Anda di halaman 1dari 39

DR. H. HUSEN SARUJIN, SH, MM, M.

Si, MH
Dosen Pengampu Mata Kuliah :
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
“ Pendidikan Bela Negara Sebagai Kewajiban Warga Negara ”

OLEH : KELOMPOK 2 KELAS PBIC


1. MARYAM NUR FADILA (20400121074)
2. A . U M R A H AGUS (20400121095)
3. ANUGRAH PUTRI (20400121096)

TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2022
DR. H. HUSEN SARUJIN, SH., MM., M.Si, MH.
DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA DAN
KEWARGANEGARAAN FAKULTAS TARBIYAH
UIN ALAUDDIN MAKASSAR.
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga

makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Sholawat dan salam tetaplah

kita curahkan kepada Nabi Muhammad Saw yang telah menunjukkan kepada kita

jalan yang lurus. Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah

untuk memberikan wawasan kepada pembaca agar lebih mengetahui tentang

"Pendidikan Bela Negara Sebagai Kewajiban Warga Negara ".

Terima kasih kepada Bapak Dr. H. Husen Sarujin SH. MM. M.Si. MH. selaku

dosen pengampu mata kuliah Pendidikan pancasila dan Kewarganegaraan yang

membimbing dan membina kami dalam penyelesaian penulisan makalah ini,

sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan baik dan sesuai

waktu yang di berikan.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan

Pancasila Dan Kewarganegaraan. Selain itu makalah ini bertujuan menambah

wawasan bagi pembaca dan juga penyusun. Harapan kami semoga makalah ini

membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca, sehingga

kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya

dapat lebih baik. Kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah

membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan masalah

ini. Kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan

saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 25 Mei 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah ...............................................................1

B. Rumusan Masalah .......................................................................3

C. Tujuan .........................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................5

A. Definisi Bela Negara ....................................................................5

B. Peran Pendidikan Bela Negara sebagai kewajiban warga Negara. 7

C. Hak dan kewajiban Warga Negara ...............................................23

D. Bentuk dan Wujud Penerapan Sikap dan Perilaku Bela Negara ....26

BAB III PENUTUP ..............................................................................................32

A. Kesimpulan ................................................................................32

B. Saran ........................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................35

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia yang merupakan suatu negara yang demokratis tentunya

mempunyai elemen seperti masyarakat. masyarakat disini berperan dalam

pembangunan suautu negara. Negara mempunyai Hak dan Kewajiban bagi

warga negaranya begitu pula dengan warga negaranya. Seperti apakah Hak dan

Kewajiban tersebut yang seharusnya dipertanggung jawabkan pada masing-

masing elemen tersebut.

Negara merupakan alat dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan

untuk mengatur hubungan. Hubungan manusia dalam masyarakat, dan yang

paling nampak adalah unsur-unsur dari negara adalah berupa rakyat, wilayah

dan pemerintah. Salah satu unsur negara adalah rakyat, rakyat yang tinggal di

suatu negara tersebut merupakan penduduk dari negara yang bersangkutan.

Suatu negara pasti mempunyai Undang-undang atau Peraturan yang

mengantur tentang Kewarganegaraan. Peraturan tersebut memuat tentang

siapa sajakah yang bisa dianggap warga negara. Di Indonesia merupakan salah

satu yang mempunyai Peraturan tantang Kewarganegaraan tersebut.

Bebicara bela negara tentulah di benak kita akan terlintas suatu tidakan

upaya pembelaan mempertahankan yang dijiwai rasa kecintaan kepada bangsa

dan negara, arti bela negara sendiri sebenarnya sikap atau perilaku warga

negara yang dijiwai oleh rasa nasionalisme terhadap NKRI berdasarkan

1
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjalani kehidupan

berbangsa dan bernegara. Sikap ini dilandasi oleh konstitusi kita UUD 1945

pasal 27 ayat 3 “ Setiap Warga Negara Berhak dan Wajib Ikut Serta Dalam upaya

Pembelaan Negara “ dalam hal ini setiap warga negara mmpunyi kewajiban

yang sama dalam masalah pembelaan negara baik fisik maupun non fisik.

Adapun pengertian fisik artinya kita membela negara dengan suatu tindakan

yang terlihat seperti misalnya dengan mengangkat senjata ikut

mempertahankan negara sedangkan untuk non fisik artinya kita melakukan bela

negara dengan melakukan kegiatan yang tidak terlihat tetapi berdampak

sebagai contoh rasa nasionalisme kita terhadap negara.

Tujuan bela negara sendiri untuk mempertahankan kelangsungan hidup

berbangsa dan bernegara, melestarikan budaya, mempraktikkan nilai-nilai

pancasila serta Undang-Undang Dasar 1945 serta menjaga identitas dan

integritas negara.

Ketika kita melihat ke masa lalu konteks bela negara sebelum dan

sesudah kemerdekaan Republik Indonesia merupakan upaya fisik dengan

mengangkat senjata untuk memperjuangkan dan mempertahankan

kemerdekaan republik ini sedangkan pada era globalisasi saat ini upaya bela

negara tidaklah seperti itu lagi banyak hal yang bisa kita lakukan dalam rangka

upaya kecintaan kita terhadap republik yang kita cintai ini.

Era globalisasi saat ini telah menimbulkan banyak persoalan yang

serius terhadap patriotisme dan nasionalisme bangsa kita, teknologi di segala

2
bidang terutama teknologi informasi suatu keniscayaan yang tidak bisa kita

hindari dimana masyarakat bisa dengan mudahnya mengakses informasi yang

baik bahkan yang buruk sekalipun melalui jejaring internet di seluruh dunia. Hal

ini nyata berdampak pada kehidupan di masyarakat kita pada saat ini. Akibat tak

terbendungnya informasi-informasi tersebut dampaknya diantaranya makin

rendah dan memudarnya nilai-nilai budaya bangsa, menurunnya rasa solidaritas

sosial, munculnya faham radikalisme yang mengancam negara.

B. Rumusan Masalah

Dari pemaparan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan

permasalahan dalam makalah ini sebagai berikut:

1. Jelaskan Definisi Bela Negara?

2. Bagaimana Peran Pendidikan Bela Negara Sebagai Kewajiban Warga

Negara?

3. Apa saja Hak dan Kewajiban Warga Negara?

4. Bagaimana Bentuk dan Wujud Penerapan Sikap dan Perilaku Bela

Negara?

