Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PANCASILA, NEGARA, WARGA NEGARA DAN AGAMA


Untuk Melengkapi Mata Kuliah Kewarganegaraan
Dosen Pengampu : Dr. Muhammad Shodiq M.Pd.I

Disusun Oleh :

Muhammad Rifqi Ramadhan

Sinta Maulidiya Nurrohmah

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL-MUSLIHUUN

TLOGO BLITAR

2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullohi Wabarokatuh.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan begitu banyak nikmat yang mana makhluk-Nya pun tidak akan
menyadari begitu banyak nikmat yang telah didapatkan dari Allah SWT. Selain
itu, kami juga merasa sangat bersyukur karena telah mendapatkan hidayah-Nya
baik kesehatan maupun pikiran.
Dengan nikmat dan hidayah-Nya pula kami dapat menyelesaikan penulisan
makalah sebagai tugas mata kuliah Kewarganegaraan yang diampu oleh bapak
dosen Dr. Muhammad Shodiq M.Pd.I., selaku pengampu mata kuliah
Kewarganegaraan serta semua pihak yang turut membantu proses penyusunan
makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih begitu banyak kekurangan dan
kesalahan baik isinya maupun struktur penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharap kritik dan saran positif untuk perbaikan di kemudian hari. Demikian,
semoga makalah ini memberikan manfaat bagi para pembaca.

Wa’alaikumsalam Warahmatullaohi Wabarokatuh.

Blitar, 31 Oktober 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

A. Latar Belakang .............................................................................................1


B. Rumusan Masalah ........................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan ......................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3

A. Sejarah Timbulnya Negara dan Negara Pancasila Indonesia .......................3


B. Teori dan Unsur Negara ...............................................................................8
C. Hubungan Negara dan Warga Negara dalam Tinjauan Pancasila .............. 11

BAB III PENUTUP ..............................................................................................13

A. Kesimpulan ................................................................................................13
B. Saran...........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Warga negara memiliki peran yang penting bagi
keberlangsungansebuah negara. Oleh karena itu, hubungan antara warga
negara dan negarasebagai institusi yang menaunginya memiliki aturan atau
hubungan yangdiatur dengan peraturan yang berlaku di negara tersebut.
Agar dapatmemiliki status yang jelas sebagai warga negara, pemahaman
akan pengertian, sistem kewarganegaraan serta hal-hal lain yang
menyangkutwarga negara hendaknya menjadi penting untuk diketahui.
Dengan memilikistatus sebagai warga negara, orang memiliki hubungan
dengan negara.Hubungan ini nantinya tercermin dalam peran, hak dan
kewajiban secaratimbal balik antara warga negara dengan negaranya.
Terbentuknya negara indonesia di latar belakangi oleh
perjuanganseluruh bangsa, sudah sejak lama indonesia menjadi incaran
banyak negaraatau bangsa lain, karena potensinya yang besar dilihat dari
wilayah yangluas dengan kekayaan alam yang banyak, kenyataannya
ancaman datangtidak hanya datang dari luar, tetapi juga dari dalam. Terbukti
setelah perjuangan bangsa tercapai dengan terbentuknya NKRI, ancaman
dangangguan dari dalam juga timbul, dari yang bersifat kegiatan fisik
sampaiyang ideologis. Meski demikian, bangsa Indonesia memegang
suatukomitmen bersama untuk tegaknya NKRI.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah terbentuknya negara dan negara Pancasila?
2. Apa saja teori daan unsur-unsur negara?
3. Bagaiman hubungan warganegara dan negara dalam tinjauan
Pancasila?
C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui bagaimana sejarah terbentuknya negara dan negara
Pancasila.
2. Untuk memahami teori-teori dan unsur-unsur negara.

1
3. Memahami bagaimana hubungan warganegara dan negara dalam
tinjauan Pancasila.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Timbulnya Negara dan Negara Pancasila Indonesia


