangkutan dapat menggunakan hak repudiasi yaitu hak
untuk menolak pemberian kewarganegaraan tersebut.7

b. Dari sisi perkawinan

Selain hukum kewarganegaraan dilihat dari sudut kelahiran, kewarganegaraan


seseorang juga dapat dilihat dari sisi perkawinan yang mencakup asas kesatuan
hukum dan asas persamaan derajat. Asas kesatuan hukum berdasarkan pada
paradigma bahwa suami-istri ataupun ikatan keluarga merupakan inti masyarakat
yang meniscayakan suasana sejahtera, sehat dan tidak terpecah. Dalam
menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, suami istri ataupun keluarga yang
baik perlu mencerminkan adanya suatu kesatuan yang bulat.

Pada dasarnya yang menentukan kesatuan kewarganegaraan itu suami.


Berdasarkan dengan dirasakan berat untuk mengasingkan seorang warga Negara
karena perkawinannya, maka menurut Undang-undang ini seorang warga Negara
republik Indonesia perempuan, yang kawin dengan seorang asing, tidak
kehilangan kewarganegaraannya karena perkawinan itu, kecuali apabila ia
melepaskannya sendiri, dan dengan melepaskan itu ia akan menjadi tanpa
kewarganegaraan.

Meskipun pada dasarnya kewarganegaraan suami yang menentukan UU ini


memberi kesempatan juga kepada warga Negara laki-laki untuk melepaskan

7
] Kartasa Poetra, Sistematika Hukum Tatanegara, PT Bina Aksara, Jakarta : 1987, hal.217

16
kewarganegaraannya, karena mungkin hanya dengan jalan demikian tercapai
kesatuan kewarganegaraan.

Berhubungan dengan kesempatan laki-laki tersebut di atas dan berhubungan


mencegah timbulnya berkelebihan kewarganegaraan, maka seseorang
perempuan asing yang kawin dengan seorang warga Negara republik Indonesia,
tidak selalu memperoleh kewarganegaraan republik Indonesia. 8

C. Problem Status Kewarganegaraan

Membicarakan status kewarganegaraan seseorang dalam sebuah negara maka,


akan di bahas beberapa persoalan yang berkenaan dengan seseorang yang
dinyatakan sebagai warga negara dan bukan warga negara dalam sebuah negara.
Jika diamati dan dianalisis di antara penduduk suatu negara, ada mereka yang
bukan warga negara (orang asing) di Indonesia tersebut.

Dalam hal ini dikenal dengan:

Apatride

Apatride adalah tanpa kewarganegaraan yang timbul apabila penurut peraturan


kewarganegaraan, seseorang tidak diakui sebagai warga Negara dari Negara
manapun. Misalnya Agus dan ira adalah suami istri yang berstatus Negara B yang
berasal dari ius soli. Mereka berdomisili di Negara A yang berasas ius sanguinis.
Kemudian lahirlah anak mereka Budi, menurut Negara A, Budi tidak diakui sebagai
warga negaranya, karena orang tuanya bukan warga negaranya. Begitu pula
menurut Negara B, Budi tidak diakui sebagai warga negaranya, karena lahir di
wilayah Negara lain. Dengan demikian Budi tidak mempunyai kewarganegaraan
atau apatride.

8
] Kansil, Hukum Kewarganegaraan RI, Sinar Grafika, Jakarta : 1992 hhal.115

17
Bipatride

Bipatride adalah dwi kewarganegaraan yang merupakan timbulnya apabila


menurut peraturan dari dua Negara terkait seorang dianggap sebagai warga
Negara kedua Negara itu. Misalnya Adi dan Ani adalah suami istri yang berstatus
warga Negara A, namun mereka berdomisili di Negara B. Negara A menganut asas
ius sanguinis dan Negara B menganut asas ius soli. Kemudian lahirlah anak mereka,
Dani. Menurut Negara A yang menganut asas ius sanguinis, Dani adalah warga
Negaranya karena mengikuti kewarganegaraan orang tuanya. Menurut Negara B
yang menganut asas ius soli, Dani juga warga Negaranya, karena tempat
kelahirannya adalah di Negara B. Dengan demikian Dani mempunyai status dua
kewarganegaraan atau bipatride

Multi patride

Seseorang yang memiliki 2 atau lebih kewarganegaraan Contoh : Seorang yang


bipatride juga menerima pemberian status kewarganegaraan lain ketika dia telah
dewasa, dimana saat menerima kewarganegaraan yang baru ia tidak melepaskan
status kewarganegaraan yang lama.