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui pengertian Bela Negara

2. Untuk Mengetahui Peran Pendidikan Bela Negara Sebagai Kewajiban

Warga Negara.

3
3. Untuk Mengetahui Hak dan Kewajiban Warga Negara

4. Untuk Mengetahui Bentuk dan Wujud Penerapan Sikap dan Perilaku

Bela Negara.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Bela Negara

Bela negara adalah istilah konstitusi yang terdapat dalam pasal 27 ayat (3)

UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi “setiap warga negara

berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”. Artinya secara

konstitusional bela negara mengikat seluruh bangsa Indonesia sebagai hak dan

kewajiban setiap warga negara.

Bela Negara terkait etar dengan terjaminnya eksistensi NKRI dan

terwujidnya cita-cita bangsa sebagaimana termuat dalam Pembukaan UUD NRI

Tahun 1945 yakni : Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah

darah Indonesia, Memajukan kesejahteraan umum, Mencerdaskan kehidupan

bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Pasca Proklamasi kemerdekaan tahun 1945, bangsa Indonesia telah

melaksanakan upaya bela negara dengan gigih untuk mengatasi berbagai bentuk

ancaman yang datang dari dalam negeri atau luar negeri.

Berkat tumbuhnya karakter bangsa yang ulet dan tangguh berdasarkan

nilai-nilai dasar yang ada dalam konsepsi NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD

1945, dan konsepsi kebangsaan berdasarkan Bhinneka Tunggal Ika, bangsa

Indonesia berhasil mempertahankan eksistensinya sebagai bangsa yang

merdeka dan berdaulat.

5
Bangsa Indonesia berjuang tanpa tanpa henti sejak melawan kolonial

Belanda dan pasukan sekutu, serta mengatasi berbagai konflik dalam negeri yang

datang silih berganti dengan banyak korban jiwa.

Penjelasan Pasal 9 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002

tentang Pertahanan Negara menyatakan bahwa “Upaya Bela Negara” adalah

“sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara

dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjalin kelangsungan hidup bangsa

dan negara”. Upaya bela negara, selain sebagai kewajiban dasar manusia, juga

merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang dilaksanakan dengan

penuh kesadaran, tanggung jawab, dan rela berkorban dalam pengabdian kepada

negara dan bangsa.

Oleh karena itu, secara definisi Bela Negara sendiri sebenarnya

merupakan :

1. Jiwa kecintaan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam

menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara;

2. Kewajiban dasar manusia; dan

3. Kehormatan bagi setiap warga negara yang dilaksanakan dengan

penuh kesadaran, tanggung jawab, dan rela berkorban dalam

pengabdian kepada negara dan bangsa, yang ketika diwujudkan

dalam bentuk sikap dan perilaku, maka jiwa, kewajiban, dan

kehormatan tersebut menjelma menjadi “Upaya Bela Negara”.

6
Dari beberapa pernyataan diatas maka Bela Negara adalah sikap dan

perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan

Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

dalam menjalin kelangsungan hidup bangsa dan negara yang seutuhnya.

B. Peran Pendidikan Bela Negara Sebagai Kewajiban Warga Negara

Pendidikan diharapkan dapat memperkuat keutuhan bangsa dalam

kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, memberikan kesempatan yang

sama bagi setiap warga negara untuk berpartisipasi dalam pembangunan, serta

memungkinkan setiap warga negara untuk mengembangkan potensi diri yang

dimilikinya secara optimal. Artinya, fungsi pendidikan tidak lagi sekadar proses

kemanusiaan, tetapi juga menjadi subjek pembangunan secara utuh.

Dalam kaitannya dengan pendidikan, bela negara sering dikaitkan

dengan pendidikan kewarganegaraan atau civic education. Pendidikan

Kewarganeraan memiliki peran yang strategis dalam mempersiapkan warga

negara yang cerdas, bertanggung jawab, dan berkeadaban. Sayangnya, proses

pengintegrasian bela negara ke sistem pendidikan nasional (sisdiknas) belum

dapat memberikan kejelasan makna bela negara sebagai nilai, semakna pada

saat kelahirannya sampai dengan mengkristal menjadi nilai yang dapat

merefleksikan patriotisme.

Di Indonesia, pendidikan kewarganegaraan berbasis Pancasila. Mansoer

(2005) menjelaskan pendidikan merupakan sintesis antara civic education,

democracy education, dan citizenship education yang berlandaskan filsafat

7
Pancasila, serta mengandung muatan identitas nasional Indonesia, serta muatan

makna pendidikan pendahuluan bela negara. Menurut Kaelan (2010), dengan

pendidikan kewarganegaraan, diharapkan intelektual Indonesia memiliki dasar

kepribadian sebagai warga negara yang demokratis, religius, berkemanusiaan,

dan berkeadaban.

Pancasila vs bela negara(?) Bela negara berawal dari nilai pembelaan

terhadap kepentingan perorangan, kemudian berkembang menjadi pembelaan

terhadap kepentingan kelompok, dan seterusnya kepentingan masyarakat dan

kepentingan negara. Dengan demikian, bela negara termasuk nilai dasar yang

bersifat universal karena setiap negara dipastikan memiliki kepentingan yang

harus dibela.

Bagi bangsa Indonesia, bela negara lahir bersamaan dengan lahirnya

bangsa ini pada 1928. Oleh karena itu, bela negara merupakan kristalisasi nilai-

nilai kebangsaan selama 17 tahun, dari 1928 hingga 1945. Puncak proses

kristalisasi nilai itu ialah pada saat proklamasi kemerdekaan bangsa, 17 Agustus

1945. Proses kristalisasi nilai itu juga disebut sebagai nilai patriotisme, yang

terdiri atas nilai-nilai pantang menyerah, rela berkorban, dan tanpa pamrih

(Pusaka, 1972). Dalam pengurutan proses kristalisasi nilai-nilai kebangsaan, bela

negara sejatinya lahir bersama lahirnya bangsa Indonesia, baru kemudian

Pancasila lahir bersamaan dengan lahirnya negara Indonesia. Ini berarti,

Pancasila tidak sama dengan bela negara. Namun, Pancasila dan bela negara

ialah dua nilai yang saling menguatkan.