Sejarah timbulnya sebuah negara dapat bervariasi tergantung pada negara
tersebut dan konteks historisnya. Namun, secara umum, pembentukan suatu
negara melibatkan serangkaian peristiwa dan perkembangan yang melibatkan
politik, budaya, ekonomi, dan sosial. Berikut adalah beberapa faktor umum yang
sering terlibat dalam pembentukan suatu negara:
1. Pemukiman awal: Proses pemukiman manusia di suatu wilayah dapat
menjadi titik awal bagi pembentukan negara. Para pemukim awal ini mungkin
berasal dari berbagai kelompok etnis dan budaya.
2. Penaklukan dan imperialisme: Banyak negara terbentuk melalui penaklukan
oleh kekuatan asing atau imperialisme. Ini bi sa melibatkan penaklukan
militer atau pendudukan suatu wilayah oleh negara asing.
3. Perkembangan politik: Pembentukan negara seringkali berkaitan dengan
perkembangan politik. Ini bisa melibatkan perjuangan politik, revolusi, atau
perubahan dalam bentuk pemerintahan.
4. Perubahan wilayah dan perbatasan: Negara sering kali mengalami perubahan
wilayah dan perbatasan melalui perjanjian diplomatik, perang, atau
penyelesaian konflik.
5. Identitas nasional: Identitas nasional yang kuat dan bersama adalah faktor
penting dalam pembentukan negara. Hal ini melibatkan kesadaran kolektif
dan identitas budaya yang bersama.
6. Hukum dan konstitusi: Pembentukan negara seringkali melibatkan
pembuatan hukum dan konstitusi yang mengatur pemerintahan dan hak-hak
warga negara.
7. Pengakuan internasional: Pengakuan negara oleh komunitas internasional
juga merupakan faktor penting. Negara-negara lain harus mengakui
keberadaan suatu negara agar negara itu bisa menjadi anggota dunia
internasional.

3
8. Kemerdekaan: Banyak negara terbentuk melalui perjuangan untuk
kemerdekaan dari penjajahan atau kekuasaan asing. Proses ini sering
melibatkan perlawanan bersenjata atau perjuangan politik yang panjang.
Penting untuk diingat bahwa sejarah pembentukan setiap negara unik, dan
faktor-faktor di atas dapat berinteraksi dan berkembang dalam berbagai cara.
Beberapa negara mungkin terbentuk secara damai melalui perjanjian,
sementara yang lain melalui konflik dan perang. Sejarah dan konteks khusus
masing-masing negara akan mempengaruhi cara mereka timbul dan
berkembang.

Pancasila merupakan dasar negara sekaligus ideologi bangsa Indonesia.


Perumusan Pancasila sebagai dasar negara berawal dari pembentukan Badan
Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau BPUPKI.
BPUPKI merupakan organisasi yang dibentuk sebagai persiapan kemerdekaan
Indonesia sekaligus sejumlah syarat yang harus dipenuhinya sebagai negara
merdeka.
Pancasila dirumuskan dalam sidang pertama BPUPKI yang dilaksanakan
pada29 Mei hingga 1 Juni 1945. Dalam sidang tersebut, pembahasannya
berkaitan dengandasar negara Indonesia. Soepomo, Moh. Yamin, dan Soekarno
menyampaikan beberapa usulan tentang falsafah atau dasar negara Indonesia.
Penyampaian tersebut didasarkan pada arahan Ketua BPUPKI,
RadjimanWedyodiningrat pada pidato pembukaan sidang. Radjiman
mengatakan bahwa untukmendirikan negara yang merdeka, maka dibutuhkan
suatu dasar negara.
Tokoh yang Mengusulkan Rumusan Dasar Negara.
1. Moh. Yamin
Moh. Yamin menyampaikan usulan dasar negara secara tertulis pada
ketuasidang dan secara lisan. Usulan tersebut disampaikan pada 29 Mei
1945.Usulan lisan :
a. Peri Kebangsaan.
b. Peri Kemanusiaan.
c. Peri Ketuhanan

4
d. Peri Kerakyatan, dan
e. Kesejahteraan Rakyat
Usulan tertulis :
a. Ketuhanan Yang Maha Esa.
b. Kebangsaan persatuan Indonesia.
c. Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab.
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan / perwakilan.
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Soepomo
Tokoh selanjutnya yang berperan penting dalam perumusan Pancasila
adalah Soepomo. Pada tanggal 31 Mei 1945, ia menyampaikan usulannya.
Menurutnya,negara Indonesia merdeka adalah negara yang dapat
mempersatukan semuagolongan dan paham perseorangan, serta
mempersatukan diri dengan berbagailapisan rakyat. Selanjutnya, di bawah
ini usulan dasar negara menurut Soepomo.
a. Persatuan (Unitarisme)
b. Kekeluargaan.
c. Keseimbangan lahir dan batin.
d. Musyawarah.
e. Keadilan rakyat.
Soepomo turut menegaskan bahwa negara Indonesia Merdeka bukan
negarayang menyatukan dirinya dengan golongan terbesar dalam
masyarakat serta tidakmenyatukan dirinya dengan golongan paling kuat
(golongan politik atau ekonomiyang paling kuat).
3. Ir. Soekarno
Soekarno menyampaikan pidato mengenai dasar negara Indonesia
merdeka pada 1 Juni 1945. Ia memberikan usulan yang berbentuk
PhilosophischeGrondslag atau Weltanschauung, yaitu fundamen, filsafat,
pikiran, jiwa, hasratyang sedalam-dalamnya demi mendirikan negara yang
kekal abadi. Soekarnomengatakan usulan dasar negara dengan sebutan