4. Karakteristik Warga Negara yang Demokrat

a. Rasa hormat dan tanggung jawab

Sebagai warga Negara yang demokratis, hendaklah memiliki rasa hormat terhadap
sesama warga Negara dan dituntut juga untuk turut bertanggung jawab menjaga
keharmonisan dan ketertiban Negara.

b. Bersikap kritis

Warga Negara yang demokrat hendaklah selalu bersikap kritis, sikap kritis juga
harus ditunjukkan pada diri sendiri, sikap kritis pada diri sendiri itu tentu disertai
sikap kritis terhadap pendapat yang berbeda. Tentu saja sikap kritis ini harus

18
didukung oleh sikap yang legowo dan bertanggung jawab terhadap apa yang
dikritisi.

c. Membuka diskusi dan dialog

Perbedaan pendapat dan pandangan pada suatu warga Negara pasti ada. Untuk
meminimalis konflik yang timbul, maka membuka ruang untuk diskusi dan dialog
adalah suatu solusi yang baik, karena berdiskusi dan berdialog adalah salah satu
dari ciri sikap warga Negara yang demokrat.

d. Bersifat terbuka

Sikap terbuka merupakan penghargaan terhadap kebebasan bersama sesama


manusia.

e. Rasional

Bagi warga Negara yang demokrat, memiliki kemampuan untuk mengambil


keputusan secara bebas dan rasional adalah sesuatu yang harus dilakukan karena
kalau tidak secara rasional, akan membawa implikasi emosional dan egois.

f. Adil

Sebagai warga Negara yang demokrat, tidak ada tujuan baik yang patut
diwujudkan dengan cara-cara yang tidak adil karena hanya dengan keadilan semua
tujuan akan tercapai demi kepentingan bersama.

g. Jujur

Memilik sikap dan sifat yang jujur bagi warga Negara merupakan sesuatu yang
niscaya, kejujuran merupakan kunci bagi terciptanya keselarasan dan

keharmonisan hubungan antar warga Negara dan sifat jujur ini bisa diterapkan
dalam segala sektor.

5.Cara Memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia

19
Menurut UU No. 12 Tahun 2006

1. Melalui Kelahiran

a. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu
warga Negara Indonesia

b. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI
dan ibu warga Negara asing

c. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga
Negara asing dan ibu WNI

d. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI,
tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hokum
Negara asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan kepada
anak tersebut.

e. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya
meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya WNI

f. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI

g. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu WNA
yang diakui oleh seorang ayah WNI sebagai anaknya dan
pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 (
delapan belas ) tahun atau belum kawin

h. Anak yang lahir di wilayah NRI yang pada waktu lahir tidak jelas
status kewarganegaraan ayah dan ibunya

i. Anak yang baru lahir ditemukan di wilayah NRI selama ayah dan
ibunya tidak diketahui

20
j. Anak yang lahir di wilayah NRI apabila ayah dan ibunya tidak
mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya

k. Anak yang dilahirkan diluar wilayah NRI dari seorang ayah dan ibu
WNI yang karena ketentuan dari Negara tempat aanak tersebut
dilahirkan tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak yang
bersangkutan.

l. Anak WNI yang lahir diluar perkawinan yang sah, belum berusia 18
( delapan belas ) tahun atau belum kawin diakui secara sah oleh
ayahnya yang berkewarganegaraan asing tetap diakui sebagai WNI

m. Anak WNI yang belum berusia 5 ( lima ) diangkat secara sah sebagai
anak oleh WNA berdasarkan Penetapan pengadilan tetap diakui
sebagai WNI

2. Melalui Pengangkatan

a. Diangkat sebagai anak oleh WNI

b. Pada waktu pengangkatan itu ia belum berumur 5 tahun

c. Pengangkatan anak itu memperoleh penetapan pengadilan

3. Melalui Pewarganegaraan

a. Telah berusia 18 tahun atau sudah kawin

b. Pada waktu pengajuan permohonan sudah bertempat tinggal di


wilayah NRI paling sedikit 5 tahun berturut – turut atau paling
singkat 10 tahun tidak berturut – turut.

c. Sehat jasmani dan rohani

21
d. Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar Negara Pancasila
dan UUD 1945

e. Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang


diancam dengan pidana penjara 1 tahun atau lebih

f. Jika dengan memperoleh kewarganegaraan RI, tidak menjadi


berkewarganegaraan ganda

g. Mempunyai pekerjaan dan/ atau penghasilan tetap

h. Membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara

i. Orang asing yang telah berjasa kepada NRI atau karena alasan
kepentingan Negara.

4. Melalui perkawinan

a. Warga Negara asing yang kawin secara sah dengan WNI

b. menyampaikan pernyataan menjadi warga Negara di hadapan


pejabat negara yang berwenang.

22
D. Hak Dan Kewajiban Warga Negara

Dalam pengertian warga Negara secara umum dinyatakan bahwa warga Negara
merupakan anggota Negara yang mempunyai kedudukan khusus terhadap
negaranya. Ia mempunyai hak dan kewajiban yang bersifat timbal balik terhadap
negaranya, maka adanya hak dan kewajiban warga Negara terhadap negaranya
merupakan suatu yang niscaya ada.