8
Berdasarkan UUD 1945 amendemen ke-4 Pasal 27, ayat (3), bela negara

merupakan salah satu konsep partisipasi rakyat, yakni terbuka untuk seluruh

warga negara Indonesia. Lebih lanjut lagi, UU RI Nomor 20 Tahun 1982 Pasal 18

ayat (1) menjelaskan hak dan kewajiban warga negara yang diwujudkan dengan

keikutsertaan dalam upaya bela negara diselenggarakan melalui pendidikan

pendahuluan bela negara (PPBN) sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari

sisdiknas.

Sementara itu, Pasal 19 ayat (2), menjelaskan PPBN wajib diikuti setiap

warga negara dan dilaksanakan secara bertahap, yaitu; a) tahap awal, pada

pendidikan tingkat dasar sampai menengah dan pada gerakan pramuka; b) Tahap

lanjutan, dalam bentuk pendidikan kewiraan pada tingkat pendidikan tinggi.

Kemudian, pada 1 Maret 1988, Menhan RI mengeluarkan Surat Edaran

Nomor SE/007/M/III/1988 tentang Pokok-Pokok Upaya Penyelenggaraan

Pendidikan Pendahuluan Bela Negara-PPBN (Ditjenpothan, 2015) yang berisi

desain rumusan lima unsur dasar bela negara, yaitu; 1) cinta Tanah Air; 2)

kesadaran berbangsa dan bernegara; 3) yakin akan Pancasila sebagai ideologi

negara; 4) rela berkorban untuk bangsa dan negara, dan; 5) memiliki

kemampuan awal bela negara. Aspek pengintegrasian memberikan kesan bahwa

institusi pendidikan dan institusi pertahanan kini seolah berjalan sendiri-sendiri,

seolah membenarkan ego sektoral ialah wajah stereotip birokrasi Indonesia.

Kiranya tidaklah mengherankan jika publik kemudian memberikan penafsiran

9
dikotomis terhadap makna bela negara, yaitu dari sisi pendidikan dan dari sisi

pertahanan.

Pendidikan bela negara ini menjadi penting karena sudah merupakan

kebutuhan legal. Secara hukum (menunjuk pada UUD 1945 pasal 27

ayat (3) “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha

pertahanan dan keamanan negara“, dan Pasal 30 Ayat (1 dan 2), tiap-tiap

warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam pertahanan dan keamanan

negara”, Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem

pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh TNI dan POLRI sebagai kekuatan

utama dan rakyat sebagai kekuatan pendukung”. Selain UU 1945, dalam UU No.3

tahun 2002 tentang Pertahanan Negara Pasal 9 Ayat (1 dan 2) dinyatakan

(1) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam

upaya bela negara yang diwajudkan dalam Penyelenggaraan Pertahanan

Negara. (2) Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara dimaksud

Ayat (1) diselenggarakan melalui pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar

kemiliteran secara wajib, pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela atau

wajib, dan Pengabdian sesuai dengan profesi.

Strategi pertahanan negara Republik Indonesia, yang menjamin tetap

tegaknya NKRI sekaligus merespon tantangan pertahanan negara ke depan,

adalah penerapan sistem pertahanan Semesta dalam wujud strategi pertahanan

berlapis yang memadukan lapis Pertahanan militer dengan lapis pertahanan

nirmiliter. Strategi Pertahanan berlapis yang memadukan lapis pertahanan

10
militer dan lapis pertahanan nirmiliter merupakan manifestasi dari keikutsertaan

seluruh warga negara Indonesia dalam upaya pertahanan negara

dengan mendayagunakan segenap sumber daya nasional secara maksimal. Hal

yang mendasar dari pertahanan negara yang bersifat semesta adalah perlunya

kesadaran bela negara dari seluruh warga negara dari semua lapisan

masyarakat Indonesia.

Sikap bela negara itu sendiri merupakan kekuatan Negara Indonesia bagi

proses pembangunan nasional menuju tujuan nasional dan merupakan

kondisi yang harus diwujudkan agar proses pencapaian tujuan nasional tersebut

dapat berjalan dengan sukses.

Oleh karena itu, diperlukan suatu konsepsi ketahanan

nasional yang sesuai dengan karakteristik bangsa Indonesia. Dengan

adanya kesadaran akan bela negara, kita harus dapat memiliki sikap dan

prilaku yang sesuai kejuangan, cinta tanah air serta rela berkorban bagi nusa dan

bangsa.

Dalam kaitannya dengan pemuda penerus bangsa sangat penting

ditanamkan sikap cinta tanah air sejak dini sehingga kecintaan mereka terhadap

bangsa dan negara lebih meyakini dan lebih dalam. Sumber daya manusia

menjadi titik sentral potensi bangsa yang berperan melaksanakan pembangunan

dan mengatasi segala bentuk ancaman, baik dari dalam ataupun dari luar negeri.

Kementerian Pertahanan saat ini sedang menyusun Grand Design pembinaan

kesadaran bela negara (PKBN). Penyusunan Grand Design pembinaan

11
kesadaran bela negara (PKBN) untuk tahun 2015-2040, dijadikan sebagai acuan

bersama dalam membangun karakter bela negara terdapat dasar melaksanakan

PKBN, sehingga tercipta kesepahaman guna terwujudnva kesaman pola pikir dan

tindakan dalam upaya mewujudkan warga negara Indonesia yang memiliki

kesadaran bela negara, dalam rangka menyongsong satu abad Indonesia

merdeka (1945 – 2045).

Walaupun Kementerian Pertahanan telah menyusun Grand Design PKBN

namun pendidikan kesadaran bela negara hanya dapat berhasil apabila seluruh

bangsa ini bersatu padu menyatukan langkah dalam menyuarakan

semangat bela negara dan cinta tanah air.

Hal ini dijadikan sebagai bentuk pembangunan kepribadian

bangsa yang menjadi program prioritas pemerintahan yang tertuang dalam Nawa

Cita. Yakni memebentuk karakter bangsa, memperteguh kebhinekaan dan

memperkuat restorasi sosial serta membangun jiwa bangsa yang terimplementasi

dalam aspek kehidupan. baik hukum, ekonomi, politik. sosial budaya, maupun

pertahanan kemananan. Pemikiran ini harus berorientasi pada nilai-nilai

sejarah pembentuk bangsa, nilai patriotisme, nasionalisme, cinta tanah air dan

semangat bela negara dihadapkan pada kondisi objektif yang dapat mengancam

pertahanan dan ketahanan bangsa.