5
Panca Dharma. Lalu, dengananjuran para ahli bahasa, rumusan dasar negara
yang diusulkan Soekarno inidinamakan Pancasila.
a. Kebangsaan Indonesia.
b. Internasional atau Perikemanusiaan.
c. Mufakat atau Demokrasi.
d. Kesejahteraan Sosial.
e. Ketuhanan Yang Maha Esa.Penetapan Pancasila Sebagai Dasar
Negara.
Pancasila ditetapkan sebagai dasar negara pada 18 Agustus 1945 oleh
PanitiaPersiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada sidang pengesahan
UUD 1945.Dalam sidang tersebut, PPKI mengesahkan UUD 1945 yang di
mana terdapatrumusan Pancasila sebagai dasar negara pada alinea keempat
pembukaan UUD 1945.Bunyi Pancasila sebagaimana diusahkan dalam
konstitusi adalah sebagai berikut:
1. Ketuhanan yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sejarah Perumusan Sila Pertama Pancasila, Ketuhanan yang Maha Esa


Sebelum terbentuk rumusan pancasila sebagaimana terdapat dalam
UUD 1945 dan berlaku hingga sekarang, pada tanggal 22 Juni 1945 sembilan
tokoh nasional yangdisebut Panitia Sembilan berhasil menyusun sebuah
naskah piagam yang dikenaldengan Piagam Jakarta.
Di dalam naskah Piagam Jakarta tepatnya pada alinea keempat
tercantumrumusan Pancasila. Rumusan pada sila pertama menuai kritik dari
berbagai pihakkarena memiliki narasi yang cukup berbeda dari Pancasila
yang kini menjadi falsafah hidup bangsa Indonesia.
Berikut rumusan Pancasila dalam naskah Piagam Jakarta yang menuai
kontroversi:

6
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk- pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
5. keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.Indonesia merupakan
sebuah negara kesatuan yang terletak di Asia Tenggara.
Sebagai negara kesatuan Indonesia merupakan suatu negara yang merdeka
dan berdaulat yang berkuasa hanya pemerintah pusat yang mengatur seluruh
daerahsebagai bagian negara. Dengan demikian Indonesia hanya terdiri dari satu
negara, satu pemerintah, satu kepala negara, satu badan legislatif yang berlaku
bagi seluruhwilayah negara. Hakikat negara kesatuan adalah kedaulatan tidak
terbagi – bagi, baikkeluar maupun kedalam dan kekuasaan pusat tidak dibatasi.
Indonesia menganut system pemerintahan demokrasi berdasarkan
Pancasila.Bagi Bangsa Indonesia paham demokrasi yang dianut adalah
demokrasi Pancasila.Mengapa demokrasi Pancasila itu diterapkan bukan model
demokrasi yang lain? Paham demokrasi Pancasila dianggap oleh rakyat
Indonesia sebagai paham yang sesuai dengan kepirbadian bangsa yang digali
dari tata nilai social budaya sendiri.Lalu, apa yang dimaksud dengan Pancasila
itu?
Pancasila merupakan dasar Negara, dan juga menjadi falsafah hidup
bangsaIndonesia sejak dahulu. Pancasila juga diperuntukkan kepada Negara,
masyarakat, dan pribadi bangsa Indonesia. Sila-sila pancasila itu tidak terlepas
satu sama lain melainkan satu kesatuan yang bulat, baik dalam fungsi dan
kedudukannya sebagaidasar Negara maupun sebagai falsafah hidup bangsa.
Pengertian dari kata “kesatuan bulat” dari pancasila ini ialah berarti bahwa sila
yang satu meliputi dan menjiwai sila-sila yang lain.
Untuk itu sebagai warga Negara yang baik dan bertanggung jawab
seharusnya masyarakat mengikuti dan mematuhi pancasila, karena seperti
pemaparan di atas telahdisebutkan bahwa pancasila adalah sumber dari segala
sumber hukum atau dasar Negara yang harus dipatuhi. Karena dalam sila-sila

7
pancasila tidak memihak kepadasatu orang saja melainkan keseluruh warga
Negara Indonesia.

