KEWARGANEGARAAN KONSTITUSI
Disusun Oleh :
(5123600144)
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allo SWT, karena alhamdulillah
dengan limpahan karunia dan nikmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
ini.Tak lupa shalawat serta salam semoga tetap tercurah pada Nabi akhir zaman
Muhammad SAW, kepada para Sahabatnya, keluarga, serta sampai kepada kita
selaku umatnya. Amin. Makalah berjudul “Kewarganegaraan Konstitusi Dan
Landasan Hukum ” ini kami buat untk memenuhi salah satu tugas yang
diberikan guru mata pelajaran Kimia. Dan semoga, selain memenuhi tugas
tersebut, makalah ini dapat bermanfaat bagi khalayak pembaca pada umumnya
dan kami khususnya. Kritik dan saran sangat kami harapkan dalam upaya
perbaikan kami dalam membuat makalah. Karena sangat kami sadari pembuata
makalah ini sarat akan kekurangan.
I
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................. II
BAB II Identitas Nasional, Kedaulatan Negara, Demokrasi, dan Hak Asasi Manusia di
Indonesia .................................................................................................................................... 4
A. Identitas Nasional............................................................................................................ 4
II
BAB I
Pendahuluan
1
• Pasal 27 ayat 3 hak dan kewajiban warga Negara dalam upaya pembelaan
Negara
• Pasal 30 ayat 1 hak dan kewajiban warga Negara dalam usaha pertahanan dan
keamanan Negara
• Pasal 31 ayat 1 hak warga Negara mendapatkan pendidikan
• UU nomor 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional
• Surat keputusan dirjen dikiti no 43/DIKTI/KEP/2006 tentang rambu-
rambu pelaksanaan kelompok mata kuliah pengembangan kepribadiandi
perguruan tinggi.
2. Landasan Ilmiah
❖ Warga Negara dituntut hidup dan berguna dan bermakna bagi Negara dan
dan bangsanya. Serta mampu mengantisipasi perkembangan dan
perubahan jaman.
❖ Diperlukan bekal ilmu pengetahuan dan seni berlandaskan nilai-nilai
keagamaan, moral dan nilai-nilai budaya bangsa.
❖ Nilai-nilai dasar tersebut berperan sebagai panduan dan pegangan hidup
warga Negara dalam kehidupan bermasyarakan, berbangsa dan bernegara.
❖ Sebagai perbandingan, di berbagai Negara juga dikembangkan materi
pendidikan umum (general education / humanities) sebagai pembentukan
nilai-nilai yang mendasari sikap dan perilaku warga negara.
▪ Amerika Serikat : History, humanity, philosophy
▪ Jepang : Japanese history, Ethics, Philosophy
▪ Filiphina : Philiphine, Family plaming, Tatation and Land
Reform, The Philiphine new constitution, study
of human rights.
2
B. Kompetensi yang dimiliki setelah belajar Pendidikan Kewarganegaraan
3
BAB II
Identitas Nasional, Kedaulatan Negara,
Demokrasi, dan Hak Asasi Manusia di Indonesia
A. Identitas Nasional
Istilah “Identitas Nasional” secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh
suatu bangsa secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain. Berdasarkan
pengertian ini maka setiap detik bangsa di dunia ini akan memiliki identitas sendiri-sendiri
sesuai dengan keunikan, sifat, ciri-ciri serta karakter dari bangsa tersebut terbentuk secara
histories. Maka pada hakikatnya “ Identitas Nasional” suatu bangsa tidak dapat dipisahkan
dengan jati diri suatu bangsa atau lebih popular disebut sebagai kepribadian suatu bangsa.
Istilah kepribadian sebagai suatu identitas adalah keseluruhan atau totalitasi dari
faktor-faktor biologis, psikologis dan sosiologis yang mendasari tingkahlaku individu. Oleh
karena itu, menurut Ismaun (1981: 6 ) Kepribadian adalah tercermin pada keseluruhan
tingkah laku seseorang dalam hubungan dengan manusia lain.
Menurut Dean A. Mix dan Sandra M. Hawley, nation-state merupakan sebuah bangsa
yang memiliki bangunan politik seperti ketentuan-ketentuan perbatasan teritorial pemerintah
sah, pengakuan bangsa lain, dan sebagainya. Sedangkan Menurut Koerniatmante
Soepraptowiro secara hukum peaturan tentang kewarganegaraan merupakan suatu
konsekuensi lnagsung dari perkembangan nasionalisme.