Dari sisi pendidikan, orang seolah menafsirkan bela negara hanya sebatas

pendidikan kewiraan, pendidikan pendahuluan bela negara, dan pendidikan

12
kewarganegaraan. Perbedaan penafsiran(?) Dari sisi pertahanan, bela negara

sering kali dimaknai sebagai aktivitas kemiliteran, seperti baris-berbaris dan

angkat senjata, yang dibarengi dengan simbol-simbol baju loreng.

Sementara itu, dari sisi pendidikan, terkesan ada ketidakjelasan

pengintegrasian bela negara sebagai nilai ke dalam sisdiknas. Padahal, pengaruh

atau ancaman internal terhadap bangsa Indonesia di bidang pendidikan ialah

pada sumber daya manusia.

Jika keluaran pendidikan tinggi tidak atau kurang memiliki karakter bela

negara, kapasitas nasionalisme dan patriotismenya bisa dibilang diragukan.

Kualitas SDM yang demikian tentu merupakan sasaran empuk bagi ancaman

eksternal, seperti ancaman hibrida.

Kombinasi antara cyber attack dengan instabilitas ekonomi yang

dilancarkan negara tertentu, misalnya, sangat mungkin terjadi, dan kita tak

mampu berbuat apa pun, karena SDM kita tidak siap. Jika SDM punya kapasitas

intelektual yang tinggi tanpa kepribadian berkarakter bela negara yang

melandasinya, SDM tersebut hanya akan menjadikan bangsa ini sebagai boneka

bangsa lain.

Lebih jauh lagi, Keputusan Dirjen Dikti No 43/Dikti/Kep/2006, pendidikan

kewarganegaraan (baca: bela negara) meliputi pokok bahasan: 1) filsafat

pancasila; 2) identitas nasional; 3) negara dan konstitusi; 4) demokrasi Indonesia;

5) rule of law dan HAM; 6) hak dan kewajiban warga negara serta negara; 7)

geopolitik, dan 8) geostrategi Indonesia.

13
Perlu Pengintegrasian Proses pembelajaran yang ideal ialah yang aktif dan

berkekuatan, demokratis dan humanistis, serta menyenangkan, karena bahan

ajar, kegiatan, media, dan sumber pun mampu mengundang, melibatkan, dan

memberdayakan seluruh potensi diri serta mendorong siswa didik untuk menjadi

independent and self-regulated learners.

Prinsip student today, leader tomorrow, yaitu harus terus belajar

meningkatkan kualitas diri sehingga kelak dapat menjadi pemimpin yang baik,

sangat relevan diterapkan pada pembelajaran PKn. Pada akhirnya, integrasi dan

koordinasi antara Kementerian Pertahanan dengan Kementerian Ristek dan Dikti

dalam hal penyusunan kurikulum, program, dan pembelajaran perlu dibangun.

Evaluasi secara berlanjut dan berkesinambungan pun perlu dilakukan demi

kejayaan dan keberlangsungan bangsa.

Di masa depan, program Bela Negara harus terintegrasi dengan

Kurikulum Berbasis Kompetensi pada tingkat lokal untuk menunjang kurikulum

utama tingkat nasional yang selama ini hanya dikenal melalui PKn.

Pengaplikasian materi PPBN dalam proses belajar mengajar sebagai

bagian dari PKn, misalnya, harus menggunakan model pembelajaran yang

berfokus pada siswa didik. Dalam model pembelajaran ini, siswa didik akan

dituntut aktif dalam mempelajari dan mencari sumber yang terkait bela negara,

termasuk kajian komparasi dengan melihat model negara lain, seperti pesan

Mendikbud pada Hardiknas 2016, "Memastikan setiap manusia Indonesia

mendapatkan akses pendidikan yang bermutu sepanjang hidupnya sama dengan

14
memastikan kejayaan dan keberlangsungan bangsa." Menteri Pertahanan

Ryamizard Ryacudu mengatakan kesadaaran bela negara itu penting untuk

ditanamkan kepada seluruh warga negara dan sejalan

dengan Program Revolusi Mental yang dicanangkan pemerintah sekaligus

membangun daya tangkal bangsa dalam menghadapi kompleksitas ancaman

guna mewujudkan pertahanan nasional yang tangguh. Karena

kesadaran bela negara setiap warga negara yang diaktualisasikan

dalam peran dan profesi setiap warga negara merupakan soft power bangsa

bahkan akan memberikan deterrent effect bagi negara lain yang ingin mencoba

mengganggu kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan bangsa.

Bela negara adalah keniscayaan dan bukan hal yang baru. Konsep

membela negara sudah ada sejak bangsa Indonesia berdiri, bahkan

seluruh kemerdekaan yang wujudnya dilakukan didalam perjuangan tanpa

pamrih. Menhan berharap agar kesadaran bela negara terpatri dalam jiwa

rakyat Indonesia dan tercipta persatuan dan kesatuan yang kokoh agar mampu

menghadapi paradigma ancaman nyata sedini mungkin.

Program bela negara yang dilakukan oleh Kementerian Pertahanan,

bukan ditujukan untuk lapisan tertentu saja, akan tetapi untuk semua lapisan

masyarakat apapun profesi dan peran warga negara di dalam kehidupan sehari

hari. Sebagai bagian dari tugas pokok dan fungsi Kementerian Pertahanan,

pembangunan kesadaran bela negara merupakan amanat Undang Undang dan

15
dilaksanakan secara berkesinambungan dengan menyesuaikan perkembangan

dan tantangan yang dihadapi.

Untuk mewujudkan hal tersebut, Kementerian Pertahanan bekerjasama

dengan kementerian/lembaga terkait berencana membentuk kader-

kader bela negara di setiap kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Kader bela

negara yang berperan sebagai agent of change (dunia nyata & maya)

di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota, yang menyebarkan-luaskan nilai-nilai

bela negara. Terwujudnya keterlibatan organisasi masyarakat, organisasi pemuda,

serta komponen bangsa lainnya dalam upaya menyebarkan nilai-nilai bela

negara di seluruh Indonesia. Terbangunnya infrastruktur PKBN yang saling

mendukung dan saling melengkapi diantara kementerian, lembaga pemerintah,

pemerintah daerah, TNI dan komponen bangsa lainnya secara berkesinambungan.