B. Teori dan Unsur Negara


Menurut beberapa ahli kenegaraan bahwa sebuah negara haruslah
memenuhi unsur-unsur konstitutif atau syarat sebagai dasar pembentukan atau
berdirinya suatu negara. Unsur-unsur konstitutif itu antara lain adalah:
1. Rakyat atau warga negara (bangsa)
2. Wilayah atau daerah
3. Pemerintahan yang berdaulat
4. Pengakuan dari negara lain (deklaratif)
Unsur-unsur rakyat, wilayah dan pemerintahan yang berdaulat bersifat
internal, sedangkan unsur pengakuan bersifat eksternal. Dalam konvensi
Montevideo pada tahun 1933 menyebutkan bahwa unsur-unsur berdirinya suatu
negara antara lain berupa rakyat (penghuni), wilayah yang permanen, penguasa
atau pemerintahan yang berdaulat, kesanggupan berhubungan dengan negara-
negara lain dan pengakuan (deklaratif). Dari dua pendapat tersebut, unsur rakyat,
wilayah dan pemerintahan yang berdaulat merupakan unsur konstitutif karena
keberadaan ketiga unsur ini adalah mutlak adanya. Sedangkan pengakuan dari
negara lain merupakan unsur deklaratif yang bersifat formalitas karena
diperlukan dalam rangka memenuhi unsur tata aturan pergaulan atau sistem
internasional. Unsur deklaratif mempunyai arti strategis untuk membina
hubungan kerjasama, rasa penghormatan dan pengakuan kedaulatan dari negara
lain. Masing-masing unsur tersebut saling berhubungan antara satu dengan yang
lain1. Namun apakah konvensi ini dapat menjadi sebuah dasar penentuan
kegagalan sebuah negara, jawabnya tidak. Bahwa pembentukan negara sudah
rumit melebihi apa yang disyaratkan oleh konvensi Montevideo.
Dalam arti luas negara merupakan kesatuan sosial (masyarakat) yang di
atur secara konstitusional untuk mewujudkan kepentingan negara. Beberapa
pendapat mengenai pengertian negara antara lain menurut George Jellineck,

1
Boer Mauna, “Hukum Internasional: Pengertian Peranan dan Fungsi Dalam Era Dinamika
Global” , (Bandung: Alumni, 2000)

8
negara ialah organisasi dari sekelompok manusia yang telah mendiami wilayah
tertentu. Sedangkan Friedrich Hegel mengatakan bahwa negara merupakan
organisasi kesusilaan yang muncul sebagai proses sintesis dari kemerdekaan
individual dan kemerdekaan universal. Pendapat lain datang dari Kranenburg. Ia
mengatakan bahwa negara adalah suatu organisasi yang timbul karena kehendak
dari suatu golongan atau bangsanya sendiri. Menurut Roger F. Soltau, negara
adalah alat (agency) atau wewenang (authority) yang mengatur atau
mengendalikan persoalan bersama atas nama masyarakat.2
Adapun beberapa pendapat dari ahli kenegaraan kita seperti Prof. R.
Djokosoetono yang mengatakan bahwa negara ialah suatu organisasi manusia
atau kumpulan manusia yang berada di bawah suatu pemerintahan yang sama.
Pendapat lain juga diberikan oleh Prof. Soenarko. Menurutnya negara ialah
organisasi masyarakat yang mempunyai daerah tertentu dimana kekuasaan
negara berlaku sepenuhnya sebagai suatu kedaulatan (sovereignty).3
Tokoh penganut teori negara sebagai suatu kesatuan organisasi kekuasaan
antara lain adalah, Logemann, Harold J. Lanski, Max Weber, dan juga Leon
Duguit. Pengertian negara sebagai organisasi kekuasaan dipelopori oleh
Logemann yang mengatakan bahwa keberadaan negara bertujuan untuk
mengatur serta menyelenggarakan masyarakat yang dilengkapi dengan
kekuasaan tertinggi. Pengertian tersebut menempatkan negara sebagai organisasi
kekuasaan, didalam negara tersebut terdapat suatu mekanisme atau sistem tata
hubungan kerja yang mengatur suatu kelompok manusia (rakyat) agar tetap
berbuat atau bersikap sesuai dengan kehendak negara (yang mempunyai
kekuasaan). Agar negara dapat mengatur rakyatnya, negara diberi kekuasan
(authority) yang dapat memaksa seluruh anggotanya untuk mematuhi segala
peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan oleh negara. Untuk
menghindari adanya kekuasaan yang sewenang-wenang maka di sisi lain negara
juga dapat menetapkan cara-cara dan batas-batas sampai dimana kekuasaan
dapat digunakan dalam kehidupan bersama itu oleh individu, golongan, asosiasi,
maupun oleh negara itu sendiri.