Kedaulatan adalah suatu hak eksklusif untuk menguasai suatu wilayah pemerintahan,
masyarakat, atau atas diri sendiri terdapat penganut dalam dua teori yaitu berdasarkan
pemberian dari Tuhan atau Masyarakat. Dalam hukum konstitusi dan internasional, konsep
kedaulatan terkait dengan suatu pemerintahan yang memiliki kendali penuh urusan dalam
4
negerinya sendiri dalam suatu wilayah atau batas teritorial atau geografisnya, dan dalam
konteks tertentu terkait dengan berbagai organisasi atau lembaga yang memiliki yurisdiksi
hukum sendiri. Penentuan apakah suatu entitas merupakan suatu entitas yang berdaulat
bukanlah sesuatu yang pasti, melainkan seringkali merupakan masalah sengketa diplomatik1
Kata “daulat” dalam pemerintahan berasal dari kata “daulah” (bahasa Arab) yang berarti
“kekuasaan tertinggi”. Pemerintah yang berdaulat berarti pemerintahan yang mempunyai
kekuasaan tertinggi atas rakyatnya di dalam suatu Negara. Menurut Jean Bodin (1500 –
1596), seorang ahli pikir dari Prancis, kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi untuk
menentukan hukum dalam suatu Negara. Kedaulatan mempunyai sifat-sifat pokok, yaitu asli,
permanen, tunggal, dan tidak terbatas.
a) Asli, artinya kekuasaan itu tidak berasal dari kekuasaan lain yang lebih tinggi.
b) Permanen, artinya kekuasaan itu tetap ada selama Negara itu berdiri sekalipun pemegang
kedaulatan sudah berganti-ganti.
c) Tunggal (bulat), artinya kekuasaan itu merupakan satu-satunya kekuasaan tertinggi
dalam Negara yang tidak diserahkan atau dibagi-bagikan kepada badan-badan lain.
d) Tidak terbatas (absolut), artinya kekuasaan itu tidak dibatasi oleh kekuasaan lain. Sebab,
kalau ada kekuasaan lain yang membatasinya, tentu kekuasaan tertinggi yang
dimilikinya itu akan lenyap.
1
http://id.wikipedia.org/wiki/Kedaulatan
2
http://kumpulanblogmahasiswa.blogspot.com/2014/11/tugas-makalah-pendidikan-kewarganegaraan.html
5
C. Arti wewenang moral
Negara dapat memustukan segala yang ada di daerah kekuasaannya. Akan tetapi,
Negara tidak boleh membenarkan segala putusannya. Karena segalanya akan
dipertanggungjawabkan secara moral.3
D. Istilah demokrasi
Demokrasi dapat kita pandang sebagai suatu mekanisme dan cita-cita hidup kelompok
yang ada di dalam UUD 1945 disebut kerakyatan. Demokrasi dapat diartikan merupakan pola
hidup berkelompok didalam organisasi Negara, sesuai dengan keinginan orang-orang yang
hidup berkelompok tersebut.4
3
http://kumpulanblogmahasiswa.blogspot.com/2014/11/tugas-makalah-pendidikan-kewarganegaraan.html
4
http://syifameimei.blogspot.com/2014/03/rangkuman-pemahaman-tentang-demokrasi.html
6
1. DEMOKRASI LIBERAL (17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959)
Demokrasi Liberal lebih sering disebut sebagai Demokrasi Parlementer. Pada tanggal
17 Agustus 1945 (Setelah Kemerdekaan Indonesia), Ir. Soekarno yang menjadi Ketua PPKI
dipercaya menjadi Presiden Republik Indonesia. Pada tanggal 29 Agustus 1945, Ir. Soekarno
dilantik oleh Kasman Singodimedjo menjadi presiden Republik Indonesia pertama beserta
wakilnya yaitu Muhammad Hatta. Bersamaan dengan itu, dibentuk Komite Nasional
Indonesia Pusat (KNIP). Badan ini bertujuan untuk membantu tugas Presiden. Hasilnya
antara lain:
1. Terbentuknya 12 departemen kenegaraan dalam pemerintahan yang baru.
2. Pembagian wilayah pemerintahan RI menjadi 8 provinsi yang masing - masing
terdiri dari beberapa karesidenan.
Tanggal 7 Oktober 1945 lahir memorandum yang ditandatangani oleh 50 orang dari
150 orang anggot KNIP. Isinya antara lain :
1. Mendesak Presiden untuk segera membentuk MPR.
2. Meminta kepada Presiden agar anggota-anggota KNIP turut berwenang
melakukan fungsi dan tugas MPR, sebelum badan tersebut terbentuk.