Terwujudnya penyelenggaraan PKBN yang berskala Nasional dan terbentuk dan

terbinanya kader bela negara di wilayah perbatasan dan daerah rawan konflik.

Kesepakatan tersebut tertuang dalam Memorandum of

Understanding (MoU) tentang pembentukan kader bela negara di kabupaten/kota

yang ditandatangani antara Kemhan bersama Kementerian Koordinator Politik

hukum dan Keamanan, Kementerian dalam negeri, Kementerian pendayagunaan

Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kementerian Kebudayaan dan

Pendidikan Dasara dan Menengah, Kementereian Riset dan Teknologi dan

Pendidikan Tinggi, Kementereian Agama, Kementerian Pemuda dan Olahraga,

Polri, TNI dan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.

16
Program pembentukan kader bela negara merupakan gagasan pemerintah

untuk mempersiapkan rakyat menghadapi dua bentuk ancaman yakni ancaman

militer dan nirmiliter. Kemhan akan membentuk kader bela negara dengan target

sebanyak 100 juta kader secara bertahap melalui program pembinaan kesadaran

bela negara di seluruh provinsi. Program pembentukan kader pembina bela negara

ini memiliki tujuan dan sasaran memiliki 100 Juta warga kader bela negara yang

siap dalam melaksanakan bela negara sampai 10 tahun mendatang. Pembentukan

kader pembina bela negara ini bukanlah wajib militer, namun sebagai perwujudan

hak dan kewajiban warga negara dalam pembelaan negara yang perlu disiapkan.

Kader yang terbentuk untuk mewujudkan Indonesia yang kini ditengah

kompleksitas berbagai bentuk ancaman nyata. Program ini bukan mengangkat

senjata, namun diwujudkan kepada bentuk disiplin pribadi, kelompok dan disiplin

nasional. Selain dari pada itu, untuk meningkatkan motivasi bekerja, menggalang

solidaritas menghadapi bencana dalam skala kecil dan besar, meningkatkan

kualitas kebersamaan dan mengurangi potensi konflik. Semua kompmen bangsa

diharapkan berperan aktif mengikuti pembentukan kader pembina bela negara.

Program awal bela negara Iebih diarahkan kepada para pelatih atau

sebagai pembina bela negara Kedepannya para pelatih ini mampu melakukan

pembinaan-pembinaan membentuk kader bela negara mulai dari tingkat sekolah

PAUD, TK, SD, SMP, dan seterusnya. Teknis program pembentukan para kader

akan dilaksanakan di Dodik-Dodik yang berada di TNI juga Diklat-Diklat pemerintah

di daerah, dan mengikuti pelatihan selama 1 bulan. Dalam pelatihan para kader

17
akan diberikan beberapa nilai-nilai bela negara. Nilai-nilai tursebut yaitu

menumbuhkembangkan kecintaan kepada tanah air, menyadarkan berbangsa dan

bernegara, meyakinkan kembali pancacila sebagai ideologi negara, dan rela

berkorban. Selain itu para kader juga diberikan kemampuan awal bela negara

secara fisik dan psikis melalui kegiatan-kegiatan peningkatan disiplin fisik dan

mental. Dalam pembentukan kader bela negara dibentuk bagaimana menumbuh

kembangkan sikap perilaku warga negara yang didasari kecintaannya kepada

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) untuk menjaga keselamatan bangsa

dan negara.

Pelaksana pendidikan kesadaran bela negara

Strategi pelaksanaan pendidikan kesadaran bela negara (PKBN) pada

lingkup mikro merupakan tingkat pelaksanaan di tataran kementerian, lembaga

pemerintah, pemerintah daerah, TNI dan Polri serta komponen bangsa

lainnya. Pelaksanaan di lingkup makro berkaitan dengan penyempurnaan regulasi

nasional yang terkait dengan upaya pelaksanaan pembinaan kesadaran bela

negara. Pelaksanaan di lingkup mikro berkaitan dengan menjalankan fungsi

manajerial, menterjemahkan kebijakan makro dan mengkoordinir (mendorong

dan mengawal) pelaksanaan pembinaan kesadaran bela negara di tingkat

kementerian, lembaga pemerintah, pemerintah daerah, TNI dan

Polri. Pelaksanaan dilingkup mikro berkaitan dengan implementasi kebijakan

program percepatan pembinaaan kesadaran bela negara, sebagaimana digariskan

secara nasional menjadi bagian dari upaya percepatan PKBN di masing-masing

18
kementerian, lembaga pemerintah, Pemerintah daerah, TNI dan Polri.

Penanggungjawab pelaksana adalah Tim PKBN di masing masing kementerian,

lembaga pemerintah, pemda, TNI dan Polri dan komponen bangsa lainnya.

Strategi implementasi PKBN mencakup 6 (enam) strategi implementasi

PKBN yang direncanakan di dalam Grand Design PKBN ini, yaitu melalui : 1)

Pendidikan dan pelatihan; 2) Pembudayaan; 3) Sosialisasi; 4) Kerjasama dan

koordinasi dengan kementerian, lembaga pemerintah, pemerintah daerah, TNI

dan Polri serta komponen bangsa lainnya; 5) Penyiapan Infrastruktur berbagai

bidang IPOLEKSOSBUDHANKAM; 6) Kontra nilai negatif. Pendidikan dan pelatihan

PKBN melalui pendidikan formal, mulai dari tingkat PAUD (pendidikan anak usia

dini) sampai dengan PT (perguruan tinggi) di seluruh Indonesia, pendidikan non

formal, berbagai kursus yang ada di seluruh Indonesia. Pendidikan informal, yang

dilakukan di rumah-rumah, tempat kerja dan di lingkungan masyarakat, organisasi

masyarakat, organisasi pemuda. Pelatihan di pusat pendidikan dan pelatihan

(Pusdiklat) / badan pendidikan dan pelatihan (Badiklat) yang dikelola oleh

kementerian, lembaga pemerintah, pemerintah daerah, TNI, Polri dan kompomen

bangsa lainnya, dimana pusat pendidikan dan pelatihan (Pusdiklat Bela Negara

Badan Pendidikan dan Pelatihan (Badiklat) Kementerian Pertahanan sebagai

leading sector.