2
Miriam Budiardjo, ”Dasar-dasar Ilmu Politik”, cetakan ke-22, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2001)
3
ibid

9
Sebagai salah satu ahli kenegaraan, Max Weber berpendapat bahwa definisi
sebuah negara adalah suatu kesatuan organisasi kekuasaan terhadap masyarakat
yang mempunyai monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik (use of force)
secara sah dalam suatu wilayah.4 Agar negara dapat mengatur rakyatnya, maka
negara diberi kekuasan (authority) yang dapat memaksa seluruh anggotanya
(warga negaranya) untuk mematuhi segala peraturan perundang-undangan yang
telah ditetapkan oleh negara.5 Sarana serta alat yang dapat digunakan oleh negara
untuk memaksakan peraturan antara lain adalah polisi, tentara dan alat penjamin
hukum lainnya. Hal ini ditujukan agar negara dapat menjalankan tujuan serta
fungsinya. Fungsi dan tujuan dari negara tersebut adalah untuk mencapai tujuan
bersama. Setiap negara mempunyai tujuannya masing-masing, namun semuanya
mempunyai tujuan akhir yang sama yaitu menciptakan kesejahteraan bagi
rakyatnya (commonwealth). Tujuan masing-masing negara sangat dipengaruhi
oleh tata nilai sosial budaya, kondisi geografis, sejarah pembentukannya, serta
pengaruh politik dari penguasa negara yang bersangkutan.
Sependapat dengan Weber, menurut pendapat C. Pierson bahwa sebuah
negara modern harus memiliki ciri atau karakteristik umum antara lain yaitu
monopoli atau kontrol terhadap alat kekerasan serta penggunaan kekerasan,
kekuasaan atas wilayah atau teritorinya, kedaulatan atau sovereignty, konstitusi
negara sebagai ide dasar atau peraturan dasar sebuah pemerintahan, kekuasaan
serta legitimasi terhadap peraturan atau hukum, memiliki birokrasi publik
(terlepas dari bentuknya apakah terorganisir, kompleks, maupun efisien), warga
negara yang mengikat, serta sistem pajak sebagai salah satu pemberi pendapatan
dan sebagai penopang aparatur negara.6
Dari ciri atau karakteristik tersebut Pierson menyimpulkan bahwa fungsi
dari sebuah negara modern antara lain fungsi legislatif untuk membuat kebijakan
(hukum dan peraturan lainnya), fungsi eksekutif untuk mengimplementasikan
kebijakan, peraturan dan hukum untuk kepentingan negara, serta fungsi

4
Takeshi Negishiki "The Concept…Op.cit
5
Ibid

6
C. Pierson, “Modern State…Op.Cit

10
yudikatif sebagai penyelesai masalah (resolving disputes and interpreting laws).7
Menurut pandangan Barry Buzan dalam pembahasan mengenai negara
terdapat dua pemahaman mendasar yang harus diperhatikan, yaitu pemahaman
fisik dan pemahaman konsep institusi dari negara serta perbedaan diantara
keduanya. Konteks fisik yaitu keberadaan fisik atau geografis dari suatu negara,
sedangkan konteks institusi memiliki pemahaman bahwa hal tersebut diciptakan
untuk mengatur hal-hal mengenai jalannya suatu negara atau pemerintahan. Hal
lain yang juga tidak kalah pentingnya adalah pemahaman mengenai sense of
purpose dari sebuah masyarakat. Menurut Buzan masyarakat dalam suatu negara
harus memiliki konsensus mengenai tujuan-tujuan bersama mereka. Seperti apa
atau bagaimana seharusnya sebuah masyarakat dalam sebuah negara menjalani
fungsinya sebagai sebuah entitas politik.8