Tanggal 16 Oktober 1945 keluar Maklumat Wakil Presiden No. X tahun 1945, yang
isinya:
“Bahwa komite nasional pusat, sebelum terbentuk MPR dan DPR diserahi kekuasaan
legislatif dan ikut menetapkan GBHN, serta menyetujui bahwa pekerjaan komite-komite
pusat sehari-hari berhubung dengan gentingnya keadaan dijalankan oleh sebuah badan
pekerja yang dipilih di antara mereka dan bertanggung jawab kepada komite nasional pusat.”
Pada tanggal 3 November 1945, keluar maklumat untuk kebebasan membentuk
banyak partai atau multi partai sebagai persiapan pemilu yang akan diselenggarakan bulan
Juni 1946. Pada tanggal 14 November 1945 terbentuk susunan kabinet berdasarkan sistem
parlementer (Demokrasi Liberal).
Ketika Indonesia menjalani sistem Liberal, Indonesia dibagi manjadi 10 Provinsi yang
mempunyai otonomi dan berdasarkan Undang–undang Dasar Sementara tahun 1950.
Pemerintahan RI dijalankan oleh suatu dewan mentri (kabinet) yang dipimpin oleh seorang
7
perdana menteri dan bertanggung jawab kepada parlemen (DPR).
Sistem politik pada masa demokrasi liberal telah mendorong untuk lahirnya partai–
partai politik, karena dalam system kepartaian menganut system multi partai. Maka, PNI dan
Masyumi lah yang menjalankan pemerintahan melalui perimbangan kekuasaan dalam
parlemen dalam tahun 1950 – 1959 dan merupakan partai yang terkuat dalam DPR. Dalam
waktu lima tahun (1950 -1955) PNI dan Masyumi silih berganti memegang kekuasaan dalam
empat kabinet.
• Pemberontakan PRRI, Permesta, atau DI/TII yang ingin melepaskan diri dari NKRI
• Konstituante tidak berhasil menetapkan UUD sehingga negara benar-benar dalam
keadaan darurat.
• Untuk mengatasi hal tsb dikeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
• Hal ini menandakan bahwa Sistem demokrasi liberal tidak berhasil dilaksanakan di
Indonesia, karena tidak sesuai dengan pandangan hidup dan kepribadian bangsa
Indonesia.
8
2. Berlakunya kembali UUD 1945
3. Pembentukan MPRS dan DPAS dalam waktu sesingkat-singkatnya.
Dalam Demokrasi Terpimpin ini menggunakan sistem presidensial. Dalam sistem
presidensial ini mempunyai dua hal yang perlu diingat yaitu:
1. kedudukan presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, dan
2. para menteri bertanggung jawab kepada presiden.
Era tahun 1959 sampai dengan 1966 merupakan era Soekarno, yaitu ketika keijakan-
kebijakan Presiden Soekarno sangat mempengaruhi kondisi politik Indonesia. Kebijakan
pemerintah setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yaitu:
A. Pembentukan MPRS
Presiden Soekarno membentuk Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara
berdasarkan Penpres no.2 tahun 1959. Seluruh anggota MPRS tidak diangkat melalui
pemilihan umum, tetapi diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan 3 syarat, yaitu :
1. Setuju kembali kepada UUD 1945
2. Setia kepada perjuangan RI
3. Setuju kepada manifesto politik
B. Pembentukan DPAS
C. Pembentukan Kabinet Kerja
D. Pembentukan Front Nasional
E. Penataan Organisasi Pertahanan dan Keamanan
F. Penyederhanaan Partai-partai Politik
G. Penyederhanaan Ekonomi
Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang dijiwai oleh sila kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan yang berKetuhanan
Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan yang
berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
A. Demokrasi dalam bidang politik pada hakekatnya adalah menegakkan kembali azas
negara hukum dan kepastian hukum.
B. Demokrasi dalam bidang ekonomi pada hakekatnya adalah kehidupan yang layak bagi
semua warga negara.
C. Demokrasi dalam bidang hukum pada hakekatnya membawa pengakuan dan
perlindungan HAM, peradilan yang bebas tidak memihak. Secara umum dapat
dijelaskan bahwa watak demokrasi pancasila sama dengan demokrasi pada umumnya.