Pembudayaan PKBN merupakan rekayasa faktor lingkungan, yang

dilakukan melalui; keteladanan. intervensi, pembinaan, dan

penguatan. Keteladanan, merupakan unsur yang paling penting dalam percepatan

19
PKBN. Strategi ini mendasarkan konsep penularan kesadaran bela negara

menyeluruh, maksudnya ditularkan baik melalui jalur formal terstruktur maupun

informal atau liar, yang menggelinding terus bagaikan bola salju. Pembentukan

kader bela negara yang berperan sebagai ‘agent of change’ (baik di dunia nyata

maupun di dunia maya). yaitu seseorang yang memiliki kemampuan untuk

mendorong orang lain disekitarnya untuk melakukan perubahan sikap, perilaku

dan opini, merupakan salah satu upaya strategi melalui keteladanan. Selain itu

juga peran dari tokoh masarakat, orang tua, selebritas akan sangat membantu

penularan kesadaran bela negara. Intervensi. merupakan upava penananan nilai-

nilai bela negara melalui pengintegrasian ke dalam proses pembelajaran dan

pelatihan. Nilai-nilai bela negara diajarkan atau dilatihkan,diintegrasikan ke dalam

mata pelajaran atau mata kuliah atau merupakan bahan pelatihan tersendiri. Di

sini peran dari guru, dosen, pelatih, dan fasilitator sangat penting, juga bagaimana

materi nilai-nilai bela negara itu diorganisasikan, rancangan multi media untuk

menyampaikannya, serta frekuensi dan jadwal penyampaian materi nilai-nilai bela

negara, juga sangat penting. Pembiasaan, merupakan upaya penanaman nilai yang

dilakukan secara terus-menerus melalui berbagai aspek kehidupan sehari-hari,

dalam kurun waktu jangka pandang, secara konsisten dan berkesinantbungan. Jadi

dimana saja dan kapan saja, oleh siapa saja melalui saluran komunikasi cetak

maupun digital, nilai-nilai bela negara digaungkan hingga tertanam dan

terejawantahkan dalam sikap dan perilaku, serta cara pandang warga negara di

seluruh Indonesia. Penguatan, merupakan upaya penanaman nilai bela negara

20
yang dilakukan melalui sistem penghargaan dan hukuman. Disini peranan

ketegasan dan keadilan dalam penetapan hukuman dan peraturan serta

penghargaan sangat penting. Misal: hukuman yang berat bagi bandar narkoba,

dan upaya pemberian insentif bagi penggiat bela negara.

Sosialisasi dilaksanakan melalui membangun kesadaran kolektif tentang

pentingma kesadaran bela negara pada cakupan nasional. yang merupakan unsur

penting dalam pertahanan negara Republik Indonesia. Melakukan gerakan koleklif

dalam pelaksanaan pembinaan kesadaran bela negara. Berbagai kegiatan di

antaranva: sarasehan, olahraga, seni, pesta rakyat, penyeharan leaflet, booklet,

poster, film, jurnal, majalah berkala dan media sosial yang dapat memberikan

Gaung Bela Negara secara nasional. Contoh: salah satu pokok kegiatan

Kementerian Pertahanan di lima tahun kedua (2020-2021) dan lima tahun ketiga

(2025-2029) adalah melaksanakan inovasi-inovasi penyebarluasan kesadaran bela

negara melalui berbagai media. Unsur-unsur yang perlu dipertimbangkan di dalam

mensukseskan strategi sosialisasi PKBN, agar berdaya hasil optimal, antara lain:

Sistem sosialisasi bertahap, berjenjang yang terjadi dengan baik, agar peran sadar

bela negara tersampaikan secara optimal. Sistem sosialisasi yang konvensional

(tatap muka) langsung dengan yang akan ditulari nilai-nilai bela negara, melalui

komunikasi 2 (dua) arah akan lebih efektif ketimbang satu arah berupa ceramah.

Sistem sosialisasi yang mewajibkan peserta sosialisasi diuji atau (di test

pemahaman materi nilai-nilai bela negara di akhir kegiatan sasialisasi, agar yang

bersangkutan kompeten dalam melakukan perannya sebagai ‘agent of change’ di

21
lingkungannya. Penyediaan sarana sosialisasi yang memadai atau mencukupi

untuk seluruh sasaran penanaman nilai-nilai bela negara. Sistem sosialisasi yang

melibatkan atau menugaskan dengan jelas dan tegas koordinassi dari unsur-unsur

yang terkait di setiap tataran kementerian, lembaga pemerintah, pemerintah

daerah, TNI, Polri dan komponen bangsa lainnya, disertai surat penugasan bagi

pejabat yang ditunjuk bertanggung jawab dalam mensosialisasikan PKBN, serta

sebaiknya di bentuk tim kerja. Bimbingan teknis sosialisasi nilai-nilai bela negara

juga diperlukan.

Kerjasama dan koordinasi dalam pelaksanaan PKBN dilakukan dengan

kementerian/lembaga, pemda, TNI dan Polri melalui pelaksanaan PKBN yang

sinergis secara berkesinambungan, termonitor dan terjadwal di antara semua

pemangku kepentingan yaitu kementerian, lembaga pemerintah, pemerintah

daerah, TNI dan Polri, serta komponen bangsa lainnya. Melakukan gerakan

nasional bela negara secara terpadu dengan keterbukaan, pengertian dan saling

menghargai dalam pelaksnaan PKBN agar dapat berjalan dengan baik untuk

mencapai tujuan yang telah disepakati. Unsur-unsur yang perlu dipertimbangkan

di dalam menyukseskan strategi melalui kerjasama dan koordinasi pelaksanaan

PKBN, antara lain: penunjukkan koordinator yang bertanggung jawab. Hal ini untuk

melancarkan pelaksanaan PKBN yang terpadu, adanya sistem yang menjamin

terwujudnya koordinasi dan kerjasama yang baik dalam pelaksanaan PKBN. Misal:

pembentukan tim terpadu, perangkat kebijakan, sarana atau format baku untuk

22
monitoring dan evaluasi terkait koordinasi di antara kementerian, lembaga

pemerintah dan pemerintah daerah,TNI, Polri dan komponen bangsa lainnya.