Dalam konteks Indonesia, hak dan kewajiban tersebut telah diatur dalam Undang-
undang dasar 1945. Di antara hak-hak warga Negara yang dijamin dalam UUD
adalah hak asasi manusia yang rumusan lengkapnya tertuang dalam pasal 28 UUD
Perubahan kedua. 9 Contohnya hak kebebasan beragama dan beribadat sesuai
dengan kepercayaan masing-masing, hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan,
dan lain sebagainya. Adapun contoh kewajiban yang paling melekat bagi setiap
warga Negara antara lain adalah membayar pajak, membela tanah air (pasal 27),
membela pertanahan dan kemanan Negara (pasal 29) dan sebagainya.

9
http://azmikoesetia.wordpress.com/2010/01/08/konsep-dasar-bagi-ttg-warga-negara/

23
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah kita mempelajari makalah ini dapat kita simpulkan bahwa


kewarganegaraan merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap warga
negara.Ini dikarenakan bahwa dengan pemahama kewarganegaraan yang baik
maka kehidupan berbangsa dan bernegara akan menjadi tentram dan jelas. Dan
kita sebagai warga negara yang bertanggung jawab terhadap masyarakat, bangsa
dan negara hendaknya kita berusaha untuk meningkatkan pengamalan prinsip
serta nilai-nilai luhur bangsa terutama memahami manusia yang pada dasarnya
memiliki harkat dan martabat yang sama sebagai mahluk ciptaan Tuhan,agar
tercipta suatu keadilan dalam kehidupan bernegara.

Dengan Metode Dasar tentang Warga Negara dimaksudkan agar kita memiliki
wawasan kesadaran bernegara untuk bela negara dan memiliki pola pikir, pola
sikap dan prilaku sebagai pola tindak yang cinta tanah air berdasarkan Pancasila,
semua itu diperlukan demi tetap utuh & tegaknya NKRI.

B. Saran

Jadilah Warga Negara Indonesia yang baik. Taat pada hukum dan norma- norma
yang berlaku, taat pada pancasila dan taat pada Undang-Undang Dasar 1945.

24
Daftar Pustaka

Elly M. Panduan Kuliah Pendidikan pancasila, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta: 2005
hal 69.

http://azmikoesetia.wordpress.com/2010/01/08/konsep-dasar-bagi-ttg-warga-negara/

http://sopinurwadi.blogspot.com/2011/04/cara-memperoleh-kewarganegaraan-ri.html

Jimly Asshiddiqie.Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Rajawali Pers, Jakarta: 2010 . hal.
383

Kansil, Hukum Kewarganegaraan RI, Sinar Grafika, Jakarta : 1992 hhal.115

Kartasa Poetra, Sistematika Hukum Tatanegara, PT Bina Aksara, Jakarta : 1987, hal.217

Moh.Kusnadi dan Harmaily Ibrahim. Pengantar Hukum Tata Negara. Pusat Study Hukum
dan CV Sinar Bakti. Jakarta : 1981 hal. 291

Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, Moh. Kusnardi S.H & Haramaily Ibrahim S.H,
Pusat studi hukum tata negara dan CV “Sinar Bakti”, 1981, Jakarta hal. 297-298

Tim ICCE UIN Jakarta, Pendidikan Kewargaan, Prenada Media, Jakarta : 2003 hal 74

[1] Elly M. Panduan Kuliah Pendidikan pancasila, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta:
2005 hal 69.

[2] Tim ICCE UIN Jakarta, Pendidikan Kewargaan, Prenada Media, Jakarta : 2003 hal 74

[3] Jimly Asshiddiqie.Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Rajawali Pers, Jakarta: 2010 .
hal. 383

[4] Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, Moh. Kusnardi S.H & Haramaily Ibrahim S.H,
Pusat studi hukum tata negara dan CV “Sinar Bakti”, 1981, Jakarta hal. 297-298

[5] Moh.Kusnadi dan Harmaily Ibrahim. Pengantar Hukum Tata Negara. Pusat Study
Hukum dan CV Sinar Bakti. Jakarta : 1981 hal. 291

[6] Ibid, Pengantar Hukum Tata Negara. Pusat Study Hukum dan CV Sinar Bakti. Jakarta :
1981 hal 7

[7] Kartasa Poetra, Sistematika Hukum Tatanegara, PT Bina Aksara, Jakarta : 1987, hal.217

25
[8] Kansil, Hukum Kewarganegaraan RI, Sinar Grafika, Jakarta : 1992 hhal.115

[9] http://azmikoesetia.wordpress.com/2010/01/08/konsep-dasar-bagi-ttg-warga-
negara/

26

Anda mungkin juga menyukai