Namun “Demokrasi Pancasila” dalam rezim orde baru hanya sebagai retorika dan
belum sampai pada tatanan prasis atau penerapan. Karena dalam prate kenegaraan dan
pemerintahan rezim ini tidak memberikan ruang bagi kehidupan demokrasi, yang di
tandai oleh:
1. Dominanya peranan ABRI
2. Biro kratisasi dan sentralisasi pemgembalian keputusan politik.
10
3. Pesebirian peran dan fungsi partai politik.
4. Campur tangan pemerintah dalam berbagai urusan politk.
5. Masa mengembang.
6. Monolitisasi ideologi negara.
7. Info porasilembaga non pemerintah,
Dengan demikian nlai demokrasi juga belum ditegaskan dalam demokrasi Pancasila
Soeharto. Akibat adanya tuntutan massa untuk diadakan reformasi di dalam segala bidang,
rezim Orde Baru tidak mampu mempertahankan kekuasaannya. Dan terpaksa Soeharto
mundur dari kekuasaannya dan kekuasaannya dilimpahkan kepada B. J. Habibie pada 21
Mei 1998.
Demokrasi yang dikembangkan pada masa reformasi pada dasarnya adalah demokrasi
dengan mendasarkan pada Pancasila dan UUD 1945 dengan penyempurnaan. Meningkatkan
peran lembaga-lembaga tinggi dan tertinggi Negara dengan menegaskan fungsi, wewenang
dan tanggung jawab yang mengacu pada prinsip pemisahan kekuasaan dan tata hubungan
yang jelas antara lembaga-lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif. Masa reformasi
berusaha membangun kembali kehidupan yang demokratis antara lain:
Pada masa ini, Kepemimpinan rezim B. J. Habibie dikenal dengan nama Super
Power, karena dikuaai oleh orang-orang mua yang memiliki juwa reformasi dan demokrasi
yang tinggi. Namun, B.J. Habibie tidak mendapat dukungan sosial politik dari sebagian besar
masyarakat. Akibatnya B. J. Habibie tidak mampu mempertahankan kekuasaannya dan
lengser pada tahun 1999.
Kemudian, melalui pemilu presiden yang ke-4 K.H. Abdurrahman Wahid terpilih
secara demokratis di parlemen sebagai Presiden RI pada 21 Oktober 1999. Akan tetapi,
karena K.H. Abdurrahman Wahid membuat beberapa kebijakan yang kurang sejalan dengan
11
proses demokratisasi itu sendiri, maka pemerintahan sipil K.H. Abdurrahman Wahid terpaksa
tersingkir dan digantikan oleh Megawati Soekarnoputri pada 23 Juli 2001.
5
http://rahmiarrahman.blogspot.com/2012/12/perkembangan-hak-asasi-manusia-di.html
12
d. Hak untuk memiliki sesuatu.
e. Hak untuk hidup.
f. Hak bebas dari rasa takut.
g. Hak kemerdekaan pikiran dan pers.
2. Menurut Brierly menyatakan macam – macam HAM (HAk Asasi Manusia ) yang
pokok adalah :
a. Hak mempertahankan diri.
b. Hak kemerdekaan.
c. Hak persamaan pendapat.
d. Hak untuk di hargai
e. Hak bergaul sesama manusia.
3. Thomas Hobbes menyatakan bahwa satu-satunya Hak Asasi Manusia adalah hak
hidup.
3. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia tahun 1948 berisi 30 pasal memuat macam-
macam HAM sebagai berikut:
a. Hak atas kewarganegaraan (Pasal 15).
b. Hak untuk menikah dan membentuk keluarga (Pasal 16).
c. Hak atas kekayaan (Pasal 17).
d. Hak kebebasan berkeyakinan agama (Pasal 18).
e. Hak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan pendapat (Pasal 19).
f. Hak atas kebebasan berkumpul dan berserikat (Pasal 20).
g. Hak ikut serta dalam pemerintahan (Pasal 21)
h. Hak atas jaminan sosial (Pasal 22 dan Pasal 25)
i. Hak atas bidang pekerjaan (Pasal 23 dan Pasal 24).
j. Hak atas bidang pendidikan (Pasal 26).
13
BAB IV
KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
➢ http://kumpulanblogmahasiswa.blogspot.com/2014/11/tugas-makalah-pendidikan-
kewarganegaraan.html
➢ http://syifameimei.blogspot.com/2014/03/rangkuman-pemahaman-tentang-
demokrasi.html
➢ http://id.wikipedia.org/wiki/Kedaulatan
➢ http://rahmiarrahman.blogspot.com/2012/12/perkembangan-hak-asasi-manusia-
di.html
➢ Hand Out Dr. Tato Setiawan, SH, SE, MM
15