Penyiapan infrastruktur berbagai bidang yang dapat mendukung

pelaksanaan PKBN, melalui: Membangun sarana dan prasarana diberbagai bidang

sesuai dengan tupoksi kementerian, lembaga pemerintah, pemerintah daerah,

TNI, Polri dan komponem bangsa lainnya, contoh: 1) Kementerian Pertahanan

membangun komando pendidikan (dodik) bela negara. Dodik pendidikan bela

negara tersebut berada di Rindam (Resimen Induk Komando Militer) yang tersebar

di seluruh Indonesia, sedangkan di pusat Kementerian Pertahanan akan dibangun

pusat pendidikan bela negara; 2) Kementerian PU membangun sarana prasarana

umum (jalan, jembatan dll). Kontra nilai negatif. Kontra nilai negatif aadalah upaya

melawan nilai-nilai negatif, melalui: Media massa , cetak, digital, “mouth to

mouth” (dari mulut ke mulut) maksudnya penyebaran informasi dari individu ke

individu yang tidak terstruktur dan bergerak dengan tak terkendali atau

liar. Upaya-upaya ini dilakukan secara terpadu, serentak, dan sesegera mungkin

disemua elemen pelaksana, untuk meng-counter isu-isu negatif yang berlawanan

dengan nilai-nilai bela negara. Misal: Cinta tanah air merupakan iman,

pembatasan tayangan yang menggerus nilai-nilai bela negara, mengaitkan isu

pemberantasan narkoba dengan nilai-nilai bela negara.

C. Hak Dan Kewajiban Warga Negara

Warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang telah ada dalam

Peraturan atau Undang-undang Negara yaitu:

23
Hak Dan Kewaajiban Warga Negara :

1. Wujud Hubungan Warga Negara dengan Negara Wujud hubungan warga

negara dan negara pada umumnya berupa peranan (role).

2. Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia Hak kewajiban warga negara

Indonesia tercantum dalam pasal 27 sampai dengan pasal 34 UUD 1945. Hak

Warga Negara Indonesia :

- Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak : “Tiap warga negara berhak

atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan” (pasal 27 ayat 2).

- Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan: “setiap orang berhak untuk

hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.”(pasal 28A). -

Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan

yang sah (pasal 28B ayat 1).

- Hak atas kelangsungan hidup. “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,

tumbuh, dan Berkembang”

- Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya

dan berhak mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan

budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan hidup

manusia. (pasal 28C ayat 1)

- Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif

untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya. (pasal 28C ayat 2). - Hak

atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta

perlakuan yang sama di depan hukum.(pasal 28D ayat 1).

24
- Hak untuk mempunyai hak milik pribadi Hak untuk hidup, hak untuk tidak

disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani,hak beragama, hak untuk tidak

diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk

tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia

yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun. (pasal 28I ayat 1).

Kewajiban Warga Negara Indonesia :

- Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 berbunyi

: segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan

pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak

ada kecualinya.

- Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945

menyatakan : setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya

pembelaan negara”.

- Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1 mengatakan :

Setiap orang wajib menghormati hak asai manusia orang lain

- Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang.

Pasal 28J ayat 2 menyatakan : “Dalam menjalankan hak dan kebebasannya,

setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-

undang dengan maksud untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas

hak kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan

25
pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam

suatu masyarakat demokratis.”

- Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pasal 30 ayat

(1) UUD 1945. menyatakan: “tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta

dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.” Hak dan Kewajiban telah

dicantumkan dalam UUD 1945 pasal 26, 27, 28, dan 30, yaitu : 1. Pasal 26, ayat

(1), yang menjadi warga negara adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan

orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga

negara. Dan pada ayat (2), syarat-syarat mengenai kewarganegaraan ditetapkan

dengan undang-undang. 2. Pasal 27, ayat (1), segala warga negara bersamaan

dengan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahannya, wajib menjunjung

hukum dan pemerintahan itu. Pada ayat (2), taip-tiap warga negara berhak atas

pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. 3. Pasal 28,

kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan, dan

sebagainya ditetapkan dengan undang-undang. 4. Pasal 30, ayat (1), hak dan

kewajiban warga negara untuk ikut serta dalam pembelaan negara. Dan ayat (2)

menyatakan pengaturan lebih lanjut diatur dengan undang-undang.

D. Bentuk Dan Wujud Penerapan Sikap Dan Perilaku Bela Negara

Landasan konsep Bela Negara Landasan konsep bela negara adalah

adanya wajib militer. Subyek dari konsep ini adalah tentara atau perangkat

pertahanan negara lainnya, baik sebagai pekerjaan yang dipilih atau sebagai

akibat dari rancangan tanpa sadar (wajib militer).

26
Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha

pembelaan negara dan Syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan undang-

undang. Kesadaran bela negara itu hakikatnya kesediaan berbakti pada negara

dan kesediaan berkorban membela negara. Spektrum bela negara itu sangat

luas, dari yang paling halus, hingga yang paling keras. Mulai dari hubungan baik

sesama warga negara sampai bersama-sama menangkal ancaman nyata musuh

bersenjata.

Unsur Dasar Bela Negara

- Cinta Tanah Air - Kesadaran Berbangsa & bernegara

- Yakin akan pancasila sebagai ideologi Negara

- Rela berkorban untuk bangsa & Negara

- Memiliki kemampuan awal bela Negara

- Berdasarkan UUD 1945 pada pasal 30 tertulis bahwa “Tiap-tiap warga negara

berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara.” Dan “syarat-syarat

tentang pembelaan diatur oleh UU.” Jadi sudah jelas, mau tidak mau kita wajib

ikut serta dalam membela negara dari segala macam ancaman, gangguan, dan

hambatan baik yang datang dari dalam maupun dari luar. Dasar hukum dan

peraturan tentang wajib bela Negara

- Tap MPR No.VI Tahun 1973 tentang konsep wawasan nusantara dan keamanan

Nasional. - Undang-Undang No.29 tahun 1954 tentang Pokok-Pokok Perlawanan

Rakyat.

27
- Undang-Undang No.20 tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Hankam Negara

RI. Diubah oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1988.

- Tap MPR No.VI Tahun 2000 tentang Pemisahan TNI dengan POLRI

- Tap MPR No.VII Tahun 2000 tentang Peranan TNI danPOLRI.

- Amandemen UUD ’45 Pasal 30 ayat 1-5 dan pasal 27 ayat 3.