C. Hubungan antara Negara dengan Warganegara dalam Tinjauan Pancasila


Dalam tinjauan Pancasila, yang merupakan dasar ideologi negara Indonesia.
Hubungan antara negara dan warga negara mencerminkan prinsip-prinsip dasar
Pancasila. Berikut adalah gambaran singkat mengenai hubungan antara negara
dan warga negara dalam Pancasial :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Pancasila menegaskan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Hubungan antara warga negara dan negara dalam sila pertama ini adlaha
kewajiban warga negara untuk menjalani kehidupan sesuai dengan nilai-
nilai agama dan moral yang dianutnya. Negara menghormati kebebasan
beragama dan berkeyakinan warganegara.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
Pancasila menekankan perlunya menghargai martabat manusia dan
memperlakuan emua ornag dengan adil dan beradab. Hubungan antara
negara dan warganegara harus didasarkan pada prinsip-prinsip keadilan,
persamaan hak, dan penghargaan terhadap hak asasi manusia. Negara

7
Ibid
8
Barry Buzan, “The Idea of State…Op.Cit

11
bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan dan hak yang sama
kepada semua warganegara.
3. Persatuan Indonesia
Pancasila mendorong persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Hubungan antara negara dan warganegara harus mempromosikan rasa
persatuan, solidaritas, dan kerjasama antarwarganegara untuk mencapai
tujuan bersama demi kesejahteraan dan kemajuan bangsa. Negara berperan
dalam mempromosikan persatuan dan menghindari konflik sosial.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
Pancasila menekankan pentingnya sistem demokrasi yang
berdasarkan pada musyawarah untuk mencapai mufakat. Hubungan antara
negara dan warganegara melibatkan partisipasi aktif warganegara dalam
pembangunan negara, baik melalui pemilihan umum maupun melalui
mekanisme-mekanisme partisipatif lainnya. Negara berkewajiban untuk
menjalankan pemerintahan yang mewakili kehendak rakyat.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Pancasila mengajarkan pentingnya keadilan sosial, di mana semua
warganegara memiliki hak yang sama dan mendapatkan perlakuan yang adil
dalam segala aspek kehidupan. Negara bertanggung jawab untuk
menciptakan keadilan sosial melalui kebijakan-kebijakan yang mendukung
pemerataan ekonomi dan sosial.
Dalam tinjauan Pancasila, negara dan warganegara memiliki
hubungan yang saling melengkapi. Negara bertanggung jawab untuk
melindungi dan memajukan kepentingan serta kesejahteraan warganegara,
sementara warganegara memiliki kewajiban untuk menghormati prinsip-
prinsip Pancasila dan berpartisipasi aktif dalam pembangunan dan
kehidupan berdemokrasi negara. Pancasila adalah panduan moral dan
filosofis bagi hubungan ini.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sejarah timbulnya sebuah negara dapat bervariasi tergantung pada
negara tersebut dan konteks historisnya. Namun, secara umum,
pembentukan suatu negara melibatkan serangkaian peristiwa dan
perkembangan yang melibatkan politik, budaya, ekonomi, dan sosial.
Unsur-unsur negara ada empat, yaitu rakyat, wilayah, pemerintah
yang berdaulat, dan pengakuan darinegara lain. Dalam tinjauan Pancasila,
negara dan warganegara memiliki hubungan yang saling melengkapi.
Negara bertanggung jawab untuk melindungi dan memajukan kepentingan
serta kesejahteraan warganegara, sementara warganegara memiliki
kewajiban untuk menghormati prinsip-prinsip Pancasila dan berpartisipasi
aktif dalam pembangunan dan kehidupan berdemokrasi negara. Pancasila
adalah panduan moral dan filosofis bagi hubungan ini.

B. Saran
Saran dari penulis dan penyusun, kami harap para pembaca dapat
menemukan suatu pemahaman dan kesimpulan dari makalah ini. Kami
selaku penyusun dan penulis mohon maaf apabila ada kesalahan dalam
penulisan, kami mohon maaf sebesar-besarnya. Semoga para pembaca
damn penulis mendapat kan ilmu yang bermanfaat dan barokah. Aamiin.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ningsih, I.S. 2021. Hakikat Pancasila Sebagai Dasar Negara dan Ideologi
Negara
Suparno, D. Sejarah Perumusan Pncasila dalam Hubungannya dengan
Proklamasi
Dewi, D.A. 2021. Pancasila Sebagai Dasar Negara dan Implementasinya dalam
Berbagai Bidang.
EduPsyCouns: Journal of Education Psycholog and Conseling, 3(1), 88 – 94
Boer Mauna, “Hukum Internasional: Pengertian Peranan dan Fungsi Dalam Era
Dinamika Global” , (Bandung: Alumni, 2000).
Miriam Budiardjo, ”Dasar-dasar Ilmu Politik”, cetakan ke-22, (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2001).

14

Anda mungkin juga menyukai