- Undang-Undang No.3 tahun 2002 tentang pertahanan Negara Landasan hukum

bela negara

a. Landasan Idiil ; Pancasila

b. Landasan Konstitusional ; UUD 1945 (Amandemen) Pasal 27 (3) ; Setiap warga

negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan Negara Pasal 30 (1

&2) ; (1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha

pertahanan dan keamanan negara (2) Usaha pertahanan keamanan negara

dilaksanakan melalui Sishankamrata (TNI sebagai komponen Utama dan Rakyat

sebagai komponen Pendukung).

c. Landasan Operasional ; UU No. 3 Tahun 2002 (lihat Pengertian Bela Negara ).

Wujud bela negara ( UU No 3 Tahun 2002 )

a. Pendidikan Kewarganegaraan

b. Pelatihan dasar kemiliteran secara wajib

c. Pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela

d. Pengabdian sesuai profesi Contoh-Contoh Bela Negara :

- Melestarikan budaya

- Belajar dengan rajin bagi para pelajar

28
- Taat akan hukum dan aturan-aturan negara Arti penting pembelaan negara

a). Sebagai syarat berdirinya suatu Negara

b). Untuk melindungi kedaulatan Negara

c). Untuk mempertahankan keutuhan wilayah Negara

d). Untuk semua warga negara agar memiliki kewajiban dan hak yang jelas dalam

ikut serta pembelaan terhadap negara.

Alasan bela negara

a. Menghormati dan menghargai para pahlawan yang telah berjuang merebut

kemerdekaan

b. Ingin memajukan Negara

c. Mempetahankan Negara jangan sampai dijajah kembali

d. Meningkatkan harkat dan martabat bangsa di mata dunia internasional.

Bentuk-bentuk bela negara

a. Secara Fisik Segala upaya untuk mempertahankan kedaulatan negara dengan

cara berpartisipasi secara langsung dalam upaya pembelaan negara (TNI

Mengangkat senjata, Rakyat Berkarya nyata dalam proses Pembangunan).

b. Secara Non Fisik Segala upaya untuk mempertahankan NKRI dengan cara

meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, menanamkan kecintaan

pada tanah air serta berperan aktif dalam upaya memajukan bangsa sesuai

dengan profesi dan kemampuannya.

Wujud bela negara bagi pelajar

29
 Lingkungan Keluarga ; Memahami hak dan kewajiban dalam keluarga,

menjaga keutuhan dan keharmonisan keluarga, Demokratis, menjaga nama

baik keluarga dll

 Lingkungan Sekolah ; Patuh pada aturan sekolah, berkata dan bersikap baik,

bertanggung jawab atas tugas yang diberikan, tidak ikut tawuran dll

 Lingkungan Masyarakat ; Aktif dalam kegiatan masyarakat, rela berkorban

untuk kepentingan masyarakat

 Lingkungan berbangsa dan bernegara ; Menghormati jasa Pahlawan, berani

mengemukakan pendapat, melestarikan adat dan budaya asli daerah

Contoh upaya bela negara di lingkungan masyarakat

o Mengembangkan sikap tenggang rasa dan tolong menolong

antar warga negara masyarakat.

o Bersama-sama menciptakan lingkungan yang bersih dan

sehat

o Meningkatan kegiatan gotong royong dan semangant

persatuan dan kesatuan

o Menjaga keamanan lingkungan melalui kegiatan

siskamling/ronda

o Menciptakan suasana rukun, damai, dan tentram dalam

masyarakat

o Menghargai adanya perbedaan dan memperkuat persamaan

yang ada

30
o Menjaga keamanan kampung secara bersama-sama h. Selalu

aktif dalam kegiatan sosial seperti kerja bakti, dll.

31
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pemaparan makalah diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai

oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia

yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

dalam menjalin kelangsungan hidup bangsa dan negara yang

seutuhnya.

2. Pendidikan Kewarganeraan memiliki peran yang strategis dalam

mempersiapkan warga negara yang cerdas, bertanggung jawab,

dan berkeadaban. Sayangnya, proses pengintegrasian bela negara

ke sistem pendidikan nasional (sisdiknas) belum dapat

memberikan kejelasan makna bela negara sebagai nilai, semakna

pada saat kelahirannya sampai dengan mengkristal menjadi nilai

yang dapat merefleksikan patriotisme.

3. Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia Hak kewajiban warga

negara Indonesia tercantum dalam pasal 27 sampai dengan pasal

34 UUD 1945.

4. Bentuk bela negara yaitu:

a. Secara Fisik Segala upaya untuk mempertahankan kedaulatan

negara dengan cara berpartisipasi secara langsung dalam upaya

32
pembelaan negara (TNI Mengangkat senjata, Rakyat Berkarya

nyata dalam proses Pembangunan).

b. Secara Non Fisik Segala upaya untuk mempertahankan NKRI

dengan cara meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara,

menanamkan kecintaan pada tanah air serta berperan aktif dalam

upaya memajukan bangsa sesuai dengan profesi dan

kemampuannya.

Sedangkan wujud dari perilaku bela negara bagi pelajar yaitu:

 Lingkungan Keluarga ; Memahami hak dan kewajiban

dalam keluarga, menjaga keutuhan dan keharmonisan keluarga,

Demokratis, menjaga nama baik keluarga dll.

 Lingkungan Sekolah ; Patuh pada aturan sekolah, berkata

dan bersikap baik, bertanggung jawab atas tugas yang diberikan,

tidak ikut tawuran dll

 Lingkungan Masyarakat ; Aktif dalam kegiatan masyarakat,

rela berkorban untuk kepentingan masyarakat

 Lingkungan berbangsa dan bernegara ; Menghormati jasa

Pahlawan, berani mengemukakan pendapat, melestarikan adat dan

budaya asli daerah

B. SARAN
Demikian makalah yang kami susun, semoga dapat memberikan
manfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya. Penyusun

33
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah kami.

34
DAFTAR PUSTAKA

Armaidy Armawi, Nasionalisme dalam Dinamika Ketahanan Nasional,


Yogyakarta: Gadjah Mada University Press: 2019
https://mediaindonesia.com/opini/45656/bela-negara-dalam-sisdiknas

https://unnes.ac.id/pakar/bela-negara-haruskah

https://www.kemhan.go.id/badiklat/2016/04/02/pentingnya-pendidikan-
kesadaran-bela-negara-bagi-seluruh-bangsa-indonesia-untuk-menangkal-
ancaman.html
Winarno, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta: Bumi Aksara:
2019.

35

Anda mungkin juga menyukai